Oleh
Kazuhana El Ratna Mida - 1 Juni 2015
َ َٰ ٱۡلن
سنَ َما لَ ۡم يَعۡ لَ ۡم َ ق ۡٱق َر ۡأ َو َربكَ ۡٱل َ ۡك َر ُم ٱلَّذِي
َ علَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم
ِ ۡ علَّ َم َ سنَ ِم ۡن
ٍ َعل َ َٰ ٱۡلن ۡ ِۡٱق َر ۡأ ب
ِ ۡ َٱس ِم َربِكَ ٱلَّذِي َخلَقَ َخلَق
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.1 Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. al-‘Alaq: 1-5)
Dalam ayat ini, kita dianjurkan untuk belajar melalui baca-tulis, mengkaji
ilmu yang ada dalam al-Qur’an, meneliti lebih jauh tentang ilmu pengetahuan yang
sudah Allah ajarkan dalam al-Qur’an.
َاجدٗ ا َوقَآئِ ٗما َي ۡحذَ ُر ۡٱل ٓ ِخ َرة َ َو َي ۡر ُجوا َر ۡح َمةَ َر ِب ِۗۦه قُ ۡل ه َۡل َي ۡست َ ِوي ٱلَّذِينَ َيعۡ لَ ُمونَ َوٱلَّذِين َ أ َ َّم ۡن ُه َو َٰقَنِتٌ َءانَا ٓ َء ٱلَّ ۡي ِل
ِ س
٩ ب ِ ونَ ِإنَّ َما َيتَذَ َّك ُر أُولُوا ۡٱل َۡل َٰ َب
ۗ ََل َيعۡ لَ ُم
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.”(Qs. Az-Zumar: 9)
1
Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis-baca.
Sebuah contoh, dalam surat Yunus ayat 5 yang menjelaskan tentang ilmu falak atau
perbintangan.
ِ ون ۡٱلقَد
ِيم ِ عادَ َك ۡٱلعُ ۡر ُج ِ َو ۡٱلقَ َم َر قَد َّۡر َٰنَهُ َمن٣٨ يز ۡٱلعَ ِل ِيم
َ َاز َل َحت َّ َٰى ِ ِير ۡٱلعَ ِزُ س ت َۡج ِري ِل ُم ۡستَقَر لَّ َه ٖۚا َٰذَلِكَ ت َۡقد ُ ۡشمَّ َوٱل
٤٠ َل فِي فَلَك يَ ۡسبَ ُحونٞ ار َو ُك َ س يَ ۢنبَ ِغي لَ َها ٓ أَن ت ُ ۡد ِركَ ۡٱلقَ َم َر َو ََل ٱلَّ ۡي ُل
ِ ٖۚ سابِ ُق ٱلنَّ َه ُ ۡشم َّ ََل ٱل٣٩
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia
sebagai bentuk tandan yang tua.3 Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya.” (Qs. Yasin: 38-40)
Bukti lain tentang al-Qur’an sebagai dasar ilmu pengetahuan adalah surat an-Nahl
ayat 66 tentang ilmu hewan:
Yang dimaksud dengan negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya ialah
4
negeri yang berada di Syam karena kesuburannya, dan negeri- negeri yang
berdekatan ialah negeri-negeri antara Yaman dan Syam sehingga orang-orang dapat
berjalan dengan aman siang dan malam tanpa terpaksa berhenti di padang pasir, dan
tanpa mendapat kesulitan.
3. Ahmad bin Ibas dari Cardova ahli dalam bidang obat-obatan.
4. Umm al-Hasan binti Abu Ja’far dan al-Hafidz dua orang wanita ahli
kedokteran.
5. Ibun Batuthah dari Tangier, Maroko ahli geografi
6. Dan banyak lagi para ilmuan Islam yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kita mengatahui saat itu kaum Muslimin masih sangat memegang teguh al-
Qur’an sebagai sumber pengetahuan. Kejaayaan Islam dan para pemikir Islam ini
tentu mengundang pertanyaan dari para cendiakawan Eropa. Mereka penasaran dan
mulai mempelajari bahasa Arab agar bisa menerjemahkan buku-buku karangan
umat Islam.
Bahkan para pemuda-pemuda kristen Eropa juga mulai belajar di
universitas-uversitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Sevile, Malaga,
Granada dan Salamance. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan
buku-buku ilmiah karya para sarjana Muslim. Pusat pemerintah berada di Toledo.
Setelah pulang ke negaranya masing-masing, mereka mengajarkan ilmu yang
didapat kepada pelajar di Eropa.
Mahabesar Allah dengan segala Kebesaran-Nya. Semua penjelasan tentang
pengetahuan bisa kita dapat dalam al-Qur’an, andai kita mau memerhatikan dan
mencerna lebih dalam atas ayat-ayat yang diturunkan. Bahkan bangsa Eropa
sebelum semaju sekarang mengakui kebesaran umat Islam dan al-Qur’an.
[Kazuhana El Ratna Mida/Bersamadakwah]