Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI PERPAJAKAN

REKONSILIASI LAPORAN KEUANGAN

Disusun Oleh :

Nama : Yolanda Hamidah

Kelas : AK4C

Nim : 171520108

Dosen Pembimbing : Yeni Widyanti, SE.,M.AK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1-4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5-6

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

2.1 Definisi Rekonsiliasi Laporan Keuangan ............................................. 7

2.2 Definisi Dari Rekonsiliasi fiskal dan komersial ................................ 7-8

2.3 Koreksi Fiskal dan Komersial ........................................................... 8-9

2.4 Jenis Koreksi Fiskal dan Komersial ................................................ 9-13

2.5 Teknik Koreksi Fiskal dan Komersial ................................................ 14

2.6 Perlakuan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Perpajakan .............. 15

2.7 Contoh Rekonsiliasi Laporan Keuangan ..................................... 15-22

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….17

UNIVERSITAS BINA DARMA i


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar Akuntansi Keuangan telah memberikan gambaran tujuan

penyusunan laporan keuangan untuk umum, yaitu memberikan informasi tentang

posisi keuangan,kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian

besar kalangan penggunaan laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan

ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan

sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadannya. Laporan keuangan yang

disusun menyajikan informasi mengenai perusahaan sesuai PSAK No. 1 (Revisi

2009) yang mencakup:

1. Aset (aktiva atau harta);

2. Liabilitas;

3. Ekuits;

4. Pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian;dan

5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya

sebagai pemilik;dan

6. Arus kas.

Dari informasi itulah dan informasi lainnya yang diperoleh dari catatan

laporan keuangan akan dapat membantu penggunaan laporan keuangan dalam

memprediksi arus kas pada masa mendatang dan khususnya, dalam waktu dan

UNIVERSITAS BINA DARMA 1


kepastian diperolehnya kas dan serta kas. Pihak manajemen perusahaan sebagi

pihak yang bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Laporan keuangan ini haruslah menyajikan secara wajar posisi keuangan,kinerja

keuangan,serta perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan cara

menerapkan PSAK tersebut secara benar yang disertai dengan pengungkapan.

Dasar-dasar tersebut yang melandasi dalam penyusunan laporan keuangan

komersial, tetapi dari sisi lain atas dasar landasan peraturan perundangan

perpajakan dapat menyusun laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan fiskal ini

disusun dengan menggunakan pendekatan rekonsiliasi fiskal, sebagai akibat

adanya perbedaan orientasi akuntansi dan pembukuan fiskal yang dilandasi

peraturan perundang-undangan perpajakan.Pokok-pokok yang direkonsiliasi tidak

terbatas pada penghasilan saja tetapi juga biaya pada suatu periode tertentu.

Oleh karena menyangkut pelaporan dalam suatu tahun pajak yang

nantinya juga dituangkan dalam SPT Tahunan maka periode yang ditetapkan juga

salah satu tahun pajak, yaitu periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember

terkecuali Wajib Pajak yang mempunyai tahun buku tidak sama dengan tahun

pajak.Rekonsiliasi ini lebih mendasarkan SAK dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Akibat diadakannya rekonsiliasi inilah memunculkan

koreksi atau penyesuaian fiskal baik positif maupun negatif.Sejak SPT Tahunan

2002, rekonsiliasi ini sudah masuk dalam lampiran SPT. Penyesuaian fiskal

positif yaitu penyesuaian yang bersifat menambah atau memperbesar penghasilan

berdasarkan laporan keuangan komersial sebagai akibat tumbuhnya biaya,

pengeluaran dan kerugian yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

UNIVERSITAS BINA DARMA 2


dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan ketentuan undang-

undang Pajak.

Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya.Perbedaan dapat terjadi saat

pengakuan biaya dan pengakuan penghasilan yang berbeda atau perbedaan

menggunakan metode sehingga menghasilkan biaya menurut fiskal lebih rendah

dibandingkan dengan perhitungan biaya menurut metode akuntansi komersial.

Demikianlah pula penghasilan sebagai objek pajak mungkin tidak dikategorikan

sebagai penghasilan dalam akuntansi komersial.Gambaran umum dalam

rekonsiliasi fiskal untuk Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan dapat ditunjukan

sebagai berikut.

Dokumen

Pembukuan/Akuntansi Standar Akuntansi


Keuangan

Laporan akeuangan Rekonsiliasi Laporan keuangan Fiskal


Komersial

Neraca/Laporan Posisi Dasar Perundang-undangan


Keuangan Perpajakan dan Peraturan
Pelaksanaanya

Daftar Perhitungan Laba Rekonsiliasi fiskal Laba /Rugi Fiskal


Rugi

UNIVERSITAS BINA DARMA 3


Beda Waktu Penghasilan Kena Pajak

Beda Tetap Pajak Terhutang

Pajak yang harus dibayar


Sendiri

SPT Tahunan PPh Orang Pajak yang

Pribadi/Badan kurang/Lebihdibayarkan

Oleh karena itu pemahaman dan Gambaran umum yang ada diatas harus sesuai

dengan standar akuntansi yang telah ditetapkan oleh PSAK No.1 ( Revisi 2009)

Mengenai Rekonsiliasi Laporan Keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari RekonsiliasiLaporan Keuangan?

2. Apa definisi dari Rekonsiliasi Fiskal Dan Komersial ?

3. Apa saja yang terdapat dalam koreksi Fiskal dan Komersial?

4. Apa saja Bentuk dari Koreksi Fiskal dan Komersial?

5. Bagaimana teknik koreksi Fiskal dan Komersial?

6. Apa perbedaan dari perlakuan akuntansi komersial dan akuntansi

perpajakan ?

7. Bagaimana contoh dari rekonsiliasi ?

UNIVERSITAS BINA DARMA 4


1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami definisi dari Rekonsiliasi Laporan Keuangan.

2. Memahami definisi Rekonsiliasi fiskal dan komersial.

3. Mengetahui apa saja yang terdapat dalam koreksi fiskal dan

komersial.

4. Mengetahui apa saja Bentuk dari koreksi Fiskal dan Komersial.

5. Memahami teknik koreksi Fiskal dan Komersial.

6. Mengetahui perbedaan dari perlakuan akuntansi komersial dan

akuntansi perpajakan.

7. Mengetahui seperti apa Rekonsiliasi ?

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitiaan ini diharapkan akan memperoleh manfaat untuk

pihak-pihakn sebagai berikut :

 Bagi Penulis

Menambah pengetahuan bagi diri sendiri dan berharap dapat

memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa tentang sistem

Perpajakan di Indonesia,Terlebih lagi dalam memahami koreksi fiskal

perusahaan,serta perhitungan PPh badan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

 Bagi Pembaca

Diharapkan dapat Meningkatkan kinerja dengan memahami

perhitungan berdasarkan Akuntansi Perpajakan, sehingga dapat

UNIVERSITAS BINA DARMA 5


menyajikan laporan keuangan yang lebih baik dan benar menurut

peraturan perpajakan yang berlaku khususnya pada laporan laba rugi.

UNIVERSITAS BINA DARMA 6


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rekonsiliasi

Rekonsiliasi memiliki 3 arti :

1. Rekonsiliasi adalah sebuah Homonim karena arti-artinya memiliki

ejaan dan perhafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.

2. Rekonsiliasi memiliki arti dalam bidang ilmu Keuangan.

3. Rekonsiliasi memiliki arti dalam kelas Nominaatau kata benda

sehingga rekonsiliasi dapat menyatakan nama dari

seseorang,tempat,atau semua benda dan segala yang dibendakan.

Jadi Rekonsiliasi dalam bidang keuangan berarti Penetapan pos-pos yang

diperlukan untuk mencocokan saldo masing-masing dari dua akun atau lebih yang

mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

2.2 Definisi Rekonsiliasi Fiskal dan Rekonsiliasi Komersial

Rekonsiliasi fiskal dan komersial pada hakikatnya adalah merupakan

proses untuk mendapatkan angka laba fiskal atau laba kena pajak dengan

melakukan penyesuailan – penyesuaian terhadap laba komersial atau laporan laba

rugi. Proses rekonsiliasi fiskal ini umumnya dilakukan oleh wajib pajak yang

berbentuk perusahaan. Rekonsiliasi yang dilakukan akan menghasilkan koreksi

UNIVERSITAS BINA DARMA 7


fiskal yang akan memperngaruhi besarnya laba kena pajak serta pajak penghasilan

(PPh) terhutang. Rekonsiliasi dapat dilakukan terhadap pos – pos biaya dan pos –

pos penghasilan dalam laporan keuangan komersial,antara lain :

1. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.

2. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.

3. Wajib pajak mengeluarkan biaya – biaya yang sebenarnya tidak boleh

menjadi pengurang penghasilan bruto.

4. Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan

ketentuan pajak.

5. Wajib pajak mengeluarkan biaya – biaya yang dikeluarkan bersama –

sama untuk mendapatkan pendapatan yang telah dikenakan PPh Final

atau pendapatan yang bukan objek pajak serta pendapatan yang

dikenakan PPh nonfinal.

2.3 Koreksi Fiskal dan Komersial

Koreksi fiskal dan komersial adalah koreksi perhitungan pajak yang

diakibatkan oleh adanya perbedaan pengakuan metode,manfaat,dan umur,dalam

menghitung laba secara komersial atau dengan secara fiskal. Koreksi Fiskal

dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi menurut perhitungan

akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal ( berdasarkan UU No.10 tahun 1994

Dan UU No.17 tahun 2000), maka sebelum menghitung pajak penghasilan yang

terhutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi –

koreksi fiskal sesuai dengan UU No.17 tahun 2000.

UNIVERSITAS BINA DARMA 8


Dengan demikian, Untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu

membuat pembukuan ganda,melainkan cukup membuat satu pembukuan

berdasarkan standar akuntansi keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT

tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi – koreksi fiskal. Koreksi

fiskal tersebut dilakukan baik terhadap penghasilan maupun terhadap biaya –

biaya (pengurang penghasilan bruto ).

2.4 Jenis – jenis Koreksi Fiskal dan Komerisal

Jenis koreksi fiskal disini merupakan Jenis – jenis perbedaan antara

akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal (UU No.10 tahun 1994 dan UU

No.17 tahun 2000).

Secara Umum terdapat 2 perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun

biaya antara akuntansi komersial dengan perpajakan ( Fiskal ) yang menyebabkan

terjadinya koreksi fiskal yaitu :

1. Beda Tetap

Beda Tetap merupakan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara

akuntansi komersial dengan ketentuan UU PPh yang sifatnya permanen artinya

koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena pajak

tahun pajak berikutnya. Dalam hal pengakuan Penghasilan koreksi karena Beda

Tetap terjadi,karena :

a. Menurut Akuntansi Komersial merupakan penghasilan,sedangkan

menurut Undang – undang PPh bukan merupakan penghasilan,

contohnya : Defiden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

UNIVERSITAS BINA DARMA 9


perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, Koperasi, Badan

usaha mili Negara, atau badan usaha milik daerah, dari pernyataan

modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan

diindonesia dengan syarat defiden berasal dari cadangan laba yang

ditahan serta kepemilikan saham pada badan yang memberikan

defiden paling rendah 25% ( pasal 4 ayat 3 UU PPh ).

b. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan

menurut UU PPh telah dikenakan PPh Final, Contohnya :

1. Bunga Deposito dan Tabungan lainnya.

2. Penghasilan bunga hadiah undian.

3. Penghasilan dan transaksi pengalihan harta berupa

tanah/bangunan.

4. Penghasilan dari usaha jasa kontruksi dan

5. Penghasilan dari persewaan tanah / bangunan.

6. Dan sebagainya ( pasal 4 ayat n2 UU PPh ).

Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karenabeda tetap

terjadi, karena menurut akuntansi komersial merupakan biaya,

sedangkan menurut UU PPh bukan merupakan biaya yang dapat

mengurangi penghasilan bruto, Misalnya :

a) Biaya untuk medapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan :

1) Yang bukan objek pajak.

2) Yang pengenaan pajaknya bersifat final.

UNIVERSITAS BINA DARMA 10


3) Yang dikenakan pajak berdasarkan norma perhitungan

penghasilan.

b) Pengantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan.

c) Pajak penghasilan.

d) Sanksi adminstrasi berupa bunga,denda, dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenan dengan pelaksanaan perundang –

undangan dibidang perpajakan.

e) Biaya – biaya lainnya yang menurut undang – undang PPh tidak dapat

dibebankan (pasal 9 ayat 1 UU PPh ).

2. Beda Waktu

Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan

maupun biaya antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang

PPh yang sifatnya sementara artinya koreksi fiskal yang dilakukan akan

diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun-tahun pajak berikutnya.

Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda waktu terjadi

karena : Penerimaan penghasilan cash basis untuk lebih dari satu tahun. Secara

akuntansi komersial penghasilan tersebut harus dialokasi sesuai dengan

masa perolehannya sesuai dengan prinsip matching cost with revenue.

Sedangkan menurut Undang-undang PPh, penghasilan tersebut harus diakui

sekaligus pada saat diterima.Dalam hal pengakuan biaya koreksi,beda waktu

terjadi karena:

UNIVERSITAS BINA DARMA 11


a. Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut UU PPh metode

penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo

menurun.

b. Perbedaan metode penilaian persediaan,dimana menurut UU PPh

metode penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata –

rata dan FIFO.

c. Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut UU penyisihan

piutang tak tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha – usaha

tertentu dan sebagainnya.Koreksi atas beda waktu penghasilan akan

menyebabkan koreksi positif pada saat penghasilan diterima dan akan

menyebabkan koreksi negatif pada tahun – tahun berikutnya. Korksi

positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah,

sedangkan koreksi negatif tahun – tahun berikutnya akan

menyebabkan laba kena pajak akan berkurang. Koreksi atas beda

waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi

negatif tergantung dari metode yang digunakan.

1. Koreksi positif

Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya

pengurangan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara

komersial menjadi semakin kecil apa bila dilihat secara fiskal, atau

yang akan mengakibatkan adanya penambahan penghasilan kena pajak.

Koreksi fiskal positif diantaranya :

a. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham.

UNIVERSITAS BINA DARMA 12


b. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.

c. Pengeluaran dalam bentuk natura.

d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada

pemegang saham.

e. Sumbangan atau bantuan.

f. Pajak penghasilan.

g. Sanksi administrasi ( Pajak ).

h. Penyusutan atau amortisasi.

2. Koreksi negatif

Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya

penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara

komersial sehingga semakin besar apa bila dilihat secara fiskal,atau

yang akan mengakibatkan adanya pengurangan penghasilan kena

pajak.koreksi fiskal negatif diantarannya :

a. Penyusutan atau amortisasi.

b. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.

Penyusutan bisa menimbulkan koreksi negatif atau positif tergantung hasil

perhitungan apa lebih besar atau lebih kecil. Untuk lebih mendalami koreksi fiskal

kita dapat juga membaca laporan audit akuntan public atas laporan keuangan

suatu perusahaan. Setiap perusahaan akan mempunyai pos yang berbeda atas

koreksi fiskalnya.

UNIVERSITAS BINA DARMA 13


2.5 Teknik Koreksi Fiskal dan Komersial

Teknik koreksi fiskal dan komersial dapat dilakukan sebagi berikut :

a. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui

menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah

penghasilan tersebut dari pada penghasilan menurut akuntansi, yang

berarti laba menurut akuntansi.

b. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui

menurut fiskal,rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah

penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi,yang berarti

menambah laba menurut akuntansi.

c. Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak

diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal,rekonsiliasi

dilakukan dengan megurangi sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut

dari biaya menurut akuntansi,yang berarti menambah laba menurut

akuntansi.

d. Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi

diakui sebagai penggurang penghasilan bruto menurut

fiskal,rekonsiliasi dilakukan dengan menambah sejumlah biaya atau

pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi yang berarti

mengurangi laba menurut akuntansi.

e. Format rekonsiliasi fiskal.

UNIVERSITAS BINA DARMA 14


2.6 Perbedaan Perlakuan Akuntansi Komersial dan Akuntansi

Perpajakan

Perbedaan mendasar antara Akuntansi komersial dan akuntansi pajak :

1. Pengguna laporan keuangan.

Akuntansi komersial : Pemegang saham, kerditur, karyawan, viskus,

manajemen, regulator dan masyarakat.

Akuntansi pajak : Viskus.

2. Sifat informasi.

Akuntansi komersial : Dapat digunakan oleh umum.

Akuntansi pajak : Rahasia.

3. Pedoman penyusunan dan penyajian.

Akuntansi komersial : PSAK dan Interpretasinya.

Akuntansi pajak : UU Perpajakan.

4. Mata uang dalam penyajian laporan.

Akuntansi komerisal : Dapat disusun dengan mata uang selain rupiah.

Akuntansi pajak : Wajib disampaikan dengan mata uang rupiah,atau

mata uang lain yang diizinkan.

5. Dasar pencatatan transaksi.

Akuntansi komersial : Transaksi dicatat dengan asas substanse over

from, yaitu pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan menutamakan

substanse ekonomi dari pada hakikat formal dan hukum.

UNIVERSITAS BINA DARMA 15


Akuntansi pajak : Transaksi dicatat dan dilaporkan apabila memenuhi

syarat dan ketentuan perpajakan, yaitu dengan mengutamakan hakikat

formal atau hukum dari pada substanse ekonominya.

6. Batas waktu penyampaian.

Akuntansi Komersial : 6 bulan setelah tahun buku berakhir ( UU N0.

40/2007 ttgPT).

Akuntansi pajak : 4 bulan setelah akhir tahun pajak dan dapat


diperpanjang paling lama 2 bulan (UU KUP).

2.7 Contoh Rekonsiliasi Laporan Keuangan


Rekonsiliasi Fiskal
PT Garuda
Laporan Laba Rugi
Untuk Yang Berakhir per 31 Desember 2016
KETERANGAN MENURUT KOREKSI MENURUT
KOMERSIAL FISKAL FISKAL
PENJUALAN 2.700.000.000 - 2.700.000.000
HARGA POKOK PENJUALAN
900.000.000 - 900.000.000
LABA KOTOR
1.800.000.000 - 1.800.000.000
BEBAN OPERASI -
Beban Gaji 300.000.000 - 300.000.000
Beban Tunjangan Transport 120.000.000 - 120.000.000
Beban Pemeliharaan Kantor 90.000.000 - 90.000.000
Beban Alat Tulis 180.000.000 - 180.000.000
Beban Sewa Kantor 150.000.000 - 150.000.000
Beban Pemasangan 135.000.000 - 135.000.000
Beban Sumbangan 60.000.000 (60.000.000) -
Beban Penyusutan 18.000.000 (3.000.000) 15.000.000

UNIVERSITAS BINA DARMA 16


Beban Penyisihan Piutang 90.000.000 (90.000.000) -

TOTAL BEBAN OPERASI 1.143.300.000 (153.000.000) 990.000.000

LABA RUGI OPERASI 657.000.000 153.000.000 81.000.000


PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Pendapatan Dividen 60.000.000 (60.000.000) -
Laba Selisih Kurs 600.000.000 600.000.000
Beban Bunga (120.000.000) (120.000.000)
TOTAL PENDAPATAN 540.000.000 (60.000.000) 480.000.000
LABA BERSIH 1.197.000.000 93.000.000 1.290.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 1.290.000.000


Pajak Terhutang Rp 332.500.000
25% x Rp 1.290.000.000
Kredit Pajak :
PPh 23 Rp 60.000.000
PPh 25 Tahun 2011 Rp 150.000.000
Rp (210.000.000)
PPh Kurang Bayar Rp 112.500.000

Angsuran PPh Pajak Terhutang Rp 332.500.000


25 rahun 2016 PPh Dipotong Pihak Lain Rp (60.000.000)
PPh Yang Dibayar Sendiri Rp 262.500.000

