Anda di halaman 1dari 12

“Faktor-faktor yang berhubungan pada pemberian ASI eksklusif pada bayi di posyandu melati

kelurahan jatibening pada periode November tahun 2015 ”

Fitri Dewi Jayanti

Fitri Dewi Jayanti : Program DIII Kebidanan Stikes Abdi Nusantara Jakarta

E-mail : fitridj03@gmail.com

Abstak

Latar Belakang : Laporan bersama oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), dan Bank Dunia ini mendapati pada tahun 2012 sekitar 6,6 juta anak meninggal
sebelum mencapai usia lima tahun. Penyebab langsung kamatian bayi terbesar di Indonesia 20-30%
karena BBLR, 50-60% karena asfiksia, 25-30% karena infeksi, 5-10% karena trauma persalinan, 1-
3% dikarenakan cacat bawaan. Penyebab kematian bayi yang disebabkan karena infeksi dapat di
cegah dengan pemberian ASI Eksklusif. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Posyandu Melati Kelurahan
Jatibening Periode November 2015. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah
analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan
yang datang ke Posyandu Melati Kelurahan Jatibening pada tahun 2015 dengan jumlah sampel
sebanyak 45 orang. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian asi eksklusif pada bayi di Posyandu Melati Kelurahan Jatibening Periode
November 2015 terbanyak pada responden yang tidak memberikan ASI eksklusif 68,9%, dengan
hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan,pengetahuan,umur,pendidikan,dan
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan dan Saran : Dari data yang
didapatkan menunjukan bahwa adanya hubungan pekerjaan, pengetahuan, umur, pendidikan, dan
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk
memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan dan konseling khususnya tentang manfaat
pemberian ASI ekslusif bagi bayinya..

Kata Kunci : Pemberian ASI Eksklusif


"Factors related to exclusive breastfeeding in infants in Posyandu jasmine village Jatibening the
period of November 2015"
Fitri Dewi Jayanti

Fitri Dewi Jayanti : Midwifery DIII program Stikes Abdi Nusantara Jakarta

Background : A joint report by the UN Children's Fund (UNICEF), the World Health Organization
(WHO), and the World Bank found in 2012 about 6.6 million children die before reaching the age of
five. The direct cause of infant mortality in Indonesia 20-30% because of low birth weight, 50-60%
due to asphyxia, 25-30% due to infection, 5-10% due to birth trauma, 1-3% due to a congenital
defect. Cause of infant mortality caused by infection can be prevented with exclusive breastfeeding.
Research purposes To determine the factors associated with exclusive breastfeeding in infants in
the IHC Jasmine Village Jatibening Period November 2015. Research methods : The method used is
analytical. The population in this study are all mothers of infants aged 6-12 months who come to
Posyandu Jasmine Village Jatibening in 2015 with a total sample of 45 people. Research result :
Based on the results of the study factors associated with exclusive breastfeeding in infants in the
IHC Melati Village Jatibening period November 2015 most respondents who are not exclusively
breastfed 68.9%, with the chi square test results showed no relationship between work, knowledge,
age, education, and support her husband with exclusive breastfeeding. Conclusions and
recommendations : From the data obtained shows that the relationship work, knowledge, age,
education, and support her husband with exclusive breastfeeding. Suggested for health workers to
provide health education through counseling and counseling in particular on the benefits of
exclusive breastfeeding for babies.

Keywords : Exclusive Breastfeeding

Pendahuluan
Laporan bersama oleh Dana Anak-anak UNICEF menyatakan di Asia Tenggara AKB
sebanyak 1,3 juta pertahun 98% terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan
Myanmar. Untuk Indonesia sendiri AKB pada tahun 2012 sebanyak 32 per 1000 kelahiran
hidup. ( Depkes, 2010 ). Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dihubungkan dengan
penurunan kasus diare (53,0%) dari ISPA (27,0%). Sementara di negara berkembang hanya
39% ibu-ibu yang memberikan ASI Eksklusif (UNICEF, 2011). Angka tersebut masih jauh
dari target MDGS yaitu AKB menurun menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2012).

Penyebab langsung kematian bayi terbesar di Indonesia 20-30% karena BBLR, 50-60%
karena asfiksia, 25-30% karena infeksi, 5-10% karena trauma persalinan, 1-3% dikarenakan
cacat bawaan. Penyebab kematian bayi karena infeksi dapat di cegah dengan pemberian ASI
Eksklusif (SDKI, 2012) Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012,
cakupan ASI Eksklusif di Jawa Barat mencapai 42,35% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat, 2012). Jumlah balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 3.817.303 balita
dengan persentase balita yang disusui lebih dari 24 bulan sebesar 34,12%, 12-23 bulan
sebesar 39,80% balita dan kurang dari 12 bulan sebesar 26,08%. Sedangkan cakupan
pemberian ASI Eksklusif di Bekasi hanya sebesar 28,52% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat,2012).

Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu usia ibu, pendidikan ibu,
pengetahuaan ibu, pekerjaan ibu, paritas, rencana pemberian ASI pada saat hamil, antenatal
care (ANC), penolong persalinan, tempat persalinan, metode persalinan, dan dukungan
petugas kesehatan ( Liubai, 2011).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti melalui kuesioner
terhadap 45 ibu yang mempunyai bayi tentang pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Melati
kelurahan Jatibening terdapat 14 responden (31,1%) yang memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya sedangkan di posyandu Yenita terdapa 24 Responden (53,3%) yang memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada
Bayi di Posyandu Melati Kelurahan Jatibening Pada Periode November Tahun 2015”.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskristif analitik artinya suatu penelitian
yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan dengan menggunakan metode ”cross
sectional” yaitu jenis variabel sebab (independen) maupun variabel akibat (dependen)
diukur dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 6-
12 bulan yang berkunjung ke ke Posyandu Melati Kelurahan Jatibening sebanyak 45 orang.
Dengan penyebaran kuesioner, jadi metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel
adalah accidental sampling. Cara pengumpulan data penelitian menggunakan data primer
yang di ambil langsung dari responden / informan dengan menggunakan kuisioner. Sebelum
mengisi kuesioner responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan dan
kesediaan untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Pengolahan data dengan cara
bantuan komputer program SPSS dengan tahapan Hasil data yang telah diolah kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara univariat dan bivariate dengan
menggunakan Uji Chi-Square dan Fisher’s Exact.
Hasil
Tabel 1.Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Jumlah Presentasi
Eksklusif (n) (%)
Ya 14 31.1
Tidak 31 68,9
Total 45 100.0
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 responden terbanyak pada
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 31 responden
(68,9%) dan terkecil pada responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya
sebanyak 14 responden (31,1%).
Tabel 2. Umur Responden
Umur Jumlah Presentase
(n) (%)
< 20 2 4,4
tahun
20-35 36 80,8
tahun
> 35 7 15,6
tahun
Total 45 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 responden terbanyak pada
responden yang berusia 20-35 tahun sebanyak 36 responden (80,8%) dan terkecil pada
responden yang berusia <20 tahun sebanyak 2 responden (2%).
Tabel 3 Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Presentase
(n) (%)
Rendah 22 48,9
Menengah 19 42,2
Tinggi 4 8,5
Total 45 100.0
Berdasarkan table 3 di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 responden terbanyak pada
responden dengan pendidikan rendah sebanyak 22 responden (48,9%) dan terkecil pada
responden dengan pendidikan.
Tabel 4 Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Presentase
(n) (%)
Bekerja 21 46,7
Tidak 24 53,3
bekerja
Total 45 100.0
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 responden terbanyak pada
responden yang tidak bekerja sebanyak 24 responden (53,3%) dan terkecil pada responden
yang bekerja sebanyak 21 responden (46,7%).
Tabel 5 Pengetahuan Responden
Pengetahuan Jumlah Presentase
(n) (%)
Baik 2 4,4
Cukup 20 44,4
Kurang 23 51,1
Total 45 100,0
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 responden terbanyak pada
responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 23 responden (51,1%) dan terkecil pada
responden dengan pengetahuan baik sebanyak 2 responden (4,4%).
Tabel 6 Dukungan Suami Responden
Dukungan Jumlah Presentase
Suami (n) (%)
Ada 18 40.0
Tidak ada 27 60,0
Total 45 100.0
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat di ketahui bahwa dari 45 responden terbanyak pada
responden yang tidak mendapatkan dukungan dari suami sebanyak 27 responden (60,0%)
dan terkecil pada responden yang mendapatkan dukungan suami sebanyak 18 responden
(40,0%).
Tabel 6 Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
di Posyandu Melati Periode November 2015
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang berpendidikan
Pemberian ASI Total P
rendah terbanyak pada responden yang
Pendidika Eksklusif Val
Ya Tidak tidak memberikan ASI eksklusif pada
n ue
F % F % F % bayinya sebanyak 20 responden (90,9%),
rendah 2 9,1 20 90, 22 100
dan dari 19 responden yang berpendidikan
9 0,00
Menen 9 47, 10 52, 19 100 menengah terbanyak pada responden yang
4
gah 4 6 tidak memberikan ASI eksklusif pada
Tinggi 3 75, 1 25, 4 100
bayinya sebanyak 10 responden (52,6%).
0 0
Total 1 31, 31 68, 45 100 Dan dari 4 responden yang berpendidikan
4 1 9 tinggi terbanyak pada responden yang
memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 3 responden (75,0%).
Tabel 7
Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
Pemberian ASI Total P
Pekerja Eksklusif Val
Ya Tidak
an ue
F % F % F %
Beke 3 14, 18 85, 2 100
rja 3 7 1 0,0
Tida 11 45, 13 54, 2 100
28
k 8 2 4
beker
ja
Tot 14 31, 31 68, 4 100
al 1 9 5
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa dari 21 responden yang bekerja terbanyak
pada responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 3 responden
(14,3%), dan dari 24 responden yang tidak bekerja terbanyak pada responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 11 responden (45,8%).
Tabel 8
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
Pemberian ASI Total P
Pengetah Eksklusif Val
Ya Tidak
uan ue
F % F % F %
Baik 2 100 0 0 2 100
,0
Cukup 9 45, 1 55, 20 100 0,0
0 1 0 08
Kurang 3 13, 2 87, 23 100
0 0 0
Total 14 31, 3 68, 45 100
1 1 9
Berdasarkan tabel 53.4. diatas dapat diketahui bahwa dari 2 responden yang berpengetahuan
baik terbanyak pada responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 2
responden (100,0%), dari 20 responden yang berpengetahuan cukup terbanyak pada
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 11 responden
(55,0%) dan dari 23 responden yang berpengetahuan kurang terbanyak pada responden
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 20 responden (87,0%).
Tabel 9
Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
Duk Pemberian ASI total P
ung Eksklusif val
Ya Tidak
an ue
f % F % f %
sua
mi
Ada 10 55, 8 44, 18 100 0,0
6 4 07
Tida 4 14, 2 85, 27 100
k 8 3 2
ada
Tota 14 31, 3 68, 42 100
l 1 1 9
Berdasarkan tabel 5.5.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 18 responden yang mendapatkan
dukungan dari suami terbanyak pada responden yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya sebanyak 10 responden (55,6%), dan dari 27 responden yang tidak mendapatkan
dukungan dari suami terbanyak pada responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya sebanyak 23 responden (85,2%).
Pembahasan
Pemberian ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6
bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. (Dwi Sunar Prasetyono, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramla Hakim tahun
2012 di Kabupaten Nabire yang mengatakan bahwa terbanyak pada responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Menurut pendapat peneliti di Posyandu Melati
Kelurahan Jatibening terbanyak pada responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, hal ini dikarenakan sebagian besar responden berpendidikan rendah dan kurang
memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayinya serta ibu kurang mengerti
akan manfaat dari pemberian ASI eksklusif baik untuk ibu maupun untuk bayinya.
Hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori Notoatmodjo, 2010 yang mengatakan bahwa umur merupakan salah
satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang, baik fisik maupun sosial,
sehingga membantu seseorang dalam pengetahuannya. Semakin bertambah umur, semakin
bertambah pula pengetahuannya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramla Hakim,
2012 di Kabupaten Nabire yang mengatakan bahwa terbanyak pada responden dengan usia
20-35 tahun dan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Menurut pendapat peneliti di Posyandu Melati Kelurahan Jatibening terbanyak pada
responden yang berusia 20-35 tahun yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang berusia 20-35 adalah wanita usia
produktif yang sibuk dengan pekerjaannya apalagi sebagian responden bekerja sehingga ibu
kesulitan dalam mengatur jadwal pemberian ASI dan tidak adanya pojok ASI/tempat
