Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam lintasan sejarah dakwah, pemikiran dan gerakan dakwah Hasan Al-Banna
selalu aktual dibicarakan, pemikirannya menginspirasi para pelaku dakwah di dunia Islam
termasuk di Indonesia. Konsepsi pemikirannya berakar dari landasan teologis ,filosofis,
idiologis dan visioner, Hasan Al-Banna mampu mengidentifikasi persoalan-persolan dan
tantangan yang akan dihadapi ummat Islam masa yang akan datang, baik tantangan intern
umat maupun ekstern salah satunya adalah memberikan motivasi kepada umatnya untuk
melepaskan diri dari imperialisme dan penjajahan.
Hasan Al-Banna merupakan sosok pendakwah yang memiliki jiwa militansi yang
agung siap dengan segala resiko dan konsekuensinya dalam menjalankan tugas sucinya.
Dengan ketegaran dan ketulusan yang dimilikinya membuat pemikiran dan gerakan
dakwanya berkembang pesat keseluruh dunia Islam hingga saat ini , walaupun di tempat
kelahirannya gerakan dakwah Hasan al-Bana yang terorganisir melalui Ihkwanul Muslimin
dibubarkan di Mesir. Organisasi gerakan dakwah Ihkwanul Muslimin merupakan alat dan
strategi untuk mengembangkan pemikiran dakwahnya sehingga dapat berkembang pesat
walaupun secara kelembagaan telah dibubarkan, namun idiologi dan pemikirannya masih
hidup dan bersemi dikalangan pengikutnya.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana biografi Hasan al- Banna?
b. Bagaimana pemikiran dan gerakan politik Hasan al- Banna?
c. Bagaimana sejarah lahir, dan gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin?
3. TUJUAN
a. Mengetahui biografi Hasan al- Banna
b. Mengetahui pemikiran dan gerakan politik Hasan al- Banna
c. Mengetahui sejarah lahir, dan gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Hasan al-Banna

Nama lengkap Hasan Al-Banna adalah Imam Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-
Banna, lahir pada 14 Oktober 1906 di kota Mahmudiah, kawasan Iskandariyah 1terletak di tepi
sungai Rasyid yang terhubung ke sungai Nil, posisinya berada di tengah-tengah antara jalan
utara nenuju Iskandaria dan selatan menuju Kairo, ayahnya bernama Syaikh Abdurahman Al-
Banna. Abdurrahman Al-Banna kakek Hasan Al-Banna adalah seorang pembesar di desa Syam
Syriah. Beliau mempunyai dua anak laki-laki, ahmad dan Muhammad. Ahmad menghabiskan
waktunya untuk mencari ilmu di Al-Azhar, sedangkan Muhammad bekerja di desanya. Ketika
Abdurrahman Al-Banna meninggal, keduanya berselisih tentang warisan. Namun ayahnya
Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna mengalah dan meninggalkan desanya pergi menetap di
Mahmudiyah. Syaikh Abdurrahman Al-Banna dikenal dengan sebutan As-sa’ati ( tukang jam)
tinggal di sebuah kota yang relatif sepi, ia adalah seorang pendatang untuk bekerja sebagai
pembuat dan tukang memperbaiki jam. Setiap hari disamping bekerja ia selalu mencurahkan
perhatiannya untuk mempelajari hadis dan menelurusi musnad-musnadnya, sejak saat itu ia
mulai mencurahkan perhatiannya kepada musnad Ahmad bin Hambal yang dianggapnya
sebagai ensiklopedia Sunnah Rasul terbesar.1

Sosok Syekh Abdurrahman dikenal sebagai seorang yang memiliki toleransi murah hati
dan penuh ketawaduan, sehari hari ia tinggal di rumah dengan membuka jasa perbaikan jam,
bersama-sama temannya dan para ulama ia sering melalukan diskusi mengenai ilmu-ilmu
keislaman, kediamannya banyak dipenuhi dengan buku-buku dan kitabkitab yang tebal. Sisi
kehidupan sosialnya termasuk sederhana murah rejeki dan sejahtera, ia memiliki sebuah
perpustakaan yang cukup besar dengan berbagai koleksi kitab-kitabnya yang terkenal antara
lain : Al-Kutub AsSittah, Mu’atata Malik, Musnad As-Safi’i dan Musnad Ahmad, beliau juga
menyusun beberapa buku diantaranya Bada’i u Al-Musnad Fiy Jama’i Wa Tartib Musnad Asy-
Syafi’i. Beliau juga memberikan syarah kepada kitab tersebut juga menyusun Musnad Al-Al-

