Anda di halaman 1dari 12

KREATIVITAS

A. Definisi
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan
data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengkolaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”
(Munandar, 1999).
Menurut Winkel dalam Purnomo (2003), kreativitas berpikir atau berpikir
kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan
kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas
dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan
berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan kebanyakan orang lain.
Kim (2007) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah fenomena antara individu
dan kebudayaan yang memungkinkannya untuk mengubah kemungkinan menjadi
kenyataan. Ketika seorang individu menemukan wawasan atau menghasilkan
bentuk-bentuk seni yang baru dan diterima dari orang lain, maka temuan tersebut
menjadi bagain dari tradisi budaya, tercatat, dan dikirim ke generasi selanjutnya.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak
dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran
yang hasilnya bukan perangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola
baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan
pencangcokkan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup
pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud atau tujuan, bukan
fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna lengkap. Ia mungkin
dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin
bersifat prosedural atau metodologis (Hurlock, 2002).
Menurut Linda Naiman (2006), “Creativity is the act of turning new and
imaginative ideas into reality. Creativity involves two processes: thinking, then
producing. Innovation is the production or implementation of an idea. If you have
ideas, but don't act on them, you are imaginative but not creative.”5 Naiman
menggambarkan kreativitas sebagai tindakan yang memutar gagasan-gagasan
imajinatif dan bersifat baru ke dalam kenyataan. Kreativitas melibatkan dua
proses yaitu pemikiran dan lalu menghasilkan. Inovasi merupakan hasil atau
implementasi dari suatu gagasan. Jika seseorang mempunyai gagasan-gagasan
tetapi tidak melalui proses-proses itu maka seseorang itu dikatakan orang
imajinatif tapi bukan orang kreatif.
Sternberg (2008) juga menyatakan tentang kreativitas sebagai proses
memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai. Sesuatu yang dimaksud adalah
berupa sebuah teori, tarian, zat kimia, suatu proses atau prosedur, cerita, simfoni
dan lain-lain.
Sedangkan Santrock (2007) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan
pemecahan masalah yang unik. Maksud dari definisi tersebut, adalah bagaimana
seseorang berpikir dengan cara baru yang menghasilkan pemecahan masalah yang
belum ada sebelumnya sehingga seseorang dapat menemukan produk atau solusi
yang belum pernah ditemukan orang lain.
Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program
untuk anak berbakat. Jika ditinjau program atau sasaran belajar, kreativitas biasanya
disebut prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam
bidang usaha manusia. Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi
kreativitas adalah pengertian kreatiftas sebagai sifat yang diturunkan atau diwariskan
oleh orang yang berbakat luar biasa atau jenius. Kreativitas, disamping bermakna
baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan
diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia (Maslow, 1968).
Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah tindakan
berpikir yang imajinatif melalui proses mental dari keinginan yang besar dan
disertai komitmen yang menghasilkan gagasan-gagasan baru, bersifat asli,
independen, dan bernilai

B. Teori Pembentukan Pribadi Kreatif


Colin Martiandale dalam disertasi oleh Mia Damiyanti, mengatakan bahwa:
Dari berbagai catatan mengenai teori kreativitas yang dikumpulkan sejak masa
Yunani Kuno hingga saat ini menunjukkan terdapat lebih dari 45 konsep teori.
Namun secara garis besar teori tersebut dikelompokkan menjadi beberapa konsep
dasar sebagai penginspirasi cara meningkatkan berpikir kreatif. Teori yang dimaksud
tersebut meliputi: (1) Teori Kreativitas sebagai Kontrol regresi; (2) Karakteristik
kepribadian; (3) Produk Kemampuan Mental; (4) Proses Mental, dan Fungsi
Hemisphere.

1) Kreativitas sebagai Kontrol Regresi


Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud, Carl Jung, Ernest Kris, dan
Lawrence Kubie (1920-1950) yang mengaitkan kreativitas dengan Teori
Psikoanalitik. Psikoanalitik memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi
suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Pribadi
kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman
traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan- gagasan yang
disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif
dari trauma.
a) Sigmund Freud
Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang
merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai
ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima.
Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas
kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat
tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan
penyebab utama dari kreativitas.
b) Ernest Kris
Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke
perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku
sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering
muncul dalam tindakan kreatif.
c) Carl Jung
Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat
penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari
dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran
kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya- karya baru
lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi
manusia.
2) Kreativitas sebagai Karakteristik Pribadi
Teori kreativitas sebagai karakteristik pribadi diawali oleh Rogers
(1959) yang menganggap manusia mempunyai potensi kreatif sejak lahir,
namun perkembangan selanjutnya tergantung dari eksistensi dan kondisi
yang menunjang (Rogers dalam Mia Damiyanti). Teri ini percaya bahwa
kreativitas dapat berkembang baik apabila orang tersebut mampu
mengekspresikan ide dan rangsang tanpa rasa takut, terbuka pada sesuatu
yang tidak diketahui dan mudah menerima ketidaknyamanan (self-
accepting) (Smith, 2001).
3) Kreativitas sebagai Produk Mental
Teori Kreativitas sebagai produk mental diawali sejak studi modern
mengenai intelegensi diperkenalkan oleh Sir Fancis Galton (1822-1911) dan
Alfred Binet (1857-1911) yang akhirnya memunculkan tes intelegensi.
Selanjutnnya melalui pendekatan psikomotorik J.P. Guilford dan Paul
Torrance (1950) menghasilkan ”Struktur of intellect model.” Guilford
mengidentifikasikan tiga dimensi utama yang meliputi operations (aktivitas
ketika pemroses informasi, baik secara konvergen dan divergen); content
(bentuk informasi yang diproses); dan product (kemampuan yang
dihasilkan). Menurut teori ini, produk konvergen merupakan penyesuaian
dengan informasi yang telah dimiliki dalam memori agar menjadi logis dan
dapat diterima (merupakan penyempitan jawaban). Sementara itu produk
divergen dianggap sebagai produk yang diperoleh atas dasar
pengembangan informasi yang sudah ada dalam memori (Strenberg, 1999)
4) Kreativitas sebagai Proses Mental
Kreativitas diperoleh bukan tanpa sadar ataupun secara kebetulan.
Menurut Crowll (1997)., “walaupun nampak tidak sengaja, namun prestasi
yang dialami seseorang hanya mungkin terjadi bila perasaannya (mind)
terlatih dan mampu menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain
yang tidak berhubungan.” Gardner (1999) beranggapan bahwa perlu waktu
puluhan tahun bagi seseorang yang menguasai ranah tertentu dan
menghasilkan pekerjaan kreatif dibidangnya.
Conny (1997) mengemukakan tentang temuan Treffinger, terdapat tiga
fase kreativitas dalam tingkat keberbakatan anak yaitu secara umum :
a) Kreativitas Tingkat I, pada kondisi ini ranah kognitif seorang meliputi
kesadaran mengenai suatu ide atau informasi, kelancaran, fleksibilitas,
dan orisinalitas sedangkan ranah afektif meliputi kepekaan terhadap
suatu masalah dan keterbukaan terhadap pengalaman.
b) Kreativitas Tingkat Psikodelik II, pada kondisi ini ranah kognitif
seseorang mencakup perluasan berpikir, pengambilan risiko, dan
kesadaran terhadap tantangan, sementara itu ranah afektif meliputi
keterbukaan terhadap makna ganda, keingintahuan serta kepercayaan
pada diri sendiri.
c) Tingkat Iluminasi III, pada tingkat ini ranah kognitif seseorang telah
mencapai perkembangan dan perwujudan hasil (product
development), sedangkan segi afektif meliputi keberanian untuk
bertanggung jawab mengenai hasil kreativitas, kepercayaan pada
dirinya serta komitme untuk hidup produktif.
Perkembangan kreativitas yang dijelaskan diatas tidak dilhat secara
linear tetapi secara berjenjang. Berikut gambar model Belajar Kreatif
menurut Treffinger (Munandar, 1999)

Gambar 1 Model Belajar Kreatif menurut Treffinger

5) Teori Fungsi Hemisphere sebagai Kekhususan Belahan Otak


Secara umum para ahli menyimpulkan bahwa otak kita memiliki dua
sisi/kortikel (cortices) yang berhubungan secara mengagumkan melalui
jaringan serabut syaraf (Corpus callosum). Secara khusus memiliki aktivitas
mental/fungsi berbeda. Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan dengan
pekerjaan- pekerjaan yang bersifat alamiah, kritis, logis, linier, teratur,
sitematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Adapun fungsi otak
belahan kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
nonlinier, nonverbal, holistik, humanistik, kreatif, mencipta, mendesain,
bahkan mistik, dan sejenisnya (Dedi S, 1997). Singkatnya, otak belahan kiri
mengarah kepada cara berpikir konvergen (convergent thinking),
sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berpikir menyebar
(divergent thinking) (Ali, 2005).

C. Aspek-Aspek Kreativitas
Pada orang kreatif kemampuan berpikir divergen merupakan hal yang
menonjol. Berpikir divergen adalah bentuk pemikiran terbuka, yang menjajaki
bermacam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan atau
masalah. Guilford (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa aspek-aspek dari
kreativitas yaitu :
a. Fluency of Thinking, kelnacaran berpikir dalam menghasilkan ide-ide baru yang
berkualitas
b. Fleksibility keluwesan berpikir, yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah
ide yang bervariasi, mampu mencari alternatif atau arah yang berbeda
c. Elaboration, yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide sehingga menjadi
lebih menarik
d. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan ide unik.
Orang kreatif juga memerlukan kemampuan berpikir konvergen, yaitu
kemampuan berpikir yang berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling
tepat terhadap suatu persoalan atau masalah. Hal ini diperlukan untuk memilih
aspek masalah yang relevan dan membuang yang tidak relevan (selective
encoding), mengkreasi sistem koheren dari informasi yang berbeda serta
mengintegrasikan informasi baru dengan yang telah diketahui sebelumnya.
Melalui cara berpikir yang lancar dan fleksibel, orang kreatif mampu
mengadaptasi hampir semua situasi agar tujuannya tercapai.

D. Dimensi Kreativitas
Kreativitas memiliki dimensi dalam pengembangannya. Menurut Utami
Munandar (2009), bakat dan kreativitas perlu ditingkatkan dan dikembangkan.
Adapun kreativitas diidentifikasi dari 4 dimensi, yaitu :
1. Person
Kreativitas tidak berhenti pada tataran person saja, tetapi person yang memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
2. Press
Dalam mewujudkan bakat kreatif seseorang memerlukan dorongan dan
dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi,
dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam
diri sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu
3. Process
Memberi kebebasan kepada seseorang untuk mengekspresikan dirinya sendiri
secara kreatif. Hal yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa
perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan produk kreatif yang
bermakna
4. Product
Dijelaskan oleh Munandar (2002) definisi produk kreativitas menekankan
bahwa apa yang dihasilkan dariproses kreativitas adalah sesuatu yang baru,
orisinil, dan bermakna. Interaksi dari ketiga P (Pribadi, Pendorong, dan
Proses)di atas menghasilkan produk-produk kreativitas yang konstruktif

E. Ciri-Ciri Kreativitas
Setelah mengetahui aspek dan dimensi dari kreativitas, bagaimana dengan ciri-
ciri orang yang kreatif. Menurut David Campbell (1986), ciri-ciri kreativitas
mempunyai 3 kategori, yaitu :
1. Ciri-ciri pokok
Merupakan kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru,
dan penemuan
2. Ciri-ciri yang memungkinkan
Adalah ciri yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif, sekali
sudah ditemukan tetap hidup
3. Ciri-ciri sampingan
Tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide
yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi sering mempengaruhi perilaku orang-
orang kreatif
Adapun uraian tentang ciri kreativitas terdapat dalam tabel dibawah ini :
Ciri-ciri pokok Ciri-ciri memungkinkan Ciri-ciri sampingan
1. Berpikir dari segala arah 1. Kemampuan untuk 1. Tidak mengambil
(convergent thinking) bekerja keras pusing apa yang
2. Berpikir ke segala arah 2. Berpikir mandiri dipikirkan orang lain
(divergent thinking) 3. Pantang menyerah 2. Kekacauan psikologis
3. Fleksibilitas konseptual 4. Mampu berkomunikasi
(kemampuan secara dengan baik
spontan mengganti cara 5. Lebih tertarik pada
memandang, pendekatan, konsep daripada detail
kerja yang tak jalan) (segi-segi kecil)
4. Orisinalitas (kemampuan 6. Keingintahuan intelektual
melontarkan ide yang asli 7. Kaya humor dan fantasi
bahkan mengejutkan) 8. Tidak segera menolak ide
5. Latar belakang hidup atau gagasan baru
yang merangsang (hidup 9. Arah hidup yang mantap
dalam lingkungan yang
dapat menjadi contoh)
6. Kecakapan dalam banyak
hal ( multiple skills)

Selanjutnya menurut Reni Akbar Hawadi (2001) menyebutkan bahwa ciri-ciri


kreativitas yang tertulis dalam buku Keberbakatan Intelektual, antara lain :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
3. Memberikan banyak gagasan, usulan terhadap suatu masalah
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
5. Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
6. Menonjol dalm satu atau lebih bidang studi
7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
8. Mempunyai rasa humor
9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya memikirkan hal-hal yang baru dan tidak
biasa)
10. Mampu mengajukan pemkiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda
dengan orang lain (orisinil)
11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan
12. Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan

F. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreatiitas menurut Hurlock (2002)
antara lain :
1. Jenis Kelamin
Anak laki-laki lebih kreatif dibandingkan dengan anak perempuan, dikarenakan
anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, bahakn didesak oleh teman
sebayanya untuk bertindak sesuatu yang beresiko, dan juga anak laki-laki
didorong oleh para orang tua dan guru untuk menunjukkan inisiatif dan
orisinalitas
2. Status Sosial Ekonomi
Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi cenderung lebih
kreatif dari pada yang rendah status sosial ekonominya. Hal tersebut
disebabkan karena status sosial ekonomi yang lebih tinggi memberikan lebih
banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
diperlukan bagi kreatiftas
3. Urutan Kelahiran
Anak dengan urutan kelahiran tengah, belakang dan anak tunggal mungkin
lebih kreatif dari yang lahir pertama, karena pada umumnya anak yang lahir
pertama lebih diharapkan mentaati atau memenuhi harapan-haraan orang tua
4. Ukuran Keluarga
Dalam ukuran keluarga yang kecil, lebih memungkinkan anak untuk lebih kreatif
dibandingkan ketika anak berada dalam ukuran keluarga yang besar, terlebih
jika anak terdidik secara otoriter dan kondisi sosial ekonomi yang rendah
5. Lingkungan Kota vs Lingkungan Desa
Lingkungan kota cenderung lebih memungkinkan anak untuk kreatif
dibandingkan anak dari lingkungan pedesaan. Hal tersebut disebabkan karena
dalam lingkungan pedesaan pada umumnya anak dididik secara otoriter yang
dapat menimbulkan kurangnya rangsangan kreativitas
6. Intelegensi
Setiap anak pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar. Hal ini
disebabkan, karena mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk
menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian pada konflik tersebut.

G. Kiat-Kiat Menjadi Kreatif


Setiap orang dapat melakukan kreativitas sesuai dengan keinginan dan
kemampuan masing-masing orang. Menjadi kreatif tidak hanya berpangku tangan
menunggu kilatan ilham. Kreativitas menuntut banyak usaha keras dan
mensyaratkan persiapan matang (Colin Rose & Malcolm J. Nichol, 2002). Sekarang
banyak orang yang menulis cara-cara untuk menjadi kreatif baik dalam bentuk
literatur, permainan, peta pemikiran, dan lain sebagainya.
Maka dari itu pengembangan kreativitas dilakukan sedini mungkin. Tinjauan
dan penelitian tentang proses kreativitas, kondisi serta cara yang dapat memupuk,
merangsang dan mengembangkannya menjadi sangat penting. Beberapa alasan
mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini :
1. Dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasikan dirinya, dan perwujudan
aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok manusia pada tingkat tertinggi
dalam kehidupannya (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi sepenuhnya.
2. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang
sampai saat ini kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford, 1967).
3. Menyibukkan diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan
bagi lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu
4. Kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, David. (1986). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta : Kanisius

Hawadi, Reni Akbar, R. Sihadi Darmo Wihandjo, dan Mardi Wiyono. (2001). Keberbakatan
Intelektual. Jakarta : Grasindo

Hurlock, Elizabeth B. (2002). Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa.


Terjemahan). Jakarta:Erlangga.

Kim. U. (2007). Creating A World of Possibilities : Indigenous and Culture Persperctive.


Dalam Ai-Girl Tan (ed). Creativity A Handbook For Teacher (11- 16). Singapore :
World Scientific

Mia Damiyanti. (2004). Kemampuan Memecahkan Masalah Material Kedokteran Gigi:


Studi Korelasional antara Pengetahuan Awal, Berpikir Kreatif dan Konsep Diri
Akademik dengan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesi, Jkarta (2002). Disertasi. Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta.

Mohammad Ali. (2005). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta :
PT Gramedia Widiasarna Indonesia.

______________ (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat . Jakarta : Rineka


Cipta

Naiman, Linda. (2006). What is Creativity?.


http://www.creativityatwork.com/articlesContent/whatis.htm. diakses pada tanggal
20/03/19

Ngalim Purwanto M. (2003) Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Rose, Colin dan Malcolm J. Nichol. (2002). Cara Belajar cepat Abad XXI. : Nuansa

Smith, Mark K. (2001): http://www.infed.org/biblio/learning-humanistic.htm

Stenberg, Robert J. (2003). Wisdom, Intelligence, and creativity synthesized. New York :
Cambrigde University Press.

Anda mungkin juga menyukai