Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi

ovarium adalah sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur.

Gangguan pada ovarium tentu dapat menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan, perkembangan, dan pematangan sel telur. Gangguan

tersebut dapat berupa kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan

kanker ovarium. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan

yang terjadi pada indung telur (ovarium). Cairan ini dapat terkumpul dan

dibungkus oleh semacam kapsul yang terbentuk dari lapisan terluar

ovarium. Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terdapat pada

ovarium.

Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi

wanita, dan 85% bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia

tidak diketaui secara pasti dikarenakan pencatatan kasus yang kurang

baik. Namun, diperkirakan prevalensi kista ovarium sebesar 60% dari

seluruh kasus gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii musinosum

sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium. Frekuensi

kistadenoma ovarii musinosum ditemukan Hariadi (1970) sebesar 27%,

Gunawan (1977) menemukan 29,9%, Sapardan (1970) menemukan

37,2%, dan Djaswadi menemukan 15,1%. Frekuensi kistadenoma ovarii

1
serosum ditemukan Hariadi dan Gunawan di Surabaya sebesar masing-

masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan menemukan 20%, dan di

Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%. Frekuensi kista

dermoid ditemukan Sapardan sebesar 16,9%. Djaswadi menemukan

15,1%, Hariadi dan Gunawan masing-masing menemukan 11,1% dan

13,5% (Wiknjosastro et.al, 2009)

Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik

atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium

umum ditemukan pada wanita usia reproduktif. Kista menimbulkan

angka kematian yang cukup tinggi. Karena 20-30% kista dapat

berpotensi menjadi ganas terutama pada wanita diatas 40 tahun.

Perjalanan penyakit dianggap berlangsung secara diam-diam (silent

killer), sehingga wanita umumnya tidak menyadari sudah menderita kista

ovarium. Wanita umumnya sadar setelah benjolan teraba dari luar.

Sekarang ini semakin sering ditemukan kista ovarium pada seorang

wanita dikarenakan pemeriksaan fisik dan semakin majunya teknologi.

Sebagian besar kista tidak menimbulakan gejala yang nyata, namun

sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan.

Bahkan kista ovarium yang maligna tidak menimbulkan gejala pada

sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium lanjut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,

folikel degraff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat

pertumbuhan dari epithelium ovarium (Dorland,2002).

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang

besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam

kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid,

kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat

menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang –

halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro et al, 2009).

Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,

biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis

berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut

terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000)

2.2 Etiologi

Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun,

secara umum dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami.

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan

hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu sendiri. Kista

3
indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus

menstruasi.

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah

yang nantinya akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista

ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan.

Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang

tidak terkontrol. Cairan yang mengisi kista dsebagian besar berupa darah

yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah ovarium.

Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti

rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam

ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka

saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa

kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan

yang nantinya akan menjadi kista.

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak

sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung

estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon

(FSH) dan luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause

berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran maksimum 2,5 cm); berasal

dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi

cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik atau tanpa

gejala.

4
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung

telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh

penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus

menstruasi.

Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,

berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor

indung telur, serta terapi hormon.

2.3 Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam

pembentukan kista ovarium.(Anurogo, 2009):

a. Pengobatan infertilitas

Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi

dengan gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau

letrozole, dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian

hyperstimulation syndrome.

b. Tamoxifen

Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang

biasanya timbul setelah penghentian terapi.

c. Kehamilan

Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua

saat kadar hCG tertinggi.

d. Hypothyroidism

5
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone

(TSH) dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista

ovarii.

e. Gonadotropin maternal

Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan

pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.

f. Merokok

Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari

merokok mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks

massa tubuh (IMT)

g. Ligasi tuba

kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba

2.4 Manifestasi Klinis

Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.

Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat

pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala

dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa

berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai

karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena

desakan diafragma ke kranial. Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga

perut dan sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh

penderita. Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang

menyebabkan berbagai keluhan samar-samar (Sastrawinata et al,2004) :

6
a. Perasaan sebah

b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul

c. Makan sedikit terasa cepat kenyang

d. Sering kembung

e. Nyeri senggama

f. Nafsu makan menurun

g. Rasa penuh pada perut bagian bawah

h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga


 tekanan pada dubur

i. Gangguan menstruasi.

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola 
 haid kecuali

tumor itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor 
 sel

granulosa yang dapat menyebabkan hipermenorrea.

j. Akibat Pertumbuhan

Dengan adanya tumor didalam perut bisa 
 menyebabkan

pembengkakan perut.. Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan

oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya sebuah kista

yang tidak seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus

sehingga dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan

miksi dan sedang kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-

kadang hanya menimbulkan rasa berat pada perut. Selain gangguan

7
miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi. Dapat timbul

komplikasi berupa asites, atau gejala sindrom perut akut, akibatnya

putaran tungkai tumor atau gangguan peredaran darah karena penyebab

lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ).

2.5 Klasifikasi

Kista ovarium dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium

nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak maka pembagiannya

adalah sebagai berikut:

1. Tumor Nonneoplastik


a) Kista Folikel


Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai

berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari

beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah

pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim

melainkan menjadi membesar menjadi kista. Kista ini berasal

dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia folikuli.

Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai

kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel.

Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang

ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga

terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada

8
pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah

jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah

salpingektomi.

b) Kista Korpus Luteum


Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam

korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena

darah tua.

c) Kista Lutein


Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju.

Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon

koriogonadotropin yang berlebihan. Kista ini dapat terjadi pada

kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang

sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum

haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi

pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak

jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang

berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara

perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga

akhirnya tersisa cairan yang jernih, atau sedikit bercampur

darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada

bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista korpus lutein

yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.

9
d) Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian

kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.

e) Kista Endometrium


Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya

dengan endometroid.

f) Kista Stein-Laventhal


Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya

disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal. Biasanya kedua

ovarium membesar dan bersifat polikistik, permukaan rata,

berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan

mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.

Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium,

tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan

gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri

dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe.

Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari

tunica interna yang menghasilkan zat androgenik. Kelainan ini

merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.

2. Kista Neoplastik Jinak


10
Kista neoplastik jinak terdiri dari :

a) Kistoma ovarii simpleks


Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis

kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya

berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Kista ini

mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,

seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis

dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning.

Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung

dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai)

dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu

jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya

berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.

b) Kistadenoma Ovarii Musinosum


Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini

berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu

elemen mengalahkan elemen lainnya. Ada penulis yang

berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum,

sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang

sama dengan tumor Brenner.

c) Kistadenoma Ovarii Serosum


11
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium

(germinal ephitelium). Kista jenis ini tak mencapai ukuran yang

amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.

Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula

berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk

multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista

putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi

pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan

keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,

dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang

kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan

pertumbuhan papiler (solid papilloma).

d) Kista endometrioid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada

dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai

lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh

Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan

endometriosis ovarii.

e) Kista dermoid


Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-

struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel

kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih

12
kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada

elemen – elemen endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat

dalam rongga kista ini ialah produk dari kelenjar sebasea berupa

massa lembek seperti lemak bercampur dengan rambut.

2.6 Patofisiologi

Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor

ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari

pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut.

(Helm, 2008)

1. Akibat pertumbuhan 


Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan

oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila tumor

mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,

sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut

kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat

juga mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.

2. Akibat aktivitas hormonal


13
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali 
 jika

tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista


Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur-angsur

menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-

gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi

dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

b. Putaran tangkai 


Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.

Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum

infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini

menimbulkan rasa sakit.

c. Infeksi pada tumor


Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista

dermoid cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.

d. Robek dinding kista


Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada

saat persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul

secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam

14
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus

disertai tanda – tanda abdomen akut.

e. Perubahan keganasan


Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis

yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya

asites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis)

memperkuat diagnosa keganasan. 
 (Wiknjosastro, 2009).

2.7 Diagnosis

a. Anamnesa

Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien.

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor

ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut.

Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut

akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat

juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat

terjadi penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan

frekuensi berkemih menjadi sering. (DeChemey et al,1994)

Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus

15
terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi

yang sering. Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu

pada penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak

adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak. Pada umumnya tumor

ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut

mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan

vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan

menarche lebih awal.

Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari hirsutism,

inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne. Pada keganasan, dapat

ditemukan penurunan berat badan yang drastis.

b. Pemeriksaan Fisik

Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada

wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi

hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.

Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang

kistik, mobile, permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus

dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk

fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan

keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites

yang pasif.

16
c. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer

antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran

sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang

dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85%

pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125

ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.

b. Laparoskopi

Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan

sifat- sifat tumor.

c. Ultrasonografi

Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam

rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik

imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya

unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak

terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas,

dan merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga

kistadenoma serosa atau kista inklusi.

Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke

dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga

kista neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista ovarium

dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal

17
dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur

pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang

penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk

mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti

ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.

d. MRI

MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,

dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik.

MRI ini biasanya tidak diperlukan

e. CT Scan

Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan

kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai

untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum

dalam kasus keganasan ovarium.

f. Foto Rontgen

Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid kadang dapat

terlihat gigi.

g. Parasentesis

Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.

h. Tes kehamilan

Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal

berikut yaitu pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan

18
diatas disertai pada pemeriksaan fisik
 :

1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm


2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan

atau mengisi kavum douglasi


3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.

2.8 Komplikasi

Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit,

berangsur- angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya

menimbulkan gejala klinik yang minimal. Tetapi bila dalam jumlah banyak

akan terjadi distensi cepat dan nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan

melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale.

Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat

trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan coitus. Bila kista hanya

mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat robekan akan segera berkurang.

Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara akut, perdarahan bebas

19
dapat berlangsung terus menerus dalam rongga peritoneum dan

menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman

patogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan

keganasan dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii

derosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Sindroma

Meigs ditemukan pada 40% dari kasus fibroma ovarii yaitu tumor ovarium

disertai asites dan hidrotoraks.

2.9 Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan

operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya

besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut

mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas

adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian

ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada

komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan

pengangkatan tuba. Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke

bagian patologi anatomi untuk diperikasa.

20
Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan

terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista

yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,

aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan

pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista

berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.

Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang

lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunaknan

pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang

memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan

resiko keganasan dan panda pasien dengan kista benigna yang tidak dapat

diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium

dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk

fertilitas di masa mendatang.

Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada

wanita postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang

lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang

beresiko menyebabkan karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi dengan

ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom

ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan

untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml

dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.

21
Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan

pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli

patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau tidak. Untuk

tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Prosedurnya

adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi, dan

appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja

(ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika

stadiumnya ia masih muda, belum menpunyai anak, derajat keganasan

tumor rendah seperti pada fow potential malignancy (borderline).

Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap

radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan

obat sitostatika seperti agents alkylating (cyclophosphamide,

chlorambucyl) dan antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas

sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama

3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.

(Moeloek et al, 2006)

22
BAB III

KESIMPULAN

Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik

atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium umum

ditemukan pada wanita usia reproduktif. Kista menimbulkan angka

kematian yang cukup tinggi. Karena 20-30% kista dapat berpotensi menjadi

ganas terutama pada wanita diatas 40 tahun. Perjalanan penyakit dianggap

berlangsung secara diam-diam (silent killer), sehingga wanita umumnya

tidak menyadari sudah menderita kista ovarium. Wanita umumnya sadar

setelah benjolan teraba dari luar. Sekarang ini semakin sering ditemukan

kista ovarium pada seorang wanita dikarenakan pemeriksaan fisik dan

23
semakin majunya teknologi. Sebagian besar kista tidak menimbulakan

gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa

sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna tidak

menimbulkan gejala pada sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam

stadium lanjut.

Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista

ovarium yang terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau

terpuntir. Penatalaksanaan kista ovarium sebagian besar memerlukan

pembedahan untuk mengangkat kista tersebut. Penangannya melibatkan

keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormon dan

fertilitas seorang wanita.

DAFTAR PUSTAKA

1. D. 2009 Anurogo. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com.

(accessed on 15 Juni 2013)

2. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis

and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.

3. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds).

Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran

EGC;2002.

4. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 maret 2008. (Available at :

http://.emedicine.com/med/topic1699.htm, accessed on 15 Juni 2013)


24
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor

Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.
 Jilid I.

Jakarta :Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
 Universitas Indonesia;

2000. p. 388

6. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik

Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia; 2006. p.130-1
 6. Ovarian Cyst. 6 April 2008. (Available at

http://en.wikipedia.org/wiki/Ovarian_cyst, accessed on 15 Juni 2013)

7. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri

Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.

8. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 346-65.

25

Anda mungkin juga menyukai