Anda di halaman 1dari 11

Mannitol untuk Hipertensi Intrakranial pada Cedera Otak Traumatik:

apakah masih diperlukan?

Dewi Yulianti Bisri


Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RS. Hasan Sadikin–Bandung
Abstrak
Angka kejadian cedera otak traumatika (COT) masih cukup tinggi berkisar 1,4 juta pertahun dengan angka
kematian 15–20%. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) sangat sering terjadi setelah COT yang dihubungkan
dengan angka mortalitas dan morbiditas. Terapi hipertensi intrakranial harus dimulai bila tekanan intrakranial 20
mmHg atau lebih, karena makin tinggi kenaikan tekanan intrakranial makin tinggi mortalitas. Komplikasi
peningkatan TIK adalah terjadinya iskemia dan herniasi otak. Pada guideline terapi hipertensi intrakranial
dikenal first-tier therapy dan second-tier therapy. First-tier therapy adalah drenase cairan serebrospinalis,
hiperventilasi sedang mencapai PaCO2 30–35 mmHg, dan pemberian osmotik diuretik mannitol. Mannitol
mampu menurunkan volume otak dan TIK, mengurangi viskositas darah, meningkatkan aliran darah otak,
sehingga akan memperbaiki pasokan oksigen. Peningkatan deformabilitas eritrosit akan membantu menurunkan
TIK. Akan tetapi, Cochrane systematic review menemukan tidak cukup data untuk membuat rekomendasi
penggunaan mannitol untuk pengelolaan pasien cedera otak traumatik.Terapi diuretik dengan mannitol 0,25–1
g/kg diinfuskan dalam waktu lebih dari 10 menit sampai 20 menit dan diulang setiap 3–6 jam. Osmolaritas
plasma harus dipantau dan tidak boleh lebih dari 320 mOsm/L. Efek akan dimulai pada menit ke 15–30 setelah
pemberian dan menetap 90 menit sampai 6 jam. Simpulannya adalah karena dari guideline Brain Trauma
Foundation yang menyebutkan bahwa mannitol digunakan untuk first-tier therapy, maka pada pekerjaan sehari-
hari dalam mengelola pasien cedera kepala berat dengan hipertensi intrakranial kita tetap memberikan terapi
mannitol.

Kata kunci: cedera otak traumatik, hipertensi intrakranial, mannitol, osmotik diuretik.

JNI 2013;2(3): 177–87

Mannitol for Intracranial Hypertension in Traumatic Brain Injury: is it still needed?


Abstract

The incidence of traumatic brain injury (TBI) remains high, about 1.4 million per year with a mortality rate of
15–20%. Increased intracranial pressure (ICP) is very common after TBI. Increased ICP is associated with
incidence of mortality and morbidity. Intracranial hypertension therapy should be initiated when the ICP is 20
mmHg or more, as higher increase in ICP will increase mortality. Complications of elevated ICP include brain
ischemia and brain herniation. Intracranial hypertension treatment guidelines include first-tier and second-tier
therapy. First-tier therapy is cerebrospinal fluid drainage, hyperventilation, achieving PaCO2 30–35 mmHg, and
osmotic diuretic: mannitol administration. Mannitol can reduce brain volume and ICP, reduce blood viscosity,
improve cerebral blood flow, therefore improving the supply of oxygen. Increased erythrocyte deformability will
help to reduce ICP. However, the Cochrane systematic review found insufficient data to make recommendations
on the use of mannitol for the management of TBI patients. Diuretic therapy with mannitol 0.25 to 1g/kg
infused in just over 10 minutes to 20 minutes and repeated every 3–6 hours. Plasma osmolarity should be
monitored and should not be more than 320 mOsm/L. Effect will begin 15–30 minutes after administration and
settled 90 minutes to 6 hours. Brain Trauma Foundation guidelines states that mannitol is used as first-tier
therapy, therefore we administer manitol as part of management of patients with severe head injury with
intracranial hypertension.

Keywords: intracranial hypertension, mannitol, osmotic diuretic, traumatic brain injury

JNI 2013;2(3): 177–87

177
178 Jurnal Neuroanestesia Indonesia

I. Pendahuluan patologik dan usaha tindakan harus dilakukan untuk


menurunkan TIK dibawah limit ini.1-5
Angka kejadian cedera otak traumatik (COT) masih
cukup tinggi berkisar 1,4 juta pertahun dengan Iskemia serebral adalah faktor cedera sekunder
angka kematian 15–20% pada populasi usia 5–35 yang paling penting yang mempengaruhi outcome
tahun dan 1% pada dewasa muda. Di United setelah COT dan untuk mencegah hal tersebut,
Kingdom setiap tahunnya hampir mendekati 1,4 pemeliharaan CPP menjadi pengelolaan sentral
juta orang mengalami cedera otak traumatik. pasien COT. Bukti pertama bahwa
Sekitar 3500 pasien yang mengalami cedera otak mempertahankan CPP diatas target adalah
traumatik dilakukan perawatan di ruang perawatan menguntungkan berasal dari penelitian Rosner dkk,
intensif (intensive care unit/ICU), dengan angka yang menunjukkan perbaikan bila CPP
kematian 23% pada cedera kepala traumatik berat dipertahankan >70 mmHg. Walaupun penelitian ini
yang telah dilakukan resusitasi.1 bukan randomized clinical trial (RCT), tapi
menimbulkan perubahan paradigma dalam
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) sangat
pengelolaan COT dan 70 mmHg telah diadopsi
sering terjadi setelah terjadinya cedera otak
sebagai target CPP pada Brain Trauma Foundation
traumatik yang erat dihubungkan dengan angka
(BTF) guidelines yang pertama yang dipublikasikan
mortalitas dan morbiditas. Pada periode setelah
tahun 1996.Walaupun peningkatan CPP merupakan
terjadinya cedera otak traumatik dapat terjadi
jalan yang berguna untuk meningkatkan pasokan
hipertensi intrakranial, hipotensi sistemik, hipoksia,
oksigen ke otak, tetapi tetap sesuatu yang harus
hiperpireksia, hipokapnia dan hipoglikemia dimana
diperhitungkan.1
parameter ini dapat digunakan sebagai prediksi
memburuknya outcome setelah terjadinya cedera Hilangnya autoregulasi vaskuler pada otak yang
otak traumatik.1-4 cedera adalah keadaan yang umum terjadi pada
COT dan menyebabkan disosiasi antara aliran darah
Salah satu kunci terapi untuk penatalaksanaan
otak (cerebral blood flow/CBF) dan keperluan
edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial
metabolik. Dalam keadaan ini, peningkatan CPP
(hipertensi intrakranial) adalah terapi hiperosmolar.
dapat menimbulkan penambahan diameter
Terapi hiperosmoler terutama diindikasikan untuk
pembuluh darah, meningkatkan volume darah otak
hipertensi intrakranial akut. Larutan hiperosmoler
(cerebral blood volume/CBV) dan TIK.
yang digunakan untuk terapi hipertensi intrakranial
Peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler
adalah mannitol dan hipertonik salin. Mannitol 20%
serebral dapat menimbulkan edema vasogenik,
merupakan suatu osmotik diuretik yang sering
yang juga akan meningkatkan TIK. Suatu
digunakan sebagai terapi hipertensi intrakranial,
pendekatan alternatif adalah Protokol Lund, yang
namun adanya beberapa data yang menunjukkan
menyarankan mengurangi target CPP ke level 50
nilai signifikan terhadap kerugian yang ditimbulkan
mmHg untuk menghindari iskemia tapi juga tidak
oleh pemberian mannitol maka direkomendasikan
menimbulkan cedera lebih lanjut. Lebih jauh lagi,
penggunaan hipertonik salin sebagai pilihan lain.1-5
menaikkan MAP dengan cairan dan inotrop untuk
Kompartemen intrakranial setelah cedera terdiri mempertahankan CPP dihubungkan dengan
dari otak, cairan serebrospinal, darah dan dalam komplikasi kardiorespirasi. Target CPP 70 mmHg
kasus tertentu, lesi massa patologik. Volume dalam dibandingkan dengan 50 mmHg menunjukkan
tulang tengkorak yang kaku ini menghasilkan suatu meningkatnya asupan cairan, inotropik, dan
tekanan, yaitu tekanan intrakranial. Pentingnya penggunaan monitoring invasif dan 5 kali
pengukuran TIK pada pasien cedera kepala berat terjadinya komplikasi ARDS. Jelas ada
sangat ditekankan. Pertama, merupakan alat pantau keseimbangan antara perbaikan pasokan oksigen
untuk identifikasi dini penambahan lesi massa pada ke otak dan menghindari komplikasi dari kenaikan
pasien yang paralisis dan disedasi, dimana MAP. Situasi menjadi sulit dengan adanya
pemeriksaan neurologik dibatasi pada ukuran dan kenyataan bahwa setelah COT ada heterogenitas
respons pupil. Kedua, dapat mengukur tekanan metabolik dalam otak yang telah cedera, dimana
perfusi otak (cerebral perfusion pressure/CPP) dari beberapa daerah mungkin iskemia pada nilai CPP
rumus CPP=MAP–TIK. Walaupun banyak protokol dimana secara umum mencukupi. Baru-baru ini,
klinis ditujukan pada target CPP, tapi ada bukti pada BTF guideline 2007 target CPP adalah 60
yang menunjukkan bahwa TIK merupakan faktor mmHg, jangan kurang dari 50 mmHg karena ada
independen untuk outcome. Sejumlah penelitian resiko iskemia otak, tapi jangan lebih dari 70
retrospektif telah mengidentifkasi TIK 20–25 mmHg karena ada resiko terjadinya ARDS. 1
mmHg sebagai suatu faktor pemisahan antara
Tekanan intrakranial dan CPP harus dikendalikan
pasien dengan kemungkinan outcome baik atau
melalui sejumlah cara, termasuk mengurangi
buruk. Nilai ini secara empirik sebagai satu ambang
Mannitol untuk Hipertensi Intrakranial pada Cedera Otak 179
Traumatik: apakah masih diperlukan?

keperluan metabolik dengan menggunakan sedasi, disfungsi respirasi (hipoksemia, hiperkapnia), b)


hiperventilasi, terapi hiperosmoler, hipotermia, dan ketidakstabilan kardiovaskuler (hipotensi, curah
pembedahan. jantung yang rendah), c) peningkatan tekanan
intrakranial, serta d) kekacauan biokimia. 2,4,6
II. Patofisiologi Hipertensi Intrakranial
Peningkatan TIK >20 mmHg memegang peranan
Cedera kepala merupakan penyebab utama
utama untuk perburukan status neurologik melalui
kematian dan kecacatan pada kelompok usia muda.
gangguan perfusi otak. Dalam usaha mengurangi
Angka terbesar kejadian cedera kepala disebabkan
intensitas dan lama peningkatan TIK, infus
oleh kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala atau
mannitol telah direkomendasikan sebagai first-line
cedera otak merupakan trauma yang paling serius
agent selama bertahun-tahun. Meningkatnya
dan mengancam jiwa. Oleh karena itu, diperlukan
ketertarikan penggunaan larutan salin hipertonik
terapi yang cepat dan tepat untuk mendapatkan
pada setting klinis, merupakan tantangan bagi
outcome yang baik. Kerusakan otak pascatrauma
penggunaan mannitol. Efektivitas mannitol
ditentukan oleh kombinasi cedera primer dan
terhadap mortalitas belum jelas, sebagaimana
cedera sekunder.2,4,6
diketahui dari review Cochrane. Menariknya, ada
Cedera primer adalah cedera yang terjadi ketika keterbatasan penelitian RCT yang membandingkan
terjadinya trauma. Cedera primer merupakan mannitol dan salin hipertonik tentang
kerusakan yang diakibatkan oleh trauma mekanik kemampuannya menurunkan TIK. Pada beberapa
langsung dan aselerasi-deselerasi pada tulang penelitian, volume infus tidak ekuimolar antara 2
kepala yang dapat menimbulkan fraktur tulang cara pengobatan. Disebabkan karena besarnya
kepala, robekan difus, robeknya pembuluh darah pengerutan otak bergantung pada besarnya gradien
atau kerusakan neuron, akson, dendrit dan lesi antara plasma dan kompartemen jaringan otak,
intrakranial pada jaringan otak. Cedera primer maka perbandingan tentang efektivitas mannitol
akibat kekuatan mekanik pada tulang kepala dan dan salin hipertonik dalam mengurangi TIK sulit
otak pada saat trauma, menyebabkan terjadinya diinterpretasi. Masalah ini di alamatkan pada 2
cedera otak fokal atau difus. Cedera otak difus penelitian crossover RCT, yang menunjukkan lebih
dibagi atas dua kategori yaitu brain concussion dan efektif pada TIK setelah infus salin hipertonik
diffuse axonal injury (DAI). Brain concussion dibanding mannitol. Pada 2 penelitian, laporan
adalah hilangnya kesadaran yang berakhir < 6 jam, lebih lama waktu berlangsungnya penurunan TIK
sedangkan DAI adalah koma traumatika yang setelah salin hipertonik dibanding mannitol, akan
berakhir > 6 jam. Cedera otak fokal ada beberapa tetapi, kombinasi salin hipertonik dengan larutan
tipe yaitu brain contusion, Epidural hematoma, HES 6% atau dengan larutan dextran 6%.7,8
Subdural hematoma, intraserebral hematoma.
Herniasi transtentorial (HTT) adalah suatu
Cedera primer sudah terjadi ketika pasien dilihat
sindroma klinis yang terdiri dari dilatasi pupil dan
oleh tenaga medis/paramedis, karena itu cedera
penurunan level kesadaran. Pada pasien dengan
primer tidak dapat dikurangi. 2,4,6
pemantauan TIK, HTT kebanyakan terjadi pada
Sebaliknya dari cedera otak primer, cedera otak pasien dengan peningkatan TIK, akan tetapi, dapat
sekunder berkembang sepanjang waktu dalam juga terjadi pada pasien dengan TIK normal atau
menit, jam, atau hari dari cedera primer yang rendah. HTT dapat juga didefinisikan secara
mungkin terjadi pada periode perioperatif, sehingga anatomi atau radiologik sebagai protrusi lobus
menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf. temporal medial melalui tentorium serebri, dengan
Penyebab cedera sekunder dapat sistemik atau akibat penekanan batang otak, saraf kranial, dan
intrakranial. Pencetus umum dari cedera sekunder struktur pembuluh darah intrakranial utama. Kedua
adalah hipoksia serebral dan iskemia. Penyebab sindroma HTT (tanpa atau dengan kenaikan TIK)
sistemik adalah hipoksemia, hiperkapnia, arterial dan peningkatan TIK akut yang terus menerus
hipotensi, anemia, hipoglikemia, hiponatremia, dan adalah satu emergensi medis yang memerlukan
imbalans osmotik, hipertemia, sepsis, koagulopati, tindakan segera dan efektif. Mortalitas akibat TTH
hipertensi. Cedera sekunder khas dengan adanya adalah tinggi, tapi terapi medikal dan bedah yang
kaskade kompleks dari perubahan molekuler dan agresif dapat menyelamatkan nyawa dan pemulihan
biokimia yang membawa ke arah neuroinflamasi, neurologik yang berarti. Pengelolaan medikal pada
edema otak, dan kematian sel otak yang lambat. pemulihan TTH dan terapi peningkatan TIK telah
Hipoksia dan hipotensi merangsang dan ditujukan pada beberapa intervensi termasuk
mengekalkan iskemia serebral serta cedera hiperventilasi, penekanan metabolik, posisi pasien,
reperfusi, merupakan prediktor independen dan obat hiperosmoler. Tujuan intervensi ini untuk
terjadinya efek buruk setelah cedera kepala. Cedera menurunkan volume isi ruangan intrakranial
sekunder disebabkan oleh hal-hal berikut: a) termasuk CSF, darah, dan air otak dengan variasi
180 Jurnal Neuroanestesia Indonesia

mekanisme untuk mengakomodasi lesi patologik. karena tekanan perfusi otak (cerebral perfusion
Obat hiperosmoler merupakan cara terapi utama pressure/CPP) langsung berhubungan dengan dua
dalam pengelolaan peningkatan TIK dan TTH. unsur yaitu tekanan darah rata-rata dan tekanan
Obat hiperosmoler seperti mannitol dan salin intrakranial.4
hipertonik meningkatkan osmolaritas serum tapi
Pada tahun 1996 Brain Trauma Foundation (BTF)
dikeluarkan dari otak karena adanya sawar darah
mempublikasikan guidelines bahwa CPP
otak, menimbulkan perbedaan osmotik, dan air
dipertahankan pada tekanan >70 mmHg, dengan
didorong keluar dan mengurangi volume otak.9
target untuk meningkatkan penghantaran oksigen
Walaupun muncul bukti bahwa HS aman dan menuju otak. Pada BTF guideline tahun 2007,
efektif untuk terapi TTH, mekanisme kerja yang target CPP adalah 50–70 mmHg. Tidak boleh <50
mendasarinya masih perlu dijelaskan. Tambahan mmHg karena ada bahaya iskemia otak, tapi tidak
pertanyaan sekitar peran diuresis dalam boleh >70 mmHg karena ada ancaman terjadinya
pengelolaan TIK dengan cairan hipertonik, acute respiratory distress syndrome (ARDS).4-5
mengarah kepada pertimbangan tentang
Berbagai manuver dan obat digunakan untuk
penggunaan terapi hipertonik, mannitol dan HS,
menurunkan tekanan intrakranial. Sebagai contoh,
pada pasien dengan fungsi ginjal yang baik. 9
pemberian diuretik, hiperventilasi, pengendalian
III. Brain Trauma Foundation Guideline untuk tekanan darah sistemik digunakan untuk
Pengelolaan Hipertensi Intrakranial mengurangi edema serebral dan brain bulk, dengan
demikian menurunkan tekanan intrakranial. Pada
Hipertensi intrakranial terkait erat dengan angka
pasien dengan hipertensi intrakranial harus
mortalitas sehingga berbagai cara dilakukan untuk
dilakukan hal-hal berikut:4
menurunkan hipertensi intrakranial, mulai tindakan
medis hingga dengan menggunakan obat-obatan. Pasang monitor TIK
Suatu penelitian retrospektif telah mengemukakan
Pertahankan Tekanan Perfusi Otak 50–70 mmHg.
bahwa apabila tekanan intrakranial >20–25 mmHg
merupakan faktor yang akan mempengaruhi baik • Terapi First-tier: drenase ventrikel (bila
buruknya outcome pasien. 1-5 tersedia), mannitol 0,25–1 g/kg (dapat diulang
bila osmolaritas serum <320 mOsm/L dan
Hipertensi intrakranial setelah cedera kepala berat
pasien euvolemik), hiperventilasi untuk
(CKB) terjadi pada 50–64% pasien yang koma
mencapai PaCO2 30–35 mmHg.
akibat CKB. Setelah evakuasi hematoma
intrakranial, hipertensi intrakranial masih terjadi • Terapi Second-tier: Hiperventilasi untuk
pada 50–70% pasien. Kejadian hipertensi mencapai PaCO2 <30 mmHg (dianjurkan
intrakranial lebih besar setelah evakuasi hematoma dipasang monitor SJO2, AVDO2, dan atau
intraserebral (71%) dibandingkan dengan setelah CBF), dosis tinggi barbiturat, hipotermia,
evakuasi hematoma epidural (39%). Hubungan terapi hipertensif, kraniektomi dekompresif.
antara beratnya hipertensi intrakranial dengan
outcome yang buruk adalah bila TIK <15 mmHg Drenase cairan serebrospinal dilakukan apabila
77% outcome baik, bila TIK >15 mmHg hanya diperlukan. Penarikan cairan serebrospinal
43%. Bila TIK <25 mmHg mortalitas 15%, dan bila dilakukan sebanyak 3-5cc, dilakukan dengan
TIK >25 mmHg, mortalitas 69%. TIK 0–20 lambat, dan penarikan cairan serebrospinal secara
mortalitas 19%. TIK 21–40 mortalitas 28%, TIK cepat tidak direkomendasikan. Tindakan
41–80 mortalitas 79%.6 hiperventilasi harus dilakukan dengan pemasangan
monitor endTidal CO2. Hiperventilasi yang
Terapi hipertensi intrakranial harus dimulai bila direkomendasikan adalah hiperventilasi sedang
tekanan intrakranial 20 mmHg atau lebih, karena dengan tujuan mencapai PaCO2 30-35 mmHg.
makin tinggi kenaikan tekanan intrakranial makin Hiperventilasi profilaksis sekarang sudah tidak
tinggi mortalitas. Komplikasi peningkatan tekanan direkomendasikan lagi pada guideline tersebut pada
intrakranial adalah terjadinya iskemia otak 24 jam pertama setelah terjadinya cedera otak
(CPP=MAP–TIK) dan herniasi otak. Pada guideline traumatika. Tujuan dilakukannya hiperventilasi
terapi hipertensi intrakranial dikenal first-tier pada keadaan hipertensi intrakranial adalah
therapy dan second-tier therapy. First-tier therapy menurunkan TIK dan memperbaiki CPP. Mannitol
dan second-tier therapy dilakukan setelah dianggap terapi hiperosmolar standard dan
dilakukan penguasaan jalan nafas dan tekanan merupakan suatu rekomendasi untuk terapi first tier
darah, lalu terapi dilanjutkan untuk mengendalikan sebagai first line hiperosmolar. 4
hipertensi intrakranial. Pengelolaan hipertensi
intrakranial merupakan suatu hal yang krusial Pemberian dosis tinggi barbiturat dapat dilakukan
sebagai terapi hipertensi intrakranial. Dosis tinggi
Mannitol untuk Hipertensi Intrakranial pada Cedera Otak 181
Traumatik: apakah masih diperlukan?

barbiturat sering juga disebut sebagai koma memaksimalkan terapi secara medikasi.
barbiturat. Pemberian barbiturat bertujuan memblok Menurunkan salah satu isi dari pada kepala untuk
efluks K, Na, dan kalsium, pembentukan radikal menurunkan tekanan intrakranial. Secara luas dapat
bebas, menghambat terjadinya kejang dan dilakukan kraniektomi bilateral frontotemporal,
menurunkan tekanan intrakranial. Untuk duratomi dan duraplasti mungkin dapat dilakukan.
melakukam pemberian dosis tinggi barbiturat dapat Dekompresi kraniektomi dapat menurunkan
dilakukan dengan cara: tekanan intrakranial, namun tidak menjamin
outcome neurologik. 2,4
• Eisenberg Pentobarbital Protocol: Loading
dose pentobarbital 10 mg dalam 10 menit atau IV. Osmotik Diuretik
5 mg/kg/jam untuk 3 jam, dan dosis rumatan 1
Penurunan tekanan intrakranial yang cepat dapat
mg/kg/jam.
dicapai dengan pemberian diuretik. Dua macam
• Thiopental: loading dose 10–20 mg/kg bolus diuretik yang umum digunakan yaitu osmotik
perlahan-lahan dilanjutkan dengan 3–5 diuretik mannitol dan loop diuretik furosemid.
mg/kg/jam.
Terapi hiperosmoler digunakan untuk terapi pasien
• Thiopental: loading dose 5–11 mg/kg dengan edema serebral dan hipertensi intrakranial.
dilanjutkan dengan 4–6 mg/kg/jam. Larutan ini digunakan untuk terapi hipertensi
intrakranial melalui penambahan volume plasma
• Pentobarbital dosis awal 10 mg/kg berikan dengan optimalisasi hematokrit, viskositas darah,
dalam waktu 30 menit dilanjutkan dengan
volume darah serebral, dan adanya perbedaan
bolus 5 mg/kg/jam selama 3 jam dan
osmolaritas dapat menarik air dari jaringan otak ke
kemudian infus 1–3 mg/kg/jam.
dalam pembuluh darah otak sehingga akan
• Propofol: loading dose 1–2 mg/kg dilanjutkan mengurangi volume total otak.
dengan 2–10 mg/kg/jam.
Osmolaritas normal pada serum adalah 290
Perlu diperhatikan dalam pemberian propofol, dapat mOsm/L dan perbedaan osmotik sawar darah otak
menimbulkan propofol infusion syndrome.2 yang normal adalah 3 mOsm/L. Perbedaan ini
Sindroma infus propofol sangat jarang terjadi, akan dipertahankan oleh sawar darah otak. Peningkatan
tetapi, merupakan sindroma yang mematikan akibat osmolaritas darah sebanyak 10 mOsm/L akan
dari metabolik asidosis, miokardiopati akut, dan memindahkan air sebanyak 100–500 mL dari
miopati skelet akibat pemberian infus propofol jaringan otak. Osmolaritas serum harus
yang lama (>48 jam) dosis besar (>5 mg/kg/jam). dipertahankan antara 300–315 mOsm/L.
Hal ini disebabkan karena kegagalan metabolisme Osmolaritas di bawah 300 mOsm/L tidak akan
asam lemak bebas (free fatty acid/FFA) sekunder efektif, tetapi di atas 320 mOsm/L dapat terjadi
dari inhibisi masuknya FFA ke mitokondria dan disfungsi renal dan neurologis. Bila osmolaritas
tempat khusus pada rantai respirasi. 2,10 serum meningkat lebih dari 320 mOsm/L, semua
cairan hipertonik harus dihentikan dan bila perlu
Hipotermia yang dianjurkan menurunkan suhu beri 2% dextrose–0,45% NaCl secara hati-hati
hingga 35OC untuk mengurangi hipertensi untuk menurunkan osmolaritas serum dan
intrakranial. Hipotermia harus dilakukan sesegera menurunkan komplikasi hiperosmotik.4,6
mungkin, bertolak belakang dengan rewarming
yang harus dilakukan secara lambat. Hipotermia Terapi hiperosmoler merupakan kunci intervensi
bertujuan untuk menurunkan laju metabolisme dan untuk pengelolaan edema serebral dan peningkatan
selanjutnya pengosongan energi; mengurangi TIK setelah COT. Terutama indikasi untuk
pelepasan neurotransmitter eksitotoksik; mencegah peningkatan TIK secara akut karena terapi
kerusakan sawar darah-otak dan selanjutnya hiperosmoler mempunyai efek yang cepat.
mengurangi pembentukan edema serebral; Mannitol, suatu osmotik diuretik, mempunyai efek
mengurangi produksi radikal oksigen bebas akibat penambahan volume plasma dan memperbaiki
gangguan fungsi mitokondria dan aktivasi sel-sel reologi darah disebabkan penurunan hematokrit.
inflamasi termasuk mikroglia, reaksi anti-inflamasi Mannitol juga sebagai osmotic gradient antara
lain; penekanan jalur kematian sel tertentu atau plasma dan sel otak dan mengurangi edema otak
mekanisme upregulation kelangsungan hidup sel. otak dengan menarik air di daerah dengan sawar
2,4,11
darah otak intact ke dalam intravaskular.
Pengulangan pemberian mannitol merupakan
Dekompresif kraniektomi merupakan terapi masalah karena osmolaritas serum > 320 mOsm/L
alternatif lain yang dapat dilakukan pada pasien dihubungkan adanya efek samping renal dan
dengan keadaan edema otak difus untuk neurologik. Kemungkinan komplikasi lainnya
182 Jurnal Neuroanestesia Indonesia

adanya pengosongan volume intravaskuler, dihubungkan dengan pemberian mannitol yaitu


hipotensi, hiperkalemia, dan kemungkinan rebound hipovolemia dan hipotensi. Bukti yang muncul
peningkatan TIK. 1 mendukung bahwa salin hipertonik mempunyai
Obat hipertonik harus diberikan secara hati-hati keuntungan yang sebanding dengan mannitol dalam
pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler. Pada mengurangi TIK dengan beberapa efek samping.
pasien ini, peningkatan selintas volume Hetastarch (HS) telah dievaluasi dalam penelitian
intravaskuler dapat memicu gagal jantung kiri. eksperimental dan setting klinis, termasuk COT,
Furosemid mungkin lebih baik untuk mengurangi stroke iskemik, dan ICH. Kemungkinan komplikasi
tekanan intrakranial pada pasien ini. Penggunaan dari terapi HS adalah edema paru, aritmia jantung,
mannitol jangka panjang dapat menyebabkan hipotensi, koagulopati, hemolisis dan rebound
dehidrasi, gangguan elektrolit, hiperosmolalitas, kenaikan TIK. Salah satu penelitian dari
dan gangguan fungsi ginjal. Hal ini terutama bila Neuroscience Critical Care Unit (NCCU) telah
serum osmolalitas meningkat diatas 320 melaporkan keberhasilan terapi TTH pada 55
mOsm/liter. 6 pasien yang diberikan bolus salin 23,4% 30–60 cc.
Ada beberapa efek buruk yang dihubungkan dengan
4.2 Mannitol terapi ini. Beberapa penelitian membuktikan
Mannitol digunakan oleh bedah saraf sejak tahun keunggulan HS dibandingkan mannitol, tetapi
1960an berkisar 3 dekade hingga saat ini. Mannitol penelitian klinis yang dirancang dengan baik untuk
sangat luas digunakan untuk mengontrol hipertensi membandingkan mannitol dan HS pada pasien
intrakranial pada cedera otak traumatik. Mannitol dengan krisis TIK belum pernah dilakukan. 8,12,13
efektif untuk mengontrol hipertensi intrakranial Mannitol bekerja dalam mengendalikan hipertensi
dengan dosis 0,25–1 gr/kgbb. Mannitol dosis intrakranial yaitu dengan cara meningkatkan CPP
tunggal memiliki keuntungan karena sangat efektif sebesar 18% dan penurunkan hipertensi intrakranial
bila digunakan pada prosedur diagnostik (CT-scan) sebesar 22% tanpa ada gangguan hemodinamik. 12
atau untuk intervensi (pengangkatan tumor otak).
Mannitol juga dapat digunakan dalam jangka waktu Mannitol menimbulkan perubahan reologi darah
lama sebagai terapi mengendalikan hipertensi dan peningkatan curah jantung, yang berguna untuk
intrakranial. 5 memperbaiki oksigenasi otak dan menimbulkan
vasokontriksi arteri serebral dan sebagai
Mannitol diberikan secara bolus intravena dengan
konsekuensinya akan menyebabkan penurunan
dosis 0,25–1 gr/kg BB. Bekerja dalam waktu 10–15
volume darah otak dan tekanan intrakranial. Selain
menit dan efektif kira-kira selama 2 jam. Mannitol
itu, mannitol juga dapat menimbulkan dehidrasi
tidak menembus sawar darah-otak yang intact.
sedang setelah terapi hiperosmoler dengan tujuan
Dengan peningkatan osmolalitas darah relatif
memperbaiki edema otak, pada dehidrasi yang berat
terhadap otak, mannitol menarik air dari jaringan
dapat menimbulkan keadaan hiperosmolar dan
otak ke dalam darah. Bila sawar darah-otak rusak,
gangguan pada ginjal. Mannitol mampu
mannitol dapat memasuki otak dan menyebabkan
menurunkan produksi cairan serebrospinal hingga
rebound kenaikan tekanan intrakranial sebab ada
50% melalui Monro-Kellie serta dapat menurunkan
suatu perbedaan osmotik yang terbalik dimana
tekanan intrakranial dalam jangka waktu yang
osmolaritas jaringan otak lebih tinggi dibanding
lama. 12
plasma sehingga air akan masuk ke dalam jaringan
otak. Akumulasi mannitol dalam otak terjadi pada Tabel 1. Osmolaritas dan dosis mannitol
dosis besar dan pengulangan pemberian. 6,12,13
Larutan Osmolaritas Dosis
Mannitol dapat menyebabkan vasodilatasi, yang Mannitol 15% 1150 0,5–2 gr/kg
bergantung besarnya dosis dan kecepatan Mannitol 20% 1400 0,25–1/2 gr/kg
pemberian. Vasodilatasi akibat mannitol dapat Dikutip dari: Castillo LB 14
menyebabkan peningkatan volume darah otak dan
tekanan intrakranial secara selintas yang simultan Mannitol diberikan secara infus selama 15–20
dengan penurunan tekanan darah sistemik. Karena menit. Selama pemberian infus mannitol terjadi
mannitol pertama-tama dapat meningkatkan penurunan serum natrium, kalium, klorida,
tekanan intrakranial, maka harus diberikan secara bikarbonat, hemoglobin, hematokrit dan terjadi
perlahan (infus 20 menit) dan dilakukan bersama peningkatan osmolaritas serum, perubahan ini
dengan manuver yang menurunkan volume terjadi lebih banyak sesuai dengan besarnya dosis
intrakranial (misalnya hiperventilasi).6 mannitol. 6
Mannitol telah digunakan secara luas dan Osmolaritas normal pada serum 290 mOsm/lt dan
direkomendasikan dalam guideline cedera otak, normal BBB osmotic gradient adalah 3 mOsm/L.
akan tetapi, ada beberapa efek buruk yang Gradient ini dipertahankan oleh BBB. Peningkatan
Mannitol untuk Hipertensi Intrakranial pada Cedera Otak 183
Traumatik: apakah masih diperlukan?

osmolaritas darah sebanyak 10 mOsm/L akan Mannitol adalah scavenger radikal bebas dan
memindahkan air sebanyak 100–500 mL dari mempunyai efek mikrosirkulasi yang kuat,
jaringan otak. Serum osmolaritas harus meningkatkan aliran darah kapiler. Efek-efek ini
dipertahankan antara 300–315mOsm/L. Apabila telah diuraikan untuk sirkulasi serebral, dan selintas
nilai osmolaritas kurang dari 300 mOsm/L tidak serta berdasarkan pada peningkatan volume kapiler,
akan efektif, akan tetapi apabila nilai osmolaritas satu gambaran yang membedakan mannitol dari
lebih dari 315 mOsm/L akan terjadi disfungsi renal molekul osmotik aktif lainnya, seperti urea dan
dan neurologis. 6 gliserol, yang sudah tidak digunakan lagi di klinis.14
Suatu penelitian yang dilakukan pada hewan coba Mannitol mengurangi TIK. Meskipun demikian,
anjing menunjukkan bahwa bila mannitol diberikan diketahui adanya efek dual dan paradoksikal,
dengan kecepatan 2 mL/kgbb/menit dengan dosis: 1 terutama bila ada kerusakan BBB yang nyata. Pada
gr/kg terjadi peningkatan osmolaritas sebesar 40 konteks ini, ada resiko tinggi yang ekstrem dari
mOsm/L, 0,75 gr/kg terjadi peningkatan 32 suatu paradoksikal “reverse” gradient osmotik,
mOsm/L, 0,5 gr/kg terjadi peningkatan 21 yang kemudian membawa ke arah peningkatan TIK
mOsm/L, 0,25 gr/kg terjadi peningkatan 10 yang lambat. Satu penelitian klinis, mannitol
mOsm/L. menimbulkan penurunan TIK 25%. Penelitian
klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa
Efek mannitol yang lain adalah mengurangi
setelah pemberian mannitol 15%, tekanan
viskositas darah yang akan menimbulkan refleks
intrakranial menurun 5 mmHg. Pada manusia, CPP
vasokonstriksi dan menurunkan TIK. Autoregulasi
umumnya membaik setelah pemberian mannitol.
viskositas ini tergantung pada intaknya
Osmolaritas dan kadar natrium yang tinggi
autoregulasi. Viskositas yang berkurang akan
mengurangi efek ini. Air ditarik dari daerah yang
mengakibatkan darah menjadi lebih encer dan
normal dan iskemia. Akan tetapi, laporan klinis
pengeluaran CO2 dari jaringan otak menjadi lebih
menunjukkan bahwa pengulangan dosis mannitol
mudah. Mannitol yang bersifat osmotik diuretik
pada pasien dengan sawar darah otak rusak dapat
mampu mengurangi produksi dari liquor cerebro
menimbulkan reverse osmotic gradient dan
spinal (LCS). Pada daerah cedera otak, BBB
peningkatan TIK, dan disebut paradoxical reverse
menjadi rusak, mannitol akan masuk sambil
osmotic gradient. Selanjutnya, dalam beberapa
membawa air dan meningkatkan edema otak. Efek
situasi klinis, terutama bila terdapat deviasi midline,
ini kemungkinan kecil terjadi dan lambat, akan
penggunaan mannitol yang tidak terkendali akan
tetapi menjadi masalah pada pengulangan dosis
memperburuk deviasi disebabkan peningkatan
mannitol. 6,12,13
dalam transhemispheric pressure gradient. Hal ini
Mannitol merupakan obat terpilih dalam osmoterapi sekunder terhadap penurunan tekanan intrakranial
untuk cedera otak sejak tahun 1960-an. Merupakan yang lebih besar di hemisfer yang sehat dibanding
obat yang mudah disiapkan dan digunakan, larutan daerah abnormal. Fenomena ini terutama terlihat
stabil, inert, tidak dimetabolisme, bebas melalui pada penyakit fokal dan tidak mengubah TIK rata-
ginjal tanpa di reabsorpsi, dan rendah dalam rata.12-14
toksisitas. Efek mannitol pada SSP telah diuraikan
Mannitol digunakan untuk mengelola hipertensi
dengan baik, tapi mekanismenya masih belum
intrakranial dengan autoregulasi yang masih utuh
dimengerti dengan lengkap. Pemberian cepat
dan pola hipoperfusi. Juga untuk mengelola
mannitol 15–20% menimbulkan efek yang sama
emergensi bedah saraf dengan massa intraserebral
cepat, mencapai maksimum intensitas setelah 30–
yang dapat dievakuasi, dimana operasi
45 menit, dan kembali ke nilai dasar setelah 2–12
direncanakan akan segera dilakukan.14 Keuntungan
jam. Osmolaritas meningkat 15–25 mOsm/L.
mannitol untuk menurunkan TIK membawa kearah
Koefisien refleksi sawar darah otak adalah 0,9.
penggunaannya yang luas dalam bedah saraf sejak
Efek sistemik dan serebral ini disebabkan karena
tahun 1960-an. Efek klasiknya adalah efek
mekanisme sirkulasi, diuretik, dan reologik. 12-14
hiperosmotik mannitol menyebabkan pengambilan
Pada infus akut 15–20% mannitol meningkatkan air dari otak yang edematus, akan tetapi,
curah jantung dan filling pressure, dan secara cepat mekanisme ini telah dipertanyakan berdasarkan
tapi sementara meningkatkan tekanan arteri dan beberapa pengamatan berikut:
CPP. Curah jantung meningkat 30%, meningkatkan
a) TIK turun sebelum terjadi penurunan
CBF. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kandungan air pada substantia alba otak.
mannitol secara kuat mempengaruhi resistensi
b) Ketika TIK turun secara maksimal, tidak ada
vaskuler sistemik disebabkan efek reologiknya. Ini
perubahan yang nyata pada kandungan air di
meningkatkan transpor oksigen di level sistemik
substansia alba.
dan serebral.14
184 Jurnal Neuroanestesia Indonesia

c) TIK tetap tinggi walaupun ada pengurangan ekuivalen dengan mannitol dalam menurunkan
air di substansia alba dengan pemberian TIK. Freshman membandingkan 250 mL saline
albumin intravena. 7,5% dengan 250 mL mannitol 20% pada biri-biri,
Segera setelah pemberian mannitol, ada sedikit keduanya menyebabkan penurunan TIK yang sama.
peningkatan air di substansia alba diikuti dengan Vialet membandingkan mannitol 20% dengan salin
penurunan secara bertahap dengan nilai terendah 7,5% pada pasien dengan cedera kepala berat, dia
terjadi setelah 60 menit dan levelnya secara nyata memberikan 2 mL/kgBB kedua larutan tersebut
lebih kurang daripada sebelum infus mannitol untuk menurunkan TIK <25 mmHg. Mereka
(p<0,025). Pencatatan TIK secara simultan menemukan bahwa salin hipertonik lebih baik
menunjukkan bahwa TIK turun 84% pada 11 menit dibanding mannitol dalam menurunkan mortalitas.
(ketika kandungan air pada substantia alba tidak Suarez menggunakan 30 mL saline 23,4% dan
menurun). Pada 19 menit saat TIK pada titik menemukan sama efektifnya dengan 220 mL
terendah, air pada substansia alba hanya hilang mannitol 20%. Mereka menemukan salin 23,4%
33%. TIK kemudian naik pada menit ke 20 seraya efektif sebagai rescue terapi pada pasien dengan
kandungan air pada substansia alba menurun hipertensi intrakranial yang refrakter. Mereka
sampai <40%. TIK terus naik dan kandungan air menganjurkan bahwa mannitol mungkin akan
substansia alba terus menurun mencapai nilai kehilangan reputasinya oleh salin hipertonik
minimum pada 60 menit. 15 sebagai osmoterapi di garis depan. Paczynski dalam
review artikelnya tentang osmoterapi menguraikan
Banyak hipotesis untuk menerangkan mekanisme bahwa mannitol akan dicabut sebagai obat
penurunan TIK oleh mannitol. Salah satunya adalah osmoterapi ideal.15
perubahan hemodinamik serebral akibat mannitol.
Mannitol telah terbukti dapat meningkatkan CPP Mannitol adalah cairan hipertonik dengan
dan tekanan mikrosirkulasi. Penelitian oleh osmolaritas 1098 mOsm/L. Diuretik merupakan
Kirkpatrick dkk., mannitol meningkatkan CPP 18% cara kedua terapi kenaikan tekanan intrakranial
dan menurunkan TIK 21% tanpa mempengaruhi dengan memberikan mannitol dan atau furosemid.
tekanan darah arterial. Aliran velositas arteri serebri Efek utama mannitol mungkin dengan membuat
media meningkat 15,6% dan maksimum pada akhir suatu perbedaan tekanan osmotik sehingga air
infus dan kemudian menurun. Ada berbagai keluar dari intraseluler dan interstitiil dan masuk ke
kemungkinan untuk menerangkan peningkatan intravaskuler. Mannitol lebih lambat menurunkan
CBF: 1) meningkat karena meningkatnya CPP, 2) tekanan intrakranial jika dibandingkan dengan
vasodilatasi serebral, 3) perbaikan reologi yang hiperventilasi. Mannitol dapat menurunkan tekanan
meningkatkan aliran. Diluar ini, reologi memegang intrakranial sebanyak 26% atau lebih dalam waktu
peran utama disebabkan karena turunnya resistensi 5 menit dan permulaan penurunan tekanan
vaskular serebral secara nyata sekali mannitol intrakranial tidak bergantung pada adanya diuresis.
diinfuskan maka CBF akan meningkat, sebab itu Selama infus mannitol terjadi penurunan serum
CPP sendiri tidak dapat menerangkan peningkatan natrium, kalium, klorida, bikarbonat, haemoglobin,
CBF. Bila vasodilatasi serebral merupakan hematokrit dan terjadi peningkatan osmolaritas
mekanisme utama dalam peningkatan CBF, maka serum. Perubahan-perubahan ini terjadi lebih
kemudian mannitol akan menyebabkan peningkatan banyak sesuai dengan besarnya dosis mannitol.
TIK yang tidak selalu terlihat. Karena itu efek Pada pemakaian singkat misalnya di kamar operasi,
utama mannitol mungkin mengurangi viskositas perubahan perubahan ini sudah kembali normal
yang menyebabkan peningkatan CBF dan pasokan begitu pasien tiba di ruang pemulihan. Pada
oksigen otak. Mekanisme autoregulasi yang intact penggunaan yang lama, semua jenis osmotik
menyebabkan vasokonstriksi dengan penurunan diuretik dapat menyebabkan ketidakseimbangan
CBV dan TIK. Rosner dkk., menemukan bahwa elektrolit. 6
efek serebrovaskular mannitol lebih dalam pada Khasiat mannitol yang lain yaitu mengurangi
CPP yang lebih rendah dengan kemungkinan viskositas darah, yang akan menimbulkan refleks
reaktivitas vasokonstriksi yang lebih besar. Pada vasokonstriksi dan menurunkan tekanan
CPP yang lebih rendah, ada substansial vasodilatasi intrakranial. Autoregulasi viskositas ini bergantung
sebelum mannitol yang menyebabkan pemberian pada autoregulasi. Juga, dengan mengurangi
mannitol lebih efektif menurunkan TIK melalui viskositas darah, darah menjadi lebih encer dan
autoregulasi vasokonstriksi.15 pengeluaran CO2 dari jaringan otak akan lebih baik.
Beberapa penelitian membandingkan efisiensi Demikian pula, osmotik diuretik akan mengurangi
mannitol dengan salin hipertonik untuk volume cairan serebrospinal. Mannitol juga bekerja
menurunkan TIK. Banyak penelitian eksperimental sebagai pembersih radikal bebas. Hal ini telah
telah menemukan bahwa larutan salin hipertonik dipikirkan dalam menyebabkan ischemic brain
Mannitol untuk Hipertensi Intrakranial pada Cedera Otak 185
Traumatik: apakah masih diperlukan?

swelling. Pada daerah cedera otak, sawar darah otak intravaskuler dan penurunan tekanan intrakranial.
menjadi rusak, mannitol akan masuk sambil Kerugian utama dari NaCl hipertonik adalah
membawa air dan meningkatkan edema otak. Efek terjadinya hipernatremia. Pada suatu penelitian
ini kemungkinan kecil terjadi, dan terjadinya pasien bedah saraf selama operasi elektif tumor
lambat, tetapi akan menjadi masalah pada supratentorial, volume yang sama mannitol 20%
pengulangan dosis mannitol. dan NaCl 7,5% dapat mengurangi brain bulk dan
Mannitol diberikan dalam konsentrasi 20%, dan tekanan cairan serebrospinal, tapi serum Na
dosis bervariasi dari 0,25–1 gr/kgBB. Mannitol meningkat selama pemberian NaCl hipertonik dan
diberikan perlahan-lahan selama 15–25 menit. Pada mencapai puncak 150 meq/L. 6
tekanan intrakranial yang menetap, mannitol dapat Tabel 2. Osmolaritas dan dosis hipertonik salin
diberikan dengan dosis 0,5 gr/kgBB, kemudian (HS)
diulangi bila perlu setiap 4 jam. Larutan Osmolaritas Dosis
Masalah penggunaan Mannitol adalah:
Salin hipertonik 3% 1195 1,4 ml/Kg
1) Efeknya berkurang pada pengulangan dosis: Salin hipertonik 7,5% 2560 1,2 ml/kg
Mannitol menembus sawar darah otak yang Salin hipertonik 10% 3410 0,9 ml/kg
intact secara lambat, dan pada sawar darah otak
yang rusak akan lebih mudah menembus. Oleh Salin hipertonik 24% 8008 0,7 ml/kg
14
karena itu, perbedaan osmotik akan berkurang. Dikutip dari: Castillo LB
Selanjutnya, osmolaritas intraseluler akan Dosis pemberian salin hipertonik yang dianjurkan
meningkat sebagai jawaban terhadap sesuai dengan konsentrasi yang akan diberikan.
meningkatnya osmolaritas ekstraseluler dan
Pemberian 231 mL mannitol 20% dan 100 mL
plasma. Dengan demikian, dibutuhkan kenaikan
salin hipertonik 7,45% memiliki nilai yang
plasma osmolaritas untuk mempertahankan ekuimolar. Pemberian salin hipertonik hampir sama
perbedaan tersebut. dengan mannitol yaitu diberikan secara intravena
2) Terjadi asidosis sistemik dan gagal ginjal secara bolus lebih dari 20 menit. Salin hipertonik
disebabkan peningkatan osmolaritas plasma. selain digunakan sebagai terapi hipertensi
Osmolaritas plasma harus diperiksa secara intrakranial digunakan juga untuk resusitasi pada
reguler dan osmolaritas serum dipertahankan di pasien syok.
bawah 320 mOsm/L untuk menghindari
Efek samping yang ditimbulkan oleh salin
komplikasi ini. Umumnya, komplikasi gagal
hipertonik adalah miolisis pontin, tubular nekrosis
ginjal terjadi bila osmolaritas 350–360 akut, hipernatremia, edema pulmonal, rebound
mOsm/L. edema serebral, dehidrasi, serta gangguan
3) Rebound tekanan intrakranial bila mannitol koagulasi. Pada saat dilakukannya salin hipertonik
dihentikan: sebagai terapi harus diperhatikan mengenai
Fenomena ini sering didiskusikan, tetapi jarang osmolaritas plasma dan kadar natrium karena
menimbulkan masalah klinik. Secara teori, bila memiliki efek berbahaya.17
pengobatan mannitol dihentikan, pengurangan tiba- Tabel 3. Osmolitas dan kadar Sodium
tiba osmolaritas plasma dan adanya peningkatan Rentang fisiologis Osmolalitas serum
osmolaritas pada cairan di dalam jaringan otak akan 270–295 mOsm/kg
menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial. Untuk Sodium serum
menghindari hal ini, mannitol diberikan dalam 136–145 mEq/kg
dosis 0,25 gr/kg secara perlahan-lahan.6 Level yang digunakan Osmolalitas serum
bila ada resiko 300–320 mOsm/kg
hipertensi intrakranial Sodium serum
4.3 NaCl hipertonis 146–155 mEq/kg
Hipertonik salin pertama digunakan pada tahun Nilai yang berbahaya Osmolalitas serum
1988 oleh Worthley dkk., dimana salin hipertonik 320–360 mOsm/kg
digunakan pada 2 orang pasien yang tidak berespon Sodium serum
pada terapi mannitol. Sejak itulah hipertonik salin 155–160 mEq/kg
direkomendasikan sebagai obat pilihan selain Dikutip dari: Himmelseher.8
mannitol untuk menurunkan hipertensi intrakranial. Larutan salin hipertonik dengan peningkatan
NaCl hipertonik, lebih berguna pada pasien konsentrasi telah dimasukkan kembali ke dalam
tertentu, misal hipertensi intrakranial refrakter atau pengelolaan pasien sejak lebih dari 20 tahun lalu,
yang memerlukan pemulihan cepat dari volume terutama untuk resusitasi pasien dengan cedera
186 Jurnal Neuroanestesia Indonesia

berat dan syok perdarahan. Dalam setting Selanjutnya, salin hipertonik mempunyai
eksperimental dan klinis, larutan ini menyebabkan keuntungan dalam mengendalikan TIK yang
peningkatkan osmolaritas plasma, dengan efek yang refrakter terhadap mannitol. Keuntungan lain dari
sebanding dengan mannitol, dan pengurangan salin hipertonik yang melebihi mannitol adalah
kandungan air sekunder terhadap peningkatan tajam efektif sebagai volume ekspander tanpa
sodium plasma, suatu efek yang menetap paling hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal.1
sedikit 18–24 jam. Hal ini disebabkan fakta bahwa
V. Apakah Mannitol masih perlu digunakan
level adekuat dari air intraserebral dan stabilitas
dalam terapi hipertensi intrakranial?
sirkulasi diatur dan dipertahankan oleh hemisfer
yang cedera dan tidak cedera.11 Penggunaan larutan Berbagai penelitian dilakukan untuk dapat
salin hipertonik dengan peningkatan konsentrasi menunjukan keuntungan dan kerugian pemberian
yang progresif (3%, 5%, 7,5%, 10% dan 23,5%), mannitol dan salin hipertonik. Penelitian pemberian
osmolaritas akan meningkat secara bertahap, larutan hiperosmotik ini dilakukan pada pasien
sehingga memerlukan pemberian dengan volume ataupun hewan coba dengan cedera otak traumatika
yang menurun.16-17 ataupun pada tumor otak. The Brain Trauma
Foundation tahun 1997 Evidence base guideline
NaCl hipertonik 3% adalah larutan garam yang
untuk terapi hipertensi intrakranial dengan
memiliki osmolaritas 1026 mOsm/L dengan
menggunakan mannitol 0,25–1 gr/kg sebagai dosis
kandungan natrium 513 mEq/L dan klorida 513
efektif.
mEq/L. Larutan NaCl hipertonik mungkin lebih
efektif dalam menurunkan TIK dan mempunyai Miski dkk., melakukan penelitian yang
efek yang lebih lama daripada mannitol. Pemakaian membandingkan mannitol 20% dengan salin
NaCl hipertonik (3–7,5%) seperti halnya mannitol, hipertonik 23,4% dengan kontrol NaCl 0,9%. Hasil
mempunyai efek osmotik pada otak, dan akan salin hipertonik lebih efektif dalam menurunkan
menurunkan tekanan intrakranial. NaCl hipertonik hipertensi intrakranial. Task pada tahun 1999 yang
juga menurunkan produksi cairan serebrospinal, merupkan gabungan dari The Brain Trauma
akan tetapi adanya efek hipernatremia berefek Foundation guideline, the American Association of
buruk pada miokardium, ginjal, dan fungsi Neurological Surgeons dan Join Section in
fisiologis lainnya. Sebagai tambahan, NaCl Neurotrauma and Critical Care menganjurkan
hipertonik memberikan proteksi sawar darah otak menggunakan mannitol pada hipertensi intrakranial.
dan menguntungkan untuk melawan respons
Pada tahun 2008 Francony dkk., melakukan
inflamasi cedera otak. Seperti halnya mannitol,
NaCl hipertonik mempunyai efek menambah penelitian pada manusia yang mengalami cedera
otak traumatika berat dan stroke. Pada penelitian ini
volume plasma tapi tidak berhubungan dengan efek
dibandingkan pemberian mannitol 20% dengan
sebagai osmotik diuresis. Kerugian NaCl hipertonik
salin hipertonik 7,45%. Hasil penelitian tersebut
adalah asidosis metabolik non-anion gap,
konsentrasi Na serum >160 mmol/L akan menunjukkan bahwa mannitol lebih menurunkan
memperburuk outcome, dan belum diketahuinya TIK, lebih mengontrol TIK dibandingkan dengan
salin hipertonik.
dosis optimal (telah digunakan NaCl 3%, 5%, 7,5%
dan 23%). 6,16,17 Battison dkk. di tahun 2005 membandingkan
Penggunaan salin hipertonik meningkat sebagai pemberian mannitol 20% dan salin hipertonik 3%
alternatif pemberian mannitol. Tersedia padarentan pada pasien dengan cedera otak traumatik berat
konsentrasi 1,7%–29,2% membuat sulit mengambil dengan menggunakan parameter penurunan tekanan
kesimpulan, berapa dosis optimal dan konsentrasi intrakranial dan kontrol tekanan intrakranial.
berapa yang diperlukan untuk mengendalikan TIK. Penelitian ini menunjukan hasil tidak berbeda
nyata. Bhardwaj A melakukan penelitian pada
Salin hipertonik menimbulkan penurunan edema
serebral dengan memindahkan air keluar sel, cedera kepala berat yang diberikan mannitol 20%
dan salin hipertonik 3% menunjukan hasil
mengurangi tekanan jaringan dan ukuran sel
menghasilkan penurunan TIK. Efek yang baik pada hipernatremia dan kejadian miolisis pontin pada
kandungan air otak setelah pemberian salin salin hipertonik 3%. Murphy dkk., melakukan
suatu penelitian yang membandingkan antara
hipertonik telah ditunjukkan dengan pengurangan
pemberian mannitol dan salin hipertonik
pergeseran lateral pada serial CT-scan pasien COT.
Salin hipertonik memperbaiki CBF, dan secara menimbulkan rebound edema cerebri.
tidak langsung TIK, dengan menurunkan volume VI. Simpulan
sel endotel, meningkatkan diameter lumen kapiler,
dan mengurangi ukuran eritrosit sehingga akan Berdasarkan The Brain Trauma Foundation
memperbaiki reologi darah. mannitol tetap digunakan sebagai terapi utama
Mannitol untuk Hipertensi Intrakranial pada Cedera Otak 187
Traumatik: apakah masih diperlukan?

dalam pengelolaan hipertensi intrakranial, tetapi of increased intracranial pressure. Crit Care
salin hipertonik dapat digunakan sebagai obat Med. 2008;36:795–800.
pilihan atau alternatif pada hipertensi intrakranial
yang menetap setelah pemberian mannitol. 8. Seppelt I. Intracranial hypertension after
traumatic brain injury. Indian J Crit Care Med.
Setelah operasi pengangkatan space-occupying 2004;8(2):120–26.
lessions (SOL) obat yang paling banyak digunakan
untuk menurunkan tekanan intrakranial adalah 9. Hirsch KG, Spock T, Koenig MA, Geocadin
mannitol. Hampir 83% RS pusat di US RG. Treatment of elevated intracranial pressure
menggunakan osmotik diuretik pada lebih dari 50% with hyperosmolar therapy in patients with
pasien dengan cedera kepala berat. Satu penelitian renal failure. Neurocrit Care. 2012;17:388–94
di UK menunjukkan bahwa semua pusat bedah
saraf menggunakan mannitol untuk pasien dengan 10. Davies NJH, Cashman JN. Lee’s synopsis of
kenaikkan TIK. Sejumlah penelitian gagal anesthesia, edisi ke-13. United Kingdom:
menunjukkan efektifitas mannitol dalam Elsevier Butterworth Heinemann;2006:161
menurunkan mortalitas pada cedera kepala. Akan
tetapi, efektifitas mannitol untuk cedera kepala 11. Polderman KH. Mechanisms of action,
pada kondisi kritis sudah pasti tanpa membutuhkan physiological effect, and complication of
hypothermia. Crit Care Med 2009;37(S):186–
penelitian RCT lagi.
202.

12. Wakai A, Roberts IG, Schierhout G. Mannitol


Daftar Pustaka for acute traumatic brain injury (Review). The
1. Helmy A, Vizcaychipi M, Gupta AK. Cochrane Library 2008, Issue 4
Traumatic brain injury: intensive care
management. Br J Anaesth 2007; 99:32–42 13. Myburgh JA, Lewis SB. Mannitol for
resuscitation in acute head injury: effects on
2. Tolani K, Bendo AA, Sakabe T. Anesthetic cerebral perfusion and osmolality. Critical Care
management of head trauma. Dalam: Niewfield and Resuscitation 2000;2:14–18
P, Cottrell JE, penyunting. Handbook of
Neuroanesthesia, edisi ke-5. Philadelphia: 14. Castillo LB, Bugedo GA, Paranhos JL.
Lippincott Williams & Wilkins;2012,98–114. Mannitol or hypertonic saline for intracranial
hypertension? A point of view. Crit Care
3. Manoach S, Labaze GI, Charchaflieh JG. Resusc 2009;11:151–54
Traumatic brain injury, stroke, and brain death.
Dalam: Niewfield P, Cottrell JE, penyunting. 15. Wani AA, Ramzan AU, Nizami F, Malik NK,
Handbook of Neuroanesthesia, edisi ke-5. Kirmani AR, Bhatt AR, Singh S. Controversy
Philadelphia: Lippincott Williams & in use of mannitol in head injury. Indian
Wilkins;2012,418–36. Journal of Neurotrauma (IJNT) 2008;5(1):11–
13
4. Bendo AA. Perioperative management of adult
patient with severe head injury. Dalam: Cottrell 16. Himmelseher S. Hypertonic saline solutions for
JE, Young WL, penyunting. Cottrell and treatment of intracranial hypertension. Current
Young’s Neuroanesthesia. Philadelphia: Opinion in Anaesthesiology. 2007;20:414–26
Mosby Elsevier;2010,317–25.
17. Kamel H, Navi BB, Nakagawa K, Hemphill III
5. Bullock MR, Povlishock JT. Journal of JC, Ko NU. Hypertonic saline versus mannitol
Neurotrauma 2007; vol 24, supp 1. for the treatment of elevated intracranial
pressure: a meta-analysis of randomized
6. Bisri T. Pengelolaan Neuroanestesia dan clinical trials. Crit Care Med. 2011; 39:554–59
Critical Care: Cedera Otak Traumatik.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas 18. Mortazavi MM, Romeo AK, Deep A,
Padjadjaran;2012,143–66,187–208. Griessenauer CJ, Shoja MAM, Tubbs RS,
Fisher W. Hypertonic saline for treating raised
7. Francony G, Fauvage B, Falcon D, Canet C, intracranial pressure: literature review with
Dilou H, Lavagne P, dkk. Equimolar doses of meta-analysis. J Neurosurg. 2012;116:210–21.
mannitol and hypertonic saline in the treatment

Anda mungkin juga menyukai