Hubungan Industrial SDM Bella
Hubungan Industrial SDM Bella
HUBUNGAN INDUSTRIAL
DISUSUN OLEH:
HIOE NOVITA ALICE YUNARTO 16.D1.0062
CINDY NABILA SETIAWAN 16.D1.0077
AINYS HARDIMAN 16.D1.0099
EVITA UTOYO 16.D1.0123
TROY INDRA WIJAYA 16.D1.0125
EVITA SENJAYA 16.D1.0141
EVAN ADRIAN 16.D1.0156
Pengertian dasar hubungan industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk dianalisa
pelaku proses produksi barang dan jasa yaitu pekerja, pengusaha, dan pemerintah.
Jadi pekerja (luas), setiap orang yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan
pekerjaan, maupun di luar hubungan pekerjaan.
Buruh (dulu), orang yang bekerja di bawah perintah orang lain, dengan menerima upah
karena dia melakukan pekerjaan di perusahaan.
Di jaman penjajahan (feodal), buruh identik dengan pekerja kasar → Blue Collar (kuli
angkut, tukang montir, dan lain-lain. White Collar (administrasi, di belakang meja).
b. Serikat Pekerja: asosiasi para pekerja (para penerima upah) yang bersifat sukarela dan
berkesinambungan dan memiliki tujuan jangka panjang untuk melindungi para
anggotanya (para pekerja/buruh) dalam kerja maupun meningkatkan taraf hidup mereka
Di Indonesia : ada SPSI (pusat), di perusahaan ad SP SSP tertentu.
2. Pengusaha dan Organisasinya
a. Pengusaha, (dulu majikan): seseorang yang bebas memperkerjakan orang lain dengan
memberi upah untuk bekerja di perusahaannya.
b. Asosiasi Pengusaha: organisasi para pengusaha, sebagai wadah kesatuan para pengusaha
yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam usaha melalui kerja sama
yang terpadu, serasi antara pemerintah, pengusaha, pekerja.
Di Indonesia disebut APINDO, yang dulu bernama PUSPI (31 Januari 1952)
Hubungan industrial tidak hanya membahas masalah-masalah antar pekerja, pengusaha. Tetapi
lebih luas lagi, menyangkut masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lain-lain.
1. Syarat-syarat kerja
2. Pengupahan
3. Jam kerja
4. Jaminan sosial
5. Keselamatan dan kesehatan kerja
6. Masalah organisasi pekerja, organisasi pengusaha
7. Penyelamatan keluh kesah
8. Peraturan, persyaratan kerja
9. UU Ketenagakerjaan
10. Bi Partite / Tri Partite
Pekerja dinilai bukan dari hasil kerja tapi dari lamanya bekerja dan hasil kerja
kelompok.
Muncul dan tumbuhnya organisasi buruh tak dapat dilepaskan dengan proses
industrialisasi. Organisasi buruh tersebut berusaha mempengaruhi dan memperjuangkan hak-hak
para buruh dan hal-hal lain yang terkait seperti kondisi kerja, kebijaksanaan dan praktik
manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
Serikat buruh/serikat pekerja adalah asosiasi para penerima upah yang bersifat sukarela
dan berkesinambungan dan memiliki tujuan jangka panjang untuk melindungi para anggotanya
dalam bekerja maupun mengikatkan taraf hidup.
Teori revolusi, teori ini muncul dari pergerakan buruh sosialis dan komunis yang terkenal
dengan pandangannya “sejarah adalah tentang perjuangan kelas”. Kelas pekerja tercipta
oleh indrustrialisai. Mereka akan berusaha menciptakan dunia tanpa kelas-kelas dalam
masyarakat. Revolusi yang dipicu, dalam rangk merespon kesewenangan kepada
kapitalis.
Teori demokrasi indrustri, bahwa perkembangan serikat buruh dalam dalam hubungan
kerja indrustri sejajar dengan pertumbuhan demokrasi dalam pemerintahan.
Teori business unionism, teori ini lebih menggunakan aspek ekonomis daripada aspek
politis. Karyawan bersedia bergabung dalam serikat buruh agar dapat mewakili dalam
perudingan dan tawar menawar tentang syrat-syarat kerja,kondisinya,komtrak,dan
pengawasan hubungan kerja sehari-hari. Dibentuknya serikat buruh, lebih pada sarana
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Teori sosiopsikologis, menganggap bahwa serikat buruh adalah wadah untuk memenuhi
berbagai kebutuhan dan keinginan. Faktor pendorong/motivasi partisipasi buruh
disamping politis,ekonomis,juga kepuasan.
Teori perubahan, tujuan serikat buruh akan senatiasa berubah seiring dengan berubahnya
kondisi kerja dalam perusahaan dan perubahan masyarakat.
Selig Permas menyatakan bahwa gerakan buruh ditentukan oleh faktor berikut:
a) Resistensi pengusaha
Karena itu, progam serikat buruh selalu berubah sesuai dengan perubahan faktor-
faktor penentu.
Teori kemakmuran umum, para pemimpin serikat buruh beranggapan bahwa apa yang
baik bagi serikat buruh, bai pula bagi bangsa.
Teori labour marketing, kondisi kerja para pekerja banyak ditentukkan oleh kekuatan dan
pengaruh di pasaran tenaga kerja. Maka dari itu, serikat buruh berperan sebagai agen
ekonomi di pasaran tenaga kerja untuk menjaga keseimbangan permintaan dan
persediaan tenaga kerja.
Teori bargainning, upah ditentukkan oleh kekuatan tawar-menawar antara pekerja dengan
majikan. Menurut teori bargaining modern baik karyawan maupun majikan dalam masuk
ke pasar tenaga kerja tanpa harga yang pasti.
Teori oposisi loyal terhadap manajemen, teori ini menganjurkan serikat buruh untuk
menolak tanggung jawab manajemen. Karena serikat buruh berpandangan bahwa fungsi
manajemen adalah mengelola serikat buruh, mengawasi, mengendalikan kualitas
manajemen. Karena pihak manajemen dipaksa kerja sebaik baikny, terutama di bidang
pemakaian tenaga kerja.
a. Anti union shop: SB tak diakui oleh perusahaan dan menolak untuk memberikan
kerja kepada anggota SB
b. Open shop: majikan masih tetap belum mengakui dan berhubungan langsung
dengan buruh secara individual
g. Union shop: semua karyawan harus menjadi anggota SB. Majikan dapat
mempekerjakan orang-orang yang bukan anggota,tetapi setelah diterima harus
menjadi anggota SB
A. Pemogokan:
B. Pemagangan
C. Boikot
2. Jam kerja
3. Jaminan sosial
4. Pengakuan terhadap SB
7. Keluhan
- Hubungan Industrial
Tanggal 21-28 Oktober MPBI (Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia)
berseminar yang merupakan titik awal terbentukanya organisasi buruh tingkat
nasional yang tunggal.
Tanggal 24-26 Mei MPBI menyusun Deklarasi Persatuan Buruh Seluruh Indonesia
(FBSI)
- Periode setelah berdirinya FBSI
Denga lahirnya FBSI ide persatuan kesatuan FBSI bukan semata-mata persamaan
persepsi politis, tetapi lebih menekankan pada perjuangan sosial ekonomi.
Pada tahun 1983 Menteri Tenaga Kerja Sudomo merubah istilah buruh resmi
FBSI menjadi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia).
Menjelang berakhirnya rezim orde baru muncul organisasi pemburuh yang
dimotori oleh Moctar Pakpahan yaitu Serikat Buruh Sejahtera Indonesia. Ketikan
rezim orde baru tumbang eksistensi SBSI semakin nyata.
Hingga kini di jakarta (di tingkat nasional) telah beridir kurang lebih 20 serikat
kerja.
Berdasar 3 hal tsb Pemerintah orde baru bertekad mengembangkan suatu sistem
hubungan industrial sendiri yaitu HIP (Hubungan Industrial Pancasila).
Langkah yang diambil :
1. Menyatukan serikat pekerja dalam satu wadah (20 februari 1973)
2. Melaksanakan pertemuan besar dalam bentuk seminar (Des 1974) yang dihadiri
oleh wakil serikat kerja, pengusaha, pemerintah, dan cendekiawan universitas dan
menghasilkan konsensus :
a. Kesepakatan melakukan hubungan industrial yang berdasar pancasila.
b. Menetapkan pokok-pokok dari hubungan industrial pancasila
c. Melakukan seminar-seminar, lokarya, diskusi lanjutan untuk menjabarkan
pokok-pokok konsepsi hubungan pancasila.
Pada tahun 1978 lahir TAP MPR no II mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4).
Hubungan industrial telah mendapat dukungan kuat karena apa yang telah dirumuskan
hubungan industrial pancasila ternyata sangat sesuai dengan P4.
suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan jasa (pekerja , pengusaha, dan pemerintah ) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan
manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan UUD'45 yang tumbuh dan berkembang
di atas kepribadian bangasa dan kebudayaan nasional Indonesia.
hal ini dapat dicapai dengan penciptaan ketenangan ,ketentraman ,ketertiban ,kegairahan kerja
serta ketenangan usaha dan meningkatkan produksi dan kesejahteraan pekerja .
Ruang lingkup masalah adalah seluruh masalah yang berkaitan langsung atau tidak
langsung dengan hubungan para pekerja . contoh masalah : syarat-syarat kerja, upah kerja, jam
kerja, dan lain-lain.
Pengetahuan dan pengalaman sejarah adalah guru terbaik, Sejarah hubungan industrial
indonesia tidak dapat terpisah jauh dari sejarah perjuangan bangsa indonesia. Setelah Indonesia
Merdekan terdapat Perbedaan faham yang menyebabkan keanekaragaman baik dari sistem yang
dianut maupun dari praktik hubungan industrial sehari-hari , penyelesaian perbedaan pendapat
dengan jalan adu kekuatan antara pekerja dan pengusaha telah merupakan hal yang biasa terjadi.
Pada saat itu sukar sekali untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian antar pekerja dalam
hubungan industrial.
Pendekatan fahalah
Indonesia memilih Pancasila sebagai Fahalah yang merupakan pandangan hidup manusia
untuk mencapai kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan ,keserasian ,dan
keseimbangan dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Pancasila harus menjadi pedoman
bagi setiap anggota masyarakat dalam hidup bernegara dan bermasyarakat termasuk didalamnya
pekerja ,pengusaha . mereka merupakan pejuang dan merupakan bagian dari kekuatan nasional .
Pendekatan pembangunan
UUD 1945, sebagai landasan konstitusional. Hubungan Industrial Pancasila berlandaskan pula
pada UUD 1945 mulai pembukaan hingga penjelasan.
Ketetapan MPR No.11 Tahun 1978, sebagai landasan struktural dan operasional. Landasannya
adalah TAP MPR No. II Tahun 1978 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4).
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), sebagai landasan operasional. GBHN ditetapakan
setiap 5 tahun sekali, karena itu penyesuaian-penyesuaian dalam kebijaksanaan operasional perlu
diadakan paling lama 5 tahun sekali.
1. Pancasila sudah berurat nadi dalam kebudayaan Indonesia. Suatu kebudayaan yang
mengajarkan bahwa hidup manusia akan berarti dan akan mencapai kebahagiaan dan
keserasiaan dalam hidup manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dalam mengejar
kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rokhaniah.
2. Pancasila tumbuh dalam suatu proses yang amat Panjang yang mengandung nilai-nilai
persatuan dan kebersamaan. Nilai-nilai budaya di Indonesia akan berbeda dengan bangsa
lain karena Indonesia memiliki Pancasila dengan kekhasannya sendiri.
3. Budaya bangsa Indonesia adalah beraneka ragam, yang terdiri dari berbagai suku bangsa
namun merupakan suatu kesatuan budaya yang dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika.
Sama dengan Hubungan Industrial Pancasila dalam perusahaan, pengusaha dan pekerja
yang berbeda pendapat akan disatukan dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
4. Hubungan Industrial Pancasila merupakan tatanan yang tumbuh dan berkembang dalam
bangsa Indonesia serta merupakan hubungan antara pelaku dalam proses produksi barang
dan jasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung didalam sila Pancasila dan UUD 1945.
Sikap mental dan sikap sosial Hubungan Industrial Pancasila merupakan wujud pengamalan dari
kelima sila Pancasila. Berikut adalah hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam hubungan
industrial dan pengamalan sila Pancasila :
Berarti perintah dan amanat Tuhan harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Bekerja adalah
amanat Tuhan. Oleh karena itu maka kerja diakui sebagai pengabdian manusia sehingga
dalam hubungan kerja sifat yang dibenarkan menurut agama senantiasa menjadi
landasan.
Wujud pengamalan sila ini :
Mengakui persamaan derajat sebagai manusia, setiap pekerja dan pengusaha pasti
mempunnyai hak dan kewajiban yang berimbang.
3. Persatuan Indonesia
Wujud pengamalan sila ini :
Kemajuan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
a. Kondisi yang serasi antara pekerja dan pengusaha, hal ini memungkinkan
apabila kondisi pekerja cukup dan dilain pihak perusahaan dapat lestari
dan berkembang. Perusahaan juga perlu untuk meningkatkan biaya tenaga
kerja.
Untuk melaksanakan sikap mental, sikap sosial perwujudan Pancasila dan perilaku dalam
HIP maka setiap unsur perlu memperhatikan kepemimpinan Pancasila.
Peranan kepemimpinan dari semua unsur dalam HIP ini sangat tidak penting untuk
menghayati dan mengamalkannya secara nyata. Oleh karena itu, penonjolan sikap dan tindak
seorang pemimpin, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial yang
mencerminkan nilai-nilai moral Pancasila akan tetapi, memberikan pengaruh yang sangat besar
pada lingkungan kerja.
Semangat kekeluargaan adalah salah satu unsur penting dari kepemimpinan Pancasila.
Oleh karena itu, unsur pemerintah, pengusaha, dan unsur pimpinan serikat pekerja harus selalu
berpedoman pada semangat kekeluargaan ini dalam memecahkan masalah yang ada.
Setiap unsur perlu menghayati dan mengamalkan beberapa prinsip utama dan
kepemimpinan Pancasila, yaitu:
Pertama: Ing ngarso sung tulodo, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampu melalui
sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya panutan dari orang-orang dipimpinannya.
Kedua: Ing madyo mangun karso, yang berarti bahwa setiap pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat swakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
Ketiga: Tut wuri handayani, yang artinya bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong
orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan, berinisiatif, berprestasi, dan sanggup
bertanggung jawab.
Untuk mendukung ketiga prinsip utama di atas maka setiap unsur kepemimpinan dalam HIP
perlu memiliki sikap sebagai berikut:
a. Berwibawa, terutama karena integrasi pribadinya yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur
Pancasila;
b. Jujur dan terpercaya baik terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, dan terhadap
pelaksanaan tugas;
c. Bijaksana, mengayomi dan berani mawas diri;
d. Mampu melihat jauh ke depan;
e. Berani dan mampu mengatasi kesulitan;
f. Bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil;
g. Sederhana, penuh pengabdian terhadap tugas;
h. Berjiwa besar dan mempunyai sifat ingin tahu (sebagai suatu pendorong untuk
kemajuan).
Berikut ini dipaparkan mengenai penjabaran sikap mental dan sosial Hubungan Industrial
Pancasila sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila; yang kemudian
dilanjutkan dengan pelaku utama proses HIP.
Sikap Sosial
Untuk dapat mewujudkan hubungan yang dicita-citakan, diperlukan satu sikap sosial yang
mencerminkan persatuan nasional serta kesatuan, serta sifat kegotong-royongan, toleransi,
tenggang rasa, terbuka, bantu membantu dan mampu mengendalikan diri.
Sikap Mental
Untuk mewujudkan hubungan yang dicita-citakan disamping sikap sosial, diperlukan pula sikap
mental para pelaku proses produksi sebagai teman seperjuangan yang saling menghormati,
masing-masing mengerti kedudukan serta peranannya masing-masing, masing-masing
memahami hak dan kewajiban dalam keseluruhan proses produksi. Dengan demikian masing-
masing pihak dituntut mempunyai dan mengembangkan sikap mental sebagai berikut:
a. Hubungan Industrial Pancasila berperan dan berusaha mendorong dan timbul dan
berkembangnya sikap mental pekerja yang sesuai dengan Tridharma dan sikap mental
pengusaha “memanusiakan manusia”.
Pengusaha
a. Sikap mental pengusaha yang diinginkan oleh HIP adalah sikap mental “memanusiakan
manusia”, yaitu:
1.) Kesadaran bahwa pekerja itu adalah manusia yang mempunyai martabat, harkat, dan
harga diri.
2.) Kesadaran bahwa meningkatkan derajat, martabat, harga diri dan kesejahteraan
pekerja adalah merupakan kewajiban dan tugas kemanusiaan.
b. Pihak pengusah disamping diakui hak-haknya seperti hak miliki (walaupun mempunyai
fungsi sosial dalam penggunaannya), hak untuk dapat mengembangkan usaha serta laba
usaha, hak untuk mengelola modalnya, (walaupun kepentingan semua pihak dalam
masyarakat harus diperhatikan), juga kewajiban memberikan sahamnya serta konstruktif
terhadap peningkatan kesejahteraan pekerja serta membina asas-asas manajemen yang
baik, dalam rangka pembangunan nasional secara keseluruhan.
Pemerintah
Pihak pemerintah dalam hal ini, menempati posisi dan mempunyai peranan sebagai pengayom,
pembimbing, pelindung dan pendamai yang secara singkat berperan sebagai pengayom bagi
seluruh pihak dalam masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang tersebut dalam proses
produksi pada khususnya.
Dalam rangka mewujudkan suasana yang bernuansakan Hubungan Industrial Pancasila perlu
diciptakan sarana-sarana untuk itu mencapai tujuan tersebut.
a. Badan kerjasama, meliputi lembaga tripartitie yang unsur-unsur nya terdiri dari:
1.) Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja baik yang dipusat ataupun daerah
(Kantor Wilayah Propinsi dan Kantor Departemen di Kabupaten/Kota);
2.) Pengusaha dalam hal ini direpresentasikan oleh KADIN atau Asosiasi Pengusaha
Indonesia (APPINDO) baik dipusat atau di daerah provinsi;
3.) Pekerja (karyawan), dalam hal ini diwakili oleh Serikat Pekerja baik di pusat-pusat
ataupun di propinsi
b. Pembakuan hak dan kewajiban. Pembakuan hak dan kewajiban 2 pihak (pihak pekerja
dan pihak pengusaha) dapat diwujudkan melalui:
1.) Perjanjian kerja (antara pekerja dengan pengusaha;
2.) Peraturan perusahaan; dan
3.) Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
c. Mekanisme penyelesaian keluh kesah/perselisihan. Penyelesaian keluh kesah/perselisihan
perlu dicarikan mekanismenya, pertama kalau bisa dan lebih baik diselesaikan di dalam
perusahaan kedua, bila secara internal gagal dengan mengundang perantara dalam hal ini
pihak Depnaker. Ketiga, bila perantara juga tak berhasil baru diselesaikan melalui
peradilan apakah P4D dan selanjutnya P4P. P4P adalah singkatan Panitia Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan yaitu suatu lembaga yang akan menangani perselisihan
perburuhan dan PHK pada perusahaan swasta. Lembaga itu terdiri dari tingkat pusat
(P4P) berkedudukan di ibu kota negara (Jakarta), dan tingkat daerah (P4D) yang
berkedudukan di ibukota propinsi.
Keanggotaannya terdiri dari 3 unsur (5 orang pemerintah, 5 orang Apindo, dan 5 orang
dari kalangan pekerja).
d. Peraturan/perundang-undangan. Peraturan ataupun perundang-undangan adalah
pelindung hak-hak fundamental 2 pihak (pekerja maupun pengusaha) namun perlu
mendapatkan dukungan dan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.
Melalui peraturan dan perundang-undangan tingkat masing pihak akan merasa tenang
aman dan bebas dari tekanan-tekanan yang tak perlu.
e. Pendidikan dan penyuluhan. Suasana yang kondusif dalam hubungan industrial bisa pula
diciptakan melalui pendidikan maupun penyuluhan baik di tempat kerja maupun tempat
lainnya yang relevan.
f. Kegiatan-kegiatan yang bersifat kekeluargaan. Menciptakan suasana hubungan industrial
yang kondusif bisa juga dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
kekeluargaan seperti:
1.) Koperasi
2.) Olahraga
3.) Rekreasi
4.) Perayaan-perayaan HUT perusahaan
5.) Total Quality Control