Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Matematika yang dibimbing
oleh Ibu Fitri Dewi Andani, M.Pd.I dengan judul Penilaian Pembelajaran Matematika sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita yaitu Nabi
Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju ke alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kelemahan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………..
Bab I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah……………………………….............................. 4
1.3 Tujuan Masalah……………………………………….……………. 4
Bab II. Landasan Teori
2.1 Pengertian Penilaian………………………………………….…….. 5
2.2 Objek Penilaian…………………………………………………….. 5
2.3 Tujuan Penilaian dalam Pembelajaran Matematika………………... 6
2.4 Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan………………………………. 6
Bab III. PEMBAHASAN
3.1 Standar Materi Matematika SD/MI………………………………... 7
3.2 Metode Penilaian dalam Pembelajaran Matematika……………...... 7
3.3 Kompetensi dan Keterampilan dalam Pembelajaran Matematika…. 8
3.4 Media/Alat Peraga Matematika SD/MI…………………………..... 9
Bab IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………… 12
Daftar Pustaka………………………………………………………………..
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja Standar Materi Matematika untuk SD/MI?
1.2.2 Apa saja metode yang digunakan untuk penilaian matematika?
1.2.3 Apa saja kompetensi-kompetensi dan keterampilan yang terdapat dalam pembelajaran
matematika?
1.2.4 Apa saja media/alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika?
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
2.3 Tujuan Penilaian dalam Pembelajaran Matematika
Dengan mengetaui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam system pendidikan,
maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi penilaian ada beberapa hal :
a) Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain :
1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3) Untuk memilih sisw yang seharusnya mendapat beasiswa.
4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
b) Penilaian berfungsi diagnostic
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan
melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula
sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru
mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya.
c) Penilaian berfungsi sebagai penempatan
System baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat adalah system belajar sendiri.
Sebagai alasan dari timbulnya system ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat/potensi sendiri-
sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang
ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga pendidikan yang besifat
individual kadang-kadang sukar sekali melaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat
melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan
suatu penilaian.
d) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
dasar matematika, tes tetap menjadi salah satu cara pengumpulan data belajar matematika
siswa. Jika tes digunakan, tes juga harus diarahkan pada penggalian informasi yang bervariasi
dan berorientasi tingkat berpikir yang lebih tinggi. Objek belajar matematika yang luas
membutuhkan tes yang lebih terbuka dan memberi kesempatan lebih luas bagi siswa
menunjukkan bagian kompetensi matematis yang sudah dan belum dikuasai.
Penilaian pembelajaran matematika memerlukan beragam teknik, antara lain: tes,
observasi, angket, atau wawancara. Instrumen penilaian pembelajaran matematika dapat
berupa tes, angket, kuesioner, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pemilihan teknik
penilaian disesuaikan dengan teknik penilaian yang digunakan
8
f) Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global
berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis.
g) Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-
nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.
h) Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk
menghadapi berbagai kemungkinan.
i) Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama
dengan orang lain.
Kriteria dalam memilih media pelajaran adalah sebagai ketepatan dengan tujuan
pengajaran, dukungan terhadap isi bahan pelajaran, adanya media bahan pelajaran lebih
mudah dipahami siswa, media yang dipergunakan mudah diperoleh, murah, sederhana dan
praktis penggunaannya, sehingga media tersebut dapat dimanfaatkan siswa selama
pengajaran berlangsung sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Media pembelajaran yang digunakan adalah objek dari matematika seperti benda-
benda fikiran yang sifatnya abstrak. Berarti objek matematika tidak dapat ditangkap/diamati
dengan panca indera. Dengan demikian tidak mengherankan jika matematika tidak mudah
dipahami oleh sebagian siswa SD/MI. Benda-benda fikiran yang bersifat abstrak tersebut
dapat berasal dari benda-benda nyata yang sifatnya konkret dengan melalui abstraksi dan
idealisasi. Dengan demikian, hal yang abstrak tersebut dapat dikurangi keabstrakannya
dengan menggunakan model-model benda konkret. Model benda nyata yang digunakan untuk
mengurangi keabstrakan materi matematika tersebut dinamakan alat peraga pembelajaran
matematika.
Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang
dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak itu dapat disajikan dalam bentuk model-model
berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga mudah
dipahami.
9
Pada dasarnya anak belajar melalui benda konkrit. Untuk memahami konsep matematika
yang bersifat abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara atau media.
Benda-benda tersebut biasanya disebut dengan alat peraga. Penggunaan alat peraga tidak
hanya pembentukan konsep anak tetapi dapat pula digunakan untuk pemahaman konsep,
latihan dan penguatan, pelayanan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah dan lain
sebagainya. Dengan alat peraga, siswa dapat dengan mudah untuk belajar menghitung
dengan menggunakan benda konkret. Misalnya untuk menjelaskan 3 buah mangga,dapat
ditunjukkan kepada siswa 3 buah gambar mangga. Jadi siswa tidak hanya membayangkan
seperti apa buah mangga itu tetapi siswa dapat melihat langsung bagaimana bentuk dari buah
mangga itu.
Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda aslinya, tiruannya,
yang sederhana sampai yang canggih, diberikan dalam kelas atau di luar kelas. Bisa juga
berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang tiga dimensi (ruang), animasi / flash (gerak),
video (rekaman atau simulasi). Teknologi telah mengubah harimau yang ganas yang tidak
mungkin di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam kelas dalam habitat kehidupan yang
sesungguhnya.
Alat peraga pembelajaran sederhana dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti
karton, kardus, styrofoam, dan juga bisa memanfaatkan software-software komputer yang
dapat menciptakan alat peraga. Jika guru belum memiliki kemampuan untuk menciptakan
alat peraga berbasis TIK maka guru dapat memanfaatkan hasil alat peraga yang telah
diciptakan oleh rekan-rekan sejawat yang lain. Eksplorasilah kemampuan pencarian
informasi melalui internet, maka guru akan mendapatkan beragam alat peraga pembelajaran
berbasis TIK yang bisa dipergunakan secara Cuma-Cuma.
Ada beberapa contoh alat peraga yang telah teridentifikasi sangat diperlukan dalam
pembelajaran matematika sesuai SI/KD mulai jenjang kelas I sampai dengan kelas VI sebagai
berikut:
Kelas Media/Alat Peraga
I 1. Blok Dienes/lidi/sedotan/biji-bijian.
2. Model jam.
3. Bangun ruang balok, kubus, prisma, tabung, bola, dan kerucut.
4. Bangun datar segitiga, segi empat, lingkaran.
5. Kartu permainan bilangan untuk penjumlahan dan pengurangan.
6. Timbangan bilangan untuk penjumlahan dan pengurangan .
7. Papan berpetak/berpaku.
II 1. Blok Dienes/lidi/sedotan (alat peraga kelas I).
2. Penggaris.
3. Timbangan benda.
4. Gambar benda-banda untuk menunjukan perkalian 2, 3, 4 dan
lain-lain.Contoh: gambar roda sepeda motor, bemo, dan mobil.
5. Bangun datar segitiga, segi empat, lingkaran (alat peraga kelas I).
6. Kartu permainan bilangan untuk perkalian dan pembagian.
7. Papan berpetak/berpaku (alat peraga kelas I).
III 1. Garis Bilangan.
2. Model uang-uangan.
3. Meteran/timbangan/model jam (alat peraga kelas I dan II).
4. Blok pecahan.
5. Bangun datar (alat peraga kelas I).
6. Kertas buffalo atau sejenisnya yang dibuat petak untuk
menemukan rumus keliling dan luas bangun datar persegi dan persegi panjang.
10
7. Papan berpetak/berpaku (alat peraga kelas I).
8. Kartu permainan bilangan untuk pecahan
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ruang lingkup standar materi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, serta
pengolahan data. Penilaian proses dan hasil belajar matematika siswa dapat dilakukan dengan
teknik tes dan non tes. Teknik tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar aspek kognitif. Teknik non
tes dapat berupa observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, angket, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Kecakapan atau keterampilan matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam
belajar matematika mulai dari SD dan MI adalah menunjukkan pemahaman konsep
matematika yang dipelajari, memiliki kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, grafik atau diagram, menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika, menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat
(merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan
masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda aslinya, tiruannya, yang
sederhana sampai yang canggih, diberikan dalam kelas atau di luar kelas. Bisa juga berupa
bidang dua dimensi (gambar), bidang tiga dimensi (ruang), animasi / flash (gerak), video
(rekaman atau simulasi). Teknologi telah mengubah harimau yang ganas yang tidak mungkin
di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam kelas dalam habitat kehidupan yang sesungguhnya.
Alat peraga pembelajaran sederhana dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti
karton, kardus, styrofoam, dan juga bisa memanfaatkan software-software komputer yang
dapat menciptakan alat peraga.
12
DAFTAR PUSTAKA
13