Anda di halaman 1dari 13

Poliomielitis

Sebastian Ivan Kristianto


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Tlp : 5666952
isakofficial@yahoo.com

Pendahuluan

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang
pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang
dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar,
nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan
merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika
Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan
bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata
orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat
akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan
penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini 1.
1.1 Latar Belakang
Polio adalah infeksi penyakit virus polio menyerang dan merusak sistem saraf
menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Polio sudah dikenal sejak
zaman pra-sejarah yaitu lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-
orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius
terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Polio masih menjadi masalah di beberapa negara di seluruh dunia. Pada tahun 1988,
beberapa negara meluncurkan Program Pemberantasan Polio Global untuk menghapus
polio dengan melaksanakan kampanye imunisasi masal. Sebab masih terdapat sekitar 350
ribu kasus polio di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, kampanye imunisasi
masal dilakukan dengan mengadakan PIN (Pekan Imunisani Nasional). PIN adalah
merupakan suatu imunisasi suplementasi, bertujuan untuk menghilangkan atau
mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio liar yang masih ada di wilayah
yang bersangkutan . Program PIN ini, semua anak usia 0-59 bulan (Balita), tanpa kecuali
akan serentak diimunisasi, tanpa memandang apakah sudah pernah diimunisasi Polio atau
belum. Imunisasi serentak dilakukan pada pos-pos PIN, seperti Posyandu dan Puskesmas.
Selain itu, juga dilakukan kunjungan kesemua rumah untuk meyakinkan bahwa semua
balita telah terimunisasi.6
Dengan program PIN tersebut, Indonesia pernah dinyatakan bebas polio selama 10
tahun. Tetapi pada 5 Mei 2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi
(Jawa Barat) akibat strain virus yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus ini
diperkirakan terbawa dari Nigeria ke Arab dan sampai ke Indonesia melalui tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di Arab atau orang yang bepergian ke Arab untuk haji.
Mewabahnya kembali polio di Indonesia terjadi karena pada putaran-putaran imunisasi
sebelumnya ditahun 2005 tidak cukup untuk mengimunisasi banyak anak, rendahnya
angka rata-rata cakupan imunisasi berkala di Indonesia yaitu 70 persen serta pola hidup
masyarakat yang masih kurang. 1,6
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Singkat Polio

Poliovirus

Gambar 1. Picornavirus
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus

2.1.1 Jenis – jenis Polio

1. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio Paralisis Spinal


Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot
tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen,
kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus
dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan
neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala
seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf
pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya
virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf
pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas kondisi ini
disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat
dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks
(dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.

3. Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur
pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang
mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori
yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan
yang mengatur pergerakan leher. 2
2.1.2 Penyebab Polio
Polio atau poliomyelitis adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus yaitu poliovirus (PV). Virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1
(brunhilde), strain 2 (lanzig), dan strain 3 (leon). Strain 1 merupakan paralitogenik atau
paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa (wabah), strain 3 lebih jarang
demikian pula strain 2 paling jarang dan paling jinak. Virus polio berukuran hanya 27
nanometer, berbentuk icosahedral, tanpa sampul (envelope) dengan genom RNA, single
stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian
virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). 3

2.1.3 Gejala Polio


Respons pertama terhadap infeksi virus polio biasanya bersifat infeksi
asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 - 8 % infeksi virus
polio tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor
(abortive poliomyelitis) berupa demam, mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, otot
menjadi lemah, sembelit dan sakit tenggorokan. Setelah itu, penderita dapat sembuh
dalam beberapa hari.
Namun, bila virus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan
sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik 1 - 2% dan poliomyelitis
paralitik (kelumpuhan) 0,1-1%. Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, virus polio telah
mencapai selaput otak (meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit
punggung dan leher. Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya terjadi sebagai
perkembangan lebih lanjut dimulai dengan fase preparalitik selama 1-2 hari. Strain
poliovirus menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Gejalanya adalah badan
panas, nyeri kepala, muntah atau mencret, nyeri pada otot-otot, kemudian terjadi
kelumpuhan pada anggota gerak, lengan atau tungkai yang sifatnya lemas (flacid
paralisis). Lumpuh lemas (flacid paralisis) terjadi karena hilangnya refleks atau
penurunan refleks pada lengan dan tungkai, yang terjadi akibat kerusakan neuron motor
bawah. Jika tidak adanya kekebalan alami akan menyebabkan terserangnya batang otak
yang menyebabkan poliomyelitis bulbar. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi
kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan. Tingkat
kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini,
mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau
alat bantu pernapasan.

fase-fase infeksi virus polio adalah sebagai berikut.

1. Stadium akut (sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu). Ditandai dengan suhu
tubuh meningkat, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan itu terjadi
akibat kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh
invasi virus. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%),
sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai
sekitar 2 bulan sejak awal sakit. Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga
menimbulkan deformitas yang cenderung menetap.
2. Stadium subakut (2 minggu s/d 2 bulan). Ditandai dengan menghilangnya demam,
kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan, kemudian timbul kelumpuhan
anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi.
3. Stadium konvalescent (2 bulan s/d 2 tahun). Ditandai dengan pulihnya kekuatan
otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase
akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan
kekuatan otot.
4. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya
menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot
permanen.
Gamar 2. Anak yang terkena polio

2.2 Mekanisme Penyebaran Polio


Virus polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang
terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri
sedang terjangkit. Virus polio ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan
tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan virus polio dapat berlangsung
melalui:
1) Fekal-oral (dari tinja ke mulut) berarti minuman atau makanan yang telah
terkontaminasi tinja dari orang yang sudah terjangkit polio masuk ke mulut
manusia sehat lainnya
2) Oral-oral (dari mulut ke mulut) adalah penyebaran dari air liur penderita yang
masuk ke mulut manusia sehat lainnya. 4.

Setelah seseorang terkena infeksi, virus tersebut berkembang biak didalam usus
dan akan keluar melalui feses selama beberapa minggu. Masa inkubasi umumnya 7-14
hari untuk kasus paralitik, dengan rentang waktu antara 3-35 hari. Virus polio dapat
ditemukan didalam sekret tenggorokan dalam waktu 36 jam dan pada tinja 72 jam setelah
terpajan dengan infeksi baik dengan penderita klinis maupun dengan kasus inapparent.
Penderita polio sangat menular selama beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah
gejala awal.
Siklus penularan virus poilo dapat dijelaskan sebagi berikut.

1. Satu virus polio mendekati sebuah sel saraf melalui aliran darah.
2. Reseptor-reseptor sel saraf menempel pada virus.
3. Capsid (kulit protein) dari virus pecah untuk melepaskan RNA (materi genetik) ke
dalam sel.
4. RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom-stasiun perangkai protein pada sel.
5. RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk membuat lebih banyak
RNA dan capsid polio.
6. Capsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk virus polio baru.
7. Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan virus polio baru kembali
ke aliran darah.

Banyak jenis sel manusia memiliki reseptor yang cocok dengan virus polio tak diketahui
mengapa virus suka neuron motorik ketimbang sel lain. Dari 200 virus yang bertemu sel,
hanya satu yang sukses masuk dan bereplikasi. Sistem kekebalan tubuh melindungi diri
dengan memproduksi antibodi yang melawan protein yang ditutupi virus, mencegah virus
berinteraksi dengan sel yang lain. 3

2.3 Upaya Preventive, Kuratif, dan Rehabilitasi Penyakit Polio


2.3.1 Preventive.
Upaya pencegahan polio dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat pemberian imunisasi


sedini mungkin semasa anak-anak.
2. Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Imunisasi dilakukan untuk memberikan vaksin
polio kepada balita. Vaksin polio yang diberikan ada dua jenis vaksin polio yaitu:
 Vaksin polio oral (OPV) yang ditemukan Albert Sabin. OPV diberikan ke dalam
mulut yang berisi virus polio hidup yang telah dilemahkan. OPV merangsang
pembentukan antibodi baik antibodi di dalam darah maupun antibodi lokal pada
jonjot (vili) usus. OPV dapat memberikan perlindungan kepada individu sebab
jika diberikan berulang kali, vaksin ini merangsang pembentukan antibodi dalam
darah yang memblokir penyebaran virus ke sistem saraf pusat dan melindungi
seorang anak seumur hidup. Cara memberikannya adalah dengan meneteskan
vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis.

 Vaksin polio yang dinonaktifkan/dimatikan (IPV) yang dikembangkan Jonas Salk.


Vaksin polio ini mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan
dengan cara disuntikkan. Baik OPV maupun IPV kedua-duanya merangsang
pembentukan kekebalan intestinal. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine
yaitu kombinasi DPT dan polio. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi Polio Dasar yang
lengkap adalah 4 kali, yaitu saat bayi lahir (Polio-), usia 3 bln (Polio-1), usia 4 bln
(Polio-2) dan usia 5 bln (Polio-3). Dengan lengkap 4 kali dimaksudkan bayi dapat
menyusun antibodinya dengan maksimal, untuk suatu proteksi 5-10 thn. Imunisasi
polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu
bulan. Imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5–6
tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). 2

 Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai


lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan karena polio atau bukan.