1
Samian Hadisaputra, Kontektualisasi Pemikiran Dakwah Hasan Al-Banna, Aqlania, Vol. 08. No. 01 (Januari-Juni)
2017 ISSN: 2087-8613

2
A’imah Al-Arabiyah yang kemudian di syarah sendiri dan diberi nama Bulugu Al-Amani min
Asrori Al-Fathu Ar-Rabbani. Hasan Al-Banna hidup dalam keluarga yang kental dengan nuansa
Islam yang selalu menjunjung tinggi dan mengamalkan ajaran Islam. Pada usia 16 tahun,
ayahnya mengizinkannya menggunakan kitab-kitab simpanan ayahnya untuk dibaca, hingga
akhirnya Hasan Al-Banna dapat memahami Islam dan Bahasa Arab dengan baik. Beranjak
dewasa ia belajar di Mahmudiyah kemudian melajutkan ke Madrasah Al-Mualimin Al-
Alawiyah di Damanhur. Kemudian melajutkan pendidikannya di Mesir kehidupan Hasan Al-
Banna relativ sederhana, berhias dengan sifat penuh ketawaduan sehingga banyak mendapatkan
simpati dari banyak teman-temannya. Ia meraih gelar diploma dari Daarul-Ulum ketika berusia
dua puluh satu tahun, selanjutnya pada tanggal 20 September 1927 M, ia ditugaskan ke sekolah
Al-Isma’iliyah Al-Ibtida’iyah sampai akhirnya berpindah ke Kairo pada tahun 1933.2

Hasil Karya Hasan Al-Banna Hasan Al-Banna adalah tokoh besar pendiri dan penggagas
ikhwanul Muslimin, tentunya tokoh besar yang disematkan kepada beliau tidak terlepas dari
karya-karyanya yang monumental. Adapun dari sekian banyak karya ilmiah Hasan Al-Banna
adalah sebagai berikut:

1. Risalah Ta’lim adalah peninggalan paling berharga Hasan Al-Banna, merupakan buah
pandang yang bernash dan jitu terhadap perjalanan sejarah, realitas umat, dan
pemahamannya yang akurat tentang nash-nash syariat. Risalah Ta’lim terdiri atas
mukadimah, dua bagian sub judul; Rukun-rukun Bai’at dan Kewajiban-kewajiban seorang
Mujahid, dan penutup.
2. Usul Isyrin adalah salah satu tulisan yang ditulis oleh Hasan Al-Banna, yang merupakan
hasil karya yang sangat penting, karena kitab ini mengandung beberapa perkara yang wajib
dipercayai dan diketahui oleh setiap Muslim dan wajib diikuti dalam perilaku dan tindak-
tanduknya; baik untuk menjalin hubungan yang erat kepada Khaliq-Nya dan untuk
menjalin hubungan yang erat terhadap sesama manusia. Di dalam Usul Isyrin ini, imam
Hasan Al-Banna menerangkan berbagai perkara yang tidak sepatutnya terjadi perselisihan
pendapat (pertikaian) dalam hal-hal yang berkenaan dengan aqidah, karena aqidah harus
difahami sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an al-Karim dan Sunnah An-
Nabawiyah.

