PENDAHULUAN
Salah satu sifat fisika kimia yang penting dari suatu molekul obat adalah
kelarutan, terutama kelarutan zat dalam air. Sebelum suatu obat masuk ke dalam
sirkulasi dan menghasilkan efek terapeutik, obat pertamatama harus berada dalam
bentuk larutan. Senyawa yang relatif tidak larut dalam air seringkali menunjukkan
Obat dalam bentuk sediaan padat terlebih dahulu harus melalui proses
desintegrasi, degradasi dan disolusi yaitu larut dalam cairan gastro-intestinal (GI)
Salah satu cara untuk memperbaiki ketersediaan hayati obat yang sukar
larut, mudah terurai pada pH alkali serta memiliki lokasi absorpsi di lambung dan
usus bagian atas adalah dengan menggunakan sediaan mukoadhesif yang menempel
mekanisme pelekatan pada permukaan sel epitel atau pada mukus dalam jangka
1
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk membandingkan laju disolusi dari tablet CTM generic dan CTM merk
dagang.
bentuk sediaan dari Paracetamol terhadap laju disolusi pada uji in vitro.
- Agar praktikan dapat membandingkan laju disolusi dari tablet CTM generic
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Parasetamol
Asetaminopen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
3
Gambar 2. Struktur CTM
lebih dari 101,10% 𝐶16 𝐻19 𝐶𝑙𝑁2 , 𝐶4 𝐻4 𝑂4, dihitung terhadap zat yang telah
Keasaman-kebasaan : pH larutan 1,0% b/v 4,0 sampai 5,0 (Ditjen POM, 1979).
Khasiat : Antihistaminikum
Suatu obat yang diminum per oral akan melaului tiga fase : farmasetik
4
dalam fase farmasetik, obat berubah menjadi larutan sehingga dapat menembus
membrane biologis. Jika obat diberikan dalam bentuk subkutan, intramuscular, atau
intravena maka tidak terjadi farmasetik . fase kedua yaitu fase farmakokinetik,
dan eksresi. Dalam fase farmakodinamik atau fase ketiga, terjadi respons biologis
Tidak 100% dari sebuah tablet adalah obat, ada bahan pengisi dan
adalah pemecahan tablet atau pil menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, dan
disolusi adalah melarutnya partikel-partikel yang lebih kecil itu dalam cairan
gastrointestinal untuk diabsorpsi. Rate limiting adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah obat untuk berdistegrasi dan sampai siap untuk diabsorpsi oleh tubuh. Obat-
obat dalam bentuk cair lebih cepat siap diserap oleh saluran gastrointestinal
daripada obat dalam bentuk padat. Pada umunya obat-obat berintegrasi lebih cepat
dan diabsorpsi lebihn cepat dalam cairan asam yang punya PH 1 atau 2 daripada
Formulary) sebagai "keadaan di mana residu tablet, kecuali fragmen lapisan yang
tidak larut, yang tersisa di layar peralatan uji dalam massa lunak tidak memiliki inti
yang jelas teraba." Aparat resmi untuk uji dan prosedur disintegrasi dijelaskan
dalam USP-NF. Spesifikasi terpisah diberikan untuk produk obat yang dirancang
untuk tidak hancur. Produk-produk ini termasuk troches, tablet kunyah, dan produk
5
pembentukan fragmen, butiran, atau agregat dari bentuk sediaan padat, tidak ada
informasi yang diperoleh dari tes ini tentang laju disolusi obat aktif. Namun, ada
beberapa minat dalam menggunakan hanya tes disintegrasi dan tidak ada tes
disolusi untuk produk obat yang memenuhi Sistem Klasifikasi Biofarmasi (BCS)
untuk obat yang sangat larut dan sangat permeabel (Bab 16). Secara umum, tes
pengujian disolusi, asalkan pedoman Q6A ICH berikut dipenuhi: (1) Produk yang
dipertimbangkan cepat larut (disolusi> 80% dalam 15 menit pada pH 1,2, 4.0, dan
6.8); (2) produk obat mengandung obat-obatan yang sangat larut di seluruh rentang
fisiologis (volume dosis / kelarutan <250 mL dari pH 1,2 hingga 6,8); dan (3)
obat, (2) stabilitas obat dalam produk obat, (3) pembuatan produk obat, (4)
pelepasan obat dari produk obat, (5) tingkat pembubaran / pelepasan obat di tempat
penyerapan, dan (6) pengiriman obat ke tempat tindakan, yang mungkin melibatkan
penargetan obat ke daerah terlokalisasi (misalnya, usus besar untuk penyakit Crohn)
untuk tindakan atau untuk penyerapan obat sistemik. Baik apoteker dan ilmuwan
farmasi harus memahami hubungan yang kompleks ini untuk secara objektif
memilih produk obat yang paling tepat untuk keberhasilan terapi. Studi tentang
Metode in vitro adalah prosedur yang menggunakan alat dan peralatan uji tanpa
6
melibatkan hewan laboratorium atau manusia. Metode in vivo adalah studi yang
lebih kompleks yang melibatkan subyek manusia atau hewan laboratorium. Metode
ini harus dapat menilai dampak sifat fisik dan kimia obat, stabilitas obat, dan
produksi obat dalam skala besar dan produk obat terhadap kinerja biologis dari obat
kinerja in vivo diperoleh dari prosedur uji disolusi in vitro yang menghasilkan profil
disolusi. Dari profil ini, parameter berikut dapat dihitung: laju disolusi (pelepasan),
jumlah obat yang dilarutkan pada waktu tertentu, harus mencapai persentase
menunjukkan bahwa kondisi uji disolusi harus cukup ringan untuk membedakan
antara formulasi berbeda dari obat yang sama yang memanifestasikan parameter
hingga 75 rpm dengan metode dayp USP..30 Agitasi yang lebih tinggi mungkin
tidak dapat diprediksi pada formulasi atau proses perubahan. Media disolusi harus
berair. Media disolusi yang paling umum adalah air, cairan lambung yang
disimulasikan (pH 1,2, 0,1 N HCI) atau cairan usus (pH 6,8 atau 7,4) tanpa enzim,
dan buffer dengan kisaran pH 4,5 hingga 7,5. Volume media umumnya antara 500
dan 1000 ml dan dijaga pada suhu 37 ° C selama penelitian. Kriteria dasarnya
adalah tes harus sederhana, andal, dapat diproduksi ulang, diskriminatif, fleksibel,
dan mampu otomatisasi. Kondisi pelarutan juga dapat terjadi. Untuk produk dengan
7
kelarutan yang buruk dalam media berair yang umum digunakan, pengujian disolusi
dalam media berair yang mengandung surfaktan seperti natrium lauril sulfat (SLS)
telah digunakan. Penggunaan pelarut organik tidak disarankan karena mereka tidak
memiliki relevansi fisiologis. Profil disolusi dari produk obat yang tidak larut dalam
air harus ditentukan secara bertahap (mis., 0,1-0,25, 1, dan 2% SLS) dalam kondisi
agitasi ringan. Prosedur ini telah berhasil digunakan untuk pengujian disolusi dari
Korelasi atau asosiasi antara in vivo dan in vitro yang diamati dalam kinerja
farmakokinetik in vivo dari beberapa formulasi. Parameter ini tidak tunduk pada
vitro dari formulasi adalah variabel dan dapat dimanipulasi memfasilitasi korelasi
atau asosiasi. Parameter in vitro dapat diubah dengan mengubah kondisi pengujian
seperti laju pengadukan, media disolusi, dan geometri peralatan untuk mencapai
korelasi in vitro vivofin yang paling tepat. Pencapaian korelasi yang berguna sangat
Ketika tidak ada perbedaan yang diamati dengan parameter in vivo, kondisi in vitro
memadai, diperlukan setidaknya tiga formulasi obat yang sama yang menunjukkan
8
Uji disolusi in vitro sangat bermanfaat dalam membuat resi ekuivalensi
antar dua obat bersumbar ganda. Namun karena memiliki banyak keterbatasan,
dalam pedoman ini dianjurkan bahwa penggunaan uji disolusi invitro untuk tujuan
disolusi in vitro tidak dapat digunkan sebagia satu satunya dokumentasi ekuivalensi
untuk obat bentuk sediaan yang terdaftar. Tetapi dapat dijadikan dokumentasi
pendukung pada obat-obat yang sangat mudah larut. Bila obat bersumber ganda
diuji dan obat pembanding merupakan oabt yang cukup larut, misalnya dari 80%
formulasi obat bersumber ganda dengan menggunakan uji disolusi komperatif dan
bukan berdasarkan uji disolusi pada satu titik, sebagimana diuraikan dalam berbagi
disolusi dalam berbagai kondisi dan dalam media fisiologi yang sesuai (Syahputri
kolom terakhir. Dalam kolom "Penyerapan & Pembubaran", profil untuk total
meninggalkan lumen dan melintasi membran apikal enterosit yang melapisi usus),
jumlah kumulatif memasuki vena porta (biru), dan jumlah kumulatif yang
konsentrasi plasma seperti yang ditunjukkan pada kolom terakhir. Seperti yang
terlihat, karena perbedaan sifat fisikokimia, laju dan tingkat penyerapan bervariasi
9
di antara obat yang terdaftar. Penyerapan obat dari saluran pencernaan adalah
proses yang sangat kompleks tergantung pada banyak faktor. Selain sifat
fisikokimia oba, karakteristik formulasi dan interaksi dengan sifat fisiologis yang
yang dapat dipilih meliputi formulasi pelepasan segera (IR) (larutan, suspensi,
tablet, dan kapsul) dan formulasi pelepasan terkontrol (CR) (entericcoated atau
bentuk pelepasan tertunda lainnya [DR]). Untuk CR, pelepasan bahan terlarut (obat
dalam larutan) atau bahan yang tidak larut (partikel padat, yang kemudian larut
menurut model disolusi yang dipilih) dapat ditimbulkan. Selain GastroPlus, ada
beberapa perangkat lunak berbasis fisiologis lain yang tersedia untuk mempelajari
adalah bahwa jika informasi yang memadai tentang sifat fisikokimia obat tersedia,
prediksi yang masuk akal untuk kinerja produk obat dapat dibuat dengan asumsi
tertentu sesuai dengan pengalaman sebelumnya. Dengan sedikit atau tidak ada data
pemantauan keseragaman proses pembuatan dari bets ke bets setelah izin edar
karakteristik peluluhan suatu bentuk sediaan selama penyimpanan. Uji disolusi juga
dapat digunakan untuk menilai sejumlah karakteristik benntuk sedian obat, mutu
sediaan seta tingkat kelarutan obat dalam medium yang sesuai Tingkat keseluruhan
penyerapan obat sistemik dari bentuk sediaan padat yang diberikan secara oral
mencakup banyak proses laju individu, termasuk pembubaran (Syahputri dan July,
1997).
10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang pengaduk, beaker
glass 5000 ml (Pyrex), bola hisap, corong, dissolution tester (Erweka), erlemeyer
(Iwaki), gelas ukur 1000 ml (Pyrex), indikator universal, jerigen, kertas perkamen,
labu tentukur 10 ml (Pyrex), neraca analitik (Boeco Germany), pipet tetes, pipet
3.2 Bahan
Medium lambung buatan pH 1,2, Sediaan CTM (generik, dagang), dan Sediaan
3.4.1.1 Paracetamol
dalam tabung Dissolution Tester dan diatur waktu selama 60 menit dengan
putaran 100 rpm. Dimasukkan PCT tablet ke dalam tabung disolusi, lalu
dijalankan alat. Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, dispuit
11
medium lambung, kemudian diencerkan dengan medium lambung sampai garis
tanda. Setiap pengambilan cuplikan dari tabung disolusi diganti dengan medium
disolusi dalam jumlah yang sama, sehingga volume medium disolusi tetap
tabung Dissolution Tester dan diatur waktu selama 60 menit dengan putaran 50
rpm. Dimasukkan PCT kapsul ke dalam tabung disolusi, lalu dijalankan alat.
Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, dispuit sebanyak 1 ml dan
dalam jumlah yang sama, sehingga volume medium disolusi tetap 900ml.
tabung Dissolution Tester dan diatur waktu selama 60 menit dengan putaran 100
rpm. Dimasukkan PCT generik ke dalam tabung disolusi, lalu dijalankan alat.
Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, dispuit sebanyak 1 ml dan
12
dalam jumlah yang sama, sehingga volume medium disolusi tetap 900ml.
3.4.1.2 CTM
dalam tabung Dissolution Tester dan diatur waktu selama 60 menit dengan
dijalankan alat. Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, dispuit
garis tanda. Setiap pengambilan cuplikan dari tabung disolusi diganti dengan
medium disolusi dalam jumlah yang sama, sehingga volume medium disolusi
dalam tabung Dissolution Tester dan diatur waktu selama 60 menit dengan
putaran 100 rpm. Dimasukkan CTM generik ke dalam tabung disolusi, lalu
dijalankan alat. Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, dispuit
garis tanda. Setiap pengambilan cuplikan dari tabung disolusi diganti dengan
medium disolusi dalam jumlah yang sama, sehingga volume medium disolusi
13
tetap 900ml. Setelah dilakukan pengenceran, dimasukkan larutan ke dalam vial
14
BAB IV
HASIL DAN KESIMPULAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data hasil disolusi CTM Tablet Generik
No. Waktu (menit) Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1. 0 0,132 2,7151
2. 5 0,122 2,5224
3. 10 0,112 2,2993
4. 15 0,111 2,2891
5. 20 0,107 2,2029
6. 30 0,112 2,3044
7. 45 0,116 2,3906
8. 60 0,119 2,4413
Persamaan regresi : y = 0,048143x + 0,001000
4.1.2 Data Disolusi CTM Tablet Generik
C x FP
Cx C obat
N C dalam Faktor %
t A FP FP yang
o (ppm) 900 ml Pe(+) Kumulatif
(ppm) dilepas
(ppm)
1. 0 0,132 2,7151 20 54,302 48871,8 0 48871,8 1221,795
2. 5 0,122 2,5224 20 50,448 45403,2 0 45403,4 1135,8
3. 10 0,112 2,2993 20 45,986 41387,4 45,986 41433,38 1035,83
4. 15 0,111 2.2891 20 45,782 41203,8 91,768 41295,56 1032,38
5. 20 0,107 2,2029 20 44,058 39652,2 135,826 39788,02 6994,70
6. 30 0,112 2,3044 20 46,088 41479,2 181,914 41661,11 1041,52
7. 45 0,116 2,3906 20 47,812 43030,8 229,726 43260,52 1081,51
8. 60 0,119 2,4413 20 48,826 43943,4 179,552 44223,45 1105,58
15
4.1.3 Data hasil disolusi CTM Tablet Dagang
No. Waktu (menit) Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1. 0 0,096 1,9823
2. 5 0,108 2,2308
3. 10 0,123 2,5275
4. 15 0,115 2,3652
5. 20 0,109 2,2410
6. 30 0,154 3,1817
7. 45 0,133 2,7506
8. 60 0,125 2,5858
Persamaan regresi : y = 0,048143x + 0,001000
4.1.3 Data disolusi CTM Tablet Dagang
C x FP
Cx C obat
N C dalam Faktor %
t A FP FP yang
o (ppm) 900 ml Pe(+) Kumulatif
(ppm) dilepas
(ppm)
1. 0 0,096 1,9823 20 39,646 35681,4 0 35681,4 892,03
2. 5 0,108 2,2308 20 44,616 40154,4 0 40154,4 1003,86
3. 10 0,123 2,5275 20 50,55 45495 50,55 45545,55 1138,63
4. 15 0,115 2,3652 20 47,304 42573,6 97,854 42671,45 1066,78
5. 20 0,109 2,2410 20 44,82 40338 142,674 40480,6 1012,01
6. 30 0,154 3,1817 20 63,634 57270,6 206,308 57476,90 1436,92
7. 45 0,133 2,7506 20 55,012 49510,8 261,32 49772,72 1244,30
8. 60 0,125 2,5858 2 51,716 46544,4 313,036 46857,46 1171,43
16
4.1.5 Data Hasil disolusi Paracetamol Tablet Generik
No Waktu (menit) Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1 0 0,354 2,2587
2 5 0,571 3,0341
3 10 0,928 3,3701
4 20 1,432 3,4571
5 30 1,679 3,
6 40 1,811 3,4268
7 50 1,999 3,4923
8 60 2,321 3,5373
Persamaan regresi : y=0,0890390x+0,151611
C x FP
C obat
T F C x FP dalam Faktor %
No A C (ppm) yang
(menit) P (ppm) 900ml Pe (+) Kumulatif
dilepas
(ppm)
17
4.1.7 Data Hasil disolusi Paracetamol Tablet Dagang
C x FP
T C obat
C x FP dalam Faktor %
No (me A C (ppm) FP yang
(ppm) 900ml Pe (+) Kumulatif
nit) dilepas
(ppm)
18
4.1.9 Data Hasil Disolusi Paracetamol Kapsul
C x FP
T C obat
F C x FP dalam Faktor %
No (meni A C (ppm) yang
P (ppm) 900ml Pe (+) Kumulatif
t) dilepas
(ppm)
19
4.2. Pembahasan
Dari percobaan didapat bahwa disolusi sediaan, dapat kita lihat bahwa tablet
memiliki persen kumulatif lebih besar yaitu pada tablet generik jika dibandingkan
kapsul. Maka tablet memiliki laju disolusi yang tercepat jika dibandingkan dengan
sediaan yang lain. Dari percobaan disolusi paracetamol didapat bahwa sediaan yang
paling cepat disolusinya adalah bentuk sediaan tablet kemudian kapsul. Untuk obat
yang tahan terhadap getah-lambung, kecepatan melarut dari berbagai bentuk
sediaan menurun. Ini berarti bahwa sebenarnya kapsul, walaupun menarik dan
praktis, memiliki aktivitas lebih rendah sebagai bentuk sediaan dibandingkan
larutan, serbuk atau tablet (Ansel, 1989).
Kesalahan ini terjadi karna proses pemipetan dan pemindahan larutan yang
tidak teliti. Hal ini juga terjadi karena pengerjaan pada masing-masing sediaan
berbeda yang melakukannya sehingga kesalahannya semakin terlihat jelas. Sifat
dari spektrofotometer UV adalah sensitif dengan perubahan konsentrasi yang kecil,
akan menyebabkan pemekatan larutan. Dan juga mempunyai ketelitian yang tinggi,
dengan kesalahan relatif sebesar 1% - 3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi
(Ansel, 1989).
Sedangkan kapsul terdiri atas bahan aktif yang dilindungi oleh cangkang yang
terbuat dari gelatin yang merupakan suatu protein yang segera rusak dalam saluran
cerna dan memungkinkan getah lambung masuk. Isi kapsul mulai terlepas dan
memasuki media sebelum cangkang terlarut sempurna sementara cairan lambung
mulai merebes ke isi kapsul sehingga proses disolusinya cepat (Ansel, 2005).
Suatu bahan tambahan dalam formulasi dapat berinteraksi secara langsung
dengan obat membentuk suatu kompleks yang larut atau tidak larut dalam air. Sifat-
sifat fisika kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju
penglepasan obat dari bentuk sediaan dan transpor berikutnya melewati membran-
membran biologis. Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa
metode pabrikasi dan formulasi dengan nyata mempengaruhi bioavailabilitas obat
tersebut (Shargel, 1988).
