Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

Tugas :

Buat laporan praktikum percobaan mengikuti format berikut:

1. Tujuan Percobaan
2. Prinsip Percobaan
3. Dasar Teori
4. Alat dan bahan
5. Skema kerja
6. Tabel Pengamatan
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar Pustaka
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN I ANALISA SIFAT FISIK (SUHU,


KEKERUHAN, WARNA DAN PH)
PERCOBAAN II ANALISA KOAGULASI-
FLOKULASI DENGAN METODE
JAR-TEST
PERCOBAAN III ANALISA MANGAN DENGAN
METODE PERSULFAT
PERCOBAAN IV ANALISA KESADAHAN TOTAL
PERCOBAAN V ANALISA ZAT PADAT
PERCOBAAN VI ANALISA DO, BOD DAN COD
PERCOBAAN VII ANALISA BREAK POINT
CHLORINATION
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN I
ANALISA SIFAT FISIK AIR
(WARNA, KEKERUHAN, DAN pH)

ANALISA WARNA

Tujuan Percobaan

Mengetahui warna sampel air dengan membandingkan sampel air dengan larutan standar
yang diketahui konsentrasinya

Dasar Teori
Warna di dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan
mangan), humus, plankton, tanaman pengganggu air dan buangan industri.
Warna pada air dapat dibedakan atas dua hal, yaitu apa yang disebut sebagai warna sejati
(true color) dan lainnya disebut warna semu (apparent color). Warna sejati adalah warna dari
air yang sebenarnya tanpa adanya kekeruhan. Warna ini biasanya disebabkan adanya
senyawa-senyawa organik yang mudah larut dan beberapa ion logam, misalnya besi dan
mangan. Warna semu ditimbulkan bukan saja oleh zat-zat tersebut, tetapi juga oleh adanya
bahan yang tersuspensi.
Pada analisa ini yang akan diperiksa adalah warna sejati dengan prinsip kerja
membandingkan warna dari contoh air yang diperiksa terhadap hasil kalibrasi warna yang
ada.
Turbiditi dan zat tersuspensi dapat mengganggu pemeriksaan warna. Gangguan tersebut
dapat dihilangkan dengan penyaringan atau centrifuge.

Bahan dan Alat

1. Tabung Nessler
2. Labu ukur
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

3. Spektrofotometer

Prosedur Percobaan

1. Buat kalibrasi warna dengan membaca larutan standar pada spektofotometer dengan
panjang gelombang optimum (380 nm-415nm).
2. Gunakan aquadest sebagai blanko, dan catat absorbansinya.
3. Saring sampel air dan baca pada spektrofotometer dengan menggunakan aquadest sebagai
blanko.
4. Catat absorbansinya
5. Hitung konsentrasi warna sampel dengan membandingkan dengan hasil kalibrasi warna
yang ada

Pertanyaan

1. Sebutkan perbedaan antara warna sejati dan warna semu


2. Apa yang digunakan sebagai unit standar warna?

Bahan Pustaka

1. Sawyer,Clair N. And Perry L., McCarty, Chemistry for Environmental Engineering, 3rd
edition,Mc.Graw-Hill Book Company,New York,1994.

ANALISA KEKERUHAN

Tujuan Percobaan

Mengetahui kekeruahan sampel air dengan berdasarkan intensitas cahaya yang dipendarkan
oleh suspensi dalam sampel air.

Dasar Teori
Pengukuran kekeruhan dalam air berdasarkan intensitas cahaya yang dipendarkan oleh
suspensi dalam air.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat
organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu
larutan, yaitu absorbsi dan pantulan cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan
secara langsung antara kekeruhan dengan kadar zat suspensi, karena tergantung juga kepada
ukuran dan bentuk butir.
Metode pengukuran kekeruhan adalah:
1.Metode Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan silika)
2.Turbidimetri
3.Spektrofotometer

Bahan dan Alat

1. Turbidimetri
2. Sampel Air

Prosedur Percobaan (Turbidimetri)

1. Nyalakan power, kemudian masukkan blanko dan set alat tersebut pada set zero (0).
2. Masukkan sampel air ke dalam tabung dan masukkan tabung ke dalam alat turbidimeter.
3. Catat angka yang dihasilkan

Pertanyaan

1. Apa saja penyebab terjadinya kekeruhan?


2. Sebutkan sifat-sifat bahan yang menyebabkan kekeruhan pada:
a. Air limbah domestik
b. Air Sungai

Daftar Pustaka

Sawyer, Clair N. and Perry L. McCarty, Chemistry for Environmental Engineering, 3rd
edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York, 1994
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

ANALISA pH

Tujuan Percobaan

Untuk menentukan tingkat keasaman atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi ion
Hidrogen (H+ ).

