MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Fiqih
Dosen Pembimbing:
Drs. H. M. Nawawi, M.Ag
Oleh:
Siti Nur Aisyah Amalia (D01215036)
Agus Muqorrobin (D91215045)
Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah dengan
judul "Kajian Sholat Jum’at" dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita
jalan kebenaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu matakuliah Metode
Pembelajaran Fiqih, bapak Drs. H. M. Nawawi, M.Ag yang telah membimbing dan
memberi banyak pengetahuan kepada penulis serta memberikan kesempatan
kepada penulis untuk membuat, mempresentasikan makalah ini. Serta juga kepada
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan penelitian ini,
memberikan referensi dan sumbangsih pemikirannya semoga Allah membalas
dengan sebaik-baiknya.
Sebagai penutup, kritik dan saran kami harapkan dari segenap pembaca atas
segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan juga sebagai bahan koreksi
dan pembelajaran untuk perbaikan makalah berikutnya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah telah menganugerahkan bermacam-macam keistimewaan dan
keutamaan kepada umat ini. Diantara keistimewaan itu adalah hari Jum’at,
setelah kaum Yahudi dan Nasrani dipalingkan darinya. Al-Hafidz Ibnu
Katsir berkata: “Hari ini dinamakan Jum’at, karena artinya merupakan
turunan dari kata al-jam’u yang berarti perkumpulan, karena umat Islam
berkumpul pada hari itu setiap pekan di balai-balai pertemuan yang luas.
Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin berkumpul
untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah berfirman
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.(al-Jumuah: 9)
Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah
azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi
panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW., bersabda,“Sebaik-baik
hari di kala matahari terbit ialah hari jum’at. Pada hari inilah Nabi Adam
AS diciptakan. Pada hari ini pila, Ia dimasukan kedalam surge. Dan
tidaklah hari kiamat akan terjadi kecuali pada hari jum’at”.
Sabda Rasulallah SAW: “sesungguhnya hari Jum’at penghulu
semua hari dan paling agung disisi Allah, ia lebih agung di sisi Allah dari
hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri. Dalam hari Jum’at trdapat lima
keutamaan : pada hari itu Allah menciptakan Adam, padahari itu Allah
menurunkan adam ke bumi, pada hari itu allah mewafatkan adam, pada
hari itu ada satu saat yang tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah
sesuatu melainkan dia pasti memberikannya selama tidak meminta suatu
yang haram, dan pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidaklah malaikat yang
1
dekat (kepada Allah), langit, bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan
mereka semua merindukan hari Jum’at.” (HR. Ibnu Majah).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sholat jum’at ?
2. Apa hukum shalat jum’at ?
3. Bagaimana kewajiban mengerjakan shalat jum’at ?
4. Siapa orang-orang yang berkewajiban menunaikan shalat jum’at ?
5. Apa syarat sah shalat jum’at ?
6. Kapan waktu shalat jum’at ?
7. Dimana tempat penyelenggaraan shalat jum’at ?
8. Apa saja hal-hal yang menjadi keharusan dalam khutbah jum’at ?
9. Apa rukun-rukun khutbah ?
10. Bagaimana hikmah shalat jum’at ?
11. Bagaimana metode pembelajaran tentang sholat jum’at ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Umay M. dja’far Shiddieq, Syari’ah Ibadah, (Jakarta Pusat: alGhuraba), Hal. 75.
3
, ٌ َم ْملُوك:ًع ٍة إِ اَّل أَ ْربَعَة ْ علَى ك ُِل ُم
َ س ِل ٍم فِي َج َما َ ب
ٌ اج ٌّ ا ْل ُج ُمعَةُ َح
ِ ق َو
(صحيح علي شرطي البخا ري.يض َ َو,ٌَوا ِْم َرأَة
ٌ َو َم ِر,ص ِب ٌّي
)ومسلم
“Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap Muslim dengan berjama'ah kecuali
empat orang, yaitu: budak, wanita, anak kecil, dan orang yang sakit."
Adapun bagi musafir, dan ada yang udzur, karena perbuatan Rasulullah
SAW, apabila mengadakan perjalanan jauh, dan sampai hari jum’at beliau
dan para sahabatnya tidak menunaikan shalat jum’at, melainkan hanya
shalat Zuhur, demikian pula ketika kejadian badai hari jum’at dikota
madinah, Beliau menganjurkan para sahabatnya shalat masing-masimg di
rumah mereka.2
Kandungan Hukum:
2
Ibid, Hal. 76.
4
a. Jum’at Wajib ‘Aini bagi yang memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan. Orang yang meniggalkannya tanpa udzur adalah dosa besar.
b. Bila sudah dikumandangkan adzan jum’at, wajib segera untuk
mendengar khutbah dan menunaikan shalat jum’at.
c. Sesudah adzan jum’at berkumandang haram hukumnya bagi yang wajib
jum’at melakukan kegiatan yang bersifat duniawi seperti jual beli atau
pekerjaan lainnya.3
a. Nabi SAW, bercita-cita menyuruh orang mencari kayu bakar dan yang
lainnya mengumandangkan adzan, lalu Beliau akan membakar rumah
orang yang tidak pergi jum’at.
b. Nabi SAW, bersabda dari mimbarnya, “Hendaklah kaum-kaum itu
berhenti meninggalkan jum’at atau Allah kunci hati-hati mereka dan
mereka dijadikan orang-orang yang lalai.”
c. Barang siapa meninggalkan tiga jum’at karena menyepelekannya maka
Allah akan menutup hatinya.4
3
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena), Hal. 459.
4
Ibid, 460.
5
g. Muqim (Penduduk Tetap) bukan seorang musafir
الجمعة حق واجب علي كل مسلم اَّل أربعة عبد مملوك أوامرأة أو
صبي أومريض
Shalat jum’at adalah hak yang wajib atas setiap muslim kecuali empat
golongan: budak belian, wanita, anak-anak, orang sakit. (HR.Abu
Dawud).5
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta:
Amzah, 2011), Hal. 309.
6
Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Peraktis, (malang: Uin-Maliki Press), Hal. 113.
6
Golongan mayoritas dari kalangan sahabat dan tabi’in sepakat bahwa
waktu shalat jum’at itu adalah waktu shalat zuhur, berdasarkan hadis riwayat
Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Baihaqi dari Anas r.a.,
7
Ibid, Fiqih Sunnah, Hal. 462.
7
Hadis ini menunjukkan bolehnya mengerjakan shalat di perkotaan
maupun di pedesaan atau ditempat manapun yang sekiranya sah dan bisa
dilaksanakannya shalat.adapun hadis lain yang menguatkan bahwa
dibolehkannya shalat jum’at sealin dimasjid.
Diriwayatkan dari Umar r.a. bahwa ia pernah melihat penduduk mesir
dan daerah-daerah sekitar mata air yang terletak diantara Makkah dan Madinah
mengerjakan shalat ditempat mereka masing-masing dan mereka tidak
ditegurnya.(Riwayat Abdur Razaq dengan Sanad yang Shahih).8
8
Ibid, Fiqih Sunnah, Hal. 464.
8
f. Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat
mayoritas ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya Nabi
SAW., berkhutbah pada hari jum’at kemudian duduk kemudian berdiri,
lalu berkhutbah sebagaimana yang kalian lakukan hari ini.(Mutttafaq
‘alaih). Juga merujuk pada hadis narasi Jabir bin Samura, ia berkata: Nabi
SAW., menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk diantara
keduanya, membaca al-Qur’an, dan mengingatkan manusia.
(HR.Muslim).9
I. Rukun-Rukun Khutbah
Beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai syarat sah khutbah
jum’at, antara lain sebaai berikut:
a. Khutbah harus dilakukan sebelum shalat.
b. Khatib harus suci dari hadas, najis, dan menutup aurat.
c. Khutbah disampaikan diwaktu jum’at dihadapan jama’ah yang
menjadikan terlaksananya shalt jum’at, dan harus dengan suara lantang
demi tercapainya faedah khutbah.
d. Antara khutbah dan shalat jum’at tidak terpisah dengan jarak yang kira-
kira dapat digunakan untuk makan karena hal itu dianggap sebagai
pemisah yang memotong shalat. (Maksudnya antara khutbah dengan
shalat jum’at jarak waktunya tidak terpotong terlalu lama sehingga
setelah khutbah harus langsung dilaksanakan shalat jum’at).
e. Khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab kecuali jika memang
tidak mampu. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang berlawanan
dengan pendapat kalangan ulama madzab Hanafi yang
memperbolehkan khutbah dengan bahasa Arab. Namun mereka (ulama
madzahb Hanafi) tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakana
maupun dasar yang dapat diikuti.
9
Ibid, Fiqih Ibadah, Hal. 311.
9
f. Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat
mayoritas ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya Nabi
SAW., berkhutbah pada hari jum’at kemudian duduk kemudian berdiri,
lalu berkhutbah sebagaimana yang kalian lakukan hari ini.(Mutttafaq
‘alaih). Juga merujuk pada hadis narasi Jabir bin Samura, ia berkata:
Nabi SAW., menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk diantara
keduanya, membaca al-Qur’an, dan mengingatkan manusia.
(HR.Muslim).10
10
Ibid, Fiqih Ibadah Praktis, Hal. 114.
11
http://indo-moeslim.blogspot.com/2010/08/hadits-tentang-orang-yang-diwajibkan.html
10
kelas. Para murid tinggal duduk memperhatikan guru berbicara, mencoba
menangkap apa isinya, dan membuat penggalan-penggalan catatan.
“Metode ceramah atau kuliah mimbar adalah suatu bentuk pengajaran
dimana guru mengalihkan informasi kepada sekelompok besar siswa
dengan cara yang terutama bersifat verbal (Lisan)” (TjiptoUtomo dan
Ruijter, 1985: 184) dalam (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1991: 29).
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi
melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa
efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah,
maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir untuk
memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan
tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.12 Metode ceramah
adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan
anak didik dalam interaksi edukatif.
Dari definisi metode ceramah diatas, dapat kiranya kita
mendefinisikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi belajar-
mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap sekelompok peserta didik.
Berdasarkan definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika guru
akan menjadi pusat/titik tumpuan keberhasilan metode ceramah. Lalu lintas
pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni dari guru ke para siswa.
Akibat dari adanya kenyataan ini, adalah:
1. Guru-guru haruslah memiliki keterampilan menjelaskan (explaining
skills), dan
2. Guru memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu
instruksional yang tepat dan potensi untuk meningkatkan ceramah.
12
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Quantum
Teaching, (Jakarta: 2005), h. 121
11
Kesimpulan dari kajian terhadap berbagai studi tentang metode ceramah,
yakni:
1) Metode ceramah sesuai digunakan bila:
a. Tujuan dasar pengajaran adalah menyampaikan informasi baru,
b. Isi pelajaran langka, misalnya penemuan baru,
c. Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah
cara khusus untuk kelompok tertentu,
d. Membangkitkan minat terhadap mata pelajaran,
e. Isi pelajaran tidak diperlukan untuk diingat dalam waktu yang
lama,
f. Untuk mengantar penggunaan metode mengajar yang lain dan
pengarahan penyelesaian tugas-tugas belajar.
2) Metode ceramah tidak sesuai digunakan bila:
a. Tujuan pengajaran bukan tujuan perolehan informasi,
b. Isi pelajaran perlu diingat dalam jangka waktu yang lama,
c. Isi pelajaran kompleks, rinci, atau abstrak.
12
2. Kadang-kadang guru sangat mengejar disampaikannya bahan yang
sebanyak-banyaknya, sehingga hanya menjadi bersifat pemompaan.
3. Pendengar cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan malahan
kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, sebab guru menyampaikan
bahan-bahan tersebut dengan lisan.
4. Apabila penceramah tidak memperhatikan segi-segi psychologies dan
didaktis dari anak didik, ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan
membosankan. Sebaliknya guru dapat terlalu berlebih-lebihan berusaha
membangkitkan minat siswa.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,
benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari.
Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang
sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Metode Demonstrasi juga merupakan metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu petunjuk
untuk melakukan sesuatu.
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses
pembentukan tertentu pada siswa.
Metode demonstrasi-Animasi dapat memperjelas pengertian dan
konsep tindakan yang harus dilakukan. Metode tersebut dalam prakteknya
dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode
Demonstransi-Animasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian
bahan pelajaran tata surya, proses teknis peralatan, alran listrik, atau fiqih,
misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf
pada waktu haji,dan yang lainnya.
13
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab
membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta yang benar. Metode ini dapat diterapakan dalam
pembelajaran Ilmu Alam, Teknik dan PAI, tetapi, tidak semua pelajaran PAI
bisa didemonstrasikan, misalnya masalah aqidah yang menjelaskan iman
kepada allah, malaikat, surga, neraka dan lai-lain.
14
dalam pembelajaran; Memberikan penjelasan tentang topik yang akan
didemonstrasikan; Pelaksanaan demonstrsi bersamaan dengan perhatian
dan peniruan dari siswa; Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan)
terhadap hasil demonstrasi.
Kesimpulan: Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam
menunjung keberhasilan demonstrasi di antaranya:
a. Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan.
b. Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
c. Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
d. Mampu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk
menunjang demonstrasi, diantaranya adalah:
a. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang
didemonstrasikan.
b. Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
c. Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
d. Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi
15
Manfaat penggunaan metode praktik langsung:
a. Anak akan lebih mengaplikasikan materi yang disampaikan oleh guru.
b. Anak mampu membuktikan dan mempercayai sebuah teori setelah ia
melakukan praktik.
c. Anak menjadi tidak bingung dengan teori yang disampaikan.
d. Anak langsung dihadapkan dengan permasalahan yang nyata.
e. Keterampilan anak meningkat
Suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar sudah barang tentu
mempunyai keunggulan dan kekurangan, begitupun dengan metode Tanya
jawab. Berikut keunggulan dan kekurangan metode Tanya jawab:
Keunggulan metode Tanya
1. Kelas akan hidup karena anak didik aktif berfikir dan
menyampaikan pikiran melalui berbicara.
2. Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengemukakan
pendapatnya.
13
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandun: Remaja Rosdakarya, 1986), 63.
14
Arman Arief,ibid,hlm.43.
16
3. Akan membawa kelas kedala suasana diskusi.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran fiqih tentang sholat jum’at adalah suatu cara yang
digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi tentang sholat jum’at
kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara yang
mudah dipahami oleh peserta didik sehingga tujuan dari sebuah pembelajaran
dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua
rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at
memiliki hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki / pria dewasa beragama
islam, merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta muqaim (bukan dalam
keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu dan shalat
jum’at juga memiliki syarat-syarat wajib dan syarat syah nya yang harus
dilaksanakan, supaya shalat jumat nya menjadi sempurna.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://indo-moeslim.blogspot.com/2010/08/hadits-tentang-orang-yang-
diwajibkan.html
Muhammad Azzam Abdul Aziz dan Sayyed Hawwas Abdul Wahhab. Fiqih
Pres. 2001.
19