Anda di halaman 1dari 12

JURNAL TEOLOGI, Volume 06, Nomor 02, November 2017: 155-166

Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan


Metodologis

John C. Simon

Abstrak:

"He who is unable to reinterpret his past may also be incapable of projecting
concretely his interest in emancipation" (Paul Ricoeur). In understanding a
theologizing process, our attention should not focus on reality alone, but also on the
means or tools to understand that reality. This paper intends to explain the means
or tools of the theologizing process according to Ricoeur that is used to understand
a reality. As a process, it shall not be only about method, but also methodology,
namely a process of thinking, the brought interest and the achieved value premises.
Its guiding question is Ricoeur’s theologizing methodology called hermeneutics.
Through dialogue with many partners, Ricoeur found a methodology of reality-
reading, first affirmative then critical. This is an affirmative-critical gesture.
However, this methodology is inadequate to do reading on an extreme context. It
takes effort to reverse Ricoeur's methodology by first prioritizing the critical against
the reality distortion, and only then be affirmative to uncover hope of a good and
just life. Finally, the theologizing process requires a dialectical methodology of
reading a reality, between critical-affirmative and affirmative-critical gestures.
Context at hand shall determine what goes first.

Kata-kata Kunci:
metodologi, hermeneutik, emansipatoris, mitra dialog, dialektis, kritis-afirmatif,
afirmatif-kritis.

realitas yang demikian kaya, elusif dan tidak


PENDAHULUAN pernah akan menjadi fix meaning.1 Ber-
Dalam mengerti proses berteologi, per hadapan dengan realitas, keyakinan yang
mitra dialog hatian kita tidak hanya tertuju tumbuh bersifat “terbatas” (contingent,
pada realitas, melainkan juga pada sarana temporer, kontekstual)2 menurut kemam-
atau alat untuk memahami realitas. Hanya puan kita menangkap dan sangat ditentukan
saja, sebaik apapun sarana atau alat yang oleh konteks waktu dan tempat tertentu, dan
dipakai, ia tidak dapat menggantikan “bisa juga salah” (fallible).3 Kesadaran ini
realitas. Realitas jauh lebih besar dari semua biasanya kita wujudkan dalam pengertian
sarana atau alat untuk memahaminya. bahwa pemahaman universal tidak akan
Realitas pun tidak dapat dibatasi dalam pernah tercapai, karena kita begitu terbatas.
kerangka tertentu yang ada pada sarana atau Sejalan itu, alam pikir postmodern mempro-
alat untuk memahaminya. mosikan cara pandang skeptis dan nihilis,
khususnya terhadap klaim-klaim tentang
Sekalipun demikian, sarana atau alat potensi pemikiran dan tindakan manusia.4
tetap penting dalam upaya memahami Postmodern juga menolak optimisme era

155
Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan Metodologis (John. C. Simon)

modern tentang kemajuan dan pembangun- adalah diri yang hidup baik bersama yang
an, termasuk optimisme dapat mencapai lain dalam institusi-institusi yang adil.
pengetahuan universal yang merangkum
Dalam mengonstruksi pembebasan atas
semua hal.
diri, hermeneutik emansipatoris memba-
Berangkat dari latar berpikir di atas, ngun kapasitasnya dalam dialog dengan
tulisan ini bermaksud menjelaskan alat atau pemikiran-pemikiran kritis lainnya. Dalam
sarana dalam proses berteologi menurut dialognya, Ricoeur menjelajahi (detour) ber-
Paul Ricoeur untuk memahami realitas. bagai macam tanda, simbol, metafora, dan
Sebagai sebuah proses, maka yang mau narasi yang tersaji melalui pemikiran-
disentuh tidak hanya soal metode, me- pemikiran tersebut, dan kemudian kembali
lainkan metodologi, yaitu proses berpikir, (returning) kepada hermeneutik tentang
kepentingan yang diusung dan premis nilai diri (hermeneutics of the self). Kata Ricoeur
yang dicapai. Tulisan ini bermaksud men- "I understand myself only by means of the
jawab pertanyaan, apa metodologi berteologi signs that I give of my own life and that are
yang ada dalam pemikiran Ricoeur? Basis returned to me via others. All self-knowledge
berpikir Ricoeur sering disebut dengan is mediated through signs and works".9
hermeneutik. Secara umum hermeneutik Tujuan dari upaya penjelajahan itu adalah
dipahami sebagai “seni memahami”.5 Di tercapainya emansipasi subjek untuk
dalam seni memahami terkandung apa yang mempunyai tampilan yang berbeda dan me-
Ricoeur sebut “nilai paradigmatik” nata secara baru kehadiran dan tindakan-
6
(paradigmatic value). Yang termasuk ke nya. Kata Ricoeur, "that the interpretation of
dalam seni memahami adalah memahami a text culminates in the self-interpretation
realitas di mana manusia hidup dengan of a subject who thenceforth understands
posisi mana keprihatinan konteks itu himself better, understands himself diffe-
ditanggapi. Dalam tulisan ini akan diper- rently, or simply begins to understand
lihatkan bagaimana Ricoeur berdialog de- himself".10
ngan Gadamer dan Habermas yang masing-
Mitra dialog Ricoeur untuk proyek
masing menyumbang posisi atau gestur
emansipasi subjek dapat dikelompokkan
teologis tertentu dalam pemikiran Ricoeur.
menjadi tiga bagian. Pertama, Ricoeur
Lalu, di akhir bahasan akan diperlihatkan
menerima masukan dari tokoh-tokoh se-
upaya metodologis dialektis sebagai upaya
kolah kecurigaan (school of suspicion), yaitu
merelevansikan pemikiran Ricoeur.
Marx, Nietzsche dan Freud, untuk melang-
kah pada "transformasi subjektivitas" dengan
MITRA DIALOG PAUL RICOEUR
tujuan meruntuhkan ilusi subjek yang
Hermeneutik Paul Ricoeur sering dise- absolut, yang eksploitatif dan dominatif.
but sebagai hermeneutik emansipatoris, Kedua, Ricoeur pun bermitra dengan
yaitu hermeneutik yang bertujuan etis untuk Gadamer dan Habermas untuk memper-
pembebasan. Ricoeur menyinggung tugas temukan dua gestur hermeneutik. Yang satu
emansipasi ketika mengatakan, “hermeneu- afirmatif dari tradisi romantisme, sementara
tics without a project of liberation is blind, yang lain kritis dari tradisi pencerahan.
but a project of emancipation without his- Dalam rangka hermeneutiknya, Ricoeur
torical experience is empty".7 Yang berbeda memanfaatkan kedua gestur hermeneutik
dari hermeneutik lainnya bahwa titik tolak tersebut untuk menegaskan apa yang bahasa
Ricoeur dalam memahami adalah dimulai Alkitab sebut pembebasan, tentang sebuah
dari diri sendiri, karena itu hermeneutiknya eksodus (exodus) dan kebangkitan (resur-
disebut “hermeneutik tentang diri” (herme- rection). Menurut Ricoeur, kepentingan
neutics of the self).8 Diri dahulu dipahami emansipasi tidak lagi menarik, juga tidak
dan diemansipasi untuk bebas dari kecen- mengandung harapan akan kebebasan,
derungannya yang tertutup dan hanya kalau tradisi tentang eksodus dan kebang-
mementingkan diri sendiri, menuju diri kitan yang dulu berlaku dihapus dari ingatan
yang terbuka dan terlibat dalam kepri- umat manusia. Ketiga, Ricoeur berdialog
hatinan konteks. Diri yang terbuka itu dengan Levinas. Ia menerima kritik atas
ontologi klasik yang dilakukan oleh Levinas.

156
JURNAL TEOLOGI, Volume 06, Nomor 02, November 2017: 155-166

Namun, Ricoeur mengkritik etika asimetris antropologi" yang isinya mengenai gambaran
Levinas seraya menjadikan pemikiran Levi- dunia baru dengan visi tentang manusia
nas sebagai pintu masuk pada pemahaman yang lebih baik dan adil.15 Melalui ketiga
diri yang terbuka ke arah emansipasi diri di guru kecurigaan (Marx, Nietzsche dan
dalam institusi-institusi yang adil. Lewat Freud), Habermas, Gadamer dan Levinas,
usulannya tentang sebuah etika simetris tersusun pula tugas hermeneutik kritis
yang saling memberi dan menerima dalam emansipatoris, yaitu menguak kepentingan
kesetaraan, Ricoeur mempertimbangkan yang melandasi semua usaha pengetahuan –
adanya institusi dan sistem demokrasi entah basisnya pada ekonomi (Marx),
sebagai konsensus publik di dalam rangka psikologi (Freud), antropologi (Nietzsche),
hidup bersama secara adil. hermeneutik (Gadamer), kritik ideologi
Motif utama sekaligus irama pernafasan (Habermas) dan etika (Levinas)— bagi
dari seluruh bangunan filsafat Ricoeur terbitnya emansipasi ruang privat dan ruang
publik. Kesemua mitra dialog Ricoeur
adalah detour/return.11 Detour/return meru-
menyuguhkan sarana atau alat bagi herme-
pakan kekuatan dari metode hermeneutik
neutik emansipatoris yang sejalan dengan
Ricoeur, kata Blundell.12 Namun, menurut
fungsi teori sosial kritis di mana "task for a
saya, detour/return sekaligus merupakan
critical social theory is to argue for a concep-
metodologi atau nilai paradigmatik, yaitu
tion of justice that challenges institutiona-
kepentingan hermeneutik dan posisi teologis
lized domination and oppression while
Ricoeur dalam merefleksikan kesadaran
affirming a heterogeneous public and group
subjek yang tidak tertutup (seperti yang
differences".16 Lantas terciptalah cara baru
disangkakan Descartes, Kant, Husserl),
melihat diri dan dunia yang tidak lain
melainkan terbuka keluar (afirmasi) dan
merupakan cara baru berada di dalam dunia
berada bersama yang lain dalam tindakan
(being-in-the-world) yang adil dan manu-
etis dan adil. Sebagai sebuah paradigma,
siawi.
maka "this long detour is, precisely,
suspicion”.13 Sebagai jalan kecurigaan maka Dalam memahami realitas, Paul Ricoeur
tugas emansipasi tidak pernah ditempuh menerangkan bahwa hermeneutik dipahami
langsung (immediate) atau melalui “jalan sebagai refleksi yang dimediasi. Hermeneu-
pendek” (short route), melainkan ditempuh tik menjelaskan bahwa tidak ada pemaha-
melalui "jalan panjang" (long detour, long man diri tanpa diperantarai oleh tanda,
route), yaitu melewati aneka perjumpaan, simbol, teks termasuk kehadiran orang lain.
dialog dan momen “kecurigaan” (suspicion) Pemahaman diri tidak akan terjadi kecuali
sampai ilusi subjek yang pongah dan merasa melalui jalan panjang (long detour) terma-
cukup dengan dirinya diruntuhkan. Di suk melalui kehadiran orang lain yang
sinilah momen emansipatoris Ricoeur berbeda dengan kita. Kata Ricoeur, "I give of
mengusung kepentingan sebagai pembeba- my own life and that are returned to me via
san atau emansipasi atas subjek untuk others".17 Pemahaman diri atau disebut juga
terbuka dalam hidup bersama yang lain di refleksi dipahami sebagai ajakan kembali ke
dalam institusi-institusi publik yang adil. diri sendiri. Secara teologis, Ricoeur mere-
fleksikan hal ini sebagai, "what the Gospel
Ketiga guru kecurigaan (Marx, Nietzsche
says of the soul: to be saved, it must be lost
dan Freud), Habermas dan Gadamer serta
[...] the self (le moi) must be lost in order to
Levinas, masing-masing menyumbang apa
find the 'I' (le je)".18 Lahirlah diri yang baru
yang disebut Ricoeur "transformasi subjek-
tivitas" yang disebut juga emansipasi subjek. (second naїvete),19 yakni diri dalam tanggung
Transformasi diri itu membuat subjek jawab moral bersama dan dengan yang lain
mencapai second naїvete,14 yaitu subjek yang di dalam institusi yang adil. Ricoeur juga
hendak memperlihatkan betapa pentingnya
baru, yang dilahirkan dengan meruntuhkan
phronesis, yaitu kebijaksanaan praktis dalam
ilusi subjek yang serba tahu dan pongah
kehidupan konkret, yang melaluinya kita
yang tampil dalam tindakan eksploitatif dan
dapat mencapai pemahaman diri kita
dominatif. Melalui kritik atas ilusi subjek
melalui yang lain (oneself as another) berkat
tergambar jelas apa yang Ricoeur sendiri
segala kemampuan diri yang selalu dime-
sebut tentang pemikirannya sebagai "filsafat

157
Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan Metodologis (John. C. Simon)

ngerti sebagai diri yang terbuka dan terbagi rendah hati dan kritik ideologi yang garang
untuk yang lain. menentang semua hal yang menyembu-
nyikan kepentingan dan kesadaran palsu.
SUMBANGAN GADAMER DAN Menurut Kaplan, perbedaan itu adalah "the
HABERMAS DALAM PEMIKIRAN humility of philosophical hermeneutics and
RICOEUR the defiance of the critique of ideology". 23
Hermeneutik menekankan keterbatasan dan
Seperti disebut di atas, salah satu mitra
kondisi-kondisi historis di mana kita menjadi
dialog Ricoeur adalah Gadamer dan Haber-
bagiannya, sementara kritik ideologi me-
mas. Hans-Georg Gadamer (1900-2002)
nentang distorsi-distorsi tersembunyi dan
mewakili tradisi hermeneutik, sedangkan
sistematik dari pemahaman diri tentang
Jürgen Habermas (1929-) mewakili teori
komunitas ideal dalam komunikasi tak
kritis atau kritik ideologi. Ricoeur memper-
terbelenggu.
timbangkan sumbangan Gadamer dan
Habermas dalam pemikirannya dengan me- Dari perbedaan yang ada, maka per-
ngatakan pernyataan penting bahwa tanyaan yang muncul adalah: Apakah bisa
hermeneutik dan kritik ideologi bisa saling membuat hermeneutik yang dapat mela-
menopang.20 kukan kritik? Atau, dengan kata lain:
Bisakah kritik lahir dalam hermeneutik? 24
Secara deskriptif, terdapat empat perbe-
Ricoeur menawarkan empat suplemen bagi
daan antara hermeneutik dan kritik ideo-
hermeneutik yang dapat menjalankan fungsi
logi.21 Pertama, hermeneutik Gadamer
kritik ideologi.25 Pertama, pengakuan ada-
berusaha merehabilitasi prasangka, tradisi
nya jarak (distance) sebagai momen penting
dan otoritas dengan mengaitkannya dengan
untuk membuka kemungkinan bagi kritik di
pemahaman Heidegger tentang "proyek
dalam hermeneutik. Kita tidak pernah
keterlemparan" (thrown project) di mana
menjadi bagian dari tradisi atau cakrawala
Dasein hanya menerima tanpa pernah bisa
yang dihidupi selama kita tidak dapat
mengkritik, sementara itu kritik ideologi
merefleksikan batas-batas pemahaman kita
Habermas mengembangkan konsep kepen-
sendiri. Kedua, mengatasi dikotomi antara
tingan yang berasal dari tradisi Marxis atau
penjelasan (explanation) dan pemahaman
pencerahan yang gesturnya pembebasan.
(understanding) untuk menyatukan kedua-
Kedua, hermeneutik Gadamer mengguna-
nya secara dialektis dengan tujuan meng-
kan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meng-
hitung kemampuan melakukan kritik,
interpretasi kembali dan mengatasi pen-
utamanya kritik terhadap ilusi subjek yang
jarakan dari tradisi, sementara itu kritik
absolut model cogito Descartes dan solip-
ideologi Habermas menggunakan ilmu-ilmu
sistis Husserl.26 Ketiga, pengakuan pada
sosial kritis dengan tujuan untuk membuka
dimensi referensial (mediasi) sebagai kekua-
kemungkinan-kemungkinan emansipasi
tan yang potensial bagi imajinasi tentang
melalui refleksi kritis atas bahaya reifikasi
hidup yang lebih baik di dalam institusi-
(pembendaan) dan alienasi ideologis. 22
institusi yang adil.27 Bagi Ricoeur, perluasan
Ketiga, hermeneutik Gadamer menerima
teori interpretasi ke wilayah tindakan
kesalahpahaman sebagai rintangan menuju
manusia menjadi mungkin karena tindakan
pemahaman, sementara itu bagi Habermas
itu sendiri merupakan rujukan dari berbagai
setiap rintangan adalah ideologi atau
teks. Dengan meminjam mimesis-nya
komunikasi yang didistorsi secara sistematik
Aristoteles, Ricoeur mengatakan bahwa
yang memunculkan konsensus palsu dan
tindakan manusia adalah kreativitas tiruan
pseudo-komunikasi. Keempat, Gadamer
mendasarkan tugas hermeneutik pada (creative imitation) manusia.28 Dalam
ontologi bahasa sebagai kesadaran sejarah setiap imajinasi kreatif terdapat mimesis
yang given, sementara itu Habermas justru untuk meniru tentang sebuah tindakan
mengaitkan teori komunikatif dengan prin- untuk hidup yang lebih baik. Keempat,
sip komunikasi tak-terbelenggu. terdapat hubungan antara transformasi
subjektivitas dan kritik atas kesadaran palsu.
Secara sederhana perbedaan keduanya Di sini setiap interpretasi mensyaratkan
adalah antara hermeneutik yang cenderung interpretasi diri. Dalam proses mengin-

158
JURNAL TEOLOGI, Volume 06, Nomor 02, November 2017: 155-166

terpretasi itu, maka "saya tidak lagi menya- perspective on history, then there is no
dari diri saya" (I unrealise myself). Inter- way to recognize if my tradition is ideo-
pretasi memperkenalkan kepada saya logically distorted. If there is no way to
“ragam ego imajinatif”.29 Ragam ego imaji- recognize ideological distortions, then
there is no way to criticize the domination
natif inilah, menurut Ricoeur, yang mem-
and injustice tradition may conceal".31
buka kemungkinan bagi "kritik atas ilusi
subjek", sebab aku bukanlah keberadaan Dari analisis itu, Gadamer sesungguhnya
yang sendiri dan tertutup (solipsistis) mela- menyetujui Habermas bahwa bahasa bukan
inkan berada dengan yang lain dan terbuka hanya tempat rasionalitas dan konsensus
melalui relasi-relasi yang makin meluas. tetapi juga tempat pemaksaan dan dominasi.
Bahkan melalui dialog terbuka, ilusi subjek Jika begitu, maka "Hermeneutics is already a
yang tertutup diperhadapkan pada kritik critique of conciousness and communi-
terus-menerus hingga akhirnya diruntuh- cation".32 Secara dialektis Ricoeur sudah
kan. Di sinilah yang lain diterima dengan mengungkap kedua fungsi itu dalam satu
sikap keramahan dan ikut menentukan kesatuan: "The gestur of hermeneutics is a
keberadaan diriku. Yang lain adalah humble one of acknowledging the historical
pembentuk identitasku. Konsep inilah yang conditions to which all human understan-
tidak berkembang di dalam hermeneutik ding is subsumed in the reign of finitude;
tradisi karena terlalu cepat memperke- that of the critique of ideology is a proud
nalkan "pendakuan" (Aneignung, appropria- gesture of defiance directed against the
tion) yang tujuannya untuk menampik distortions of human communication". 33
penjarakan yang dianggap mengasingkan. Dengan dua gestur hermeneutik yang satu
Ketika penjarakan ditampik, maka kritik pun rendah hati dan yang lain kritis, tujuannya
tidak muncul dan subjek absolut tetap men- adalah sama-sama menentang "kesadaran
jadi masalah. Karena itulah, kritik ideologi palsu", yaitu distorsi komunikasi manusia
harus ditempatkan sebagai sejawat dari yang menyembunyikan dominasi dan
kritik atas ilusi subjek. Begitu pula kritik atas kekerasan. Bagi Ricoeur, hermeneutik dan
kesadaran palsu bukan pasangan yang terpi- kritik ideologi adalah pasangan dan bisa
sah dari hermeneutik. Dengan demikian, saling menopang untuk mengemansipasi
refleksi diri membuka pada refleksi kritis wilayah privat, yaitu meruntuhkan subjek
yang penting bagi emansipasi subjek. absolut, dan wilayah publik, yaitu dari
Sehingga setiap interpretasi atas ilusi subjek pembudayaan dominasi dan kekerasan.
dengan cara yang sama merupakan kritik
ideologi. Tujuannya adalah melahirkan Menurut Ricoeur perdebatan antara Ga-
seorang individu yang terbuka menerima damer dan Habermas merupakan dua sikap
kehadiran yang lain dan terbuka pula fundamental filsafat, yaitu (1) ketundukan
berdialog dalam kesetaraan untuk memba- pada keterbatasan (afirmatif), dan (2)
ngun kehidupan yang lebih baik dan adil. perlawanan terhadap dominasi (kritis-
konfrontatif).34 Ricoeur menerima kedua-
Perdebatan antara Gadamer dan Haber- nya, baik rehabilitasi tradisi dan pemahaman
mas juga berpusat pada apa makna dan historis dalam kasus hermeneutik tradisi
fungsi tradisi.30 Jika Gadamer memandang Gadamer, dan kecurigaan terhadap penyim-
tradisi sebagai sumber kesadaran historis pangan institusi melalui bahasa dan
untuk mencapai pemahaman, Habermas kekuasaan dalam kasus kritik ideologi
memandang tradisi sebagai sumber distorsi- Habermas.
distorsi sistematik yang melanggengkan
dominasi. Kaplan menggambarkan persoal- Selain itu, gagasan Gadamer tentang
annya demikian: prasangka juga penting.35 Sebab, prasangka
yang sudah mendarah daging akan sulit
"Habermas claims that Gadamer rightly dikritik dan justru akan menjadi ideologi.
ties understanding to historical under- Atas hal ini Ricoeur lalu membuat "jalan
standing conciousness but offers no tengah" antara penerimaan akan tradisi
possibility of transcendence in order to (Gadamer) dan kecurigaan (Habermas)
evaluate our historically effected con- atasnya. Jalan tengah ini dibangun oleh jalan
sciousness. If there is no transcendental
pe-nalar-an. Kata Ricoeur: "makes its plea

159
Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan Metodologis (John. C. Simon)

before the tribunal of reason".36 Dalam nalar akan komunikasi yang tak terbatas dan bebas
yang demikian, kita seharusnya menerima dominasi (Habermas), yang, pada giliran-
klaim kebenaran tradisi atau otoritas sebagai nya, sikap kritis tetap ditempatkan secara
benar menurut anggapan tertentu sampai historis dengan maksud agar dapat diterap-
ada argumen lebih baik yang menunjukkan kan dalam konteks tertentu (Gadamer).42 Di
sebaliknya dan kita pun bersedia mengubah sini kesadaran sejarah penting karena arah
pandangan yang terbukti keliru tersebut. keprihatinan yang dikritisi itu tertuju kepada
Dalam pengalaman hermeneutik, momen sejarah manusia konkret dan menuju eman-
keterbukaan dan penerimaan mendahului sipasi yang konkret pula. Seperti Habermas,
momen kritik dan penjelasan. Kata Ricoeur: Ricoeur lebih suka menekankan dasar keab-
sahan komunikasi agar kita mampu men-
"that confident reception by which we capai pemahaman yang benar dalam komu-
respond, in an initial move preceding all
nikasi. Tidak ada komunikasi yang dipak-
criticism, to any proposition of meaning,
any claim to truth, because we are never
sakan, karena itu semua argumen layak
at the beginning of the process of truth untuk didengar. Tidak ada juga argumen
and because we belong, before any critical yang bebas kritik. Dalam komunikasi, dian-
gesture, to a domain of presumed truth".37 daikan sebuah kemampuan untuk menje-
laskan diri sendiri dengan apa yang kita
Dengan jalan pe-nalar-an tersebut, katakan sebaik mungkin. Ricoeur setuju
maka sahnya sebuah otoritas tradisi bahkan dengan pendapat Habermas bahwa "The
ideologi hanya terjadi dalam proses komuni- goal of coming to an understanding is to
kasi dan argumentasi dikursif di antara bring about an agreement that terminates in
interlokusioner yang saling berdialog. 38 the intersubjective mutuality of reciprocal
Dalam dialog tidak ada argumen yang bebas understanding, shared knowledge, mutual
dari kritik. Semua argumen, termasuk trust, and accord with one another". 43 Yang
agama yang dianggap sakral sekalipun, paling penting bahwa Ricoeur mengge-
terbuka pada proses diskusi dan kritik. Di makan mediasinya perihal perdebatan
luar itu hanyalah komunikasi yang Habermas dan Gadamer yang mengerucut
dipaksakan dan penuh dominasi. Dari sini pada kearifan praktis (practical wisdom),44
pun menjadi jelas bahwa posisi Ricoeur yang berisi keyakinan yang dihormati,
dalam menjembatani antara apa yang argumen yang baik dan hasrat untuk hidup
sekarang terjadi (misalnya: kondisi baik bersama dan demi orang lain dalam
ketidakadilan) dan apa yang seharusnya institusi-institusi yang adil.
(keadilan) adalah model kebenaran yang
diasumsikan tunduk pada keabsahan Diskusi antara hermeneutik dan kritik
rasional. Sehingga hermeneutiknya pun ideologi sesungguhnya menghantar percaka-
tergolong hermeneutik kesadaran (herme- pan ini pada fungsi ideologi dalam hubung-
neutic consciousness).39 Namun, berbeda annya dengan membaca konteks atau rea-
dengan kesadaran yang berpusat pada litas –termasuk itu tradisi dan otoritas. Me-
subjek absolut yang dalam filsafat Barat nurut Ricoeur, fungsi ideologi adalah
bersifat egologis, maka kesadaran yang pertama-tama "to pattern, to consilidate, to
Ricoeur maksud adalah "kesadaran tentang provide order to the course of action". 45
hidup secara baik" (consciousness of life as Fungsi primer ini juga disebut "the inte-
well) bersama yang lain dalam tindakan yang grative function of ideology, the function of
adil.40 Dari sini pula menjadi jelas tugas preserving an identity". Fungsi primer ini
refleksi filsafat yang dimaksud Ricoeur, "in merupakan sumbangan Gadamer dalam
the reinterpretation of cultural heritages pemikiran Ricoeur. Setelah fungsi primer ini
received from the past and the interest in the kita mendapati fungsi kedua, yaitu "ideology
futuristic projections of a liberated huma- as distortion and as the legitimation of a
nity".41 system of order or power".46 Fungsi sekunder
ini merupakan sumbangan Habermas dalam
Ricoeur sepakat dengan Habermas dan pemikiran Ricoeur. Jelaslah bahwa bagi
Gadamer bahwa setiap kritik atas tradisi dan Ricoeur fungsi primer ideologi adalah
otoritas dimediasi oleh cita-cita regulatif integratif dan fungsi sekundernya adalah

160
JURNAL TEOLOGI, Volume 06, Nomor 02, November 2017: 155-166

distortif. Jika kedua fungsi ini dipakai untuk an Allah ini pertama-tama adalah sebuah
membaca realitas, maka secara metodologis, tugas hermeneutik yang kritis dan secara
Ricoeur memulai dengan sikap afirmatif- etis mengusahakan keadilan, perdamaian
integratif baru kemudian kritis-konfrontatif dan keutuhan ciptaan. Lebih lanjut, bagai-
terhadap distorsi atas realitas. mana fungsi kritis dan afirmatif ini bekerja?
Berbeda dengan Habermas yang menga-
MEMBALIK PRINSIP METODOLOGIS:
takan bahwa ideologi dominan saat ini
DARI FUNGSI KRITIS KE FUNGSI
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, 50
INTEGRATIF
maka menurut Ricoeur, ideologi dominatif
Konstruksi Ricoeur tentang ideologi saat ini adalah homo oeconomicus.51 Tam-
sangat positif karena sisi yang ditekankan pilan paling menyolok dari spirit homo oeco-
adalah fungsi ideologi sebagai identitas dan nomicus adalah ekspansi, dominasi dan
integrasi sosial. Inilah fungsi primer ideo- penindasan di bidang ekonomi. Sejalan
logi, yang mendahului fungsi sekundernya dengan dominasi ekonomi, maka perlakuan
yang bersifat kritis-konfrontatif terhadap terhadap ekologi juga tak kalah ganasnya
semua distorsi, praktek kekerasan, ketidak- diperas dan dieksploitasi melampaui batas
adilan dan kesadaran palsu. Persoalannya regenerasinya. Sekarang imperialisme mo-
bahwa posisi hermeneutik Ricoeur yang dern yang menyatukan kekuatan peng-
afirmatif ini sekaligus menjadi titik lemah- hancur ekonomi dan ekologi pun digerakkan
nya dalam membaca konteks yang sudah oleh roh yang sama demi untuk tetap survive
sangat patologis akibat globalisasi imperi- sekalipun itu dilakukan dengan menebar
alisme yang menyebabkan kemiskinan, teror dan peperangan di mana-mana.
kerusakan lingkungan dan ketidakadilan
Bertahannya spirit dominasi ini da-
yang menaikkan tensi radikalisme dan
pat pula dijelaskan lewat perspektif sejarah.
terorisme. Ricoeur “terlalu percaya diri”
Ricoeur sendiri memang memaksudkan
(over-confident), bahkan terlalu berpikir
emansipasi tidak terpisah dari kesadaran
positif terhadap realitas sehingga pemikir-
sejarah, yaitu sejarah penindasan dan
annya tidak relevan dengan realitas yang
ketidakadilan dari manusia-manusia yang
sebenarnya sudah demikian patologis de-
kalah. Tentang sejarah Ricoeur berpenda-
ngan segala relasi-relasi kooptatif, dominatif
pat: "History would be economic history,
dan tidak adil.47
history made by the homo oeconomicus – and
Saya mengusulkan bahwa dalam ran- not political history, history made by the man
cang bangun metodologi berteologi kontek- of prey".52 Dengan logika hidup yang saling
stual, maka menafsir kenyataan yang sudah memangsa untuk memperbesar keuntungan
distortif penuh praktek kekerasan dan sendiri, maka tercipta apa yang Ricoeur
ketidakadilan itu berarti memperlihatkan sebut catastrophic situation,53 yaitu situasi
tugas hermeneutik yang bertolak dari ketimpangan antara yang menang dan yang
tahapan kritis (hermeneutics of suspicion) kalah, hingga menciptakan kematian pada
menuju ke tahapan afirmasi (hermeneutics hidup bersama karena manusia memangsa
of affirmation).48 Dengan membalik jalan manusia lainnya. Catastrophic situation
metodologis, maka kita bergerak dengan juga berarti situasi di mana bahaya besar
pisau kecurigaan (suspicion) terlebih dahu- berupa ketidakadilan, kemiskinan dan
lu untuk membuka selubung kepentingan kerusakan ekologi sudah menyatu menjadi
(debunking) yang bermain di dalam relasi daya kematian bagi kehidupan bersama.
ideologi yang dominatif, menindas dan tidak
Seperti jelas di atas, upaya kritis
adil, baru dari sana kita mengafirmasi dan
Ricoeur dengan mengambil jalan pe-nalar-
mengintegrasikan sebuah mimpi dan peng-
an, juga didasarkan pada kesadaran bahwa
harapan untuk hidup baik bersama orang
ideologi modern berupa homo oeconomicus
lain. Secara teologis, Ricoeur adalah
telah bermain di wilayah proses rasionalisasi
penggagas paradigma hermeneutik Keraja-
yang bermaksud menjinakkan wilayah tin-
an Allah dengan mengusung kepentingan
dakan instrumental dan memanipulasi
keadilan sebagai premis nilai yang diper-
praksis, yaitu "kehidupan yang baik" (good
juangkannya.49 Tugas menghadirkan Keraja-

161
Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan Metodologis (John. C. Simon)