Rp 262.500.000 = Rp 21.875.000
PPh 25 Tahun 2017 12
Dari Gambaran diatas yang menyangkut komponen biaya operasi sangat
bergantung pada kriteria biaya menurut laporan keuangan komersial, Tetapi untuk
kepentingan biaya operasional, termasuk penghasilan, dan koreksi fiskalnya harus
mengikuti pola yang diminta STP Tahunan Lampiran I yang setiap Tahunnya

UNIVERSITAS BINA DARMA 17


dapat berubah – ubah. Khususnya mulai Tahun pajak 2003 dapat digambarkan
sebagai berikut.

1. Wajib Pajak Orang Pribadi


A. Penghasilan Neto Dalam Negeri dari Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas
(Bagi Wajib Pajak yang Menggunakan Pembukuan)
1.PENGHASILAN DARI USAHA DAN PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN LAPORAN
KEUANGAN KOMERSIAL
a. PERBEDAAN USAHA 1a
b. HARGA POKOK PENJUALAN
1b
c. LABA/RUGI BRUTO USAHA(1a-1b)
1c
d. BIAYA USAHA
e. PENGHASILAN NETO DARI USAHA
1d
(1c-1d) 1e

2.PENYESUAIAN FISKAL PSOSIF


a. BIAYA YANG DIBEBANKAN/KELUARKAN 2a
UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB
PAJAK ATAU ORANG YANG MENJADI
TANGGUNGANNYA
b. PREMI ASURANSI KESEHATAN,ASURANSI
2b
KECELAKAAN,ASURANSI
JIWA,ASURANSI DWIGUNA,DAN
ASURANSI BEASISWA YANG
DIBAYARKAN OLEH WAJIB PAJAK
2c
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN
ATAU JASA YANG DIBERIKAN DALAM
BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN
2d
YANG DIBAYARKAN PADA PIHAK YANG
MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN
YANG DILAKUKAN
e. HARTA YANG DIHIBAHKAN,ATAU 2e

UNIVERSITAS BINA DARMA 18


SUMBANGAN
f. PAJAK PENGHASILAN
2f
g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA
2g
PEMILIK
h. SANKSI ADMINISTRASI 2h
i. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI 2i
KOMERSIAL DIATAS
PENYUSUTAN/AMORTISASI FISKAL
j. BIAYA UNTUK
2j
MENDAPATKAN,MENAGIH,DAN
MEMELIHARA PENGHASILAN YANG
DIKENAKAN PPh FINAL DAN
PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK
OBJEK PAJAK
k. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
2k
l. JUMLAH (2a sampai dengan 3c)
2l
3.PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:
a. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK 3a
PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK TETAPI
TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
3b
b. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI
KOMERSIAL DIBAWAH PENYUSUTAN
AMORTISASI FISKAL
c. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF 3c
LAINNYA
d. JUMLAH (3a sampai dengan 3c) 3d
4. JUMLAH BAGIAN (1e + 2I – 3d) 4

B. Penghasilan Neto Dalam Negeri dari Usaha dan Pekerjaan Bebas (Bagi
Wajib Pajak yang Menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto)
No Jenis Usaha Peredaran Norma(%) Penghasilan
Usaha Neto

UNIVERSITAS BINA DARMA 19


(Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Dagang
2. Industri
3. Jasa
4. Pekerjaan Bebas
5. Usaha Lainnya
JUMLAH BAGIAN B JBB

C. Penghasilan Neto Dalam Negeri Sehubungan dengan Pekerjaan ( Tidak


termasuk penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final)
No. Nama dan NPWP Penghasilan Penghasilan Penghasilan
Pemberi kerja Bruto Pengurangan Neto
(Rupiah) Bruto/Biaya(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)
1
2
3
JUMLAH BAGIAN C JBC

D.Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya(Tidak Termasuk Penghasilan


Yang Dikenakan PPh Bersifat Final)
No. Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan
Neto (Rupiah)
(1) (2) (3)
1
2
3
JUMLAH BAGIAN D JBD

UNIVERSITAS BINA DARMA 20


2. Wajib Pajak Badan
No. Uraian Rupiah
1. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM
NEGERI
a. Peredaran Usaha 1a
b. Harga Pokok Penjualan 1b
c. Biaya Usaha Lainnya 1c
d. Penghasilan Neto Dari Usaha (a-b-c) 1d
e. Penghasilan Dari Luar Usaha 1e
f. Biaya Dari Luar Usaha 1f
g. Penghasilan Neto Dari Usaha(e-f) 1g
h. Jumlah (1h+2) 1h
2. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR
NEGERI
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Kolom 4) 2
3. JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL 3
4. PENGHASILAN YANG KENA PPh FINAL
DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK
PAJAK 4
5. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF 5
a. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk 5a
kepentingan pemegang saham,sekutu,atau
anggota
b. Pembentukan atau penumpukan dana 5b
cadangan
c. Penggantian atau imbalan pekerjaan atau 5c
jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang 5d
dibayarkan kepada pemegang saham/pihak
yang mempunyai hubungan istimewa

UNIVERSITAS BINA DARMA 21


sehubungan dengan pekerjaan
e. Harta yang dihibahkan,bantuan,atau 5e
sumbangan
f. Pajak penghasilan 5f
g. Gaji yang dibayarkan kepada anggota 5g
persekutuan firma,atau cv yang modalnya
tidak terbagi atas saham
h. Sanksi administrasi 5h
i. Selisih penyusutan komersial diatas 5i
j. Selisih amortisasi komersial diatas 5j
amortisasi fiskal
k. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya 5k
l. Penyesuaian fiskal positif lainnya 5l
Jumlah 5a s.d 5l
6 PENYESUAIAN NEGATIF :
a. Selisih penyusutan komersial dibawah 6a
penyusutan fiskal
b. Selisih amortisasi komersial dibawah 6b
amortisasi fiskal
c. Penghasilan yang ditangguhkan 6c
pengakuannya
d. Penyesuaian fiskal negatif lainnya 6d
JUMLAH 6a s.d 6d
7. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA
PENGURANGAN PENGHASILAN NETO :
TAHUN KE-7 (Diisi dari lampiran khusus 4A
Angka 5b) 7
8. PENGHASILAN NETO FISKAL (1-2+3-4-5)

UNIVERSITAS BINA DARMA 22


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjabaran diatas dapat diambil bahwa kesimpulannya

yaitu,Ditemukannya penyebab terjadinya perbedaan antara laporan keuangan

komersial dan akuntansi pajak adalah prinsip pengakuan biaya, laporan keuangan

komersial menganggap bahwa seluruh biaya dapat dibebankan sebagai

pengurangan penghasilan sedangkan menurut pajak tidak semua biaya dapat

dibebankan sebagai pengurangan penghasilan, hal ini terbukti setelah dilakukan

koreksi fiskal terdapat titik yang menjadi perbedaan di pos – pos biaya lain – lain

dan biaya pengobatan, entertaimen, dan sumbangan.

Dampak rekonsiliasi/koreksi kenaikan terhadap besarnya pajak

penghasilan PPh terhutang mengalami kenaikan setelah dilakukan koreksi fiskal

dengan adanya kenaikan laba sebelum pajak atau penghasilan kena pajak maka

niai berdampak atas pajak terhutang perusahaan dan terjadi selisih atas laba

sebelum pajak dan jika tidak dilakukan koreksi fiskal maka akan menjadi sebuah

biaya kurang bayar.

UNIVERSITAS BINA DARMA 23


DAFTAR PUSTAKA

https://akuntansiz.blogspot.com/2018/01/hubungan-akuntansi-komersial-
dan.html?m=1
https://www.scribd.com/document/362740474/REKONSILIASI-LAPORAN-
KEUANGAN
https://www.academia.edu/37492295/Makalah_rekonsiliasi_fiskal
http://yabeshulu.blogspot.com/2016/03/rekonsiliasi-laporan-keuangan-
komersial.html?m=1

UNIVERSITAS BINA DARMA 24

Anda mungkin juga menyukai