Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini memasuki masa transisi

dari orientasi pertanian dengan pola subsisten kepada pola komersial.

Pergeseran tersebut membawa konsekuensi penggunaan pestisida sebagai

salah satu komponen penting dalam mengatasi organisme pengganggu

tanaman, salah satu kendala bagi pembangunan pertanian yang berorientasi

ekonomi. Pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi

pertanian pada gilirannya akan sangat membebani pertanian Indonesia yang

tingkat ketergantungan petaninya pada pestisida kimiawi masih tinggi.

Menghadapi kenyataan tersebut agaknya perlu segera diupayakan

pengurangan penggunaan pestisida kimiawi dan mengalihkannya pada jenis

pestisida yang aman bagi lingkungan. Salah satu alternatif adalah penggunaan

MOL (Mikro Organosme Lokal) yang biasa digunakan sebagai starter dalam

pembuatan kompos atau biasa disebut dengan pupuk organik. MOL adalah

cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil produksi

sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahan-bahan

tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai media

untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam

mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai

tambahan nutrisi bagi tanaman.

MOL dapat juga berperan sebagai pestisida hayati karena kemampuanya

dalam mengendalikan beberapa macam organisme pengganggu tanaman

(OPT). MOL juga diindikasikan mengandung zat perangsang tumbuh atau


fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman seperti

hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin. Kompos merupakan pupuk yang

sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk membantu proses dekomposisi

bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan dekomposer.

Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan MOL

(Mikro Organisme Lokal). Larutan MOL menggandung unsur hara makro dan

mikro dan juga menggandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak

bahan organik. Perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama

dan penyakit tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama

adalah murah bahkan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang

ada di sekitar. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum

mengenai pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pembuatan MOL?
2. Apa saja mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan MOL?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari Praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan MOL.
2. Untuk mengetahui mikroorganisme apa yang berperan dalam pembuatan

MOL.
D. Manfaat
Manfaat yang ingin didapat dari Praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui cara pembuatan MOL.
2. Dapat mengetahui mikroorganisme apa yang berperan dalam pembuatan

MOL.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikroorganisme Lokal (MOL)
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang

dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun

pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu

karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk

fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan,

maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi


untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian

beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa

berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber

mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi

basi, dan urin sapi (Simamora dkk, 2006).


Bagi lingkungan hidup seperti tanah, adanya mikroorganisme dapat

menentukan tingkat kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi tanah.

Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat

menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti

adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas,

dan bau asam. Metode pemupukan dalam pertanian organik sebenarnya

bertumpu pada peran mikroorganisme. Mikroorganisme ini sebenarnya sangat

mudah dibudidayakan dan dikenal sebagai mikroorganisme lokal (MOL).

(Hidayat, 2006).

B. Mikroba yang Berperan Dalam Pembuatan MOL

Pertanian organik sebenarnya bertumpu pada peran mikroorganisme.

Mikroorganisme ini sebenarnya sangat mudah dibudidayakan dan dikenal

sebagai mikroorganisme lokal (MOL). Salah satu mikroorganisme yang

menguntungkan dalam pembuatan kompos adalah bakteri. Seperti yang kita

ketahui bahwa terdapat kelompok bakteri yang mampu mengikat gas N2 dari

udara bebas dan mengubahnya menjadi amonia sehingga ketersediaan

nitrogen dalam tanah tetap terjaga sehingga tanah tetap subur. Bakteri ini

misalnya antara lain Azotobactervinelandii yang hidup bebas dan

menghasilkan amonia berlimpah di dalam tanah sehingga mampu


menyuburkan tanaman, khususnya kelompok jagung-jagungan dan gandum.

Clostridium pasteurinum, hidup bebas dalam berbagai kondisi tanah dalam

lingkungan anaerob. Rhizobium leguminosum yang bersimbiosis dengan

tanaman jenis polong-polongan (leguminoceae) yang membentuk bintil-bintil

akar. Nitrosomonassp. Dan Nitrosococcussp, yang berperan mengubah

amonia menjadi nitrit serta nitrobacter yang bermanfaat mengoksidasi nitrit

menjadi nitrat dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyono,

2014).

C. Pupuk
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting

dalam meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan

secara efisien, agar diperoleh produksi yang optimal dan meningkatkan

pendapatan petani serta tidak mencemari lingkungan. Dalam rangka program

pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka penerapan

pemupukan berimbang harus dilakukan. Penerapan pemupukan berimbang

akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi tanaman, mampu

menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang dapat mengurangi

pencemaran lingkungan (Hartatik dan Setyorini, 2008).

D. Kompos
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah

mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme

(bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut

seperti dedaunan, rumput,kotoran hewan, jerami, sisa-sisa ranting dan bahan,

rontokan kembang dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme


tersebut didukung oleh keadaan yang basah dan lembab. Di alam terbuka,

kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses

tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan

berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak.

Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia.

Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung

wajar sehingga bias diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono,

2000).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Maret 2019 pukul 13.00-

17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Unit MIPA Lama, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama bahan dan kegunaannya
No Nama Bahan Kegunaan
1 2 4
1 Sabut kelapa Sebagai sumber karbohidrat dalam pembuatan MOL
2 Nasi basi Sebagai sumber karbohidrat dalam pembuatan MOL
3 Buah-buahan busuk Sebagai sumber karbohidrat dalam pembuatan MOL
4 Air kelapa Sebagai sumber mikroorganisme dalam pembuatan
MOL
5 Gula jawa Sebagai sumber glukosa dalam pembuatan MOL
6 Air Sebagai pelarut
7 Gedebok pisang Sebagai sumber karbohidrat untuk pembuatan MOL
8 Limbah sayuran Sebagai sumber karbohidrat untuk pembuatan MOL
9 Kulit Ubi Sebagai sumber karbohidrat untuk pembuatan MOL
10 Ragi Sebagai sumber mikroorganisme fermentor
C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2.Nama alat dan kegunaannya


No Nama Alat Kegunaan
1 2 4
1 Baskom Sebagai wadah fermenti MOL
3 Botol aqua Sebagai wadah fermentasi MOL

4 Selang Sebagai penghubung larutan MOL saat


fermentasi ke dalam aqua
5 Pisau Untuk memotong gula jawa serta buah-buahan
yang akan dihancurkan
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. MOL dari Sabut Kelapa
a. Memasukkan sabut kelapa ke dalam drum.
b. Memasukkan air sampai semua sabut kelapa terendam air.
c. Menutup drum dan dibiarkan selama dua minggu.
d. Setelah dua minggu, air berwarna cokelat kehitaman siap digunakan

sebagai MOL.
2. MOL dari Nasi Basi
a. Membuat bulatan sebesar bola pimpong menggunakan nasi basi dengan

2 perlakuan. Perlakuan pertama, bulatan nasi basi disimpan dalam

wadah dan diletakkan di ruang galap selama seminggu. Perlakuan

kedua yaitu yaitu tanpa disimpan selama satu minggu.


b. Memasukkan nasi basi ke dalam botol, kemudian dicampur dengan air

gula lalu dihomogenkan.


c. Menutup botol yang telah tercampur dengan nasi basi dan memberi

lubang pada tutup botol lalu dibiarkan selama empat hari.


d. Setelah empat hari, sebelum dibuka sebaiknya mengocok botol terlebih

dahulu sambil membuka penutup botol agar kandungan gas dapat

keluar.
e. MOL siap untuk digunakan.
3. MOL dari Buah-buahan Busuk
a. Memasukkan buah-buahan busuk yang telah dihaluskan ke dalam

drum.
b. Menambahkan air kelapa dan gula.
c. Mengaduk bahan hingga tercampur merata.
d. Menutup baskom dengan penutup, memberi lubang untuk aerasi.
e. Memfermentasi bahan selama dua minggu sebelum digunakan.
4. MOL dari Gedebok Pisang
a. Memotong gedebok pisang.
b. Mencampurkan batang pisang dengan gula jawa.
c. Memasukkan ke dalam baskom dan atur hingga memadat.
d. Menambahkan sisa gula jawa.
e. Menutup rapat dan dibiarkan selama dua minggu.
f. Memeras campuran gedebok pisang dan diambil airnya.
5. MOL dari Limbah Sayuran
a. Memotong limbah sayuran.
b. Memasukkan ke dalam ember
c. Menaburkan garam diatasnya.
d. Menyiram dengan air larutan gula merah.
e. Menambahkan air hingga ¾ ember.
f. Mengaduk rata hingga garam dan gula benar-benar melarut.
g. Menutup rapat dengan plastik dan ikat erat. Memberikan air diatas

plastik, hingga plastik cekung.


h. Menyimpan selama 2 minggu.
i. MOL siap digunakan.
B. Pembahasan

MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme

hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita.

MOL biasa digunakan dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan

organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. MOL juga

berperan sebagai pestisida alami bagi beberapa hama. Praktikum kali ini akan

dibuat berbagai jenis MOL menggunakan bahan yang berbeda-beda, seperti

sabut kelapa, buah busuk, nasi basi, bonggol pisang, sayur busuk dan kulit ubi.

Pembuatan MOL sendiri sangatlah mudah, kita hanya perlu

mencampurkan bahan yang telah kita sediakan tadi dengan air dan campuran

glukosa dan mendiamkannya selama beberapa hari. Pada bahan baku sabut

kelapa tidak perlu ditambahkan gula, namun hanya menggunakan air sad an

diamkan selama beberapa hari maka MOL siap digunakan. Pada Pada
percobaan ini kami juga mencoba bereksperimen menggunakan limbah kulit

ubi yang belum pernah dicoba sebelumnya. Pada pembuatan MOL ini, bahan

bahan yang akan diolah terlebih dahulu dicincang halus untuk mempermudah

proses pembuatan MOL.

Berdasarkan percobaaan yang telah dilakukan semua bahan mengalami

keberhasilan kecuali pada bahan baku sayur busuk. Keberhasilan pembuatan

MOL dapat ditandai dengan bau yang tidak berbau busuk. Kegagalan dalam

pembuatan MOL ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu

mikroba yang terdapat pada bahan baku tersebut tidak mampu merombak

bahan bahan organik tersebut. Mikroorganisme yang berperan dalam proses

pembuatan MOL diantaranya adalah Bacillus, Rhizopus dan lain-lain

V. PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan MOL dilakukan dengan cara menghaluskan bahan yang akan

digunakan terlebih dahulu kemudian campurkan dengan air dan tambahan

gula, kecuali pada sabut kelapa.


2. Mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan MOL ini contohnya

adalah Bacillus aureus.

B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah agar praktikan

lebih memperhatikan pada saat asisten sedang menyampaikan atau menjelaskan

materi.

DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, R. D., Saraswati, Purwani, dan Kadir., 2008, Aplikasi Pupuk hayati dan
Dekomposer pada Padi Sawah, PenebarSwadaya, Jakarta.

Hidayat, 2006, Mikrobiologi industry, Andi offset, Yogyakarta.

Mulyono, 2014, Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga, PT
Agro MediaPustaka, Jakarta Selatan.

Murbandono, 2000, Membuatkompos, PenebarSwadaya, Jakarta.

Simamora, Suhut, dan Salundik., 2006, Meningkatkan Kualitas Kompos,


AgroMediaPustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai