Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Fimosis” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASKEB NEONATUS.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang kami peroleh dari
beberapa buku dan situs blog di internet. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah ASKEB NEONATUS atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan
semestinya.

Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya


sempurna. Sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna menambah kualitas serta mutu dari makalah tersebut.kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita semua.

Samarinda, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………1
B. Rumusan Masalah ……………………………………….1
C. Tujuan Penulisan………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fimosis………………………….……..…..….3
B. Etiologi………………………………………………..…..4
C. Penyebab Fimosis…………………………………………4
D. Macam-Macam Fimosis…………………………………..5
E. Tanda dan Gejala Fimosis………………………………..6
F. Gangguan………………………………………………...7
G. Komplikasi……………………………………………….7
H. Penatalaksanaan………………………………………..…8
I. Therapi………………………………………………….. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………….…………………………………….…13
B. Saran…………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………..14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang


diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan
sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau
gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai
cedera atau trauma lahir.

Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang


pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan
perawatan yang baik dan adekuat.

Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak


tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini,
persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan
pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan
meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis


menarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena
fimosis?

1
C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan
kebidanan pada anak yang menderita penyakit fimosis.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
b) Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
c) Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang tepat
untuk mengatasi fimosis.

d) Mengetahui macam-macam fimosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FIMOSIS

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat


pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat
kencing. (Andi Maryam)

Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ


kelamin pria, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana
kulit penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan
mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan
anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu
timbulnya infeksi pada penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan
dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter
menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan membuka
dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna
Himawan,1996)

Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan


menyebabkan bayi / anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi / anak
sering menangis sebelum urine keluar.

Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang


melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang
untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium,
foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada
fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis.

3
Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk
berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis)
bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun
didapat.

Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke


proksimal sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis
tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel
prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-
lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi
secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehinga
prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.

Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan


smegma yaitu cairan putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit
kulup dan kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah
sekali terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung
penis, sehingga di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan
kencing, anak menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang
terbelit dan menggelembung.

B. ETIOLOGI

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang
di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

C. PENYEBAB FIMOSIS

Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang


lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan
peregangan, misalnya karena peradangan atau luka akibat pembukaan

4
paksa kepala penis. Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu
mencegah peregangan kulup.

D. MACAM-MACAM FIMOSIS

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir


sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai
masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan
tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan,
terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans
penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glans penis.

Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang


seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat
lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-
laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200
anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat
ditarik ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang


sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini
berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk ,
peradangan kronik glans penis dan
kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau penarikan berlebihan
kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian
kulitpreputium yang membuka.

5
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan
fenomena ballooning, yakni kulitpreputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya lubang di
ujung preputium.

Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya


fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi)
air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil
berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan
kasus gawat darurat.

E. TANDA DAN GEJALA FIMOSIS

Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :

1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.

2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan


menggembang saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang
setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh
kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.

3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil


karena timbul rasa sakit.

4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan


dibersihkan. 5

5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-


kadang memancar dengan arah yang tidak dapat di duga.

6. Bisa juga disertai demam.

7. Terjadi iritsi pada penis.

6
F. GANGGUAN

Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil,


menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan
menimbulkan retensi urine.Kadangkala pasien dibawa berobat oleh
orang tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak lain
adalah korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium
dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada
didalamnya.

Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang


dipaksakan pada fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk
sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Dapat
diberikan salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali.
Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu prepusium dapat
diretraksi spontan kemudian dilakukan sirkumsisi.

G. KOMPLIKASI

a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.

b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian


terkena

c) Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.

d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.

e) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa


nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.

f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.

g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.

7
h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

H. PENATALAKSANAAN

Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:

a) Sunat

Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan


masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama
bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum
ataupun local.

b) Obat

Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan


elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari
selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu
tertentu agar efektif.

c) Peregangan

Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup


yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh
menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.

Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila


terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya
diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang
memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga
kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa

8
penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis
dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang penis
setiap selesai membersihkan.

Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik


kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring
dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam
kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.

Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran


air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau
seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa
memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi
pada anak-anak adalah fimosis patologik.

Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada


kulit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif
dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah
berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga


kebersihan bokong dan penis.

a. Bokong

Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan


popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta
mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan
dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah
disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada

9
beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang
timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah mempertahankan area
ini tetap kering dan bersih.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam


atau berpergian.

2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek


yang cocok dengan bayi .

3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers,


kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah
menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).

4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika


perlu, biarkan ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu
ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.

5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik


dalam 1 sampai 2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-
bintil kecil, hubungi dokter.

b. Penis

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat


menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang,
jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah
dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa
hilang.

2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis


tidak iritasi.

10
3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang
banyak karena bisa menyebabkan iritasi.

4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama


20 – 30 hari , terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-
anak yang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

I. TERAPI

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua


dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia
dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih
berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus
segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.

Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran


kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit
prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan
dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika
terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah
karsinoma penis tidak dianjurkan.

Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali


kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan
salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini
tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.

Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang


edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang
tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal , periu dilakukan

11
insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal,
sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat


pada bagian kepala penis (glands) dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan
kesakitan saat kencing.

Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis


membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang
keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai buang
air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam
ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
muaranya yang sempit, Biasanya bayi menangis dan mengejan saat
buang air kecil karena timbul rasa sakit, Kulit penis tidak bisa ditarik
kearah pangkal ketika akan dibersihkan, Air seni keluar tidak
lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan
arah yang tidak dapat di duga, Bisa juga disertai demam, dan terjadi iritsi
pada penis.

B. SARAN

Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah


ini kurang dari sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik
yang dapat membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah,2005,Perawatan Anak Sakit,Jakarta: EGC

Haws.,Paulette S.,2008,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC

http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/kelainan-bawaan-pada-neonatus.html

http://jogjawithlove.blogspot.com/2009/06/fimosis.html

14

Anda mungkin juga menyukai