Dasar Teori

pH menunjukkan kadar asam atau basa suatu larutan, melalui konsentrasi ion hidrogen H+ .
Ion Hidrogen merupakan faktor utama untuk mengetahui reaksi kimiawi dalam ilmu teknik
lingkungan karena:

1. H+ ada dalam keseimbangan dinamis dalam air yang membentuk suasana untuk reaksi
kimiawi yang berkaitan dengan pencemaran air.
2. H+ tersusun juga oleh banyak unsur lain.

Prinsip analisa pH adalah:


1. Kalorimeter dengan menggunkan indikator, kalau keadaan indikator berubah maka
keadaan dapat berubah
2. Potensiometri tegangan yang diukur oleh pH meter tergantung oleh keadaan larutan dan
diukur dengan mV.
3. Titrasi asam basa menetukan normalitas asam basa.

Elektroda mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+ dalam air secara


elektrometer.

Bahan dan Alat

1. Larutan buffer pH 4,01(25’)


2. Larutan buffer pH 6,86 (25’)
3. Larutan buffer pH 9,18 (25’)
4. pH meter
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Prosedur Percobaan

1. Diambil sampel air yang akan diukur pHnya dan dimasukkan ke dalam beaker glass
2. Setiap jenis pH meter mempunyai perlakuan tertentu yang dicantumkan dalam buku
petunjuk alat tersebut. Setiap pH meter hendaknya dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan
buffer pH 4,01; 6,86 dan 9,18 sebelum digunakan untuk pengukuran pH dari sampel air. Suhu
pengukuran disesuaikan antara suhu pada pH meter dengan suhu sampel pada saat itu.
3. Pada keadaan tidak dialiri arus listrik jarum pH meter harus menunjukkan angka 7,0
kecuali dengan pH meter sistem digital.
4. Sampel air diukur dengan pH meter,dengan memasukkan ke dalam sampel
5. Dicatat nilai pH dan suhu saat pertama kali muncul tanda huruf S

Pertanyaan

1. Bagaimana hubungan antara:


a. pH dengan konsentrasi ion H+
b. pH dengan konsentrasi ion OH-
2. Berapakah kira-kira nilai pH larutan HCl 2N?

Daftar Pustaka

1.Sawyer, Clair N. and Perry L. McCarty, Chemistry for Environmental Engineering, 3rd
edition, MC Graw-Hill Book Company, New York, 1994.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN II
ANALISA KOAGULASI-FLOKULASI
DENGAN METODA JAR-TEST

Tujuan Percobaan

Menentukan dosis optimum pembubuhan koagulan atau tawas, untuk menurunkan kekeruhan
dan atau warna, bakteri, algae dan plankton, rasa dan bau, dan fosfat.

Dasar Teori

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti
sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan
air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan
oleh partikel-partikel kecil dan koloid berukuran 10nm sampai 10µm. Partikel-partikel kecil
dan koloid tersebut tidak lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan
sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut
flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau
polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan, diperlukan pengadukan sampai flok-flok
terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut dan
akhirnya sama-sama mengendap.
Untuk menentukan dosis yang optimal flokulan dan nilai-nilai parameter lain seperti pH,
jenis flokulan yang akan digunakan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan jar-test.
Jar-test merupakan model sederhana proses flokulasi.
Adapun proses flokulasi terdiri dari tiga langkah:
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat selama 1menit dengan kecepatan 100rpm.
2. Pengadukan lambat untuk pembentukan flok-flok selama 15 menit dengan kecepatan
40-60rpm.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

3. Proses sedimentasi selama 15menit.

Bahan dan Alat

1. Reagen berupa larutan tawas 10g/l


2. Alat Jar-test dengan 5 beker glass volume 1 liter
3. Beker glass 50ml atau 100ml 6 buah
4. Pipet 5ml; 10ml;25ml.
5. pH meter
6. Spektrofotometer
7. Turbidimeter

Prosedur Percobaan

1. Siapkan 10 liter sampel air.


2. Aduk terlebih dahulu, kemudian analisa pH, kekeruhan,dan warna dari sampelair.
3. Takar dan masukkan sebanyak 1 liter kedalam masing-masing beker glass.
4. Bubuhkan larutan tawas dengan dosis:
a. Untuk sampel air berkadar Suspended solid rendah:
1 ml; 2ml; 4ml; 8ml; 12 ml
b.Untuk sampel air berkadar Suspended Solid tinggi:
1ml; 2ml; 4ml;8ml;12ml;20ml.
c.Untuk sampel air buangan penduduk:
2ml; 5ml; 10ml; 15ml; 20ml; 30ml.
5. Aduk dengan kecepatan 100rpm selama 1menit
6. Adukdengan kecepatan 40-60 rpmselama 15 menit.
7. Sedimentasi atau endapkan selama 15menit.
8. Ambil 100 ml yang jernih dari masing-masing beker.
9. Analisa pH, kekeruhan,dan warna dari masing-masing sampel diatas.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Pertanyaan

1. Sebutkan langkah-langkah proses koagulasi-flokulasi


2. Sebutkan faktor penting dalam proses jartest
3. Sebutkan macam-macam koagulan yang anda ketahui
4. Jelaskan pentingnya proses koagulasi/flash mix dalamproses penurunan kekeruhan
5. Pada pH berapa terjadi proses koagulasi yang optimum dan jelaskan mengapa

Daftar Pustaka

1.Sawyer, Clair N. and Perry L. McCarty, Chemistry for Environmental Engineering, 3rd
edition, MC Graw-Hill Book Company, New York, 1994.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN III
ANALISA MANGAN
DENGAN METODE PERSULFAT

Tujuan Percobaan

1. Memahami prinsip analisa Mangan dengan metode Persulfat


2. Menentukan konsentrasi/kadar Mangan (Mn) yang terlarut dalam air

Dasar Teori

Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang merupakan unsur pertama
logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94 g.mol-1,nomor atom 25, berat jenis
7.43g.cm-3, dan mempunyai valensi 2, 4, dan 7. Mangan berada dalam kondisi tidak terlarut
(jika teroksidasi) dalam jumlah signifikan di hampir semua jenis tanah.Pada prinsipnya,
mangan di tanah berada dalamMangan Oksida, tidak terlarut dalam air yang mengandung
karbondioksida.Dalam kondisi anaerobic, mangan tereduksi dariMn4+ menjadi Mn2+
sehingga dapat terlarut.
Kandungan Mn di bumi sekitar 1060 ppm, di tanah sekitar 61 – 1010 ppm, di sungai sekitar 7
mg/l, dilaut sekitar 10 ppm, di air tanah sekitar <0.1 mg/l.Mangan terdapat dalam bentuk
kompleksdengan bikarbonat, mineral dan organik. Unsur mangan pada air permukaan berupa
ion bervalensi empat dalam bentuk organic kompleks.Mangan banyak terdapat dalam
pyrolusite(MnO2), braunite, (Mn2+Mn3+6)(SiO12), psilomelane(Ba,H2O)2Mn5O10 dan
rhodochrosite (MnCO3).
Dengan pemanasan hingga mendidih Mangan yang terlarut dalam air dapat dioksidasi oleh
Persulfat menjadi Kalium Permanganat (KMnO4) memberikan warna violet.
Warna violet (KMnO4) ini stabil dalam waktu dibawah 24 jam. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut:
Mn + K2S2O8 KMnO4 + SO2
dipanaskan
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Bahan dan Alat

1. Asam Nitrat Pekat


2. Larutan AgNO3 1/35,45 N
3. Kristal K2S2O8
4. Larutan Standart KMnO4
5. Erlenmeyer 100 ml 1 buah
6. Pipet ukur 10 ml 3 buah
7. Buret 25 ml atau 50 ml 1 buah
8. Pemanas (hot platt) 1 buah
9. Tabung Nessler/sp
10. Spatula 1 buah
11. Kuvet

Prosedur Percobaan

1. Ambil 25 ml sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, tambahkan dengan 3 tetes
Asam Nitrat pekat.
2. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai timbul endapan (biasanya 1/2nya untuk klor).
3. Panaskan, sebelum mendidih tambahkan ± 1spatula kristal K2S2O8.
4. Setelah mendidih amati perubahan warnanya, bila terjadi warna violet berarti Mn positif
ada.
5. Ambil 6 buah tabung Nessler, isi dengan aquadest masing-masing 50 ml.
6. Tambahkan 0,1 ml KMnO4 0,01 N pada tabung pertama,0,2 ml KMnO4 pada tabung
kedua dan begitu seterusnya sampai tabung ke-6.
7. Hitung kadar Mn dengan mencocokkan warna sampel yang diperiksa dengan warna yang
ada pada tabung Nessler.
8. Pada tabung dengan penambahan KMnO4 yang mempunyai warna sama, berarti kadar
Mn-nya sama dengan Mn yang ditambahkan pada tabung tersebut.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

9. Hitung kadar Mn dengan rumus berikut:


Mn (mg/l) = 1000/25 x n x a x (BE Mn/BE KMnO4)
Dimana:
n = Normalitas KMnO4
a = KMnO4yang ditambahkan

Pertanyaan

1. Jelaskan fungsi dari Persulfat dalam analisa Mangan?


2. Jelaskan fungsi dari penambahan Ag- dalam analisa Mangan
3. Jelaskan pengaruh adanya Mangan dalam air minum

Daftar Pustaka

1. APHA, AWWA, AWPCF, Standart Methods for The Examination of Water and
Wastewater, Washington, 1995.
2. Sawyer, Clair N. and Perry L.,McCarty,Chemistry for Environmental Engineering, 3rd
edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York, 1994.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN IV
ANALISA KESADAHAN TOTAL
(KALSIUM DAN MAGNESIUM)

Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui besarnya kadar kesadahan total yang terdapat dalam air.

Dasar Teori

Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca 2+ dan Mg 2+


, juga oleh Mn 2+,Fe
2+
dan semua kation yang bermuatan dua. Air dengan kesadahan tinggi biasanya terdapat ada
air tanah di daerah yang bersifat kapur dimana Ca2+ dan Mg2+ berasal.

Sifat air sadah mengakibatkan konsumsisabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi
antara ion kesadahan dengan molekul sabun yang menyebabkan sifat detergen sabun hilang.
Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO23- (salah satu ion alkaliniti) mengakibatkan terbentuknya
kerak pada dinding pipa yang disebabkan endapan Kalsium Karbonat (CaCO3). Kerak ini
akan mengurangi penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel.

Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi
dengan EDTA sebagai titra dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation
tersebut. Kesadahan total tersebut dapat juga ditentukan dengan menjumlah ion Ca2+ dan ion
Mg2+ yang dianalisa secara terpisah dengan metoda AAS.

Bahan dan Alat

1. Bubuk indikator Eriochrome Black R (Calcon) atau EBT.


2. Larutan Buffer pH 10
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

3. Larutan Complexon III (EDTA) 0,03571 N


4. Buret 25 ml atau 50 ml
5. Erlenmeyer 100 ml 1 buah
6. Pipet 25 ml, 10 ml.

Prosedur Percobaan

1. Tuangkan dengan pipet 25 ml sampel air ke dalam erlenmeyer 100 ml


2. Tambahkan satu spatula (± 0,5 gr) indikator Eriochrom Black T (EBT)
3. Tambahkan 2 ml larutan buffer pH 10 dan kocok hingga merata
4. Titrasi dengan larutan EDTA 0,03571 N sehingga warna ungu berubah menjadi biru,
catat hasil titrasinya.
5. Hitung kesadahan total dengan menggunakan rumus berikut:

Kesadahan Total (ml/l CaCO3) = (1000/sampel) x a x N x 50

Dimana: a= ml titrasi EDTA


N= normalitas larutan EDTA

Pertanyaan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:


a. Kesadahan total
b. Kesadahan tetap
c. Kesadahan Sementara
2. Jelaskan 3 aplikasi data kesadahanyang dapat digunakan dalam bidang Teknik
Lingkungan

Daftar Pustaka

1. Alaerts, G. Dan Sri Sumestri Santika, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional.
Surabaya,Indonesia.1987
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

2. APHA, AWWA, AWPCF, Standart Methods for The Examination of Water and
Wastewater, Washington, 1995.
3. Sawyer, Clair N. and Perry L.,McCarty,Chemistry for Environmental Engineering, 3rd
edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York, 1994
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN V
ANALISA ZAT PADAT

Tujuan :
Menentukan kadar zat padat total, zat padat terlarut, dan zat padat terendapkan dalam sampel
air.

Dasar Teori
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic,
mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat
terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus
dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang
umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya,
kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk
keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll).
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan
tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen
hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan
pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik di suatu perairan (Tarigan et al, 2003).
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan
kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya.Penyebab utama
terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang
larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.Total padatan
terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6 mm) dan
koloid (diameter < 10 -6 mm - < 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan
lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm.

Prinsip Percobaan
Menentukan kadar zat padat total, zat padat terlarut, dan zat padat terendapkan dalam sampel
air secara gravimetric. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan
hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Hal ini dikarenakan
metode gravimetri ditentukan melalui penimbangan langsung massa zat yang dipisahkan dari
zat-zat lain.
Bagian terbesar dari gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni
stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama.Adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu digunakan faktor-faktor koreksi. Faktor paling penting dalam metode ini yaitu
proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang ditimbang mendekati
murni.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah: cawan, oven, kertas saring, neraca analitik,
dan desikator. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah: air sumur, air sawah,
dan air limbah

Prosedur Kerja
1. Persiapan
Siapkan dua buah cawan penguap (mulut lebar), 1 buah cawan pijar (cawan kecil) dan satu
lembar kertas saring bebas abu.Cawan-cawan yang telah bersih dipanaskan 6000C selama 1
jam, kemudian masukkan ke dalam desikator, setelah itu ditimbang sampai konstan. Kertas
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

saring bebas abu dibasahi dengan akuades, kemudian dipanaskan pada suhu 1050C selama 1
jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimang. Sehingga didapat berat masing-
masing sebagai berikut :
Berat cawan penguap 1 = a gram;
Berat cawan penguap 2 = b gram;
Berat cawan pijar = c gram;
Berat kertas saring = d gram.

2. Pengukuran Zat Padat


1.Total Solid (TS), FTS, dan VTS
 Masukkan 25 ml contoh air (sedikit-sedikit ke dalam cawan ) , dan uapkan di atas
water bath dan uapkan sampai kering;
 Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam oven suhu 105 0C selama 1 jam;
 Dinginkan cawan tersbut dalam desikator ±15 menit, kemudian timbang(e gram);
 Cawan yang berisi TS masukkan ke dalam oven 5500C selama 15 menit, turunkan
suhu sampai 1050C, sampai suhu stabil;
 Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang (f gram).

2.Total Dissolved Solid (TDS)


 Saring 25 ml contoh air dengan kertas saring bebas abu;
 Filtrat uapkan pada cawan 2 di atas water bath sampai kering;
 Masukkan cawan ke oven 1050C selama 1 jam;
 Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang ( g gram);
 Cawan yang berisi TDS masukkan ke dalam oven 5500C selama 15 menit, turunkan
suhu ke 1050C, sampai suhu stabil;
 Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang (h gram).

3.Total Suspended Solid


 Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan pijar dan dipanaskan
ke dalam oven 1050C selama 1 jam;
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

 Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang (i gram);


 Panaskan cawan tersebut pada suhu 5500C selama 15 menit, turunkan suhu ke 1050C,
sampai suhu stabil;
 Dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang ( j gram).

Bahan Pustaka
1. Khopkar, SM, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press
2. Tarigan, M.S. dan Edward.2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA, SAINS, VOL.
7, NO. 3. LIPI.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN VI
ANALISA DO, BOD, COD

Tujuan :
Menentukan nilai oksigen terlarut (DO), COD dan BOD air danau serta membandingkan
hasil yang diperoleh dengan standar nilai (DO), COD dan BOD air bersih.

Dasar Teori
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam
air.Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk
memeprtahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya.Biota
air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air dingin
memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh.Konsentrasi oksigen terlrut minimal untuk
kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah
penduduk terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang
ditimbulkan antara lain dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat
suplai oksigen serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan
tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Kualitas air dalam suatu
perairan, dapat diketahui dengan mengamati beberapa parameter kimia, seperti oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen (DO)), kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand
(BOD)) DAN kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand (COD)).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO) dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air,
dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer (udara)
yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan
tekanan atmosfer. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-
ikan dan binatang air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan semakin cepat
karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam.

Prinsip percobaan
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk
menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan
probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit.
Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal
(Pb).Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen.
Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman
akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang
dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik Keperluan organism terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung
pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2
ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).Kandungan
oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organism. Idealnya,
kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan
sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%.
Air limbah mengandung ±75% suspended solid (SS) dari padatan yang dapat disaring dalam
bentuk zat organik. Senyawa organik biasaya terdiri dari karbon, hidrogen serta nitrogen.Air
limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang memiliki peranan penting dalam
pengolahan air limbah secara biologi, tetapi ada juga mikroorganisme yang membahayakan
bagi kehidupan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol winkler 300 ml, kompor listrik, buret
asam 50 mL, pipet volum 25 mL, pipet skala 5 mL, pipet skala 10 mL, erlenmeyer 250 mL,
gelas kimia 100 mL, bulp, statif dan klem, pipet tetes 1 mL dan botol semprot.Bahan yang
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

digunakan dalam percobaan ini yaitu alkali-iodida-azida (NaOH-KI), aquades (H2O), asam
oksalat (C2H2O4) 0,05 N, asam sulfat (H2SO4) 4 N, asam sulfat (H2SO4) pekat, indikator
amilum (C6H10O5)n, kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, mangan sulfat (MnSO4) 40%,
natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,25 N dan sampel air danau.

Prosedur Kerja
1. Penentuan Dissovel Oxigen (DO)
a. DO-5
Memasukkan sampel (air danau) ke dalam botol winkler dengan posisi sudut kemiringan 40o,
menutupnya sampai tidak ada gelembug udara.Mengingkubasi sampel selama 5 hari dalam
ruang gelap dengan suhu 20oC.Membuka kembali penutup botol kemudian menambahkan
larutan mangan sulfat (MnSO4) dan larutan alkali iodida azida masing-masing sebanyak 2
mL.Membiarkan sampai terbentuk endapan coklat.Memipet endapan dalam botol ke dalam
Erlenmeyer 250 mL sebanyak 25 mL.Menambahkan asam sulfat (H2SO4) pekat sebanyak 1
mL sampai endapan larut kembali. Menitrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
0,25 N sampai larutan berwarna kuning muda. Menambahkan beberapa tetes indikator
amilum (C6H10O6) sehingga larutan menjadi biru.Menitrasi kembali sampai larutan menjadi
bening dan mencatat volume titrat yang digunakan.

