DI SUSUN OLEH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
makalah pendidikan agama dengan judul HAJI DAN UMROH. Disamping itu, Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik
dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Haji dan umrah merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi setiap muslim
yang mampu. Kewajiban ini merupakan rukun Islam yang kelima. Karena haji
merupakan kewajiban, maka apabila orang yang mampu tidak melaksanakannya maka
berdosa dan apabila melaksanakannya mendapat pahala. Sedangkan makna haji bagi
umat Islam merupakan respon terhadap panggilan Allah SWT. Haji dan umrah hanya
diwajibkan sekali seumur hidup, ini berarti jika seseorang telah melaksanakannya yang
pertama, maka selesailah kewajibannya. untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya
hanyalah sunnah.
Hukum ibadah umrah ini masih terjadi perbedaan pendapat. sebagian ulama
(Fuqaha) mengatakan wajib dan sebagian yang lain mengatakan sunnah. Jika
disimpulkan dari argumen para Fuqaha umrah yang memiliki hukum wajib adalah umrah
yang dilakukan bersama hajinya dan umrah yang tidak dilaksnakan berkaitan dengan haji
hukumnya sunnah. Haji pada hakikatnya merupakan sarana dan media bagi umat Islam
untuk melaksanakan ibadah ke Baitullah dan Tanah Suci setiap tahun. Karena setiap
tahun sebagian umat muslim dari seluruh dunia datang untuk menunaikan ibadah haji.
Adapun ibadah umrah pada hakikatnya menjadi sarana dan media bagi umat muslim
untuk beribadah ke tanah suci setiap saat dan waktu. Karena pada saat itu umat muslim
datang dan berziarah ke Ka‟bah untuk melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Tidak hanya pada tahun saat haji, akan tetapi pada setiap saat, ketika orang
melaksanakan ibadah umrah.
Pada dasarnya, tujuan pokok pada perjalanan haji dan umrah ada tiga hal, yaitu:
1. Mengerjakan haji, hukumnya wajib bagi yang mampu dan hanya sekali
seumur hidup. Adapun selebihnya itu sunnah. Mengerjakan ibadah haji hanya
bisa dikerjakan pada musim haji, sedangkan ibadah umrah bisa dikerjakan
pada setiap waktu yang tidak terbatas.
2. Mengerjakan umrah, mengerjakan ibadah haji dan umrah terdapat perbedaan
dan persamaan dalam waktu dan pelaksanaannya.
3. Melakukan ziarah, hukunya sunnah. Ziarah yang dimaksudkan adalah
ketempat-tempat, baik di Jeddah, Mekkah, Madinah dan tempat-tempat lain
yang bersejarah.
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan haji dan umrah?
2. Apa saja macam-macam haji dan umrah?
3. Apa saja situs bersejarah di tanah suci?
4. Apa saja tempat-tempat bersejarah di tanah suci?
5. Bagaimana tahapan dari haji dan umrah?
C. TUJUAN MANFAAT
1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui dan memahami macam – macam haji dan umrah.
3. Untuk mengetahui dan memahami situs bersejarah di tanah suci.
4. Untuk mengetahui dan memahami tempat – tempat bersejarah di tanah suci.
5. Untuk mengetahui dan memahami tahapan dari haji dan umrah.
5
BAB II PEMBAHASAN
6
2. Macam-Macam Haji dan Umrah
Dalam pelaksanaannya haji dibagi menjadi tiga macam yaitu: haji qiran, haji ifrad
dan haji tamathu.
Haji qiran, yaitu berihram di miqat dengan niat melaksanakan haji dan
umrah secara bersamaan, yang melaksanakan haji qiran tetap dalam
keadaan ihwamnya sampai selesai amalan haji dan umrahnya,
kemudian tahallul awwal pada hari nahar (10dzulhijjah) sesudah
melontar Jumrah Aqabah dan tahall utsani sesudah thawaf ifadhah.
Haji Ifrad, yaitu seorang yang berihram untuk melaksanakan ibadah haji
saja, dia tidak bertahallul dari ihwamnya sampai dia selesai melaksanakan
manasik hajinya pada tanggan 10 dzulhijjah.
Haji tamathu, yaitu berihrâm untuk umrah terlebih dahulu pada
bulan Syawal, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah kemudian mengerjakan haji di
tahun itu juga. Disebut tamattu karena menunaikan dua macam ibadah
(haji dan Umrah) di satu musim haji, tanpa kembali dahulu ke kampung
halamannya. Setelah niat atau ihram kemudian mengerjakan semua
amalan umrah hingga tahallul. Setelah itu boleh mengenakan pakaian
biasa lagi dan halal yang tadinya terlarang ketika ihrâm sambil menunggu
datangnya waktu ibadah haji. Tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah)
kembali berihrâm untuk melaksanakan haji setelah sebelumnya
melaksanakan semua sunah ihram. (sucipto, 2016)
Umroh ada 2 macam yaitu umroh mufradah dan umroh tamattu. Apa
perbedaannya, berikut ini penjelasannya.
