Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan

daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI eksklusif akan tumbuh dan

berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit. Menurut kajian Global “The

Lancet Breastfeeding Series(2016), menyusui secaraeksklusif menurunkan angka

kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 2 bulan.

Sebanyak 31,36% anak sakit, karena tidak menerima ASI eksklusif (Kemenkes RI,

2016).

Menurut WHO/UNICEF, Standar emas pemberian makanan pada bayi dan

anak adalah 1) Mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir. 2) Menyusui bayi

secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan. 3) Mulai umur 6 bulan bayi

mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang dan 4) Meneruskan menyusui anak sampai umur 24

bulan atau lebih (Kemekes RI, 2016).

Meskipun manfaat pemberian ASI eksklusif dapat membantu pertumbuhan

dan perkembangan anak telah diketahui secara luas namun kesadaran ibu untuk

memberikan ASI eksklusif di Indonesia baru sebesar 14 % saja, itu pun hanya

diberikan sampai bayi berusia 4 bulan.Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak

berusia di bawah 2 tahun yang sempat melanda beberapa wilayah di Indonesia dapat

1
2

diminimalisir melalui pemberian ASI eksklusif . Oleh karena itu sudah sewajarnya

ASI eksklusif di jadikan sebagai prioritas program di negara berkembang seperti

Indonesia.

UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara

menyusui dengan benar serta pemasaran yang di lancarkan secara agresif oleh

produsen susu formula merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran

orang tua di dalam pemberian ASI eksklusif (Unicef, 2016).

Menyusui memberikan banyak manfaat. ASI adalah makanan ideal bagibayi,

menyediakan nutrisi yang mereka butuhkan untuk perkembangan yang sehat dan

memberikan antibodi terhadap penyakit anak yang umum seperti diare dan

pneumonia, dua penyebab utama kematian anak di negara ini. Tapi masih banyak

perempuan dan anggota keluarga yang tidak menyadari manfaat ASI eksklusif

.Perempuan masih harus memilah-milah mitos, informasi, dan pesan tentang

menyusui.Mitos bahwa bayi yang diberi ASI membutuhkan air selain ASI tersebar

luas di negeri ini. Banyak keluarga juga percaya susu formula dapat meningkatkan

kecerdasan dan meningkatkan kesehatan, makanan pelengkap, termasuk air,

seharusnya hanya diperkenalkan ketika mereka mencapai usia enam bulan(Sukotjo,

2016).

Gerakan Nasional peningkatan penggunaan ASI ditargetkan minimal 80% ibu

memberikan ASI eksklusif secara maksimal, tetapi cakupan pemberian ASI eksklusif

secara nasionalhanya 29,5 %(Kemenkes RI, 2016).

2
3

Untuk Propinsi Bengkulu cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu 32,2 % atau

dari 37.430 bayi yang ada terdapat 12.052 bayi yang diberikan ASI eksklusif. (Dinkes

Propinsi Bengkulu, 2016). Sedangkan untuk kabupaten Rejang Lebong cakupan

pemberian ASI eksklusif sebesar 49,2 % atau dari jumlah bayi yang ada yaitu

4.829bayi terdapat 2375 bayi yang diberikan ASI eksklusif (Dinkes Kabupaten

Rejang Lebong, 2016).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang

Lebong pada tahun 2016 yang dilakukan pada 4 Puskesmas diperoleh hasil, di

Puskesmas Simpang Nangka ada 79 bayi dengan ASIeksklusif 57,5%, Puskesmas

Kampung Melayu 57 bayi dengan ASI eksklusif 55,6%, Puskesmas Sambirejo122

Bayi dengan ASIeksklusif 50,0% dan Puskesmas Talang Rimbo Lama 101 bayi

dengan ASIeksklusif 48,2%.Dari data tersebut menunjukan bahwa cakupan

Pemberian ASI eksklusif yang paling rendah adalah puskesmas Talang Rimbo Lama

(Dinkes Kabupaten Rejang Lebong, 2016).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di wilayah Puskesmas

Talang Rimbo Lamaterhadap 10 orang ibu yang mempunyai bayi yang berumur 6-12

bulan, terdapat 3bayi yang diberikan ASI eksklusif sedangkan 7 bayi lainnya tidak

diberikan ASI eksklusif. Adapun alasan yang dikemukakan oleh ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif,3 orang ibu merasa perlu memberikan makanan dan

minuman tambahan pada bayi, 2 orang ibu yang mengatakan tidak mengerti tentang

3
4

pemberian ASI eksklusif dan 2 orang Ibu mengatakan bahwa ASI nya tidak

mencukupi untuk diberikan kepada bayinya.

Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang

pemberian ASI eksklusif dengan judul penelitian ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Ibudengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Puskesmas Talang Rimbo

Lama Tahun 2017”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dansikapibudenganpemberian

ASI eksklusif pada bayidi wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten

Rejang Lebong Tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dan Sikap ibu

dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang

Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

ASIeksklusif di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten

Rejang Lebong.

4
5

b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang ASIeksklusif di

wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong.

c. Untuk mengetahui gambaranASIeksklusif di wilayah Puskesmas

Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong.

d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayidi wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

Kabupaten Rejang Lebong.

e. Untuk mengetahui hubungan sikap ibudengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

Kabupaten Rejang Lebong.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi masyarakat

luas, terutama masyarakat di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama,

KabupatenRejang Lebong agar mengetahui pentingnya pemberian ASI secara

eksklusif.

2. Bagi Puskesmas

Dapat dijadikan acuan atau pedoman pada puskesmas terutama bagi

tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada ibu khusunya

ibu yang masih menyusui.

5
6

3. Bagi Ilmu Akademik STIKES Tri Mandiri Sakti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

yang bermanfaat bagi institusi akademis dan mahasiswa yang lain dalam

melihat hubungan pengetahuan dan sikapibu dengan pemberian ASI eksklusif

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam rangka pengembangan

dan penerapan teori penelitian sekaligus sebagai acuan dasar penelitian

selanjutnya.

5. Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi terbaru

bagi peneliti sendiri dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan pada penelitian

yang akan datang.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI eksklusif

ASI (Air Susu ibu) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi

karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi.ASI mudah dicerna oleh bayi, selain banyak memberi

keuntungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi tetap juga ASI

merupakan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

1. Pengertian ASI eksklusif

ASI eksklusif yaitu : memberikan hanya ASI tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6

bulan, kecuali obat dan vitamin. Ada beberapa alasan untuk pemberian ASI

eksklusif yaitu : mudah dicerna, mengandung zat gizi yang berkualitas

tinggi, berguna untuk kecerdasan dan pertumbuhan, mengandung zat

kekebalan, melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, selalu alami dan

bersih, tidak pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan langsung

diminum dan menghindari bayi dari alergi dan diare. (Kemenkes RI, 2012).

2. Kolostrum

Kolostrum (susu awal) adalah air susu ibu yang keluar hari pertama

setelah bayi lahir berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental karena

banyak mengandung protein dan vitamin A serta zat kekebalan yang

penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi, walaupun jumlah

7
8

kolostrum sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh

karena itu kolostrum jangan dibuang tetapi harus diberikan kepada bayi

(Kemenkes RI, 2016)

3. Manfaat Kolostrum bagi bayi

a. Sebagai zat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi

bayi karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan

alergi.

b. Kolostrum harus segera diberikan kepada bayi, karena kolostrum dapat

memenuhi kebutuhan gizi pada hari-hari pertama setelah melahirkan.

c. Membantu pengeluaran kotoran bayi yang pertama yang berwarna

hitam kehijauan (mekonium).

4. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI bagi bayi

Merupakan makanan alamiah yang sempurna, mengandung zat gizi yang

sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang

sempurna, mengandung DHA dan AA yang bermanfaat bagi

kecerdasan bayi, mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari

berbagai penyakit infeksi (diare, batuk, pilek, radang tenggorokan dan

gangguan pernapasan), melindungi bayi dari alergi, aman dan terjamin

kebersihannya karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan

segar, tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat, dapat

8
9

diberikan kapan saja dan dimana saja dan membantu memperbaiki

reflek menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

b. Manfaat ASI bagi ibu

Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi, mengurangi

perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu,

menunda kehamilan berikutnya, mengurangi resiko terkena kanker

payudara, lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap

saat bayi membutuhkan dan menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk

menyusui.

c. Manfaat ASI bagi keluarga

Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan

perlengkapannya, tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan

susu formula misalnya merebus air dan pencucian peralatan, tidak

perlu biaya dan waktu untuk perawatan dan mengobati anak karena

sering sakit karena pemberian susu formula dan mengurangi biaya dan

waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu.

d. Manfaat ASI bagi negara

Menurunkan angka kematian dan kesakitan anak dengan adanya faktor

protektif dalam ASI, bayi terlindungi dari kesakitan dan penurunan

angka kematian, menghemat subsidi biaya kesehatan masyarakat dan

mengurangi pencemaran lingkungan.

9
10

5. Keuntungan bagi ibu bila memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi

Adapun keuntungan yang diperoleh dari pemberian ASI secara eksklusif

bagi bayi adalah : bayi lebih sehat dan tidak cengeng, bayi tidak sering

sakit dan mengurangi biaya untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan bayi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

a. Kapan dan bagaimana ASI diberikan :

1) Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui

2) ASI segera diberikan setelah bayi dilahirkan (dalam waktu ½ jam

– 1 jam)

3) Jangan memberikan makanan dan minuman (air kelapa, air tajin,

air teh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan

ASI karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan menganggu

keberhasilan menyusui.

4) Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya

tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang dan malam hari).

5) Berikan han ASI saja hingga bayi berusi 6 bulan.

6) Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI yang diberikan pula

makanan pendamping ASI (MP – ASI) dalam bentuk dan jumlah

yang sesuai dengan pertambahan umur bayi.

7) Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun

10
11

b. Cara menyusui yang baik dan benar

1) Cara menyusui yang baik adalah : ibu harus duduk atau berbaring

dengan santai, pikirkan ibu dalan keadaan tenang (tidak tegang),

pegangan bayi pada belakang bahunya tidak pada dasar kepala,

upayakn wajah bayi menghadap ke ibu, lalu rapatkan dada bayi

dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu dan jauhkan

hidung dari payudara ibu dengan cara mendorong pantan bayi

dengan lengan ibu bagian dalam. ( Depkes RI, 2005).

2) Cara pelekatan bayi pada payudara adalah sebagai berikut :

payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain memopong

dibawah (bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk

dan jari tengah (bentuk gunting) di belakang areola (bagian hitam

payudara), bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan

cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting susu

kemudian dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara

menekan bahu belakang bayi, bukan bagian kepala bayi, posisikan

puting susu ibu ke dalam mulut bayi yang terbuka, usahakan

sebagian besar areola masuk ke mulut bayi sehingga putingh susu

berada di langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit

yang lunak (palatum molle), lidah bayi akan menekan dinding

payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar,

setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik

11
12

payudara tidak perlu dipegang atau disanggah lagi, ibu sering

meletakan jarinya pada antara payudara dengan hidung bayi dengan

maksud untuk memudahkan bayi bernafas kemudian sambil

menyusu dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunkaan untuk

mengelus-elus bayi (Depkes RI, 2005).

3) Tanda-tanda posisi menyusui yang benar adalah : Tubuh bayi

menempel pada payudara ibu, dagu ibu menempel pada payudara

ibu, dada bayi menempel pada dada ibu yang berada pada payudara

bagian bawah, mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang

terbuka, telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan

lengan bayi, sebagian besar areola tidak nampak, bayi menghisap

dalam dan perlahan, terkadang terdengar suara bayi menelan,

puting susu tidak terasa sakit atau tidak lecet. ( Depkes RI, 2005).

4) Tanda-tanda menyusui yang salah adalah : Mulut tidak terbuka

lebar, dagu tidak menempel pada payudara, dada bayi tidak

menempel pada dada ibu sehingga leher bayi tidak berputar, bayi

menghisap sebentar-sebentar, bayi tetap gelisah pada akhir

menyusui, kadang-kadang bayi minum berjam-jam dan puting ibu

lecet dan sakit. ( Depkes RI, 2005).

c. Yang perlu diperhatikan apabila ibu pergi keluar rumah dalam

memberikan ASI kepada bayinya adalah : berikan ASI sebelum pergi

12
13

dan sesudah pulang ke rumah dan apabila payudara terasa penuh ASI

dapat dikeluarkan dengan tangan dan disimpan.

d. Cara mengeluarkan ASI yang paling baik

Cara mengeluarkan ASI yang paling baik adalah dilakukan dengan

tangan, cara ini lebih cepat, efektif dan ekonomis. Oleh karena itu ibu

dianjurkan melakukan cara ini :

Cuci tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih, pegang cangkir

yang bersih untuk menampung ASI dan condongkan badan ke depan

dan sangga payudara dengan tangan.

e. Menyimpan ASI

ASI yang telah dimasukan ke dalam cangkir / gelas tertutup dapat

disimpan dengan cara sebagai berikut :

ASI disimpan pada suhu kamar / di uadara terbuka (260 C ) akan

ditahan selama 6 – 8 jam, ASI tersebut disimpan dalam termos berisi

es batu (yang dibuat dari air matang) akan tahan selama 24 jam, jika

disimpan didalam lemari es maka akan tahan selama 2 – 3 hari.

ASI yang telah disimpan dapat diberikan oleh orang lain selain ibu

bayi yaitu mertua, pembantu dan lainnya. Caranya adalah : cuci

tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih, apabila ASI didmpan

dalam suhu kamar segera berikan sebelum masa simpan berakhir (8

jam) dan apabila ASI disimpan dalam termos atau lemari es, cangkir

yang berisi ASI tersebut terlebih dahulu dihangatkan dengan cara

13
14

merendamnya dalam mangkok yang berisi air hangat, ditunggi

sampai ASI mencapai suhu kamar. ASI jangan dipanaskan secara

langsung di atas api/kompor.

6. Akibat bila tidak diberi ASI

a. Akibat bila bayi tidak diberi ASI

Jika bayi tidak memperoleh ASI eksklusif maka akan

menyebabkan beberapa hal yaitu : Bayi tidak memperoleh zat

kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami sakit, bayi tidak

mendapatkan makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi sehingga

akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya

serta kurangnya hubungan kasih sayang bayi dan ibu tidak terjalin

secara dini.

b. Akibat pada ibu apabila bayinya tidak diberikan ASI

Akibat bagi ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya adalah : perdarahan setelah persalinan menjadi lebih lama,

cepat terjadinya kehamilan kembali, beresiko terkena kanker payudara

dan kanker rahim, waktu inu lebih banyak tersita karena harus

menyiapkan susu botol dan merawat bayi yang sering sakit dan

pengeluaran keluarga bertambah.

c. Akibat ASI diganti dengan susu formula

Ada beberapa kemungkinan yang akan timbul sehubungan

dengan mengganti ASI dengan susu formula antara lain :

14
15

kemingkinan terjadinya pencemaran sehingga bayi mudah terserang

infeksi misalnya : diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam

dan sebagainya. Selain itu kemungkinan terjadinya kekeliruan

pengenceran sehingga beresiko yang sangat tidak menguntungkan

bayi, misalnya bayi susah buang air besar atau mencret dan perlu

biaya yang mahak untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya.

7. Pengaruh sosial budaya yang positif

Pengaruh sosial budaya yang positif yang ada di masyarakat

dalam hal pemberian ASI antara lain : adanya kebiasaan minum jamu

yang diyakini dapat meningkatakan kesehatan. Keyakinan ini hendaknya

dapat didorong dengan memotivasi pentingnya makanan yang bergizi

seimbang bagi ubu hamil, pentingnya memelihara payudara ibu sebelum

melahirkan untuk mempersiapkan ASI bagi bayinya, kepercayaan minum

”wejah”(sejenis minuman/jamu dari daun-daunan tertentu sepertu di Jawa

dengan keyakinan bahwa air susu keluar. Apabila hal ini diyakini maka

memberikan dorongan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI kepada

anaknya.

Selain itu kepercayaan bahwa kembali dari bepergian hartus segera

mencuci payudara sekitar puting yang berwarna coklat disebabkab karena

ibu yang bepergian bisa mendapat ”angin jahat” atau sawan. Makna dari

kepercayaan tersebut adalah menyusui harus dalam keadan bersih

15
16

termasuk pemelihaaraan kebersihan payudara. Kepercayaan lain adalah

ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terdapat ”unsur

manusia”. Makna dari kepercayaan ini bahwa ASI harus diberikan kepada

bayi bukan untuk dibuang dan kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi

dan ibunya akan mendekatkan hubungan batin antara ibu dan bayi,

disamping itu juga merangsang keluarnya ASI segera mungkin pada

waktu bayi membutuhkan.

8. Pengaruh sosial budaya yang negatif

Selain kepercayaan yang mempunyai pengaruh positif terdapat

pula kebiasaan dan kepercayaan dimasyarakat yang memberikan pengaruh

yang negatif seperti :kebiasaan membuang kolostrum karena kolostrum

dianggap kotor karena berwarna kekuning-kuningan, memberikan

makanan atau minuman lain pada waktu bayi baru lahir atau usia beberapa

hari. Hal ini tidak tepat karena akan menyebabkan bayi merasa kenyang

sehingga mengurangi keluarnnya ASI dan bayi malas untuk menyusu.

Selain hal tersebut masih kuatnya keprcayaan terhdap tahayul yaitu

berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang

sedang menyusui seperti ikan dengan anggapanASI akan berbau amis

sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan ini tidak tepat karena ikan

mengandung banyak protein dan tidak akan mempengaruhi rasa ASI.

(Kemenkes RI, 2012).

16
17

9. Zat-zat yang terkandung dalam ASI

ASI mengandung semua gizi yang diperlukan bayi selama 4 – 6

bulan pertama kehidupan, dianjurkan agar apda masa ini hanya diberikan

ASI, karena ASI mengandung zat-zat yang bermanfaat seperti :

a. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi

dalam jumlah yang tepat

b. ASI megandung lebih banyak lactosa(gula susu) dari pada susu

lainnya dan lactosamerupakan zat yang diperlukan bayi.

c. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi, bayi selam 6 bulan

tidak memerlukan vitamin tambahan.

d. ASI mengandung zat besi yang cukup bagi bayi .

e. ASI mengandung cukup air bahkan pada iklim yang panas.

f. ASI mengandung garam, kalsium dan postat dalam jumlah yang tepat

(Depkes RI, 2005).

10. Faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan

bu-ibu dalam proses laktasi antara lain :

a. Persolaan dan kesulitan fisik seperti kelainan puting susu, terlalu besar

atau kecil sehingga menyulitkan bagi bayi menghisap

b. Hubungan dalam keluarga, ibu yang mempunyai keluarga-keluarga

yang harmonis akan mempengaruhi psikologi ibu sehingga

memperlancaar proses laktasi.

17
18

c. Pengalaman masa kanak-kanak pada ibu yang huruk akan

mempengaruhi psikologi ibu dalam menyusui anaknya begitu pula

sebaliknya.

d. Riwayat kehamilam, bila kehamilan tersebut sangat diharapkan oleh

ibu maka akan memmpengaruhi keinginan ibu dalam menyusui

anaknya.

e. Dukungan emosional dalam masa post natal, dukungan suami dan

kelaurga membantu dalam proses laktasi sekaligus mengatasi maslah

yang timbul

f. Nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat, adat istiadat setempat akan

mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayi.

11. Usaha agar menyusui scara eksklusif berhasil

Usaha yang dilakuak antara lain : memberikan penyuluhan yang

intensif dan memberikan kepercayaan dan kebanggaan pad ibu bahwa dia

mampu menyusui bayinya, jangan memberikan dot karena akan terjadi

bingung puting pada bayi, berikan susu dengan sendok, memerlukan

kesabarab yang lebih untuk menghasilkan yang lebih baik dan bayi yang

sakit tetap diberikan.

18
19

B. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan ASI Eksklusif

Menurut Retno (2013), pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada

kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak faktor yang

mempengaruhi kegagalan ibu memberikan ASI nya secara eksklusif baik dari

dalam maupun dari luar.

Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang dibuat

ibu. Selama ini ibu merupaka figur utama dalam keputusan untuk memberikan

ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh banyak

faktor dari dalam dan dari luar diri ibu (Widiastuti, 2009).

Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain

Pengetahuan ibu, umur, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, paritas dan

kondisi kesehatan ibu. Sementara itu faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal

antara lain pendapatan keluarga, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu

formula yang intensif, keyakinan keliru yang berkembang dimasyarakat dan

kurangnya penerangan dan dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan maupun

orang terdekat ibu seperti, ibu, mertua, suami dan lain-lain (Widiastuti, 2009).

1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu

sendiri, meliputi ;

a. Faktor Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk

menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap

19
20

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI

eksklusif .

b. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian

ASI eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif

pada bayi. Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal

Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI

eksklusif , kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian

jika tidak memberikan ASI eksklusif .

c. Faktor Sikap/Perilaku

Menurut Rusli(2005), dengan menciptakan sikap yang positif

mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian

ASI secara esklusif.

d. Faktor psikologis

1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika).

Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak

penampilan, dan khawatir dengan menyusui akan tampak menjadi tua.

2) Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi

sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama

menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

20
21

e. Faktor Fisik ibu

Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah

karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama.Sebenarnya jarang sekali ada

penyakit yang mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui.Lebih jauh

berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa makanan buatan daripada

membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

f. Faktor Emosional

Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu.

aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh

pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat

menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut,

gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan

mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran

ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan

menyayangi bayi; memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang

menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan

pengeluaran ASI.

2. Faktor Ekternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan,

maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi ;

a. Faktor Peranan Ayah

Menurut Akhmadi (2011), dari semua dukungan bagi ibu

menyusui dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi

21
22

ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI

khususnya ASI eksklusif dengan cara memberikan dukungan secara

emosional dan bantuan-bantuan yang praktis. Untuk membesarkan

seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui seperti

menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah,

mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di taman,

memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas

tadi dapat dikerjakan oleh ayah.

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui,

terutama untuk ASI eksklusif . Dukungan emosional suami sangat berarti

dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah

yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari

keluarga terdekat, orangtua atau mertua. Ayah juga harus berperan dalam

pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan

membantu meringankan pekerjaan istri.

Ayah yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut

breastfeeding father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak

lebih dari sepuluh orang diantaranya tidak dapat menyusui bayinya

karena alasan fisiologis. Jadi, sebagian besar ibu dapat menyusui dengan

baik. Hanya saja ketaatan mereka untuk menyusui eksklusif 4-6 bulan dan

dilanjutkan hingga dua tahun yang mungkin tidak dapat dipenuhi secara

menyeluruh. Itulah sebabnya dorongan ayah dan kerabat lain diperlukan

22
23

untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan kemampuan menyusui

secara sempurna (Roesli, 2005).

b. Perubahan sosial budaya

1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan

adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan

masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya

menyusui.

Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan

hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”. Dengan demikian

ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap

beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI

perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang

memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara

eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2005).

2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu

botol.

Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa

dampak terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya

pandangan bagi kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat

bayi dan merupakan makanan yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh

23
24

gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk meniru orang lain, atau

prestise.

3) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru

mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air

susu buatan sebagai jalan keluarnya.

c. Faktor kurangnya petugas kesehatan

Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi

kesehatan, menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau

dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada

masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

d. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang

memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran

perilaku dari pemberian ASI ke pemberian Susu formula baik di desa

maupun perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung

terus, dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar

melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik

sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu,

sehingga tertarik untuk coba menggunakan susu instan itu sebagai

24
25

makanan bayi. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi,

menyebabkan daya hisap berkurang, karena bayi mudah merasa kenyang,

maka bayi akan malas menghisap putting susu, dan akibatnya produksi

prolactin dan oksitosin akan berkurang.

e. Pemberian informasi yang salah

Pemberian informasi yang salah, justru datangnya dari petugas

kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu

kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk

meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan

meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah

dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah

kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2

tahun atau lebih.

f. Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin (praktik IMD)

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui

segera atau sedini mungkin setelah lahir.Namun tidak semua persalinan

berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.IMD

disebut early initation atau permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai

menyusui sendiri segera setelah lahir. Keberhasilan praktik IMD, dapat

membantu agar proses pemberian ASI eksklusif berhasil, sebaliknya jika

IMD gagal dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya

pemberian ASI eksklusif .

25
26

C. Pengetahuan

1. Definisi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), terdapat 6 tingkatan pengetahuan yang

dapat dicapai dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang dapat mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

mendefinisikan, menguraikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

26
27

materi tersebut secara benar, harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, seperti

penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

g. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan teori

atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih terdapat keterkaitan antara satu

sama lainnya. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan

sebagainya. Analisis merupakan suatu kemampuan untuk

mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

h. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formasi baru dari

informasi-informasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat

menggunakan, dapat meringkat dan dapat menyelesaikan terhadap suatu

teori atau rumusan yang telah ada.

i. Evaluasi (Evaluation)

27
28

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin di ukur dari subjek peneliti atau responden.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), cara memperoleh pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Cara Tradisional

Cara tradisional digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematis dan logis. Cara-cara tradisional dalam

memperoleh pengetahuan adalah :

1) Cara Coba-Coba (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan biasanya

diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

28
29

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengadung maksud bahwa pengalaman merupakan

sumber pengetahuan

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia ikut mengalami perkembangan. Sehingga manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya.

b. Cara Modern

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis,

logis dan ilmiah merupakan metode penelitian alamiah atau lebih

dikenal dengan metodologi penelitian Research Methodology.

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam, pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diimterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil Presentase 76% - 100%

2) Cukup : Hasil Presentase 56% - 75%

3) Kurang : Hasil Presentase <56%

29
30

D. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tetutup. Sikap

secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu.

Alport (1954), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok

yaitu : Kepercayaan (Keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek kehidupan

emosional terhadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini scara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini., pengetahuan, berfikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

1. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek ) mau dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan.

3. Menghargai (Valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

30
31

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap secara langsung dan tidak langsung sehubungan

dengan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif dengan menggunkan

lembaran kuesioner dilakukan hanya sebatas tahu saja.

E. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pemberian ASI Eklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan

minuman baik susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih. Menurut data pada

tahun 2010 yang diambil pada data Riset Kesehatan Dasar, persentase bayi yang

mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah 15,3%. Kendala ini disebabkan

karena kurang nya pengetahuan ibu, Sikap ibu, kurangnya dukungan dari

lingkungan dan praktisi kesehatan, pemberian makanan dan minuman terlalu dini

serta maraknya promosi susu formula untuk bayi (Mariane Wowor, 2013)

Prilaku ibu menyusui eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor predisposisi yang meliputi umur, paritas, pendidikan, sikap dan faktor

pendorong yaitu peran keluarga, peran tokoh masyarakat dilingkungan ibu dan

peran aparat pemerintah (Lea dan Febinger, 2004)

Menurut Sri haryati (2006), Sikap atau attitude merupakan pola perilaku,

kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial

atau secara sederhana, sikap juga merupakan respon terhadap stimulasi sosial

yang telah terkondisikan .

31
32

Pengetahuan yang baik dari ibu tentang ASI eksklusif akan berpengaruh

terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Ibu yang

mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif mempunyai

kemungkinan yang lebih besar dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayinya sampai usia 0 – 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan.

Sikap ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya dipengaruhi oleh

pendidikan seperti pendidikan non formal misalnya penyuluhan tentang ASI

eksklusif yang disampaikan oleh tenaga kesehatan atau kader di posyandu.

Berdasarkan kenyataan yang diperoleh penelitian di lapangan selama ini

mereka jarang mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan atau kader

posyandu, pengetahuan yang mereka miliki hanya didapat dari media televisi dan

radio.ASI eksklusif sangat diperlukan oleh bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan anak, karena menurut penelitian anak yang tidak diberi

ASI secara eksklusif mempunyai IQ lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak

yang di beri ASI secara eksklusif.

Menurut Joice M Laoh (2013). Keberhasilan ibu dalam pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi atau terbentuk dari persepsi yang timbul dari tingkat

pengetahuan.Terbentuknya perilaku ini dimulai dari domain kognitif

(Pengetahaun) dalam arti ibu memahami tentang pemberian ASI pada bayi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi

terbentuknya tindakan seseorang atau perilaku yang didasari oleh pengetahuan

32
33

akan bersifat labih langgeng long lasting dibandingkan dengan perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan .

Rendahnya pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu banyak yang

bersikap kurang mendukung pemberian ASI. Hal ini salah satunya disebabkan

karena pengaruh dari lingkungan sekitar. Dimana lingkungan sekitar sangat

mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan yang terbaik. Karena pada

zaman sekarang ini semakin banyak promosi susu formula yang dianggap praktis

oleh ibu-ibu (Widiyanto. S, 2011).

F. Kerangka Konseptual

Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan Ibu

ASI Eksklusif

Sikap Ibu

Bagan 1. Kerangka Konseptual

33
34

G. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional


No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur ukur
1. Pengetahuan Seluruh informasi Menyebarkan Kuesioner 0 : Kurang, jika Ordinal
Ibu yang diketahui ibu kuesioner hasil
tentang ASI persentase
Esksklusif. <56%
Meliputi :
Pengertian ASI, 1 : Cukup, jika
Pengertian ASI hasil
Eklusif, persentase
Pengetahuan 56%-75%
mengenai
Kolostrum , 2 : Baik, jika
Manfaat ASI, Zat– hasil
zat yang persentase
terkandung dalam >76%-100%
ASI

2. Sikap ibu Reaksi atau respon Menyebarkan Kuesioner 0: Tidak Ordinal


dari ibu baik kuesioner mendukung
positif maupun Jika skor jawaban
negatif tentang < median
pemberian ASI
Esksklusif. 1.:Mendukung
Mendukung Jika skor
dengan jawaban S Jawaban≥ median
dan SS.
Tidak mendukung
dengan jawaban
TS dan STS

3 ASI Memberi ASI saja Menyebarkan Kuesioner 0: Tidak Nominal


eksklusif tanpa memberikan kuesioner memberikan ASI
makanan dan eksklusif
minuman lain
kepada bayi sejak 1: memberikan
lahir sampai bayi ASI eksklusif
berusia 6 bulan
kecuali obat /
vitamin (air putih
untuk minum
obat)

34
35

H. Hipotesis

1. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

Ha : Ada hubungan Pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

2. Ho : Tidak ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif

pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

Ha : Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi

di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Talang Rimbo

Lama Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong dan penelitian

ini dilaksanakan dari tanggal 03 Agustus s/d 29 Agustus 2017.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Survey analitik penelitian dilakukan

untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

kemudian melakukan korelasi antara faktor resiko dengan faktor

efek.Dengan pendekatan cross sectional study penelitian mempelajari

dinamika korelasi antara faktor resiko dan faktor efek melalui pendekatan,

observasi serta pengumpulan data dilakukan sekali waktu pada saat yang

bersamaan.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi

berumur 6-12 bulan di wilayah puskesmas Talang Rimbo Lama 204

orang.

38
39

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik

Simple Random Sampling, yaitu setiap anggota atau unit dari populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk diseleksi dengan sampel,

dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana mengundi

anggota populasi (Lottery Technique). Menurut Notoadmojo(2005),

teknik penentuan sampel untuk populasi dapat menggunakan formula

sebagai berikut :

N
𝑛=
1 + N(𝑑 2 )

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah Sampel

d = Presisi / ketepatan yang diinginkan 10%

N
𝑛=
1 + N(𝑑 2 )

204
𝑛=
1 + 204(0,12 )

204
𝑛=
3,04

𝑛 = 67,1

𝑛 = 67.

39
40

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan peneliti dari subjek

penelitian.Diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuesioner).

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mengumpulkan data tentang

jumlah ibu menyusui yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan diperoleh

dari data Register ibu menyusui Puskesmas Talang Rimbo Lama.

E. Teknik Pengolahan Data

Data dan kuesioner yang telah terkumpul selanjutnya diolah kembali,

adapun langkah – langkah yang digunakan dalam pengolahan data adalah

sebagai berikut:

1. Editing

Kegiatan untuk melihat atau mengoreksi data yang terkumpul

untuk mengetahui apakah sesuai seperti apa yang diharapkan atau

belum.

2. Coding

Kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Hasil yang ada dalam bentuk yang telah

40
41

ringkas dengan cara menggunakan kode-kode untuk mempermudah

dalam penelitian.

3. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing

Kegiatan memasukan jawaban dari masing-masing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) kedalam program atau

Software computer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Kegiatan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

F. Tehnik Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti, baik variabel bebas dan

variabel terikat.Dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan hubungan

pengetahuan dan sikap ibudenganpemberian ASI eksklusif pada bayi

di Wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lamadengan menggunakan uji

41
42

Chi-square(χ2), Untuk mengetahui keeratan hubungannya, digunakan

uji Contingency Coefficient (C).

42
43

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Puskesmas Talang Rimbo Lama merupakan Puskesmas di daerah yang

tidak jauh dari perkotaan dengan jarak tempuh ±8 km dari ibu kota kabupaten

Rejang Lebong, dengan jumlah desa binaan sebanyak 2 ( dua ) desa dan 2 (dua )

kelurahan. Jumlah penduduk 11.322 jiwa. Fasilitas penunjang kesehatan yang

dimiliki puskesmas Talang Rimbo Lama antara lain Puskesmas induk 1 buah

dengan jumlah pegawai 31 orang, Puskesmas Pembantu 4 buah, dan Posyandu

11 buah serta Bidan Desa 8 orang.

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Dari hasil pengolahan data penelitian hubungan pengetahuan dan sikap

ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang

Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017, berikut disajikan hasil

analisis univariat dalam bentuk tabel dan narasi.

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan umur

Jumlah Persentase
Umur (tahun)
(orang) (%)
a. 20-25 27 40.30
b. 26-30 25 37.31
c. 31-35 11 16.42
d. 36-40 4 5.97
Total 67 100

43
44

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Jumlah Persentase


pendidikan (orang) (%)
a. SD 6 8.96
b. SMP 15 22.39
c. SMA 33 49.25
d. Diploma III 1 1.49
e. S1 11 16.42
f. S2 1 1.49
Total 67 100

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

Jumlah Persentase
Jenis Pekerjaan
(orang) (%)
Pekerjaan
a. IRT 56 83.58
b. PNS 3 4.48
c. Swasta 7 10.45
d. Petani 1 1.49
Total 67 100

Dari tabel 2, 3, dan 4 diketahui bahwa dari 67 orang responden


yang memiliki karakteristik umur dengan rentang antara 20-25 tahun
yaitu sebanyak 27 orang (40,3%), tingkat pendidikan responden
sebanyak 33 orang (49,25%) dengan pendidikan SMA, sedangkan
berdasarkan pekerjaan responden hampir seluruh responden atau
sebanyak 56 orang (83,56%) memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga (IRT).

44
45

b. Variabel Penelitian

Tabel 5
Variabel Penelitian Tingkat Pengetahuan

Persentase
Variabel Frekuensi
(%)

Tingkat Pengetahuan
a. Baik 35 52,2
b. Cukup 24 35,8
c. Kurang 8 11,9
Total 67 100

Tabel 6
Variabel Penelitian Sikap Reponden

Persentase
Variabel Frekuensi
(%)
Sikap Responden
a. Mendukung 47 70,1
b. Tidak Mendukung 20 29,9
Total 67 100

Dari Tabel 5 dan 6 dapat diketahui bahwa dari 67 orang

responden sebagian besar atau sebanyak 35 orang (52,2%) memiliki

pengetahuan yang baik terhadap pemberian ASI ekslusif dan hanya

sebagian kecil responden atau sebanyak 8 orang (11,9% ) yang

memiliki pengetahuan kurang terhadap pemberian ASI ekslusif.

Sikap responden terhadap pemberian ASI ekslusif menunjukkan

sebagian besar atau sebanyak 47 orang (70,1%) mendukung terhadap

45
46

pemberian pemberian ASI ekslusifdi wilayah Puskesmas Talang

Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada

bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017

Tabel 7
Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017

Memberikan Asi
Ekslusif
Tingkat p-
Ya Tidak Total X2 C
pengetahuan Ibu value
f % f %
Kurang 2 25,0 6 75,0 8

Cukup 7 29,2 17 70,8 24


0,00 25,430a 0,5
Baik 31 88,6 4 11,4 35

Jumlah 40 27 67

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 8 ibu dengan

pengetahuan kurang terdapat 6 orang ibu yang tidak memberikan ASI

Eksklusif dan 2 orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 24 ibu

dengan pengetahuan cukup terdapat 17 orang ibu yang tidak

memberikan ASI Eksklusif dan 7 orang ibu yang memberikan ASI

Eksklusif, sedangkan dari 35 ibu dengan pengetahuan baik terdapat 4

orang ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 31 orang ibu

46
47

yang memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Talang

Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong.

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan

pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Rimbo

Lama Kabupaten Rejang Lebong uji Chi-Square (Pearson Chi-

Square). Hasil uji Pearson Chi-Square didapat sebesar 25,430 dengan

nilai asymp.sig (p)=0,000. Karena nilai p<0,05 maka ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Rimbo Lama

Kabupaten Rejang Lebong.

Keeratan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Rimbo Lama

Kabupaten Rejang Lebong dilihat dari nilai Contingency Coefficient

(C). Nilai C didapat sebesar 0,525. Karena nilai tersebut mendekati

nilai Cmax =0,707 maka hubungan tersebut dikatakan kategori erat.

b. Hubungan Sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di

wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017

47
48

Tabel 8
Hubungan Sikap Ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di
wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017

Memberikan Asi Ekslusif


Siikap Ya Tidak Total p-value X2 C
F % F %
Mendukung 38 80,9 9 19,1 47

Tidak Mendukung 2 10,0 18 90,0 20 0,00 26,402a 0,5

Jumlah 40 27 67

Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 47 orang

responden yang memiliki sikap mendukung terdapat 38 orang

memberikan ASI eksklusif pada bayi, sedangkan dari 20 orang

responden yang memiliki sikap tidak mendukung terdapat 18 orang

tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya diwilayah kerja

Puskesmas Talang Rimbo Lama

Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0,00 (α < 0,05)

berarti ada hubungan antara sikap responden terhadap pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun

2017, dengan nilai keeratan hubungan berdasarkan nilai Contingency

coefficient diperoleh sebesar 0,5, hal ini menunjukkan keeratan

hubungan variabel sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI

eksklusif termasuk dalam kategori sedang.

48
49

B. Pembahasan

1. Pembahasan Univariat

a. Gambaran Pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif

pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017

Dari 67 ibu menyusui terdapat 35 (52,2%) ibu menyusui di wilayah

Puskesmas Talang Rimbo memiliki pengetahuan yang baik terhadap

pemberian ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan yang baik ini mengindikasikan

bahwa ibu menyusui telah memiliki informasi terhadap pentingnya pemberian

ASI ekslusif terhadap bayinya

Pengetahuan mengenai pemberian ASI ekslusif yang diperoleh ibu

menyusui tersebut diduga dapat berasal dari banyak sumber, antara lain dari

tenaga kesehatan di puskesmas, media massa atau media sosial, atau dari

komunikasi yang dilakukan sesama responden ibu menyusui tersebut.

Mengingat pekerjaan ibu menyusui tersebut didominasi oleh ibu rumah

tangga, maka peluang untuk berkomunikasi antar responden akan lebih besar.

Selain itu, tingkat pendidikan yang didominasi oleh lulusan SMA dan

perguruan tinggi diduga juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi

pengetahuan responden.

Peran tenaga kesehatan dalam memberikan konseling dan penyuluhan

kepada ibu sewaktu masa kehamilan sehubungan dengan pentingnya

pemberian ASI eksklusif memberikan pengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

49
50

Hal ini sejalan dengan teori menurut Kemenkes, 2016 yang

menyatakan bahwa Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan

pemberian ASI eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI

eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante

Natal Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI

eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika

tidak memberikan ASI eksklusif

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pendidikan

seseorang berhubungan dengan kehidupan sosialnya. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka ia akan lebih memperhatikan masalah

kesehatannya. Oleh sebab itu, ibu dengan pendidikan tinggi akan cenderung

memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif, dan sebaliknya ibu

yang memiliki pendidikan rendah cenderung sulit untuk menyerap informasi

salah satunya pengetahuan tentang ASI Eksklusif sehingga menyebabkan

sikap tidak perduli terhadap program kesehatan

b. Gambaran Sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi

di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017

50
51

Selanjutnya dari 67 ibu menyusui terdapat 47 (70,1%) ibu menyusui

mendukung terhadap pemberian ASI ekslusif di wilayah Puskesmas Talang

Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017.

Sikap mendukung pada ibu menyusui terhadap pemberian ASI

eksklusif di wilayah Puskesmas Talang Rimbo ini kemungkinan di sebabkan

oleh adanya peningkatan pengetahuan yang diperoleh ibu dari berbagai

sumber informasi yang mudah diperoleh dari berbagai media informasi yang

dapat diakses.

Adanya sikap yang tidak mendukung terhadap pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo di sebabkan

olehpengaruh dari lingkungan sekitar. Dimana lingkungan sekitar sangat

mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan yang terbaik. Karena

pada zaman sekarang ini semakin banyak promosi susu formula yang

dianggap praktis oleh ibu-ibu (Widiyanto. S, 2011)

Menurut Sri haryati (2006) Sikap atau attitude merupakan pola

perilaku, kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam

situasi sosial atau secara sederhana, sikap juga merupakan respon terhadap

stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

51
52

c. Gambaran ASI eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo


Lama Tahun 2017
Dari 67 ibu menyusui terdapat 40 orang (59,7%) memberikan asi

eksklusif terhadap bayinya di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama

Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017..

Baiknya pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah Puskesmas

Talang Rimbo ini disebabkan oleh adanya keterbukaan dan kemudahan

informasi yang dapat diperoleh ibu dan keluarga terkait pentingnya pemberian

ASI eksklusif kepada bayi. Selain itu dengan dengan ketersediaan tenaga

kesehatan di setiap desa dan kegiatan penyuluhan dalam rangka promosi

kesehatan oleh petugas puskesmas di wilayah Puskesmas Talang Rimbo

memudahkan bagi ibu untuk memperoleh bimbingan dan konseling pada saat

pemeriksaan kehamilan terkait dengan pemberian ASI eksklusif.

Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh widiastuti, 2009 bahwa

usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan laktasi antara lain :

memberikan penyuluhan yang intensif dan memberikan kepercayaan dan

kebanggaan pada ibu bahwa dia mampu menyusui bayinya, jangan

memberikan dot karena akan terjadi bingung puting pada bayi, berikan susu

dengan sendok, memerlukan kesabaran yang lebih untuk menghasilkan yang

lebih baik dan bayi yang sakit tetap diberikan ASI.

52
53

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di
wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017
Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 8 orang ibu

yang berpengetahuan kurang, terdapat 2 orang ibu yang memberikan Asi

Ekslusif dan 6 orang ibu yang tidak memberikan Asi Ekslusif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengetahuan kurang yang

memberikan Asi Ekslusif diketahui bahwa walaupun ibu dengan

pengetahuan kurang tetapi tetap memberikan Asi Ekslusif, ibu merasa

dengan memberikan Asi Ekslusif anak bayi jadi jarang terkena penyakit

disamping itu juga bisa menghemat uang karena bila membeli susu

formula harga nya sangat mahal.

Dari 24 orang ibu yang berpengetahuan cukup terdapat 7 orang ibu

yang memberikan Asi Ekslusif dan 17 orang ibu tidak memberikan Asi

Ekslusif. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengetahuan

cukup yang yang memberikan Asi ekslusif diketahui bahwahal ini dapat

dikarenakan walaupun ibu dengan pengetahuan cukup tetapi ibu

mengetahui semua kandungan zat gizi yang terkandung dalam Asi, karena

sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga jadi ibu selalu

mempunyai waktu untuk memberikan Asi kepada bayi nya dan ibu juga

mendapatkan informasi bahwa dengan memberikan Asi ekslusif kepada

53
54

anaknya bisa menjarakan kehamilan dan memperkecil kemungkinan untuk

terkena kankaer payudara.

Dari 35 orang ibu yang berpengetahuan baik terdapat 31 orang ibu

memberikan Asi Ekslusif kepada bayi nya dan 4 orang ibu tidak

memberikan Asi ekslusif kepada bayi nya.Berdasarkan hasil wawancara

dengan responden pengetahuan baik yang status gizi balitanya kurang

diketahui bahwa hal ini dapat terjadi karena pengetahuan yang dimiliki

terkadang tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu, hal ini

juga disebabkan karena balita sering mengalami sakit, sehingga meskipun

pengetahuan ibu sudah baik akan tetapi karena penyakit infeksi yang

diderita anak dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi, penyakit

yang spesifik dengan gangguan pertumbuhan anak seperti diare dan ispa

sehingga memerlukan perawatan khusus.

Dari hasil uji statistik Chi-Square (Pearson Chi-Square)

menunjukkan bahwa Ho diolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian Asi Ekslusif

pada bayi diwilayah kerja puskesmas talang rimbo lama.Hal ini

menunjukkan bahwa apabila semakin baik pengetahuan ibu maka semakin

besar kemungkinan ibu untuk memberikan Asi Ekslusif begitu juga

sebaliknya.

Sedangkan dari hasil uji Contingency Coefficient (C) dapat

dianalisa kategori hubungan dengan kategori sedang artinya pengetahuan

54
55

ibu merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan Pemberian Asi

Ekslusif pada bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mariani, 2013 dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan dan

Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas

Bahu Kota Manado tahun 2013, dimana hasil analisis bivariat diperoleh p

value = 0,000< 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa ada hubungan

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

Hasil penelitian ini juga sesuai teori yang menyatakan bahwa

pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI

eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif pada

bayi. Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care),

mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI eksklusif ,

kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak

memberikan ASI eksklusif, (Kemenkes RI, 2014)

b. Hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di


wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017
Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 20 orang

responden yang mempunyai sikap tidak mendukung pemberian Asi

ekslusif pada bayi , terdapat 2 orang ibu yang memberikan Asi Ekslusif

dan 18 orang ibu yang tidak memberikan Asi Ekslusif. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden yang mempunyai sikap tidak mendukung

55
56

dan memberikan Asi Ekslusif diketahui bahwa walaupun ibu dengan sikap

tidak mendukung tetapi tetap memberikan Asi Ekslusif, ibu mendapatkan

informasi dari teman, tetangga dan dari saudara nya dengan memberikan

Asi Ekslusif anak bayi jadi jarang terkena penyakit, bisa berhemat karena

tidak perlu membeli susu formula, produksi Asi ibu banyak sehingga

payudara terasa sakit bila tidak memberikan Asi kepada bayinya.

Dari 47 orang ibu yang bersikap mendukung terdapat 38 orang ibu

yang memberikan Asi Ekslusif dan 9 orang ibu tidak memberikan Asi

Ekslusif. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang bersikap

mendukung tetapi tidak memberikan Asi ekslusif diketahui bahwa hal ini

dikarenakan walaupun ibu bersikap mendukung pemberian Asi Ekslusif

tetapi ibu terkendala kesehatan ibu yang sering sakit sehingga produksi

Asi ibu menjadi tidak maksimal sehingga Asi yang diberikan kepada anak

nya hanya sedikit sehingga anaknya mempunyai status gizi kurang

Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0,00 (α < 0,05) berarti

ada hubungan antara sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif

pada bayi di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Tahun 2017, dengan

nilai keeratan hubungan berdasarkan nilai Contingency coefficient

diperoleh sebesar 0,5, hal ini menunjukkan keeratan hubungan variabel

sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif termasuk dalam

kategori sedang yang berarti walau pun ibu bersikap mendukung

kemungkinan ibu untuk tidak memberikan Asi ekslusif tetap ada.

56
57

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mariani, 2013 dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan dan

Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas

Bahu Kota Manado tahun 2013, dimana hasil analisis bivariat diperoleh p

value = 0,036 < 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa ada hubungan

sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto,S .dkk (2011), dengan judul

hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan

sikap terhadap pemeberian ASI eksklusif Tahun 2011, yang menyatakan

bahwa banyak ibu yang bersikap kurang mendukung pemberian ASI, hal

ini salah satunya disebabkan karena pengaruh dari lingkungan sekitar.

Dimana lingkungan sekitar sangat mempengaruhi seseorang untuk

mengambil keputusan yang terbaik. Karena pada jaman modern sekarang

ini semakin banyak promosi susu formula yang dianggap praktis oleh ibu-

ibu.

57
58

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan

dan sikap ibu dengan pemberiuan ASI eksklusif pada bayi diwilayah Puskesmas

Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sebagian besar (52,2%) ibu menyusui di wilayah Puskesmas Talang Rimbo

memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemberian ASI eksklusifdi

wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun

2017.

2. Sebagian besar responden (70,1%) memiliki sikap yang mendukung

terhadap pemberian pemberian ASI ekslusif di wilayah Puskesmas Talang

Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017

3. Sebagian besar responden (59,7%) memberikan ASI eksklusif terhadap

bayinya di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang

Lebong tahun 2017

4. Adanya Hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

di wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong

tahun 2017

58
59

5. Adanya Hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif di

wilayah Puskesmas Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong tahun

2017

B. Saran
1. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai bayi

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Talang Rimbo Lama agar dapat

mengikuti kegiatan seperti posyandu dengan teratur dan penyuluhan

kesehatan untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan yang

lebih baik tentang Asi Ekslusif.

2. Bagi Puskesmas Talang Rimbo Lama

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dalam memberikan informasi tentang Asi Ekslusif dan bagi pihak

puskesmas agar dapat lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada

masyarakat tentang Asi Ekslusif.

3. Bagi Akademik

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan baik oleh mahasiswa

STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu khususnya Program Studi Kesehatan

Masyarakat sebagai referensi dan literature bacaan di perpustakaan

STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu untuk menambah wawasan dan bahan

pembelajaran mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan

59
60

pemberian Asi Ekslusif diwilayah kerja Puskesmas Talang Rimbo Lama

Kabupaten Rejang Lebong.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang

diperoleh dalam perkuliahan sehingga penelitian hubungan pengetahuan

dan sikap ibudengan pemberian Asi Ekslusif diwilayah kerja Puskesmas

Talang Rimbo Lama Kabupaten Rejang Lebong dapat menjadi pengalaman

dan menambah wawasan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan di

masyarakat.

5. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan pada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut

dengan menggunakan metode penelitian, tempat penelitian, cara

pengukuran status gizi yang berbeda dan atau meneliti faktor lain yang

berhubungan dengan Asi Ekslusif seperti pengaruh promosi susu formula,

peran keluarga terhadap Asi Ekslusif.

60

Anda mungkin juga menyukai