b. DO-0
Memasukkan sampel (air danau) ke dalam botol winkler, menutupnya sampai tidak ada
gelembung udara.kembali penutup botol kemudian menambahkan larutan mangan sulfat
(MnSO4) dan larutan alkali iodida azida masing-masing sebanyak 2 mL. Membiarkan sampai
terbentuk endapan coklat.
Memipet endapan dalam botol ke dalam Erlenmeyer 250 mL sebanyak 25 mL.Menambahkan
asam sulfat (H2SO4) pekat sebanyak 1 mL sampai endapan larut kembali.Menitrasi dengan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N sampai larutan berwarna kuning
muda.Menambahkan beberapa tetes indikator amilum (C6H10O6) sehingga larutan menjadi
biru.Menitrasi kembali sampai larutan menjadi bening dan mencatat volume titrat yang
digunakan.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

2. Penentuan Chemical Oxygen Demand (COD)


Memasukkan sampel (air danau) sebanyak 100 mL ke dalam erlenmeyer.Menambahkan asam
sulfat (H2SO4) 4 N dan kalium permanganat (KMnO4) masing-masing sebanyak 5 mL dan
10 mL.Memanaskan larutan sampai mendidih.Menambahkan asam oksalat (H2C2O4)
sebanyak 10 mL.Menitrasi dengan menggunakan kalium permanganat (KMnO4) dalam
keadaan masih panas, hingga larutan berubah warna merah muda.Mencatat volume titrat
yang digunakan.

3. Penentuan Biochemical Oxgyen Demand (BOD)


Penentuan nilai BOD didapatkan dari pengurangan nilai DO-0 dengan DO-5.

Bahan Pustaka
Achmad R., 2004. Kimia lingkungan, Edisi 1, Andi Yogyakarta-UNJ Jakarta.
Atkin, CR., Carey, FA., 1990, Orfanic Chemistry A Brief Course, Me Graw Hill
Publishing Company, New York
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

PERCOBAAN VII
ANALISA BREAK POINT CHLORINATION

Tujuan :
Mengetahui jumlah khlor yang dibutuhkan untuk air baku dengan kualitas tertentu sehingga
tercapai titik breakpoint chlorination (BPC)

Dasar Teori
Desinfektan
Desinfektan adalah zat kimia yang berfungsi untuk menghilangkan zat-zat berbahaya atau
mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Desinfektan pun berguna
dalam pengolahan air bersih maupun air limbah (akan dijelaskan pada poin selanjutnya).
Terdapat beberapa jenis desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air bersih
maupun air limbah berupa kaporit, bromine klorida, gas klor, ozon , dan kalium permanganat.
Beberapa syarat desinfektan:
a. Dapat mematikan semua mikroorganisme patogen dalam air
b. Dapat membunuh kuman dalam waktu singkat
c. Ekonomis
d. Air tidak boleh menjadi toksik setelah penambahan
e. Dosis diperhitungkan agar mempunyai residu untuk mengatasi kontaminasi dalam air

Pertimbangan Umum
Tujuan utama dari medesinfeksi persediaan air publik dan efluen air limbah adalah untuk
mencegah persebaran penyakit melalui air.Penggunaan klorin sebagai desinfektan telah
diterima secara luas di seluruh dunia.Harus dipahami bahwa sejarahnya wabah penyakit telah
menimpa manusia dan perkembangan wabah penyakit tersebut menjadi bukti betapa air
menjadi media utama untuk penyebaran beberapa penyakit. Dalam beberapa tahun
belakangan, klorinasi telah ditemukan dapat menghasilkan trihalometan dan zat organik lain
sebagai pertimbangan kesehatan.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Oleh karena itu, penggunaan desinfektan alternatif seperti kloramin, klorin dioksida, radiasi
ultravioletdan ozon, yang tidak menghasilkan masalah khusus, bertambah. Sifat kimia dari
semua desinfektan sama hal dengan batas-batasnya harus dipahami. Salah satu pembatasan
penting adalah klorinasi sendiri tidak cukup kuat untuk melindungi beberapa penyakit yang
menyebabkan protozoa, seperti Giardia lamblia dan Cryptosporidiun parvum.Filtrasi yang
baik juga dibutuhkan.

Sifat Kimia dari Klorinasi


Klorin digunakan dalam bentuk klorin bebas atau sebagai hipoklorit.Dalam bentuk tersebut
klorin bertindak sebagai agen pengoksidasi yang kuat dan sering membuat dirinya hilang
pada reaksi sampingan begitu cepat sehingga desinfeksi yang tercapai hanya sedikit sampai
jumlah kelebihan klorin yang dibutuhkan telah ditambahkan.
Reaksi dengan air
Klorin bereaksi dengan air untuk membentuk asam hipoklorus dan hidroklorik.
Cl2 + H2O  HOCl + H+ + Cl-
[𝐻 + ][𝐶𝑙− ][𝐻𝑂𝐶𝑙]
[𝐶𝑙2 ]
= 4 × 10−4 pada suhu 25oC