Umroh Mufradah
Umroh Mufradah adlah umroh yang dikerjakan secara terpisah dan
tidak ada kaitannya dengan ibadah haji. Dan melaksanakannya tidak
dibatasi, dapat dikerjakan kapan saja sepanjang tahun. Bisa juga
dikerjakan pada bulan bulan haji, tapi tidak dihubungkan dengan haji
tamattu'.
ُ لَبَّيْكَ اللَّـ ُه َّم
Bacaan Talbiyah : ع ْم َرة
"Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, dengan melaksanakan umroh."
Umroh Tamattu
Umroh Tamattu adalah umroh yang dikerjakan seorang yang
melaksanakan haji tamattu dan melaksanakannya pada bulan-bulan haji
yaitu Syawal, Dzulqa'dah, dan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Bacaan niat saat Ihram : ِّلى ال َحج ُ لَبَّيْكَ اللَّ ُه َّم
َ ِّع ْم َرة ُمتَ َمتِّعا بِّ َها إ
"Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, dengan melaksanakan umroh yang
dilanjutkan dengan haji." (sucipto, 2016)
7
Sumber : Panduan Manasik Haji & Umrah Berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunah dan Pemahaman As-Salafush Shalih (Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Mubarak bin Mahfudh Bamuallim, Lc
3. Situs bersejarah di Tanah Suci
Keutamaan kota Makkah
Allah memilih makkah sebagai tempat bagi rumah Allah SWT
(ka’bah) sekaligus tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai nabi
penutup. Dari makkah pula, rasulullah di utus menyampaikan wahyu. Allah
menjadikan makkah sebagai tempat ibadah. Karenanya, siapapun yang
memasuki makkah, ia harus bersikap tawaddu, khusyuk dan merendahkan
diri. Allah menjadikan tanah makkah sebagai tanah haram sehingga wilayah
itu tidak boleh ada pertumpahan darah. Bahkan, barang-barang apapun yang
ditemukan disana, tidak boleh dimiliki seseorang. Jika ada seseorang
mengambil tanah haram, misalnya, ia wajib mengembalikan ke sana. Bila
perlu, ia harus mengumumkan barang temuan tersebut.
Berikut ini beberapa pernyataan Nabi Muhammad SAW tentang
keutamaan kota makkah al-Mukarramah.
A. Rasulullah SAW bersabda: ”Demi Allah, sesungguhnya engkau (Makkah)
adalah sebaik-baik bumi Allah dan bumi yang paling dicintai Allah. Andai
aku tidak diusir darimu, maka aku takan pernah meninggalkanmu”.
B. Rasulullah SAW bersabda: ”Tidak ada satu pun negeri yang tanahnya
luput dari injakan Dajjal, kecuali makkah dan madinah.tak ada sedikitpun
celah disana, sebab para malaikat berbaris menjaganya
C. Rasulullah SAW bersabda: ”Saya adalah orang pertama yang kelak dihari
kiamat akan dibangkitkan dari kubur, kemudian abu bakar lalu umar.
Kemudian aku mendatangi para ahli baqi (jenajah yang dikubur disana),
lalu mereka dikumpulkan bersamaku. Lalu aku menunggu penduduk
makkah,kemudian aku ditempatkan diantara haramain (makkah madinah).
8
benar meluncur kemadinah bagaikan ular meluncur kedalam
lubangnya” (HR. Bukhari-Muslim)
C. Nabi menjelaskan keagungan madinah dan bahaya berbuat
bid’ah disana. Rasulullah SAWbersabda “kota madinah ini
adalah tanah haram yang terbentang antara’air dan tsaur.
Barang siapa yang membuat bid’ah atau melindungi orang
yang berbuat bid’ah. (sucipto, 2016) (feqh, 2017)
9
da’wahnya secara rahasia, dan disitu pulalah umar bin khatab menyatakan
ke islamanya, tempat ini dekat dengan safa.
4. Mina
Mina adalah salah satu kampung yang jaraknya dari mekkah kira-
kira 7 km. dikampung ini banyak rumah dan bangunan gedung-gedung
bertingkat,untuk di sewakan khusus pada musim haji. Jemaah haji mulai
menuju ke kampung ini pada tanggal 8 djulhijjah, sesudah fajar,untuk
tinggal sampai fajar tanggal 9 djulhijjah, dalam perjalanannya menuju
arafah. Dan kesitu pula jamaah hajji turun dari arafah pada waktu sesudah
terbenamnya matahari,untuk tinggal beberapa hari yaitu pada hari raya
Adh ha dan hari-hari tasyrik.
5. Arafah
Arafah terletak di tenggara Mekkah, yang jauhnya kira-kira 25 km,
tingginya dari permukaan laut =750 kaki, para Jemaah haji melakukan
wuquf di tempat ini pada tanggal 9 djulhijjah, dan wuquf di tempat ini
pada tanggal 9 djulhijjah,dan wukuf ini adalah salah satunya rukun hajji
yang teramat penting,
6. Masjid- Masjid di Madinah
Selain masjid nabawi dan masjid quba di madinah masih banyak
lagi masjid-masjid yang merupakan monument sejarah, misalnya: Masjid
Mushalla (Masjid Ghamamah), yaiatu tempat yang pernah dipergunakan
oleh Rasulullah SAW untuk mengerjakan sembahyang dua hari raya;
Masjid Al Fath yang terletak di barat laut kota, di atas sebuah bukit
gunung sala’ di tempat khandaq.
Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi,
memakai wewangian serta mengenakan pakaian ihram, sambil ber-talbiyah
mengucapkan, “Labbaika allahumma hajjan, labbaika allahumma labbaik, labbaika la
syarika laka labbaika, innal hamda wan nikmata laka wal mulku la syarika
laka.” [HR. Bukhari]
10
Berangkat menuju Mina dan setelah di Mina, mereka mendirikan shalat
zhuhur, ashar, maghrib dan isya serta shalat subuh. Setiap shalat dikerjakan pada
waktunya, namun shalat yang jumlah rakaatnya empat diqashar sehingga menjadi dua
rakaat. Para jamaah tetap berada di Mina sampai matahari terbit pada tanggal 9
Dzulhijjah.
Kemudian mereka mendirikan shalat zhuhur dan ashar dengan cara qashar dan
jamak taqdim, hari Disunnahkan bagi jama’ah pada hari tersebut menghadap kiblat
sambil memperbanyak do’a dengan tadharru’ dan khusyu’ kepada Allah subhanahu
wata’ala. dan juga disunnahkan untuk terus-menerus berdo’a dan mengulang-ulangnya.
Sebaik-baik do’a yaitu do’a pada arafah; Dan do’a yang paling baik yang aku ucapkan
dan para Nabi sebelumku ; La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahulmulku wa
lahulhamdu wa huwa ala kulli syaiin qadiir, (Tidak ada dzat yang berhak disembah
kecuali Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dialah pemiliki kekuasaan dan segala
pujian dan ia berkuasa atas segala sesuatu.). [HR. Tirmidzi] Disunnahkan juga untuk
melafazhkan do’a-do’a ma’tsur, dan meninggalkan do’a-do’a yang tidak dicontohkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila para jama’ah membaca Al Qur’an maka
itu lebih baik, dan juga disunnahkan memperbanyak shalawat kepada Nabi.
Para jama’ah haji berang dari arafah menuju muzdalifah setelah matahari
terbenam, dan tidak boleh keluar dari arafah sebelum matahari terbenam, apabila seorang
keluar sebelum terbenam matahari ia wajib kembali walaupun pada malam hari, karena
kalau tidak, maka ia wajib membayar dam (denda) satu ekor kambing, sepertujuh unta
atau sepertujuh sapi.
11
Wajib hukumnya bermalam di muzdalifah pada malam kesepuluh dan
mengerjakan shalat subuh pada waktu fajar. Tidak boleh meninggalkan muzdalifah
kecuali bagi orang yang lemah seperti wanita, anak-anak dan orang-orang yang bersama
mereka, atau para petugas haji, maka diboleh bagi mereka untuk meninggalkan
muzdalifah pada malam hari apabila bulan telah hilang.
Jama’ah haji bertolak dari muzdalifah menuju mina sebelum terbit matahari.
Sambil memperbanyak lafazh talbiyah, dan disunnahkan mempercepat langkah apabila
sampai di lembah muhassir, adalah sebuah lembah yang terletak antara muzdalifah dan
mina. Dan apabila jama’ah telah sampai di mina maka diwajibkan mengerjakan ibadah
hari ‘ied, yaitu semua ibadah haji ; melempar jamratul ‘aqabah, Mencukur atau
memotong rambut, thawaf, dan sa’i
Apabila para jama’ah telah sampai di mina kemudia menuju jamratul ‘aqabah,
yang merupakan jamarat yang terakhir dari arah mina, dan jamratul ula dari arah mekah.
Apabila telah sampai di jamarat, maka jama’ah tidak melafazhkan talbiyah lagi, dan
memulai dengan melempar tujuh batu kerikil secara berturut-turut, dan bertakbir pada
setiap kali lemparan. Waktu melempar dimulai pada subuh hari ‘id. Apabila melempar
sebelum subuh atau akhir malam hukumnya sah, dan batas waktu melempar hingga terbit
fajar pada hari ke 11.
Mencukur habis rambut, atau memendekkan. Lebih afdhal apabila dicukur habis.
Dan bagi perempuan memendekkan rambutnya seukuran ujung jarinya.
12
Berangkat menuju kota Makkah untuk melakukan thawaf ifadhah. Tidak
diwajibkan idhthiba’ ketika thawafa ifadhah. Setelah selesai melaksanakan thawaf, jika
memungkinkan disunnahkan mendekati maqam ibrahim ‘alaihissalam untuk
melaksanakan shalat sunnah dua raka’at dibelakang maqam tersebut. Pada thawaf ifadhah
tersebut lebih afdhal untuk melepaskan pakaian ihram, setelah melempar dan mencukur
rambut dan mengenakan pakaian biasa dengan menggunakan parfum. Berdasarkan hadits
dari ‘aisyah radhiyallahu ‘anhu ; “aku pernah memberi wewangian ketika beliau hendak
memakai pakaian ihram dan setelah melepaskan pakaian ihram sebelum beliau
melakukan thawaf di ka’bah.” [Muttafaq ‘Alaih]
Waktu pelaksanaan thawaf ifadhah ; setelah terbit matahari pada hari ‘id. Boleh
melakukannya sebelum terbit fajar pada malam ‘id, bagi yang ingin cepat berangkat dari
muzdalifah karena sebab tertentu, sakit, para wanita yang membawa anak , atau petugas
haji. Dan diperbolehkan menundanya hingga akhir hari ‘id akan tetapi hal tersebut
menyelisihi sunnah.
Bagi orang yang mengerjakan haji tamattu’ diwajbkan sa’i antara shafa dan
marwah setelah melaksanakan thawaf ifadhah. Adapun bagi haji ifrad dan qiran jika telah
melakukan sa’i setelah thawaf qudum . tidak diwajibkan baginya untuk sa’i setelah
thawaf ifadhah. Apabila telah selesai mengerjakan thawaf ifadhah dan sa’i, maka
selesailah seluruh rangkaian ibadah pada hari ‘id, dan kembali ke mina untuk bermalam
pada malam ke sebelas.
Disunnahkan tertib dalam melaksanakan ibadah pada hari ‘id sebagai berikut:
melempar, menyembelih, Mencukur rambut, thawaf, dan sa’i. Diperbolehkan
mendahulukan salah satu rangkaian tertib ibadah pada hari ‘id tersebut, karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberi keringanan. Apabila bercukur terlebih dahulu
baru kemudian melempar maka hajinya sah, demikian juga dengan menyembelih terlebih
dahulu baru melempar. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
ditanya tentang mendahulukan atau mengakhirkan rangkaian ibadah pada hari ‘id, namun
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam “kerjakanlah, tidak ada kesulitan pada ibadah-ibadah
yang dilakukan pada hari itu”
Hari-hari tasyriq
Ada tiga hari yaitu: tanggal 11, 12, dan 13 bulan dzulhijah, dinamakan dengan
hari tasyriq, karena pada hari tersebut hewan-hewan kurban disembelih ditengah terik
matahari. Sabda Rasululla shallallah ‘alaihi wasallam : “ sesungguhnya hari ini adalah
hari makan dan minum serta hari berdzikir kepada Allah” [HR. Abu Dawud]
13
Siang dan malam tanggal 11 dzulhijah:
diwajibkan bagi jamaah haji untuk bermalam di mina pada malam 12 dzulhijjah.
Apabila matahari telah tergelincir, maka para jamaah melakukan pelemparan jamarat
seperti hari ke 11. Apabila ada jamaah yang ingin buru-buru, maka ia melempar dan
keluar dari mina sebelum matahari terbenam. Jika matahari terbenam dan ia tetap di mina
, bermalam dan melempar jamarat pada hari ke 13 , maka itu lebih baik. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,“barang siapa yang ingin mempercepat (meninggalkan mina) setelah
dua hari, maka tidak ada dosa baginya dan barang siapa mengakhirkannya tidak ada dosa
(pula) baginya..“. (Al-Baqarah: 203).
Yang dimaksud dengan dua hari pada ayat tersebut adalah dua hari tasyriq yaitu
tanggal 11 dan 12 dzulhijjah, atau menunda hingga menyempurnakan hingga hari ke 13
Diperbolehkan bagi jama’ah haji untuk menunda melempar jamarat satu hari
setelah tanggal 11, atau menundanya hingga hari akhir dari har-hari tasyriq yaitu hari ke
13, karena semua hari tasyriq adalah waktu melempar jumrah
Ia harus melempar jamarat untuk hari pertama kemudian balik lagi ke jumrah
sughra melempar hari kedua demikian seterusnya, pada saat matahari tergelincir
Tawaf Wada’
Apabila seseorang ingin berangkat keluar kota mekah, maka wajib baginya untuk
melakukan tawaf wada’, ia termasuk kewajiban haji, tidak sa’i setelahnya. Kewajiban
tawaf wada’ gugur bagi wanita haidh dan nifas.
14
Menunda Tawaf Ifadhah dan Melakukannya di Tawaf Wada’
Dibolehkan menunda tawaf ifadhah dan melakukannya di tawaf wada’, namun hal
demikian menyelisihi sunnah, hukumnya sah dengan syarat ia berniat tawaf ifadhah dan
melakukan sa’i setelahnya.
Rahasia dibalik perintah tawaf, sa’i dan melempar jamarat adalah dalam rangka
dzikir kepada Allah. (feqh, 2017)
Tata cara pelaksanaan ibadah umrah seperti tuntunan Rasulullah Saw adalah
sebagai berikut:
a. Mandi sunah untuk berihram.
b. Memakai pakaian ihram bagi laki-laki berupa
c. dua lembar kain ihram yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak.
Adapun wanita, ia memakai pakaian yang telah disyariatkan untuk menutupi
seluruh tubuhnya, namun tidak dibenarkan memakai cadar/niqab (penutup
wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan.
d. Berihram dari miqat untuk umrah.
e. Tidak ada shalat khusus untuk berihram, namun jika bertepatan dengan waktu
shalat waktu shalat wajib, maka shalatlah lalu berihram setelah shalat. Atau shalat
sunah wudu. Kecuali jika miqatnya dari Madinah (Dzul Hulaifah atau Bir Ali)
maka disunahkan shalat dua rakaat dikarenakan keistimewaan dan berkah tempat
tersebut. (HR. Bukhari dan Abu Dawud).
f. Setelah mengucapkan “talbiyah umrah”, dilanjutkan dengan membaca dan
memperbanyak talbiyah hingga tiba di Mekkah.
g. Kemudian memulai tawaf umrah tujuh putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan
berakhir di Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula.
h. Setelah tawaf, menutup kedua pundaknya, lalu menuju ke makam Ibrahim.
i. Shalat sunah tawaf dua rakaat di belakang makam Ibrahim, pada rakaat pertama
setelah membaca surat Al-Fatihah, membaca surat Al-Kafiruun. Dan pada rakaat
kedua setelah membaca Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.
j. Setelah shalat, disunahkan minum air Zamzam.
k. Kemudian menuju ke bukit Safa melaksanakan Sa’I umrah sebanyak 7 kali antara
bukit Safa ke bukit Marwa dan sebaliknya, sa’I berakhir di bukit Marwa.
l. Setelah sa’I, maka bertahalul dengan memotong sebagian rambut atau
menggundulinya.
m. Setelah memotong atau mencukur rambut, maka berakhirlah ibadah umrah dan
Anda telah dihalalkan atau diperbolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang
tadinya dilarang ketika dalam keadaan Ihram. (feqh, 2017)
15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara terminologi haji berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti qash,
yakni tujuan, maksud, dan menyengaja, berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu.
Dilihat dari segi bahasa umroh berarti meramaikan. Menurut Nurcholis Madjid
meramaikan berarti meramaikan tempat suci Makkah, yang di situ terletak Masjidil
Haram dan di dalamnya terdapat Ka’bah. Namun demikian umroh dalam konteks ibadah
tidak sekedar mempunyai arti meramaikan, melainkan lebih dari itu yaitu kita dituntut
agar bisa mengambil manfaat darinya.
B. SARAN
Saran saya semoga kita sebagai manusia dapat bisa menjalankan rukun islam ke
5. Ini yaitu naik haji bagi yang mampu. Semoga Allah Azza Wa Jalla bisa mempermudah
perjalanan kita ke tanah suci untuk menuanikan ibadah haji dan umrah.
16
DAFTAR PUSTAKA
17