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bentuk sediaan tablet lebih cepat terdisolusi dikarenakan formula yang
dikandungnya mudah terurai oleh karena air dibandingkan dengan kapsul
yang harus melalui penyerapan air oleh cangkang dan terdisolusi dalam air.
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil laju disolusi tablet
paracetamol lebih cepat dibandingkan dengan laju disolusi tablet
paracetamol karena cangkang kapsul yang sulit terurai oleh karena kelarutan
yang rendah dari cangkang kapsul
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil laju disolusi CTM merek
dagang lebih cepat dibandingkan dengan generik karena faktor formulasi
dimana zat tambahan yang melindungi bahan aktif supaya lebih mudah
terurai.
5.2 Saran
- Pada percobaan selanjutnya dapat digunakan jenis obat lain seperti
21
DAFTAR PUDTAKA
22
LAMPIRAN FLOWSHEET
Lampiran 1
Flowsheet
a. Pembuatan 5 L Medium Lambung Buatan Ph 1,2
10 g NaCl
5 L medium
lambung buatan
pH 1,2
5 L NaOH 0,2 N
23
d. Pembuatan 5 L Dapar Fosfat pH 7,4
34,02 g Kalium
dihidrogen fosfat
Uji disolusi
PERHITUNGAN
Lampiran 2 : Perhitungan
Uji Disolusi CTM Tablet Generik
Persamaan regresi : y = 0,048143x + 0,001000
Konsentrasi :
Menit ke 0 : y = 0,048143x + 0,001000
0,132 = 0,048143 x + 0,001000
0,131 = 0,048143 x
X = 2,7210
Menit ke 5 : y = 0,048143x + 0,001000
0,122 = 0,048143x + 0,001000
24
0,121 = 0,048143x
X = 2,5133
Menit ke 10: y = 0,048143x + 0,001000
0,112 = 0,048143x + 0,001000
0,111 = 0,48143x
X = 2,3056
Menit ke 20: y = 0,048143x + 0,001000
0,111= 0,048143x
X = 2,2848
Menit ke 30 : y = 0,048143x + 0,001000
0,107 = 0,048143x + 0,001000
0,106 = 0,048143x
X = 2,2017
Menit ke 40: y = 0,048143x + 0,001000
0,112 = 0,048143x + 0,001000
0,111 = 0,48143x
X = 2,3056
25
0,095 = 0,048143 x
X = 1,9732
Menit ke 5 : y = 0,048143x + 0,001000
0,108 = 0,048143x + 0,001000
0,107 = 0,048143x
X = 2,2225
Menit ke 10: y = 0,048143x + 0,001000
0,123 = 0,048143x + 0,001000
0,122 = 0,48143x
X = 2,5341
Menit ke 20: y = 0,048143x + 0,001000
0,115= 0,048143x + 0,001000
X = 2,3679
Menit ke 30 : y = 0,048143x + 0,001000
0,109 = 0,048143x + 0,001000
0,108 = 0,048143x
X = 2,2433
Menit ke 40: y = 0,048143x + 0,001000
0,154 = 0,048143x + 0,001000
0,153 = 0,48143x
X = 3,1780
26
Uji Disolusi Paracetamol generik
Menit 0 : 0,354 = 0,089390x+0,151611
0,202389 = 0,089390x
X =0,2281
27
Perhitungan regresi paracetamol dagang
Menit 0 : 0,001 =0,089390x+0,151611
-0,150611 =0,089390x
X=-1,6848
28
Menit 5 : 0,113 =0,089390x+0,151611
0,0978 =0,089390x
X=1,0945
Menit 30 : 1,599=0,089390x+0,151611
1,5839=0,089390x
X=17,7189
Menit 50 : 1,884=0,089390x+0,151611
1,8688389 =0,089390x
X=20,9065
Menit 60 : 1,853=0,089390x+0,151611
1,8378389 =0,089390x
X=20,5597
29
LAMPIRAN GAMBAR
30
Kaca arloji Neraca analitik
Vial Erlenmeyer
31
32