penyimpanan ASI di tempat kerjanya. Bagi responden yang berusia < 20 tahun dan tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya , dikarenakan responden belum memahami
manfaat dari pemberian ASI eksklusif. Bagi responden yang berusia > 35 tahun yang
memberikan ASI eksklusif pada bayinya, hal ini dikarenakan ibu sudah banyak pengalaman
tentang pemberian ASI eksklusif pada anaknya yang terdahulu dan ibu sudah memahami
akan manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi Hasil cross
tabulasi antara variabel pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
menunjukkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p.0,004 (p.Value >0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima atinya ada hubungan antara pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Lewin (dalam Elmiyasna, 2012) bahwa pendidikan
formal yang di terima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
seseorang untuk memahami sesuatu dan juga berpengaruh pada sikap dan tindakan
seseorang. Tingkat pendidikan sangat erat kaitannya dengan kemampuan menyerap dan
menerima informasi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramla Hakim
tahun 2012 di Kabupaten Nabireyang mengatakan bahwa terbanyak pada responden dengan
pendidikan menengah dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya serta tidak adanya
hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Menurut pendapat peneliti di Posyandu Melati Kelurahan Jatibening sebagian besar
responden dengan pendidikan rendah dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
hal ini dikarenakan responden kurang memahami manfaat dan pentingnya pemberian ASI
eksklusif pada bayinya sehingga ibu lebih cepat memutuskan untuk menghentikan
pemberian ASI eksklusif dan menggantikannya dengan susu formula. Bagi responden yang
berpendidikan menengah yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dikarenakan
kurangnya pengetahuan responden tentang manfaat dari ASI eksklusif. Sedangkan bagi
responden yang berpendidikan tinggi sebagian besar memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, hal ini dikarenakan responden sudah banyak pengetahuan dan pengalamannya
tentang manfaat dari pemberian ASI eksklusif pada ibu dan bayinya. Maka disarankan
kepada bidan untuk memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu yang berpendidikan rendah
dan menengah supaya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bertambah dan mau
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
Hasil cross tabulasi antara variabel pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
menunjukkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p.0,028 (p.Value <0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaandengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Depkes RI, 2010 yang mengatakan bahwa pekerjaan ibu
juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Hal ini karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal)
memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan
informasi tentang pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zakiyahdi Kelurahan Semanan Tahun 2012 mengatakan
bahwa terbanyak pada responden yang tidak bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya serta menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Menurut pendapat peneliti di Posyandu Melati Kelurahan Jatibeningsebagian besar
responden yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dikarenakan
sebagian besar responden bekerja di pabrik dan tidak mempunyai kesempatan untuk
menyusui bayinya selain itu di pabrik tidak disediakan tempat untuk penyimpanan ASI
sehingga responden tidak bisa memerah ASInya untuk disimpan dan diberikan kepada
bayinya disaat ibunya bekerja. Bagi responden yang tidak bekerja sebagian besar responden
memberikan ASI eksklusif pada bayinya, hal ini dikarenakan responden mempunyai banyak
waktu dan kesempatan untuk menyusui anaknya sebab ibunya tidak mempunyai kegiatan di
luar rumah. Maka disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
terhadap ibu-ibu yang bekerja supaya bisa mengatur waktunya untuk memberikan ASI
kepada anaknya paling sedikit sampai usia 6 bulan, dan bagi pengusaha diharapkan
memberikan kesempatan bagi karyawatinya untuk memerah ASI dan menyediakan tempat
penyimpanan ASI sehingga ibu bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya.
Hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
Hasil cross tabulasi antara variabel pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
menunjukkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p.0,008 (p.Value <0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuandengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo, 2012 yang mengatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui proses melalui mata dan telinga semakin banyak yang diketahui maka semakin baik
pengetahuannya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramla Hakim
tahun 2012 di Kabupaten Nabireyang mengatakan bahwa terbanyak pada responden dengan
pengetahuan cukup dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya serta adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Menurut pendapat peneliti di Posyandu Melati Kelurahan Jatibening sebagian besar
responden berpengetahuan kurang dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman responden tentang manfaat dari
ASI. Bagi responden yang berpengetahuan cukup dan tidak memberikan ASI eksklusif, hal
ini dikarenakan responden tidak mengetahui manfaat dari pemberian ASI eksklusif.
Sedangkan bagi responden yang berpengetahuan baik dan memberikan ASI eksklusif pada
bayinya ini dikarenakan responden sudah memahami dan mengetahui pentingnya dan
manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi dan ibunya. Maka disarankan kepada petugas
kesehatan khususnya bidan untuk memberikan penyuluhan dan memperjelas informasi yang
didapatkan melalui media sehingga ibu-ibu mempunyai pengetahuan yang lebih baik
tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi.
Hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
Hasil cross tabulasi antara variabel dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi menunjukkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p.0,007 (p.Value <0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan
suamidengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Wanita yang baru melahirkan membutuhkan banyak dukungan emosional dan praktikal.
Pada hari – hari pertama dirumah, dukungan ini bisa didapat dari pasangan, keluarga atau
teman (Moody et all, 2011). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dedeh Fadilah Di puskesmas Sukatani Tahun 2014 mengatakan bahwa
terbanyak pada responden yang tidak mendapatkan dukungan dari suami dan tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya serta adanya hubungan yang bermakna antara
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Menurut pendapat peneliti di Posyandu Melati Kelurahan Jatibening sebagian besar
responden tidak mendapatkan dukungan dari suami dan tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya, hal ini dikarenakan seorang istri tanpa mendapatkan dukungan yang kuat dari
suami akan lebih sulit untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya apa lagi responden
seorang yang bekerja di luar rumah, dengan alasan capek dan susah mengatur waktu untuk
menyusui sehingga responden lebih cepat mengambil keputusan untuk memberikan susu
formula pada bayinya.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi di Posyandu Kelurahan Melati Periode November Tahun 2015, dari
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur,
pekerjaan, pendidikan, dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di
Posyandu Melati Kelurahan Jatibening Periode November tahun 2015
Saran
Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu dan suaminya dengan melalui media gambar atau melalui
penyuluhan dan konseling khususnya ibu yang sedang mengangung atau mempunyai bayi
tentang manfaat pemberian ASI ekslusif bagi bayinya.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan kepustakaan dan dapat menjadi
pedoman bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap sehingga
memudahkan mahasiswa dalam memberikan penjelasan kesehatan pada masyarakat tentang
manfaat ASI eksklusif bagi bayi.
Bagi Perusahaan (PT)
Diharapkan bagi perusahaan (PT) yang mempekerjakan wanita supaya menyediakan tempat
untuk penyimpanan ASI dan menyediakan pojok ASI supaya ibu yang menyusui bisa
memberikan ASI kepada bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

Liubai, dkk, 2011. Feeding Practice of infant and Their Correlates in Urban Areas of
Beijing, China, Pediatrics International, Vol.45,pp.400-406
Manuaba, Ida Ayu Candranita, dkk. 2010. “Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan,
dan KB”. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RinekaCipta
Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Pada PasienTerinfeksi. Jakarta: Salemba Medika
Poerwanti, S., H., 2010. Konsep Penerapan ASI Eksklusif, Pustaka Bunda,
Prasetyono, 2010. Buku Pintar ASI eksklusif. Jogjakarta : Diva Pres
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Roesli, Utami, 2011, Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda,
Jakarta
Soetjiningsih, 2011. ASI; Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Suririnah. 2010.

Anda mungkin juga menyukai