Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Kesulitan bernapas atau sesak napas atau disebut juga dispnea dapat disebabkan oleh
berbagai mekanisme yang berhubungan dengan masalah yang ada di dalam tubuh, Setidaknya
sekali dalam hidupnya seseorang dapat mengalami episode sesak akibat aktivitas yang berat atau
akibat kondisi lingkungan seperti pada dataran yang tinggi, pada suhu yang terlalu panas atau
terlalu dingin. Selain dari kondisi-kondisi ekstrim tersebut, sesak napas merupakan penanda
adanya masalah pada kesehatan.

Sesak napas merupakan tanda adanya masalah pada kesehatan ketika sesak tersebut
bersifat berkepanjangan dan menetap. Jika terjadi tiba-tiba dan memberat intensitasnya sekalipun
dalam jangka waktu yang sebentar, diperlukan adanya evaluasi medis.

Definisi Sesak

Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau shortness
of breath. Dispnea merupakan gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan
upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena sifat subjektif tersebut, dispnea tidak dapat
diukur. Keluhan dispnea tidak selalu disebabkan oleh penyakit; sering pula terjadi pada keadaan
sehat tetapi dengan stress psikologis. Seperti halnya nyeri, dispnea yang merupakan suatu gejala
yang bersifat subjektif, tingkat keparahannya dipengaruhi oleh respon penderita, kepekaan,
(sensitivitas), serta kondisi emosi. Tingkatan dispnea dapat dirasakan berbeda oleh masing-
masing penderita. Meskipun subjektif, dispnea dapat ditentukan dengan melihat adanya upaya
bernapas aktif dan upaya menghirup udara lebih banyak (labored and distressful breathing).
Dispnea sebagai akibat peningkatan upaya untuk bernapas (work of breathing) dapat ditemui
pada beberapa kondisi penyakit. Penyebabnya adalah peningkatan tahanan jalan napas seperti
obstruksi jalan napas atas, asma dan penyakit obstruksi kronik. Berkurangnya keteregangan paru
yang disebabkan oleh fibrosis paru, kongesti, edema dan pada penyakit parenkim paru yang
sebabkan dispnea. Kongesti dan edema biasanya disebabkan oleh abnormalitas dari kerja
jantung. Penyebab lainnya adalah pengurangan ekspansi paru seperti pada efusi pleura,
pneumotoraks, kelemahan otot dan deformitas rongga dada.

Dispnea dapat terjadi akibat perubahan posisi tubuh. Dispnea yang terjadi pada posisi
berbaring adalah ortopneu, biasanya disebabkan karena gagal jantung. Ortopneu juga terjadi
pada penyakit paru tahap lanjut dan paralisis diafragma bilateral. Platipneu adalah kebalikan dari
ortopneu yaitu dispnea yang terjadi pada posisi tegak dan membaik dalam posisi berbaring;
keadaan ini terjadi akibat abnormalitas vaskularisasi paru seperti pada COPD berat. Disebut
trepopneu jika pada posisi bertumpu pada sebelah sisi, penderita dispnea dapat bernapas lebih
baik; hal ini ditemui pada penyakit jantung (perubahan posisi menyebabkan perubahan ventilasi-
perfusi). Paroxysmal nocturnal dispnea (PND) adalah sesak nafas yang terjadi tiba-tiba pada saat
tengah malam beberapa jam setelah penderita tidur, biasanya terjadi pada penderita penyakit
jantung. Exertional dispnea adalah dispnea yang disebabkan karena melakukan aktivitas.
Intensitas aktivitas dapat menjadi ukuran beratnya gangguan napas misalnya setelah berjalan 50
langkah, atau menaiki 4 anak tangga. Dispnea yang timbul akibat berjalan di jalan yang datar
tingkatan gangguannya lebih berat dari dispnea yang timbul saat naik tangga.

Keluhan sesak napas juga dapat timbul karena adanya gangguan psikologis. Jika
seseorang mengeluh sesak napas tetapi pada saat exercise tidak timbul sesak napas, dapat
diperkirakan bahwa sesak disebabkan oleh gangguan psikologis.

Penyebab dispnea secara umum:

 Sistem kardiovaskular : gagal jantung


 Sistem pernapasan : PPOK, penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal, kifoskoliosis
berat, faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
 Psikologis (kecemasan)
 Hematologi (anemia kronik)

Penyebab dispnea akut: gagal jantung kiri, bronkospasme, emboli paru serta kecemasan.

Gradasi keadaan akibat sesak napas

Sesak napas yang berat menyebabkan penderita tidak dapat mengucapkan 1 kalimat dalam 1
tarikan napas. Cara menentukan gradasi keparahan harus sesuai penyebab sesak napas.

 Keadaan sesak napas karena asma menggunakan klasifikasi gradasi asma menurut
NAEPP
 Keadaan sesak karena COPD/PPOK menggunakan MRC Dyspnea Index atau
Baseline Dyspnea Index atau Transition Dyspnea Index.
 Keadaan sesak napas karena penyakit jantung menggunakan NYHA functional and
therapeutic classification applied to dyspnea.

Berikut ini merupakan petunjuk adanya gangguan medis:

 Sesak napas saat beristirahat


 Sesak napas dengan aktivitas dan olahraga
 Sesak napas saat berbaring
 Sesak napas setelah terpapar allergen atau bahan lainnya
 Sesak napas yang disertai dengan:
• Nyeri dada atau rasa tidak nyaman pada dada
• Rasa tidak nyaman atau nyeri pada 1 atau kedua tangan, menjalar ke rahang atau leher
• Bengkak pada pergelangan kaki dan kaki
• Penambahan berat badan akibat cairan atau penurunan berat badan dengan penurunan
nafsu makan tanpa sebab yang jelas
• Lemas atau kelemahan yang tidak biasa
• Berkeringat
• Adanya sputum berwarna kuning, hijau atau warna lainnya atau disertai dengan darah
• Demam
• Adanya mengi atau suara seperti siulan saat bernapas
• Batuk lama yang menetap
• Sianosis pada bibir dan kuku jari
• Pusing atau pingsan
• Adanya jari tabuh

Penyebab Sesak Napas

Gejala dari sesak napas dapat disebabkan macam-macam kelainan pada organ tubuh yang
berbeda.

Paru-paru

 Infeksi seperti bronchitis, pneumonia atau infeksi kronik seperti tuberculosis atau
bronchitis kronik. Sesak napas dapat disertai adanya sputum yang berwarna dan atau
demam.
 Asma, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan emfisema: jalan napas menyempit
dengan peningkatan resistensi untuk mengeluarkan udara dari paru-paru yang sebabkan
udara terjebak di dalam paru. Sesak napas dapat disertai dengan wheezing. Asma
biasanya disertai dengan riwayat alergi sedangkan pada PPOK dan emfisema biasanya
terdapat riwayat merokok.
 Kanker paru dan tumor lainnya: sesak napas biasanya disertai dengan penurunan nafsu
makan dan berat badan. Biasanya terdapat juga riwayat merokok yang lama dan berat.
 Jaringan parut dan kerusakan jaringan paru akibat toksin (seperti pada asbestosis) atau
akibat penyakit sistemik (seperti rheumatoid arthritis). Biasanya terdapat riwayat
penyakit sistemik atau paparan pada tempat kerja.
 Bekuan darah pada sirkulasi paru (emboli paru): sesak napas atau kesulitan bernapas
biasanya terjadi tiba-tiba dengan peningkatan kecepatan bernapas dan dapat disertai
dengan nyeri dada. Orang-orang dengan bekuan darah pada kaki atau pelvis (Deep Vein
Thrombosis-DVT), melemahnya kondisi medis, imobilitas atau mewarisi kecenderungan
terbentuknya bekuan dapat memudahkan terjadinya kondisi tersebut.
 Penyakit pada pleura: jika pleura menebal, menjadi jaringan parut atau terisi oleh cairan
atau darah akibat infeksi, kanker atau toksin (asbestosis), atau jika terisi oleh udara
(pneumotoraks) akibat trauma, dapat menghalangi ekspansi paru yang sebabkan sesak
napas.
 Penyakit pada diafragma dan atau dinding dada: Diafragma adalah otot yang
mengembangkan paru. Dapat menjadi paralisis setelah operasi dada. Obesitas dan
deformitas tulang belakang atau dinding dada juga dapat menyebabkan kesulitan
bernapas.

Gangguan pada Jantung

Gagal Jantung: sesak napas pada gagal jantung disebabkan adanya penurunan
kemampuan fungsi jantung untuk mengisi dan mngosongkan, menyebabkan peningkatan tekanan
pada pembuluh darah sekitar paru. Gejala umum gagal jantung adalah kesulitan bernapas saat
berbaring (gejala spesifik pada gagal jantung), memerlukan banyak bantal untuk meninggikan
kepala saat tidur, terbangun di malam hari dengan sesak napas, batuk pada malam hari atau saat
berbaring, sesak saat beraktivitas, bengkak pada pergelangan kaki atau kaki, lemas yang tidak
biasa saat beraktivitas, kenaikan berat cairan tubuh.

Penyebab gagal jantung biasanya adalah kerusakan pada otot jantung. Pada mayoritas
pasien, hal ini disebabkan oleh sebuah serangan jantung (coronary artery disease). Pada
sebagian, disebabkan oleh kebocoran atau penyempitan katup jantung (dapat terdengar murmur),
kelamahan otot jantung akibat toksin (alkohol, kokain), infeksi virus, faktor herediter atau faktor
yang tidak diketahui.

Penyakit Sistemik

 Anemia, rendahnya jumlah sel darah merah: Karena sel darah merah membawa oksigen,
jika jumlahnya terlalu sedikit, kebutuhan oksigen tubuh tidak akan terpenuhi dan
sebabkan sesak napas.
 Peningkatan metabolic seperti hormon tiroid, syok (tekanan darah yang rendah), infeksi
sistemik yang berat (sepsis) atau demam. Peningkatan kebutuhan oksigen oleh tubuh
akan diusahakan dengan bernapas yang cepat dan dalam.
 Gangguan ginjal kronik atau hati: karena peningkatan cairan dalam paru dan tubuh dan
kelemaham pertukaran oksigen dalam paru, pasien dapat mengalami sesak napas pada
kondisi tersebut.

Gangguan Sistem Saraf


 Peningkatan tekanan pada otak yang disebabkan trauma, tumor, stroke atau perdarahan.
Ketika bagian otak yang mengatur pernapasan terkena, dapat terjadi sesak napas atau
kesulitan bernapas. Gejala neurologis lain biasanya mendahului gejala sesak napas.
 Gangguan pada saraf dan otot dapat berdampak pada kemampuan untuk koordinasi dan
pengembangan dada dan berdampak pada pergerakan diafragma yang sebabkan sesak
napas
 Gangguan ansietas: Ansietas terkadang disertai dengan bernapas yang cepat dan dalam
(hiperventilasi). Sesak napas biasanya teratasi ketika episode ansietas berakhir.
Gangguan asam basa

Asidosis

Asidosis diartikan sebagai suatu keadaan patologis akibat akumulasi asam atau
pengosongan cadangan alkali (bikarbonat) dalam darah dan jaringan tubuh, ditandai dengan
peningkatan konsentrasi ion hidrogen (penurunan pH). Asidosis juga diartikan sebagai
peningkatan hidrogen yang abnormal dalam tubuh karena terlalu banyak asam atau kehilangan
basa. Asidosis secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik.

Asidosis respiratorik

Merupakan suatu keadaan yang diakibatkan retensi karbondioksida berlebihan dalam


tubuh, disebut juga asidosis hiperkapnik. Peningkatan karbondioksida akan bereaksi dengan air
dan menghasilkan banyak asam bikarbonat. Hal-hal yang dapat menyebabkannya dapat dari
kelainan pada paru atau karena penekanan pusat pernapasan.

Mekanisme kompensasi adalah melalui peningkatan HCO3 plasma, yang disebabkan oleh
penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstraselular oleh ginjal. Penyebab dari asidosis
respiratorik antara lain kelainan susunan saraf pusat baik karena obat-obatan, stroke atau infeksi,
kelainan pada jalan napas, kelainan pada parenkim paru, kelainan neuromuscular pernapasan,
obesitas dan lain-lain yang menyebabkan retensi CO2 dalam tubuh.

Asidosis Metabolik

Asidosis metabolic diartikan sebagai suatu keadaan status asam basa tubuh bergeser ke
arah asam akibat kehilangan basa atau retensi asam non bikarbonat, atau asam tetap (tidak
menguap), disebut juga sebagai nonrespiratory acidosis.

Asidosis metabolic merujuk kepada semua tipe asidosis selain yang disebabkan karena
peningkatan karbondioksida dalam tubuh. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asidosis
metabolic adalah:

Asidosis tubulus ginjal. Disebabkan oleh karena adanya gangguan ekskresi ion hydrogen
atau resorpsi bikarbonat oleh tubulus ginjal, atau keduanya.

Asidosis karena diare. Secara normal, sekresi gastrointestinal normal mengandung


banyak bikarbonat, adanya diare menyebabkan hilangnya bikarbonat dalam jumlah besar dari
tubuh. Diare merupakan penyebab tersering asidosis metabolic dan dapat menyebabkan
kematian, terutama pada anak-anak.

Asidosis karena muntah. Muntah pada awalnya mengeluarkan sebagian besar asam dan
menyebakan kecenderungan ke arah alkalosis, karena getah lambung yang bersifat asam. Pada
keadaan lanjut, memuntahkan isi dari traktus gastrointestinal yang lebih lanjut, menyebabkan
hilangnya bikarbonat sama seperti pada diare.

Asidosis karena diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus, glukosa tidak dapat
dipakai secara efektif untuk sumber energi tubuh, sehingga tubuh memakai lemak untuk
menghasilkan energy. Pada akhirnya akan terbentuk asam asetoasetat dan 3-hidroksibutirat yang
merupakan asam kuat. Sekresi benda keton yang terus menerus dapat menghasilkan energy. Pada
akhirnya akan terbentuk asam asetoasetat dan 3-hidroksibutirat yang merupakan asam kuat.
Sekresi benda keton yang terus menerus dapat menghabiskan cadangan dapar tubuh yang akan
meningkatkan pH tubuh.

Asidosis karena penyerapan asam. Jarang terjadi penyerapan asam secara besar dari
pencernaan, namun pada kasus keracunan asam dapat terjadi asidosis metabolic. Beberapa racun
yang dapat menyebabkannya adalah aspirin (asetil salisilat) dan metal alcohol (dimetabolisme
menjadi asam format).

Asidosis karena gagal ginjal kronis. Pada keadaan perfusi ginjal yang berkurang,terjadi
penurunan sekresi amonia dan asam fosfat yang pada akhirnya menurunkan produksi bikarbonat
oleh sel-sel tubulus ginjal. Gagal ginjal juga menyebabkan beberapa asam tidak dapat dibuang
melalui ginjal, sehingga dihubungkan dengan terjadinya asidosis metabolic yang berat.

Kompensasi melibatkan peningkatan kecepatan ventilasi (pernapasan Kussmaul), yang


mengurangi karbondioksida dan penambahan bikarbonat baru oleh sel tubulus ginjal. Mekanisme
kompensasi asidosis metabolic oleh ginjal adalah sebagai berikut. Anion yang menggantikan
HCO3 di plasma dalam asidosis metabolic akan difiltrasi, masing-masing bersamaan dengan
kation (yang biasanya Na+) sehingga kenetralan listrik akan dipertahankan. Sel tubulus ginjal
akan mensekresi H+ ke cairan lumen dengan cara pertukaran dengan Na+, dan untuk tiap H+ yang
disekresi, satu Na+ dan satu HCO3 akan ditambahkan ke dalam darah. Di urin, pH pembatas 4,5
akan cepat tercapai dan jumlah H+ yang disekresi akan sangat kecil bila tidak terdapat dapar di
urin yang mengikat H+. Tetapi H+ yang disekresi itu akan bereaksi dengan HCO3 untuk
membentuk CO2 dan H2O (reabsorbsi bikarbonat); dengan HPO42- untuk membentuk H2PO4 dan
dengan NH3 untuk membentuk NH4+. Dengan cara ini, sejumlah besar H+ dapat disekresi dan
sekaligus memungkinkan sejumlah besar HCO3 dikembalikan ke (melalui reabsorbsi bikarbonat)
atau ditambahkan ke cadangan di tubuh yang telah berkurang dan sejumlah kation dapat
direabsorbsi. Hanya bila jumlah asam sangat besar maka kation juga akan hilang bersama anion
menyebabkan dieresis dan berkurangnya cadangan kation tubuh. Pada asidosis kronik, sintesis
glutamine hati akan meningkat, yang menggunakan sebagian NH4+ yang biasanya diubah
menjadi ureum dan glutamine akan merupakan tambahan sumber NH4+ untuk ginjal. Sekresi
NH3 akan meningkat untuk beberapa hari yang akan membantu proses kompensasi asidosis oleh
ginjal. Selain itu, metabolism glutamine di ginjal akan menghasilkan α-ketoglutarat dan melalui
proses dekarboksilasi akan menghasilkan HCO3 yang kemudian memasuki peredaran darah dan
membantu mendapar beban asam. Reaksi keseluruhan di darah pada penambahan asam kuat
seperti H2SO4 adalah:

2NaHCO3 + H2SO4  Na2SO4 + 2 H2CO3

Untuk tiap 1 mol penambahan H+ akan hilang 1 mol NaHCO3. Ginjal sebenarmya akan
membalikan reaksi ini:

Na2SO4 + 2 H2CO3  2NaHCO3 + 2H+ + SO42-

H+ serta SO42- kemudian akan diekskresi. Tentunya H2SO4 tidak diekskresi dalam bentuk
tersebut, H+ yang terdapat di urin disebut sebagai asam yang dapat dititrasi (titratable acidity)
dan NH4.

Pada asidosis metabolik, kompensasi respiratorik cenderung menghambat respon ginjal


dalam arti penurunan PCO2 yang diakibatkannya akan menghambat sekresi asam, tetapi karena
terjadi juga penurunan jumlah HCO3 yang difiltrasi, pengaruh inhibisi ini secara keseluruhan
tidak terlalu besar.

Alkalosis

Alkalosis diartikan sebagai keadaan patologis akibat penimbunan basa, atau akibat
hilangnya asam tidak disertai hilangnya basa sebanding dalam cairan badan, ditandai dengan
penurunan konsentrasi hidrogen (peningkatan pH). Alkalosis juga diartikan sebagai suatu
gangguan dari cairan tubuh yang menyebabkan pH tubuh lebih dari 7,44. Alkalosis secara garis
besar dibedakan menjadi 2 yaitu alkalosis respiratorik dan alkalosis metabolik.

Alkalosis Respiratorik

Merupakan suatu keadaan akibat banyak hilangnya karbondioksida dari dalam tubuh.
Alkalosis juag diartikan sebagai suatu keadaan abnormal dengan kadar karbondioksida darah
yang rendah dan kadar basa yang tinggi. Keadaan keadaan yang dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik adalah yang menimbulkan terjadinya ventilasi yang berlebihan. Walaupun jarang
terjadi pada penyakit paru, namun dapat terjadi pada penderita asma dan pneumonia. Penyebab
lainnya adalah ketegangan jiwa yang dapat menyebabkan hiperventilasi, adanya nyeri yang juga
dapat menyebabkan hiperventilasi, pada kehamilan, pada pasien sepsis dan penyakit hati serta
beberapa obat-obatan dapat juga menyebabkan hiperventilasi (salisilat,progesteron). Alkalosis
respiratorik fisiologis terjadi pada pendaki gunung karena kadar oksigen yang rendah di tempat
tinggi menyebabkan pendaki gunung akan bernapas lebih cepat. Respon kompensasi terutama
berasal dari penurunan konsentrasi bikarbonat melalui peningkatan ekskresi di ginjal.
Alkalosis Metabolik

Merupakan suatu gangguan status asam basa tubuh bergeser ke arah basa karena retensi
basa, atau karena hilangnya asam yang tidak menguap atau asam non karbon. Alkalosis
metabolik juga diartikan sebagai suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan hilangnya asam
dalam tubuh dalam jumlah besar atau dengan meningkatnya basa bikarbonat.

Beberapa penyebab dari alkalosis metabolik adalah:

Alkalosis karena diuretik. Semua diuretik (kecuali penghambat karbonik anhidrase)


menyebabkan peningkatan aliran cairan dalam tubulus ginjal, hal ini akan menyebabkan
tingginya resorpsi natrium. Karena resorpsi natrium berpasangan dengan pengeluaran ion
hidrogen, maka semakin banyak ion natrium yang diserap, semakin banyak ion hidrogen yang
disekresikan. Diuretik penghambat karbonik anhidrase menghambat pembentukan ion hidrogen
yang disekresikan. Diuretik penghambat karbonik anhidrase menghambat pembentukan ion
hidrogen dan ion bikarbonat dalam sel epitel tubulus. Kemudian menyebabkan ion bikarbonat
dalam lumen tidak dapat bereaksi dengan ion hidrogen yang seharusnya dihasilkan oleh sel epitel
tubulus tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan jumlah urine yang keluar dengan
menghambat resorpsi bikarbonat dan menyebabkan pengosongan bikarbonat ekstraseluler.

Alkalosis karena kelebihan aldosteron. Peningkatan aldosteron akan secara bermakna


meningkatkan resorpsi natrium, sehingga akan meningkatkan pula sekresi ion hidrogen.

Alkalosis karena muntah. Muntah akan mengeluarkan getah lambung yang merupakan
asam kuat sehingga akan mengakibatkan hilangnya sejumlah besar ion hidrogen dari dalam
tubuh. Penelusuran lebih lanjut mengenai mekanisme terjadinya alkalosis pada muntah
menunjukan bahwa hilangnya ion klorida (Cl-) mungkin memegang peranan lebih besar terhadap
perubahan pH dibandingkan dengan hilangnya ion hidrogen.

Alkalosis karena obat. Beberapa obat bersifat alkali yang paling sering menyebabkan
alkalosis adalah natrium bikarbonat, yang merupakan obat untuk gastritis atu ulkus peptik yang
bersifat sistemik. Mekanisme kompensasi alkalosis metabolik yang utama adalah dengan
penurunan frekuensi respirasi dan peningkatan ekskresi bikarbonat oleh ginjal.
Gambar . Analisis Gangguan Asam Basa Sederhana

Klasifikasi gagal napas

Kelainan yang mempengaruhi parenkim paru (termasuk jalan napas, ruang-ruang


alveolar, intertisial dan sirkulasi pulmoner).

Pasien dengan kelainan ini hampir selalu ditandai dengan hipoksemia, tetapi dapat
disertai atau tidak disertai hiperkapnia tergantung pada tipe spesifik penyakit dan derajat
beratnya. Perubahan hubungan anatomic dan fisiologik antara udara di alveolus dan darah di
kapiler paru menyebabkan hipoksemia. Contoh: Pneumonia bacterial, pneumonia viral, aspirasi
isi lambung, Acute respiratory distress syndrome (ARDS), emboli paru, asma, penyakit paru
intertisial.

Kelainan yang terutama mempengaruhi komponen non paru system pernapasan.

Tipe kelainan ini umumnya menyebabkan hiperkapnia. Contoh: Penyakit yang


menyebabkan kelemahan otot pernapasan, penyakit sitem saraf pusat yang mengganggu
pengendalian ventilasi, kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran dinding dada, seperti
kifoskoliosis.

Paru mungkin normal, tetapi hipoksemia yang tidak proporsional terhadap hiperkapnia
yang terjadi dapat menandakan adanya keterlibatan paru. Sebagai contoh seorang pasien dengan
kelemahan neuormuskular karena myasthenia gravis, mula-mula menunjukkan gagal napas
hiperkapnia. Tetapi kemudian mengalami pneumonia karena ketidakmampuan membantukan
dahak sehingga selain hiperkapnia timbul gagal nafas hipoksemia.

Gagal nafas hiperkapnia

Berdasarkan definisi, pasien dengan gagal nafas hiperkapnia mempunyai kadar PCO2
arterial (PaCO2) yang abnormal tinggi. Karena CO2 meningkat dalam ruang alveolus, O2 tersisih
di……

Manifestasi gagal napas hipoksemik merupakan kombinasi dari gambaran hipoksemia


arterial dan hipoksia jaringan. Hipoksemia arterial meningkatkan ventilasi melalui stimulasi
kemoreseptor glomus karotikus, diikuti dispnea, takipnea, hipernea dan biasanya hiperventilasi.
Derajat respon ventilasi tergantung kemampuan mendeteksi hipoksemia dan kemampuan system
pernapasan untuk merespon. Pada pasien hipoksemik dengan penyakit paru berat atau
keterbatasan ventilasi, peningkatan ventilasi mungkin hanya ditemukan sedikit atau bahkan tidak
ada dan tidak ada hieperventilasi. Pada pasien yang terganggu fungsi glomus karotikusnya, tidak
ada respon ventilasi terhadap hipoksemia. Mungkin didapatkan sianosis, terutama jelas di
ekstremitas distal, tetapi juga didapatkan pada daerah sentral di sekitar membrane mukosa dan
bibir. Derajat sianosis tergantung pada konsentrasi hemoglobin dan keadaan perfusi pasien.

Manifestasi lain dari hipoksemia adalah akibat pasokan oksigen yang tidak mencukupi ke
jaringan atau hipoksia. Hipoksia menyebabkan pergeseran metabolisme ke arah anaerobic,
disertai pembentukan asam laktat. Peningkatan kadar asam laktat di darah akan selanjutnya
merangsang ventilasi. Hipoksia dini yang ringan dapat menyebabkan gangguan mental terutama
untuk pekerjaan kompleks atau berpikir abstrak. Hipoksia yang lebih berta dapat menyebabkan
perubahan status mental yang lebih lanjut seperti somnolen, koma, kejang dan kerusakan otak
hipoksik permanen. Aktivitas system saraf simpatis meningkat sehingga turut menyebabkan
terjadinya takikardia, diaphoresis dan vasokonstriksi sistemik diikuti hipertensi. Hipoksia yang
lebih berat lagi dapat menyebabkan bradikardia, vasodilatasi dan hipotensi serta menimbulkan
iskemia miokard, infark, aritmia dan gagal jantung.

Manifestasi gagal napas hipoksemik diperburuk oleh adanya gangguan hantaran oksigen
ke jaringan (tissue oxygen delivery). Pasien dengan curah jantung yang berkurang, anemia atau
kelainan sirkulasi, dapat diramalkan akan mengalami hipoksia jaringan global dan regional pada
derajat hipoksemia yang lebih dini. Contohnya ialah peningkatan risiko iskemia miokard dari
hipoksemia pada pasien pasien dengan aterosklerosis arteri koroner atau pasien dengan syok
hipovolemik yang menunjukkan tanda-tanda asidosis laktat pada hipoksemia arterial ringan.

Anda mungkin juga menyukai