Anda di halaman 1dari 24

I.

Konsep Teori
1. Definisi Perdarahan Post Partum
Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan melebihi 500 ml pasca
persalinan setelah bayi lahir (Ambar Dwi, 2010). Perdarahan post partum
adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam setelah kelahiran dan
biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital
(Vicky Chapman, 2006). Perdarahan pasca partum adalah perdarahan yang
terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum, selama dan sesudah keluarnya
plasenta (Harry Oxorn, 2010).
Dari pengertian diatas Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih
dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Dalam menentukan
jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena sering bercampurnya
darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur.
2. Pembagian Perdarahan Post Partum
Menurut waktu kejadiannnya, perdarahan post partum dibagi atas :
Perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi
lahir dengan jumlah 500 cc atau lebih.
Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai
dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi, dengan jumlah 500cc atau lebih
(I.B.G Manuaba, 2007).
3. Etiologi Perdarahan Post Partum
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara
lain 4T (Tone dimished, Trauma, Tissue, Thrombin) :
1. Tone Dimished : Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu untuk
berkontraksi dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat -
serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi
ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena
atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga
dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan
plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri
merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Beberapa hal yang
dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri :
- Manipulasi uterus yang berlebihan.
- General anestesi (pada persalinan dengan operasi ), Anestesi yang
dalam.
- Uterus yang teregang berlebihan.
- Kehamilan kembar.
- Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 - 5000 gram ).
- Polyhydramnion.
- Kehamilan lewat waktu, Partus lama.
- Grande multipara ( fibrosis otot-otot uterus ).
- Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ).
- Plasenta previa, Solutio plasenta (Fransisca, 2012).
2. Tissue
- Retensio plasenta
- Sisa plasenta
- Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi
belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, tapi
apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus karena :
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta
adhesiva )
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis
menembus desidva sampai miometrium - sampai dibawah
peritoneum ( plasenta akreta - perkreta )
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena
salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada
bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio
plasenta ). Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 %
dari kasus perdarahan postpartum. (Fransisca, 2012).
3. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir akibat :
- Ruptur uterus
- Inversi uterus
- Perlukaan jalan lahir
- Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat
operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin.
Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut section secarea
sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya
terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam
dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep,
walaupun begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan.
Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan
menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat
menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam
dan bisa menyebabkan terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika
mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan
antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan
kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi
ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai
penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri,
sehingga tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.
Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta
keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
- Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari
ruang tersebut.
- Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
- Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar
terletak diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat
crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada
tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada
penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan
pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai.
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas
servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan
keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 - 70 % ). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan
penderita. (Fransisca, 2012)
4. Thrombin : Kelainan pembekuan darah
Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit
keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
- Hipofibrinogenemia,
- Trombocitopeni,
- Idiopathic thrombocytopenic purpura,
- HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count ),
- Disseminated Intravaskuler Coagulation,
- Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8
unit karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen
fibrin dan trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)
4. Faktor Resiko Perdarahan Post Partum
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya
merupakan faktor resiko paling besar untuk terjadinya perdarahan
postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan untuk menentukan
keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui
karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum :
- Grande multipara
- Perpanjangan persalinan
- Chorioamnionitis
- Hipertensi
- Kehamilan multiple
- Injeksi Magnesium sulfat
- Perpanjangan pemberian oxytocin (Fransisca, 2012)
5. Manifestasi Klinik Perdarahan Post Partus
1). Tanda - tanda perdarahan post partum secara umum :
- Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam
keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang merembes
perlahan - lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya
menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam
syok.
- Pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil
- Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala
penurunan tekanan darah (sistolik <90 mmHg) nadi (>100x / menit)
dan napas cepat, pucat (Hb <8%), extremitas dingin, sampai terjadi
syok (Ambar, 2010).
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
(1) Atonia Uteri
- Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi dan
lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan
postpartum primer).
- Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin,
gelisah, mual dan lain-lain)
(2) Robekan jalan lahir
- Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar
mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik,
plasenta baik.
- Gejala yang kadang - kadang timbul : pucat, lemah,
menggigil.
(3) Retensio plasenta
- Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
- Gejala yang kadang - kadang timbul : tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan
lanjutan
(4) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
- Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera.
- Gejala yang kadang - kadang timbul : Uterus berkontraksi
baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
(5) Inversio uterus
- Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina
terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir),
perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
- Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan
pucat (I.B.G Manuaba, 2007)
6. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
stratum spongiosum sehingga sinus - sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut
akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah
sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi
otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah
perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempura sehingga terjadi per darahan terus
menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin
untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari
perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih
melekat pada tempat implementasinya yang akan menyebabkan
terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian
pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan
placenta rest dapat diterangkan dalam mekanisme yang sama dimana akan
terjadi gangguan pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga
menghambat terjadinya perdarahan. Pemebentukan epitel akan terganggu
sehingga akan menimbulkan perdarahan berkepanjangan. (I.B.G Manuaba,
2007).
7. Komplikasi Perdarahan Post Partum
Komplikasi perdarahan postpartum adalah :
1). Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan daya
tahan dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas.
2). Kematian akibat kehilangan darah yang tidak dapat ditangani. (Harry
Oxorn, 2010)
8. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
1) Penatalaksanaan Medis
Terapi Medis yang dapat digunakan:
(1) Methergine 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung
dengan analgesik bila terjadi kram.
(2) Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
(3) Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
(4) Prostin supositoria pervagina, uterus atau rectum
(5) Bila perdarahan terus berlanjut beri Hernabate 1 ampul per IM setiap
5 menit sebanyak tiga kali. Berikan dosis pertama 10 menit setelah
pemberian Prostin (Geri Morgan, 2009).
2. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
(1) Tekan bagian segmen uterus bagian bawah dan keluarkan bekuan
darah
(2) Periksa konsistensi uterus
a. Bila terjadi atonia, pijat uterus
b. Bila tidak ada respon, lakukan kompresi bimanual
c. Berikan oksitoksik dan atau ergot, seperti berikut :
- Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
- Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
- Prostin supositoria pervagina, uterus, atau rectum
- Bila perdarahan uterus berlanjut berikan Hernabate 1 ampul
per IM setiap 5 menit sebanyak tiga kali. Beri dosis pertama
10 menit setelah pemberian prostin.
d. Lanjutkan kompresi bimanual
e. Pantau TTV dan tanda syok
(3) Bila uterus terus berkontraksi dan perdarahan terus berlanjut,
perhatikan apakah ada laserasi.
a. Bila laserasi vagina atau perineum derajat pertama atau kedua,
segera perbaiki
b. Bila laserasi serviks atau laserasi vagina atau laserasi perineum
derajat tiga atau empat: jepit perdarahan dan lakukan perbaikan
bila terjadi hemostasis
(4) Bila terjadi tanda - tanda syok:
a. Berikan infuse RL dengan cepat
b. Baringkan pasien dengan kaki sedikit dinaikkan
c. Berikan oksigen melalui masker
d. Jaga pasien agar tetap hangat, beri selimut
e. Pantau tanda - tanda vital
(5) Pada kasus yang ekstrem, pertimbanngkan untuk melakukan hal-hal
berikut:
a. Injeksi oksitosin secara langsung ke uterus dengan trompet lowa
b. Lakukan kompresi aorta
c. Lakukan histerektomi atau D&C bila diperlukan
(6) Penatalaksanaan tindak lanjut
Lakukan uji hemotokrit :
a. Saat 12 jam setelah pelahiran
b. Saat 24 jam sesudah pelahiran
c. Pertimbangkan pemberian suplemen zat besi (Geri Morgan,
2009).

II. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dengan Perdarahan Pasca
Partu
1. Pengkajian
Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan perdarahan
post partum adalah perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,
keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-
kunang.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar,
gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia,
perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir,
partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi
persalinan, manipulasi kala II dan III. (Reza Syahbandi, 2013)
3. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit
yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau
mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus mellitus dan
jantung (hipertensi)
2) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
yang mempunyai riwayat yang sama
4. Pengkajian Fisik
1) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
- Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
- Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
- Suhu : Normal/ meningkatn
- Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
2) Inspeksi
- Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan karakteristik
episiotomy
- Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
- Pervaginam: keluar darah, robekan
- Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
- Inspeksi payudara adakah area kemerahan
- Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh dan
perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)
3) Palpasi
- Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
- Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
- Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri
tekan
- Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil
memanjang
- Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
( Barbara R. Stright, 2004)
4) Pola pengkajian keluarga
- Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
- Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
- Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat
kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
- Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
- Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan
kira-kira sampai hari ke 5
- Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
- Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
- Seksualitas: Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran
menurun satu jari setiap harinya, Lochea rubra berlanjut sampai hari
ke 2, Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
- Pengkajian Psikologis: apakah pasien dalam keadaan stabil, apakah
pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa penyembuhan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1) Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan
untuk mendiagnosis infeksi
2) Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis
thrombosis vena profunda
3) Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna
adalah metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan
thrombosis.
4) Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5) Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk
spilit fibrin (SDP/FSP)
6) Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
(Barbara R. Stright, 2004)
6. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
3) Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman
kematian
5) Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang
kurang steril
6) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
7. Rencana Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan: Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume
cairan
Rencana tindakan :
a. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya
tetap terlentang
R/: Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.
b. Monitor tanda vital
R/: Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
c. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R/: Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi
ginjal
d. Evaluasi kandung kencing
R/: Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
e. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya
diletakan diatas simpisis
R/: Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya
inversio uteri
f. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
R/: Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum
meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi
laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
g. Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil
dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat,
segera kolaborasi. Berikan infus atau cairan intravena
R/: Cairan intravena mencegah terjadinya shock
h. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
R/: Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol
perdarahan
i. Berikan antibiotic
R/: Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena
perdarahan pada subinvolusio
j. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan :
a. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda
vital
b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit
R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di
jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin
c. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana
diperlukan dalam produksi ASI
Tindakan kolaborasi :
a. Monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah dan PH
merupakan tanda hipoksia jaringan)
b Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan)
3) Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
Tujuan: skala nyeripada pasien berkurang
Rencana Tindakan :
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut
R/: meminimalkan stimulasi dan mengurangi intensitas nyeri
b. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau teknik distraksi
R/: untuk mengurangi intensitas nyeri
c. Hindar atau minimalkan aktivitas yang berat
R/: Aktivitas berat dapat memperparah kondisi dan menyebabkan
nyeri bertambah
d. Kolaborasi dengan pemberian analgetik
R/: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman
kematian
Tujuan: Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
a. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/: Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
b. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/: Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon
fisiologis
c. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/: Memberikan dukungan emosi
d. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang
tidak diketahui
e. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/: Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
f. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme
koping yang tepat.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang
kurang steril
Tujuan: Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal )
Rencana tindakan :
a. Catat perubahan tanda vital
R/: Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya
infeksi
b. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus
yang lembek, dan nyeri panggul
R/: Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi
c. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/: Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran
lokea yang berkepanjangan
d. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi
saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
R/: Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
Tindakan kolaborasi
a. Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan ) \
b. Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi ).
6) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal
Rencana keperawatan :
a. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda
vital
b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit
R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di
jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu
kulit yang dingin
c. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
8. Evaluasi Tindakan
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal :
- Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
- Denyut nadi : 70-80 x/menit
- Pernafasan : 20 – 24 x/menit
- Suhu : 36 – 37 Celcius
2) Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
3) Gas darah dalam batas normal
4) Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
5) Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam
mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
6) Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
8) Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya (Reza
Syahbandi, 2013)
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMORAGIK POST PARTUM

OLEH
JIMMI PERNANDO
113063J116030

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawtan ini telah disetujui dan diperiksa
pada tanggal Februari 2017

Menyetujui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Mengetahui,

Ketua PSIK & Profesi Ners Kepala Ruangan


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Jimmi Pernando


NIM : 113063J116030
Judul Kasus : Hemoragik Post Partum
Ruangan : Clement
Pembimbing Akademik :
Pembimbing Lahan :
No Hari/Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing
LOOK BOOK (ADL)
Nama Preseptor Klinik :
Ruangan/Unit : Clement
Kegiatan yang TTD Preseptor
Hari/Tanggal Rencana Kegiatan
dilakukan Klinik

Selasa, 31 Januari
2017

Kamis, 2 Februari
2017

Jumat, 3 Februari
2017

Sabtu, 4 Februari
2017
DAFTAR PUSTAKA

Ambar Dwi. 2010. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan normal. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran. Jakarta: EGC

Fransisca. 2012. Perdarahan post partum. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma.

Morgan, Geri. 2009. Obstertri ginekologi panduan praktik. Jakarta: EGC

Manuaba, Et Al. 2007. Pengantar kuliah obstertri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry, Et Al. 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Mediaca (yem).

Stright, Barbara R. 2004. Panduan belajar keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3.
Jakarta : EGC

Syahbandi, Reza. 2013. Asuhan Keperawatan Pendarahan Post Partum.

Anda mungkin juga menyukai