Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

PPWPL

KORELASI RZWP3K DAN RTRW DENGAN KONDISI


EKONOMI, SOSIAL – BUDAYA, EKOSISTEM DAN
SUMBER DAYA ALAM SERTA OSEANOGRAFIS
DI KECAMATAN BAKAUHENI
Disusun Oleh :

Alief Gery Wisherius 23116061


M. Arief Budiman 23116077
Agus Suprianto 23116097
Adhe Wahyu Alsandi 23116073

Program Studi Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Infrastrukturdan Kewilayahan
Institut Teknologi Sumatera
2019
1, Kondisi Ekonomi
Masyarakat Desa Bakauheni ini pada umumnya telah menjadi bagian
masyarakat semi modern, dalam artinya masyarakat ini sedikit ada pengaruh dari
kebiasaan masyarakat karena kebiasaan dan tingkah laku setiap hari cenderung
memiliki kebiasaan ada aktifitas yang harus dilakukan pada pagi hingga sore hari.
Adanya fasilitas yang mendukung dan dapat menghubungkan dengan tempat
bermukimnya masyarakat mempengaruhi kegiatan serta aktifitas yang dilakukan
masyarakat yang bermukim di sekitar pesisir pantai Desa Bakauheni area tambak
udang dan mangrove. Masyarakat pesisir pantai Desa Bakauheni memiliki aktifitas
sebagai petani, nelayan, dan peternakan.
Pada daerah pesisir pantai kecamatan bakauheni sebagian besar wilayah nya
adalah hutan mangrove. Dimana wilayah ini adalah salah satu yang dapat menjadi
sumber perekonomian masyarakat sekitar. Namun seringkali masyarakat sekitar
masih memanfaatkan mangrove tidak dengan bijak, seperti pengambilan kayu dari
mangrove yang berlebihan dimana nantinya akan menimbulkan terjadinya kerusakan.
Hal ini berkorelasi dengan RZWP3K dimana hutan mangrove merupakan
suatu Kawasan pesisir yang memiliki ciri khas tertentu yang di lindungi untuk
mewujudkan pengelolahan wilayah pesisir yang berkelanjutan hal ini tertera di UU
No 27 Tahun 2007 dan No 26 Tahun 2007. Sedangkan pada RTRW konservasi
mangrove Artinya kawasan tersebut perlu dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat
yang kegiatannya diawasi oleh pemerintah termasuk dengan keberadaan hutan
mangrove disepanjang pesisir pantai sebagai sabuk hijau pantai. Kriteria sempadan
pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi pantai, minimum 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.
Sehingga agar terlaksana nya RZWP3K dan RTRW di pesisir bakauheni di
bentuklah sebuah kelompok peduli mangrove di Desa Bakauheni khususnya Dusun
Pegantungan dan Dusun Sukarame. Fungsi dibentuknya kelompok tersebut ialah
mengerakkan kesadaran masyarakat sekitar mengenai pentingnya kelestaraian hutan
mangrove dan mengawasai kegiatan penebangan dan pencurian kayu mangrove liar
serta penggerak reboisasi Kawasan.
Melihat fungsi hutan mangrove sebagai pelindung pantai dari abrasi serta
sabagai habitat bagi beberapa jenis ikan, sangatlah berpengaruh terhadap tingkat
produktifitas biota laut termasuk kepiting dan kerang yang mana organisme ini
mempunyai nilai ekonomis yang sangat menjanjikan bagi masyarakat setempat untuk
menambah penghasilan. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa secara
tidak langsung keberadaan hutan mangrove di pesisir pantai Desa Bakauheni telah
memberikan lapangan usaha berupa peningkatan kebutuhan masyarakat
setempat.
Selain itu di kecamatan bakauheni juga terdapat sebuah sumber prekonomian
yaitu pelabuhan yang mana salah satunya adalah mampu memberikan lapangan kerja
bagi masyarakat pesisir. Korelasi RZWP3K di mana dalam perancangan suatu
pelaguhan terdapat sebuah aturan yang harus di taati dimana seperti pelabuhan yang
ada di bakauheni adalah pelabuhan khusus nasional yang mana pada pelabuhan ini di
perbolehkan melayani kegiatan pelayanan lintas provinsi dan internasional, serta
bobot kapal yang di layani 3000 DWT atau lebih, Panjang dermaga 70 meter atau
lebih, konstruksi beton atau baja dan yang terakhir adalah kedalaman di depan
dermaga – 5 meter LWS atau lebih. Sedangkan pada RTRW di cantumkan bahwa
pada seiap pelabuhan harus lah menyediakan fasilitas penampungan limbah,
penyedian depo peti kemas, penyedian pergudangan, instalasi air bersih dan listrik
serta pelayanan pengisian air tawar dan minyak. Hal ini semua harus di lakukan agar
suatu perancanaan wilayah pesisir dapat di terapkan untuk kedepannya.

2. Kondisi Sosial Budaya


Kecamatan Bakauheni adalah salah salah satu dari kecamatan yang ada di
Lampung Selatan daerah ini terletak dipaling ujung selatan dikabupaten Lampung
Selatan sekaligus kecamatan paling ujung selatan di Pulau Sumatera. Dengan keadan
lokasi di daerah dekat laut Kecamatan Bakauheni menjadi daerah pesisir, pada daerah
pesisir memiliki kondosi sosial yang sedikit berbeda dengan daerah lainnya.
Jumlah penduduk Kecamatan Bakauheni sendiri sebanyak 23.454 jiwa dalam data
Badan Pusat Statistik 2016 dan luas wilayah dari Kecamatan Bakauheni adalah 57
kilometer persegi, serta memiliki kepadatan penduduk 410.54 (jiwa/km²). Pada
kecamatan Bakauheni.
Kecamatan bakauheni terletak di ujung pulau sumatera yang mana mayoritas
daerahnya berbatasan dengan laut. Sehimgga banyak dari masyarakat di daerah ini
menjadi seorang nelayan, dan budidaya sumber daya laut seperti rumput laut, Mutiara
dan lain lain. Sehingga dari hal ini terbentuklah budaya dasar dari masyarakat yang
mana mereka masih menerapkan budaya nelayan. Oleh sebab itu terdapat korelasi
RZWP3K dan RTRW dalam perencanaan Sosial dan budaya di kecamatan untuk
pembangunan berkelanjutan. Diamana dalam upaya nya untuk mendapatkan
pembangunan yang berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka
perlu dilakukan analisis social budaya di wilayah tersebut. Analisis social misalnya
kependudukan atau demografi, struktur budaya masyarakat, atau kesiapan masyarakat
atas suatu perkembangan.
Tujuan dari analisis ini adalah mengkaji kondisi social budaya masyarakat
yang mendukung atau menghambat pengembangan wilayah, yang memiliki fungsi
antara lain :
1. Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah serta pembangunan social
budaya mamsyarakat
2. Mengidentifikasi struktur social budaya masyarakat
3. Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung
pengembangan wilayah
4. Menentukan prioritas – prioritas utama dalam formulasi kebijakan pembangunan
social budaya masyarakat
5. Memberikan gambaran situasi dan kondisi objecktif dalam peroses perencanaan.

3. Kondisi Ekosistem dan SDA


a. Ekosistem
Hutan mangrove yang ada di Kecamatan Bakauheni keseluruhan memiliki
luasan 37,5 hektar. Saat ini kawasan mangrove pesisir pantai Desa Bakauheni
memiliki luas kurang lebih 4,5 hektar yang berada di Dusun Pegantungan dan 5,5
hektar yang berada di Dusun Sukarame. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya
bahwa hutan mangrove ini adalah salah satu aspek ekosistem yang dapat memberikan
dampak yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan, mengapa hutan
mangrove adalah salah satu komponen yang dapat menahan air sehingga dapat
mencegah terjadinya pengikisan daerah pesisir, selain itu wilayah ini juga dapat
menjadi habitat dari sumber daya alam lainnya seperti kepiting, ikan dan lain lain.
Hal ini berkorelasi dengan RZWP3K dimana hutan mangrove merupakan
suatu Kawasan pesisir yang memiliki ciri khas tertentu yang di lindungi untuk
mewujudkan pengelolahan wilayah pesisir yang berkelanjutan hal ini tertera di UU
No 27 Tahun 2007 dan No 26 Tahun 2007. Sedangkan pada RTRW konservasi
mangrove Artinya kawasan tersebut perlu dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat
yang kegiatannya diawasi oleh pemerintah termasuk dengan keberadaan hutan
mangrove disepanjang pesisir pantai sebagai sabuk hijau pantai. Kriteria sempadan
pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi pantai, minimum 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.
b. Sumber Daya Alam
1. Potensi Pertanian
Desa Bakauheni merupakan Desa yang sebagian besar wilayahnya perbukitan.
Potensi pertanian yang di miliki Desa Bakauheni sangat besar, hal ini dapat dilihat
adanya 985 jiwa penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai petani maupun buruh
tani. Selain itu, pemanfaatan lahan banyak diorientasikan pada lahan produktif.
Komoditas tanaman utama Desa Bakauheni yaitu jagung. Jagung dapat ditanam dua
kali dalam setahun. Bahkan petani beberapa petani melakukan penanaman jagung
sepanjang tahun. Pemanfaatan lahan untuk budidaya pertanian ialah pada lahan
perbukitan. Tidak hanya komoditas jangung saja yang dibudidayakan petani ada pula
komoditas lainnya seperti pisang, cabai, melon dan padi. Padi, cabai dan melon di
tanam petani pada daerah dataran yang berjarak 500-300 meter dari pesisir pantai.
Terdapat beberapa korelasi dari RZWP3K dan RTRW pada wilayah pertanian
di kecamatan Bakauheni dimana tujuannya adalah untuk pembangunan berkelanjutan.
Untuk memperoleh itu maka butuh memperhatikan keadaan lahan seperti parameter
kesuburan tanah, kelerengan < 3 %, kelas drainase terhambat, Ph tanah lapisan 5.5 –
7.5, dan ketinggian dari laut adalah < 500 Mdpl.

4. Kondisi Ocianografi
Pesisir pantai Desa Bakauheni miliki potensi sumberdaya alam pantai dan
mangrove sebagai daya tarik wisatawasan untuk tujuan lokasi wisata. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan No. 08 Tahun 2014 tentang Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir Pantai Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K) Tahun 2013-2033,
pengembangan kawasan pesisir pantai yang dilakukan masyarakat saat ini tidak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapakan karena masih belum adanya
keselarasan antara pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan adanya
alih fungsi kawasan mangrove sebagai tanggul penangkis ombak menjadi lahan
tambak akibat adanya perluasan area lahan tambak, begitu pula dengan lahan
pertanian akan beralih fungsi sebagai lokasi pengembangan wisata.
Pesisir timur merupakan pesisir pantai yang masuk dalam perairan selat Sunda. Secara
keseluruhan panjang garis pantai Kabupaten Lampung Selatan mencapai 247,76 Km2
yang meliputi Kecamatan Katibung, Sidomulyo, Kalianda, Ketapang, Bakauheni,
Rajabasa, dan Sragi. Sedangkan pantai timur sendiri memiliki garis patai sepanjang
270 km

Anda mungkin juga menyukai