Anda di halaman 1dari 4

Helena Putri

XI AKL 2

Impian
Semuanya dimulai ketika gadis itu terlahir cantik.

Mula mula, seorang gadis bernama Brenda mempunyai paras yang cantik. Ia sering mendengar kata itu
terucap dari bibir banyak orang ketika orang itu hendak mendeskripsikannya.

"Ya ampun cantik ya." Salah satu keluarganya berkata.

"Kamu terlihat cantik." Kata temannya.

Semua orang bilang dia cantik. Tidak hanya itu, perilakunya pun sangat baik. Tetapi dengan begitu,
Brenda tetap menjadi orang yang rendah hati dan tidak pernah sombong.

Ketika itu, Brenda berada di bangku SMA IPA 3 karena paksaan orang tuanya yang menginginkan Brenda
menjadi seorang dokter kecantikan. Ia mau membanggakan orang tuanya dengan terus meraih prestasi.
Kini, Brenda mulai mengembangkan hobinya yaitu menyanyi sehingga Brenda mampu menjadi seorang
penyanyi. Tetapi ia tidak tahu harus bagaimana meyakinkan cita citanya kepada orang tuanya karena ia
sudah dipaksa oleh orang tuanya.

Setelah itu, hatinya pun mulai mendapat awal kebahagiaan yang sebenarnya. Brenda yang mendapatkan
secercah peluang demi masa depannya. Karena sahabat Brenda yaitu Keira memberi tahu bahwa ada
audisi menyanyi kepada Brenda. Jika Brenda memenangkan audisi itu, Brenda akan disponsori secara
gratis agar bisa menjadi artis. Brenda pun tanpa berpikir panjang dan sangat percaya diri segera mengisi
formulir pendaftaran yang akan diadakan satu bulan lagi.

Sebulan kemudian, Brenda sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Tiba tiba panitia
memanggil nomor gilirannya dan ia melangkah ke ruangan itu.

Brenda menghela nafas dengan kencang karena perasaannya yang berdebar lalu ia bernyanyi dengan
merdunya membuat para juri yang duduk di sana terpukau. Setelah selesai bernyanyi, mereka
memujinya dengan penuh rasa bangga.

Juri mengumumkan kepada peserta yang lolos hingga memasuki babak final dan nama Brenda disebut.
Itu menjadi suatu kebanggaan bagi Brenda karena telah bersaing ketat dengan peserta lainnya sampai ia
masuk ke babak final.

Brenda mulai mencoba membicarakan hal ini kepada orang tuanya. Karena menurut Brenda hal ini
teramat penting demi masa depannya.

"Ma, Pa, Brenda mau bicara hal penting mengenai masa depan Brenda." Kata Brenda.

"Bicara saja nak, kita siap dengerin kok." Ujar Papa nya.
"Papa dan mama berusaha aku masuk ke jurusan IPA agar nantinya Brenda mendapat profesi sebagai
dokter kecantikan sesuai keinginan papa dan mama karena Brenda terlahir cantik dan cocok untuk
memasuki profesi itu. Saat itu aku diam saja dan mengikuti semua keinginan papa dan mama karena
kupikir apa salahnya berusaha mencoba. Lalu berusaha membanggakan papa dan mama dengan prestasi
di sekolah bahwa aku bisa melewati itu semua. Ternyata bukan itu yang aku mau. Karena lama kelamaan
aku merasa kurang cocok dengan profesi itu dan aku sudah sejak lama mempunyai hobi menyanyi. Aku
pun meyakinkan diriku dengan menjadi seorang penyanyi. Kumohon dengan aku bicara seperti ini papa
dan mama mempertimbangkan lagi soal ini." Brenda yang berkata jujur.

Orang tuanya pun masih bertekad keras dan hanya mengacuhkan perkataan Brenda. Ia kemudian
menangis. Menangis kencang berharap tangisannya dapat menenangkan hatinya sekarang. Mulai saat itu
Brenda menutupi kesedihannya dengan tersenyum palsu. Setidaknya itulah yang orang orang lihat
darinya. Semua orang melihatnya hidup dengan bahagia. Dia juga mulai berpikir bahwa dia memang
bahagia. Tapi tidak dengan hatinya. Hatinya terus berteriak tanpa lelah memberitahunya bahwa dia tidak
bahagia, bahwa ini bukanlah hidup yang dia inginkan. Tetapi Brenda tetap tidak pantang menyerah dan
masih mau mencoba berbicara hal ini dan terbuka kepada orang tuanya bahwa ia mengikuti audisi
sampai saat ini.

Angin berhembus kencang membuat rambut Brenda sedikit berantakan saat ia berjalan dengan anggun
di koridor sekolah.

"Eh liat tuh, si Brenda katanya dia masuk ke babak final ya?" Bisik bisik gadis yang tidak suka padanya.

"Iya sampai sejauh itu. Padahal mah suaranya dia biasa saja. Menang cantik doang. Apa menang pinter
menggoda juri di audisi nya untuk memasukkannya ke final?" Kata Ditha dengan suara sedikit keras agar
Brenda dengar apa yang dia ucapkan.

"Dia kan punya segalanya. Mungkin saja ia menyogok jurinya." Mereka tertawa terbahak bahak.

Kata cantik lagi yang didengar oleh Brenda. Brenda sudah muak dengan cantik yang ia miliki. Brenda
ingin menjadi orang yang biasa biasa saja. Ketika banyak orang memujinya 'cantik' baru kali ini ada yang
menghinanya dengan kata 'cantik' juga. Hidup memang sekeras ini. Padahal Brenda berjuang keras untuk
mencapai ke babak final itu. Mereka yang tidak tahu apa apa soal Brenda dengan gampangnya
mencemooh dia. Brenda segera lari ke toilet dan ia menangis. Ketika itu, Keira mendengar tangisannya
dan ia menenangkan Brenda lalu Brenda menceritakan semuanya.

"Shhttt, sudah Brenda jangan nangis lagi ya. Mereka hanya iri kepadamu saja. Tunjukkanlah bahwa kamu
itu bukan seperti yang mereka omongin." Kata Keira yang berusaha menghibur Brenda.

"Iya, aku harus tunjukkan dengan kerja keras aku selama ini." Kata Brenda sambil mengusap air matanya.

"Sekarang pertahankan apa yang kamu miliki, bersikap baiklah kepada mereka karena mereka akan sadar
bahwa kamu itu tidak pantas dihina. Jangan lupa tersenyum." Ujar Keira.
"Terima kasih Keira atas sarannya. Sungguh aku sudah mendingan sekarang berkat kamu." Kata Brenda
sambil mengusap air matanya dan tersenyum tulus.

Meski mereka menghina Brenda, Brenda bersikap baik kepadanya dan melupakan kata jahat itu yang
menusuknya. Para gadis itu terheran heran. Mereka yakin bahwa saat itu Brenda mendengar kata kata
mereka. Tetapi mengapa sikap Brenda malah seperti itu layaknya orang yang tidak tahu apa apa. Lama
kelamaan mereka luluh hatinya.

Saat Brenda pulang sekolah, ia memasuki rumahnya dan segera menghampiri ruang makan untuk makan
malam dengan orang tuanya. Sudah saatnya Brenda bilang ke orang tuanya untuk mengetahui audisi itu
karena selama ini orang tuanya tidak tahu dan Brenda hanya tutup mulut. Karena Brenda takut bahwa
orang tuanya akan marah dengan Brenda. Kini Brenda tidak bisa menutupinya lagi sekarang.

"Ma, Pa, Brenda mau ngomong hal penting lagi." Kata Brenda.

"Sudah cukup nak, hentikan. Sebaiknya kamu dengarkan kata kami saja." Ujar Papa nya.

"Brenda selalu mendengarkan kalian dan bahkan menuruti apa yang kalian mau. Kali ini, Brenda mau
menuruti keinginan Brenda juga ma, pa. Apa papa dan mama tidak mau mendengarkan Brenda? Hanya
Brenda yang harus mendengarkan kalian? Ayolah pa, ma kita sama sama mendengarkan dan saling
mengerti. Jangan egois, Brenda mohon." Seru Brenda dengan lantang.

"Sebut saja." Papa berkata dengan suara beratnya.

"Papa dan mama sebelumnya aku minta maaf dulu karena sudah mengecewakan kalian yang bahkan
sebelumnya tidak pernah dan baru kali ini. Sejak beberapa bulan yang lalu, aku sudah ikut audisi
menyanyi. Aku memang sengaja tidak meminta izin papa dan mama karena sudah pasti jawabannya
tidak. Jadi, karena aku sudah muak menutupinya lagi. Kumohon papa dan mama memaafkan Brenda."
Kata Brenda sambil tersenyum tulus.

"Sebenernya mama kecewa dengan sikap kamu nak. Kamu bilang hal itu dengan mendadak sampai
mama bingung entah mau jawab apa. Apalagi dulu Brenda jika mau melakukan sesuatu pasti meminta
izin dulu dari kami. Tetapi kali ini berbeda dari yang biasanya. Seperti orang tua yang tidak dianggap oleh
kamu karena kamu sudah merasa tidak membutuhkan izin kami" Ucap mama Brenda.

"Iya nak, papa juga sampai saat ini kurang menyetujui hal itu." Kata papa.

"Bukannya begitu ma, pa. Brenda sampai bertindak seperti itu juga karena Brenda benar benar mau
mencapai cita cita itu. Ma, pa, aku punya saran. Jika Brenda lolos dan memenangkan audisi itu, Brenda
akan meneruskan karir itu. Tetapi jika Brenda tidak lolos, Brenda akan melakukan apa yang papa dan
mama mau dari aku. Menurut mama dan papa gimana?" Tanya Brenda yang masih berusaha.

"Hmmm, oke setuju. Jangan mengecewakan papa dan mama ya." Ucap mama yang mulai terbuka.

"Jangan sampai apa yang kamu lakukan sia sia ya." Sahut papa.
Esok harinya, babak final pun dimulai. Brenda sudah duduk di ruang tunggu audisi. Banyak orang
termasuk sahabat dan orang tuanya yang mulai mendukung Brenda dengan memberi semangat.
Beberapa jam kemudian, Brenda dinyatakan lolos dan memenangkan audisi itu. Ada wartawan dan
liputan TV yang merekam audisi saat Brenda bernyanyi dan langsung ditayangkan di saluran TV tersebut.
Orang orang yang menyayangi Brenda menonton kejadian itu. Orang tua dan sahabatnya sangat bangga
padanya. Itu bukan perjuangan yang sia sia. Teman teman yang sempat meledeknya pun meminta maaf
kepada Brenda.

Sejak saat itu, nama Brenda sudah dikenal banyak orang. Ia menjalankan profesinya dengan sangat
professional karena itu yang ia niatkan dari awal.

Begitulah akhir dari perjuangan Brenda. Dengan rasa percaya dan tekad yang begitu kuat, mimpinya pun
tercapai. Selalu ada harapan bagi ia yang mau mencoba karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Anda mungkin juga menyukai