Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

IDENTIFIKASI KADAR SIANIDA PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon l)

Ummy Mardiana Ramdan, Dian Oktaviani dan Hesty Nita Hasanah


Program Studi DIII Analis Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Email : mardiana.ramdan@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi kadar sianida dalam biji melinjo. Metode Penelitian
yang digunakan bersifat deskriptif. Sampel berupa biji melinjo mentah dianalisa secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan menggunakan pereaksi FeCl3 dan AgNO3. Sementara
penentuan kadarnya dilakukan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Sampel diatur pH nya sampai
kurang dari 8 menggunakan larutan buffer fosfat kemudian direaksikan dengan larutan Kloramin T.
Tahapan berikutnya direaksikan dengan larutan asam piridin barbiturat dan absorbansi sampel diukur
pada panjang gelombang 485 nm.. Hasil pemeriksaan diperoleh konsentrasi sianida pada biji melinjo
didapat sebesar 3547,5 mg/L. Berdasarkan kondisi diatas, kadar sianida dalam biji melinjo sangatlah
tinggi dan perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar sianida yang
terkandung didalamnya sebelum dijadikan bahan konsumsi.

Kata Kunci : melinjo, sianida, spektrofotometer UV-Vis

PENDAHULUAN yang berawal dari keracunan makanan.


Sebagai makhluk hidup manusia Dalam bahan pangan nabati juga terdapat
memerlukan bahan pangan yang dapat zat beracun alamiah contohnya sianida
mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahan yang terdapat dalam singkong, apel,
pangan adalah bahan yang memungkinkan melinjo dan kentang. Seperti yang dikutip
manusia tumbuh dan berkembang serta dari emedicinehealth bahwa apabila
mampu beraktivitas dan memelihara singkong, kentang dan melinjo yang
kondisi tubuh (BPOM, 2003). Bahan dikonsumsi berlebihan juga disebut dapat
pangan sendiri terdiri dari 2 macam mengeluarkan sianida.
diantaranya ada bahan pangan nabati dan Melinjo mengandung asam sianida yang
hewani. Bahan pangan hewani berasal dari beracun dan apabila melinjo mentah atau
olahan hasil hewan sedangkan bahan yang dimasak kurang sempurna untuk
pangan nabati berasal dari tanaman seperti dikonsumsi, maka racun tersebut akan
akar, batang, daun, bunga, biji dan buah. berubah menjadi senyawa kimia yang
Dalam bahan pangan terdapat senyawa dinamakan hidrogen sianida yang dapat
beracun baik secara alami ataupun karena menimbulkan gangguan kesehatan. Sejauh
terkontaminasi oleh mikroorganisme. Zat- ini belum pernah dilaporkan tentang
zat kimia ini sangat berpengaruh pada keracunan melinjo secara akut maupun
tubuh manusia dan dampaknya akan terasa kronis. Meskipun sejumlah kecil sianida
dalam jangka waktu yang lama(Tejasari, dapat ditoleransi oleh tubuh kita, namun
2005:5). Menurut Henry B Beyler, tetap saja tidak boleh berlebihan. Seperti
seorang Doktor di USA berpendapat yang dikatakan oleh Winarno, F.G (2008)
bahwa penyebab segala penyakit bukan bahwa HCN dikenal sebagai racun yang
dari bakteri, melainkan racun atau toksik mematikan, HCN akan menyerang
541
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
langsung dan menghambat sistem antar Air Suling, Asam piridin barbiturat, FeCl3
ruang sel dan dosis yang mematikan untuk 1%, Kloramin T 1%, Larutan induk
tubuh yaitu 0,5 -3,5 mg HCN/Kg berat sianida 5000 ppm, NaH2PO4.H2O 1M.
badan. Ada beberapa cara yang dapat A. Prosedur Penelitian
dilakukan untuk mengurangi kandungan Preparasi Sampel
HCN yang terdapat dalam bahan makanan Melinjo yang telah dikupas kemudian
yaitu dengan cara perendaman, pencucian, dihaluskan menggunakan mortir. Setelah
perebusan, pengukusan atau penggorengan halus, sebanyak 25 gram melinjo add ke
sehingga dengan adanya pengolahan dalam labu ukur 250,0 mL kemudian
dimungkinkan dapat mengurangi kadar saring dengan kertas saring whatman.
HCN dan apabila dikonsumsi tidak akan Analisis kualitatif sianida
membahayakan bagi tubuh (Sumartono, Dilakukan pemeriksaan sianida secara
1987). kualitatif menggunakan pereaksi FeCl3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan AgNO3 yang bertujuan untuk melihat
oleh Annisa Mardhatilah (2012) terhadap ada atau tidaknya sianida dalam sampel
kandungan asam sianida pada melinjo setelah dipanaskan dengan waktu yang
secara kualitatif dengan 5 variabel telah ditentukan pada suhu 100◦C.
perlakuan yaitu : biji melinjo mentah, biji Sebanyak 1 ml filtrat sampel ke dalam
melinjo yang telah direbus, kulit melinjo tabung 1 dan tabung 2, kemudian
mentah, kulit melinjo yang telah direbus dipanaskan dalam air yang mendidih
dan biji melinjo yang sudah diolah dengan waktu 10-50 menit. 1-2 tetes
menjadi sayur. Didapat hasil positif larutan Fecl3dimasukkan ke tabung 1 dan
mengandung sianida pada biji dan kulit 1-2 tetes AgNO3 ke tabung 2, adanya
melinjo yang mentah sedangkan biji dan endapan orange pada tabung 1 dan
kulit melinjo yang telah diolah tidak endapan putih pada tabung 2 menandakan
mengandung sianida atau negatif. positif sianida.
Berdasarkan dari penelitian tersebut Analisis Kuantitatif Sianida
penulis terdorong untuk melakukan Sampel ditentukan kadarnya melalui
penelitian secara kuantitatif kadar asam pengukuran absorban pada panjang
sianida pada biji melinjo yang mentah gelombang maksimal. Setelah itu,
dengan metode spektrofotometer. kadarnya dicari menggunakan persamaan
regresi linier. Sebanyak 25 mL filtrat
METODELOGI PENELITIAN
dditambahkan larutan buffer fosfat sampai
Metode penelitian yang digunakan adalah
pH kurang dari 8 dan dihomogenkan. 2
deskriptif. Alat yang digunakan
mL larutan Kloramin T ditambahkan dan
merupakan peralatan gelas yang biasa
dilanjutkan dengan penambahan larutan
terdapat di laboratorium kimia, Sedangkan
asam piridin barbiturat. Larutan kemudian
bahan yang digunakan adalah AgNO3 1%,
didiamkan selama 8 menit supaya

542
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

terbentuk warna yang sempurna dan untuk mengubah sianida menjadi CNCl.
absorbansinya dibaca menggunakan Penambahan asam piridin barbiturat
spektrofotometer pada panjang gelombang sebanyak berfungsi untuk mengetahui
485 nm. keberadaan CN- dengan berubahnya
B. Hasil dan Pembahasan warna setelah didiamkan selama ± 8 menit
Uji Kualitatif dan diperiksa pada panjang gelombang
Saat dipanaskan selama 10-60 menit, 485 nm.
hasilnya yaitu positif mengandung sianida Penentuan panjang gelombang maksimal
dengan adanya endapan. Tujuan dilakukan dengan mengukur absorban
dilakukannya pemanasan yaitu untuk pada rentang panjang gelombang dari 400-
menentukan waktu maksimum kapan 500nm. Hasilnya dapat terlihat sebagai
sianida hilang saat terjadi pemanasan, berikut :
berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh
data bahwa sianida dapat berkurang
kadarnya setelah dipanaskan dan
mencapai kondisi maksimum setelah
dipanaskan selama waktu 57 menit.
a) Uji kualitatif larutan seri standar
sianida menggunakan FeCl3 Gambar 2. Kurva Panjang Gelombang
Maksimal Sianida

Penentuan konsentrasi sampel dilakukan


dengan membuat kurva antara absorbansi
dengan konsentrasi standar sianida Hasil
pembacaan absorbansinya diilustrasikan
Gambar 1. Uji kualitatif sampel setelah pada gambar kurva regresi linier sebagai
dipanaskan selama 57
menit.Keterangan : (1) FeCl3 berikut:
dan (2) AgNO3
0.5 y = 0.0008x - 0.0188
0.4 R² = 0.9894
Absorban

1. Uji Kuantitatif
0.3
Pengujian secara kuantitatif menggunakan 0.2
0.1
spektrofotometri.
1 Penetapan kadar sianida
0
total dalam sampel ditentukan dalam -0.1 0 200 400 600
Konsentrasi Sianida (ppm)
bentuk HCN, hal ini dilakukan dengan
penambahan reagen NaH2PO4yang
Gambar 2
berguna untuk mengubah sianida menjadi Kurva regresi linier larutan standar sianida

HCN pada pH kurang dari 8. Pada


penelitian ini semua senyawa diubah
kedalam reaksi klorinasi sehingga dengan
penambahan kloramin T yang berfungsi
543
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Penetapan Kadar Sampel Sehingga biji melinjo dapat disebut
Tabel 1 mengandung kadar sianida yang tinggi
Nilai absorbansi sampel
Pengulangan Absorban Rata-rata karena mengandung kadar lebih dari 1
1 0,265 ppm.
2 0,264 0,265
3 0,265
Sampel ditentukan kadarnya melalui DAFTAR PUSTAKA
pengukuran absorban pada panjang Adiwasastra, A. Keracunan : Sumber,
gelombang maksimal, setelah itu kadarnya bahaya serta penanggulangannya.
dicari menggunakan persamaan regresi Bandung : Angkasa Offset
linier. Adapun untuk menentuk Bandung, 1992:95.
konsentrasi sampel melalui persamaan y = Badan POM. Bahan Tambahan Pangan,
bx – a ........(1) Direktorat Surveilan dan
a. Konsentrasi sampel berdasarkan Penyuluhan Pangan, Deputi Bidang
persamaan garis y = bx – a Pengawasan Keamanan Pangan dan
y = 0,0008x – 0,0188 Bahan Berbahaya, Jakarta :Badan
0,265 = 0,0008x – 0,0188 POM, 2003.
0,0008x = 0,265 + 0,0188 Badan Standardisasi Nasional. Bahan
0,0008x = 0,2838 Tambahan Pangan – Persyaratan
x = 354,75 ppm Perisa dan Penggunaan dalam
Kadar sianida pada sampel diperoleh Produk Pangan. 2006.
sebesar 354,75 ppm. Ballantyne, Forensic Toxicology: The
sampel memiliki kadar yang tinggi, Forensic Diagnosis of Acute
sehingga perlu dilakukan pengolahan Cyanide Poisoning, John Wright &
dengan cara pemanasan untuk mengurangi Sons Ltd, 1974:99.
kadarnya dalam buah melinjo. Darmono. Farmasi forensik dan
Kadar sianida dalam melinjo mentah toksikologi, Jakarta : Universitas
sangat tinggi karena lebih dari 1 ppm Indonesia, 2008:97-99.
sianida yang diperbolehkan secara alami Day, R.A & Underwood A.L., Analisa
dalam produk pangan. Namun, sianida Kimia Kuantitatif, Erlangga,
dalam melinjo dapat mudah hilang dengan Jakarta, 1999:412.
pemanasan dalam waktu 6 menit pada Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
suhu 100ºC, sehingga melinjo aman untuk RI.DKBM. 1998.
dikonsumsi. Hall Alan, Isom Gary, Rockwood Gary,
Toxicology of Cyanides and
KESIMPULAN Cyanogens, Wiley, 1988:20-27.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Hidayat S &Napitulu M,
dilakukan terhadap melinjo diperoleh hasil KitabTumbuhanObat, Agriplo
konsentrasi sianida yaitu 3547,5 mg/L.

544
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

(PenebarSwadayaGrup), EndemikGondok. [Serial Online].


Jakarta,2015:271-275. http://digilib.litbang.depkes.go.id.
Lagowski, J.J & Sorum, C.H, Analisis Diakses 06 Juli 2017.
Kualitatif Semimikro Edisi 8, Pambayun, R. Kiat Sukses Teknologi
Jakarta : EGC, 2012:50-54. Pengolahan Umbi Gadung.
Lim, Edible Medicinal and Non-medicinal Yogyakarta:Ardana Media.
Plant, Springer,2012:109. 2007:27.
Murdiana, A. 2000. Pengaruh Berbagai Sumartono. Ubi Kayu. Jakarta : Bumirestu
Cara Pengolahan untuk ev. 1987
Mengurangi SifatGoitrogenik Tejasari. Nilai Gizi Pangan, Graha Ilmu,
Tiosianat pada Beberapa Bahan Yogyakarta, 2005:5.
Makanan di Daerah

545

Anda mungkin juga menyukai