Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No.

KEBIJAKAN PERENCANAAN ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR

Chrisgerson Rudor1
Muhammad Findi A2
1
Mahasiswa Sarjana Ilmu Ekonomi
Institut Pertanian Bogor
2
Dosen Departemen Ilmu Ekonomi
Institut Pertanian Bogor

Artikel diterima Oktober 2012


Artikel disetujui untuk dipublikasikan Desember 2012

ABSTRACT

Density and population of bogor that keeps increasing will add the duty of government to
provide more public means of mass. Transportation is a vital public facility. Public transport
available in Bogor is a city transportation (public transportation) and buses. The existence of a
number of public transportation totaling 3,412 units and 30 units of bus has been able to serve the
needs of the community in transportation, but in terms of efficiency and comfort are still far from
expected.
Based on the results of Stated Preference regression models, we concluded that the most
efficient mass transportation is city buses, and the most variable priority attribute passengers on a city
bus is the bus occupancy, the bus waiting time efficiency, got a seat, bus convenience and cost/ bus
rates. So the recommendation that we can give, the problem due to public transport in bogor can be
solved by the means of mass transportation such as city buses.
Key words: Density and population of Bogor, PublicTtransportation, Stated Preference Models

ABSTRAK

Kepadatan dan jumlah penduduk kota Bogor yang terus meningkat akan menambah tugas
pemerintah salah satunya adalah menyediakan sarana publik yang lebih bersifat massal. Transportasi
merupakan sarana publik yang sangat vital. Transportasi umum yang tersedia di Kota Bogor adalah
angkutan kota (angkot) dan bus. Keberadaan angkot yang jumlahnya berjumlah 3.412 unit dan 30 unit
bus telah dapat melayani kebutuhan masyarakat dalam bertransportasi tapi dari segi efisiensi dan
kenyamanan masih jauh dari yang diharapkan.
Berdasarkan hasil regresi model Stated Preference, diperoleh kesimpulan bahwa angkutan
masal yang paling efisien adalah bus kota, dan variabel yang paling diprioritaskan penumpang
terhadap atribut bus kota, yaitu okupansi bus, efisiensi waktu tunggu bus, mendapat tempat duduk,
kenyamanan bus dan biaya/ tarif. Sehingga rekomendasi yang dapat kami berikan, yaitu masalah
kemacetan akibat angkutan umum di Kota Bogor dapat diatasi dengan adanya sarana transportasi
massal berupa bus kota.
Kata Kunci : Kepadatan dan Jumlah Penduduk Bogor, Transportasi Umum, Model Stated Preference

159 | Edisi Desember 2012


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

I. PENDAHULUAN legal beroperasi di Kota Bogor merupakan


Perkembangan Kota Bogor dari angkutan yang berdaya angkut 14
tahun ke tahun menunjukkan perubahan penumpang.
yang cukup signifikan baik dari aspek Kerumitan dalam transportasi
pemetaan kota, pembangunan sektor-sektor publik bukan hanya menjadi masalah
jasa bahkan pertumbuhan penduduknya. pemerintah, operator, melainkan juga
Pada tahun 2010 jumlahnya mencapai masyarakat. Fenomena yang muncul akhir-
949.000 jiwa dan kepadatan penduduk akhir ini mengedepankan wajah
Kota Bogor sebesar 440 orang per transportasi publik yang kurang
kilometer persegi dengan meninjau luas memberikan kenyamanan, keamanan dan
Kota Bogor hanya 21,56 km² yang terdiri keterjangkauan serta masih mencerminkan
atas enam kecamatan, yang dibagi lagi atas biaya sosial dan ekonomi tinggi. Hal ini
sejumlah 68 kelurahan. berakibat pada peminggiran masyarakat
Kepadatan dan jumlah penduduk secara tidak langsung untuk melakukan
yang terus meningkat akan menambah mobilitasnya.Wujud nyata pemerintah
tugas pemerintah salah satunya adalah Kota Bogor yang perlu diapresiasi adalah
menyediakan sarana publik yang lebih adanya bus Transpakuan yang merupakan
bersifat massal. Transportasi merupakan angkutan massal di Bogor semacam bus
sarana publik yang sangat vital, di Kota way dan upaya pengurangan angkot yang
Bogor transportasi umum yang tersedia dilakukan sejak 2010 diberlakukan sistem
adalah angkutan kota (angkot) dan bus. shift angkot dan pembatasan izin
Keberadaan angkot yang jumlahnya perpanjangan trayek, namun kebijakan
berjumlah 3.412 unit dan 30 unit bus telah tersebut belum efektif
dapat melayani kebutuhan masyarakat Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
dalam bertransportasi tapi dari segi skema yang menyeluruh tentang
efisiensi dan kenyamanan masih jauh dari transportasi Kota Bogor agar dapat
yang diharapkan. menyentuh masyarakat. Maka sistem
Masalah transportasi di Kota Bogor transportasi berkelanjutan diharapkan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: dapat melengkapi solusi transportasi di
1. Rasio luas jaringan yang tersedia Bogor. Sistem transportasi berkelanjutan
berbanding luas wilayahnya baru lebih mudah terwujud pada sistem
mencapai 5% dari ketentuan 25%. transportasi yang berbasis pada
2. Pertumbuhan kendaraan sebesar penggunaan angkutan umum dibandingkan
7,51%/tahun. dengan sistem yang berbasis pada
3. Pertumbuhan penduduk sebesar penggunaan kendaraan pribadi. Sistem
3,5%/tahun. transportasi berkelanjutan merupakan
4. Pertumbuhan PDRB sebesar tatanan baru sistem transportasi di era
5,89%/tahun. globalisasi saat ini.
5. Pertumbuhan bangkitan sebesar
100%/tahun. II. MATERI DAN METODE
1. Teori Barang Publik
Angkot pun masuk ke dalam daftar Barang publik adalah barang dan
angkutan umum yang tidak efisien karena jasa yang tidak dapat disediakan oleh
terlalu banyak jenis angkot, jenisnya yang sistem pasar atau sektor swasta, dimana
kurang massal (tidak bisa membawa secara ekonomis pengecualian dapat
penumpang lebih dari 20 orang), trayek dilaksanakan akan tetapi biaya untuk
angkot yang tidak efektif sehingga terjadi mengecualikan segolongan masyarakat
overlap trayek dimana satu jalan bisa dari manfaat suatu barang sangat besar
dilewati oleh lebih dari empat jenis angkot
dibandingkan dengan biayanya. Tetapi
(contohnya pada Jalan Ir. H. Juanda di barang publik juga dapat dihasilkan oleh
sekitar Kebun Raya Bogor). Jumlah
angkutan umum penumpang yang secara
160 | Edisi Desember 2012
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

perusahaan swasta atau oleh perusahaan location requirement) atau standar jarak
negara. (Jayadinata, 1999:160).
Salah satu barang publik yang
dibutuhkan oleh masyarakat sehari-hari
3. Teori Transportasi
adalah transportasi publik, Transportasi
Berkelanjutan
publik memiliki makna jaringan kendaraan Definisi world bank (1996)
umum untuk publik dengan rute yang telah menyatakan secara konseptual, sustainable
ditentukan dan biasanya memiliki jadwal transportation adalah transportasi yang
dan harga yang telah ditentukan (Encarta melayani tujuan utama sebagai penggerak
Dictionary). Transportasi publik ekonomi wilayah perkotaan dan
mempunyai jalur dan rute yang sudah perkembangan sosial. Poin penting dalam
ditentukan, harga yang tetap dan memiliki sustainable transportation, yaitu: .
halte tertentu. Umumnya transportasi
a. Kegiatan transportasi yang
publik juga memiliki jadwal yang sudah
mengutamakan keselamatan dan
ditentukan.
kenyaman pemakai atau masyarakat.
2. Teori Lokasi Hal ini mengingat jalan ataupun
Ilmu yang menyelidiki tata ruang infrastruktur transportasi lainnya
(spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu dibuat untuk manusia bukan untuk
yang menyelidiki alokasi geografis dari kendaraan. Jadi kenyamanan manusia
sumber-sumber yang potensial serta umum harus diutamakan.
hubungan-nya dengan atau pengaruh-nya b. Semua kegiatan transportasi harus
terhadap keberadaan berbagai macam dilakukan secara efisien dan efektif
usaha atau kegiatan lain, baik ekonomi baik untuk pemakai kendarannya
maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Teori ataupun bahan bakar yang digunakan.
lokasi mempelajari pengaruh jarak Selama ini kendaraan pribadi rata-rata
terhadap intensitas orang bepergian dari setiap harinya hanya berisi satu orang.
satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis Jadi jika satu orang itu dialihkan untuk
pengaruh jarak terhadap intensitas orang menggunakan kendaraan umum, maka
dapat dikembangkan untuk melihat suatu bisa dibayangkan berapa banyak
lokasi yang memiliki daya tarik terhadap bahan bakar yang akan tersimpan dan
batas wilayah pengaruhnya, dimana orang berapa banyak kemacetan dan emisi
masih ingin mendatangi pusat yang kendaraan yang akan berkurang.
memiliki daya tarik tersebut. Hal tersebut c. Tiga pilar penting transportasi, yaitu
terkait dengan besarnya daya tarik pada ekologi, ekonomi dan sosial harus
pusat tersebut dan jarak antara lokasi seimbang. Kegiatan transportasi dalam
dengan pusat tersebut. konsep sustainable transportation
Salah satu faktor yang menentukan harus bisa menyeimbangkan semua
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau aspek tersebut.
tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat d. Trasnportasi bukan hanya bisa
aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk dinikmati masa sekarang, namun juga
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi untuk masa yang akan datang.
lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). e. Penggunaan transportasi yang ramah
Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh lingkungan.
jarak, kondisi prasarana perhubungan,
Dalam penelitian ini metode yang
ketersediaan berbagai sarana penghubung
akan digunakan penulis untuk memperoleh
termasuk frekuensinya dan tingkat
dan menganalisis data adalah sebagai
keamanan serta kenyamanan untuk melalui
berikut :
jalur tersebut. (Tarigan, 2006:78). Dalam
1. Penelitian Kepustakaan (Library
analisis kota yang telah ada atau rencana
Research)
kota, dikenal standar lokasi (standard for
Penelitian kepustakaan dilakukan
dengan cara mengumpulkan, membaca,
161 | Edisi Desember 2012
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