Titik ekuilibrium ini adalah salah satu yang dominan pada air yang mengandung klorin
dengan pH 2 sampai 3.Reaksi alami didominasi oleh Cl2 bebas. Hal ini sering menghasilkan
perkembangan dari komponen yang buruk seperti trikloramin, NCl3. Untuk meminimalisasi
dampak ini, air berkualitas tinggi sering digunakan sebagai klorinator dan percampuran cepat
dibutuhkan di titik di mana air klorin digunakan untuk mencegah perkembangan dari kondisi
pH yang rendah. Pada larutan yang encer dan pada pH sekitar di atas 4, hanya sedikit Cl 2
yang terdapat pada larutan tersebut.Asam hipoklorus yang terbentuk adalah asam lemah dan
terdisosiasi kurang baik pada pH di bawah 6.
HOCl  H+ + OCl-
[𝐻 + ][𝑂𝐶𝑙− ]
[𝐻𝑂𝐶𝑙]
= 2,7 × 10−8pada suhu 20oC

Hipoklorit yang digunakan dalam bentuk larutan adalah sodium hypochlorite dan dalam
bentuk kering adalah high-test Ca hypochlorite. Larutan sodium hypochlorite digunakan jika
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

proses desinfeksi air memerlukan hipoklorit dalam jumlah yang banyak sedangkan high-test
Ca hypochlorite digunakan pada kondisi di mana hanya sedikit hipoklorit yang dibutuhkan.

Kedua senyawa ini berionisasi di air untuk menghasilkan ion hipoklorit seperti yang
diilustrasikan sebagai berikut:
Ca(Ocl)2 Ca2+ + 2OCl-
NaOCl  Na+ + OCl-
Perbedaan signifikan dapat berupa efek pH dan pengaruhnya terhadaap jumlah OCl - dan
HOCl relatif pada titik ekuilibrium. Klorin cenderung menurunkan pH, di mana hipoklorit
justru cenderung menaikkan pH.
Reaksi dengan takmurnian di air
Klorin dan asam hipoklorus bereaksi dengan banyak jenis senyawa, termasuk amonia dan
secara alami menghasilkan material humus.
- Reaksi dengan ammonia
Ion amonium terdapat di ekuilibrium dengan ion amonia dan hidrogen. Amonia bereaksi
dengan klorin atau asam hipoklorus untuk membentuk monokloramin, dikloramin, dan
trikloramin, tergantung dari jumlah relatif masing-masing dan besar pH:

NH3 + HOCl  NH2Cl + H2O (monokloramin)


NH2Cl + HOCl  NHCl2 + H2O (dikloramin)
NHCl2 + HOCl  NCl3 + H2O (trikloramin)

Monokloramin dan dikloramin memiliki kekuatan desinfeksi yang sangat signifikan dan
dapat digunakan untuk perhitungan sisa klorin.

- Reaksi yang tidak ada hubungannya


Klorin dapat berkombinasi dengan banyak material, khususnya agen pereduksi.Banyak reaksi
yang terjadi dengan sangat cepat, di mana yang lainnya jauh lebih lambat.Reaksi sampingan
ini menyulitkan penggunaan klorin untuk tujuan desinfeksi. Kebutuhan akan klorin harus
dipenuhi sebelum klorin mampu menyelesaikan proses desinfeksi.
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Reaksi antara hidrogen sulfida dan klorin dapat mengilustrasikan reaksi yang terjadi dengan
agen pereduksi:
H2S + Cl2 2HCl + S
Fe2+, Mn2+, dan NO2- adalah contoh agen pereduksi anorganik lain yang terdapat di
persediaan air yang bereaksi dengan klorin.
Klorin juga bereaksi dengan halogen lain di air. Contohnya, asam hipoklorus bereaksi dnegan
bromida untuk membentuk asam hipobromus:
Br- + HOCl  HOBr + CL-
HOBr juga merupakan desinfektan, namun lebih cepat bereaksi daripada klorin.Ketika
bromida ada di air, klorin menjadi lebih reaktif karena alasan ini.HOBr juga bereaksi dengan
bahan organik.

Prinsip Percobaan
- Metode Iodometric
Metode iodometric ini bergantung pada kekuatan oksidasi dari residu klorin yang bebas
dan terkombinasi untuk mengkonversi ion iodida menjadi iodida bebas, seperti reaksi
yang tertera di bawah ini:
Cl2 + 2I- I2 + 2Cl-
I2 + kanji  warna biru (uji kualitatif)
Dengan ditambahkannya kanji, iodin menghasilkan warna biru, yang telah diterima
sebagai indikator adanya sisa klorin namun tidak mengindikasikan jumlah sisa yang ada,
kecuali orang-orang dapat menilainya berdasarkan intensitas warna biru.

