Anda di halaman 1dari 70

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN COCONUT
OIL PADA XEROSIS

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NELI SUHARTI
1106129991

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN INTERVENSI
PEMBERIAN COCONUT OIL PADA XEROSIS

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar ners keperawatan

NELI SUHARTI
1106129991

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014
i

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
anugerah dan rahmat yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat memenuhi tugas mata ajar tugas akhir Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK UI). Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Ibu Dra. Juniati Sahar, Ph.D., selaku Dekan FIK UI;
2) Ibu Lestari Sukmarini, S.Kp., MNS, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan karya ilmiah ini sampai selesai;
3) Ibu Ns. Tatik Wahyuni, S.Kep. selaku pembimbing klinik di RSUP Fatmawati
dan penguji dalam sidang tugas akhir yang telah memberikan masukan untuk
pembuatan tugas akhir.
4) Ibu Bapak/Ibu Dosen Pembimbing FIK UI yang senantiasa memberikan
masukan dan semangat selama penulis menjalani perkuliahan;
5) Kedua orang tua saya Bapak Dahrodji Marthawijaya dan Ibu Encum Kulsum
yang selalu memberikan dukungan tiada henti, menyempatkan waktu untuk
selalu mendoakan putri-putrinya, adik-adikku Linda Luningrum dan Hesa
Mastupah Widyawati;
6) Suami tercinta Vidi Januardani yang selalu memberikan semangat, doa dan
dorongan yang tiada henti sehingga penulis mampu menyelesaikan proses
perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini dengan baik, serta putri-putri cantikku
Anna Zahirah Masyudah dan Adzra Laila Nurizzah yang harus kehilangan
banyak waktu untuk bermain dengan mama, dan dengan senyuman, candanya
membuat mama kembali bersemangat untuk menjalani perkuliahan;
7) Semua pihak yang telah membantu menyumbangkan tenaga dan pemikirannya
dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan, dikarenakan ilmu, dan pengalaman penulis yang masih terbatas
iv

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


untuk itu saran dan kritik yang membangun masih diperlukan dalam kesempurnaan
penyusunan tugas akhir ini.
Akhir kata semoga hasil penyusunan tugas akhir ini bisa menjadi manfaat buat
diri sendiri, maupun bagi pembaca serta menjadi studi kepustakaan khususnya bagi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Depok, Juli 2014

Neli Suharti

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Neli Suharti


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Intervensi
Pemberian Coconut Oil pada Xerosis

Pola hidup masyarakat perkotaan yang semakin komplek berdampak pada


penurunan derajat kesehatan masyarakat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Salah satu dampaknya
adalah meningkatnya penyakit hipertensi dan diabetes melitus yang merupakan
penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK). GGK terjadi penurunan
fungsi ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang disebut toksin uremik.
GGK salah satunya menyebabkan gangguan integritas kulit seperti kulit kering
(xerosis) yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peran perawat sangat
diperlukan dalam upaya promotif untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan preventif untuk menghindari suatu kejadian sebelum terjadi
komplikasi lebih lanjut. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melakukan
analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien
gagal ginjal kronik dengan intervensi pemberian coconut oil terhadap xerosis.
Kegagalan ginjal dapat menyebabkan perubahan pada kelenjar keringat dan
kelenjar minyak yang menyebabkan kulit menjadi kering. Kulit kering akan
menyebabkan infeksi, apabila terluka akan membuat proses penyembuhannya lebih
lambat dan menjadi penyebab gatal–gatal. Pemberian coconut oil dapat dijadikan
suatu pilihan dalam mengatasi xerosis.

Kata kunci: gagal ginjal kronis; derajat kesehatan; coconut oil

vii

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Neli Suharti


Study Program : Bachelor of Nursing
Research Title : Analysis of Clinical Nursing Practice Public Health
Nursing in Urban on Chronic Renal Failure with
Intervention Provision of Coconut Oil on Xerosis

The complexity of urban people’s lifestyle affects on decreasing health status of


people. That condition is influenced by environment, behavior, genetic, and health
service factor. One of the effects is high prevalence of hypertension and diabetes
mellitus which can cause chronic kidney disease (CKD). CKD occurs is kidney
function decrease and waste metabolism accumulation of protein named uremic
toxin. CKD can cause impaired skin integrity such as dry skin (xerosis) that affects
quality of life. The role of nurses is necessary in promotion to increase people
health status and preventive to avoid further complication. This study aims to
analyze clinical practice of urban health nursing by application of coconut oil in
CKD patient with xerosis. Decreased kidney function causes change in sweat and
oil glands that leads skin dryness. Skin dryness can cause itchy skin and infection
when injured by affecting healing process. The application of coconut oil can be
one option to overcome xerosis.

Keywords: chronic kidney disease; coconut oil; health status

viii

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6


2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .................................. 6
2.2 Gagal Ginjal Kronik ............................................................................. 8
2.2.1 Definisi ....................................................................................... 8
2.2.2 Etiologi ....................................................................................... 8
2.2.3 Manifestasi klinik ....................................................................... 12
2.2.4 Komplikasi ................................................................................. 12
2.2.5 Penatalaksanaan ......................................................................... 13
2.2.6 Asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik .... 14
2.2.6.1 Pengkajian .......................................................................... 14
2.2.6.2 Diagnosa keperawatan ....................................................... 15
2.3 Pemberian coconut oil pada pasien gagal ginjal kronik yang
mengalami xerosis .............................................................................. 16

BAB 3 TINJAUAN KASUS PENELITIAN...................................................... 21


3.1 Pengkajian ........................................................................................... 18
3.1.1 Identitas pasien ........................................................................... 18
3.1.2 Ananmnesis ................................................................................ 18
3.1.3 Pemeriksaan laboratorium .......................................................... 22
3.1.4 Pemeriksaan diagnostik .............................................................. 22
3.1.5 Daftar terapi medikasi ................................................................. 23
3.2 Rencana asuhan keperawatan .............................................................. 24
3.3 Catatan keperawatan ........................................................................... 31
3.4 Evaluasi keperawatan ........................................................................... 42

BAB 4 ANALISIS SITUASI................................................................................ 43


4.1 Profil lahan praktek .............................................................................. 43

ix

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan
konsep terkait ....................................................................................... 43
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait.... 47
4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ........................................ 59

BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 51


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 51
5.2 Saran .................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

LAMPIRAN

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemeriksaan darah .................................................................................. 22


Tabel 3.2 Daftar terapi medikasi ............................................................................. 23
Tabel 3.3 Rencana asuhan keperawatan ................................................................. 24
Tabel 3.4 Catatan keperawatan .............................................................................. 31

xi

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Peneliti

xii

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola hidup masyarakat perkotaan yang semakin komplek berdampak pada
penurunan derajat kesehatan masyarakat. Salah satunya dampaknya adalah
meningkatnya penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK), dimana penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko morbiditas dan mortalitas
yang tinggi di dunia bahkan penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu
penyakit kronik dengan prevalensi terbesar di dunia (Skorecki, et.al., 2005).
Berdasarkan data United State Renal Data System (USRDS, 2009) di Amerika
Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal kronik sebesar 10-13% di dunia
sedangkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500
juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik atau Sekitar 1,5 juta orang
harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah. Di Indonesia sendiri
berdasarkan data dari Kementerian kesehatan Indonesia (2013) prevalensi gagal
ginjal kronik mengalami peningkatan yakni 4,3% dari angka nasional 2%,
sedangkan data Indonesian Renal Registry (IRR) terjadi peningkatan jumlah
penderita baru GGK pada tahun 2010 sebanyak 9.649 orang, tahun 2011 sebanyak
15.353 orang dan tahun 2012 sebanyak 19.621 orang adapun untuk tahun 2012
jenis penyakit gagal ginjal yang terjadi antara lain GGK 5%, Gagal Ginjal
Akut/ARF 12%, Gagal Ginjal Terminal/ESRD 83% (PERNEFRI, 2012).

Data penyakit GGK daerah perkotaan terutama kota-kota besar di Indonesia


berdasarkan hasil riset dasar kesehatan Depkes (2013) menunjukkan prevalensi
penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok
umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), umur 55-74 tahun
(0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%) dengan prevalensi pada
laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), dan secara global prevalensi
penyakit GGK pada masyarakat perkotaan mencapai 0,2%. Sedangkan faktor
penyebab terjadinya GGK pada perkotaan cenderung menunjukkan terjadinya

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


2

peningkatan pada kota-kota besar di Indonesia dengan prevalensi hipertensi


diagnosis oleh tenaga kesehatan berdasarkan wawancara tahun 2007 sebanyak
7,6% menjadi 9,5% tahun 2013. Prevalensi diabetes melitus menunjukkan
kecenderungan terjadinya peningkatan pada masyarakat perkotaan dengan
prevalensi diabetes melitus berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1 persen
lebih tinggi dibanding tahun 2007 sebanyak 1,1%, kecuali pada Papua Barat dan
Nusa Tenggara Barat terlihat ada kecenderungan menurun, akan tetapi pada 31
provinsi lainnya menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti seperti
Maluku (0,5% menjadi 2,1%), Sulawesi Selatan (0,8% menjadi 3,4%), dan Nusa
Tenggara Timur (1,2% menjadi 3,3%).

Gagal ginjal kronik sendiri merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia
(Smeltzer, et.al., 2008). Data yang didapat dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2008 dengan memeriksa kadar kreatinin serum pada 1200 orang,
didapatkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik cukup besar yaitu 12,5%,
bahkan pada pasien beresiko tinggi seperti hipertensi, diabetes, dan proteinuria
prevalensinya meningkat 29,1%. Hasil riset kesehatan dasar Depkes (2013)
prevalensi gagal ginjal kronis pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2
persen dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6 persen sedangkan data rekam medis
Rumah Sakit Fatmawati bulan Januari sampai Maret 2014 didapatkan jumlah
penderita gagal ginjal di rawat inap adalah 108 orang dengan klasifikasi cronic
renal failure (CRF) 3 orang, CRF unspesific 40 orang, End Stage Renal Disease
(ESRD) 65 orang.

Akibat dari penyakit GGK tersebut pasien akan tetap mengalami sejumlah
permasalahan dan komplikasi serta adanya berbagai perubahan pada bentuk dan
fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer et.al., 2008). Bentuk perubahan dan
komplikasi GGK mempunyai manifestasi klinis seperti nausea, vomitus, lemas,
pucat, uremic fetor, edema, pertumbuhan terlambat, osteodistrofi, hipertensi,
gangguan integitras kulit dan lain-lain. Manifestasi klinis tersebut terjadi akibat

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


3

penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan dan jelas terlihat setelah laju
filtrasi glomerulus (LFG) <10 ml/menit/1,73 m². sedangkan gejala fisik tidak
langsung terlihat oleh karena ginjal yang masih baik mempunyai fungsi ginjal
cadangan yang besar (reserve fungsional) dan nefron mempunyai kemampuan
mengadaptasi kehilangan nefron lainnya.

Menurut (Pardede, 2010) manifestasi klinis GGK disebabkan oleh berbagai faktor
akibat penurunan fungsi ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang
disebut toksin uremik. Dari manifestasi klinis tersebut salah satu masalah yang
muncul dalam GGK adalah gangguan integritas kulit seperti gatal-gatal (pruritus),
kulit kering (xerosis) dan kulit belang (skin discoloration) yang mempengaruhi
50% - 90% dari pasien dialisis peritoneal atau hemodialisis dan gejala berkisar
dari lokal dan ringan sampai umum dan parah terkait dengan stadium akhir
penyakit ginjal (Silverberg, Singh & Laude 2001 dalam Headly & Wall 2002).
Hasil penelitian Udayakumar, et.al (2006) 80% pada 100 pasien GGK mengeluh
masalah kulit dengan temuan umum xerosis 79%, pucat 60%, pruritus 53% dan
pigmentasi kulit 43%. Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang paling
mengganggu pada pasien gagal ginjal akhir yang menjalani GGK yang melakukan
hemodialisis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Akhyani, et. al., 2005;
Nahid, et. al., 2010).

Xerosis merupakan kulit kering yang muncul akibat pada pasien GGK bisa akibat
gangguan sistemik uremia dimana mekanisme yang mendasari gangguan
integritas kulit yang masih belum dimengerti penyebabnya, bisa karena
hiperparatiroidisme sekunder, kelainan divalen-ion, histamin, sensitisasi alergi,
proliferasi sel mast kulit, anemia defisiensi besi, neuropati dan perubahan
neurologis, atau kombinasi dari ini telah dihipotesiskan. Belum ada pengobatan
yang efektif saat ini untuk gangguan integritas kulit (Narita,et. al., 2008). Xerosis
merupakan kondisi yang sering ditemui pada pasien gagal ginjal terminal.

Kegagalan ginjal dapat menyebabkan perubahan pada kelenjar keringat (sweat


glands) dan kelenjar minyak (oil glands) yang menyebabkan kulit menjadi kering.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


4

Kulit kering akan menyebabkan infeksi, apabila terluka akan membuat proses
penyembuhannya lebih lambat dan menjadi penyebab gatal–gatal. Dari
permasalahan tersebut penulis ingin melakukan analisis praktik klinik
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien gagal ginjal kronik
dengan intervensi pemberian coconut oil di ruang rawat penyakit dalam lantai 5
selatan Gedung Teratai RSUP Fatmawati.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan analisis praktik
klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien gagal ginjal
kronik dengan intervensi pemberian coconut oil terhadap xerosis di ruang rawat
penyakit dalam lantai selatan Gedung Teratai RSUP Fatmawati.

1.2.2 Tujuan khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah ini adalah menganalisa:
a. Masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)
b. Asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan masalah gangguan
integritas kulit pada pasien gagal ginjal kronik
c. Analisis intervensi perawatan kulit kering (xerosis) dengan pemberian
minyak kelapa (coconut oil) pada pasien gagal ginjal kronik.

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini antara lain:
a. Pelayanan keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada perawat
dalam menyusun asuhan keperawatan yang dilakukan khususnya intervensi
keperawatan kepada pasien gagal ginjal kronik sesuai dengan evidence base
practice.
b. Pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
yang berkaitan dengan sistem urologi khususnya mengenai pasien gagal

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


5

ginjal kronik yang mengalami gangguan integritas kulit sehingga diharapkan


dapat membantu meningkatkan rasa nyaman dan mencegah perburukan
kondisi serta komplikasi yang lebih berat terhadap pasien.
c. Penulis selanjutnya
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi dasar dalam melakukan analisis
praktik keperawatan sesuai dengan penelitian terbaru.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Komponen yang akan diuraikan dalam bab ini meliputi konsep keperawatan
kesehatan masyarakat (KKMP), gagal ginjal kronik dan perawatan xerosis untuk
meningkatkan kualitas .hidup pasien.

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Kehidupan masyarakat perkotaan sangat mempengaruhi pola kesehatan
masyarakat, bahkan Menteri kesehatan Republik Indonesia di tahun 2010 telah
mengungkapkan adanya permasalahan masyarakat di daerah urban atau perkotaan
sangat kompleks yang berdampak pada masalah ekonomi, sosial, peningkatan
jumlah penduduk, serta perubahan lingkungan. Masalah yang muncul dari dampak
tersebut antara lain pengangguran, sempitnya lahan pemukiman, dan polusi udara
yang akan akan mempengaruhi penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah
urban dan perkotaan.

Penurunan derajat kesehatan masyarakat menurut H.L. Blumm dalam


Notoatmodjo (2010) dipengaruhi 4 faktor mendasar yang antara lain faktor
lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Faktor lingkungan muncul akibat perkembangan kota yang semakin pesat adalah
masalah kesehatan lingkungan yang ada di daerah perkotaan seperti yang
diungkapkan oleh WHO (2014) dengan mendefinisikan kesehatan lingkungan
merupakan faktor fisik, kimia, dan biologi di luar manusia yang mempengaruhi
perilaku manusia, yang penilaian dan pengendalian faktor-faktor lingkungan
berpotensi mempengaruhi kesehatan.

Faktor ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang


berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, dimana
masih banyak masyarakat perkotaan yang rendahnya memanfaatkan fasilitas
layanan kesehatan yang ada akibat rendahnya pengetahuan serta biaya yang tinggi
sehingga berdampak penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang tidak

6 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


7

terkontrol yang akan mempengaruhi penyakitnya sehingga beresiko merusak


ginjal berakibat gagal ginjal. Faktor genetik pada diabetes melitus mempunyai
resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita
Diabetes Melitus (DM). dimana sekarang sudah mulai terjadi peningkatan jumlah
diabetes mellitus pada anak-anak muda akibat dari faktor keturunan dan
perubahan gaya hidup masyarakat sekarang.

Faktor perilaku merubah gaya hidup masyarakat perkotaan seperti perubahan pola
makan (makan makanan berlemak, dan berkolesterol tinggi), pola tidur, pola
istirahat, pola olah raga, merokok (kurangnya aktifitas fisik), minum-minuman
keras, kegemukan berakibat meningkatnya penyakit diabetes melitus, maupun
hipertensi. Akibat perubahan pola hidup masyarakat perkotaan penyakit diabetes
dan hipertensi menjadi semakin tidak terkontrol dan tidak terkendali karena
dipengaruhi oleh rendahnya masyarakat memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
mengakibatkan kerusakan yang lebih parah yang berdampak pada penyakit gagal
ginjal, dimana 40% oleh karena diabetes mellitus dan gaya hidup, bahkan
cenderung terjadi peningkatan 1-2% setiap tahunnya seperti hasil penelitian
Depkes (2013) bahwa penyakit diabetes melitus yang berdasarkan wawancara
juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013). Jika
dibiarkan terus dan tidak terkontrol hipertensi atau diabetes mellitus
mengakibatkan ginjal cenderung akan menjadi rusak dan tidak dapat dipulihkan
kembali, seperti kasus keracunan gula akibat diabetes akan menyebabkan
kerusakan nefron, yang disebut diabetic nephropaty. Sedangkan tekanan darah
tinggi pada penderita hipertensi dapat merusak jaringan pembuluh darah ginjal.
Kemunduran peran nefron secara bertahap dapat menjadi semakin parah bila
mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi penyakit kronis tersebut dalam
jangka panjang, sehingga dapat memberikan efek samping pada ginjal dan
mengakibatkan gagal ginjal kronik.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


8

2.2. Gagal ginjal kronik


2.2.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat
yang memerlukan tetapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang
terjadi pada semua organ akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal
kronik (Skorecki, et. al., 2005).

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun) dengan defisiensi jumlah total
nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan sehingga ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh
dalam keadaan asupan makanan normal (Price & Wilson, 2005). Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan gagal ginjal kronik merupakan
penyakit yang progresif dan berlangsung lama, ireversibel dengan defisiensi
jumlah nefron sehingga terjadi kegagalan tubuh dalam mempertahankan volume
dan komposisi cairan tubuh.

2.2.2 Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Price dan Wilson (2005)
mengklasifikasikan penyebab gagal ginjal kronik sebagai berikut:
1) Penyakit infeksi tubulointestitial (infeksi traktus urinarius (UTI), pielonefritis
dan Nefropati refluks
UTI umumnya dibagi dua kategori: UTI bagian bawah (uretritis, sistitis,
prostatitis) dan UTI atas (pielonefritis akut). Pelonefritis akut adalah infeksi
yang berperan terhadap morbiditas. Pada pelonefritis kronik terjadi
pembentukan jaringan parut parenkimal yang disebabkan infeksi berulang

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


9

dan menetap pada ginjal yang diakibatkan oleh refluks urin terinfeksi
kedalam ureter yang kemudian masuk kedalam parenkim ginjal.

2) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)


Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria
dan atau hematuria. Lesi utama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh
nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan.
Klasifikasi glomerulonefritis:
a. Glomerulonefritis akut
Organisme penyebab lazim adalah streptokokus beta hemolitikus grup A
tipe 12 atau 4 dan 1. Diduga terdapat suatu antibody yang ditujukan
terhadap antigen khusus yang merupakan unsure membrane plasma
streptokokal-spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah
dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara
mekanis terperangkap dalam membrane basalis.selanjutnya komplemen
akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit
polimerfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis
dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran basalis
glomerulus. Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi timbul proliferasi
sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan sel-sel epitel. Semakin
meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan protein dan sel
darah merah keluar kedalam urin.
b. Glomerulonefritis progresif cepat
Cirri khas terdapat hematuria, proteinuria, dan azotemia progresif cepat
sehingga akan mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 2 tahun.
c. Glomerulonefritis kronik
Terjadi penurunan jumlah nefron karena iskemia dan hilangnya nefron.
Tubulus mengalami atrofi, fibrosis interstisialis, dan penebalan dinding
arteria.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


10

3) Penyakit vascular hipertensif


Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-
perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis
dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh darah. Organ sasaran keadaan ini
adalah jantung, otak, ginjal, dan mata. Pada ginjal, arteriosklerosis ginjal
akibat hipertensi lama yang menyebabkan nefrosklerosis benigna. Gangguan
ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan lumen pembuluh
darah intra renal. Ginjal dapat mengecil, biasanya simetris, dan mempunyai
permukaan yang berlubang-lubang dan bergranula. Penyumbatan arteria dan
arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga
seluruh nefron rusak.
4) Gangguan jaringan ikat
a. Sistemik lupus eritematosus (SLE)
Nefritis lupus disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang
terperangkap dalam membran basalis glomerulus dan menimbulkan
kerusakan. Pada kasus SLE, tubuh membentuk antibody terhadap DNA
nya sendiri.
b. Poliartritis nodusa
Merupakan penyakit radang dan nekrosis yang melibatkan arteria-arteria
berukuran sedang dan kecil di seluruh tubuh yang mengakibatkan iskemia
jaringan yang disuplai dari pembuluh darah yang terserang tersebut.
c. Sklerosis sistemik progresif
Penyakit ini menyerang vaskularisasi beberapa organ (misal, ginjal).
Seperti pada SLE, dapat ditemukan berbagai jenis antibodi dalam serum
yang menimbulkan perkiraan adanya mekanisme imun dalam
patogenesisnya.
5) Gangguan kongenital dan herediter
a. Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ini ditandai dengan kista-kista multipel, bilateral, dan
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar dan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


11

terisi oleh kelompok kista-kista yang menyerupai anggur. Kista-kista ini


berisi cairan jernih atau hemoragik.
b. Asidosis tubulus ginjal
Menunjukkan sekelompok gangguan eksresi ion hidrogen dari eksresi
tubulus ginjal atau kehilangan bikarbonat (HCO3-) dalam urin. Hal ini
menyebabkan asidosis metabolik.
6) Penyakit metabolik
a. Diabetes mellitus
Terjadi hipertropi dan hiperfiltrasi ginjal. Ginjal menunjukkan
peningkatan GFR yg ukurannya lebih besar dari normal. Selanjutnya
terjadi penebalan membran basalis kapiler glomerulus dan penumpukan
bahan matriks mesangeal. Menyebabkan iskemia dan menurunkan daerah
permukaan filtrasi. Hiperglikemia melibatkan beberapa mekanisme,
termasuk vasodilatasi dengan meningkatkan permeabilitas mikrosirkulasi
yang menyebabkan peningkatan kebocoran zat terlarut kedalam dinding
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya; penimbunan polyol (insulin
independen) dan penurunan kadar komponen selular utama; glikosilasi
protein struktur glomerulus.
b. Penyakit asam urat ginjal
Nefropati asam urat akut disebabkan oleh pengendapan kristal asam urat
dalam tubulus ginjal yang menyebabkan obstruksi dan berkembangnya
gagal ginjal akut.
c. Hiperparatiroidisme
Menyebabkan hipersekresi hormon paratiroid, dapat mengakibatkan
nefrokalsinosis dan selanjutnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
d. Amiloidosis
Merupakan suatu penyakit metabolic dengan penimbunan amiloid (suatu
protein fibliar ekstraselular yang abnormal) pada berbagai jaringan.
Timbunan amiloid ini dapat merusak ginjal.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


12

7) Nefropati toksik
Insufisiensi ginjal dapat mengakibatkan timbulnya gagal ginjal akut. Gagal
ginjal kronik dapat terjadi akibat penyalahgunaan analgetik dan pajanan
timbal.

2.2.3 Manifestasi klinik


Pasien akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala; keparahan kondisi
bergantung kepada tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia
pasien (Baughman, DC & Hackley, JC, 2000):
1) Manifestasi kardiovaskuler: hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema
pulmonal, perikarditis.
2) Gejala-gejala dermatologis: gatal-gatal hebat (pruritus): serangan uremik
tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering (xerosis) dan
kulit belang (skin discoloration)
3) Gejala-gejala gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
penurunan aliran saliva, haus.
4) Perubahan neuromuskuar: perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, tidak
dapat berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang
5) Perubahan hematologis: kecenderungan perdarahan
6) Keletihan, letargik, sakit kepala, kelemahan umum
7) Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk, karakter pernafasan menjadi
kusmaul, dan terjadi koma dalam.

2.2.4 Komplikasi
Komplikasi dari GGK menurut Smeltzer et. al. (2008) adalah hiperkalemia yang
terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan
diet berlebih. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade jantung yang terjadi
akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat. Hipertensi
yang terjadi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron. Anemia terjadi akibat penurunan eritropoetin, penurunan
rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin,
dan kehilangan darah selama hemodialisis. Penyakit tulang serta kalsifikasi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


13

metastatik terjadi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar alumunium.

2.2.5 Penatalaksanaan
Menurut Renal Resource Centre (2010), terdapat tiga pilihan pengobatan bagi
penderita gagal ginjal yaitu:
a. Dialisis (hemodialysis atau peritoneal dialysis)
Dialisis menghilangkan produk-produk limbah dan kelebihan cairan dari darah
menggunakan membran semipermeabel. Ini adalah pengobatan kronis dan
tidak menyembuhkan gagal ginjal. Ada dua bentuk dialisis: hemodialisis dan
peritoneal dialisis.
b. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal adalah proses dimana ginjal dipindahkan dari donor
hidup ataupun yang sudah meninggal, dan ditransplantasikan ke penerima
yang cocok. transplantasi kadang-kadang dapat terjadi sebelum dialisis
dimulai (pre-emptive) jika donor hidup tersedia.
c. Perawatan konservatif
Perawatan konservatif disebut sebagai manajemen medis atau perawatan
penyakit ginjal stadium akhir. Ini memungkinkan penyakit berjalan secara
alami dan berfokus pada mengobati gejala. Perawatan dialisis tidak digunakan.
Pengobatan bergantung pada manajemen obat dan diet. seperti dialisis dan
transplantasi, tim kesehatan juga akan mengngatasi masalah psikologis,
emosional dan sosial yang berhubungan dengan penyakit ginjal. Perawatan
konservatif bertujuan untuk menjaga fungsi ginjal selama mungkin tapi tidak
dapat menghentikan penurunan fungsi ginjal. Ini tidak menggantikan fungsi
ginjal.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


14

2.2.6 Asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik


2.2.6.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat dilakukan (Doengoes, 2000) adalah:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala yang dirasakan klien gagal ginjal kronik yaitu: kelelahan ekstrem,
kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen).
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Pada sistem sirkulasi gejalanya yaitu: riwayat hipertensi lama atau berat,
palpitasi; nyeri dada (angina) sedangkan tandanya yaitu: hipertensi; distensi
vena jugularis, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
menunjukkan hipovolemia yang jarang pada penyakit tahap akhir. Friction
rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa); pucat, kuning,
kecenderungan perdarahan.
c. Integritas ego
Gejala yang dirasakan klien terkait dengan integritas ego yaitu: faktor stress,
contoh finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian
d. Eliminasi
Gejala yang dirasakan yaitu: penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung, diare atau konstipasi.Tanda: perubahan
warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat
menjadi anuria.
e. Makanan/cairan
Pasien dengan gagal ginjal kronik biasanya menunjukkan gejala: peningkatan
berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia,
nyeri ulu hati, mual/muntah, napas bau ammonia. Tanda: distensi
abdomen/asites, pembesaran hati, perubahan turgor kulit/kelembababn,
edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak
subkutan, penampilan tak bertenaga.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


15

f. Neurosensori
Gejala yang dirasaka yaitu: sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang;
sindrom kaki gelisah; kebas rasa terbakar pada telapak kaki.
Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati
perifer). Tanda: gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor, koma. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri panggul, sakit kepala, kram otot. Tanda: perilaku berhati-hati,
gelisah
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek, dyspnea nocturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak. Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi/kedalaman, batuk produktif dengan sputum merah muda encer
(edema paru)
i. Keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, Tanda: pruritus, demam, ptekie,
area ekimosis pada kulit, defosit fosfat kalsium pada kulit, keterbatasan gerak
j. Seksualitas
Gejala: penurunan libido, amenorea, infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala: kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran
l. Penyuluhan/ pembelajaran
Pasien dengan gagal ginjal kronik memikiki gejala: riwayat DM keluarga,
penyakit polokistik, malignansi. Riwayat tepajan pada toksin, penggunaan
antibiotic nefrotok saat ini/berulang

2.2.6.2. Diagnosa keperawatan


Menurut Doengoes (2000) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
gagal ginjal kronik dengan hemodialisa adalah:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


16

1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d ketidakseimbangan cairan


volume sirkulasi, ketidakseimbangan kerja miokardial dan tahanan vascular
sistemik..
2) Risiko tinggi terhadap cidera b.d penurunan produksi sel darah merah
3) Perubahan proses fikir b.d akumulasi toksin
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b.d gangguan status
metabolik, penurunan aktivitas (imobilisasi).
5) Risiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral b.d penurunan
salivasi, iritasi kimia
6) Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b.d pemasukan cairan cepat
atau berlebihan ;IV, darah, plasma, garam faal selama dialisa
7) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d ultrafiltrasi, pembatasan cairan.
8) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan GI (uremia),
anoreksia, pembatasan diet
9) Gangguan citra diri/harga diri b.d penyakit kronis, krisis situasional
10) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
b.d kurang terpajan, salah interpretasi informasi.

2.3 Pemberian coconut oil (minyak kelapa) pada pasien gagal ginjal kronik yang
mengalami xerosis (kulit kering)
Pasien dengan gagal ginjal kronis dan khususnya pasien yang sedang menjalani
hemodialisis reguler sangat sering mengalami xerosis (kulit kering) yang berat
(Proksch, 2007). Xerosis dapat menyebabkan pruritus dan kulit menjadi pecah-
pecah sehingga menghambat kegiatan sehari-hari (Singh, et. al., 2013). Penelitian
yang dilakukan oleh Lin, T.C., et.al. (2011) pemberian baby oil pada pasien
hemodialisis dengan intensitas uremik ringan seefektif lotin pelembab yang
menyejukkan, sederhana, aman, murah sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup.

Xerosis (kulit kering) adalah kelainan kulit, dimana kulit menjadi kasar, bersisik
keriput, kurang elastis, dibandingkan kulit normal dan kering pada perabaan
(Demis,1987 dalam Praharsini, 2001). Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


17

sejumlah besar asam lemak rantai pendek seperti kaprat, kaproat dan memiliki
antimikroba dan antivirus (Bergsson et. al. (1998); Jerman & Dillard (2004); Van
Immerssel, et. al. (2004) dalam Gupta, et.al. (2014). VCO efektif dan aman
digunakan sebagai moisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi
kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit. Pemanfaatan Virgin Coconut
Oil (VCO) dalam sediaan setengah padat dimungkinkan karena memiliki sejumlah
sifat yang baik terhadap kulit yaitu bersifat emolien dan moisturizer. Hal ini
membuat kulit menjadi lembut dan lembab sehingga dapat menurunkan tahanan
diffusinya (Agero and Verallo-Rowell, 2004). Gupta, et.al. (2010) menyampaikan
coconut oil adalah minyak pijat terbaik karena melindungi terhadap infeksi kulit,
melembutkan dan melembabkan serta mencegah kerutan, dan kendur pada kulit.

Price (2003) menyatakan penggunakan lotion biasa untuk perawatan kulit,


umumnya menggunakan komponen air sehingga ketika dipakai akan memberikan
kesegaran sesaat namun ketika kandungan airnya hilang karena penguapan, maka
kulit menjadi kering. Sedangkan dalam VCO antioksidan dan vitamin E masih
dapat dipertahankan sehingga jika digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu
melembutkan kulit. Menurut Nilamsari (2006) vitamin E dari VCO yang
diberikan secara topikal dapat terserap 24 jam yang berfungsi sebagai stabilizer
membran sel, melindungi kerusakan sel dari radikal bebas dan sebagai simpanan
lemak dalam organel sel. Handayani (2010) dalam penelitiannya menyampaikan
salah satu bahan topikal yang telah lama dimanfaatkan untuk perawatan kulit
adalah minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) yang bermanfaat
sebagai pelembab untuk mencegah kulit kering namun tidak membuat kulit basah,
memberikan manfaat nutrisi, antioksidan dan antibakterial untuk kulit. Penelitian
Agero and Verallo-Rowell (2004) menyimpulkan bahwa pemberian coconut oil
sama efektifnya dan aman dengan pemberian minyak mineral ketika digunakan
sebagai pelembab pada xerosis.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


BAB 3
TINJAUAN KASUS KELOLAAN

Tinjauan kasus diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai analisis praktik


klinik keperawatan yang dilakukan. Komponen yang akan diuraikan dalam bab ini
meliputi pengkajian, rencana keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Pasien atas nama Tn. A usia 50 tahun datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan
keluhan demam 38ºC saat cuci darah disertai mual dan muntah, agak sesak, pasien
memiliki seorang istri dan dua orang anak. Agama pasien islam. Pasien saat ini
cuti bekerja sebagai guru honorer.

3.1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama pada saat dirawat
Pasien mengeluh ada luka di kaki belum sembuh, agak sesak, kulit terasa
gatal, bengkak di kaki sudah berkurang.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan sejak tiga hari sebelum masuk RS badan terasa mengigil
sehingga oleh istri di kompres kakinya dengan air hangat. Sesaat setelah di
kompres klien merasa lebih baik, sekitar 4 jam setelah di kompres
menggunakan botol kaca bekas sirup marjan tanpa memakai kain. Sekitar 4
jam setelah di kompres istri klien menemukan telapak klien telah melepuh.
Klien memiliki riwayat sakit Diabetes mellitus (DM) sejak 20 tahun yang
lalu, jarang kontrol gula darah, pernah di cek gula darah tertinggi 550 mg/dl,
pola makan tidak teratur, riwayat obesitas, minum obat gula glibenclamide,
metformin beli di Apotek saja, tetapi jarang kontrol ke dokter. Pada akhir
bulan Desember 2013 kaki klien bengkak sehingga dianjurkan cuci darah,
tetapi klien menolak. Pada bulan Mei 2014 klien masuk ruang rawat RSUP
Fatmawati karena keluhan yang sama setelah bolak-balik 5 kali perawatan.
Klien di jelaskan oleh dokter dan perawat bahwa tidak ada jalan lain, klien
18

