Anda di halaman 1dari 4

Pieter E.

Waruwu

1201506

UTS Perubahan Iklim

HURRICANE FLORENCE

Siklon tropis adalah salah satu fenomena skala regional yang muncul di samudera tropis.
Siklon tropis (disebut juga Typhoon atau Hurricane atau Tropical Cyclone) merupakan pusaran
siklonal sistem cuaca pada daerah tekanan rendah yang berkembang di daerah perairan tropis
yang hangat dengan suhu permukaan laut diatas 27oC. Siklon tropis muncul di samudera tropis
yang disertai dengan angin dahsyat berputar dan hujan sangat lebat. Pelepasan panas kondensasi
oleh awan konvektif dalam siklon merupakan sumber energi utama siklon tropis. Kebanyakan
siklon tropis terbentuk pada daerah lintang antara 10o dan 20o dari ekuator. Sebagian besar siklon
tropis (67%) terjadi di Belahan Bumi Utara (BBU).
Hurricane merupakan badai siklon tropis yang umumnya terjadi di samudera Atlantik
dan samudera Pasifik dengan kecepatan angin > 75 mph. Siklon ini adalah pusat tekanan rendah
dan membawa cuaca berbadai dan curah hujan lebat. Dimana angin bertiup dengan kencang ke
arah pusat dengan arah melingkar.
Siklon terbentuk dan menjadi besar diatas lautan yang kemudian bergerak ke darat.
Umumnya suhu tinggi yang berkembang di atas samudera Pasifik yang hangat, mulai bulan Mei
dan seterusnya. Karena suhu terus naik maka suatu daerah bertekanan rendah terbentuk diatas
samudera sebelah timur Filipina. Bersamaan dengan itu, udara hangat dari selatan bertemu
dengan udara dingin dari utara. Angin mulai berhembus ke pusat tekanan rendah. Dimana angin
mulai bergerak membentuk spiral dengan arah melawan jarum jam. Sekali terbentuk, taufan itu
bergerak ke barat menuju Filipina. Dengan angin yang bergerak secepat 120-200 km per jam,
taufan ini menyebabkan kerusakan besar pada harta benda manusia. Badai ini dapat berbentuk
angin tornado yang memiliki kecepatan sangat tinggi. Untuk dapat terbentuk badai siklon tropis
ini, diperlukan beberapa syarat-syarat yang harus terpenuhi sebagai berikut:

a. Temperatur kehangatan lautan (>800F) dengan kedalaman minimal 60 m.


b. Sangat kecil atau tidak ada angin melintang.
c. Tekanan udara yang sangat kecil terutama pada 50Lintang Utara dan Selatan.
d. Adanya rotasi yang disebabkan oleh angin.

Umumnya angin ribut mempunyai pusat tekanan rendah dimana angin bertiup sangat
kencang ke pusat dengan arah melawan arah jarum jam. Kecepatannya ada yang mencapai 50
m/detik. Pada waktu angin bertiup ke atas dan keluar dari daerah pusat, terbentuklah awan hujan
raksasa. Awan kumulonimbus yang menjulang sangat tinggi dimana akan menimbulkan hujan
yang sangat lebat. Di pusat angin ribut ada daerah angin lemah dan awan pecah-pecah. Dimana
udara mengalir turun dan sisi depan hurricane tertutup awan tebal dan sisi belakangnya awan
lebih terpecah-pecah. Jika hurricane ini telah selesai maka cuaca akan kembali menjadi cerah.
Hurricane berkembang di wilayah lautan menuju ekuator dan merupakan hasil dari
akumulasi udara panas yang naik ke atmosfer dan hurricane cenderung menghilang ketika
mencapai daratan. embentukan hurricane dapat terjadi jika suhu udara diatas 26 derajat paling
tidak 60 m dibawah permukaan laut dan kelembaban udara di kisaran 75-80 persen. Kombinasi
tadi menyediakan jumlah panas dan uap air yang cukup untuk berkembang menjadi sebuah
hurricane. Kemudian setelah tahap awal tadi, hurricane terbentuk dalam step berikut:

1. Lautan hangat memanaskan udara di atasnya dan menyebabkan udara akan naik
menghasilkan zona tekanan rendah disekitarnya.
2. Udara yang naik tadi mengandung banyak uap air karena evaporasi yang kuat di lautan
kemudian lambat laun akan membentuk awan ketika suhu menurun di atmosfer atas.
3. Transformasi uap air menjadi titik air di udara ini mengeluarkan energi yang disebut
panas laten menjadikan udara tetap memanas di udara bagian atas.
4. Hasil dari panas laten di udara tersebut menghasilkan awan Kumulonimbus hingga
ketinggian 10.000 m diatas lautan dan berbentuk spiral bergerak.
5. Ketika udara di dalam hurricane meningkat hingga level tertinggi, maka aliran udara akan
terjadi keluar dari pusat angin (mata badai) menghasilkan kanopi awan Cirus.
6. Efek Coriolis kemudian akan memutar badai searah jarum jam di wilayah bumi utara
sedangkan di wilayah bumi selatan akan mengarah berlawanan dengan arah jarum jam.

Salah satu hurricane yang baru-baru ini terjadi ialah hurricane di daerah Amerika Serikat.
Beberapa negara bagian Amerika Serikat dihantam oleh hurricane Florence. Angin topan
Florence berasal dari sebuah gelombang tropis kuat yang muncul di lepas pantai barat Afrika
pada 30 Agustus 2018 lalu. Di Samudra Atlantik, musim angin topan biasanya berlangsung dari
awal Juni hingga November, dan angin topan akan mencapai puncak aktivitasnya sekitar tanggal
10 September. Menurut Pusat Angin Topan Nasional Amerika Serikat (The National Hurricane
Center) badai terbentuk di atas air laut yang hangat di dekat garis khatulistiwa, ketika suhu
permukaan laut setidaknya 80 derajat Celsius. Saat kelembapan udara naik, ia akan melepaskan
energi yang membentuk badai petir. Ketika terbentuk banyak badai petir, angin mulai berputar
secara spiral ke atas dan mengarah keluar, sehingga menciptakan pusaran.

Florence muncul di lepas pantai barat Afrika dekat Cape Verde pada 1 September. Ketika badai
tropis melayang ke barat, perlahan-lahan meningkat sampai mencapai status badai pada 4
September dengan angin puncak 75 mil (120 kilometer) per jam. Secara tradisi, ahli meteorologi
menggunakan skala Saffir-Simpson untuk mengkategorikan intensitas badai. Badai kategori 1
memiliki angin antara 74 dan 95 mil (119 dan 153 kilometer) per jam; Badai kategori 5, yang
tertinggi dalam skala, memiliki angin yang melampaui 157 mil (252 kilometer) per jam.

Pada 5 September, Florence dengan cepat meningkat, menjadi badai Kategori 4 dengan
kecepatan angin 140 mil (225 kilometer) per jam. Hal ini diikuti oleh beberapa hari
meningkatnya angin geser, yang memaksa badai menjadi bentuk asimetris dan mulai
merobeknya. Pada 7 September, angin puncak Florence turun kembali ke 70 mil (100 kilometer)
per jam, yang berarti itu bukan lagi badai. Kemudian pada tanggal 9 September, Florence
memasuki zona geser angin yang sangat rendah dan suhu permukaan laut yang tinggi yang
menyebabkan badai menjadi lebih cepat. Pada 10 September, angin kembali ke status Kategori 4.

Ketika Florence terus bergerak ke barat, ia sekali lagi menemukan daerah-daerah geseran angin
moderat yang mulai mengganggu sirkulasi. Ketika badai mendekati daratan pada 13-14
September, band-band luarnya mulai berinteraksi dengan Carolina dan gesekan mulai berperan
dalam memperlambat angin. Pada saat Florence mendarat di Wrightsville Beach, North Carolina,
itu adalah badai Kategori 1.

Tetapi seperti yang ditekankan oleh banyak ahli meteorologi lainnya, kecepatan angin hanyalah
sebagian dari apa yang dapat membuat angin topan merusak. Dalam kasus Florence, badai
semakin membesar dan melambat ketika mendekati daratan. Meskipun angin melemah, mereka
membantu menumpuk gelombang dan gelombang badai yang dapat membuat badai lebih
berbahaya.

Puncak angin dan skala Saffir-Simpson tidak memperhitungkan bahaya lain yang datang dengan
topan tropis-gelombang badai dan curah hujan. Gelombang badai dan banjir hampir selalu
menyebabkan lebih banyak kematian dan kerusakan dalam badai daripada angin kencang.

Ada pun akibat dari badai Florence ini menyebabkan banyak daerah mengalami longsor maupun
banjir local. Banyak juga bangunan mengalami kerusakan sehingga mengharuskan masyarakat di
beberapa negara bagian Amerika Serikat mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Pusat Hurikan Nasional AS mengatakan badai Florence dengan kecepatan angin hingga 225
km/jam diperkirakan akan sangat berbahaya ketika menghantam. Sebab, badai sebesar Florence
akan mendatangkan banjir. Jalur yang bakal dilalui Florence mencakup puluhan pembangkit
tenaga nuklir, batubara dan industri serta banyak peternakan babi yang menyimpan kotoran
hewan, sehingga akan berdampak sangat besar ketika badai Florence menghantam daerah
tersebut. Sebagian besar kematian terjadi akibat angin topan dalam beberapa tahun terakhir
terjadi karena orang-orang tetap tinggal dan terperangkap dalam banjir berikutnya, sehingga
badai yang terjadi memakan banyak korban dan kerusakan.

Dampak Hurricane Florence

Anda mungkin juga menyukai