Metode iodometric menyediakan rata-rata perhitungan kuantitatif sisa total jika iodine
dibebaskan dan dititrasi dengan larutan standar dari agen pereduksi. Reagent yang umum
adalah natrium tiosulfat, dan titik akhirnya adalah hilangnya warna biru.
Sisa Klorin Bebas dan Terkombinasi

- Metode Titrasi Amperometric


PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Prosedur titrasi amperometric tidak turut bukanlah subjek yang mencampuri warna
maupun kekeruhan, di mana keuntungan khususnya adalah ketika menghitung sisa klorin
pada air limbah.

- Metode DPD
Dengan metode DPD, prinsipnya mirip dengan metode titrasi amperometric.Ketika DPD
ditambahkan pada sampel yang mengandung sisa klorin bebas, reaksi instan terjadi,
menghasilkan warna merah.Jika iodida dalam jumlah kecil ditambahkan pada sampel,
monokloramin bereaksi untuk menghasilkan iodine, yang secara bergantian mengoksidasi
DPD untuk menghasilkan tambahan warna merah. Jika iodida dalam jumlah besar
ditambahkan, dikloramin akan bereaksi yang menghasilkan warna merah. Dengan
mengukur intensitas warna merah yang dihasilkan dengan pH sekitar 6,2 sampai 6,5,
kemudian sisa klorin bebas, monoklorin, dan diklorin dapat ditentukan. Intensitas warna
merah ini dapat ditentukan baik dengan titrasi dengan ion belerang sampai warna merah
menghilang, atau langsung dengan analisis kolorimetrik

Alat dan Bahan


 Alat-alat
- buret 25 ml
- pipet 5 ml, 1 ml
- kertas pH
- karet penghisap

 Reagen
a. Asam asetat (glacial) yang pekat
b. Kalium iodida KI kristal (hablur)
c. Standar natrium tiosulfat Na2S2O3 0,1 N
Gunakan labu takar 1 liter untuk melarutkan 25 g Na2S2O3.5H2O; isi dengan air suling
sampai volum menjadi 1 liter, lalu tambahkan beberapa ml kloroform CHCl3 supaya larutan
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

stabil. Kemudian awetkan larutan standard tersebut selama minimum 2 minggu sebelum di
standardkan dan dipakai untuk pertama kali.
d. Standardisasi larutan Na2S2O3 dengan metoda kaliumdikromat (masa pakai larutan
Na2S2O3 adalah 24 jam sebelum perlu distandardisasi lagi) ;
- larutkan 4,904 g K2Cr2O7 (tanpa H2O, yang sudah dikeringkan pada 105o C selama 2
jam ) dalam 1 L air suling. Larutan ini adalah larutan 0,10 N K2Cr2O7. Simpan larutan ini
dalam botol kaca dengan tutup kaca
- siapkan ± 80 ml air suling dalam beker 500 ml kemudian tambahkan 1ml H2SO4 pekat,
10 ml 0,10 N K2Cr2O7 di atas dan ± 1 g KI, aduk selam 6 menit
- titrasikan larutan tersebut dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuning hamper habis
(iodida telah dibebaskan)
- tambahkan 1 ml larutan kanji, kemudian teruskan titrasi sampai warna biru hilang
pertama kali (warna biru akan keluar lagi setelah beberapa menit), sehingga :
Normalitas Na2S2O3 = 1
ml Na2S2O3 yang dibutuhkan
e. Indikator kanji
5 g kanji dituagkan ke dalam 1 L air suling di dalam beaker yang sedang mendidih

Prosedur Kerja :
Sampel
1. Masukkan air sampel ke dalam 9 botol winkler masing masing 100 mL
2. Masukkan kaporit ke dalam botol winkler 1-7 masing-masing 0,5 ; 1 ;1,5 ; 2; 2,5; 3;
3,5 ml
3. Semua sampel dihomogenkan
4. Diamkan selama 30 menit
5. Siapkan larutan asam asetat dan pipet 5 mL
6. Masukkan asam asetat kedalam botol winkler
7. Cek pH, pH harus berkisar antara 3-4, apabila tidak dalam range itu maka tambahkan
asam asetat
8. Masukkan 1 gr KI kedalam botol winkler hingga berwarna kuning
PANDUAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

9. Ambil 10 ml larutan dan masukkan kedalam Erlenmeyer


10. Titrasi dengan Na2S203 hingga warna kuning tepat hilang
11. Tambahkan 3 tetes kanji hingga larutan berwarna biru
12. Titrasi dengan Na2S203 hingga warna biru tepat hilang
13. Membuat grafik mL kaporit vs Khlor aktif dan tentukan titik BPC
14. Menggunakan kaporit dengan jumlah sesuai pada titik BPC pada botol 8 dan 9 (waktu
kontak 5 menit dan 2 jam)

Blanko
Melakukan hal yang sama dengan langkah diatas pada botol blanco (air keran), namun tanpa
menggunakan kaporit dan tanpa menunggu 30 menit

Anda mungkin juga menyukai