Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc var

rubrum) DENGAN PARAMETER ENZIM SGPT, SGOT, KREATININ DAN UREUM PADA TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

Abdul Rahmansyah

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar


e-mail : mapacti.ancha75@gmail,com

ABSTRAK

Abdul Rahmansyah Efektivitas Hepaprotektif ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale Rosc var
rubrum) dengan parameter enzim SGPT, SGOT, Keatinin dan Ureum pada tikus (Rattus norvegicus) yang
diinduksi parasetamol

Jahe merah merupakan jenis rimpang yang banyak digunakan sebagai salah satu bahan obat tradisional
di Indonesia.Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh proteksi ekstrak rimpang jahe merah
terhadap gangguan fungsi hati dan ginjal yang disebabkan oleh toksisitas parasetamol. Dengan
memperhatikan kadar Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), kadar Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT), kadar ureum dan kreatinin pada tikus putih. Jahe merah diekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan etanol 70% (1:7,5), ekstrak yang diperoleh diuji efek hepatoprotektirnya pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba dengan penginduksi paracetamol. Pada penelitian ini
dibagi kedalam V kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari kelompok I diberikan suspensi Na. CMC ,
kelompok II suspensi parasetamol toksik, kelompok III perlakuan ekstrak jahe merah 150 mg/kg BB.,
kelompok IV diberi ekstrak jahe merah 300 mg/kg BB,. Kelompok V diberikan ekstrak Kunyit 60 mg/kg BB,
Pada hari ke- 6 dan ke 11 dilakukan pengambilan plasma darah untuk pengujian kadar SGOT, SGPT,
Keatinin, Ureum,dengan alat humalyzer. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah dapat
menurunkan kadar SGPT, SGOT, kreatinin dan ureum yang sebelumnya naik karena pengaruh induksi
paracetamol.

Kata kunci: Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc var rubrum), Parasetamol, SGPT, SGOT, kreatinin, ureum.

PENDAHULUAN
Parasetamol atau asetaminofen pemakaiannya berlebihan maka N-acetyl-p-
merupakan salah satu analgesik antipiretik benzoquinone akan tertimbun didalam hepar
yang efektif menghilangkan rasa nyeri, dan merusak sel-sel hepatosit, selain itu N-
menurunkan panas, tidak mengiritasi lambung acetyl-p-benzoquinone juga akan terlepas ke
dan banyak digunakan karena mudah dalam darah sehingga dapat merusak sel-sel
didapatkan dan dijual tanpa harus dengan lain dalam tubuh termasuk sel nefron pada
resep dokter. Parasetamol lebih dari 1 miliar ginjal. Overdosis penggunaan obat yang
tablet yang dijual setiap tahun di Amerika merupakan derivat dari para amino fenol ini
Serikat saja (Nourjah, 2006). berpotensi menimbulkan kerusakan hepar dan
Metabolisme parasetamol terjadi di ginjal. Kerusakan pada ginjal tersebut ditandai
hepar, oleh enzim mikrosomal dan oleh nekrosis tubulus akut disertai
dimetabolisme secara parsial. Hasil meningkatnya kadar ureum dan kreatinin
metabolismenya berupa asetaminofen sulfat plasma. Target utama dari nekrosis tubular
dan glukoronat, namun kurang dari 5% di akut pada kasus keracunan suatu zat adalah
ekskresikan berupa metabolit aktif yaitu N- tubulus proksimal ginjal. Pada penelitian
acetyl-p-benzoquinone yang bersifat Pierce dan Franklin (2006) disebutkan
hepatotoksik. Penimbunan N-acetyl-p- pemakaian asetaminofen berlebihan
benzoquinone di hepar menyebabkan nekrosis menyebabkan cidera sel hepatosit yang fatal
pada sel hepatosit yang berkaitan dengan pada daerah sentrilobular dan nekrosis
dosis paracetamol (Nourjah, 2006). tubulus akut pada ginjal
Pada pemakaian dosis yang tepat Adapun dosis parasetamol yang bisa
hepar dapat merubah N-acetyl-pbenzoquinone mengkibatkan toksisitas adalah 50 mg- 350
menjadi zat yang tidak toksik terhadap tubuh mg /Kg bb.
maupun sel hepatosit itu sendiri, namun Cidera pada sel hepatosit dapat
kemampuan hepar itupun terbatas jika ditandai dengan peningkatan SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase) Dan aring, andrografolid dari sambiloto, minyak
SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) atsiri dari bawang putih, asam glisirrisat dari
yang merupakan Enzim Transaminase atau akar manis dan saga, krisofanol dari
disebut juga enzim aminotransferase. kelembak, dan gingerol dari jahe. Zat
Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang berkhasiat bekerja melindungi hati dari
lebih sensitif terhadap kerusakan hati kerusakan, mempercepat regenerasi
dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim hepatosit, dan mengurangi keaktifan enzim
GOT sumber utamanya di hati, sedangkan siklooksigenase (Dalimartha, 2008).
enzim GPT banyak terdapat pada jaringan Jahe merah (Zingiber officinale var
terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak. Rubrum) banyak digunakan di berbagai
Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan belahan dunia untuk bumbu masakan dan
keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya obat tradisional. Kitab Ayurvedic and Tibb-
peningkatan enzim hati tersebut dapat Unani menerangkan kegunaan jahe merah
mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. untuk pengobatan seperti rematik, kecemasan,
Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT gingivitis, sakit gigi, asma, stroke, konstipasi
dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan dan diabetes (Awang, 1992; Wang dan Wang,
sel-sel hati (Cahyono, 2009) 2005; Tapsell, 2006, untuk anti inflamasi
Pencegahan kerusakan hati oleh (Grzanna dkk, 2005), pencegahan kanker dan
parasetamol dapat dilakukan dengan anti emesis paska operasi (Shukla dan Singh,
mengkonsumsi bahan pangan atau tanaman 2007).
yang memiliki khasiat efek protektif. Biasanya Tanaman ini mengandung sejumlah
efek protektif merupakan bahan yang memiliki senyawa seperti zingiberene, gingerol,
sifat antioksidan sehingga dapat mengurangi shogaol, zingerone, dan paradol. 6- gingerol
reaksi oksidasi pada kerusakan hati. dan 6- shogaol memperlihatkan aktifitas
Tumbuhan obat yang terbukti berkhasiat farmakologi antara lain antipiretik, analgestika,
sebagai efek protektif contohnya kurkumin antitusif dan efek penurun tekanan darah.
yang diperoleh dari temulawak dan kunyit, Dari Hasil penelitian terdahulu Sanwal (2010),
filantin dan hipofilantin dari meniran, aukubin gingerol mempunyai aktifitas antioksidan yang
dari daun sendok, wedelolakton dari urang- sangat kuat.
yang bermakna, dilanjutkan dengan uji statistik
METODE PENELITIAN (Mann Whitney test).
Alat dan Bahan penelitian
Alat maserasi Timbangan analitik,
gelas ukur, beker gelas, batang pengaduk, Teknik Analisis
corong, labu, kertas saring, kompor listrik, , Data berupa mean sem dianalisis
labu takar, erlenmeyer, kandang tikus, botol air dengan analisis varian satu jalan dan
minum, spuit injeksi 1,0 ml, spuit oral ukuran 5 dilanjutkan dengan Duncan’s multiple range
ml, spuit untuk mengambil darah ukuran 5 ml tests dengan signifikansi P<0.05. metode
(Terumo), Pengukuran aktivitas SGPT, SGOT tukey HSD.
spektrofotometer, Tabung durham, tabung
efendor. Penyiapan Sampel
Rimpang Jahe Merah, Etanol, tikus Sampel rimpang jahe merah diperoleh
putih galur wistar, Pakan, Parasetamol, NaCl dari Dusun Palirang, Kelurahan Tonyamang,
0,9%, aquadest, Alkohol 70%, Na. CMC, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang
Reagen SGPT, Reagen SGOT, Reagen Provinsi Sulawesi Selatan. Rimpang jahe
Ureum, Reagen Kreatinin dan Curvit (ekstrak merah dibersihkan dengan air mengalir,
kunyit). kemudian dipotong kecil-kecil, lalu dikeringkan
Teknik Pengumpulan Data pada udara terbuka dan terlindung dari sinar
Data yang diperoleh berupa data matahari secara langsung.
primer, kemudian data yang diperoleh diolah
dengan program komputer SPSS for windows. Ekstraksi dengan Metode maserasi
Data tersebut dilakukan uji normalitas data jika Sampel sebanyak 800 gram
data yang didapat normal dilanjutkan dengan dimasukkan kedalam bejana maserasi
menggunakan Analysis of Variance, lalu kemudian sampel dibasahkan dan direndam
dilanjutkan dengan post hoc analysis. Jika dengan etanol 70 % selama 5 hari sambil
data yang diuji menunjukkan distribusi data sesekali diaduk. Maserat dikumpulkan dan
yang tidak normal maka data diuji diuapkan dengan vacum rotary evaporator
menggunakan Kruskall Wallis, dan jika dari uji dengan suhu 60oC dan dipekatkan diatas
statistik tersebut ditemukan ada perbedaan waterbath dengan suhu 60-70oC hingga
diperoleh ekstrak kental.
Prosedur Penelitian dijalankan stopwatch. Baca lagi absorbansi
Hewan coba yang digunakan dalam tepat setelah 1, 2, 3 menit.
penelitian ini yaitu tikus wistar jantan dengan
berat rata-rata 200 gram dan dibagi kedalam V
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri Penetapan aktivitas SGPT
dari kelompok I yaitu kelompok kontrol, Alat dan bahan disiapkan.Setelah itu
diberikan suspensi Na.CMC dan Sdiberi kondisi pemeriksaan diatur dengan celah optic
makan pelet biasa selama 11 hari, kelompok II 1cm, suhu 30°C atau 37°C, panjang
kontrol negatif diinduksi parasetamol 500 gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm dan
mg/kg BB dihari 4 dan hari 5 diinduksi pengukuran terhadap udara (kenaikan
parasetamol 300 mg/kg BB , kelompok III absorbansi).Kemudian reagen dan kuvet
perlakuan, ekstrak jahe merah 150 mg/kg BB dihangatkan sampai pada suhu yang
diberikan di hari pertama sampai hari ke 3, dikehendaki dan suhu dijaga konstan (±0,5°C)
hari ke 4 diinduksi parasetamol 500 mg/kg BB selama tes. Dilakukan percobaan dengan
dan hari ke 5 di induksikan parasetamol 300 metode start reagen dimana dipipet kedalam
mg/kg BB. kelompok IV perlakuan, ekstrak kuvet sampel 200 µl dan larutan buffer 1000
jahe merah 300 mg/kg BB diberikan di hari µl, lalu dicampur dan diinkubasi selama 1
pertama sampai hari ke 3, hari ke 4 diinduksi menit pada suhu 30°C atau 37°C. Kemudian
parasetamol 500 mg/kg BB dan hari ke 5 dipipet ke dalam kuvet substrat 250 µl. Ke
diinduksikan parasetamol 300 mg/kg BB. dalam sampel dicampur dan larutan buffer tadi
Kelompok V perlakuan, ekstrak Kunyit 600 yang diinkubasi. Absorbansi dibaca setelah 1
mg/kg BB diberikan di hari pertama sampai menit dan dijalankan stopwatch, baca lagi
hari ke 3, hari ke 4 diinduksi parasetamol 500 absorban tepat setelah 1,2, dan 3 menit.
mg/kg BB dan hari ke 5 di induksikan Percobaan dilakukan dengan metode starf
parasetamol 300 mg/kg BB. diterminasi pada sampel dimana dipipet ke dalam kuvet sampel
hari ke- 6 dan ke 11 untuk diambil serum 200 µl dan reagen kerja 1000 µl. Campur dan
darah untuk pengujian kadar SGOT, SGPT, baca absorbansi setelah 1 menit dan
Keatinin, Ureum,dengan alat humalyzer. dijalankan stopwatch. Baca lagi absorbansi
tepat setelah 1, 2, 3 menit.
Pengambilan sampel darah hewan Uji
Pengambilan sampel darah hewan uji Pengukuaran kretinin
dengan menggunakan spoit 3 ml melalui ekor Pada pemeriksaan kreatinin, dilakukan
. Darah kemudian ditampung dalam tabung sentrifus sehingga didapatkan serum, setelah
sentrifuge kemudian diputar dengan dipipet serum sebanyak 100 µl dan
kecepatan 1000 rpm selama 15 menit serum ditambahkan reagen enzim 1000 µl. sampel
dipisahkan dari bekuan darah. langsung dibaca pada alat humalyzer, dan
dibiarkan dua menit, setelah itu sampel dibaca
Analisis Kadar SGOT lagi pada alat humalyzer. (nilai normal yaitu
Alat dan bahan disiapkan.Setelah itu 10-50 mg/dl).
kondisi pemeriksaan diatur dengan celah optic
1cm, suhu 30°C atau 37°C, panjang Pengukuran ureum
gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm dan Pada pemeriksaan urea, dilakukan
pengukuran terhadap udara (kenaikan sentrifus sehingga didapatkan serum, setelah
absorbansi).Kemudian reagen dan kuvet dipipet serum sebanyak 10 µl dan
dihangatkan sampai pada suhu yangb ditambahkan reagen enzim 1000 µl. kemudian
dikehendaki dan suhu dijaga konstan (±0,5°C) diinkubasi selama 5 menit. Diinkubasi dengan
selama tes. Dilakukan percobaan dengan tujuan agar reaksi yang terjadi dalam sampel
metode start reagen dimana dipipet kedalam dapat berlangsung sempurna, dan
kuvet sampel 200 µl dan larutan buffer 1000 menyesuaikan dengan suhu yang ada
µl, lalu dicampur dan diinkubasi selama 1 disekitar. Kemudian ditambahkan reagen 2
menit pada suhu 30°C atau 37°C. Kemudian sebanyak 1000 µl, dan diinkubasi lagi selama
dipipet ke dalam kuvet substrat 250 µl. Ke 7 menit. Setelah itu dibaca pada alat
dalam sampel dicampur dan larutan buffer tadi humalyzer.
yang diinkubasi. Absorbansi dibaca setelah 1
menit dan dijalankan stopwatch, baca lagi
absorban tepat setelah 1,2, dan 3 menit.
Percobaan dilakukan dengan metode starf
sampel dimana dipipet ke dalam kuvet sampel
200 µl dan reagen kerja 1000 µl. Campur dan
baca absorbansi setelah 1 menit dan
HASIL DAN PEMBAHASAN B. Hasil pengukuran kadar SGOT
A. Hasil pengukuran kadar SGPT
Tabel 2. Pengukuran kadar SGOT
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar SGPT

Parameter Kadar Plasma (U/L) Parameter Kadar Plasma (U/L)


Hari ke-6 Hari ke-11 Hari ke-6 Hari ke-11
Kelompok I 72,29±40,43 71,31 ±35,43 Kelompok I 1,96±0,36 1,04±0,036
rerata±stdev rerata±stdev
Kelompok II 101,49±17,76 94,29±23,28 Kelompok II 1,71±0,41 2,74±0,22
rerata±stdev rerata±stdev
Kelompok III 102,23±17,28 75,8±7,42 Kelompok III 2,12±0,06 1,07±0,07
rerata±stdev rerata±stdev
Kelompok IV 104,61±31,63 69,6±14,82 Kelompok IV 1,92±0,12 0,99±0,08
rerata±stdev rerata±stdev
Kelompok V 69,46±8,44 56,61±8,80 Kelompok V 2,26±0,17 0,90±0,38
rerata±stdev Rerata±stdev

Keterangan:
Keterangan:
Kelompok I: Na.CMC
Kelompok I: Na.CMC
Kelompok II: Parasetamol 500, 300 mg/Kg BB
Kelompok II: Parasetamol 500, 300 mg/Kg BB
Kelompok III: Ekstrak jahe 150 mg/Kg BB
Kelompok III: Ekstrak jahe 150 mg/Kg BB
Kelompok IV: Ekstrak jahe 300 mg/Kg BB
Kelompok IV: Ekstrak jahe 300 mg/Kg BB
Kelompok V: Ekstrak kunyit 60 mg/Kg BB
Kelompok V: Ekstrak kunyit 60 mg/Kg BB

Gambar 1. Grafik kadar SGPT


Gambar 2. Grafik kadar SGOT
D. Hasil pengukuran kadar Ureum

C. Hasil pengukuran kadar kreatinin Tabel 4. pengukuran kadar Ureum

Tabel 3, Pengukuran kadar Kreatinin


Parameter Kadar Plasma (U/L)
Hari ke-6 Hari ke-11
Parameter Kadar Plasma (U/L) Kelompok I 50,83±9,68 40,39±4,26
Hari ke-6 Hari ke-11 rerata±stdev
Kelompok I 56,29±17,47 73,85±13,22 Kelompok II 50,03±5,13 54,83±8,29
rerata±stdev
rerata±stdev
Kelompok II 216,28±11,89 204,84±16,14
Kelompok III 45,92±5,29 41,09±2,46
rerata±stdev
rerata±stdev
Kelompok III 140,74±11,13 124,64±14,06
rerata±stdev Kelompok IV 45,06±7,68 36,51±4,31
Kelompok IV 115,13±34,77 101,55±26,54 rerata±stdev
rerata±stdev Kelompok V 41,10±4,24 35,87±3,93
Kelompok V 138,66±38,96 100,37±17,73 rerata±stdev
rerata±stdev
Keterangan:
Keterangan: Kelompok I: Na.CMC
Kelompok I: Na.CMC Kelompok II: Parasetamol 500, 300 mg/Kg BB
Kelompok II: Parasetamol 500, 300 mg/Kg BB Kelompok III: Ekstrak jahe 150 mg/Kg BB
Kelompok III: Ekstrak jahe 150 mg/Kg BB Kelompok IV: Ekstrak jahe 300 mg/Kg BB
Kelompok IV: Ekstrak jahe 300 mg/Kg BB Kelompok V: Ekstrak kunyit 60 mg/Kg BB
Kelompok V: Ekstrak kunyit 60 mg/Kg BB

Gambar 4. Grafik kadar ureum

Gambar 3. Grafik kadar Kreatinin


Rimpang Jahe Merah ini dibuat dalam
bentuk simplisia sebelum diolah menjadi
ekstrak, kemudian dilakukan sortasi basah
dengan tujuan untuk memisahkan bahan dari
B. Pembahasan benda asing, setelah itu dilakukan pencucian
dengan air mengalir. Lalu dikeringkan tanpa
Hati adalah organ visceral (dalam terkena sinar matahari langsung, tujuan dari
rongga abdomen) terbesar yang terletak di pengeringan yaitu untuk mengurangi kadar air
bawah kerangka iga, pada kondisi hidup, hati dalam bahan untuk mencegah tumbuhnya
berwarna merah tua karena kaya akan mikroba. Setelah itu dilakukan sortasi kering.
persediaan darah dan kaya nutrient dari vena Tujuan dari sortasi kering ini adalah
portal dan vena hepatika (Baradero & dikhawatirkan pada saat pengeringan simplisia
Siswandi. 2010). tercampur dengan bahan yang tidak diinginkan
Secara histologis, hati tersusun atas yang dapat mempengaruhi kemurnian ekstrak,
lobulus-lobulus hati. Lobulus tersebut terdiri kemudian tahap penghalusan untuk
dari sel-sel hati (hepatosit) yang tersusun memperluas permukaan simplisia sehingga
dalam suatu lempeng-lempeng (Corwin, cairan penyari dapat menarik komponen kimia
2010). Hati memiliki banyak fungsi untuk dengan cepat.
mempertahankan hidup. Fungsi utama hati Pada penelitian ini menggunakan penyari
antara lain adalah (Smeltzer, 2011). Fungsi etanol 70%. Etanol adalah penyari yang
metabolisme (karbhidrat, protein, lemak), bersifat universal yaitu dapat melarutkan
penyimpanan vitamin, fungsi sintesis, fungsi senyawa polar maupun senyawa nonpolar.
pertahanan tubuh dan sintesis, sekresi dan Etanol yang paling baik untuk menghasilkan
penyimpanan empedu. senyawa aktif yang optimal adalah etanol 70%
Evaluasi kerusakan hati, dapat (Voight, 1995).
dilakukan melalui beberapa cara, salah Metode ekstraksi yang digunakan
satunya dengan melakukan uji biokimia serum berupa metode maserasi. Metode ini dipilih
sebagai indikator kerusakan hati. Pemeriksaan karena memiliki beberapa keuntungan yaitu
berbagai enzim serum terutama enzim cara pengerjaannya mudah, alat yang
transaminase yang terdiri dari enzim SGPT digunakan sederhana, cocok untuk bahan
dan SGOT, terbukti paling praktis sebagai yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI
indikator untuk mengukur banyaknya 1986).
kerusakan hati. Uji enzim sering menjadi satu- Metode maserasi dilakukan dengan
satunya petunjuk adanya cedera sel pada cara merendam simplisia dalam cairan penyari
penyakit dini hati atau local. Dua enzim etanol 70%. Cairan penyari akan menembus
Transaminase yang paling sering di ukur pada dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
penyakit hati yaitu serum glutamate yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
oxaloacetic transaminase (SGOT) dan Serum larut dan karena adanya perbedaan
Glutamic pyruvic transaminase (SGPT). konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
Serum Glutamic pyruvic transaminase sel dengan yang di luar sel, maka larutan
(SGPT)/ Alanin aminotransferase (ALT) adalah yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
Enzim yang mengkatalis pemindahan satu tersebut terus berulang sehingga terjadi
gugus amino antara lain alanin dan asam alfa kesetimbangan konsentrasi (Dirjen POM 1986,
ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan ).
konsentrasinya 47 relatif rendah di jaringan Dari proses ekstraksi didapatkan
lain. Kadar normal dalam darah 5-35 IU/liter rendemen ekstrak sebanyak 9% (45 gram dari
dan ALT lebih sensitive dibandingkan AST 500 gram rimpang jahe merah) berbeda
(Sacher dan McPerson. 2011). dengan hasil yang dipeoleh oleh santi
Serum glutamate oxaloacetic ramadani rendemen ekstrak jahe merah
transaminase (SGOT)/ Aspartat 10,72% (5,0820 gram dari 50 gram serbuk
aminotransaminase (AST). AST adalah enzim rimpang jahe merah).
mitokondria yang juga ditemukan dalam hati, Metode Selanjutnya dilakukan
jantung, ginjal, dan otak. Bila jaringan tersebut pengujian pada hewan coba untuk melihat
mengalami kerusakan yang akut, kadarnya efek hepatoprotektornya.Pada penelitian ini
dalam serum meningkat. Diduga hal ini digunakan tikus putih jantan (Rattus
disebabkan karena bebasnya enzim norvegicus) sebagai hewan coba. Adapun
intraseluler dari sel-sel yang rusak ke dalam alasan digunakan tikus sebagai hewan coba
sirkulasi. Kadar yang sangat meningkat dikarenakan tikus tidak bersifat fotofobik,
terdapat pada nekrosis hepatoseluler atau aktivitasnya tidak terganggu oleh manusia,
infark miokard (Sacher dan McPerson. 2011). lebih tenang, lebih besar, relatif resisten
terhadap infeksi. Sehingga, untuk percobaan pertama sampai hari ke 3, hari ke 4 diinduksi
laboratorium tikus lebih menguntungkan parasetamol 500 mg/kg BB dan hari ke 5 di
daripada mencit. Pengunaan tikus jantan induksikan parasetamol 300 mg/kg BB., pada
dikarenakan tikus jantan mempunyai hari ke 7 dilanjutkan dengan pemberian
kecepatan metabolisme yang lebih cepat dan ekstrak jahe merah 150 mg,kg BB sampai hri
kondisi biologi yang relatif stabil dibanding ke 10. kelompok IV diberi ekstrak jahe merah
tikus betina (Ramadhany, 2010). 300 mg/kg BB di hari pertama sampai hari ke
Tikus yang akan digunakan terlebih 3, hari ke 4 diinduksi parasetamol 500 mg/kg
dahulu diadaptasi selama 1 minggu yang BB dan hari ke 5 diinduksikan parasetamol
bertujuan untuk mengkondisikan hewan 300 mg/kg BB, pada hari ke 7 dilanjutkan
dengan suasana laboratorium. Untuk dengan pemberian ekstrak jahe merah 150
menginduksi kerusakan hati digunakan mg,kg BB sampai hri ke 10. Kelompok V
parasetamol. diberikan ekstrak Kunyit 60 mg/kg BB
Pada penelitian ini digunakan diberikan di hari pertama sampai hari ke 3,
parasetamol sebagai agen penginduksi hari ke 4 diinduksi parasetamol 500 mg/kg BB
kerusakan hati. Metabolisme hepatik dan hari ke 5 di induksikan parasetamol 300
asetaminofen lewat jalur enzim sitokrom P-450 mg/kg BB dan dilanjutkan pemberian ekstrak
menghasilkan metabolit reaktif yang bersifat kunyit pada hari ke 7 sampai hari ke 10. Pada
eletrofilik yang disebut NAPQI. Sitokrom P-450 hari ke- 6 dan ke 11 dilakukan pengambilan
yang paling berperan dalam metabolisme ini plasma darah untuk pengujian kadar SGOT,
adalah CYP2E1. Meskipun enzim P-450 yang SGPT, Keatinin, Ureum,dengan alat
lain (seperti CYP3A4 dan CYP3A2) ikut humalyzer.
berperan, namun beberapa studi farmakologi Hasil pengukuran kadar SGPT
menunjukan bahwa perananya tidak sebesar dengan menggunakan alat humalyzer pada
CYP2A1. setiap kelompok tikus putih mengalami
Pada kondisi normal, metabolit ini kenaikan melewati batas normal kadar SGPT
diinaktivasi oleh glutation dengan atau tanpa dimana kadar normal pada tikus putih sekitar
malibatkan enzim glation reduktase.pada 17,5 – 30,2 UI/L. Hal ini disebabkan oleh
keracunan asetaminofen cadangan glutation pemberian parasetamol dengan dosis 300 mg
dengan cepat menurun. Hal ini menyebabkan dan 500 mg selama 2 hari dapat memicu
timbulnya akumulasi NAPQI di dalam kerusakan dan kenaikan dari kadar SGPT.
hepatosit dan membentuk ikatan kovalen Metabolisme hepatik asetaminofen lewat jalur
dengan protein sel hepatosit, menghambat enzim sitokrom P-450 menghasilkan metabolit
metabolisme oksidatif dan produksi ATP. reaktif yang bersifat eletrofilik yang disebut
Penurunan ATP intraseluler menyebabkan NAPQI. Sitokrom P-450 yang paling berperan
gangguan pompa kalsium edoplasma dan dalam metabolisme ini adalah CYP2E1.
membran plasma, sehingga terjadi timbunan NAPQI ini selanjutnya akan berikatan kovalen
kalsium di dalam sitoplasma. Penimbunan dengan makromolekul vital sel hati (lipid dan
kalsium sitoplasma menyebabkan aliran ca2+ protein membrane) sehingga menyebabkan
ke dalam mitokodria , penurunan potensial kerusakan hati (Bromer, 2003).
membran mitokodria dan menghambat sintesis Berdasarkan tabel diatas
ATP di mitokondria. Selain itu hipekalsemia memperlihatkan hasil pengujian kadar SGPT
intraseluler turut berperan memacu pada setiap kelompok dihari ke 6 menujukan
peningkatan produksi reaktive oxigen spesies adanya peningkatan yang berbeda-beda.
(ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) Keragaman aktivitas SGPT dibandingan nilai
pemberian parasetamol dengan dosis 300 mg kontrol atau nilai normal dapat disebabkan
selama 2 hari mengakibatkan kerusakan haTI perbedaan bobot tikus, terjadinya hemolisis,
pada tikus putih. (Bromer, 2003). keadaan fisiologis dan makro enzim yang
Pada penelitian ini digunakan hewan berbeda. Hemolisis dapat diakibatkan oleh
coba dengan berat rata-rata 200 gram dan mekanisme biokimia, fisika dan kimia. Selain
dibagi kedalam V kelompok. Masing-masing itu ada pula stress akibat pencekokan yang
kelompok terdiri dari kelompok I yaitu menyebabkan kenaikan nilai ALT. Pada
kelompok kontrol, diberikan suspensi Na.CMC pengukuran kadar SGPT Dihari ke 11,
dan diberi makan pelet selama 11 hari, kelompok I dengan pemberian Na,CMC dan
kelompok II kontrol negatif diberikan suspensi kelompok II dengan pemberian parasetamol
Na. CMC dihari pertama smapai hari ketiga. dosis toksik menunjukan penurunan kadar
diinduksi parasetamol 500 mg/kg BB dihari 4 SGPT yang tidak signifikan. Berbeda dengan
dan hari 5 diinduksi parasetamol 300 mg/kg kelompok III, IV dan V terjadi penurunan kadar
BB , kelompok III perlakuan ekstrak jahe SGPT yang signifikan Hal ini disebabkan
merah 150 mg/kg BB yang diberikan di hari karna pemberian ekstrak jahe merah dan
Curvit® sebagai kelompok perlakuan memiliki 50,83 ± 9,68 U/L, 50,03 ± 5,13 U/L, 45,92 ±
senyawa yang dapat memperbaiki kerusakan 5,29 U/L, 45,06 ± 7,68 U/L, 41,10 ± 4,24 U/L.
hati yang telah diinduksi parasetamol dosis Sedangkan nilai rata-rata untuk kadar
toksik salah satunya adalah senyawa fenolik kreatinin pada hari ke 11 masing-masing
yang bersifat antioksidan kuat. Dari hasil kelompok I, II, III, IV, V adalah 40,39 ± 4,26
statistik dengan menggunakan aplikasi U/L, 54,83 ± 8,29 U/L, 41,09 ± 2,46 U/L, 36,51
Graphad Prism menunjukan perbandingan ± 4,31 U/L 35,87 ± 3,93.
antara semua kelompok di hari ke 6 dan hari Dari hasil data penelitian dan
ke 11 signifikan, pemberian ekstrak jahe perhitungan statistik menunjukan hasil yang
merah dengan knsentrasi 300 mg/kg BB signifikan yang telah dilakukan, maka dapat
menunjukan penurunan terbesar dibandin disimpulkan bahwa ekstrak jahe merah
dengan kelompok yang lain. dengan dosis pemberian 150 mg, 300 mg
Berdasarkan tabel pengukuran kadar dapat menurunkan kadar SGPT,SGOT,
SGOT memberikan hasil nilai rata –rata kreatinin dan ureum. Hal ini desebababkan
pada masing-masing kelompok I,II, III, IV, dan kandungan kimia dari rimpang jahe merah
V pada hari ke 6 adalah 56,29±17,47 U/L, dapat memperbaiki fungsi hati.
216,28 ± 11,89 U/L, 140,74±11,13 U/ , Bahan aktif jahe merah yang
115,136±34,77 U/L, 138,66± 38,96 U/L. Dan berperan sebagai antioksidan adalah senyawa
Pada hari ke 11 menunjukan hasil nilai rata fenol. Senyawa fenol dalam ekstrak jahe
rata kelompok I 73,85±13,22 U/L, kelompok II merah berfungsi sebagai antioksidan kerena
204,84±16,14 U/L, kelompok III 124,64±14,06 memiliki kemampuan dalam menstabilkan
U/L, kelompok IV 101,55±26,54, kelompok V radikal bebas, yaitu dengan memberikan atom
100,37± 17,74. Berdasarkan hasil perhitungan hidrogen secara cepat kepada radikal bebas
statistik menunjukan hasil yang signifikan (Wresdiyati, 2003). Senyawa fenolik yang
disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung di dalam jahe merah berupa
terkandung dalam ekstrak Rimpang Jahe flavonoid, zingiberen, zingiberol, shangaol,
merah dan Curvit® dapat menurunkan kadar kurkumin, gingerol dan zingiron. Gingerol,
SGOT yang di induksi dengan parasetamol shagaol, dan zingerone memiliki aktivitas
dosis toksik. Pemberian Curvit® pada antioksidan di atas vitamin E (Wresdiyati, 2003
kelompok V penurunan terbesar dibanding dan Ghufron, 2001). Adeneye (2009)
kelompok perlakuan lainnya. Hal ini menyebutkan, α-tokoferol (vitamin E)
dsebabkan karna waktu parauh dari senyawa merupakan antioksidan kuat yang mampu
sedian Curvit® lebih baik dibandingkan melindungi hepar terhadap hepatotoksifitas
dengan kelompok perlakuan lainnya. Vitalis (2007) menyebutkan, di dalam ekstrak
Kreatinin merupakan metabolit keratin jahe merah juga terkandung vitamin C dan
yang diekskresikan seluruhnya ke dalam urin vitamin B6.
melalui filtrasi glomerulus. Peningkatan kadar Terdapatnya beberapa antioksidan
kreatinin dalam darah dan jumlah kreatinin dalam ekstrak jehe merah seperti flavonoid,
dalam urin dapat digunakan untuk kurkumin, vitamin C dan E memiliki peran
memperkirakan laju filtrasi glomerulus. penting dalam bekerja sama untuk meredem
Konsentrasi ureum serum sering dianggap akibat kelebihan radikal bebas di dalam tubuh.
sebagai prediktor fungsi renal yang lebih Sebagaimana hasil penelitian Suguharto