2
Raudhatul Jannah, Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna, Analytica Islamica: Vol. 6 No. 1 Januri-Juni 2017

3
3. Mu“akirãt ad-da’wah wa-dai’yah’ (Catatan Dakwah dan Pendakwah) Inilah hasil karyanya
yang terulung. Buku ini terbagi kepada dua bagian. Bagian pertama menyentuh kehidupan
pribadinya dan bagian kedua pula ialah mengenai kegiatan Al-Ikhwan Al-Muslimun.
4. Al-Ma’cûrãt, Buku ini ialah himpunan do’a-do’a dan zikir yang disusun oleh Hasan Al-
Banna sendiri.Al-Ma’cûrãt dibaca beramai-ramai oleh para anggota Al-Ikhwan Al-
Muslimun sebelum sholat magrib. Ia merupakan pembaharuan ikrar mereka kepada Allah
SWT dalam menjalankan dakwah Islamiah yang diyakini Al-Ikhwan Al-Muslimun.
5. Majmû’ãh Rasãil (Kumpulan Surat-Surat) adalah karya monumental Imam Hasan Al-
Banna yang menjadi rujukan penting bagi pergerakan Al-Ikhwan al-Muslimun.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah
pergerakan yang memberikan inspirasi bagi kebangkitan kaum muslimin di berbagai
Negara. Karena itu para aktivis Islam perlu mengkajinya, agar mendapatkan gambaran dan
contoh konkrit dalam mengusung Kebangkitan Islam Kontemporer. Dalam Majmû’ãh
Rasãil, Imam Hasan Al-Banna mengingatkan kepada seluruh ikhwah untuk selalu berada
di barisan terdepan dalam memberikan kontribusi dakwah.

B. Pemikiran dan Politik Hasan al-Banna

Delapan pilar politik Hasan Al-Banna yang selalu mendapat kritikan dari berbagi kalangan
adalah sebagai berikut:

1. Memadukan antara Islam dan politik (agama dan negara) Hasan Al-Banna berusaha keras
mengajarkan umat Islam tentang Syumuliyatul Islam (kesempurnaan Islam). Apalagi di
awal dakwahnya, masyarakat Mesir masih memahami Islam secara parsial. Bahwa Islam
adalah rukun iman dan rukun Islam. Sementara politik, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain
tidak masuk dalam urusan din Islam. Hasan Al-Banna dalam banyak kesempatan sangat
menekankan pentingnya kembali pada syumuliyatul Islam. Begitupun beliau
mencantumkan pembahasan ini di awal ushul isyrin (20 prinsip pokok Ikhwanul Muslimin
dalam memahami Islam). Dalam lingkup inilah dakwah Hasan Al-Banna berada. Ia ingin
menghilangkan pemikiran sempit yang mengurung Islam dalam ritual tertentu. Ia ingin
membina umat Islam dengan pemahaman dan cakrawala luas yang bisa menggiring
terbentuknya pribadi Islam yang diidam-idamkan

4
2. Membangkitkan kesadaran wajib membebaskan tanah air Islam Inilah pilar kedua dalam
tarbiyah politik Hasan Al-Banna. Memperkuat kesadaran dan memicu sentimen wajib
membebaskan tanah air Islam dari penjajahan dan penguasaan asing. Meskipun saat itu
Mesir sendiri masih berada di bawah penguasaan Inggris, Hasan Al-Banna juga berpikir
jauh ke negara-negara lain yang harus dibebaskan dari penjajahan dan penguasaan asing,
termasuk Indonesia. Tentu saja ini adalah implikasi dari pemahaman bahwa umat Islam
adalah satu tubuh dan tanah air Islam tidak dibatasi oleh sekat-sekat geografis, melainkan
seluruh bumi di mana di atasnya dikumandangkan syahadat. Upaya menyadarkan umat ini
juga ditunjukkan secara faktual dengan keterlibatan Ikhwan mengusir penjajah dari Mesir
dan Sudan, pengiriman mujahidin ke Palestina, sampai menekan pemerintah agar
mendukung kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
3. Membangkitkan kesadaran wajib mendirikan pemerintahan Islami Pilar yang kedua di atas
sebenarnya hanyalah sarana. Tujuan utamanya adalah menegakkan eksistensi umat Islam
agar hidup dengan aqidah dan syariat Islam. Untuk itu, setelah membebaskan negara dari
penjajahan dan penguasaan asing, target berikutnya adalah mendirikan pemerintahan yang
islami. Eksistensi umat Islam tidak bisa tegak kecuali jika belenggu penjajahan di segala
aspek, baik ekonomi, politik, undang-undang, dan sebagainya bisa dibebaskan, lalu diatur
dengan sistem Islam. Dari sini kita mengetahui, bahwa mendirikan pemerintahan Islami
merupakan kewajiban, sekaligus kebutuhan yang mau tidak mau harus ditunaikan. Atas
dasar inilah sampai saat ini Ikhwan di berbagai negara berupaya merealisasikan tarbiyah
politik Hasan Al-Banna untuk mendirikan pemerintahan islami baik dengan mendirikan
partai politik atau metode lain. Namun demikian, mendirikan pemerintahan Islami ini
bukan hanya tugas Ikhwan dan siapapun yang berhasil mendirikan perlu didukung
bersama.
4. Menegakkan eksistensi umat Islam Pilar keempat dari tarbiyah politik Hasan AlBanna
adalah menegakkan eksistensi umat Islam agar mampu mengatur kehidupan masyarakat
Islam di wilayah negaranya dan juga dunia internasional dalam satu ikatan di bawah panji
Islam. Islam telah membuktikan tegaknya eksistensi umat dalam skala besar,
mengumpulkannya dengan aqidah yang satu, syariat yang satu, nilai-nilai yang sama, adab
yang sama, pemahaman dan syariah yang sama serta dalam satu kiblat. Cukuplah
mempersatukan umat dengan tiga perkara: pertama, kesatuan referensi (wihdatul

5
maraji’iyah), semuanya berhukum dengan syariah Islam yang bersandar pada Al-Qur’an
dan Sunnah; kedua, kesatuan tanah air Islam (wihdatu darul Islam), meskipun terdiri dari
banyak negara yang jaraknya berjauhan; ketiga, kesatuan kepemimpinan (wihdatul
qiyadah as-siyasiyah), yang diwujudkan dengan khalifah sebagai pemimpin tertinggi.
5. Menyadarkan kewajiban persatuan Islam Pilar kelima ini melengkapi pilar keempat, yaitu
membangun kesadaran wajib mempersatukan umat. Pilar ini merupakan tuntutan wajib
dalam Islam sekaligus tuntutan aksiomatik secara duniawi. Dalam hal ini tidak ada
kontradiksi antara persatuan Islam dan nasionalismeyang kita kenal. Persatuan Islam juga
tidak menganulir paham kebangsaan atau kesukuan. Dalam risalah dakwatuna, Hasan Al-
Banna telah menjelaskan bagaimana sikapnya terhadap berbagai paham termasuk
nasionalisme dan kebangsaan. Meskipun istilahnya sama, tetapi ada berbagai varian yang
dimaksudkan dengan satu istilah itu. Dan karenanya, kita tidak boleh
menggeneralisasinya.3
6. Menyambut Sistem Undang-undang dan Parlementer Terkadang sebagian orang dan
sebagian ikhwan mendengarkan slogan “Al-Qur’an dusturuna” itu artinya mereka
menolak hukum positif apapun. Akan tetapi sebenarnya, yang dimaksud dengan slogan itu
adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan tertinggi, kepadanyalah kita kembalikan
segala urusan. Maka aturan-aturan di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan Al-
Qur’an. Dengan demikian, boleh bagi umat Islam untuk membuat aturan-aturan yang lebih
detail yang merupakan pejabaran dari Al-Qur’an untuk diimplementasikan dalam
kehidupan praktis, serta aturan-aturan detail lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan
Aqidah dan syariat Islam
7. Mengkritisi Multipartai dan Kepartaian Pilar ke-7 dari tarbiyah politik Hasan AlBanna
adalah ketidaksetujuannya dengan partai-partai yang ada di Mesir saat itu serta
ketidaksetujuannya terhadap multipartai. Hasan Al-Banna melihat bahwa banyaknya
partai justru membawa mafsadat bagi umat karena yang terjadi adalah perpecahan umat
akibat sikap fanatik pada partai. Di samping itu, partai-partai yang ada juga tidak mewakili
umat secara benar, bahkan cenderung dibangun hanya untuk meraih kekuasaan tanpa
memiliki basis ideologi Islam. Tidak banyak perbedaan program dari semua partai, tetapi
semuanya ingin berkuasa dan mendapatkan keuntungan materi. Karenanya, Hasan Al-

3
Muhammad Iqbal, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), 65

6
Banna lebih setuju pada konsep partai tunggal agar rakyat—Mesir khususnya, saat itu—
bisa bersatu dan lebih mudah mencapai tujuan.4

C. Lahirnya Ikhwanul Muslimin


Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan paling berpengaruh pada abad dua puluh yang
mengarahkan kembali masyarakat Muslim ke tatanan Islam murni. Ikhwanul Muslimin
didirikan tahun 1928 oleh Hasan al-Banna bersama enam tokoh lainnya yaitu Hafidz Abdul
Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-
Maghribi. Pada saat itu ia berusia 22 tahun dan bekerja sebagai seorang guru. Setelah beberapa
lama berda’wah di warungwarung kopi kemudian Hasan al-Banna pindah dari warung kopi ke
mushalla (Zawiyah), Zawiyah inilah beliau berbicara dan mengajarkan praktek ibadah, dan
meminta kepada mereka agar meninggalkan kebiasaan hidup boros bermewahmewahan. Para
pendengar menyambutnya dengan baik. Hasan Al Banna juga memperluas interaksinya kepada
seluruh unsur yang berpengaruh terhadap masyarakat, yaitu para ulama, Syeikh kelompok sufi,
tokoh ma syarakat (wujaha), dan berbagai perkumpulan-perkumpulan. Pada bulan Dzul Qo’dah
tahun 1347 H atau bulan Maret 1928 M, datanglah 6 orang laki-laki yang tertarik dengan da’wah
Hasan Al-Banna, mereka adalah: Hafiz Abdul Hamid (tukang bangunan), Ahmad A Hushor
(tukang cukur), Fuad Ibrahim (tukang gosok pakaian), Ismail Izz (penjaga kebun), Zaki Al
Maghribi (tukang rental dan bengkel sepeda), dan Abdurrahman Hasbullah (supir). Mereka
berbicara kepada Hasan Al-Banna tentang apa yang harus mereka lakukan demi agama dan
mereka menawarkan sebagian harta milik mereka yang sedikit. Mereka pun meminta Hasan Al-
Banna menjadi pimpinan mereka. Lalu mereka berbai’at kepadanya untuk bekerja demi Islam
dan mereka bermusyawarah tentang nama perkumpulan mereka. Imam Al Banna berkata: “Kita
ikhwah dalam berkhidmat untuk Islam, dengan demikian kita Al Ikhwanul Muslimin”.
Setelah beberapa bulan jumlah pengikut jama’ah menjadi 76 orang, kemudian terus
bertambah. Dan mereka mendermakan harta mereka untuk da’wah sampai dapat membeli
sebidang tanah untuk dibangun diatasnya markas jama’ah: Darul Ikhwanul Muslimin, terdiri
dari 1 masjid, 1 sekolah untuk putra, 1 sekolah untuk putri, dan nadi (tempat pertemuan) ikhwan.
Hasan Al-Banna dalam gerakannya untuk mengubah mode intelektual elite menjadi gejala
popular yang kuat pengaruhnya pada interaksi antara agama dan politik, bukan saja di Mesir,

4
Yuni Fadilah Rahmi, Pemikiran Politik dan Dakwah Hasan Al-Banna, Manthiq Vol. 2, No. 1, Mei 2017

7
namun juga di dunia Arab dan Muslim. Hasan Al-Banna merupakan tokoh kharismatis yang
begitu dicintai oleh pengikutnya. Negeri muslim yang bersatu sebagai suatu negara, yaitu al-
khilafah
Pada masa awal, orang-orang ikhwan menyebarkan pemikiran menuju utara dan selatan
Mesir. Setelah itu mulai dibuat struktur organisasi Ikhwanul Muslimin dan mulai membuka
cabang di Suez, Abu Soweir dan Mahmoudiyah pada 1932. Pada tahun 1934, Ikhwanul
Muslimin membentuk Divisi Persaudaraan Muslimah, anggotanya masih 100 orang. Pada tahun
1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Pada saat
Ikhwanul Muslimin berkembang pesat, organisasi ini dibekukan oleh Perdana Mentri Mesir,
Muhammad Fahmi Naqrasyi dan tidak lama kemudian Muhammad Naqrasyi muncul dalam
berita penculikan. Hal ini membuat banyak orang curiga terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin.
Hasan al-Banna meninggal secara misterius pada 12 Februari 1949. Pada tahun 1950,
pemerintah Mesir, Mustafa an-Nuhas Pasha merehabilitasi Ikhwanul Muslimin dan
menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul
Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian pada 23 Juli 1952,
Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib mengajak bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin
dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tetapi
Ikhwanul Muslimin menolak dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk
Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena
hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi.
Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai
dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar
Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat
dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan
Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen
Mesir.

D. Gerakan Dakwah Ikhwanul Muslimin


Prinsip gerakan dakwah Hasan Al-Banna tertuang dalam sebuah organisasi Islam besar
yakni Ikhwanul Muslimin yang meletakkan dasar pemikirannya yang menggunakan referensi

8
utamanya adalah Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam menyeru dan mengajak
umatnya untuk selalu mentaati peritah dan menjauhi larangan-Nya. Hasan Al-Banna
memperjelas pendiriannya dengan selalu mengutip firman-firman Allah disertai dengan
penafsirannya secara faundamental untuk menggerakan semangat jihad dan semangat beramal
Hasan Al-Banna lebih mempertegas hakikat keimanan tersebut dengan mengatakan bahwa
seluruh prinsip yang mendasari kehidupan, kebangkitkan, dan kebahagian umat, telah
diletakkan oleh pencipta yang maha Tinggi dan maha Mulia dalam agama ini. Adapun gerakan-
gerakan dakwah Hasan Al-Banna dalam Ikhwanul Muslimin antara lain sebagai berikut:
1. Gerakan dakwah Robbaniyah Menurut Hasan Al-Banna bahwa prisip Robaniyah
merupaka pilar utama dalam materi dakwah yang intinya mengajak manusia untuk
mengenal Tuhannya serta berusaha memperkuat hubungan manusia dengan Khaliknya.
Dengan menanamkan sifat-sifat Robbaniyah kepada umat manusia , maka akan terwujud
kekuatan spiritual dan kemuliaan, mengangkat jiwa-jiwa mereka yang terbelenggu oleh
perbudakan material. Gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin selalu menyatakan dalam lubuk
hati para pengikutnya dengan kalimat “ Allahu Ghoyatuna “ (Allah adalah tujuan kami ),
maka dari itu sasaran dakwah yang pertama adalah dakwah yang mengajak manusia agar
memperkuat kembali hubungannya dengan Allah, sehingga manusia dapat menomor
duakan hal-hal yang duniawi. Penanaman nilai-nilai ketuhanan (Tauhid) menjadi corak
yang Kontektualisasi Pemikiran Dakwah Hasan Al-Banna paling utama dalam gerakan
dakwah Hasan Al-Banna, dakwah tersebut memberikan solusi atas berbagai persoalan-
persoalan umat manusia dalam menghadapi kejumudan dan materialisme.5
2. Gerakan Dakwah ‘Alamiyah
Hasan Al-Banna menegaskan bahwa dakwah harus dilsampaikan kepada seluruh umat
manusia yang bersifat universal tanpa membedakan suku dan ras, karena pada dasarnya
seluruh manusia adalah sama dan bersaudara, asal kejadian mereka sama, hanya yang
membedakan adalah terletak pada ketaatannya. Dakwah Hasan Al-Banna menembus batas
batas geografi dan negara, sehingga menyebar keseluruh pelosok dunia, ia tidak meyakini
prinsip rasialisme dan tidak mendukung fanatisme madzhab dan fanatisme yang bersifat
asobi’ah ( golongan). Hasan Al-Banna mengutip firman Allah yang artinya “ Hai sekalian
mausia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan

5
Hasan-Al-banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2 (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2012), 65

9
darinya Allah menciptakan isinya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” 4 (An-Nisa : 1).
3. Gerakan Dakwah Tamyuz
Sebagaimna diungkapkan dalam risalah Mu’tamar Khamis bahwasannya : Islam tertanam
dalam diri anak turun mereka dengan bentuknya yang bermacam-macam ada yang
mendekati, ada yang agak jauh, ada yang sama sekali tidak sesuai dengan Islam pertama
yang pernah diterpkan dengan sempurna oleh Rsulullah saw dan para sahabatnya. Umat
Islam harus menata dan mewarnai seluruh aspek hidupnya dengan ajaran dan syari’at
Islam, sejalan dengan kaidah-kaidahnya dan menjadikan ajarannya sebagai pijakan, bila
umat masih ingin menjadi muslim yang benar.
4. Gerakan dakwah Symumul (universal) Ikhwanul Muslimin memiliki corak gerkan
dakwah yang lebih menyeluruh meliputi berbagai aspek yakni dakwah Salafiyah, tariqah
sunniyah ( mengikuti sunnah Rasul), hakekat kesufian, organisasi politik, klub olah raga,
ikatan keilmuan serta perekonomian dan fikroh sosial. Hal tersebut bisa dilihat dari
integritas makna kandungan Islam yang diwujudkan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan
dan aktifitas yang diperlukan oleh umat manusia. Makna kandungan Islam telah menyatu
dengan Ikhwanul Muslimin sehingga fikranyapun menyentuh seluruh aspek kehidupan.
Pada saat orang lain menggarap salah satu aspek dengan mengabaikan aspek lainnya,
Ikhwanul Muslimin berusaha menggarap semuanya dan menyadari bahwa Islam telah
mampu memenuhi semua aspek tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Imam Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna lahir pada 14 Oktober 1906 di kota
Mahmudiah, kawasan Iskandariyah 1terletak di tepi sungai Rasyid yang terhubung ke sungai Nil,
posisinya berada di tengah-tengah antara jalan utara nenuju Iskandaria dan selatan menuju Kairo.
Darah keturunan dari seorang Syekh dan keluarga yang kental dengan nuansa Islam membuatnya
ahli dalam ilmu agama. Ia dapat memahami Islam dan Bahasa Arab dengan baik berkat membaca
kitab-kitab milik ayahnya. Ia meraih gelar diploma dari Daarul-Ulum ketika berusia dua puluh satu
tahun. Selanjutnya pada tanggal 20 September 1927 M, ia ditugaskan ke sekolah Al-Isma’iliyah
Al-Ibtida’iyah sampai akhirnya berpindah ke Kairo pada tahun 1933.

Buah pemikiran dan ide-idenya yang cemerlang tidak jarang mendapat kritikan dari
berbagi kalangan. Ia berhasil menjadi tokoh besar pendiri dan penggagas Ikhwanul Muslimin,
tentunya tokoh besar yang disematkan kepada beliau tidak terlepas dari karya-karyanya yang
monumental. Pada tahun 1928 ia mendirikan Ikhwanul Muslimin bersama enam tokoh lainnya.
Hasan Al-Banna dalam gerakannya untuk mengubah mode intelektual elite menjadi gejala popular
yang kuat pengaruhnya pada interaksi antara agama dan politik, bukan saja di Mesir, namun juga
di dunia Arab dan Muslim. Hasan Al-Banna merupakan tokoh kharismatis yang begitu dicintai
oleh pengikutnya. Orang-orang ikhwan menyebarkan pemikiran menuju utara dan selatan Mesir.
Pada saat Ikhwanul Muslimin berkembang pesat, organisasi ini dibekukan oleh Perdana Mentri
Mesir, Muhammad Fahmi Naqrasyi. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul
Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, Raudhatul. Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna, Analytica Islamica: Vol. 6
No. 1 Januri-Juni 2017

Hadisaputra, Samian. Kontektualisasi Pemikiran Dakwah Hasan Al-Banna, Aqlania, Vol. 08.
No. 01 (Januari-Juni) 2017 ISSN: 2087-8613

Rahmi,Yuni Fadilah. Pemikiran Politik dan Dakwah Hasan Al-Banna, Manthiq Vol. 2, No. 1,
Mei 2017

Al-Banna, Hasan. 2012. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2. Solo. PT Era Adicitra
Intermedia

Iqbal, Muhammad. 2010. Pemikiran Politik Islam. Jakarta. Kencana

12

Anda mungkin juga menyukai