Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat Beragama
﴾١٠٥﴿اختَلَفُواْمِ نبَ ْع ِد َما َجاء ُه ُم ْالبَيِنَات ُ َوأ ُ ْولَئِ َكلَ ُه ْمعَذَابٌعَظِ ي ٌم
ْ َوالَت َ ُكونُواْكَالَّذِينَتَف ََّرقُواْ َو
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai dan berselisih sesudah datang keterangan
yang jelas kepada mereka.Mereka itulah orang0orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran 105).
Negara dan agama merupakan dua lembaga yang secara hakiki berbeda, agama terutama
berkenaan dengan relasi antara manusia dengan Tuhannya, sementara negara lebih berkenaan dengan
hubungan antara manusia dalam suatu kehidupan bersama, namun demikian agamanya juga terkait
dengan hubungan antar manusia dalam kehidupan bersama, sehingga sesungguhnya baik negara
maupun agama keduanya sama bertujuan mengatur kehidupan manusia.
Perbedaan fungsi yang tegas dan kerjasama antara agama dan negara itu adalah sedemikian
sehingga:
1. Negara tidak memasukkan agama kedalam dirinya, dan juga agama tidak mencaplok negara
menjadi wilayah bawahannya.
2. Negara menghormati agama dengan karakteristiknya sendiri sehingga tidak ada campur tangan
negara terhadap agama sebagai agama dan sebaliknya agama menghormatinegara dengan
karakteristiknya sendiri, sehingga tidak ada campur tangan agama terhadap penyelenggaraan
negara.
3. Hukum negara tidak diangkat dari atau dibuat berdasarkan hukum agama.
4. Tidak ada agama yang diangkat menjadi agama negara yaitu agama satu-satunya yang harus
dianut oleh seluruh rakyat.
5. Negara membantu rakyatnya dalam kehidupan beragama, berdasarkan pandangan bahwa
kehidupan beragama adalahsuatu jalan bagi manusia untuk memperoleh kebahagiaan religius,
sedangkan kebahagiaan religius merupakan suatu segi kesejahteraan yang menjadi tujuan negara.
Berikut Hubungan antara umat beragama dan penyelenggara Negara, antara lain :
1. Pemerintah menjamin kebebasan memeluk agama untuk warga negaranya
2. Pemerintah membuat peraturan untuk menjamin kerukunan antar umat beragama
3. Pemerintah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan beragama untuk kemudahan warganya dalam
melaksanakan ibadah.
4. Umat beragama membentuk organisasi masyarakat untuk membantu penyelenggaraan negara
Pola Pembinaan Kerukunan Umat Beragama
1. Perlunya Kerukunan Hidup Beragama
a. Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi Pancasila.
b. Berbeda suku, adat dan agama saling memperkokoh persatuan.
c. Kerukunan menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak pembangunan.
d. Kerukunan dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran pembangunan.
e. Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama, mengancam kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
2. Kerukunan Intern Umat Beragama
a. Pertentangan di antara pemuka agama yang bersifat pribadi jangan mengakibatkan perpecahan
di antara pengikutnya.
b. Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan semangat kerukunan atau tenggang
rasa dan kekeluargaan.
3. Kerukunan Antar Umat Beragama
a. Keputusan Menteri Agama No.70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama sebagai peraturan bagi
pensyiaran dan pengembangan agama untuk menciptakan kerukunan hidupantar umat beragama.
b. Pemerintah memberi perintah pedoman dan melindungi kebebasan memeluk agama dan
melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing.
c. Keputusan Bersama Mendagri dan Menag No.l tahun 1979 tentang tata cara pelaksanaan
pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga keagamaan di Indonesia.
4. Kerukunan Antar Umat Beragama dengan Pemerintah
a. Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen orde baru
dalammenegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling diharapkan
untukdilaksanakan.
c. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan partisipasi aktif dan positif
dalam:
1) Pemantapan ideologi Pancasila;
2) Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional;
3) Suksesnya pembangunan nasional;
4) Pelaksanaan tiga kerukunan harus simultan.