Bab Ii - Tinjauan Pustaka
Bab Ii - Tinjauan Pustaka
hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama permanen pada bidang
oklusal
oklusi statik. Selain itu, terdapat kriteria mengenai oklusi fungisional yaang ideal
sudah diperkenalkan oleh Roth (1976) yang bertujuan untuk mendapatkan efesiensi
menegnai gigi-gigi dan jaringan pendukung serta otot dan aparatus pengunyahan
skeletal.
harus berada pada posisi paling superior dan paling retrusi dalam fossa
gigi anterior.
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Secara garis besar etiologi atau penyebab
terjadnya maloklusi dapat digolongkan dalam faktor herediter dan faktor lokal.
1. Faktor Herediter
berupa gigi yang berdesakan atau maloklusi yang berupa diastema multipel
meskipun yang terakhir ini jarang dijumpai. 2) disproporsi ukuran, posisi dan
bentuk rahang atas dan bawah yang tidak menghasilkan relasi rahang yang
korpus dan ramus 2) faktor yang ikut mempengaruhi relasi maksila dan
mandibula seperti basis kranial dan lingkungan 3) jumlah, ukuran dan
morfologi gigi 4) morfologi dan sifat jaringan lunak (bibir, lidah dan pipi).
atau kelas III ringan. Pola jaringan lunak pada maloklusi kelas I
ukuran gigi dan lengkung gigi geligi. Faktor yang dapat menyebabkan
kelas III.
bersifat poligenik.
prognati mandibula. Selain itu, maloklusi kelas III juga dapat terjadi
2. Faktor Lokal
1) Trauma
Bila terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk
gigi permanen telah terbentuk maka dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar
2) Persistensi gigi
Persistensi gigi sulung atau yang disebut over retained
3) Faktor Iatrogenik
distal.
Terdapat beberapa cara untuk yang dapat mengukur maloklusi, salah satunya
Menurut Edward Angel dimana klasifikasi maloklusi dapat dibagi menjadi 3 kelas
hubungan molar pertama tanpa melibatkan hubungan lateral serta vertikal gigi geligi
gigi molar pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari
dengan satu atau lebih gigi anterior malposisi. Crowding atau spacing
rahang bawah anterior, erupsi bukal dari kaninus atas, rotasi insisif dan
gigi C ektostem
Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial
atas terletak lebih ke mesial daripada molar pertama tetap rahang bawah
atau puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas
bukal.
rahang atas terletak lebih ke distal dari gigi molar pertama tetap rahang
bawah atau puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang
atas letaknya lebih ke posterior dari buccal groove gigi molar pertama
Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak
normal.
Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila
orthos yang berarti betul dan dentos yang berarti gigi, sehingga orthodonti
dapat diterjemahkan menjadi letak gigi yang betul atau disebut ilmu yang
dentofasial yang sedang tumbuh atau dewasa. Dalam usaha ini termasuk
dentokraniofacial, serta mengatur hubungan gigi yang satu terhadap gigi yang
suatu alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.
Gambar 2.1 'U' loop labial bow (0.7 mm) dengan klamer pastif pada gigi caninus.
1. Komponen Aktif
2. Komponen Retentif
a. Klamer Adam
b. Klamer Southend
kekuatan berasal dari regangan otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk
berikut :
1. Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal kelas II ringan disertai insisivi
Piranti cekat atau Fix Appliance Orthodontic adalah suatu alat ortodonti yang
melekat pada gigi pasien sehingga tidak bisa dilepas oleh pasien dengan
2. Archwires
3. Auxiliaries
1. Bila diperlukan gerakan gigi secara translasi (bodily) , instrusi, ekstrusi dan
3. Penutupan diastema
Keuntungan :
1. Distribusi kekuatan yang bekerja pada gigi dapat dikontrol, misalnya
Keterbatasan :
dengan benar
AESTHETIC INDEX
kesehatan masyarakat. Dokter gigi yang bekerja di klinik membutuhkan tolak ukur
objektif yang dapat memberikan batas adanya penyimpangan dari oklusi ideal,
masyarakat.
Klasifikasi maloklusi , misalnya klasifikasi angel berguna untuk
dapat diketahui meskipun terletak dalam satu kelas, ataupun seandainya digunakan
untuk menilai keparahan maloklusi sifatnya subjektif. Suatu upaya yang dilakukan
maloklusi. Indeks adalah sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai
indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional
yang dapat disimpulkan dari sederetan pengamatan yang terus menerus. Dengan
atau numerik sehingga penilaian suatu maloklusi bisa objektif. Adapun syarat suatu
1. Sahih (valid) artinya indeks harus dapat mengukur apa yang akan
diukur.
mengukur secara konsisten pada saat yang berbeda dan dalam kondisi
3. Mudah digunakan.
(Summers), Dental Aesthetic Index (DAI, Cons dkk), Peer ssessment Rating
Index (PAR Index, Richmond dkk), dan Index of Complexity, Outcome and
1. Missing tooth
4. Midline diastemma