 Melakukan Mopping Up artinya pemberian vaksinasi masal di daerah yang


ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah 5 tahun tanpa melihat
status imunisasi polio sebelumnya.
 Peningkatan sanitasi lingkungan dan higiena sanitasi perorangan. Karena
penyebaran virus polio ini melalui tinja, maka masyarakat dihimbau menjaga
kebersihan lebih baik lagi, terutama pada jamban di rumah-rumah mereka serta
selalu melakukan cuci tangan bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti
makan.

 Konsumsi makanan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh seperti vitamin
C.

2.3.2 Kuratif.
Sejauh ini belum ditemukan obat spesifik yang dapat membunuh virus polio. Anak
yang terinfeksi virus polio dan belum pernah melakukan imunisasi, maka diberikan
globulin gamma. Penderita polio juga bisa diberikan obat penahan rasa sakit dan obat
pengurang rasa nyeri, seperti aspirin atau obat golongan astominofen dan kejang otot.
Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat.2

2.3.3 Rehabilitasi.
Kelumpuhan ditatalaksana dengan cara rehabilitasi medik, yaitu latihan-latihan
tertentu, bila keadaan sudah stabil. Untuk perawatan bagi penderita polio akut dibutuhkan
pengetahuan dan ketrampilan yang baik serta peralatan yang memadai terutama bagi
penderita yang membutuhkan bantuan alat bantu pernafasan (trakeostomi). untuk
memulihkan fungsi tubuh setelah mengalami kelumpuhan akibat poliomyelitis dan dapat
mencegah terjadinya deformitas dapat dilakukan dengan cara fisioterapi , menggunakan
sepatu khusus yaitu bidai (alat batu berjalan) dan operasi ortopedik. 2
2.4 Epidemiologi

2.4.1. Angka Kesakitan

Sejak 1979 Tidak ada laporan kasus infeksi poliovirus di Amerika Serikat. Sampai
tahun 1998, rata-rata 8-10 kasus yang terkait dengan virus vaksin yang dilaporkan setiap
tahun. Karena dari semua lembaga vaksin inactivated poliovirus (IPV) kebijakan dalam
jadwal imunisasi rutin, jumlah vaksin-kasus terkait telah menurun secara signifikan.
Empat kasus vaksin berasal poliovirus diidentifikasi pada tahun 2005 di kalangan anak-
anak di sebuah unvaccinated masyarakat Amish di Minnesota. Insiden global mengenai
infeksi poliovirus ini telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988. Meskipun tidak ada
wabah yang dilaporkan di belahan bumi barat sejak 1991, Pan American Health
Organization melaporkan sebuah kejadian di Haiti dan Republik Dominika pada tahun
2001. Sejak 2001, tidak ada tambahan wabah penyakit yang disebabkan oleh poliovirus
di Amerika. Dari kelompok-jenis penyakit masih ditemukan di beberapa daerah di Afrika
dan Asia Tenggara. Semenjak tahun 2004, hanya 5 negara dimana poliovirus transmisi
tidak pernah terputus diantaranya adalah India, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan
Afghanistan. Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat terhadap pemberantasan
penyakit infeksi ini di negara-negara tersebut, peningkatan jumlah kasus yang diamati
pada tahun 2006 ini tetap ada. 1

2.4.2 Angka Kematian

Tidak ada bukti menunjukan bahwa pemberian vaksin dapat menyembuhkan


polio. Pada tahun 1923 – 1953, vaksin polio telah diperkenalkan dan diberikan, tetapi
angka kematian penyakit polio di Amerika Serikat dan Inggris masih tinggi sekitar 47
persen sampai 55 persen. Pada data Statistik menunjukkan suatu kemunduran di negara-
negara Eropa. Dan ketika vaksin polio banyak tersedia di Eropa banyak orang bertanya
tentang manfaat dan efektivitas vaksin polio, karena banyak warga disana menggunakan
vaksin polio tetapi masih terserang polio. 1
Namun dalam survei WHO penurunan Kasus polio dwasa ini sudah sangat
signifikan, bahkan banyak negara yang telah menjadi negara bebas polio, Indonesia
termasuk dalam salah satunya.
DAFTAR PUSTAKA

1. L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland :


Geneva 1211
2. N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,
efficacy, and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global
Vaccine Institute.
3. M.D, Paul E. Peach.2004. Poliomyelitis. Warm Springs ; GA 31830.
Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. USA : McGraw-Hill Companies, Inc
4. http://www.totalkesehatananda.com/polio3.html. Diakses tanggal 13
Januari 2015.
5. http://Klinikonline.com/2008/11/polio-masalahnya-dan-cara-
pencegahannya.html. Diakses tanggal 13 Januari 2015
6. http://www.biofarma.co.id/wp-content/uploads/2014/11/KMK-No.-1611-
ttg-Pedoman-Penyelenggaraan-Imunisasi.pdf Diakses tanggal 14 Januari
2015

Anda mungkin juga menyukai