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


19

harus cuci darah, klien setuju cuci darah sehingga klien dipasang catheter
double lument (CDL) dan mulai melakukan hemodialisis rutin 2 kali
seminggu setiap hari selasa dan jumat (sudah 6 kali) di Klinik Sahabat
Keluarga di daerah Pangkalan Jati. Riwayat penyakit darah tinggi diketahui
Desember 2013. Pasien mengatakan tidak pernah minum minuman keras,
tidak pernah merokok maupun minum obat herbal.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dari keluarga tidak ada riwayat hipertensi, penyakit ginjal.
Riwayat paman klien memiliki sakit diabetes.
d. Aktivitas/istirahat
Pasien bekerja sebagai seorang guru honorer di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Yanusa, namun saat ini sedang cuti sakit. Aktivitas sehari-hari terbatas
karena bila terlalu capek napas terasa lebih berat dan badan terasa lemah.
Pasien tidur malam mulai jam 21.00 - 02.00 WIB (5 jam), terbangun untuk
melaksanakan sholat tahajud kemudian tidur kembali jam 03.00 - 05.00 WIB
(2 jam). Pasien kooperatif. Aktivitas di rumah sakit hanya berbaring, duduk
disekitar tempat tidur serta ke kamar mandi. Tanda-tanda vital (TTV) saat
istirahat: Tekanan darah (TD): 110/70 mmHg, Respirasi (RR): 20 x/menit,
Nadi: 84 x/menit. TTV setelah aktivitas dari kamar mandi sekitar 10 menit
TD: 120/70 mmHg, RR: 24 x/menit, Nadi: 89 x/menit terobservasi nadi
meningkat +5, pernapasan +4.
e. Sirkulasi
Pasien mengatakan ujung jari kaki sering terasa kesemutan, hilang timbul.
Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi radialis 84 x/menit teraba kuat dan regular, suhu 36,50C.
Jugular venous Pressure (JVP) 5+2 cmH2O, bentuk dada simetris, perkusi
pekak pada intercostal (ICS) 5 dan 6, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri
tekan, auskultasi bunyi jantung I dan II normal, tidak ada murmur/gallop.
Ekstremitas suhu kaki dan tangan teraba hangat dan lembab (berkeringat),
kulit kaki tampak kering dan pecah-pecah, warna kulit kaki lebih gelap coklat
tua, pengisian kapiler < 3 detik. Warna wajah sedikit pucat, membran mukosa

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


20

bibir cokelat, punggung kuku melengkung baik, konjungtiva agak pucat,


sklera putih.
f. Integritas ego
Pasien untuk financial biaya RS tidak ada masalah karena sudah
menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Status
emosi tampak tenang.
g. Eliminasi
Pasien mengatakan selama di Rumah sakit buang air besar (BAB) 1 kali
sehari terkadang 2 hari sekali, konsistensi lunak, warna kuning, jumlah
cukup, tidak ada riwayat hemoroid. Buang air kecil (BAK) spontan, warna
kuning jernih. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data; inspeksi
abdomen tampak datar, auskultasi didapatkan bising usus 12 x/menit, pada
perkusi hipertimpani dan pada palpasi tidak teraba massa, dan tidak ada nyeri
tekan pada daerah epigastrium.
h. Makanan/cairan
Pasien makan nasi biasa dan lauk serta sayur, habis 1 porsi, tidak ada mual
dan muntah. Tidak ada alergi makanan. kemampuan mengunyah dan menelan
masih baik, Berat badan (BB) saat dikaji 61 Kg. BB sebelum sakit 68 kg dua
bulan yang lalu. Tinggi badan (TB) 165 cm, BB ideal 58,5 kg. IMT 22.43
kg/m² (Normal). Kebutuhan kalori basal 1755 kkal sedangkan kebutuhan
kalori totalnya adalah 1842,75 kkal. Pada saat ini klien di RS mendapat terapi
diet ginjal 1900 kkalori dan protein 70 gram. Bentuk tubuh tegak. Turgor
kulit elastis, kelembaban kering dan pecah-pecah pada kedua kaki. Terdapat
edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri, derajat 1. Oedema periorbital
tidak ada. Hasil laboratorium tanggal 30 Mei 2014 Hb 8,6 g/dl, Albumin 2,70
g/dl.
i. Kebersihan/hygiene
Aktivitas sehari-hari dibantu oleh istrinya, mobilitas berjalan ke kamar mandi
diawasi. Makan dapat dilakukan sendiri, mandi dan berpakaian dibantu istri.
Toileting mandiri ke kamar mandi, cara berpakaian sesuai, tidak tercium bau.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


21

j. Neurosensori
Pasien mengatakan ujung-ujung jari kaki terkadang kesemutan. Penglihatan
normal, pendengaran dapat mendengar dengan baik. Memori saat ini masih
baik.
k. Nyeri/ketidaknyamanan
Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri, ekspresi tenang..
l. Pernapasan
Pasien mengatakan napas tidak sesak, terasa sedikit sesak bila terlalu banyak
jalan. Pasien tidak pernah merokok. Frekuensi pernafasan 20 x/menit. Bentuk
dada simetris, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi napas
vesikuler, tidak ada sianosis, batuk sesekali, perkusi sonor, tidak teraba
adanya masa.
m. Keamanan
Pasien tidak ada riwayat alergi, ROM aktif, tonus otot 5555 5555
5555 5555
Riwayat transfusi darah 3 kantong pada bulan Mei 2014 tidak ada reaksi
alergi. Riwayat kecelakaan naik motor usia 18 tahun pada paha kanan
dipasang pein permanen. Saat ini mampu berjalan ke kamar mandi. Integritas
kulit pada tangan dan kaki terlihat kering dan pecah-pecah. Kedua telapak
kaki terlihat ada luka grade 2 ukuran 4x2 cm di kaki kiri dan ukuran 3x2 cm
di kaki kanan, warna merah.
n. Interaksi sosial
Pasien memiliki seorang istri dan dua orang anak, kedua anak pasien belum
menikah dan masih tinggal bersama. Saat ini peran dalam keluarga sebagai
ayah, interaksi dengan keluarga baik. Bicara jelas dan dapat dimengerti.
o. Penyuluhan/ pembelajaran
Bahasa dominan Indonesia, pendidikan Sarjana 1

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


22

3.1.3 Pemeriksaan laboratorium


Tabel 3.1 Pemeriksaan darah
Tanggal Jenis Nilai Satuan Nilai normal
pemeriksaan
30/5/2014 ₋ Hematologi
Hemoglobin 8.6 g/dl 13,2-17.3
Hematokrit 24 % 33-45
Lekosit 8.9 Ribu/ul 5.0-10.0
Trombosit 115 Ribu/ul 150-440
Eritrosit 2.88 Juta/ul 4.40-5.90
₋ Kimia klinik
Fungsi hati
Albumin 2.70 g/dl 3.40-4.80
SGOT 20 U/l 0-34
SGPT 12 U/l 0-40
Fungsi ginjal
Ureum darah 79 mg/dl 20-40
Kreatinin darah 4,9 mg/dl 0,6-1,5
Elektrolit darah
Natrium 137 mmol/l 135-147
Kalium 4.22 mmol/l 3.10-5.10
Klorida 108 mmol/l 95-108
Fosfor 3.00 mg/dl 2.40-5.10
Kalsium Total 7.50 mg/dl 8.80-10.30
Magnesium
1.80 mg/dl 1.30-2.70
₋ Diabetes
Glukosa darah
152 mg/dl 70-140
sewaktu

3.1.4 Pemeriksaan diagnostik


Hasil Foto Thorax tanggal 30 April 2014:
 Kardiomegali dengan elongasi aorta pada jantung
 Pulmo infiltrate di para kardial kanan
Cardio Thorax Ratio (CTR) = 62,16 %

Hasil Echokardiografi (ECHO) tanggal 25 Februari 2014


 Left Ventrikel Dilatasi, EF 35,7%
 Left Ventrikel Hipertropi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


23

GFR (CCT hitung) = (140-50) x 61 = 15,56 mlmenit/1,73 m2


72 x 4,9

3.1.5 Daftar terapi medikasi


Tabel 3.2 Daftar terapi medikasi
Nama obat Dosis Waktu Rute Indikasi
Bicnat 500 mg 3x PO
CaCO3 500 mg 3x PO
Cetirizine 10 mg 1x PO
Omeprazole 20 mg 2x PO
Simvastatin 20 mg 1x PO
Bisoprolol 2,5 mg 1x PO
Amlodipine 10 mg 1x PO
Paracetamol 500 mg 3x PO Bila Demam
Ceftriaxone 2 gr 1x IV

Balance cairan tanggal 03/06/2014 (jam 06.00-06.00)


I: 700 cc
O: 300 + 500
(-)100 ml

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


3.2 Rencana asuhan keperawatan
Tabel 3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
keperawatan Umum Khusus
1. Kelebihan volume cairan Setelah Pasien akan  Catat pemasukan dan  Perlu untuk menentukan fungsi ginjal,
tubuh b.d perubahan dilakukan menunjukkan: pengeluaran akurat. Termasuk kebutuhan penggantian cairan, penurunan
mekanisme regulatori tindakan  Tidak ada edema cairan tersembunyi seperti aditif risiko kelebihan cairan.
(gagal ginjal), retensi keperawatan  Balance cairan antibiotik.
cairan selama 4 hari seimbang  Rencanakan penggantian cairan  Membantu menghindari periode tanpa
volume cairan  Tanda vital dalam pada pasien. Berikan minuman cairan, meminimalkan kebosanan pilihan
Data subjektif: seimbang batas normal: yang disukai sepanjang 24 jam. yang terbatas dan menurunkan rasa
Klien mengatakan TD ≤ 140/90 contoh kebutuhan cairan kekurangan dan haus.
hemodialisis setiap hari mmHg, dibekukan menjadi es.
selasa dan jumat, saat ini Respirasi 16-20  Timbang berat badan setiap hari  Penimbangan berat badan harian adalah
tidak ada sesak x/menit, pengawasan status cairan terbaik.
Nadi 60-80 x/menit Peningkatan BB >0,5 kg/hari diduga ada
Data objektif:  Berat badan retensi cairan.
 Edema tungkai +1/+1 mendekati BB  Auskultasi paru dan bunyi  Kelebihan cairan dapat menimbulkan
 Hasil lab tanggal kering jantung edema paru dan GJK. Dibuktikan terjadinya
30/5/2014 bunyi napas tambahan, bunyi jantung
Ureum 79 mg/dl ekstra.
Kreatinin 4,9 mg/dl  Kolaborasi untuk pemeriksaan  Kreatinin adalah indikator yang
Natrium: 137 mmol/l, laboratorium: BUN, Kreatinin, menunjukkan fungsi ginjal. Hiponatremia
Kalium: 4,22 mmol/l, natrium dan kreatinin urine, dapat diakibatkan dari kelebihan cairan atau
Klorida : 108 mmol/l Natrium serum , Kalium serum, ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan
 CCT hitung 15,56 Hb/Ht. natrium. Hipernatremia menunjukkan
ml/menit/1,73m² defisit cairan tubuh total. Kekurangan
 Balance cairan 24 jam ekskresi ginjal dan/atau retensi selektif

24

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


25

(-) 150 ml kalium untuk mengekskresikan kelebihan


 Penurunan BB 7 kg ion hidrogen (memperbaiki asidosis)
selama 2 bulan dan menimbulkan hiperkalemia. Penurunan nilai
hemodialisis 6 kali dapat menunjukkan hipervolemia, namun
selama gagal lama anemia sering terjadi
sebagai akibat kehilangan atau penurunan
produksi SDM.
 Kolaborasi untuk pembatasan  Manajemen cairan diukur untuk
cairan sesuai indikasi menggantikan pengeluaran dari semua
sumber ditambah IWL.
 Kolaborasi dalam pemberian  Pengobatan pada ginjal, jantung dan
obat untuk recovery ginjal, hipertensi akan mengurangi terjadinya
jantung dan hipertensi. oedema
CaCo3 3x1, Bicnat 3x1,
Amlodipine 1x10mg
 Kolaborasi penjadwalan dialisis  Memperbaiki kelebihan volume,
sesuai indikasi ketidakseimbangan elektrolit, asam/basa
dan untuk menghilangkan toksik.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


26

Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
keperawatan Umum Khusus
2. Penurunan curah jantung setelah Pasien akan  Auskultasi bunyi jantung dan  S3/S4 dengan tonus muffled, takikardia,
b.d ketidakseimbangan dilakukan menunjukkan: paru. Evaluasi adanya edema frekuensi jantung tak teratur, takipnea,
volume sirkulasi, tindakan  Tekanan darah perifer/kongesti vaskuler dan dispnea, gemerisik, mengi dan
penurunan kerja miokard keperawatan dalam batas normal keluhan dispnea. edema/distensi jugular menunjukkan GGk
selama 4 x 24 ≤140/90 mmHg  Kaji adanya/derajat hipertensi:  Hipertensi bermakna dapat terjadi karena
Data subjektif:
jam curah  Frekuensi jantung awasi TD; perhatikan perubahan gangguan pada sistem aldosteron rennin-
Pasien mengatakan napas 60-100x/menit postural, cth: duduk, berbaring angiotensin (disebabkan oleh disfungsi
agak sesak setelah jantung dapat  Respirasi 16-20 dan berdiri ginjal). Meskipun Ht umum, hipotensi
berjalan dari kamar mandi dipertahankan x/menit, ortostatik dapat terjadi sehubungan dengan
 CRT < 3 detik. defisist volume cairan, respon terhadap obat
Data Objektif: antihipertensi atau tamponade pericardial
 JVP: 5+2 cmH2O uremik
 CTR: 61,16 %  Selidiki keluhan nyeri dada,  Hipertensi dan GJK dapat menyebabkan
 Edematungkai +1/+1 perhatikan lokasi, radiasi, IM, kurang lebih pasien GGK dengan
 Hasil ECHO tanggal beratnya (skala 0-10) dan dialysis mengalami perikarditis, potensial
25/2/2014 Left apakah tidak menetap dengan resiko efusi pericardial/tamponade.
Ventrikel Dilatasi, EF inspirasi dalam dan posisi
35,7%, Left Ventrikel terlentang.
Hipertropi  Evaluasi bunyi jantung  Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi paradoksik,
 Bunyi napas vesikuler, (perhatikan friction rub), TD, penyempitan tekanan nadi, penurunan/tak
tidak ada sianosis, Nadi perifer, pengisian kapiler, adanya nadi perifer, distensi jugular nyata,
bunyi jantung I dan II kongesti vaskuler, suhu dan pucat, dan penyimpangan mental cepat
reguler, tidak ada sensori/mental menunjukkan tamponade, yang merupakan
murmur/gallop. kedaruratan medik
 Tanda-tanda vital:  Kaji tingkat aktivitas, respon  Kelelahan dapat menyertai GJK juga
TD 110/70 mmHg, terhadap aktivitas anemia
RR: 20 x/menit

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


27

Nadi: 84 x/menit,  Kaji warna kulit, membran  Pucat mungkin menunjukkan vasokonstriksi
mukosa, dan dasar kuku. atau anemia. Sianosis mungkin
Perhatikan waktu pengisian berhubungan dengan kongesti paru atau
kapiler gagal jantung
 Selidiki laporan kram otot,  Neuromuskuler indikator hipokalemia, yang
kebas/kesemutan pada jari, dapat juga mempengaruhi kontraktilitas dan
dengan kejang otot, fungsi jantung
hiperefleksia
 Pertahankan tirah baring atau  Menurunkan konsumsi oksigen/kerja
dorong istirahat adekuat dan jantung
berikan bantuan dengan
perawatan dan aktivitas yang
diinginkan
 Kolaborasi dalam pemberian  Menurunkan tahanan vaskuler sistemik atau
obat antihipertensi. pengeluaran rennin utk menurunkan kerja
Amlodipine 1x10mg , miokardial dan membantu mencegah GJK
Bisoprolol 1x 2.5 mg atau IM

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


28

Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
keperawatan Umum Khusus
3. Intoleransi aktivitas b.d setelah Pasien akan  Kaji faktor yang menimbulkan  Menyediakan informasi tentang indikasi
penurunan produk energi dilakukan menunjukkan: keletihan seperti anemia, tingkat keletihan.
metabolik tindakan  TTV sebelum dan ketidak seimbangan cairan dan
keperawatan setelah aktivitas elektrolit, retensi produk
Data subjektif: selama 4 x 24 dalam batas normal sampah, depresi.
Pasien mengatakan napas
aktivitas klien TD ≤140/90 mmHg  Kaji kemampuan untuk  Mengidentifikasi kebutuhan individu dan
agak sesak setelah Frekuensi jantung berpartisipasi pada aktifitas membantu pemilihan interfensi.
berjalan dari kamar mandi meningkat 60-100x/menit yang diinginkan/dibutuhkan.
Respirasi 16-20  Tingkatkan kemandirian dalam  Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan
Data Objektif: x/menit, aktivitas perawatan diri yang memperbaiki harga diri.
 Hb 8,6 g/dl  klien berpartisipasi dapat ditoleransi, bantu jika
 Terdapat perubahan pada aktivitas yang keletihan terjadi.
TTV setelah diinginkan berjalan  Anjurkan aktivitas alternatif  Mendorong latihan dan aktivitas dalam
beraktivitas dari ke kamar mandi, ke sambil istirahat. batas-batas yang dapat ditoleransi.
kamar mandi 10 ruang tunggu.
menit
 TTV saat istirahat:
TD 110/70 mmHg,
RR: 20 x/menit
Nadi: 84 x/menit,
 TTV setelah aktivitas:
TD 120/70 mmHg,
RR 24 x/menit
Nadi: 89 x/menit

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


29

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan Umum Khusus
4. Kerusakan integritas kulit setelah Pasien akan  Inspeksi kulit terhadap  menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan
b.d toksik uremik dilakukan menunjukkan: perubahan warna, turgor, yang dapat menimbulkan terjadinya
DS: tindakan  Mempertahankan vaskular, perhatikan dekubitus
Pasien mengatakan keperawatan kulit utuh, lembab, kemerahan, ekskoriasi
bengkak di kaki jauh selama 3 x 24 tidak kering  Pantau masukan cairan,  Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
berkurang
jam integritas  Menunjukkan hidrasi kulit dan membran berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi
DO: perilaku mencegah mukosa dan integritas jaringan
kulit membaik
Turgor kulit elastis, kerusakan kulit  Ubah posisi dengan sering,  Menurunkan tekanan pada edema, jaringan
kelembaban kering dan gerakan pasien dengan dengan perfusi buruk untuk menurunkan
pecah-pecah pada kedua perlahan iskemia
kaki di bagian bawah.  Anjurkan menggunakan  Mencegah iritasi dermal langsung dan
Terdapat edema pada pakaian yang longgar meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
ekstremitas bawah kanan  Berikan perawatan kulit  Coconut oil dapat mengurangi kulit kering/
dan kiri, edema derajat 1, gunakan coconut oil robekan kulit

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


30

Diagnosa Tujuan
No Intervensi Rasional
keperawatan Umum Khusus
5. Risiko tinggi terhadapsetelah Pasien akan  Observasi tanda-tanda infeksi,  Pasien mungkin masuk dengan infeksi,
infeksi luka grade 2 b.d
dilakukan menunjukkan: peradangan,demam, kemerahan, mengalami infeksi nososkomial.
jaringan trauma (terkena
tindakan  Luka membaik adanya pus pada.luka.
botol panas saat kompres)
keperawatan  TTV dalam rentang  Tingkatkan upaya pencegahan  Mencegah timbulnya infeksi silang.
selama 4 x 24 normal: dengan melakukan 6 langkah
Data subjektif:
jam tidak TD ≤ 140/90 cuci tangan baik pasien dan
Pasien mengatakan ada mmHg, keluarga.
luka di telapak kaki terjadi infeksi Respirasi 16-20  Pertahankan teknik aseptik pada  Mencegah timbulnya infeksi silang.
belum sembuh pada luka di x/menit, prosedur tindakan invasive
telapak kaki suhu 36-37ºC, Nadi  Lakukan perawatan luka dengan  Menurunkan risiko infeksi, lembab menjadi
Data objektif: 60-80 x/menit teratur, ganti verban bila basah. media terbaik bagi pertumbuhan kuman
 Hb 8,9 g/dl, Leukosit  Karakteristik luka:  Diskusikan topik-topik utama:  Memberikan pengetahuan dasar dimana
8,9 ribu µ/L, GDS 152 luka bersih, merah, Mengenai perawatan luka pasien dapat membuat pertimbangan dalam
mg/dl, Albumin 2.70 tidak ada pus, tidak diabetes, mencegah luka, diit memilih gaya hidup.
g/dl ada bengkak, pada pasien DM dan GGK,.
 Tampak luka grade 2
 Kolaborasi pemberian antibiotik  Penanganan
menunjukkan awal dapat membantu
ditelapak kaki kiri perbaikan jaringan, mencegah timbulnya sepsis
yang sesuai Cetriaxone 1 x 2
ukuran 4x2 cm, telapak  Menunjukkan pola gram
kaki kanan 3x2 cm, hidup mencegah
warna merah. infeksi: cuci tangan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


3.3 Catatan Keperawatan
Diagnosa Medis: Cronic Kidney Disease stage V, Diabetes Melitus tipe 2
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas
4. Kerusakan integritas kulit
5. Risiko tinggi terhadap infeksi

Tabel 3.4 Catatan Keperawatan


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
4/6/2014 Kelebihan volume - Mengobservasi tanda- S:
cairan b.d tanda vital. TD: 120/90 Pasien mengatakan
perubahan mmHg, Nadi: 72 tidak ada sesak,
mekanisme x/menit, Respirasi: 19 bengkak berkurang.
regulasi (gagal x/menit. O:
ginjal) dengan - Mencatat pemasukan - Tanda-tanda vital
retensi cairan. dan pengeluaran 24 jam dalam batas
Input: 700 ml normal
Output: 2350 ml - Edema grade 1 di
Balance: (-)1650 ml tungkai berkurang
- Menimbang berat badan - BB turun 1 kg
harian post HD = 60 kg setelah HD
- Mengauskultasi paru dan A: Masalah
bunyi jantung. Bunyi kelebihan volume
paru-paru vesikuler, BJ I cairan masih terjadi
&II reguler. P:
- Membatasi cairan sesuai - Ukur Input dan
indikasi (IWL + jumlah output
urin output) = 600 ml/ - Awasi
24 jam pemeriksaan

31

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


32

- Memberikan terapi laboratorium


CaCO3 3x 500mg dan
Bicnat 3x 500 mg
Penurunan curah - Mengauskultasi bunyi S:
jantung b.d jantung dan paru-paru. pasien mengatakan
ketidak- Bunyi jantung I&II setelah dari kamar
seimbangan reguler, bunyi paru- mandi tidak sesak.
volume sirkulasi paru vesikuler. O:
dan penurunan - Mengkaji tingkat - Pasien tampak
kerja miokard aktivitas ( pasien jalan perlahan ke
berjalan sendiri ke kamar mandi
kamar mandi) - Edema
- Memberikan obat ekstremitas masih
antihipertensi terjadi
Amlodipine 1 x 10 mg, A: Penurunan curah
Bisoprolol 1x 2.5 mg jantung masih
- Menyelidiki keluhan terjadi
nyeri dada (tidak ada) P: - Pantau TTV
- Mengevaluasi
pengisian kapiler hasil
< 3 detik
Intoleransi - Mengkaji kemampuan S:
aktivitas b.d untuk berpartisipasi pasien mengatakan
penurunan pada aktifitas yang tidak terlalu capek
produksi energi diinginkan/dibutuhkan setelah berjalan dari
metabolik (berjalan ke ruang ruang perawatan.
perawatan untuk O:
menimbang BB). - Klien tampak
- Meningkatkan berpartisipasi aktif
kemandirian dalam dalam aktivitas.
aktivitas perawatan diri - TTV setelah
yang dapat ditoleransi berjalan dari

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


33

(makan, minum, ruang perawatan


memotong kuku). TD: 110/70
- Menganjurkan aktivitas mmHg,
alternatif sambil Nadi: 89 x/menit,
istirahat (membaca Respirasi: 22
buku). x/menit.
A: Aktivitas
meningkat
P: Tingkatkan
partisipasi sesuai
toleransi pasien.
Kerusakan - Menginspeksi kulit S:
integritas kulit b.d pasien. Kulit tangan Pasien mengatakan
toksik uremik tampak kering, tidak setelah memakai
ada luka kulit kaki minyak kelapa kulit
tampak kering dan tidak terlalu kering.
pecah-pecah. O:
- Menganjurkan - Edema tungkai
keluarga untuk +1/+1
melakukan perawatan - Kulit tangan dan
kulit dengan minyak kaki tampak lebih
kelapa. lembab
A: kerusakan
integritas kulit
masih terjadi
P:- Berikan
perawatan kulit
- Anjurkan
menggunakan
pakaian dari
katun.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


34

Risiko tinggi - Mengajarkan klien dan S:


terhadap infeksi keluarga melakukan 6 Pasien mengatakan
luka grade 2 b.d . langkah cuci tangan. lebih nyaman
jaringan trauma - Mempertahankan setelah diganti
(terkena botol teknik aseptik pada verban dan
panas saat prosedur tindakan diberitahu cara 6
kompres) invasif (pemasangan iv langkah mencuci
catheter venflon no 20 tangan.
di tangan kiri). O:
- Melakukan perawatan - Luka tampak
luka dibersihkan bersih, tidak ada
dengan NaCl 0.9% pus, terlihat
kemudian diberi granulasi, warna
Cutimed gel. merah
- Memberikan antibiotik - Klien dan
Cetriaxone 1 x 2 gr (iv) keluarga nampak
dan medikasi oral melakukan 6
Azitromicin 1 x 500 mg langkah cuci
tangan.
A: Risiko infeksi
masih bisa terjadi
P:- Ganti verban
setiap hari
- Pantau hasil
laboratorium.
5/6/2014 Kelebihan - Mengobservasi tanda- S: :
volume cairan b.d tanda vital. TD: 110/70 Pasien mengatakan
perubahan mmHg, Nadi: 84 tidak ada sesak.
mekanisme x/menit, Respirasi: 18 O:
regulasi (gagal x/menit. - Tanda-tanda vital
ginjal) dengan - Mencatat pemasukan dan dalam batas
retensi air. pengeluaran 24 jam normal

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


35

Input: 600 ml - Edema grade 1 di


Output: 750 ml tungkai berkurang
Balance: (-)150 ml - Bunyi jantung I
- Menimbang berat badan dan II reguler
harian post HD = 60 kg A: Masalah
- Mengauskultasi paru dan kelebihan volume
bunyi jantung. Bunyi cairan masih terjadi
paru-paru vesikuler, BJ I P:
&II reguler. - Ukur Input dan
- Memberikan terapi - output
CaCO3 3x 500 mg dan - Timbang BB
Bicnat 3x 500 mg setiap hari
- Memonitor hasil lab
tanggal 5/6/2014:
Hb 8.5 g/dl, Ht 23%,
Leukosit 23 ribu/µl,
Trombosit 193 ribu/µl,
Eritrosit 2.61 juta/µ/, Na
132 mmol/l, K 4.75
mmmol/l, Cl 103
mmmol/l, Gula darah
kurve harian jam
07.00/11.00/16.00=
197/196/189 mg/dl
- Kolaborasi pemberian
medikasi
Penurunan curah - Mengauskultasi bunyi S:
jantung b.d jantung dan paru-paru. Pasien mengatakan
ketidak- Bunyi jantung I&II tidak ada sesak,
seimbangan reguler, bunyi paru- mau ke kamarmandi
volume sirkulasi paru vesikuler. sendiri, tidak mau
dan penurunan - Mengawasi TTV: TD ditemani.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


36

kerja miokard 110/70 mmHg, N 84 x/ O:


menit, RR 18x/ menit, - Pasien tampak
suhu 36ºC jalan ke kamar
- Mengkaji tingkat mandi
aktivitas ( pasien - Edema tungkai
berjalan sendiri ke derajat 1
kamar mandi) dengan berkurang
diawasi oleh perawat A: Penurunan curah
dan istri jantung masih ada
- Menyelidiki keluhan P: - Kaji tingkat
nyeri dada (tidak ada) aktivitas, respon
- mengevaluasi terhadap aktivitas

pengisian kapiler hasil - Pantau TTV

< 3 detik. - Siapkan

- Memberikan obat dialysis sesuai

antihipertensi jadwal

Amlodipine 1 x 10 mg,
Bisoprolol 1x 2.5 mg

Intoleransi - Mengidentifikasi S:
aktivitas b.d faktor stress (klien Pasien mengatakan
penurunan mengatakan menjalani badan tidak terasa
produksi energi hidup pasrah kepada lelah, melakukan
metabolik yang maha kuasa, tidak aktivitas perlahan-
ada yang membuat lahan.
khawatir, anak-anak O:
sudah dewasa) - Klien tampak
- Meningkatkan tingkat melakukan
partisipasi sesuai aktivitas makan
kemampuan pasien dan minum
(klien mampu berjalan sendiri
dari tempat tidur ke - TTV setelah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


37

kamar mandi dan berjalan dari


ruang perawat untuk kamar mandi dan
timbang BB) ruang perawatan
- Menganjurkan TD: 110/80
keluarga memberi mmHg,
bantuan dalam Nadi: 88 x/menit,
melakukan aktivitas Respirasi: 20
sesuai toleransi x/menit.
A: Aktivitas
meningkat
P:-Rencanakan
periode istirahat
adekuat
Kerusakan - Menginspeksi kulit, S:
integritas kulit b.d edema tungkai derajat Pasien mengatakan
toksin uremik 1 berkurang, kulit kulit terasa lebih
terlihat lebih lembab. halus.
- Menganjurkan pasien O:
untuk memakai - Istri klien tampak
minyak kelapa alami memakaikan
untuk merawat kulit, minyak kelapa
melembabkan daerah pada kulit tangan
kulit yang kering 2 kali dan kaki.
sehari. - Kulit tampak
lebih lembab,
turgor kulit
elastis
A: Integritas kulit
membaik
P:- Anjurkan klian
memakai
pakaian longgar.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


38

Risiko tinggi - Mengevaluasi klien dan S:


terhadap infeksi keluarga melakukan 6 Pasien mengatakan
luka grade 2 b.d langkah cuci tangan. lebih nyaman
jaringan trauma - Melakukan perawatan setelah diganti
(terkena botol luka dibersihkan verban
panas saat dengan NaCl 0.9% Pasien dan keluarga
kompres) kemudian diberi menyatakan
Cutimed gel.. mengerti tentang
- Mendiskusikan perawatan luka
bersama pasien dan diabetes
keluarga mengenai: O:
a. Perawatan luka - Luka tampak
diabetes bersih, tidak ada
b. Cara merawat kaki pus, terlihat
pada pasien DM granulasi, warna
c. Gizi pada pasien merah
DM dan GGK. - Pasien dan
- Memantau hasil lab keluarga tampak
Leukosit 23 ribu/µl melakukan 6
- Memberikan antibiotik langkah cuci
Cetriaxone 1 x 2 gr (iv) tangan dengan
dan medikasi oral benar.
Azitromicin 1 x 500 mg - Pasien dan
keluarga antusias
dan aktif bertanya
saat diberikan
penjelasan
A: Risiko infeksi
masih bisa terjadi
P:- Ganti verban
setiap hari

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


39

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
6/6/2014 Kelebihan volume - Memeriksa tanda- S:
cairan b.d perubahan tanda vital, Pasien mengatakan
mekanisme regulasi TD: 110/70 mmHg, tidak ada sesak.
(gagal ginjal) dengan Nadi: 80 x/menit, O:
retensi air. suhu 36.5ºC, RR: 18 - Bunyi nafas
x/menit. vesikuler, bunyi
- Mencatat pemasukan jantung I dan II
dan pengeluaran 24 reguler.
jam - Edema
Input: 600 cc ekstremitas
Output: 800 cc bawah grade 1
Balance: -200 cc sangat berkurang
- Menimbang berat - BB tetap
badan harian.BB: 60 A: Kelebihan
kg volume cairan
terkontrol
P:- Awasi nilai lab
elektrolit
- Ukur input dan
output
Penurunan curah - Mengauskultasi S:
jantung b.d bunyi jantung I & II Pasien mengatakan
ketidakseimbangan reguler, bunyi paru- tidak ada sesak
volume sirkulasi dan paru vesikuler. O:
penurunan kerja - Mengawasi TTV: Klien tampak
miokard TD 110/70 mmHg, segar, berjalan ke
N 80 x/ menit, RR kamar mandi
18x/ menit, suhu perlahan-lahan.
36.1ºC A: Curah jantung
- Memberikan obat dapat dipertahankan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


40

Amlodipine 1 x 10 P:- Pantau TTV


mg, Bisoprolol 1x - Jadwalkan
2.5 mg dialisis sesuai
- Menyelidiki nyeri jadwal
dada (tidak ada)
Intoleransi aktivitas - Meningkatkan S:
b.d penurunan tingkat partisipasi Pasien mengatakan
produksi energi sesuai kemampuan badan tidak terasa
metabolic (klien berjalan dari lelah saat aktivitas
kamar ke ruang O:
tunggu) - Klien tampak
- Menganjurkan semangat
keluarga memberi melakukan
bantuan dalam aktivitas
melakukan aktivitas - TTV setelah
sesuai toleransi. berjalan dari ruang
- Memberikan tunggu
reinforment positif TD: 120/70
atas pencapaian mmHg,
aktivitas pasien. Nadi: 86 x/menit,
Respirasi: 24
x/menit.
A: Aktivitas
meningkat
P:- Anjurkan
aktivitas alternatif
sambil istirahat
Kerusakan integritas - Menginspeksi kulit S:
kulit b.d toksin edema tungkai Pasien mengatakan
uremik berkurang, kulit kulit sudah lebih
tampak lembab lembab dan
- Menganjurkan istri nyaman.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


41

dan pasien merawat O:


kulit secara teratur - Kulit tampak
dengan memberikan lembab, turgor
minyak alami dan kulit elastis.
masase ringan pada - Istri klien tampak
daerah kaki. rajin memakaikan
minyak kelapa
murni di kulit
tangan dan kaki
A: integritas kulit
membaik
P:- Pantau masukan
cairan dan
hidrasi kulit serta
membran
mukosa
Risiko tinggi - Melakukan S:
terhadap infeksi luka perawatan luka Pasien mengatakan
grade 2 b.d jaringan dibersihkan dengan senang luka sudah
trauma (terkena NaCl 0.9%, diberi lebih baik
botol panas saat Cutimed gel.. O:
kompres) - Mengobservasi - Luka grade 2
tanda-tanda infeksi tampak bersih,
pada luka tidak ada pus,
- Mempertahankan terlihat granulasi
teknik aseptik di sekitar pinggir
- Memberikan luka.
antibiotik Cetriaxone A: Risiko infeksi
1 x 2 gr (iv) dan masih bisa terjadi
medikasi oral P:- Ganti verban
Azitromicin 1 x 500 setiap hari dengan
mg prinsip steril

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


42

3. 4 Evaluasi Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan tubuh
Evaluasi yang didapatkan dalam waktu 4 hari kelebihan volume cairan
berkurang, dengan kriteria data yang didapatkan sebagai berikut pasien
mengatakan tidak ada sesak, bengkak di kaki berkurang, edema ekstremitas
derajat 1, dari hasil penimbangan badan berat terdapat penurunan 1 kg selama
4 hari.
b. Penurunan curah jantung.
Evaluasi yang didapatkan tanda-tanda vital pasien dalam batas normal
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi saat aktivitas 89 x/menit, tidak ada nyeri
dada, bunyi jantung I dan II regular tidak ada murmur/gallop.
c. Intoleransi aktivitas
Evaluasi didapatkan setelah empat hari perawatan klien dapat berjalan ke
ruang tunggu pasien didapatkan tanda-tanda vital sebelum melakukan
aktivitas nadi 80 x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 18 x/ menit.
Setelah dari ruang tunggu pasien pemeriksaan tanda-tanda vital nadi 89
x/menit, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 86 x/menit, respirasi 24 x/menit.
d. Kerusakan integritas kulit
Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan perawatan kulit selama tiga hari
kulit utuh, lembab, tidak kering dan klien/ keluarga menunjukkan perilaku
mencegah kerusakan kulit
e. Risiko tinggi terhadap infeksi
Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan intervensi selama 4 hari tanda-
tanda vital stabil, luka tidak terjadi infeksi, tidak ada pus, nampak perbaikan
jaringan, klien dapat menunjukan pola hidup mencegah infeksi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1. Profil lahan praktek


Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh Ibu
Fatmawati Soekarno, tahun 1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta
Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan. RSUP
Fatmawati pada akhir tahun 2013 berhasil mendapatkan akreditasi pelayanan
kelas dunia atau world class health care dari Joint Commission Internasional
(JCI). Tempat lahan praktik yang mahasiswa gunakan di RSUP Fatmawati adalah
di Instalasi rawat inap IRNA A gedung Teratai lantai 5 selatan kelas 3 yang
memiliki kapasitas 6 kamar ruang rawat kelas 3 dan 2 kamar isolasi serta High
Care Unit dengan kapasitas 6 tempat tidur.

4.2. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan


Konsep Kasus Terkait
Permasalahan masyarakat di daerah urban atau perkotaan sangat kompleks yang
berdampak pada masalah ekonomi, sosial, peningkatan jumlah penduduk, serta
perubahan lingkungan. Masalah yang muncul dari dampak tersebut antara lain
pengangguran, sempitnya lahan pemukiman, dan polusi udara yang akan akan
mempengaruhi penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah urban dan
perkotaan tersebut dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung
gemar mengonsumsi makanan olahan/ fast food dan kurang aktifitas (WHO,
2010). Dalam menjabarkan analisa Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
tersebut penulis menggunakan dasar teori H.L. Blumm (dalam Notoatmodjo
2010) tentang penurunan derajat kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi 4
faktor mendasar antara lain faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku, faktor
keturunan dan, faktor lingkungan.

Faktor ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang


berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, dimana
masih banyak masyarakat perkotaan yang masih belum memanfaatkan fasilitas
layanan kesehatan yang ada akibat rendahnya pengetahuan serta biaya yang
43 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


44

tinggi. Dalam riset kesehatan dasar Depkes (2013) menggambarkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat perkotaan terhadap jenis pelayanan kesehatan terdekat
yang berada di sekitar tempat tinggalnya seperti RS pemerintah sebanyak 69,6
persen, sedangkan RS swasta 53,9 persen. Selain data itu juga diketahui tentang
keterjangkauan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang dilihat dari
jenis model transportasi, waktu tempuh, dan biaya menuju fasilitas kesehatan
tersebut. Dari gambaran tersebut diatas bahwa faktor ketersediaan pelayanan
kesehatan sangat mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang baik, dan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar
masyarakat perkotaan telah ada seperti rumah sakit pemerintah, rumah sakit
swasta, puskesmas, maupun klinik, serta lokasi mudah dijangkau akan tetapi pada
klien kami dari hasil anamnesa tergambar bahwa klien kami belum mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada disekitarnya dengan data
baru sekali melakukan pemeriksaan gula darah yang menunjukan tingginya hasil
gula darah yang merupakan indikasi adanya penyakit diabetes melitus.

Klien selama 20 tahun tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan karena


rendahnya pengetahuan tentang penyakit yang dialami maupun dampak yang akan
terjadi jika penyakitnya tidak terkontrol. Klien menganggap bahwa penyakit yang
dialami sebelumnya adalah penyakit biasa sehingga tidak merasa bahwa
penyakitnya mempunyai resiko yang lebih berat bahkan adanya keengganan klien
untuk melakukan pemeriksaan karena berpikir biaya yang akan dikeluarkan akan
sangat tinggi dan harus minum obat terus menerus serta masih rendahnya pelayan
kesehatan dalam menjelaskan secara detail masalah yang dialami klien tersebut.
Peran perawat terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas adalah dengan memberikan informasi fasilitas layanan
yang dapat digunakan oleh klien dalam penatalaksanaan masalah yang dialami
klien tersebut dan memberikan gambaran secara detail mengenai jenis layanan
yang dapat digunakan oleh klien dalam mengatasi masalah yang dialami klien.

Faktor genetik pada penyakit gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit
diabetes melitus dan penyakit Hipertensi. Diabetes melitus mempunyai resiko

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


45

lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita Diabetes
Melitus (DM). Data yang didapat dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2008 dengan memeriksa kadar kreatinin serum pada 1200 orang,
didapatkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronik cukup besar yaitu 12,5%,
bahkan pada pasien yang beresiko tinggi seperti hipertensi, diabetes, dan
proteinuria prevalensinya meningkat 29,1%. Diabetes melitus adalah salah satu
faktor terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. Diabetes melitus maupun hipertensi
yang tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan ginjal sehingga menyebabkan
gagal ginjal kronis. Salah satu presipitasi diabetes melitus adalah penyakit
keturunan atau genetik. Dari hasil anamnesa pada klien saya jelas tergambarkan
bahwa ada salah satu keluarga menderita penyakit diabetes melitus yaitu paman.
Peran perawat disini adalah bagaimana menggambarkan mengenai diabetes
melitus karena factor keturunan, memberikan informasi yang jelas dan detail dan
bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan terhadap generasi berikutnya yang
mempunyai resiko penyakit diabetes melitus.

Faktor perilaku masyarakat dapat merubah gaya hidup masyarakat perkotaan


seperti perubahan pola makan (makan makanan berlemak, dan berkolesterol
tinggi), pola tidur, pola istirahat, pola olah raga, merokok (kurangnya aktifitas
fisik), minum-minuman keras, kegemukan berakibat meningkatnya penyakit
diabetes melitus, maupun hipertensi. Sebagaimana hasil riset kesehatan dasar
Depkes (2013) dengan proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum
adalah 26,1 persen. Perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen.
Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling
banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis
(53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Salah satu dampak dari kesehatan
masyarakat perkotaan adalah penyakit yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
kronik seperti diabetes mellitus, dimana 6% penderita diabetes melitus tak
tergantung insulin (tipe 2 atau NIDDM) beresiko mengalami gagal ginjal. Proses
terjadinya gagal ginjal kronik pada penderita diabetes berkisar sekitar 20 tahun
(Price & Wilson, 2005). Seperti halnya yang terjadi pada pasien Tn. A yang
mengalami gagal ginjal kronik. Dari anamnesa riwayat kesehatan dahulu

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


46

didapatkan data bahwa Tn. A mempunyai penyakit diabetes melitus tipe 2 sejak
20 tahun yang lalu, jarang kontrol gula darah, pernah di cek gula darah tertinggi
550 mg/dl, pola makan tidak teratur, riwayat obesitas, minum obat gula
glibenclamide, metformin beli di Apotek saja, jarang kontrol ke dokter.

Faktor kesehatan lingkungan merupakan faktor fisik, kimia, dan biologi di luar
manusia yang mempengaruhi perilaku manusia, yang penilaian dan pengendalian
faktor-faktor lingkungan berpotensi mempengaruhi kesehatan seperti masalah air
minum. Data Riskesdas (2013) dimana proporsi masyarakat yang memiliki akses
terhadap sumber air minum improved di Indonesia adalah sebesar 66,8 persen
(perkotaan: 64,3%; perdesaan: 69,4%). Masalah sanitasi dimana kepadatan
hunian, terdapat 13,4 persen rumah dengan kepadatan hunian lebih dari atau sama
dengan 8 m2 per orang (padat), maupun peran serta masyarakat. Secara garis
besar faktor lingkungan tidak berperan signifikan terhadap penyakit gagal ginjal
kronik karena penyakit ini bukan penyakit menular akan tetapi penyakit yang
timbul akibat perubahan gaya hidup masyarakat, atau karena faktor keturunan
yang dijelaskan diatas.

Upaya promotif perawat merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat dan upaya preventif merupakan upaya menghindari
suatu kejadian sebelum terjadi (Anderson & McFarlane, 2006). Peran perawat
dalam penanganan terhadap permasalahan kesehatan masyarakat perkotaan antara
lain promosi kesehatan dalam proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Promosi kesehatan
merupakan upaya perubahan perilaku dan mempengaruhi lingkungan
Notoatmodjo (2007).

Bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan di lingkungan masyarakat perkotaan,


maupun di fasilitas layanan kesehatan yaitu dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai upaya pencegahan infeksi dengan
masalah kesehatan yang diderita pasien. Pendidikan kesehatan yang diberikan
meliputi upaya pencegahan infeksi dan mencegah kerusakan kulit lebih lanjut

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


47

yaitu dengan melakukan 6 langkah cuci tangan, melakukan perawatan luka


diabetes, melakukan perawatan integritas kulit pada kaki yang kering,
memberikan penyuluhan mengenai cara merawat kaki pada pasien DM dan GGK,
penyuluhan mengenai gizi pasien, memberikan kenyamanan. Keluarga dan pasien
mampu melakukan sendiri upaya pencegahan setelah diberikan penjelasan.
Prinsip–prinsip dasar promosi kesehatan di fasilitas kesehatan tersebut sesuai
dengan model terkini keperawatan komunitas sebagai mitra dimana semua
intervensi keperawatan dianggap bersifat preventif dengan memberdayakan pasien
dan keluarga secara maksimal (Anderson & McFarlane, 2006).

Menurut WHO (2004) Promosi kesehatan merupakan tindakan yang dilakukan


untuk mencegah terjadinya penyakit seperti pengurangan faktor resiko, mencegah
perkembangan dan mengurangi konsekuansi ketika terkena penyakit. Promosi
kesehatan pada pasien dengan masalah gagal ginjal kronis merupakan salah satu
bentuk intervensi perawat sebagai pemberian asuhan keperawatan yang holistik.
Pendidikan kesehatan pada pasien GGK termasuk pada tingkatan preventif
sekunder untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan preventif tersier untuk
membatasi kecacatan dan merehabilitasi atau meningkatkan kemampuan
masyarakat semaksimal mungkin. Selain itu dalam hal perawatan individu yang
mengalami gagal ginjal kronik, peran perawat harus lebih intensif untuk
mencegah resiko atau dampak yang lebih jauh dari penyakit tersebut dengan
memberikan rasa aman dan nyaman sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidup klien yang mengalami gagal ginjal kronik tersebut.

4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Gagal ginjal kronik menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sehingga
mengakibatkan terjadinya gangguan eksresi ginjal sehingga berdampak pada
penurunan kemampuan ginjal membuang zat-zat sisa metabolisme seperti ureum
dan kreatinin sehingga terakumulasi di dalam darah. Akumulasi ureum di dalam
darah akan mempengaruhi berbagai sistem di dalam tubuh termasuk sistem
pencernaan. Peningkatan urea dalam saluran gastrointestinal menyebabkan iritasi
mukosa. Selain itu, stomatitis dengan eksudat, rasa tidak nyaman di mulut, dan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


48

uremic fetor (bau napas amonia) juga biasa ditemukan. Perubahan tersebut
mengakibatkan pasien mengalami mual, muntah, dan anoreksia yang
meningkatkan risiko penurunan berat badan dan malnutrisi (Black & Hawks,
2005).

Manifestasi klinis GGK disebabkan oleh berbagai faktor akibat penurunan fungsi
ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang disebut toksin uremik. Dari
manifestasi klinis tersebut salah satu masalah yang muncul dalam GGK adalah
gangguan integritas kulit seperti gatal-gatal (pruritus), kulit kering (xerosis) dan
kulit belang (skin discoloration) yang mempengaruhi 50% - 90% dari pasien
dialisis peritoneal atau hemodialisis dan gejala berkisar dari lokal dan ringan
sampai umum dan parah terkait dengan stadium akhir penyakit ginjal (Silverberg,
Singh & Laude 2001 dalam Headly & Wall 2002). Hasil penelitian Udayakumar,
et.al (2006) 80% pada 100 pasien GGK mengeluh masalah kulit dengan temuan
umum xerosis 79%, pucat 60%, pruritus 53% dan pigmentasi kulit 43%.
Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang paling mengganggu pada
pasien gagal ginjal akhir yang menjalani GGK yang melakukan hemodialisis yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup (Akhyani, et. al., 2005; Nahid, et. al., 2010).

Intervensi terhadap masalah keperawatan tersebut saat ini telah banyak


berkembang baik dari intervensi keperawatan mandiri maupun kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memantau
masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa, memberikan perawatan
kulit dengan minyak kelapa 2 kali dalam sehari, mempertahankan linen kering,
menganjurkan menggunakan pakaian katun longgar. Setelah dilakukan perawatan
kulit selama 3 hari kulit utuh, lembab dan terlihat segar. Berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang lain yaitu pemberian anti alergi seperti cetirizine 1 x 10
mg.

Penelitian Singh (2013) menyatakan tidak ada banyak perbedaan dalam kejadian
dermatosis lingkungan lainnya. Penghindaran pemakaian seperti sabun,
pemakaian yang memadai dan cocok minyak atau body lotion, tabir surya yang

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


49

efektif, dan mengenakan pakaian pelindung adalah pedoman penting untuk


perawatan kulit di dataran tinggi. Perawatan kulit untuk daerah dataran tinggi
terdiri dari: krim dingin, body lotion, minyak kelapa atau minyak zaitun, tabir
surya, topi bertepi besar / topi, kacamata dilindungi UV, tablet vitamin C, dan
pelindung pakaian hangat termasuk sarung tangan dan kaus kaki. Perawatan kulit
harian demikian penting untuk mencegah dermatosis lingkungan di daerah dataran
tinggi. Praktikan melakukan pemberian minyak kelapa pada pasien dengan xerosis
cutis, disini dapat melihat perkembangan lebih baik setelah satu hari diberikan
minyak kelapa. Kulit menjadi lebih lembab, tidak kering, terlihat perbaikan pada
integritas kulit, sehingga pada hari ketiga perawatan kerusakan integritas kulit
dapat teratasi.

4.4. Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan


Pemberian minyak kelapa merupakan terapi keperawatan yang dapat di
implementasikam oleh perawat untuk mengatasi kulit kering (xerosis) untuk
pasien gagal ginjal kronik dengan kerusakan integritas kulit. Terapi ini dapat
diberikan menjadi intervensi yang diberikan mendampingi terapi farmakologi
yang diberikan pada pasien. Handayani (2010) dalam penelitiannya
menyampaikan salah satu bahan topikal yang telah lama dimanfaatkan untuk
perawatan kulit adalah minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) yang
bermanfaat sebagai pelembab untuk mencegah kulit kering namun tidak membuat
kulit basah, memberikan manfaat nutrisi, antioksidan dan antibakterial untuk kulit.
Penelitian Agero and Verallo-Rowell (2004) menyimpulkan bahwa pemberian
coconut oil sama efektifnya dan aman dengan pemberian minyak mineral ketika
digunakan sebagai pelembab pada xerosis.

Pasien Tn A mendapatkan terapi cetirizine sebagai terapi medikasi oral untuk


mengatasi gatal-gatal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lin, T.C., et.al.
(2011) pemberian baby oil pada pasien hemodialisis dengan intensitas uremik
ringan seefektif lotin pelembab yang menyejukkan, sederhana, aman, murah
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Virgin Coconut Oil (VCO)
mengandung sejumlah besar asam lemak rantai pendek seperti kaprat, kaproat dan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


50

memiliki antimikroba dan antivirus (Bergsson et. al. (1998); Jerman & Dillard
(2004); Van Immerssel, et. al. (2004) dalam Gupta, et.al. (2014). Disini peneliti
menggunakan minyak kelapa sebagai alternatif pemecahan masalah yang
dilakukan pada pasien dengan kerusakan integritas kulit xerosis dimana dalam 3
hari masalah kerusakan integritas kulit dapat diatasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan pada pasien GGK di ruang penyakit dalam gedung Teratai lantai 5
selatan RSUP Fatmawati adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan jumlah penderita gagal ginjal kronik di perkotaan menjadikan
upaya preventif dan promosi keperawatan perawat rumah sakit, perawat
keluarga dan perawat komunitas sangat berperan untuk mempengaruhi
perubahan perilaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
b. Penatalaksanaan asuhan keperawatan terhadap masalah gangguan integritas
kulit dengan xerosis pada pasien GGK dapat dilakukan dengan pemberian
coconut oil terhadap pasien untuk mencegah akibat lain dari penyakit GGK
sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
c. Penggunaan coconut oil dalam mengatasi xerosis akibat GGK sehingga
mampu mencegah kerusakan integritas kulit serta meningkatkan rasa aman
dan nyaman bagi klien.

5.2 Saran
Dari hasil analisa terhadap masalah keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
terhadap pasien dengan GGK dengan xerosis hal yang perlu dilakukan kajian
lebih mendalam antara lain:
a. Melakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi kerusakan integritas kulit
xerosis tidak hanya kepada pasien kelolaan, namun juga kepada pasien yang
lain sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan metode yang
dilakukan. Penulis selanjutnya dapat mencari jurnal lebih banyak sehingga
dapat memberikan informasi lebih luas kepada pembaca.
b. Dalam pelayanan keperawatan, perawat sebaiknya dapat lebih
memperhatikan kebutuhan rasa nyaman pasien gagal ginjal kronik khususnya
yang mengalami kerusakan integritas kulit sehingga dapat meningkatkan

51 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


52

kualitas hidup pasien. Tingkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit pada


tingkatan preventif sekunder dan tersier dalam promosi kesehatan.
c. Institusi pendidikan memberikan pengarahan lebih lanjut mengenai asuhan
keperawatan medikal bedah dengan pendekatan keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan (KKMP) pada pasien dengan gagal ginjal kronis di
rumah sakit yaitu menjalankan fungsi preventif tersier untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dengan meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
pasien terhadap rencana perawatan baik di rumah sakit dan di rumah.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Agero & Verallo-Rowell. (2004). A randomized double-blind controlled trial


comparing extra virgin coconut oil with mineral oil as a moisturizer for mild to
moderate xerosis. US National Library of Medicine National Institute of
Health. 15 (3): 109-16.

Akhyani, M., et. al. (2005). Pruritis in hemodialysis patients. Published Med Central
Canada. 5, 7

Anderson, E. T., McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: teori dan
praktik. (Ed. ke-3). (Penerjemah: Agus S., Suharyat S., Novayantie). Jakarta:
EGC.

Barnett, A.P., Tang, L.Y. & Pinikahana. (2008). Fluid compliance among patients
having haemodialisis: can an educational program make a difference?. Journal
of Advanced Nursing, 61, (3), 300-306.

Baughman, D.C., & Hackley, J.C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2005). Pengantar Kesehatan Perkotaan. Ditjen Bina Kesmas

Gupta, A., Jain, S., Roseka, Sood, P., Makkar, D.K., et. al. (2014). Cocunot oil - A
Novel Approach in Health Promotion and Disease Prevention. Indian Journal
of Contemporary Dentistry. 2.1 :140-144.

Gupta, A., Malav, A., Singh, A., Gupta, M.K., Khinci, M.P., Sharma, N., Agrawal, D.
(2010). Coconut Oil: The Healthiest Oil on Earth. International Journal of
Pharmacetical Sciences and Research. 1.6: 19-26

Handayani, R.S. (2010). Efektivitas Penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan
Massage untuk pencegahan Luka Tekan Grade I pada Pasienyang Beresiko
Mengalami LukaTekan di RSUD Dr. Hi Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
Tesis. Depok. Universitas Indonesia.

Headley, C.M. & Wall, B.M. (2001). Advance practice nurse: Role in the
hemodialysis unit. Nephrology Nursing Journal. 27: 177-178

53 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
54

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2006). Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative care. 5th edition. St Louis: Elsevier Saunders.

Lin, T.C. et.al. (2011). Baby oil therapy for uremic pruritus in haemodialysis patiens.
Journal of Clinical Nursing, 21, (1-2), 139-148..

McEwen, M & Nies, M.A. (2007). Community/public health nursing: promoting the
health of populations. Fourth edition. USA: Saunders Elsevier.

Nahid, Sh., et.al. (2010). Effect of aromatherapy on pruritis relief in hemodialysis


patients. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research.15, (4), 240-244.

Narita I., et. al. (2008). Uremic Pruritus in Chronic hemodialysis patiens. Journal
Nephrol, 21, (2), 161-5.

Nilamsari, P.A. (2006). Optimalisasi terhadap Kestabilan Emulsi Krim Pelembab


dari Minyak Kelapa Murni. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga.

National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. (2006).


Treatment Methods for Kidney Failure: Hemodialysis. National Institutes of
Health

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Pardede, S.O. (2010). Pruritus Uremik. Journal Sari Pediatri, 11, (5), 348-354.

PERNEFRI. (2012). 5th Annual report of Indonesian renal registry.


http://www.pernefri-inasn.org/gallery.html

Praharsini. (2001). Uji banding efektivitas urea 10% dengan asam laktat 5% untuk
pengobatan xerosis pada usia lanjut. Jakarta: Tesis Program Pendidikan Pasca
sarjana Universitas Diponegoro.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
55

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Alih bahasa Brahm U. P., et. al. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Price, M. (2003). Coconut Oil for Your Health. Longevity Publishing Home.

Proksch, E. (2008). The Role of Emmollients in the Management of Diseases with


Chronic dry skin. Skin Pharmacol Physiol. 21. 75-80

Renal Resource Centre. (2010). An introduction to conservative care of advanced


kidney desease. 37 Darling Point Rd, Darling Point NSW 2027 Australia.
Diperoleh dari http://www.renalresource.com/pdf/IntroCCACKD.pdf

RISKESDAS. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian


Kesehatatan Republik Indonesia. Diperoleh dari
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Sandra, Dewi, W.N., & Dewi, Y.I. (2012). Gambaran stress pada pasien gagal ginjal
terminal yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia. 2, (2)

Singh, G., Chatterjee, M., Hrewal, R., Verma, R. (2013). Incidence and care of
environmental dermatoses in the high-altitude region of Ladakh, India. Indian
Journal of Dermatology.107-112.

Skorecki K., Green J. & Brenner B.M. (2005). Chronic renal failure in Horrison’s
principles of internal medicine. 16th ed. USA: McGraw-Hill.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2008). Textbook of
Medical Surgical Nursing. 12 ed Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Udayakumar, P., Balasubramanian, S.,Ramalingam, K., Chembolli, L., Srinivas, et.


al. (2006). Cutaneous manifestations in patients with cronic renal failure
hemodialysis. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology. 72.
(2). 119-25.

United States Renal Data System/ USRDS (2009). Annual Data Report. Diperoleh
dari http://www.usrds.org/atlas.aspx

World Health Organization/ WHO. (2014). Health topics: Environmental Health.


Diperoleh dari http://www.who.int/topics/environmental_health/en/

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
56

World Health Organization/ WHO. (2004). Standards for Health Promotion in


Hospitals Self-Assessment Tool for Pilot Implementation. Diperoleh dari
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/99860/E85054.pdf

World Health Organitation/ WHO. (2010). Why urban health matter. Diperoleh dari
http://www.who.int/world-health-day/2010/media/whd2010background.pdf

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014
Biodata Mahasiswa

Nama Lengkap : Neli Suharti


Agama : Islam
Tempat/ Tanggal Lahir : Garut, 8 Juni 1981
Alamat : Perum Griya Sakinah 2 No. B-13 RT 02
RW 13 Kelurahan Rangkapan Jaya,
Kecamatan Pancoran Mas Depok 16435
No HP : 081311102268
E-mail : nelisuharti@ymail.com
Riwayat pendidikan Formal:
No Riwayat Pendidikan Tahun
1 SDN Lengkong Samarang Garut 1987-1993
2 SMP Negeri Samarang Garut 1993-1996
3 SMA Negeri 2 Garut 1996-1999
4 Akademi Keperawatan Pemda Garut 1999-2002
5 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2011-2014

Riwayat pekerjaan:
No Riwayat Pekerjaan Tahun
1 RSAL dr Mintohardjo Jakarta 2002-2003
2 RS Metropolitan Medical Centre Jakarta 2003-Sekarang

Analisis praktik ..., Neli Suharti, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai