Anda di halaman 1dari 7

ENSEPALITIS

A. DEFINISI

Reaksi radang didaerah otak akibat invasi mikroorganisme ( Virus, bakteri, protozoa,
spirochaeta, jamur, cacing) atau reaksi radang akibat adanya infeksi sistemik atau
vaksinasi. (Hartantyo, 1997)

Reaksi peradangan yang mengenai jaringan otak oleh berbagai mikroorganisme


penyebab, penyebab terpenting dan tersering adalah virus (Abdul Rohim, 2002)

B. ETIOLOGI

Berbagai macam microorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya


bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta dan virus. Penyebab yang terpenting dan
tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau
reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala


klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta epidemiologinya, diketahui berbagai
macam ensefalitis virus.

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi yang diajukan oleh robin adalah :

1. Infeksi yang bersifat epidemik

a. Golongan enterovirus:Poliomyelitis, Virus Coxsackie, virus ECHO.

b. Golongan virus ARBO : Western equine encephalitis, St. Louis


encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian
spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes


zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic chorio meningitis dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

Ensefalitis pasca infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca rubela,


paska-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti
infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
D. PATHWAY

Lampiran

E. MANIFESTASI KLINIK

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis kurang lebih


sama dankhas, sehingga dapat digunakan sebagai penegak diagnosis. Gejala yang
sering timbul adalah : Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia,
kesadaran cepat menurun, pada anak yang lebih besar sebelum kesadarannya menurun
sering mengeluh nyeri kepala, muntah sering ditemukan, kejang-kejang dapat bersifat
umum atau fokal atau hanya twitching saja. Kejang dapat berlangsung berjam-jam,
gejala serebrum : paresis, afasia, gangguan neurologis (kelumpuhan), dapat dijumpai
tanda kaku kuduk.

Tanda awal ensepalitis adalah sakit kepala, mual dan muntah yang
berhubungan dengan edema serebri oleh proses peradangan yang selanjutnya ditandai
dengan panas tinggi, stuppor, gangguan orientasi, tremor, kejang spastik, timbulnya
refleks patologis, koma atau bahkan sampai meningal.

Pada ensepalitis cairan serebrospinal sering dalam batas normal, kadang-


kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa darah
bisa normal, meninggi atau menurun pada infeksi akut dan berat, pada infeksi berat
dan gangguan makan glukosa darah akan menurun.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Secara klinis ensefalitis dapat didiagnosis dengan menemukan gejala klinis seperti
tersebut diatas.

Diagnosis etiologis dapat ditegakkan dengan :

1. Biakan darah biasanya sukar untuk mendapatkan hasil yang positif, kerana viraemia
hanya berlangsung sebentar, biakan virus dapat dilakukan dari cairan cerebrospinal
atau jaringan otak (post mortem), dan pada biakan feses sering ditemukan jenis entero
virus.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen uji inhibisi hemaglutinasi dan
neutralisasi yang dilakukan pada akut dan rekonvalesen lebih menunjukkan hasil
positif.

3. Pemeriksaan patologi anatomis post mortem, hasilnuya juga dapat memastikakn


diagnosis kecuali apabila penyebabnya bukan virus misalnya malaria falsifarum.

G. PENATALAKSANAAN

Prinsip pengelolaan seperti pada penderita dengan infeksi intra kranial pada umumnya.
Pengobatan ditekankan pada tindakan suportif.

1. Terapi cairan sesuai kebutuhan anak

2. Anti konvulsif (im/iv )

3. Sebagai hibernasi diberi largaktil 2 mg/kgBB/ hr dan phenergan 4 mg/ kgBB/hr secara
im/iv dibagi dalam 3 x pemberian

4. Antipiretik (asetosol/parasetamol)  bila keadaan sudah memungkinkan pemberian


oba per oral

5. Glukosa 20%, 10 ml iv untuk menghilangkan udema otak

6. Kortikosteroid im/iv untuk menghilangkan udema sel otak ( dosis tinggi)

7. Oksigen sesuai indikasi

8. Fisioterapi jangka panjang

H. PROGNOSA DAN KOMPLIKASI

Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35 – 50%.
Daripada penderita yang hidup 20 - 40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa
parese/paralisis, pergerakan “choreaatheroid”, gangguan pengelihatan atau gejala
neurologik lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata, dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, gangguan tingkah
laku dan epilepsi. Angka-angka untuk gejala sisa belum jelas. Penderita dipulangkan bila :
5 hari bebas panas, tidak ada penyulit yang memerlukan tindakan khusus. Penderita
dipulangkan di poliklinik neurologi anak, bila didapatkan gejala sisa.
I. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENSEFALITIS

1. PENGKAJIAN

- Kaji adanya demam /peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, mual dan muntah,
perubahan status mental

- Kaji adanya tanda-tanda meningeal, kekakuan nukhal (leher,kaku), fotobia dan


kernig’s atau bruddzinski’s

- Kaji adanya kejang : fokal umum

- Kaji adanya kemungkinan riwayat infeksi baru atau gigitan nyamuk, kutu atau
binatang.

- Kaji adanya malaise, anoreksia

- Kaji adanya perubahan tingkat kesadaran : peka rangsang, disorientasi sampai


dengan koma.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral dan
perlunakan kongestif jaringan otak

Observasi dan catat tingkat kesadaran

Monitor adanya peningkatan tekanan intra cranial

Pantau dan catat status neurologi setiap 1-2 jam (respon pupil, refleks tendon,
gerakan mata, kejang, refleks infantil dan respon verbal)

Kaji adanya regiditas, nukhal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, peka
rangsang dan serangan kejang

Catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang terkena, lamanya.

Tinggikan kepala tempat tidur 30o

 Pertahankan kepala dab leher dalam satu garis lurus untuk memudahkan
venous return

 Pertahankan lingkungan yang tenang

 Hindari rangsang yang berlebihan (cahaya lampu yang tidak terlalu terang,
anak dalam posisi yang nyaman, hindari melakukan tindakan yang tidak
penting)
 Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

 Monitor hasil laboratorium terapi oksigen sesuai indikasi

 Berikan rasa nyaman : masage punggung, lingkungan yang nyaman

 Berikan therapi cairan intravena

 Kolaborasi pemberian obat antibiotika : steroid, kloramfenikol, asetaminofen.

b. Ketidakefektifan termoregulasi b.d reaksi infeksi

 Pantau suhu tubuh setiap 4 sampai 8 jam sesuai indikasi

 Lakukan “Tepid Sponge” (seka) dengan air biasa

 Berikan obat-obat antipiretik sesuai indikasi

 Pertahankan suhu ruangan tetap stabil (20 o C)

 Pertahankan masukan cairan yang adekuat

 Ganti alat tenun yang basah pertahankan tetap bersih dan kering

 Singkirkan peralatan tenun tempat tidur yangberlebihan

c. Nyeri : sakit kepala proses infeksi dan PTIK



Pertahankan lingkungan yang tenang

Pertahankan tirah baring

Berikan posisi yang nyaman pada klien

Tinggikan kepala 30 o

Berikan analgesik sesuai indikasi

d. Resti cidera ( atropi dan kontraktur) b.d kejang

 Pantau adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki, mulut atau otot wajah yang
lain

 Berikan keamanan pada klien dengan memberi hantaran dan penghalang


tempat tidur.

 Pertahankan tirah baring selama fase akut

 Lakukan latihan ROM pasif pada ekstremitas

 Konsultasi dengan fisiolterapi


 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi ( luminal, dazepam, fenobarbital,
dan fenitoin.

e. Resti kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi

 Kaji derajad immobilisasi klien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-


4)

 Letakkan klien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan jaringan


karena tekanan

 Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional

 Program alih baring setiap 2 jam

 Berikan perawatan kulit denagn cermat, masage dengan pelembab

 Ganti alat tenun yang basah dan pertahankan alat tenun dalam keadaan kering
dan bersih

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d lemah, muntah penurunan
kesadaran

 Tentukan kebutuahn kalori harian yang ralistis dan adekuat

 Konsulkan keahli gizi

 Timbang berat badan setiap hari

 Pantau hasil laboratorium

 Pertahankan kebersihan mulut yang baik

 Berikan makanan porsi kecil tapi sering

 Berikan posisi kepala lebih tinggi dari lambung

 Aspirasi cairan lambung sebelum memasukkan makanan cair

 Ganti sonde tiap 3 hari

 Berikan porsi setengah dari biasa untuk 1 jam pertama kemudian 2 jam kedua
agar klien tidak muntah

g. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d penurunan kesadaran

 Kaji dan pantau status pernafasan : frekwensi, kedalaman dan pola pernapasan

 Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam


 Kaji adanya (wheezing, cracles)

 Monitor frekwensi pernafasan pola, inspirasi dan ekspirasi

 Observasi kulit, kuku, membran mukosa terhadap adanya sianosis

 Lakukan rongten dada

 Ganti posisi tiap 2 jam

 Pertahankan kepatenan jalan nafas : melakukan pengisapan lendir, mengatur


posisi tidur dengan kepala ekstensi

 Pantau GDA sesuai indikasi

 Berikan bantuan ventilator /oksigen sesuai indikasi

 Kaji tanda-tanda vital, tingkat kesadaran

Anda mungkin juga menyukai