Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Pemasaran dapat dikatakan merupakan proses penyusunan hubungan terpadu yang
memiliki tujuan memberikan informasi mengenai produk (barang dan jasa)
yang berkaitan dengan kepuasan atas kebutuhan dan keinginan manusia.
Pemasaran berawal dari sebagian atau keseluruhan kebutuhan manusia yang
kemudian berkembang menjadi keinginan manusia untuk mendapatkan nilai lebih.
Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi
konsep pemasaran.
ACFTA adalah regionalisasi perdagangan bebas antara negara China dan
ASEAN. Latar belakang munculnya gagasan tersebut adalah menanggulangi
pergeseran keseimbangan kekuatan ekonomi yang mulai bergerak ke arah negara-
negara timur tengah saat ini. Sehingga perlu adanya usaha untuk membentuk suatu
integrasi perekonomian di negara ASEAN dan China. Kekhawatiran terbesar
pedagang di Indonesia adalah produk-produk luar negeri khususnya produk
China dapat membanjiri pasar Indonesia. Dalam jangka pendek, produk- produk luar
negeri ini kelihatannya menguntungkan bagi masyarakat Indonesia, mengingat
masyarakat mampu memiliki barang-barang dengan harga murah. Namun dalam
jangka panjang, produk-produk ini akan mengancam produksi dalam negeri.
Produsen tidak mampu mengimbangi harga yang ditawarkan oleh China sehingga
kemungkinan pelaku bisnis Indonesia akan beralih dengan menjual produk-produk
dari China.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi dan analisis persaingan pemasaran global?
2. Bagaimana strategi kerjasama dan kemitraan strategi global ?
C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui strategi dan analisis persaingan.
2. untuk mengetahui strategi kerjasama dan kemitraan strategi global.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS INDUSTRI: KEKUATAN YANG MEMENGARUHI PERSAINGAN
Salah satu cara yang bermanfaat untuk memahami pesaing adalah lewat analisis industri.
Definisi industri yang dipakai disini adalah suatu kelompok perusahaan pembuat pabrik
yang mirip satu dengan yang lain dan dapat saling dipertukarkan. Menurut Michael E.
Porter dari Harvard University, salah seorang pakar terkemuka dalam strategi persaingan,
terdapat lima kekuatan yang memmengaruhi persaingan dalam suatu industri: ancaman
dari pendatang baru, ancaman dari produk atau jasa pengganti, kekuatan tawar menawar
dari pemasok, kekuatan tawar-menawar dari pembeli, dan persaingan kompetitif di antara
anggota industri. Kita akan mendiskusikan masing-masing kekuatan ini satu per satu
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru bagi suatu industri membawa kapaitas baru. Keinginan untuk
ikut menikmati pangsa pasar dan meraih posisi, serta amat sering pendekatan baru
untuk melayani kebutuhan pelanggan. Porter menjadikan delapan sumber utama
merupakan penghambat untuk masuk dalam insutri, atau ketidakhadirannya
menentukan sejauh mana ancaman dari pendatang baru dalam suatu industri.
Hambatan pertama, skala ekonomi, mengacu pada menururnnya biaya produk
per unit saat volume absolut dari produksi meningkat per periode. Walaupun konsep
skala ekonomi sering kali berkaitan dengan kegiatan manufaktur, keadaan ini juga
berlaku untuk penelitian dan pengembangan, andministrasi umum, pemassaran, dan
fungsi bisnis yang lain.
Diferensiasi produk, yanag merupakan hambatan besar kedua, adalah sejauh
mana suatu produk dianggap unik, dengan kata lain, apakah produk itu merupakan
suatu komodisi atau bukan. Tingkat tinggi diferensiasi produk dan loyalitas merek,
dapat merupakan hasil dari atribut fisik produk atau dari komunikasi pemasaran yang
efektif, “meikkan mistar” yang harus dilewati oleh calon pemain dalam industri.
Hambatan ketiga memasuki industri berkaitan dengan kebutuhan akan modal.
Modal diperlukan tidak hanya untuk fasilitas manufaktur, (modal tetap) tetapi juga
untuk membiayai litbang, periklanan, penjualan dan servis di lapangan, kredit kepada
pelanggan, dan sediaan (modal kerja).
Hambatan keempat untuk memasuki industri adalah biaya peralihan pada
pembeli untuk perubahan pemasok dan produk. Hal ini termasuk pelatihan ulang,
biaya peralatan pelengkap, biaya mengevaluasi sumber baru, dan sebagainya. Biaya
yang dirasakan oleh pelanggan untuk beralih ke produk pesaing yang baru mungkin
menghadirkan hambatan yang sulit diatasi sehingga mecegah pendatang baru dalam
indstri mencapai sukses.
Hambatan kelima untuk memasuki industri adalah akses pada saluran
distribusi. Kalau saluran distribusi sudah penuh, biaya untuk masuk mahal, atau tidak
tersedia, biaya untuk memasuki industri naik berlipat ganda, karea pendatang baru
harus menciptakan dan mendirikan saluran yang baru.
Kebijakan pemerintah sering kali menjadi penghambat yang besar. Dakam
berbagai kasus, pemerintah secara absolut akan menghambat masuknya pendatang
baru. Hal ini terjadi di sejumlah industri, terutama industri yang kategori pendapatan
rendah, menengah kebawah, dan menengah atas, yang dirancang sebagai industri
nasional oleh pemerintah masing-masing.
Perusahaan yang sudah mantap juga menikmati keunggulan biaya yang tidak
tergantung pada skala ekonomi yang menjadi hambatan untuk memasuki industri.
Akses pada bahan baku, lokasi menguntungkan, dan subsidi pemerintah merupakan
beberapa contoh perwujudannya,
Akhirnya, reaksi pesaiang yang diharapkan dapat menjadi hambatan untuk
memasuki industri. Bila pendatang baru mengharapkan pesaing yang sudah ada
sekarang memberikan respons yang kuat terhadap pendatang yang masuk, harapan
mereka terhadap imbalan untuk mauk ke dalam industri pasti akan terpengaruh.
Keyakinan pesaing potensial bahwa memasuki suatu industri atau pasar pasti bukan
pengalaman yang menyenagkan mugkin menjadi rintangan yang kuat.
G.D. Searle menggunakan “ketrsudutan” “brinkmanshp”, terutama penurunan
harga, untuk merintangi pesaing memasuki pasar pemanis buatan rendah kalori ketika
hak paten Nutrasweet berakhir. Di akhir tahun 1989, Sustse T. Kuipers, seorang
manajer pemasaran di Holland Sweetener Company, mengeluh bahwa “ini adalah
pertempuran brutal dan semua oihak menderita kerugian. [Manajer Nutrasweet]
menyerang hanis-habisan bahkan seandainya mereka harus memberikan produk
secara gratis.” Sebenarnya, beberaapa produsen dari Eropa telah mengundurkaan diri
dari bisnis, membuktikan bahwa kebijakan “brinkmanship” Nutrasweet merupakan
reaksi kompetitif yang efektif untuk mengancam pendatang baru.
2. Ancaman Produk Pengganti
Kekuatan kedua yang mempengaruhi persaingan dalam suatu indusstri adalah
ancaman produk pengganti. Ketersediaan prosuk pengganti memberi batas pada harga
yang dapat ditemtukam oleh pemimpin paar dalam suatu industri; harga yang tinggi
dapat memicu pembeli beralih ke produk pengganti.
3. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Bila pemasok mempunyai daya tuas yang cukup banyak atas perusahaan industri,
mereka dapat menaikkan harga cukup signifikan untuk memengaruhi kemampuan
organisasi pelanggan untuk menghasilkan laba. Beberapa faktor mempengaruhi daya
tawar pemasok :
a. Pemasok akan mempunyai keuggulan bila mereka besar dan jumlahnya relatif
sedikit
b. Kalau produk atau jasa pemaok merupakan masukan penting bagi perusahaan
industri, atau terdiferensiasi, atau menanggung biaya pengalihan, pemasok akan
mempunyai daya tuas yang besar atas pembeli.
c. Pemasok akan menikmati kekuatan tawar-menawar bila bisnis mereka tidak
terancam oleh produk alternatif.
d. Pemauan dan kemampuan pemasok untuk dan mengmbangkan produk dan merek
merka sendiri bila mereka tidak mampu mendapatkan persyaratan yang
memuaskan dari pembeli industri yang mengaruhi kekuatan mereka.
4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Tujuan akhir dari pelanggan industri adalah membayar harga serendah mungkin untuk
memperoleh prosuk atau jasa yang dipergunaka sebagai masukan. Biasanya minat
paling besar dari pembeli terpeuhi bila mereka dapat menurunkan kemampuan
menhasilkan laba dalam industri pemasok. Kondisi-kondisi berikut adalah dimana
pembeli dapat mempunyai kelebihan atas pemaasok :
a. Membeli dalam jumlah besar sehingga perusahaan pemasok tergantung pada
bisnis pembeli agar dapat tetap bertahan hidup
b. Ketika produk pemasok dipandang sebagai komoditi, artinya, sebagai produk
standar atau tidak terdiferensi, pembeli menekan harga dalam tawar-menawar,
karena banyak pperusahaan dapat memenuhi kebutuhan ereka
c. Produk atau jasa industri pemasok mewakili bagian yang signifikan dari biaya
perusahaan pembeli
d. Kemauan dan kemampuan untuk melakukan integrasi ke hulu.
5. Rivalitas Antar Pesaing
Rivalitas antar perusahaan mengacu pada semua tindakan yang diambil oleh
perusahaan dalam industri untuk memperbaiki posisi mereka masing-masing dan
memperoleh keunggukan atas para pesaingnya. Sejaub pesaingan itu menurunkan
harga dan, oleh karena itu, menurunkan kemampuan mnghasilkan laba dan
menciptakan ketidakstabilan dalam industri, itu merupakan faktor negatif. Beberapa
faktor dapat menciptakan persaingan yang ketat :
a. Kalau suatu industri sudh memasuki fase dewasa, peusahaan akan memfokuskan
pada bagian pasar dan cara merebut bagian paar dengan mengorbankan
perusahaan lain
b. Industri dengan karakteristik biaya tetap yang tinggi selalu mendapat tekanan
untuk mempertahankan produksi pada kapasitas puncak untuk menutupi biaya
tetap.
c. Kurangnya doferensiasi atau tidak adanya biaya pengalihan, yang mendorong
pembeli untuk memperlakukan produk atau jasa sebagai komoditi dan mencari
harga paling baik.
d. Perusahaan dengan kepentingan strategik yang tinggi untuk meraih sukses dalam
suatu industri pada umumnya destabilisasi, karena mereka bersedia menerima laba
amat rendah yang tidkk masuk akal, untuk memantapkan diri, mempertahankan
posisi, atau memperluas.
BAB III
PENUTUP
A. Daftar Pustaka
Keegan, Wareen. J. 2007. Manajemen Pemasaran Global. Jakarta: PT.Indeks.