Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Strategi Coping

Perilaku coping pada hakekatnya merupakan suatu perilaku yang dilakukan individu untuk
berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau
masalah yang muncul dihadapan individu (Chaplin, 2004). Perilaku coping ini merupakan
sebuah proses dinamis dari seluruh sumber daya yang dimiliki individu, entah itu suatu
perilaku maupun pikiran-pikiran yang dimiliki oleh individu, yang digunakan secara sadar
oleh individu untuk menyelesaikan dan mengatasi segala tuntutan-tuntutan tugas atau
masalah yang terjadi di dalam situasi yang menekan dan menegangkan. Maka dari itu, perlu
dibuat strategi agar coping tersebut berhasil dilaksanakan. Strategi agar coping berhasil
dapat disebut sebagai strategi coping.
Folkman (1984) mendefinisikan strategi coping secara terperinci, dimana strategi coping
merupakan sebuah bentuk usaha kognitif serta perilaku yang dilakukan oleh individu untuk
mengatur segala tuntutan-tuntutan baik itu dari dalam individu (internal) maupun dari luar
individu (eksternal) yang merupakan hasil dari hubungan individu dengan lingkungannya
yang dianggap mengganggu batas-batas yang dibuat dan dimiliki oleh individu tersebut.
Coyne, dkk (1981) menyatakan bahwa coping merupakan segala bentuk usaha, baik itu
kognitif maupun perilaku, yang memiliki tujuan untuk mengelola tuntutan lingkungan dan
internal, serta mengelola segala bentuk konflik yang mempengaruhi dan melampaui
kapasitas individu.
Rasmun (2004) berpendapat bahwa coping merupakan keadaan dimana seseorang yang
mengalami stress atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan
sehari-hari yang memerlukan sumber-sumber daya pribadi maupun dukungan dari
lingkungan sekitarnya, agar dapat mengurangi stress yang dihadapinya.
Cohen dan Lazarus (Folkman, 1984) menambahkan bahwa tujuan dilakukannya perilaku
coping oleh individu adalah untuk mengurangi dan jika bisa menghilangkan kondisi
lingkungan yang menyiksa bagi individu, menyesuaikan diri individu dengan segala
peristiwa maupun kenyataan yang negatif, mempertahankan keseimbangan emosi individu,
mempertahankan self-image individu yang positif, serta untuk meneruskan hubungan yang
memuaskan yang dimiliki individu dengan orang lain.
Maka dari itu, berdasarkan pendapat dari sejumlah para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa strategi coping adalah kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha spesifik yang dilakukan
oleh individu baik dalam bentuk kognitif maupun perilaku, entah itu disadari maupun tidak
disadari oleh individu tersebut, yang memiliki tujuan mengurangi hingga menghilangkan
segala bentuk ancaman yang muncul akibat dari masalah-masalah internal maupun
eksternal, menyesuaikan diri individu dengan kenyataan negatif, mempertahankan
keseimbangan emosi dan self-image positif individu, serta meneruskan hubungan yang
memuaskan yang dimiliki individu dengan orang lain.

Bentuk-Bentuk Strategi Coping


Lazarus & Folkman (Aldwin & Revenson, 1987) mengklasifikasikan strategi coping yang
digunakan menjadi dua yaitu:
a. Problem-Focused Coping (PFC)
Problem focused coping (PFC) merupakan strategi coping yang digunakan untuk
menghadapi masalah secara langsung melalui segala tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mengubah sumber-sumber stress. Stategi coping ini
memungkinkan individu membuat rencana dan tindakan lebih lanjut, berusaha
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi untuk memperoleh apa yang telah
direncanakan dan diinginkan sebelumnya. Pada strategi coping ini, individu akan
berpikir logis dan berusaha memecahkan permasalahan dengan positif .
b. Emotion/Ego-Focused Coping (EFC)
Emotion atau ego focused coping merupakan sebuah bentuk strategi coping untuk
meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stress), tanpa
dilakukannya sebuah usaha untuk mengubah suatu situasi tertentu yang menjadi
sumber stress secara langsung. Emotion atau ego focused coping memungkinkan
individu untuk melihat sisi kebaikan (hikmah) dari suatu kejadian, mengharap simpati
dan pengertian orang lain, atau mencoba melupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan hal yang telah menekan emosinya, namun hanya bersifat sementara (Folkman
& Lazarus, 1985).
Pengatasan masalah dengan menggunakan problem-focused coping biasanya bertujuan
untuk mengurangi hingga semaksimal mungkin tuntutan-tuntutan permasalahan yang
mendatangkan stress dan/atau memperbesar serta memperkuat sumber-sumber daya yang
dimiliki individu yang digunakan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan permasalahan
tersebut. Biasanya metode yang digunakan dalam strategi coping ini adalah metode
tindakan langsung. Sedangkan pengatasan stress dengan menggunakan emotion/ego-
focused coping biasanya bertujuan untuk mengendalikan segala tanggapan emosional
individu terhadap situasi stress. Pengendalian emosi ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan hal-hal negatif seperti menenggak minuman-minuman beralkohol atau
menggunakan obat-obatan terlarang, atau juga bisa dengan melakukan hal-hal positif
seperti berolahraga atau menceritakan pengalamannya kepada orang lain dan meminta
bantuannya. Cara lain yang dapat digunakan untuk menanganai stress lewat pengendalian
emosi adalah dengan melakukan perubahan persepsi atau pemahaman terhadap
permasalahan-permasalahan yang menyebabkan stress.
Dari berbagai bentuk tingkah laku yang dilakukan untuk menghadapi stress tersebut,
Taylor (dalam Smet, 1994) dengan berpedoman teori coping dari Folkman dan Lazarus
mengembangkan delapan (8) macam indikator strategi coping:

a. Dari problem focused coping, terdapat tiga macam yaitu:


1) Konfrontasi; individu berpegang teguh dan mempertahankan pendiriannya
serta mempertahankan pula apa yang diinginkannya, melakukan perubahan
situasi secara agresif dan munculnya keberanian untuk mengambil resiko.
2) Dukungan sosial; individu berusaha untuk mencari dan mendapatkan bantuan
dari orang lain, baik itu dari orangtua, keluarga, teman-teman, maupun
lingkungan masyarakat di sekitarnya.
3) Perencanaan pemecahan masalah; individu berpikir, merangkai dan menyusun
rencana untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Dari emotional focused coping, terdapat lima macam yaitu:
1) Kontrol diri; individu mengontrol dan menjaga keseimbangan serta menahan
emosi dirinya.
2) Membuat jarak; individu menjauhkan dirinya dari teman-teman bahkan
lingkungan sekitarnya.
3) Penilaian kembali secara positif; individu menerima masalah yang dihadapinya
dengan berpikir positif.
4) Penerimaan tanggung jawab; individu menerima tugas dan menanggung segala
hal terkait tugas tersebut dalam keadaan apapun saat menghadapi
permasalahan-permasalahan yang ada.
5) Melarikan diri atau penghindaran; menjauhkan diri dari segala permasalahan
yang ada.

Aspek-Aspek Strategi Coping


Carver (1989) menyebutkan bahwa terdapat sembilan aspek yang membentuk strategi
coping, antara lain:
1. Keaktifan diri. Merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
mengelabuhi segala penyebab stress atau memperbaiki akibatnya secara langsung.
2. Perencanaan. Merupakan suatu pemikiran tentang bagaimana mengatasi penyebab
stress, salah satunya dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang
berbagai langkah dan upaya yang perlu diambil serta dilaksanakan dalam menangani
masalah-masalah yang menyebabkan stress tersebut.
3. Kontrol diri. Dalam aspek ini, individu membuat batas keterlibatannya dalam
melakukan aktifitas-aktifitas kompetitif atau persaingan dan tidak bertindak secara
terburu-buru.
4. Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental. Dapat berupa nasihat, bantuan,
atau informasi.
5. Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional. Dapat melalui dukungan moral,
simpati atau pengertian.
6. Penerimaan. Segala masalah yang membuat seorang individu stress dan keadaan yang
memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut.
7. Religiusitas. Merupakansikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah
secara keagamaan, yaitu dengan mendekatkan diri dengan Tuhannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping


Menurut Lazarrus dan Folkman, terdapat enam (6) faktor yang mempengaruhi strategi
coping baik itu dari luar maupun dari dalam individu, yaitu:
a. Kesehatan Fisik
Usaha-usaha dalam mengatasi stress tentunya memerlukan tenaga yang cukup besar,
maka dari itu menjaga kesehatan fisik sangatlah penting untuk dilakukan.
b. Keyakinan atau Pandangan Positif
Keyakinan merupakan sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan
akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping
tipe problem-solving focused coping (PFC).
c. Keterampilan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan individu untuk mencari dan mengumpulkan
informasi, menganalisis situasi dan keadaan, mengidentifikasi masalah dengan tujuan
untuk menghasilkan berbagai alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan
alternatif-alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan individu untuk melakukan komunikasi dan
bertingkah laku dengan menggunakan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
atau norma yang berlaku di masyarakat.
e. Dukungan Sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada
diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan
lingkungan masyarakat sekitarnya.
f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya yang dimiliki individu yang dapat berupa uang, barang-
barang atau layanan-layanan yang biasanya dapat dibeli dan didapatkan oleh individu.

Anda mungkin juga menyukai