dan menelaah berbagai peraturan Dinas Tata Ruang dan Wilayah


perundang-undangan, literatur, artikel, dan Kota Bogor dan Dinas Sosial,
bahan-bahan kuliah yang mempunyai Tenaga Kerja dan Transmigrasi
relevansi dengan permasalahan yang Kota Bogor.
dibahas baik yang berasal dari buku b. Metode Survey, yaitu dengan cara
maupun internet. mengisi kuesioner di lapangan
untuk mendapatkan data dari
2. Metode Kuantitatif
variabel-variabel yang akan diolah
Data-data kuantitatif yang diperoleh
dalam metode stated preference.
dari lembaga terkait dan survey akan
Adapun variabel-variabel yang
diolah dengan menerapkan perhitungan
akan disurvey adalah biaya,
matematis yaitu berupa model Stated
kenyamanan kendaraan, okupansi
Preference. Model Stated Preference
bus, lama perjalanan, waktu tunggu
adalah metode untuk mendapatkan data
bus, mendapat tempat duduk,
tentang keputusan pelaku perjalanan.
perilaku operator bus, risiko
Model Stated Preference
kecelakaan, waktu berjalan kaki,
mendasarkan pada konsep indirect utility
penggunaan waktu alternatif,tarif,
(utilitas tidak langsung). Nilai utilitas dapat
dan moda image.
diketahui dengan melakukan pengukuran
terhadap atribut-atribut suatu produk yang
Kriteria responden yang digunakan
diprediksikan memberikan nilai kepuasan
dalam penelitian ini adalah:
terhadap produk tersebut . Parikesit (1993)
a. Penduduk Kota Bogor atau bukan
menyatakan bahwa bentuk umum utilitas
tetapi melakukan aktivitas
suatu produk adalah merupakan model
kesehariannya di wilayah Kota
linier yang merupakan kombinasi dari
Bogor.
berbagai atribut:
b. Menggunakan angkutan umum
sebagai sarana angkutan.
Keterangan: c. Mengisi kuisioner dengan lengkap.
Ui : utilitas pelayanan produk i d. Tanggapan resnponden konsisten
x1…xn : atribut produk i sesuai dengan logika stated
a1…an : koefisien produk i preference.
a0 : konstanta
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Pemilihan teknik analisis yang Data yang dipakai dalam penelitian
sesuai untuk analisis data Stated ini merupakan data primer. Data yang
Preference tergantung pada jenis respon dikumpulkan oleh peneliti yang diperoleh
yang diperoleh dari pelaksanaan survey dari para responden yang tersebar di Kota
yang dapat berupa data ranking. Skala Bogor terutama jalur-jalur angkutan bus
rating atau pilihan dari beberapa alternatif umum dalam hal ini penumpang bus.
yang ditawarkan. Pada penelitian ini teknik Metode yang digunakan merupakan
analisis yang digunakan adalah Regression metode survei terhadap 50 responden.
Approaches. Penelitian ini menggunakan instrumen
kuesioner.
3. Penelitian Lapangan (field research)
Metode lapangan terdiri dari dua III. HASIL DAN PEMBAHASAN
metode, yaitu: Berdasarkan data yang terhimpun,
a. Metode Wawancara, yaitu dengan Kota Bogor memiliki beberapa jenis jalan
cara wawancara langsung dengan berdasarkan pemeliharaannya, sebagai
narasumber yang kompeten di berikut:
bidang transportasi publik dan a. Jalan Nasional sepanjang 26.759
berhubungan dengan data yang km.
diolah seperti DLLAJ Kota Bogor,
162 | Edisi Desember 2012
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

b. Jalan Provinsi sepanjang 26.759 yang rendah, kenyamanan yang minim,


km. sampai dengan masalah sosial.
c. Jalan Kota sepanjang 212.704 km Angkot juga selalu berhenti untuk
(belum termasuk jalan lingkungan menaikkan dan menurunkan penumpang di
di perumahan yang baru dibangun). sembarang tempat sesuai permintaan
Jumlah angkot di Kota Bogor penumpang. Ini barangkali terdengar ideal,
sebanyak 3.412 unit pada tahun 2010 namun pengusaha angkot menghadapi
dengan 24 trayek yang disediakan. Jumlah penurunan jumlah penumpang dan
ini telah mengalami penurunan pendapatan. Strategi berkendara perlahan
dibandingkan tahun 2003. untuk memaksimalkan jumlah penumpang
Transportasi publik di Kota Bogor yang masuk angkot dan mengebut untuk
sangat didominasi oleh angkutan kota mengambil penumpang sangat baik untuk
(angkot). Dengan kapasitas maksimum memaksimalkan pendapatan dalam jangka
hanya dua belas tempat duduk penumpang, waktu pendek, namun berkontribusi pada
maka angkot belum memenuhi kriteria terjadinya kemacetan. Penumpang yang
angkutan massal. Sehingga angkot tidak puas semakin memilih untuk
seringkali menimbulkan berbagai masalah melakukan perjalanan dengan sepeda
terutama dampaknya bagi kelancaran lalu motor sehingga menambah kemacetan.
lintas (kemacetan), efisiensi pelayanan
Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Angkutan Umum di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Pelayanan
Jenis Pelayanan Jumlah Jumlah
No. Jenis Kendaraan
Umum Trayek Kendaraan
1 AKAP Bis 1.837
172
Mikro Bis
2 AKDP Bis 330
40
Mikro bis
MPU 10 4.827
3 Angkutan Kota MPU 22 3.506
4 Pariwisata Bis 48
Mikro bis 4
Jumlah 10.552
Keterangan: AKAP : Antar Kota Antar Propinsi
AKDP : Antar Kota Dalam Propinsi
MPU : Mobil Penumpang Umum
Sumber: DLLAJ Kota Bogor, 2005.

Oleh karena itu, salah satu usaha hanya pada jalur yang padat dan sibuk
yang perlu dilakukan adalah mengkonversi ataupun untuk jalur-jalur yang terjadi
angkot secara bertahap dan perlahan overlapping trayek, misalnya jalur lingkar
menjadi bus sedang dan bus besar sesuai Kebun Raya Bogor.
dengan time frame yang Berdasarkan data konsumsi BBM-
direkomendasikan. Hal ini untuk nya, kita dapat membandingkan efisiensi
menghindari terjadinya perlawanan dari dari setiap moda transportasi umum.
operator angkutan kota yang dapat Seperti disajikan pada Gambar 5.1 di
berakibat pada pemogokan dan anarki. bawah ini.
Adapun trayek angkot yang dikonversi

163 | Edisi Desember 2012


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

Keterangan: ml/pnp-km = tingkat konsumsi bahan bakar minyak penumpang per kilometer
Sumber: Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2005)
Gambar 5.1 Grafik Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Angkutan Umum

Untuk konsumsi bahan bakar pemerintah dengan preferensi masyarakat


minyak menurut berbagai jenis dan ukuran akan menciptakan suatu goal dalam
kendaraan angkutan, terlihat bahwa penyediaan transportasi yang efektif dan
semakin besar kendaraannya semakin kecil efisien bagi khalayak umum.
tingkat konsumsinya per penumpang Berdasarkan penelitian kepustakaan
kilometer. Sehingga penggunaan bus lebih variabel-variabel yang diestimasi
efisien dibandingkan dengan penggunaan mempengaruhi utilitas penumpang dalam
angkutan kota (angkot 1000 cc dan 1500 menggunakan bus kota, yaitu biaya atau
cc). tarif, kenyamanan kendaraan, okupansi
Untuk mewujudkan sistem bus, efisiensi waktu perjalanan, efisiensi
transportasi umum yang ideal dan waktu tunggu bus, mendapat tempat
berkelanjutan di Kota Bogor diperlukan duduk, kesesuaian perilaku operator bus
penelitian lebih lanjut mengenai preferensi dengan SOP, safety equipment, efisiensi
masyarakat Kota Bogor terhadap bus kota. waktu berjalan kaki dan moda image.
Hal ini menjadi sangat penting karena Seluruh variabel tersebut
masyarakat merupakan stakeholder yang diregresikan dengan metode OLS dan
utama dalam penentuan kebijakan sistem didapatkan model linier dengan persamaan
transportasi. Sinkronosasi kebijakan sebagai berikut:
ln U i  2, 637  0, 089ln X1  0,107 ln X 2  0,148ln X 3  0, 074ln X 4  0,115ln X 5 
0,126ln X 6  0, 056ln X 7  0, 079ln X 8  0, 071ln X 9  0, 072ln X10 + ei
Keterangan:
Ui = Utilitas Penumpang X6 = Mendapat tempat duduk
X1 = Biaya atau tarif X7 = Kesesuaian perilaku operator
X2 = Kenyamanan bus bus dengan SOP
X3 = Okupansi bus X8 = Safety equipment
X4 = Efisiensi waktu perjalanan X9 = Efisiensi waktu berjalan kaki
X5 = Efisiensi waktu tunggu bus X10 = Moda image
ei = Error term

R-squared dari model ini bernilai pada taraf nyata 5 persen dan berpengaruh
0,86 artinya 86 persen keragaman dari positif terhadap utilitas penggunaan bus
model tersebut dapat dijelaskan oleh kota.
variabel-variabel yang terdapat di dalam Berdasarkan nilai koefisien terbesar
model, sedangkan 14 persen sisanya pada persamaan regresi di atas, maka dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel di luar disimpulkan bahwa lima urutan prioritas
model. Seluruh variabel tersebut signifikan

164 | Edisi Desember 2012


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

utama konsumen terhadap atribut bus kota dibutuhkan konversi angkot menjadi
yaitu: bus kota.
1. Okupansi bus (nilai koefisien 2. Berdasarkan hasil regresi model Stated
0,148) Preference, diperoleh kesimpulan
Dengan peningkatan okupansi bus bahwa variabel yang paling
sebesar 1 persen maka akan diprioritaskan penumpang terhadap
meningkatkan utilitas penumpang atribut bus kota, yaitu okupansi bus,
sebesar 0, 148 persen, ceteris efisiensi waktu tunggu bus, mendapat
paribus. tempat duduk, kenyamanan bus dan
2. Mendapat tempat duduk (nilai biaya/ tarif. Sehingga rekomendasi
koefisien 0,126) yang dapat kami berikan, yaitu masalah
Dengan meningkatnya kesempatan kemacetan akibat angkutan umum di
untuk mendapat tempat duduk Kota Bogor dapat diatasi dengan
sebesar 1 persen maka akan adanya sarana transportasi massal
meningkatkan utilitas penumpang berupa bus kota.
sebesar 0, 126 persen, ceteris 3. Pemerintah Kota Bogor melalui
paribus. kelembagaan Badan Layanan Umum
3. Efisiensi waktu tunggu bus (nilai (BLU) perlu melakukan revitalisasi
koefisien 0,115) Trans Pakuan yang sekarang sdudah
Dengan meningkatnya efisiensi ada, malaui penambahan armada dan
waktu untuk menunggu bus sebesar penambahan trayek Trans Pakuan yang
1 persen maka akan meningkatkan melayani seluruh jalur-jalur protokol di
utilitas penumpang sebesar 0, 115 Kota Bogor.
persen, ceteris paribus. 4. Pemerintah Kota Bogor segera
4. Kenyamanan bus (nilai koefisien memperkuat kelembagaan usaha Trans
0,107) pakuan Bogor menjadi lebih berdaya
Dengan kenyamanan bus sebesar 1 melalui pembentukan P.T. Trans
persen maka akan meningkatkan Pakuan, sebagai salahsatu Badan
utilitas penumpang sebesar 0, 107 Usaha Milik Daerah (BUMD) di kota
persen, ceteris paribus. Bogor yang profesional dan amanah
5. Biaya/tarif (nilai koefisien 0,089) dalam melayani kepentingan
Dengan adanya penurunan transportasi masyarakat Bogor secara
biaya/tarif bus sebesar 1 persen umum.
maka akan meningkatkan utilitas
penumpang sebesar 0,089 persen, DAFTAR PUSTAKA
ceteris paribus. Antara. 2011. Atasi Kemacetan, DLLAJ
Kota Bogor Kurangi Jumlah
Kelima hasil prioritas konsumen Angkot. http://bisnis-
terhadap atribut bus kota di atas akan jabar.com/index.php/2011/09/atasi-
menjadi modal dasar bagi perencanan kemacetan-DLLAJ-kota-Bogor
transportasi angkutan massal yang kurangi-jumlah-angkot/ (diakses
berkelanjutan di Kota Bogor. Kelima tanggal 28 September 2011).
indikator di atas telah merepresentasikan
keinginan penumpang/ pengguna Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan.
angkutan umum di Kota Bogor. STIE. Yayasan Keluarga Pahlawan,
Yogyakarta.
Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan
IV. KESIMPULAN Regional (Bagian Satu dan Dua).
1. Gambaran sistem transportasi yang Paul Sitohang [penerjemah](1990).
ideal adalah transportasi umum yang Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.
massal dan menggunakan bahan bakar
minyak secara efisien, oleh karena itu
165 | Edisi Desember 2012
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 159-166 Vol. 1 No. 2

Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi


Pembangunan dan Perencanaan. 1. Dr. Sri Mulatsih dan Sri Retno W.N,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. SE, sebagai Pengelola Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Pembangunan Teori, Masalah, dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor,
Kebijakan. APP AMP YPKN,
yang telah berkenan memublikasikan
Yogyakarta.
penelitian ini sebagai bagian dari
Mangkoesoebroto G. 2009. Ekonomi jurnal ekonomi dan kebijakan
Publik. Yogyakarta: BPFE pembangunan.
Yogyakarta. 2. Direktur Direktorat Pendidikan
MHM Amirotul, Agustin T, W S Hastuti. Tinggi Kementerian Pendidikan dan
2006. Analisis Variabel Layanan Kebudayaan Republik Indonesia,
angkutan Umum Bus Kota Menurut yang telah membiayai penelitian ini.
Persepsi Penumpang Dengan 3. Dr. Rimbawan, Direktur Direktorat
Teknik Stated Preference (Studi Kemahasiswaan Institut Pertanian
Kasus Angkutan Umum Bus Kota Bogor, yang telah memfasilitasi
di Surakarta). Media Teknik Sipil. terwujudnya penelitian ini.
Universitas Sebelas Maret: Fakultas 4. Mahasiswa di lingkungan Program
Teknik. Hlm 55-60 Studi Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang terutama, kepada
Pemerintah Kota Bogor. 2011. Seluruhnya Desi Erilia Juanda, Fridayanti Dwi
Ada 3.412 Unit Angkot Beroperasi Mumpuni, Vevi Retno Maretha,
di Kota Bogor. Farhana Zahrotunisa yang telah
http://kotabogor.go.id/index.php?o terlibat secara langsung dalam proses
ption=com_content&task=view&id penelitian ini.
=7596 (diakses tanggal 28 5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat
September 2011). disebutkan satu-persatu, yang telah
Priyarsono, D.S., Sahara, dan M. Firdaus. terlibat secara tidak langsung,
2007. Ekonomi Regional. sehingga terselesaikannya penelitian
Universitas Terbuka, Jakarta. ini.
Semoga partisipasi dan kontribusi
Subandi. 2008. Ekonomi Pembangunan. dari yang pihak-pihak yang telah
Alfabeta, Bandung. disebutkan di atas, merupakan amal yang
Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional: Teori baik, dan mendapat balasan dari Allah
dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. SWT.
Wahyuningtias E. 2008. Kemacetan di
Pusat Kota Bogor [Skripsi]. Depok
: FMIPA Universitas Indonesia.
World Bank. 1996. Sustainable Transport:
Priorities for Policy Reform.
Development in Practice
Series.Washington, DC: World
Bank.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis dalam kesempatan ini
mengucapkan terimaksih kepada pihak-
pihak yang telah mendukung pembuatan
jurnal penelitian ini, terutama kepada :

166 | Edisi Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai