( RKS TEKNIK )
PEKERJAAN :
PASAL 1
URAIAN UMUM
1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan akan dilelangkan sesuai dengan :
a. Gambar bestek, konstruksi dan detail terlampir yang telah disetujui.
b. Uraian dan syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan (RKS).
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
d. Item pekerjaan dalam BQ.
e. Petunjuk dari Tim Teknis/Pengawas Lapangan.
f. Berita Acara Penunjukan.
g. Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (PPK) tentang penunjukan Penyedia jasa.
h. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
i. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
j. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Tim Teknis.
1.3. Apabila ternyata ada perbedaan antara kontrak dan bestek, bestek dan gambar detail,
Pemborong harus segera lapor kepada Tim Teknis dan Pengawas Lapangan.
1.4. Kontraktor/ pemborong harus menghitung sendiri volume setiap pekerjaan yang ada sesuai
dengan gambar rencana dan RKS ini.
1.6. Pekerjaan harus segera diselesaikan dengan baik, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut
:
a. Halaman harus bersih dari sisa-sisa kotoran atau puing-puing pada waktu diserahkan.
b. Pekerjaan harus segera diserah terimakan dengan kondisi memuaskan dengan disaksikan
oleh Tim Teknis Panitia Penerima Hasil Pembangunan (PPHP) dan Pengawas Lapangan.
PASAL 2
SARANA DAN PRASARANA PEKERJAAN
2.1. Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Penyedia Jasa harus menyediakan
personil dan tenaga teknis sesuai dengan ketentuan dalam Lembar Data Pengadaan (LDP)
2.2. Penyediaan harus menyediakan peralatan dan alat-alat bantu yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan dalam Lembar Data Pengadaan (LDP).
Peralatan-peralatan yang digunakan harus selalu tersedia dilapangan sesuai kebutuhan.
2.3. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dengan kualitas
sesuai dengan spesifikasi teknis.
PASAL 3
BAHAN-BAHAN
3.1. Semua bahan yang akan dipergunakan terlebih dahulu contohnya harus ditunjukkan kepada
Tim Teknis dan Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya dan pemborong harus
memakai/menggunakan bahan sesuai contoh yang telah disetujui Tim Teknis dan Pengawas
Lapangan.
3.2. Pemborong memberi jaminan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pengawas bahwa
semua bahan dan peralatan serta perlengkapan yang disediakan menurut Kontrak ini
seluruhnya adalah asli (original/genuine) dalam keadaan baru, baik dan harus berkualitas baik,
sesuai dengan Kontrak dan bebas dari cacat serta Kekurangan- Kekurangan.
3.3. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar ini dianggap tidak memenuhi syarat. Oleh
karena itu Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pengawas berhak menginstruksikan kepada
PASAL 4
SITUASI
4.1. Pemborong telah dianggap mengetahui keadaan lokasi kegiatan/proyek lengkap dengan
kondisi tanahnya.
4.2. Lokasi untuk bangunan ini akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada Pemborong dalam
keadaan bebas dari gugatan Pihak Ketiga.
4.3. Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh Pekerjaan termasuk bahan-bahan
bangunan dan perlengkapan, instalasi di tempat Pekerjaan. Bagian dari pekerjaan ini yang
sudah terpasang harus dilindungi terhadap kerusakan, hilang, kotor, dan sebagainya sampai
Kontrak selesai dan diterima oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
4.4. Pemborong bertanggung jawab untuk melindungi seluruh bangunan yang sudah ada beserta
peralatan, perlengkapan dan fasilitasnya dari segala gangguan dan kerusakan yang disebabkan
oleh pekerjaannya dengan menggunakan pagar pengaman.
4.5. Pemborong berkewajiban untuk segera memperbaiki segala kerusakan yang terjadi dan
perbaikan atas kerusakan tersebut pemborong tidak dapat menuntut biaya tambahan.
PASAL 5
PEKERJAAN PERSIAPAN
5.2. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan Pemborong harus mengadakan pengukuran yang
tepat berkenaan dengan letak/kedudukan bangunan terhadap titik patok/pedoman yang telah
ditentukan, siku bangunan maupun datar (waterpass) dan tegak lurus bangunan harus
ditentukan dengan memakai alat waterpass instrument/theodolith. Hal tersebut dilaksanakan
untuk mendapatkan lantai, plafond dan sebagainya dengan hasil yang baik dan siku. Untuk
mendapatkan titik peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang tercantum pada gambar
rencana. Bila terjadi penyimpangan atau tidak sesuainya antara kondisi lapangan dan gambar
Lay out, Pemborong harus melapor pada Pengawas / Perencana.
b. Pembersihan Akhir
• Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan bersih
dan siap untuk dipakai Pemilik. Penyedia Jasa juga harus mengembalikan bagian-
bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam Dokumen Kontrak ke
kondisi semula.
• Pada saat pembersihan akhir, semua hasil pekerjaan harus diperiksa ulang untuk
mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan
akhir.
PASAL 6
PENYEDIAAN AIR UNTUK BEKERJA
6.1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sambungan dari PDAM atau
disuplai dari luar.
6.2. Air harus bersih, bebas dari debu, lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Tim Teknis/Pengawas.
7.1. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara
PLN setempat selama masa pembangunan, dengan daya sekurang-kurangnya (minimum)
1.300 KVA. Atau dapat menggunakan diesel untuk pembangkit tenaga listrik atas persetujuan
Tim Teknis. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor Tim Teknis/Tim Teknis Keet
Segala biaya atas pemakaian daya dan air diatas adalah beban kontraktor.
PASAL 8
PEKERJAAN TANAH
8. 1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan tanah , pembersihan lahan lokasi kerja,
pemadatan tanah pada sisi saluran U-Ditch, urugan pasir pasang bawah pondasi dan
pekerjaan lain seperti yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan
petunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
c. Juga termasuk pengamanan galian dan cara-cara pelaksanaannya (jika ada), terutama
untuk galian yang membahayakan bangunan eksisting dan pekerja.
d. Pembuangan sisa galian yang disetujui Tim Teknis / Konsultan Pengawas atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
8. 2. Syarat-syarat Pelaksanaan
Pembersihan Lahan
a. Pembersihan
Kontraktor harus membersihkan halaman sebelum pekerjaan dimulai dari segala sesuatu
yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan dengan sepersetujuan Pengawas
b. Penebangan Pohon
Semua daerah disekitar jalur yang perlu dibersihkan seperti yang telah ditentukan oleh
direksi/pengawas lapangan seperti pohon, semak–semak, sampah dan bahan lain yang
mengganggu harus dibuang kecuali bila ada ketentuan lain dari direksi/pengawas
lapangan.
Kelestarian segala jenis pohon yang ada di halaman harus dijaga betul, penebangan atau
pemindahan pohon harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi dan Pengawas.
Pekerjaan Tanah
a. Penggalian tanah harus dilakukan sesuai dengan gambar kerja, lebar galian harus cukup
memberikan ruang kerja, sesuai dengan lebar bangunan yang akan dibuat.
Penggalian tanah dilaksanakan dan menggunakan alat bantu sesuai yang tercantum
dalam RAB. Penggalian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila
ini terjadi pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk
tanpa biaya tambahan dan pemberi tugas.
b. Semua unsur-unsur penggangu yang terdapat didalam atau didekat tanah galian seperti
akar atau tunas pohon, sisa kayu-kayuan, bekas bongkaran, batu-batuan dan sebagainya
harus dikeluarkan dan disingkirkan.
c. Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut bebas dari
longsoran-longsoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi dengan alat-alat
penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan
pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
d. Apabila pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa pembuangan, kabel-
kabel listrik, telepon, dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka secepatnya
diberitahukan kepada Pengawas atau instansi yang berwenang untuk mendapatkan
petunjuk-petunjuk seperlunya.
a. Urugan kembali galian tanah hanya boleh dilaksanakan seijin Pengawas setelah
dilakukan pemeriksaan kelengkapan pekerjaan.
b. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala macam
sampah atau kotoran. Tanah urugan harus dari jenis tanah berbutir (tanah ladang /berpasir
dan tidak terlalu basah).
c. Urugan tanah harus dipasang sepadat mungkin dengan mesin pemadat (Compactor) dan
tidak dibenarkan hanya menggunakan timbris.
d. Urugan tanah untuk meninggikan atau memperbaiki permukaan, pada azasnya akan
ditentukan dan dibawah pengawasan Pengawas, menurut ketinggian, lebar dan kedalaman
yang diperlukan pelaksanaannya harus dilakukan dengan mesin gilas secara lapis demi
lapis. Setiap lapis tidak boleh lebih tebal dari 20 cm.
e. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari tempat-tempat
yang akan ditentukan oleh Pengawas.
f. Bahan yang mengandung tonggak, akar, bahan lain yang mengganggu dan bahan galian
yang tidak diperlukan untuk penimbunan kembali harus dibuang.
PASAL 9
PEKERJAAN PONDASI
9. 1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pasangan batu belah serta seluruh detail yang
disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
9. 2 Persyaratan Bahan
a. Batu kali yang digunakan adalah batu gunung, berwarna kehitaman dan harus batu
belah/tidak bulat dan tidak porous serta tidak rapuh.
b. Persyaratan untuk Semen, pasir dan air dapat dilihat pada pekerjaan beton.
c. Lapisan batu gunung yang digunakan : Jenis batu belah//batu gunung
d. Bahan Perekat : Adukan = 1 Pc : 4 Pasir pasang, atau sesuai tercantum pada gambar
kerja.
9. 3 Syarat Pelaksanaan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dan harus seijin Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
b. Pasangan batu belah disusun dengan bersilang, semua permukaan bagian dalam harus
terisi adukan perekat dan semua nat yang tebal diisi dengan kricak. Tinggi pemasangan
tidak boleh lebih dari 0.5 m dalam satu hari. Sisi samping pondasi harus diplester kasar
sesuai adukan perekat pondasinya.
c. Pemasangan batu harus sebaik–baiknya sehingga tidak terdapat rongga tanpa terisi
mortel, demikian pula tidak boleh saling berimpitan.
d. Pemasangan tegak bidang belakangnya yang akan tertimbun tanah diberaben lebih
dahulu.
e. Semuan pasangan batu yang tampak dari luar bidangnya harus rata tampak rapi dan
diplester dengan campuran 1 Pc : 4 Ps, kecuali ditentukan lain pada gambar kerja.
f. Bila pekerjaan dihentikan karena hujan, maka pasangan baru harus dilindungi/ditutup
dengan baik.
PASAL 10
PEKERJAAN BETON
10. 2 Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
a. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
b. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI-03-1726-2002).
c. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
d. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1987.
e. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
g. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
h. Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
i. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
j. Peraturan Bangunan Nasional 1978.
k. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
l. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04).
b. Aggregat
• Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat-syarat peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2. dan
c. Air
• Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tulangan,
minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta uji
terlebih dahulu oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
• Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk
dipakai.
d. Besi Beton
• Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-
retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan
tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Beton
Indonesia.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
• Kecuali bila ditentukan lain di dalam gambar maka mutu besi beton yang digunakan
adalah : ≤ ø12mm : BJTP U-24 ( Tulangan Polos ) > ø12mm : BJTD U-39
(Tulangan Ulir).
e. Kualitas Beton
• Kualitas Mutu Beton untuk pekerjaan Optride dan Plat lantai menggunakan beton
mutu (K225) slump (12±2) cm, w/c = 0.61 atau yang ditentukan sesuai gambar kerja.
b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan menggunakan cara
(metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan
agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-
alat pengangkut mesin harus mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan
Pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat
pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan
yang mengeras.
c. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
d. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu,batu, tanah dan lain-lain)
dan dibasahi dengan air semen.
e. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan
pengendapan/pemisahan agregat.
f. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/tanpa berhenti). Adukan
yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari
mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak
diperkenankan untuk dipakai lagi.
PASAL 11
PEKERJAAN SALURAN BETON U-DITCH
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar, untuk pekerjaan
lantai kerja beton.
b. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
• Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi
dan penyelesaian.
• Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah, harus
dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan beton mutu f'c = 9,8 Mpa
(K125), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,78 setebal 10 cm atau seperti tercantum pada
gambar pelaksana.
• Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
• Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan
gambar dan spesifikasi struktur.
• Apabila Tim Teknis/ Konsultan Pengawas memandang perlu, untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus Penyedia Jasa Konstruksi harus
meminta nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas
atas beban Penyedia Jasa Konstruksi.
d. Persyaratan Bahan
• Semen.
- Semua semen yang digunakan adalah semen portland yang memenuhi syarat-
syarat peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2. dan
mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang disetujui secara tertulis dari
Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
• Aggregat
- Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat-syarat peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
dan bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau
kotoran-kotoran lainnya).
- Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari
25 mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan tertulis Tim Teknis /
Konsultan Pengawas. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan
harus dapat menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat dan mempunyai
daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan
dipakai.
- Tim Teknis / Konsultan Pengawas harus meminta kepada Penyedia Jasa
Konstruksi untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari
tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas, setiap
saat di laboratorium yang disetujui Tim Teknis / Konsultan Pengawas atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
- Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka
Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis
kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
• Kualitas Beton
- Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah :
Mutu beton K-100 digunakan untuk lantai kerja.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
- Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman
pelaksanaan di lain tempat dan dengan mengadakan trial-mix di laboraturium.
- Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton atau
kubus beton, menurut ketentuan – ketentuan yang disebut dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI 1971).
- Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per
5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama.
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
- Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas
beton yang dibuat dengan disahkan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton
karakteristiknya.
- Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
- Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus dilakukan pengujian
slump (slump test), dengan syarat minimum 8 cm dan maksimum 12 cm. Cara
pengujian sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
(bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau
plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan
e. Syarat-syarat Pelaksanaan
• Pengecoran Beton.
• Pemadatan Beton.
- Beton yang dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang sesuai
selama pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak acuan maupun posisi/rangkaian tulangan.
- Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey comb), yaitu
memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
- Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan vibrator-vibrator dalam jumlah yang
cukup untuk masing-masing ukuran yang diperlukan untuk menjamin pemadatan
yang baik.
- Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur
dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan
penggunaan sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu,
Penyedia Jasa Konstruksi diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
tertulis dari Perencana Struktur dan Tim Teknis / Konsultan Pengawas mengenai
hal tersebut.
- Untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data
bahan, nama pabrik produksi jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya resiko/efek sampingan dan keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu.
PASAL 12
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
PASAL 13
LAIN-LAIN
13. 1 Selain persyaratan teknis yang tercantum diatas, kontraktor diwajibkan pula mengadakan
pengurusan-pengurusan antara lain :
a. Pembuatan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sudah harus diproses dan dilaksanakan
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
b. Perihal Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) ini segala pembiayaan yang diperlukan untuk
pembuatan IMB sampai dengan selesai DIBIAYAI sepenuhnya oleh Penyedia jasa
(Besarnya biaya pengurusan IMB tidak dimunculkan dalam RAB penawaran, namun
Penyedia Jasa sudah harus memperhitungkan sejak awal perihal biaya IMB ini dengan
mencari informasi ke Instansi terkait).
c. Bill of Quantity (BQ) yang disampaikan Konsultan Perencana kepada peserta lelang
TIDAK MENGIKAT, hanya sebagai ancar-ancar dalam menghitung, peserta lelang harus
menghitung kembali RAB berdasarkan gambar, Spesifikasi Teknis serta perubahan-
perubahan yang tertuang dalam BA. Penjelasan Pekerjaan (BA. Aanwijzing).
d. Peserta lelang diperbolehkan untuk menambah item pekerjaan, volume pekerjaan dan lain
sebagainya yang dirasa perlu yang mungkin pekerjaan-pekerjaan dimaksud belum
termasuk dalam BQ yang dibuat oleh Konsultan Perencana.
13. 2 Penyedia jasa diharuskan menyiapkan dalam jumlah yang cukup perlatan dan pengamanan
penunjang lapangan yang diperlukan seperti : topi proyek, sepatu proyek, jas hujan dan P3K.
13. 3 Diharuskan menutup lokasi pekerjaan dengan menggunakan pagar pengaman dari bahan
seng/papan agar tidak mengganggu kesiatan sekitar lokasi.
13. 4 Sebelum penyerahan pertama, penyedia jasa wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang
belum sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata
rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.
PASAL 14
PENUTUP
14. 1 Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan,
tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan (aanwijzing) mengenai suatu bagian pekerjaan
yang termasuk harus dikerjakan oleh Pemborong/kontraktor, maka bagian tersebut dianggap
ada dan dimuat dalam bestek ini.
14. 2 Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pelaksanaan pekerjaan ini, tetapi tidak
diuraikan atau tidak dibuat dalam bestek ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh
kontraktor.
14. 3 Setiap melalui pekerjaan, kontraktor harus ijin tertulis serta membuat gambar penjelasan/shop
drawing dan berikut target volume pekerjaan yang dilaksanakan.
14. 4 Kontraktor harus membuat gambar sesuai pelaksanaan (as build drawing) yang harus
mendapat persetujuan dan pengesahan dari Konsultan Pengawas dan Pengendali Kegiatan.