life).54 Praksis tertekan atau tergencet saya, merupakan isi dari metodologi atau
karena terpisah secara diametral dengan paradigma berteologi yang diinspirasi oleh
teori atau refleksi. Teori pun memanipulasi hermeneutik Ricoeur untuk membaca kon-
realitas atau praksis hidup konkret sehingga teks masa kini.
menciptakan tindakan-tindakan tuna-etik
dan tuna-moral. Homo oeconomicus sebagai PENUTUP: SEBUAH PENDEKATAN
ideologi pun menjadi alat legitimasi kekua- TEOLOGIS DIALEKTIS
saan yang kuat atas yang lemah sehingga
Pertanyaan yang penting diajukan ada-
praksis hidup yang baik dan adil tidak
lah apakah paradigma afirmatif-kritis dan
pernah muncul, tersembunyi oleh aneka kritis-afirmatif selalu ada dalam ketegangan
kepentingan yang menindas. yang tak terjembatani? Bisakah keduanya
Karena itu, konteks globalisasi imperia- berfungsi dialektis? Dalam membaca reali-
lisme yang patologis membutuhkan metodo- tas, tugas kritis dan afirmatif atau afirmatif
logi (paradigma) menganalisis yang baru, dan kritis sesungguhnya bekerja secara
yaitu dengan membalik prinsip afirmatif- dialektis.56 Sikap kritis-konfrontatif tidak
kritis menurut Ricoeur menjadi kritis- selamanya dan satu-satunya menjadi pilihan
integratif.55 Dalam konteks globalisasi im- sikap dalam memahami konteks. Sikap ini
perialisme yang demikian menggurita de- juga tidak dapat bekerja terus-menerus
ngan praktik kekerasan dan dominasi yang karena tidak ada orang yang dapat tahan
kuat atas yang lemah, hermeneutik kritis dengan kritik dan perlawanan yang bertubi-
emansipatoris pertama-tama akan melihat tubi. Sikap kritis perlu dibarengi dengan
tantangan konteks tersebut sebagai per- tugas afirmatif terhadap konteks. Caranya
soalan ideologis, yaitu distorsi atas realitas dengan memberi apresiasi terhadap kehidu-
(fungsi sekunder), karena persoalan keti- pan yang ada pada konteks sebagai sesuatu
dakadilan terjadi di mana-mana. Di sini yang darinya kita dapat belajar. Sikap yang
fungsi kritis tidak tergantikan oleh fungsi terbuka adalah bahwa yang lain mempunyai
integratif. Secara metodologis, kritik atas kebenaran dan darinya dapat diperoleh nilai
distorsi realitas ketidakadilan adalah lang- yang dipelajari. Inilah sikap apresiatif atas
kah pertama yang dilakukan, baru kemudian konteks yang dihadapi.
mengafirmasi sebuah pengharapan tentang Dalam pengalaman orang Indonesia
kehidupan yang lebih baik. Dari melihat akar memahami realitas, sikap yang pertama-
persoalan sosial secara kritis itu kita berge- tama dikedepankan adalah konfrontatif.
rak menuju gagasan integratif-transformatif
Konteks dan seluruh isi yang hidup di da-
untuk mengubah realitas menjadi lebih baik
lamnya ditanggapi dengan sikap konfrontatif
dan lebih adil.
dan mencari perbedaan. Salah satu cara
Mengedepankan cara membaca kritis konfrontatif itu adalah explaining away
atas realitas yang kental dengan dominasi, terhadap konteks kemajemukan agama dan
ketidakadilan dan distorsi (fungsi sekunder) budaya, dengan menjelaskannya untuk mak-
justru menolong kita untuk punya seperang- sud membabat habis dan menempatkan
kat analisis kritis dengan paradigma kecuri- agama dan budaya sendiri di atas semua
gaan pada selubung kepentingan yang ber- yang lain. Sikap konfrontatif sering kali tidak
main di dalam ideologi yang dipakai dan jauh dari sikap superioritas atas yang lain
menyembunyikan kepentingan yang menye- dengan membangun ketertutupan dan
babkan ketidakadilan. Tanpa pertama-tama seperangkat klaim kebenaran atas yang lain.
mengedepankan sikap "kecurigaan herme- Karena itu sangat bisa dimengerti jika Gerrit
neutis" (hermeneutic of suspicion), menurut Singgih,57 misalnya, kemudian menyaran-
saya, kita sulit menemukan perspektif kan agar orang-orang Kristen di Indonesia
pengharapan tentang hidup yang lebih baik yang selama ini diajari oleh kaum misionaris
dan adil di masa depan. Pendekatan apre- kolonial mengkonfrontasi realitas dan
siatif atas kehidupan yang lebih baik menganggapnya sebagai berasal dari setan,
merupakan hasil dari daya kritis terhadap mau mengubah pendekatannya dengan
kekuatan-kekuatan anti kehidupan yang mengedepankan sikap apresiatif dan konfir-
hadir dalam aneka wajah. Jalan ini, menurut matif.

162
JURNAL TEOLOGI, Volume 06, Nomor 02, November 2017: 155-166

Seperti sudah dicatat di atas bahwa sikap berhadapan dengan yang lain. Keduanya
konfrontatif seringkali dimaknai sempit se- secara dialektis berjalan bersama sebagai
bagai menghakimi bahkan menolak unsur- alat atau sarana membaca realitas. Mana
unsur baik yang ada dalam realitas. Sikap yang didahulukan tergantung tantangan
menilai sebetulnya merupakan salah satu konteks yang dihadapi. Menurut saya,
sikap hermeneutis,58 namun menjadi konteks hari ini yang ditandai oleh roh homo
masalah ketika jatuh dalam sikap meng- oeconomicus melalui sistem globalisasi eko-
hakimi dalam klaim kebenaran yang ter- nomi yang tidak adil, membutuhkan
tutup. Yang paling mudah adalah terhadap metodologi berteologi untuk membaca
konteks kemajemukan agama dan budaya. konteks dengan mendahulukan pendekatan
Agama-agama dan budaya-budaya lain di- kritis.
anggap sesat, berasal dari setan dan Dengan menelusuri pemikiran herme-
diperlakukan sebagai musuh yang layak neutik Paul Ricoeur didapati kerangka
diperangi. Yang sering dilupakan adalah
metodologi berteologi untuk membaca
sikap positif dari pendekatan konfrontatif,
konteks, yaitu kritis-afirmatif dan afirmatif-
yaitu kritis, yang bermaksud membarui,
kritis, yang keduanya secara dialektis
mentransformasi dan menambahkan yang
berjalan bersama-sama. Realitas tidak hanya
tidak ada di dalam yang sudah ada. Manfaat
dikritisi, melainkan juga diafirmasi, sebalik-
kacamata kritis terhadap konteks adalah
nya, realitas tidak hanya diafirmasi, melain-
menolong kita keluar dari perangkap ideo-
kan juga dikritisi. Ketegangan dialektis ini
logis yang seringkali sarat dominasi dan
sebaiknya dipertahankan untuk menyasar
praktek kekerasan. Kesadaran akan fakta
tujuan ganda teologi hermeneutik, yakni
ideologis yang membelenggu ini akan meruntuhkan ilusi subjek yang absolut dan
memberi daya yang besar bagi gerakan-gera- mengungkap sebuah pengharapan tentang
kan emansipasi yang diperjuangkan. Semen- hidup bersama secara baik dan adil. Yang
tara itu sikap yang lain, yaitu afirmatif. Sikap pertama bermakna emansipasi ruang privat,
ini sejajar dengan sikap konfirmatif, yang dan yang kedua bermakna emansipasi ruang
merupakan usaha membenarkan dan
publik.
mengiakan segala sesuatu yang baik dan
benar dalam kebudayaan-kebudayaan atau John C. Simon,
agama-agama lain. Terhadap yang lain yang
berbeda kita pun dapat memperoleh Lulusan Program Doctor of Theology –
wawasan (insight) untuk dipelajari bagi Fakultas Teologi, UKDW, Yogyakarta.
Mengajar pada Sekolah Tinggi Teologi
transformasi subjektivitas. Kedua sikap
Indonesia Timur (STT Intim) Makassar,
metodis ini, kritis dan afirmatif, sesungguh- Jl. Baji Dakka 7, Makassar. E-mail:
nya bukan sikap yang terpisah diametral satu tajaksebakal@gmail.com.

CATATAN AKHIR
1
Paul Ricoeur, Figuring The Sacred: Religion, 6
Paul Ricoeur, Oneself as Another, trans. Kathleen
Narrative, and Imagination, trans. David Pellauer Blamey, (Chicago and London: The University of
and ed. Mark I. Wallace, (Minneapolis: Fortress Chicago Press, 1992), 306.
Press, 1995), 39-41. 7
Paul Ricoeur, Lectures on Ideology and Utopia, ed.
2
Paul Ricoeur, Figuring The Sacred: Religion, George H. Taylor, (New York: Columbia University
Narrative, and Imagination, 217-221. Press, 1986), 237.
3
Paul Ricoeur, Fallible Man, trans. Charles A. 8
Paul Ricoeur, Oneself as Another, 297. Paul
Kelbley, rev. ed., (New York: Fordham University Ricoeur, The Conflict of Interpretations: Essays in
Press, 1986), 133. Hermeneutics, ed. Don Ihde, (Evanston:
4
Dan R. Stiver, Theology after Ricoeur: New Northwestern University Press, 1974), 266.
Directions in Hermeneutical Theology, (Louisville: 9
Paul Ricoeur, From Text to Action: Essays in
Westminster John Knox Press, 2001), 5-10. Hermeneutics, II, trans. Kathleen Blamey and John
5
F. Budi Hardiman, Seni Memahami: Hermeneutik B. Thompson, (Evanston, Illinois: Northwestern
dari Schleiermacher sampai Derrida, (Yogyakarta: University Press, 1991), 61-62.
Kanisius, 2015).

163
Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan Metodologis (John. C. Simon)

10
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
29
Teks Inggris: "introduces me to imaginative
Sciences: Essays on Language, Action and variations of the ego". Lihat Paul Ricoeur,
Interpretation, 158. Hermeneutics and the Human Sciences: Essays on
11
Paul Ricoeur, Lectures on Ideology and Utopia, x. Language, Action and Interpretation, 94.
12
Boyd Blundell, Paul Ricoeur between Theology and
30
Paul Ricoeur, Time and Narrative. Vol. 3, trans.
Philosophy: Detour and Return, (Bloomington and Kathleen Blamey and David Pellauer, (Chicago
Indianapolis: Indiana University Press, 2010), 8. dan London: The University of Chicago Press,
13
Paul Ricoeur, The Conflict of Interpretations: 1988), 227.
Essays in Hermeneutics, 244.
31
David M. Kaplan, Ricoeur's Critical Theory, 41.
14
Ricoeur menggunakan istilah ini pertama kali (A
32
Paul Ricoeur, From Text to Action: Essays in
term Ricoeur first uses in) di dalam bukunya, Paul Hermeneutics, II, 294.
Ricoeur, The Symbolism of Evil, trans. Emerson
33
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
Buchanan, (Boston: Beacon Press, 1969), 351. Sciences: Essays on Language, Action and
Gagasan Ricoeur ini diinspirasi oleh pemikiran Interpretation, 87.
Karl Barth. Lihat Paul Ricoeur, A Ricoeur Reader:
34
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
Reflection and Imagination, ed. Mario J. Valdes, Sciences: Essays on Language, Action and
(Toronto dan Buffalo: University of Toronto Press, Interpretation, 33-34, 87. Paul Ricoeur, From Text
1991), 473. to Action: Essays in Hermeneutics, II, 294.
15
Paul Ricoeur, The Conflict of Interpretations:
35
Kata Ricoeur: "Gadamer inevitably turned
Essays in Hermeneutics, 100. hermeneutic philosophy towards the
16
David M. Kaplan, Ricoeur's Critical Theory, (New rehabilitation of prejudice". Lihat Paul Ricoeur,
York: State University of New York Press, 2003), Hermeneutics and the Human Sciences: Essays on
154. Language, Action and Interpretation, 66-67, 76.
17
Paul Ricoeur, From Text to Action: Essays in Paul Ricoeur, From Text to Action: Essays in
Hermeneutics, II, 61. Hermeneutics, II, 273-274, 283.
18
Paul Ricoeur, The Conflict of Interpretations:
36
Paul Ricoeur, Time and Narrative, Vol. 3, 227.
Essays in Hermeneutics, 20.
37
Paul Ricoeur, Time and Narrative, Vol. 3, 225.
19
Paul Ricoeur, Freud and Philosophy: An Essay on
38
Paul Ricoeur, From Text to Action: Essays in
Interpretation, trans. Denis Savage, (New Haven: Hermeneutics, II, 79, 302. Paul Ricoeur,
Yale University Press, 1970), 28, 496. Hermeneutics and the Human Sciences: Essays on
20
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human Language, Action and Interpretation, 95.
Sciences: Essays on Language, Action and
39
Paul Ricoeur, Oneself as Another, 432. Paul
Interpretation, 96-97. Ricoeur, The Conflict of Interpretations: Essays in
21
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human Hermeneutics, 108-120 (119-120), 260, 324.
Sciences: Essays on Language, Action and
40
Paul Ricoeur, Oneself as Another, 186.
Interpretation, 79-87.
41
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
22
F. Budi Hardiman, "Kritik atas Patologi Modernitas Sciences: Essays on Language, Action and
dan [Post]Modernitas: Habermas dan Para Ahli Interpretation, 100.
Waris Nietzsche", Driyarkara, Th. XIX, No. 2,
42
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
(1992/1993):42-61 (46, c.k. 5). Tentang reifikasi Sciences: Essays on Language, Action and
lihat Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human Interpretation, 74, 97. Paul Ricoeur, From Text to
Sciences: Essays on Language, Action and Action: Essays in Hermeneutics, II, 281, 303.
Interpretation, 96-97. Paul Ricoeur, Lectures on
43
David M. Kaplan, Ricoeur's Critical Theory, 44.
Ideology and Utopia, 235.
44
Paul Ricoeur, Lectures on Ideology and Utopia,
23
David M. Kaplan, Ricoeur's Critical Theory, 38. 314.
24
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
45
Paul Ricoeur, From Text to Action: Essays in
Sciences: Essays on Language, Action and Hermeneutics, II, 318.
Interpretation, 88. Paul Ricoeur, From Text to
46
Paul Ricoeur, Lectures on Ideology and Utopia,
Action: Essays in Hermeneutics, II, 295. 258.
25
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
47
John C. Simon, “Hermeneutik Paul Ricoeur dan
Sciences: Essays on Language, Action and Tugas Emansipasi”, Doctoral dissertation of
Interpretation, 91-95. Paul Ricoeur, From Text to Theology, (Yogyakarta: Universitas Kristen Duta
Action: Essays in Hermeneutics, II, 298-301. Wacana, 2016).
26
Paul Ricoeur, Husserl: An Analysis of His
48
John C. Simon, “Hermeneutik Paul Ricoeur dan
Phenomenology, trans. Edward G. Ballard and Tugas Emansipasi”.
Lester E. Embree, (Evanston: Northwestern
49
Ricoeur, Figuring the Sacred: Religion, Narrative
University Press, 1967), 91-92. and Imagination, 1995, 44. Ricoeur, From Text to
27
Paul Ricoeur, Oneself as Another, 172, 180. Action: Essays in Hermeneutics, II, 1991, 95-98
28
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human (96).
Sciences: Essays on Language, Action and
50
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human
Interpretation, 16. Paul Ricoeur, From Text to Sciences: Essays on Language, Action and
Action: Essays in Hermeneutics, II, 138. Loretta Interpretation, 97.
Dornisch, "Ricoeur's Theory of Mimesis:
51
Paul Ricoeur, Freedom and Nature: The Voluntary
Implications for Literature and Theology", and the Involuntary, trans. Erazim V. Kohak,
Literature & Theology, Vol. 3, No. 3, (November
1989):308-318.
164
JURNAL TEOLOGI, Volume 06, Nomor 02, November 2017: 155-166

Ricoeur, Paul. Freedom and Nature: The


(Evanston Illinois: Northwestern University Press, Voluntary and the Involuntary. Trans.
1966), 116. Erazim V. Kohak. Evanston Illinois:
52
Paul Ricoeur, Freedom and Nature: The Voluntary
and the Involuntary, 119. Northwestern University Press, 1966.
53
Paul Ricoeur, Freedom and Nature: The Voluntary
and the Involuntary, 121. ______ . Husserl: An Analysis of His
54
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human Phenomenology. Trans. Edward G.
Sciences: Essays on Language, Action and Ballard and Lester E. Embree.
Interpretation, 99. Paul Ricoeur, From Text to
Evanston: Northwestern University
Action: Essays in Hermeneutics, II, 305. Paul
Ricoeur, Oneself as Another, 172, 180, 239. Press, 1967.
55
Sebetulnya Ricoeur sendiri sudah menyadari
urutan distortif dan integratif ini ketika ia ______ . The Symbolism of Evil. Trans.
mengatakan sendiri: "two layers of ideology – Emerson Buchanan. Boston: Beacon
ideology as distortion and as the legitimation of a Press, 1969.
system of order or power— the integrative
function of ideology, the function of preserving an ______ . Freud and Philosophy: An Essay on
identity, remains". Lihat Paul Ricoeur, Lectures on
Ideology and Utopia, 258. Interpretation. Trans. Denis Savage.
56
Paul Ricoeur, Lectures on Ideology and Utopia, New Haven: Yale University Press,
258. 1970.
57
E.G. Singgih, Iman dan Politik dalam Era
Reformasi di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung ______ . The Conflict of Interpretations:
Mulia, 2004), 176. E.G. Singgih, Berteologi dalam
Essays in Hermeneutics. Ed. Don
Konteks: Pemikiran-pemikiran Mengenai
Kontekstualisasi Teologi di Indonesia, (Jakarta dan Ihde. Evanston: Northwestern
Yogyakarta: BPK Gunung Mulia dan Kanisius, University Press, 1974.
2004), 171.
58
Paul Ricoeur, Hermeneutics and the Human ______ . Hermeneutics and the Human
Sciences: Essays on Language, Action and Sciences: Essays on Language, Action
Interpretation, 279.
and Interpretation. Ed. John B.
Thompson. Cambridge: Cambridge
DAFTAR RUJUKAN
University Press, 1982.
Blundell, Boyd. Paul Ricoeur between
______ . Fallible Man. Trans. Charles A.
Theology and Philosophy: Detour and
Kelbley, Rev. Ed. New York: Fordham
Return. Bloomington and
University Press, 1986.
Indianapolis: Indiana University Press,
2010. ______ . Lectures on Ideology and Utopia.
Ed. George H. Taylor. New York:
Dornisch, Loretta. "Ricoeur's Theory of
Columbia University Press, 1986.
Mimesis: Implications for Literature
and Theology". Literature & Theology. ______ . Time and Narrative. Vol. 3. Trans.
Vol. 3, No. 3, (November 1989). Kathleen Blamey and David Pellauer.
Chicago dan London: The University
Hardiman, F. Budi. Seni Memahami:
of Chicago Press, 1988.
Hermeneutik dari Schleiermacher
sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius, ______ . A Ricoeur Reader: Reflection and
2015. Imagination. Ed. Mario J. Valdes.
Toronto dan Buffalo: University of
______ . "Kritik atas Patologi Modernitas dan
Toronto Press, 1991.
[Post]Modernitas: Habermas dan Para
Ahli Waris Nietzsche". Driyarkara, ______ . From Text to Action: Essays in
Th. XIX, No. 2, (1992/1993). Hermeneutics. II. Trans. Kathleen
Blamey and John B. Thompson.
Kaplan, David M. Ricoeur's Critical Theory.
Evanston, Illinois: Northwestern
New York: State University of New
University Press, 1991.
York Press, 2003.

165
Berteologi Menurut Paul Ricoeur: Sebuah Sumbangan Metodologis (John. C. Simon)

______ . Oneself as Another. Trans. by Singgih, E.G. Berteologi dalam Konteks:


Kathleen Blamey. Chicago and Pemikiran-pemikiran Mengenai
London: The University of Chicago Kontekstualisasi Teologi di Indonesia.
Press, 1992. Jakarta dan Yogyakarta: BPK Gunung
Mulia dan Kanisius, 2004.
______ . Figuring The Sacred: Religion,
Narrative, and Imagination. Trans. ______ . Iman dan Politik dalam Era
David Pellauer and ed. Mark I. Reformasi di Indonesia. Jakarta: BPK
Wallace. Minneapolis: Fortress Press, Gunung Mulia, 2004.
1995.
Stiver, Dan R. Theology after Ricoeur: New
Simon, John C. “Hermeneutik Paul Ricoeur Directions in Hermeneutical Theology.
dan Tugas Emansipasi”. Doctoral Louisville: Westminster John Knox
dissertation of Theology. Yogyakarta: Press, 2001.
Universitas Kristen Duta Wacana,
2016.

166

Anda mungkin juga menyukai