Anda di halaman 1dari 12

Ascaris lumbricoides

Oleh :
Yulia Alfiani
NIM : G0C015003
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Ascaridida
Super famili : Ascaridoidea
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides
Askariasis adalah penyakit parasit yang
disebabkan oleh Nematoda Ascaris
lumbricoides. Hospes atau inang dari
Askariasis adalah manusia. Di manusia,
larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa
dan mengadakan kopulasi serta akhirnya
bertelur. Penyakit ini sifatnya kosmopolit,
terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi
askariasis sekitar 70-80%.
A. MORFOLOGI
- Panjang Cacing Jantan : sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4
mm, Ada spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung
ekornya (posterior)
- Panjang Cacing Betina : sekitar 20-35 cm dan berdiameter 3-6
mm. Pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi.
- Cacing Dewasa hidup di Usus Halus
- Cacing bertelur 200.000 telur per harinya. Telur yang telah
dibuahi berukuran 50-70 x 40-50 mikron. Dilapisi lapisan albumin
dan tampak berbenjol-benjol.
B. SIKLUS HIDUP keluarnya telur bersama dengan
feses  mencemari tanah
menjadi bentuk infektif dengan
lingkungan yang mendukung
tertelan manusiaTelur akan
masuk ke saluran pencernaan dan
telur akan menjadi larva pada
ususlarva keluar menuju
peredaran darah larva
mengalami siklus parularva
akan tertelan kembali masuk ke
saluran cerna
larva akan menjadi cacing dewasa
menetap di usus dan kemudian
berkopulasi dan bertelur
C. PATOLOGI KLINIK
• Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan
gejala ringan di hati dan di paru-paru akan
menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler
merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak
napas, eosinofilia, dan pada
foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang
akan hilang selama 3 minggu.
• Pada stadium dewasa, di usus cacing akan
menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti
tidak nafsu makan, muntah-
muntah, diare, konstipasi, dan mual
D. CARA DIAGNOSIS
• Diagnosis askariasis
dilakukan dengan
menemukan telur
pada tinja pasien at
au ditemukan cacing
dewasa
pada anus, hidung,
atau mulut.
E. Tata laksana dan Prognosis
• Tata laksana dari askariasis ini bisa dibagi
menjadi dua, yaitu terapi obat dan tindakan
operasi
• Tindakan Operasi : Laparotomi
• Terapi Obat : albendazole (400 mg) dan
mebendazole (500 mg) dosis tunggal. Bisa
juga digunakan levamisole (2,5 mg/kgBB)
ataupun pirantel pamoat (10 mg/kgBB),
selain itu bisa diberikan nitazoxanide (500
mg per hari selama tiga hari).
• Pada umumnya, askariasis
memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan
askariasis mencapai 70% hingga 99%.
F. EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia, prevalensi askariasis
tinggi, terutama pada anak-anak.
Penyakit ini dapat dicegah di
indonesia dengan menjaga kebersihan
diri dan lingkungan yang baik.
Pemakaian jamban keluarga dapat
memutus rantai siklus hidup Ascaris
lumbricoides ini.
BIODATA
 Nama : Yulia Alfiani
 Tempat, tanggal lahir : Semarang, 19 Juli 1995
 Alamat : Jl. Karanggawang baru Rt 9 Rw 6
Kel. Tandang Kec. Tembalang Kota Semarang
 Pendidikan : - SDN Tandang 08 Semarang (2006)
- SMPN 8 Semarang (2009)
- SMAN 15 Semarang (2013)
 Hobby : Membaca buku dan memasak
 Nama Ayah : Saidi
 Pekerjaan Ayah : PNS
 Nama Ibu : Umi Marfuah
 Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
 Nama Anak : Danendra Abiya Ainnurahman
 Usia Anak : 17 bulan
Semarang, 7 Maret 2016

Yulia Alfiani
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai