BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
pembayaran yang optimal. Wajib pajak pribadi atau badan akan dikenakan
tarif pajak yang merupakan persentase tertentu yang telah ditentukan dalam
peraturan pajak dalam menentukan jumlah pajak yang terutang. Lalu yang
dimaksud tarif pajak efektif atau effective tax rate (ETR) adalah persentase
tarif pajak yang berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak
tertentu (Waluyo, 2014). ETR didefinisikan sebagi rasio beban pajak untuk
tujuan laporan keuangan terhadap pendapatan sebelum pajak (Halperin dan
Sansing, 2005). Cash Effective Tax Rate (CETR) merupakan cara untuk
mengukur tax avoidance dengan rasio pembayaran pajak secara kas (cash
taxes paid) atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan (pretax income).
2.1.1.4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan,
karena tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/ keuntungan.
Keuntungan adalah hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang diambil
manajemen. Rasio keuntungan akan digunakan untuk mengukur keefektifan
operasi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan.
Rasio profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna laporan
tahunan, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba
merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek/sekuritas.
Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi
investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya
merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok.
Menurut Kasmir (2016), Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Penelitian ini menggunakan ROA untuk mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan, karena ROA menunjukkan efektifitas perusahaan
dalam mengelola aktiva baik modal sendiri maupun dari modal pinjaman,
investor akan melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola aset.
17
Gambar 2.1
Rumus Profit Margin on Sales
Gambar 2.2
Rumus Return On Assets
18
Gambar 2.3
Rumus Return on Equity
Gambar 2.4
Rumus Laba per Lembar Saham
Laba
Laba per Lembar Saham = X 100%
Saham yang beredar
2.1.1.5. Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Sedangkan dalam arti luas Kasmir (2016)
19
hak pemegang saham. Masalah antara manajemen dan pemilik modal ini
tentu saja menimbulkan biaya-biaya.
Seiring dengan konsep tersebut, terdapat beberapa pengertian untuk
memperjelas mengenai corporate governance. Menurut Fadhilah (2014)
memaparkan bahwa corporate governance adalah sebuah struktur, sistem,
dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka waktu yang cukup panjang.
Menurut Maharani dan Suardana (2014) corporate governance adalah
sutau mekanisme administratif yang mengatur tentang suatu hubungan-
hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham
dan kelompok kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-
hubungan ini ditunjukan dalam bentuk berbagai ketentuan dan sistem intensif
sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan
perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja
yang dihasilkan
Penerapan corporate governance sudah banyak diterapkan oleh
perusahan-perusahaan di seluruh dunia, termasuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Penerapan praktik corporate governance dalam Badan Usaha Milik
Negara diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-
MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik corporate governance pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan peraturan tersebut
dijelaskan bahwa corporate governance adalah:
“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya serta berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.”
Dari semua pengertian yang telah dijelaskan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa corporate governance yaitu :
1. Merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis
antara peran dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para
stakeholder lainnya.
21
b. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur,
sistem, dan pertanggung jawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. Salah satu implementasi prinsip ini yaitu
kewajiban untuk memiliki komisaris independen dan
komite audit serta memberdayakan fungsi pengawasan
dewan komisaris. Bila prinsip accountability ini
diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak
dan kewajiban, wewenang, tanggung jawab antara
pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan
adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar
dari agency problem (benturan kepentingan peran).
c. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah
kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Penerapan prinsip ini
dimaksudkan agar perusahaan menyadari bahwa dalam
kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan dampak
negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat.
d. Independency (Kemandirian)
Independensi adalah suatu keadaan dimana
perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapn
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Untuk meningkatkan independensi, maka perusahaan
23
e. Fairness (Kewajaran)
Kewajaran bisa didefinisikan sebagai perlakuan
yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip
fairness sangat diperlukan karena sering kali muncul
benturan kepentingan antara manajemen dan pemegang
saham maupun antara pemegang saham mayoritas dan
pemegang saham minoritas agar fairness dapat
diberlakukan secara efektif, maka harus adanya peraturan
perundang-undangan yang jelas, tegas, dan dapat
diterapkan secara konsisten.
3. Seketaris perusahan.
Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini
memadukan tentang karakteristik corporate governace
dari internal maupun eksternal. Karakteristik corporate
governance yang digunakan adalah dewan komisaris
independen dan kepemilikan institusional.
hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm).
Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan
(Machfoedz, 1994). Kategori ukuran perusahaan yaitu:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.
Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil
penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1Milyar/tahun.
Variabel Independen
Profitabilitas H1
Variabel Dependen
H2
Leverage
Penghindaran Pajak
Corporate Governance
H3
Kepemilikan Institusional
H4
Dewan Komisaris Independen H5
Ukuran
H6 Perusahaan
H7 H8 H9
Variabel Moderasi
Perusahaan yang besar biasanya akan memiliki utang yang besar juga,
menurut Dewinta dan Setiawan (2016) mengatakan, yaitu tingginya aktivitas
tax avoidance di perusahaan yang disebabkan karena perusahaan dengan
39
jumlah total aset yang relatif besar cenderung lebih mampu dan lebih stabil
dalam menghasilkan laba. Hal tersebut menimbulkan peningkatan jumlah
beban pajak sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan praktik tax
avoidance. Karena semakin besar ukuran perusahaannya, maka transaksi
yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan
perusahaan untuk memanfaatkan adanya celah-celah untuk melakukan
tindakan penghindaran pajak (tax avoidance ) dari setiap transaksi. Dengan
demikian, perusahaan besar lebih memiliki aktivitas operasi perusahaan yang
lebih banyak dan rumit sehingga dimanfaatkan dalam keputusan
penghindaran pajak (tax avoidance ). Jika dikaitkan dengan teori sinyal maka
perusahaan dapat mengatur utangnya dengan baik sehingga dapat membayar
pajak lebih sedikit dan memberikan sinyal baik pada pihak luar terhadap
perusahaan.
Dalam Penelitian Cahyono, Andini dan Raharjo (2016) menyatakan
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan
antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan. Rasio
leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan. Rasio leverage juga menunjukan risiko yang dihadapi
perusahaan. Seperti pada hasil penelitian Richardson dan Lanis (2007)
menyatakan bahwa ketika perusahaan lebih banyak mengandalkan
pembiayaan dari hutang daripada pembiayaan yang berasal dari ekuitas untuk
operasinya, maka perusahaan akan memiliki ETR yang lebih rendah. Hal ini
karena perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi, akan
membayar bunga pajak yang lebih tinggi sehingga membuat nilai ETR
menjadi lebih rendah atau dapat dikatakan perusahaan melakukan
penghindaran pajak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat penggunaan utang, semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin besar kebutuhan pendanaannya dan
perusahaan dapat melakukan utang untuk mendanainya. Jadi, utang akan
meningkat seiring bertambahnya ukuran perusahaan. Perusahaan yang lebih
40