A. HasilPenelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSUD Muyang Kute Bener Meriah Aceh Tengah terdiri dari beberapa
ruangan antara lain Unit Gawat Darurat, Rawat jalan, Rawat inap,
Rehabilitas medik, poli klinik, Fisioterapi, ICU, Radiologi, CT Scan,
Laboratorium klinik, Unit Hemodialisa dan Apotik.
30
31
2. AnalisaUnivariat
a. DistribusiFrekuensiBerdasarkanKarakteristikResponden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Umur
dan Jenis Kelamin responden di RuangRawat Inap
Rumah Sakit UmumDaerah Muyang Kute
Bener MeriahTahun 2018(n=104).
Karakteristik n %
Umur
1. <30 tahun 35 33.7
2. 31-40 tahun 33 31.7
3. >41 tahun 36 34.6
Jenis kelamin
1. Laki-laki 48 46.2
2. Perempuan 56 53.8
3. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Mencuci Tangan Dengan Sabun Terhadap Kejadian
Demam Tifoid
Tabulasi Silang
Tabel 4.4
Pengaruh Mencuci Tangan Dengan Sabun Terhadap Kejadian
Demam Tifoid Pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD
Muyang Kute BenerMerian Aceh Tengah (n=104)
B. Pembahasan
1. MencuciTanganDenganSabun
Hasil penelitian menunjukan bahwa mencuci tangan dengan sabun
mayoritas buruk berjumlah(57,7%). Berdasarkan hasil pengkajian dari
kuesioner yang di bagikan didapatkanbahwa pasien jarang mencuci tangan
dengan sabun setelah makan dan membilasnya dengan air mengalir, jarang
mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan
makanandanmembilasnyadengan air mengalir, jarang mencuci tangan
33
Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara
membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan
lainnya yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang
baik dan benar adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja
terbukti tidak efektif (Danuwirahadi, 2010).
2. KejadianDemamtifoid
Berdasarkan hasil dari rekam medik yang diperoleh dari 104 responden
diketahui bahwa yang terjadidemam tifoidsebanyak (50.0%) dan tidak
terjadi demam tifoid sebanyak (50.0%).
35
Penularan yang paling berbahaya dari tinja. Misalnya kita jajan, kalau
yang mengelola jajanan itu jorok, setelah ke toilet tidak cuci tangan
dengan sabun kemudian dia membuat makanan, pasti makanan itu akan
tercemar salmonella, memakai air yang kurang bagus, misalnya air sumur
yang tercemar (Hadinegoro, 2011).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typi atau salmonella paratyphi A, B, dan C.
Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk kedalam tubuh
manusia melaui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Widoyono,
2011). Infeksi terjadi jika anda mengkonsumsi makanan yang disiapkan
oleh penderita demam tifoid yang tidak mencuci tangan dengan baik
setelah ke toilet. Infeksi dapat juga terjadi dengan meminum air yang telah
tercemar oleh bakteri salmonella.
Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan
tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa menunjukkan bahwa 10
mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun
1000 mikroba juga dapat menyebabkan penyakit. Masa inkubasinya
adalah 10-20 hari, meskipun ada yang menyebut angka 8-14 hari. Adapun
pada gejala gastroenteritis yang diakibatkan oleh paratifoid, masa
inkubasinya berlangsung lebih cepat, yaitu sekitar 1-10 hari (Widoyono,
2011).
Bila pasien membaik maka pada minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun
dan dpat normal kembali pada kahir minggu ke-3.komplikasi yang
mungkin terjadi adalah perdarahan usus dan perforasi. Kejadian demam
tifoid juga menduduki jumlah yang cukup meningkat secara signifikan
dari tahun ke tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya demam
tifoid diantaranya tingkat pengetahuan, personal higiene, dan kebiasaan
jajan.
Dari tabulasi silang didapatkan ada (5,8%) pasien mencuci tangan kategori
baik tetapi mengalami demam tifoid. Hal ini dicurigai di karenakan ada
faktor lain yang menyebabkan kejadian tersebut seperti sanitasi
lingkungan yang buruk, keterbatasan ketersedian air bersih, serta konsumsi
makanan yang kurang bersih.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh rakhman
dkk (2009), memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian demam tifoid, dengan nilai OR
2.625 yang berarti bahwa responden yang tidak mencuci tangan sebelum
makan dan setelah BAB mempunyai resiko 2.265 kali lebih besar terkena
demam tifoid dibandingkan responden yang mempunyai kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB.
4. Keterbatasan Penelitian
Peneliti hanya menggunakan lembar kuesioner, tidak mengobservasi
langsung bagaimana kebiasaan resonden mencuci tangan. Peneliti hanya
mengukur faktor mencuci tangan dengan sabun tidak melihat faktor-faktor
lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa mencuci tangan dengan sabun
mayoritas buruk berjumlah(57,7%).
2. Berdasarkan hasil dari rekam medik yang diperoleh dari 104 responden
diketahui bahwa yang terjadi demam tifoid sebanyak (50.0%) dan tidak
terjadi demam tifoid sebanyak (50.0%).
3. Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan nilai p value 0.000 (p< 0,05)
artinya ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun terhadap kejadian demam tipoid PadaPasienRawatInap di
RSUD Muyang Kute Bener Meriah Aceh Tengah.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan kepada pasien agar mencuci tangan menggunakan sabun
sebelum dan sesudah melakukan aktivitas untuk mencegah terjadinya
demam tifoid.
39