reliabel dibanding serum kreatinin. (2004) mengungkapkan, kandungan
Berdasarkan tabel pengukuran kadar kreatinin antioksidan kurkumin dapat meningkatkan
pada 5 kelompok, maka nilai rata-rata aktifitas dan sintesis enzim detoksifikasi dalam
pengukuran kadar kreatinin pada hari 6 hepar. Widyatmoko (2009) menyebutkan,
masing-masing kelompok I, II, III, IV, V adalah vitamin C dan E berfungsi sebagai antioksidan
1,96±0,36 U/L, 1,71±0,41 U/L, 2,11±0,06 U/L, yang berperan dalam menghambat reaksi
1,92±0,12 U/L, 2,26±0,17 U/l. Sedangkan nilai oksidasi berlebihan di dalam tubuh,
rata-rata untuk kadar kreatinin pada hari ke 11 disebabkan oleh penggunaan parasetamol
masing-masing kelompok I, II, III, IV, V adalah dengan dosis yang berlebih.
1,04 ± 0,04 U/L, 2,74 ± 0,22 U/L, 1,07 ± 0,07
U/L, 0,99 ± 0,08 U/L, 0,90 ± 0,38. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil statistik menunjukan hasil Berdasrkan penelitian yang telah dilakukan
yang signifikan antara kelompok dan terjadi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
penurunan. Berdasrkan penelitian yang telah dilakukan
Berdasarkan tabel pengukuran kadar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
ureum pada 5 kelompok, maka nilai rata-rata
pengukuran kadar kreatinin pada hari 6 1. Pemberian ekstrak jahe merah
masing-masing kelompok I, II, III, IV, V adalah dengan dosis 150 mg/kg BB dan 300
mg/kg BB secara oral ke tikus putih United States.Pharmacoepidemiol
efektif menurunkan kadar SGPT dan Drug Sf.
SGOT yang di induksikan parasetamol 12. Pierce RH, Franklin CC..2006 .
dosis toksik. Acetaminophen –Induced Liver
2. Pemberian ekstrak jahe merah Injury Is Attenuated In Male
dengan dosis 150 mg/kg BB dan 300 Glutamate-Cysteine Ligase
mg/kg BB secara oral ke tikus putih Transgenic Mice
efektif menurunkan kadar ureum dan 13. Price S, Wilson L. 2005.
kreatinin yang di induksikan Patofisiologi: Konsep klinis
parasetamol dosis toksik proses−proses penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA 14. Sanwal, S.K., N. Rai, Jagdish
Singh.,Juri Buragohain, 2010.
1. Awang, D.V.C. (2011) GINGER. Antioxidant phytochemicals and
Can. Pharm. Journal, 125:309-301 gengerol content in diploid and
2. BPOM RI, Jakarta Depertemen tetraploid clones of ginger (zingiber
kesehatan republic Indonesia officinale Roscoe), scientia
(1977). Parameter standar umum holticulturae 124:280-285.
ekstrak tumbuhan obat cetakan 15. Sacher dan McPerson, Tinjauan
pertama. Direktorat jedral Klinis Hasil Pemeriksaan
pengawasan obat dan makanan Laboratorium. Edisi 11. Penerbit
Indonesia Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
3. Bromer MQ, Black M. 2011
Acetaminophen hepatotoxicity. Clin 16. Snell, R,S., 2006. Anatomi Klinik.
Liver Dis 2003;7:351-67 Edisi 6 Jakarta. EGC. 350-360.
4. Baradero, & Siswandi , Klien 17. Sacher RA, Mc Pherson RA.
gangguan endokrin. EGC . Jakarta. Wildman’s clinical interpretation of
2010 laboratory tests, 11th ed.
5. Corwin, E.Z.Buku saku patofisiologi. Terjemahan Indonesia oleh Pendit
Terj. Dari Handbook of U, Wulandari D. Jakarta:EGC.2004;
pathophysiology oleh Brahm, U. 360-85.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 18. Tapsell, L.C.Hemphil,I., Cobiac,
edisi revisi ke 3 Jakarta,2010 L.Patch, c.s sulivan, D.R., Fenech,
6. Depertemen Kesehatan Republik at al. 2006. health benefit of herbs
Indonesia (1978). Materia medika and spices : the past , thepresent,
Indonesia Jilid II. Direktorat jedral the future, Med.J.
pengawasan obat dan makanan 19. Wang, X., J. R. Chowdury, dan N.
Indonesia. R. Chowdury. 2006. Bilirubin
7. Depertemen Kesehatan Republik metabolism: applied physiology.
Indonesia (1979). Materia medika Current Paediatrics. 16: 70-74.
Indonesia Jilid III Direktorat jedral
pengawasan obat dan makanan
Indonesia.
8. Dalimartha, Setiawan. 2008.
Ramuan Tradisional Untuk
Pengobatan Hepatitis. Jakarta :
Penebar Swadaya.
9. Frank C. Biomarkers of impaired
renal function. Wolters Kluwer
Health. 2010: 525-37.
10. Grzanna,R., Lindmark, L.,
Frondoza, C.G. (2005). Ginger – an
Herbal Medicinaproduct with broad
anti-inflammatory actions. J.Med.
Food. 8:125-132.
11. Nourjah,P.,Ahmad.S.R.,Karwoski.
C. Willy, M. 2006. Estimates of
Acetaminophen (Paracetamol)-
Associated Overdoses In The

Anda mungkin juga menyukai