Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum
dijumpai secara global. Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia
dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Data kunjungan di
poliklinik rematologi . Insidennya pada usia kurang dari 20 tahun hanya sekitar 10 % dan
meningkat menjadi lebih dari 80 % pada usia diatas 55 tahun (Isbagio, 2006). Menurut
(Soeroso, 2006), pasien penderita OA dengan obesitas sering mengeluhkan nyeri pada
sendi lutut dibandingkan dengan pasien yang Non Obese. Pada pasien dewasa dengan
umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka mengeluhkan nyeri yang terpusat di sendi lutut.
Di Indonesia, prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia 61 tahun. Untuk
osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada
wanita.
Prevalensi osteoarthritis lutut di Indonesia yang cukup tinggi dan kedup penelitian oleh
Susilo dan Salimah(2005). Yang menunjukkan adanya antara 3 faktor-faktor resiko
dengan kejadian osteoarthritis melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini bertujuan
mencari hubungan antara kegemukan sebagai faktor resiko osteoarthritis yang dihitung
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Grade osteoarthritis lutut menurut
Kellgren dan Lawrence ( listyani ,2010). Indeks Masa Tubuh (IMT) diperoleh dari berat
badan dalam kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam m dan dibagi menjadi tiga
kategori menurut batas ambang IMT untuk Indonesia11 yaitu kurus (18,5- 25,0), dan
gemuk (>25,0). Akan tetapi, panduan terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan
Body Mass Index (BMI) untuk orang Asia dewasa menjadi underweight (BMI ≥23.0).
Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (BMI 23.0-24.9), obese 1 (BMI 25-29.9),
dan obese 2 (BMI ≥30.0). (Margaret , 2011). Berkurang nya berat badan minimum 2
kilogram akan menurun kan resiko OA sendi lutut hingga 50% pada beberapa wanita
(felsson, 1992). Kontrol berat badan sangat penting untuk pencegahan dan untuk
memperlambat pertumbuhan OA menjadi parah (grade IV). Hal ini akan mempengaruhi
beban bantalan sendi (lutut dan pangul) dan nyeri punggung .
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
2. Apa saja Etiologi dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
4. Apa Tanda Dan Gejala dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
7. Apa Komplikasi dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?
8. Bagaimana Patofisiologi dari penyakit OSTEOARTHRITIS ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau osteoartritis


(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Nanda NicNoc,2012).

Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang
timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi ( Soenarwo, 2011)

Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang
timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi.

Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat yang mengenai
rawan sendi.

Epidemiologi

Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn keatas dengan
angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria. Diseluruh dunia, diperkirakan
9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur
kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55
tahun (Susanto,2011).
2.2 ETIOLOGI

Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak
dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu. Beberapa faktor resiko
untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Faktor Predisposisi
1. Umur

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.

2. Riwayat Trauma sebelumnya

Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan


malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma
berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang
menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya
degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan

4. Pekerjaan

Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering


memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh,
pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada
buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
5. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. (Soeroso, 2007)

6. Faktor Gaya hidup

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu


mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan

b. Faktor Presipitasi

Demografi

Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian lebih


mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung.
Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak
diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka
klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit
untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.

2.3 PATOFISIOLOGI

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada
ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus.

2.4 PATHWAY

Usia , Pekerjaan , Keturunan , Faktor gaya hidup , Kegemukan (Obesitas)

Osteoartritis
3

Perubahan fungsi Inflamasi Sendi Kerusakan Penurunan


sendi kartilago tulang produksi cairan
sinovial sendi
Pelepasan
Deformitas sendi mediator nyeri Tendon dan
ligamen Sinovial menebal
melemah
Sulit bergerak Menyentuh ujung
saraf nyeri Kekakuan sendi
Hilangnya
kekuatan otot
Hambatan
Nyeri Kronis Sulit bergerak
mobilitaas fisik
Risiko Cidera

Defisit perawatan
diri
2.4 KLASIFIKASI

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:

a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.

2.5 GEJALA KLINIS


a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi ( nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautonmere
dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (PENUNJANG)
a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah
 Pembengkakan jaringan lunak
 Penyempitan rongga sendi
 Erosi sendi
 Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
 BSE Positif
 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
 Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
d. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

2.7 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya


sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:

a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.


b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.
d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia
perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar
parotis membesar
e. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak menyeababkan
iritasi.
f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan
mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan)
h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
i. Panggul dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker
yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula
spinalis.
j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang berbentuk
seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan
pada sisi anterior.
k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan
adanya darah.
2.8 TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan mengistirahatkan sendi
yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan memperparah
peradangan. Dengan mengistiratakan sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang
ditimbulkan. Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau
beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan
yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah aspirin dan
ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika
penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk mengurangi
peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif digunakan pada
pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang.
Obat ini tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang
mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan hampir setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan cyclophosphamide) efektif
unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan sehingga
pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obat- obatan.

a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan


yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang
patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua kompnen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber- sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit ini, dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan
yang diberikan oleh tim kesehatan.
b. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa-
masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak
nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
c. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri.
d. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak dapat
menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan dengan mengganti
engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari plastik atau metal
yang disebut prostesis. Pembersihan sambungan (debridemen) dapat dilakukan
dengan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak yang mengganggu pergerakan
dan menyebabkan nyeri saat pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika
artroplasti tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan
remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima beban saat
melakukan pergerakan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 KASUS SEMU

Nama Pasien : Tn. RM


(Inisial)

Ruang/Kamar : SHKJ 4 kanan 4211 bed 1

No. MR : 10198536

Tanggal : 26 November 2010


Masuk

Tanggal : 26 November 2010 – 2 Desember 2010


Pengkajian

Diagnosa : Osteoarthritis
Medis

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama (Inisial) : Tn. Rm
2. Jenis kelamin : Laki - laki
3. Umur/tgl. lahir : 1 Januari 1955 (55 tahun)
4. Status Perkawinan : Sudah menikah
5. Agama : Islam
6. Suku/ bangsa : Toraja/ Indonesia
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : Wiraswasta dibidang perbengkelan
9. Alamat : Malinda KPR Polri Km. 10 Rt 02/II, Papua

B. Identitas penanggung
1. Nama lengkap (Inisial) : Ny. ES
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Karyawan asuransi
4. Hub. dengan klien : Penanggung jawab asuransi
5. Alamat : Malinda KPR Polri Km. 10 Rt 02/II, Papua

II. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama : Tn. RM mengatakan sering sakit pada sendi lutut kiri dan
bahu kanan terutama saat digerakan pertama kali ketika hendak memulai aktifitas

2. Riwayat keluhan utama


a. Mulai timbulnya keluhan : Kurang lebih 1 tahun yang lalu
b. Sifat keluhan : Hilang timbul
c. Lokasi : Sendi lutut kiri dan bahu kanan
d. Keluhan lain yang menyertai : Sakit kepala dan tulang punggung
e. Faktor pencetus yang menimbulkan serangan :
Pada saat beraktifitas lama (misal mengendarai mobil), mengangkat beban berat
dan pada saat hendak memulai beraktifitas.
f. Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana)
Menurut Tn. RM Keluhan bertambah pada saat baru memulai aktivitas dan mulai
menggerakkan sendi (misal bangun tidur atau jongkok), pada saat beraktifitas
lama, dan mengangkat beban berat. Sedangkan keluhan berkurang pada saat klien
beristirahat (misal duduk dan tidur)
g. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
Memijat - mijat bagian yang sakit dan istirahat (tidur)

3. Alergi : ya/tidak Alergi terhadap : Tidak ada


Reaksi : Tidak ada Tindakan : Tidak ada

4. Kebiasaan :
- Merokok (berapa batang /bungkus sehari) : Klien tidak merokok
- Minum alkohol : Klien tidak minum alkohol
Lamanya : Tidak ada
- Minum kopi : Iya
Lamanya : 30 tahun
- Minum obat-obatan : Klien tidak minum obat – obatan dalam jangka
panjang
Lamanya : Tidak ada

III. Riwayat Keluarga

IV. Pemeriksaan Fisik


Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 140/80 MmHg - Nadi :100x/menit
- Pernapasan : 24x/ menit - Suhu badan : 36,6° C

3.2 ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Inflamasi sendi Nyeri Kronis
- Klien mengatakan
nyeri dibagian Pelepasan mediator nyeri
lutut kiri dan bahu
kanannya Menyentuh ujung saraf
DO : nyeri
- Wajah klien tampak
menahan nyeri Nyeri Kronis
P= nyeri bertambah
saat
beraktifitas
seperti
jongkok
Q= nyeri tajam
seperti
tertusuk – tusuk
pisau
R= nyeri dirasakan
pada lutut kiri
dan bahu kanan
S= skala nyeri 4
dari 1-10
T= nyeri dirasakan
kontinu
sejak 1 tahun
lalu sebelum
masuk RS
- TTV:
TD : 140/90
MmHg
P : 100x/menit
RR : 24x/menit
T : 36,6 °C
Klien tampak
memijat – mijat
lutut kiri dan bahu
kanannya saat
dilakukan
pengkajian
- Gambaran radiologi
foto X-Ray
konvensional lutut
tampak osteofit pada
pinggir sendi
(osteoarthritis)
- Pada pemeriksaan
arthroskopi tampak
fibrilasi pada
kartilago

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Kronis b.d kerusakan tulang rawan sendi (terjadinya osteofit dan fibrilasi pada
kartilago)

NO DIAGNOSIS NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronis Indikator Manajemen Nyeri
Aktivitas-aktivitas
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
7. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Kolaborasikandengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai