SKRIPSI
Oleh:
EKO BUDI SUSILO
NIM. K2515026
Juli 2019
i
i
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal skripsi ini telah diseminarkan dan disahkan oleh Dosen Pembimbing I, Dosen
Pembimbing II, dan Koordinator Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universita Sebelas Maret pada :
Hari :………………..
Tanggal :………………..
Dengan,
NIM : K2515026
Judul Skripsi : Analisis Kualitas Repair Welding Metode MIG Dengan Perlakuan Preheating
Dan Variasi Arus Pengelasan Pada Cast Wheel Aluminium.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis selalu dalam keadaan sehat walafiat sehingga dapat menyelesaikan proposal yang
telah kami susun sedemikian rupa berdasarkan bukti-bukti yang ada dan referensi dari berbagai
sumber. Keberhasilan penulisan proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan dari berbagai
pihak baik itu secara individu maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang
tulus dan ikhlas dari pembimbing, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Indah Widiastuti, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik
Mesin.
2. Bapak Budi Harjanto, ST., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu memberikan
arahan dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi.
3. Bapak Dr. Suharno, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu memberikan
arahan dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi.
4. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa.
5. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dan memberi arahan demi terselesaikan
proposal ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan yang terdapat
di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun
demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain pada masa-masa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………………… 3
C. Pembatasan Masalah……………………………………………………………... 4
D. Perumusan Masalah……………………………………………………………… 4
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………. 5
F. Manfaat Penelitian………………………………………………………………... 5
BAB II……………………………………………………………………………………... 6
A. Kajian Pustaka……………………………………………………………………. 6
B. Penelitian Relevan………………………………………………………………… 28
C. Kerangka Berfikir………………………………………………………………… 30
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………………………….. 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses pengelasan las MIG (Metal Inert Gas)…………………………… 8
Gambar 2.2. Proses pemindahan sembur pada las MIG………………………………. 8
Gambar 2.3. Rangkaian mesin las MIG……………………………………………….. 10
Gambar 2.4. Mesin las MIG…………………………………………………………… 10
Gambar 2.5. Bagian-bagian Utama Wire Feeder………………………………………. 11
Gambar 2.6. Welding gun las MIG…………………………………………………….. 11
Gambar 2.7. Cilinder dan dan Regulator Gas Pelindung………………………………. 12
Gambar 2.8. Bentuk bentuk pipa kontak………………………………………………. 12
Gambar 2.9. Nozzel gas pelindung…………………………………………………….. 13
Gambar 2.10. Penyetelan wire feeder………………………………………………….. 13
Gambar 2.11. Elektroda aluminium…………………………………………………… 14
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Ketentuan umum penyetelan besaran arus dan tegangan berdasarkan
Diameter kawat elektroda……………………………………………… 19
Tabel 2.2. Daftar Seri Paduan Aluminium Wrought All…………………………… 20
Tabel 2.3. Daftar Seri Paduan Aluminium Cast Alloy……………………………... 21
Tabel 3. 1. Waktu Penelitian……………………………………………………….. 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
Cast Wheel Aluminium (Velg) merupakan salah satu komponen penyusun kendaraan
bermotor yang berfungsi sebagai roda dan penambah nilai pada kendaraan bermotor. Cast Wheel
aluminium didapatkan dari proses pengecoran menggunakan bahan dasar aluminium dengan
berbagai metode, seperti grafity, tilting, ataupun low pressure die casting. Cast Wheel Aluminium
(Velg) kendaraan mempunyai resiko kerusakan baik penyok, retak dan patah. Jika kondisi
kerusakan velg tidak cukup parah, maka opsi repair welding atau pengelasan ulang dapat dipilih
untuk menghindari pengeluran yang lebih besar.
pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan
logam yang kontinu.
Teknik pengelasan MIG (Metal Inert Gas) adalah jenis pengelasan yang biasa digunakan
dalam pengelasan aluminium. Las MIG (Metal Inert Gas) merupakan pengelasan dengan
menggunakan kawat las pengisi yang juga berfungsi sebagai elektroda yang diumpankan secara
terus-menerus. Busur listrik terjadi antara kawat pengisi dan logam induk. Gas pelindung yang
digunakan adalah gas argon, helium atau campuran keduanya (Wiryosumarto, 1996: 20). Las MIG
biasa dipakai untuk mengelas baja karbon dan juga sangat baik dipakai untuk mengelas baja tahan
karat atau stainless steel dan mengelas logam-logam lain yang afinitasnya terhadap oksigen sangat
besar seperti aluminium dan titanium (Sonawan, 2003: 4).
Pemanasan awal pada proses pengelasan perlu dilakukan untuk mencegah material yang
digunakan mengalami perubahan temperature secara tiba-tiba dan dapat mengakibatkan crack dan
melebarnya daerah HAZ yang terkena api las. Menurut AWS (American Welding Society)
preheating adalah panas yang akan diberikan kepada logam yang dilas untuk mendapatkan dan
memelihara preheat temperature. Sedangkan preheat temperature sendiri didefinisikan dengan
suhu dari logam induk (base metal) di yang berada sekitar area yang akan dilas, sebelum
pengelasan itu dimulai. Prinsipnya adalah pemanasan yang dilakukan di area pengelasan
diusahakan harus merata agar didapatkan hasil yang maksimal dan tidak mengakibatkan tegangan
sisa dan distorsi.
Hasil penelitian sebelumnya tentang analisis struktur hasil repair welding tentang sifat fisik
dan mekanik pada cast wheel aluminium dengan metode pengelasan MIG menerangkan bahwa
tingkat kekerasan pada raw material adalah 57,56 kgf/mm2 , sedangkan pada daerah las memiliki
tingkat kekerasan 44,20 kgf/mm2,sedangkan pada daerah HAZ 37,73 kgf/mm2 dan memiliki
tingkat kekuatan impak sebesar 0,118 J/mm2 pada raw material sedangkan pada hail pengelasan
0,067 J/mm2 (Andoko : 2012). Hasil penelitian lainnya tentang kualitas repair welding metode
MIG dengan perlakuan preheating pada cat whell aluminium, memiliki nilai rata-rata kekerasan
sebesar 550,31 HBN pada daerah HAZ, raw material sebesar 466,26 HBN dan pada bagian lasan
sebesar 455,03 HBN. Hal ini menunjukan bahwa filler yang digunakan sudah mendekati logam
induk velg. Nilai hasil impak hasil pengelasan dengan metode MIG sebesar 0,047 J/mm2
3
sedangkan pada raw material adalah 0,077 J/mm2. Hal ini menunjukan hasil pengelasan memiliki
sifat mekanik lebih getas dibandingkan dengan raw material (Prihonggo: 2015).
Besar arus listrik pada pengelasan dapat mempengaruhi kekuatan dari suatu material hasil
pengelasan seperti pada penelitian sambungan las dissimillar aluminium 5052 dan aluminium 6061
menggunakan pengelasan MIG dengan variasi arus 180 Ampere, 190 Ampere dan 200 Ampere
menggunakan jenis sambungan single v-butt joint 60°. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sambungan las dengan arus 180 Ampere memiliki kekuatan tarik rata-rata 186.86 MPa dengan
regangan 26.85%, kekuatan impak rata-rata 0.41 J/mm2, dan pada struktur mikro memiliki tingkat
kerapatan yang tinggi. Spesimen dengan arus 190 Ampere memiliki kekuatan tarik rata-rata 178.01
MPa dengan regangan 26.07%, kekuatan impak rata-rata 0.28 J/mm2, dan pada struktur mikro
memiliki tingkat kerapatan yang sedang. Spesimen dengan arus 200 Ampere memiliki kekuatan
tarik rata-rata 91.53 MPa dengan regangan 20.76%, kekuatan impak rata-rata 0.23 J/mm2 dan pada
struktur mikro memiliki tingkat kerapatan yang rendah. Nilai kekuatan tarik yang dihasilkan pada
pengujian baik dari pengelasan MIG dengan arus 180 A dan 190 A berada diatas standar BKI ( ≥
170 MPa) (Titahgusti: 2018).
Analisis untuk mengetahui kualitas repair welding pada cast wheel aluminium maka
perlu dilakukan pengujian. Untuk mengetahui sifat fisis logam maka pengujian yang dilakukan
adalah uji komposisi kimia, uji struktur mikro dan uji struktur makro. Sedangkan untuk
mengetahui sifat mekanik logam dapat dilakukan uji kekerasan (hardness test), uji pukul (impact
test), uji tarik (tensile test), uji tekan (compressed test), uji bengkok (bending test), uji puntir
(torsion test), dan uji lelah (fatique test).
Dari uraian latar belakang diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian yang
berjudul “ANALISIS KUALITAS REPAIR WELDING METODE MIG DENGAN
PERLAKUAN PREHEATING DAN VARIASI ARUS PENGELASAN PADA CAST WHEEL
ALUMINIUM”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
seperti berikut :
4
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakuakan lebih mengarah dan tidak menyimpang dari permasalahan
yang diteliti, maka akan permasalahan akan dibatasi pada :
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka perlu dibuat
perumuskan permasalahan agar penelitian ini dapat terarah dan tidak menyimpang. Adapun
perumusan masalah yang akan diteliti :
3. Bagaimana pengaruh tingkat kekerasan setelah dilakukan pengelasan metode MIG dengan
perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan pada cast wheel aluminium?
4. Bagaimana pengaruh tingkat kekuatan impak setelah dilakukan pengelasan metode MIG
dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan pada cast wheel aluminium?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis :
a. Menambah pengetahuan tentang repair welding pada cast wheel aluminium dengan
metode las MIG.
b. Sebagai sumber reverensi penelitian berikutnya tentang repair welding pada cast wheel
aluminium dengan metode las MIG.
c. Memberi masukan mengenai kualitas repair welding metode MIG dengan perlakuan
preheating dan variasi arus pengelasan pada cast wheel aluminium.
2. Manfaat Praktis :
6
a. Memberi alternatif solusi perbaikan pada cast wheel aluminium menggunakan metode
MIG dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan.
b. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Universitas Sebelas Maret.
c. Memperoleh data yang jelas mengenai komposisi kimia, struktur mikro, tingkat
kekerasan dan kekuatan impak pada cast wheel aluminium.
7
BAB II
A. Kajian Pustaka
1. Repair Welding
Pengelasan merupakan salah satu jenis penyambungan yang bisa digunakan
diantara penyambungan yang lain seperti penyambungan pada baut dan keling. Menurut
Deutsche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair dari definisi tersebut dapat dijelaskan lebih
lanjut bahwa las adalah suatu proses dimana bahan dengan jenis yang sama digabungkan
menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan
dari pemakaian panas dan tekanan. Menurut welding Handbook, proses pengelasan adalah
“proses penyambungan bahan yang menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya
hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa logam
pengisisi”. Sedangkan menurut Wiryosumarto (1996) Proses pengelasan adalah proses
penyambungan dua logam material setempat dari beberapa batang logam menjadi satu
kesatuan dengan adanya energi panas. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan
logam pada proses pengelasan dapat berasal dari pembakaran gas, sinar electron, gesekan,
gelombang ultrasonik, tahanan listrik, atau busur listrik. Sedangkan repair welding
merupakan perbaikan dengan mengunakan teknik pengelasan. Tujuan dari repair welding
adalah untuk memperbaiki bentuk suatu konstruksi yang mengalami kerusakan agar
menjadi sama seperti bentuk dan fungsi benda awalnya dan memiliki sifat yang sama
dengan logam dasarnya. Beda halnya dengan produk welding, yaitu pembuatan produk dari
bahan mentah atau logam dasar (wrought metal) menjadi suatu bentuk konstruksi baru,
sehingga memiliki fungsi baru yang berbeda dari bahan asal sebelum dilakukan pengelasan
Pengelasan pada umumnya digunakan pada logam dasar (wrought metal) yang
sudah melalui proses rolling, tempa maupun proses lainnya. Akan tetapi, dalam aplikasinya
proses pengelasan dapat juga dilakukan pada cast metal atau cast metal alloy. Proses
pengelasan yang dilakukan pada cast metal sering digunakan pada hasil produk pemesinan
yang mengalami cacat, retak ataupun penyok akibat kesalahan proses pemesinan
(machining) dengan mesin perkakas. Seperti kesalalahan pada letak lubang pengeboran,
8
kesalahan penyayatan dan kesalahan akibat benturan maupun yang disebabkan oleh
kesalahan manusianya sendiri.
Proses pengelasan dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk megisi
lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada mesin perkakas, mempertebal
bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan
tujuan utama dari rekonstruksi namun hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi
pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul
menperhatikan kesesuian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan
sekitarnya.
dihubungkan dengan benda kerja. Pada pengkutuban terbalik kutub positif dihubungkan
dengan elektroda sedangkan kutub negative dihubungkan dengan benda kerja.
logam yang sama dengan objek yang akan dilas. Logam inert berbentuk gulungan
kawat ang gerakannya diatur oleh motor listrik. Sedangkan gas yang keluar bersamaan
dengan lelehan logam inert berfungsi melindungi hasil las dari oksidasi selama proses
pendinginan. Gas tersebut pada umumnya menggunakan gas argon dan helium.
2) Peralatan Utama Mesin Las MIG
Peralatan utama merupakan peralatan yang berhubungan langsung
denganproses pengelasan. Dalam proses pengelasan ini diperlukan beberapa komponen
las, antara lain :
a) Mesin Las
Sistem pembangkit tenaga pada mesin las MIG pada prinsipnya adalah
sama dengan mesin SMAW yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu mesin las
arus bolak balik (Alternating Current / AC Welding Machine) dan mesin arus
searah (Direct Current / DC Welding Machine)
Umumnya mesin las arus searah (DC) mendapat sumber tenaga listrik dari
trafo las (AC) yang kemudian diubah menjadi arus searah dengan voltage yang
konstan (constant-voltage). Dalam pemasangan kabel las dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan, yaitu dengan cara :
(1) Pengkutuban langsung (Dirrect Current Straight Polarity/ DCSP)
Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif (+) mesin las
dihubungkan dengan benda kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan dengan
kabel elektroda. Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3
bagian panas memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda
kerja.
(2) Pengkutuban terbalik (Dirrect Current Reverce Polarity/ DCRP)
Pada pengkutuban terbalik, kutub negarif (-) mesin las dihubungkan dengan
benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada
hubungan semacam ini pada pengelasan 1/3 bagian memanaskan benda kerja
dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.
11
regulator. Hal ini diperlukan agar gas pelindung tersebut tidak membeku yang
berakibat terganggunya aliran gas.
Gas helium juga merupakan golongan gas mulia yang tidak bereaksi dengan
unsurlain sebagai mana gas argon. Gas helium biasanya digunakan untuk campuran
gas argon untuk meningkatkan bead wetting, penetrasi yang lebih dalam serta untuk
meningkatkan kecepatan pengelasan yang lebih baik.
d) Karbondioksida
Pada las MIG, gas karbon dioksida (CO2) sering digunakan pada pengelasan
ferro baik baja karbon maupun stainless steel.
Walaupun ini adalah proses yang sangat khusus yang bekerja secara efisien
untuk banyak proyek ada beberapa kekurangan yang dimiliki antara lain :
1. Peralatan pengelasan yang kompleks dan besar untuk digunakan;
2. Peralatan yang menggunakan sumber arus yang kontinu dan terus-menerus
memberi makan kawat melalui pistol;
3. Metode ini merupakan proses yang sangat berbeda dari pengelasan tradisional
sehingga ada kurva belajar bagi semua tukang las yang akan menggunakan
metode ini;
4. Kare gas inert, pengelasan metode MIG tida bias digunakan di tempat yang
terbuka karena angina yang akan menyebabkan gas lebih bermasalah untuk
tukang las MIG;
5. Mengelas kurang bersih akan menghasilkan seperti hujan rintik-rintik
3. Preheating
Preheating menurut American Welding Society (AWS) adalah panas yang
diberikan kepada logam induk yang akan dilas untuk mendapatkan dan memelihara preheat
temperature. Sedangkan preheat temperature sendiri didefinisikan dengan suhu dari logam
induk (basemetal) di sekitar area yang akan dilas, sebelum pengelasan dimulai. Sedangkan
pada multipass weld preheat temperature adalah suhu sesaat sebelum pengelasan pada
celah selanjutnya dimulai. Pada multipass weld disebut juga interpass temperature.
Sedangkan menurut Daryanto (2012) preheating adalah pemanasan yang dilakukan
terhadap logam induk pada temperature yang tepat sehubungan dengan pelaksanaan
pengelasan, yang pada pengerjaan ini memungkinkan laju pendinginan dari daerah las
dapat turun, sehingga dapat mengurangi nilai kekerasan dari daerah pengaruh panas dan
mempercepat pelepasan hydrogen yang tercampur pada daerah las, sebagai dari hasilnya
retak dingin dapat dihindari. Namun pada multipass weld preheat temperature adalah suhu
sesaat sebelum pengelasan padacelah selanjutnya dimulai. Pada multipass weld disebut
juga interpass temperature. Pemanasan awal pada benda kerja dapat membantu
menghindari retak las. Suhu pemanasan awal tidak boleh melebihi 110 C untuk mencegah
panas berlebih, dan untuk dapat mengontrol suhu pemanasan dapat digunakan indikator
suhu laser.
20
4. Arus Pengelasan
Besar arus dan tegangan pengelasan adalah tergantung pada tebal bahan dan
diameter kawat elektroda serta posisi pengelasan atau berdasarkan WPS (welding
procedure specification) pekerjaan tersebut. Arus las adalah arus listrik yang digunakan
untuk melakukan proses pengelasan. Dalam proses pengelasan MIG, arus las secara
langsung berhubungan dengan kecepatan wirefed. Jika arus las dinaikan maka kecepatan
wirefeed juga seharusnya naik. Hubungan ini biasanya disebut karakteristik “burn-off”.
Tabel 2. 1 Ketentuan umum penyetelan besaran arus dan tegangan berdasarkan diameter
kawat elektroda
Diameter Kawat Arus (A) Tegangan (V) Tebal Bahan
0,6 mm 50-80 13-14 0,5-1,0 mm
0,8 mm 60-150 14-22 0,8-2,0 mm
0,9 mm 70-220 15-25 1,0-10 mm
1.0 mm 100-290 16-29 3,0-12 mm
1.2 mm 120-350 18-32 6,0-25 mm
1,6 mm 160-390 18-34 12,0-50 mm
menggunakan tekanan udara yang dihasilkan oleh mesin pencetak velg untuk menyuntik
(inject) aluminium cair ke dalam cetakan yang tertutup dari bawah.
Aluminium dikenal sebgai logam dengan kekuatan mekanik yang kurang baik.
Oleh sebab itu banyak dilakukan rekayasa terhadap aluminum atau aluminium paduan guna
memperoleh sifat unggul yang lebih baik. Aluminium dirancang untuk produk tertentu,
dengan jenis dan spesifikasi paduan yang berbeda. Oleh karena itu paduan aluminium
diklasifikasikan dengan pemberian kode dan nomor seri. Kode tersebut dimaksudkan untuk
menunjukan jenis dan kompisisi utama pada aluminium paduan. Adapun unsur utama yang
biasa digunakan sebagai tambahan pada aluminium paduan antara lain Cu, Si, Mg, Zn, Tin
(Sn), dan unsur lain seperti Mn, Ti, Ni dan Fe. Berdasarkan standar AA (Aluminium
Association) komposisi utama penomoran pada aluminium ditulis dengan kode empat
angka, (xxxx) untuk jenis wrought-aluminium alloy dan (xxx.x) untuk cast aluminium
alloy.
Tabel 2.2. Daftar Seri Paduan Aluminium Wrought Alloy
No. Seri Paduan Unsur Paduan Utama
1xxx Aluminium Murni
2xxx Tembaga/ Copper (Cu)
3xxx Mangan (Mn)
4xxx Silikon (Si)
5xxx Magnesium (Mg)
6xxx Magnesium dan Silikon
7xxx Seng (Zn)
8xxx Unsur lain
9xxx Seri yang tidak digunakan
(Sumber: American Society for Metal)
Pada wrought-aluminium alloy, angka pertama menunjukan jenis komposisi utama
paduan. Angka ketiga dan keempat merupakan nomor seri dari paduan utama. Sebgai
contoh, aluminium 5183, angka 5 menunjukan bahwa tersebut modifikasi pertama dari
paduan asli 5083 dan 83 mengidentifikasi seri ke 83 dari jenis 5xxx.
Tabel 2.3. Daftar Seri Paduan Aluminium Cast Alloy
No. Seri Paduan Unsur Paduan Utama
22
jenis pengecoran. Kelarutan besi dalam keadaan padat sangat rendah (sekitar
0,004%) oleh karena itu, sebagian zat besi yang ditambahkan dalam aluminium
melebihi dari jumlah tersebut akan muncul sebagai fase intermetalik dalam
kombinasi dengan aluminium dan dengan elemen lainnya seperti Si. Senyawa-
senyawa intermetalik yang bersifat rapuh dan bertindak sebagai situs konsentrasi
dengan tegangan untuk inisiasi fraktur.
d. Tembaga (Cu) pada umumnya digunakan pada aluminium paduan dengan kadar
4,5% seperti pada seri 2xx.x dan memiliki sifat-sifat mekanik seta mampu mesin
yang baik namun memiliki sifat mampu cor yag kurang baik. Paduan aluminium
tembaga-silisium dibuat dengan menambah 4,5% silium pada paduan aluminium
tembaga untuk memperbaiki sifat mampu cornya.
e. Titanium (Ti) ditambahkan ke dalam paduan untuk memperbaiki ukuran butir fasa
aluminium primer dengan terjadinya nukleasi berlebihan pada temperature fase
likuidus.
f. Strontium (Sr) ditambahkan ke paduan untuk mempengaruhi modifikasi morfologi
fase eutektik.
g. Seng (Zn), seng dalam paduan aluminium merupakan paduan yang memiliki
kekuatan tertinggi dibandingkan dengan paduan lainnya, aluminium dengan 5,5%
seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11%
dalam setiap 50 mm bahan. Paduan ini biasa digunakan untuk bahan badan dan
sayap pesawat terbang.
2) Paduan Aluminium Non Heat-treatable
Paduan aluminium pada umumnya merupakan logam yang bersifat non heat-
treatable karena pada dasarnya aluminium murni merupakan logam yang bersifat non
heat-treatable. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemaduan aluminium dengan
menambah unsur lain, agar memiliki sifat unggul yang lebih baik,termasuk
kemampuan non heat-treatable dan mampu las (weldability)
Heat-treatable adalah kemampuan logam untuk dapat ditingkatkan sifat
mekaniknya dengan diberi perlakuan panas. Non heat-treatable merupakan sifat logam
yang tidak akan bias ditingkatkan sifat mekaniknya dengan diberi perlakuan panas.
3) Paduan Aluminium Heat-treatable
24
Menurut American Society for Metal, beberapa jenis paduan aluminium tuang
memeliki kemampuan heat-treatable, akan tetapi tingkat kekuatannya tidak akan
melebihi panduan aluminium tempa heat-treatable. Adapun jenis paduan
aluminiumtuang yang heat-treatable yaitu seri 2xx.x (Al-Cu), 3xx.x (Al-Si+Cu or Mg),
7xx.x (Al-Zn), dan seri 8xx.x (Al-Sn). Sedangkan aluminium tempa paduan yang heat-
treatable adalah seri 2xxx (Al-Cu dan Al-Cu-Mg), 6xxx (Al-Mg-Si), 7xxx (Al-Zn-Mg
dan Al-Zn-Mg-Cu) dan seri 8xxx (Al-Sn)
Sifat penting kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah
kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti
pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada
struktur material. Sifat fisik material antara lain: temperature cair, konduktifitas panas dan
panas spesifik.
Secara sederhana sifat fisis adalah sifat yang dapat dikenali dengan panca indera,
missal bentuk dapat dilihat. Ada beberapa sifat fisis bahan yang dapat mempengaruhi
kualitas lasan antara lain susunan kristal, daya hantar panas dan titik cairnya. Pada
pengelasan, terutama las fusi, daya hantar panas dan titik cair bahan erat hubungannya
dengan kecepatan pembekuan. Kecepatan pembekuan mempengaruhi susunan kristal
bahan yang selanjutnya akan mempengaruhi sifat mekanis lasan.
Sehingga struktur material bahan sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik.
Sifat mekanik dapat diatur dengan serangkaian proses perlakuan fisik. Dengan adanya
perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan dan pengembangan material bahkan
material baru.
7. Uji Komposisi Kimia
Uji komposisi merupakan pengujian yang berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar atau seberapa banyak jumlah suatu kandungan yang terdapat pada suatu logam, baik
logam ferro maupun logam non ferro. Proses pengujian komposisi berlangsung dengan
pembakaran bahan menggunakan elektroda dimana terjadi suhu rekristalisasi, dari suhu
rekristalisasi terjadi penguraian unsur yang masing-masing beda warnanya. Sedangkan
untuk penentuan kadar berdasar sensor perbedaan warna. Pengujian komposisi dapat
dilakukan untuk menentukan jenis bahan yang digunakan dengan melihat presentase unsur
yang ada. Spectrometer metal scan adalah suatu tipe miskroskop electron yang
menggambarkan permukaan sampel melalui proses scan dengan menggunakan pancaran
energi yang tinggi dari electron dalam suatu pola scan raster.
8. Uji Struktur Mikro
Struktur mikro bertujuan untuk mengamati bentuk, susunan, dan ukuran butir pada
struktur mikro. Dan struktur mikro ini akan tampak pada pembesaran minimal 100x.
Struktur mikro adalah struktur dimana bahan orde kecil yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Alat yang digunakan untuk mengamati srtuktur mikro diantaranya
26
9. Uji kekerasan
Kekerasan (hardness) merupakan salah satu sifat mekanik (Mechanical properties)
dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya dalam material
yang penggunaannya akan mengalami pegesekan. dan deformasi plastis. Deformasi
plastis sendiri adalah suatu keadaan material jika diberikan gaya maka struktur mikro dari
material tersebut tidak dapat kembali lagi kedalam bentuk semula ini berarti material tidak
27
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang merujuk pada penelitian
sebelumnya.
Awi andoko (2012) melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis kualitas repair welding
terhadap sifat fisik dan mekanik pada cast wheel aluminium dengan metode pengelasan MIG “
penelitian ini dilakuan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi kimia dan standart kodifikasi
paduan aluminium pada cast wheel aluminium, mengetahui stuktur mikro, tingkat kekerasan dan
mengetahui tingkat kekuatan impak dengan menggunakan metode las MIG dan elektroda ER 5356.
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah cast wheel aluminium dengan spesifikasi,
jenis E35 dimensi 16x7, PCD 4x120. Dengan hasil uji komposisi kimia yang menunjukan bahwa
cast wheel aluminium mengandung unsur Al 91,36%, Si 7,38% dan Fe 0,803% serta Cu dan Mg
sekitar 0,05%. Dari hasil uji struktur mikro menunjukan bahwa struktur mikro pada raw material
berupa paduan aluminium primer (α-Al) dengan dikelilingi butiran Al dan Si, sedangkan pada
dearah HAZ terjadi perpindahan Al menuju aluminium primer (α-Al) sehingga butiran Si
membentuk paduan Si primer diantara α-Al. Hasil uji tingkat kekerasan pada raw material adalah
57,56 kgf/mm2 , sedangkan pda daerah las memiliki tingkat kekerasan 44,20 kgf/mm2,sedangkan
pada daerah HAZ 37,73 kgf/mm2 dan memiliki tingkat kekuatan impak sebesar 0,118 J/mm2 pada
raw material sedangkan pada hail pengelasan 0,067 J/mm2.
Prihonggo (2015). Dalam penelitiannya yang berjudul “ kualitas repair welding metode
MIG dengan perlakuan preheating pada cast wheel aluminium sebagai suplemen materi mata
kuliah Teknik pengelasan” berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakuakan dapat
disimpulkan bahwa komposisi bahan utama penyususn velg adalah Al-7,22%Si. Dengan hasil
pengujian ketangguhan pengelasan 0,049 J/mm2 lebih rendah dibandingkan sebelum pengelasan
0,077 J/mm2. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa material hasil las lebih getas jika
dibandingkan dengan raw material. Hasil pengujian kekerasan menunjukan nilai kekerasan sebesar
466,26 BHN pada raw material, 550,31 BHN pada daearh HAZ dan 455,03 BHN pada daerah las.
Sedangkan dari hasil foto struktur mikro menunjukan adanya penyebaran logam Al dan Si yang
lebih merata pada daerah las dan raw material. Akan tetapi butiran logam pada daerah las lebih
kecil dibandingkan dengan daerah raw material.
30
Nuggroho (2017). Melakukan penelitian sebagai mana termuat dalam Jurnal Ilmiah Bidang
Teknologi Angkasa volume IX, Nomor 2 , November 2017 yang berjudul “ studi komparasi
pengaruh variasi arus pengelasan terhadap kekuatan impak, kekerasan dan struktur mikro
sambungan las pegas daun baja sup 9 pada proses las SMAW ”. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi arus pengelasan terhadap kekuatan impak, kekerasan dan struktur
mikro,dengan jenis las yang digunakan adalah las SMAW. Variasi arus yang digunakan adalah
100 Ampere, 120 Ampere dan 140 Ampere. Jenis kampuh yang digunakan dalam pengelasan ini
menggunakan kampuh V. Dari hasil pengujian didapat nilai kekuatan impak tertinggi pada variasi
arus 100 Ampere yaitu sebesar 1,698 J/mm2. Ini berarti nilai kekuatan impak cenderung semakin
turun dengan penggunaan arus pengelasan yang semakin tinggi. Sedangkan nilai kekerasan
memiliki pola yang sama untuk semua variasi arus pengelasan. Hasil kekerasan tertinggi diperoleh
pada variasi arus 140 Ampere yaitu sebesar 355,338 HVN. Stuktur mikro pada daerah las memiliki
ukuran butir yang semakin besar dan struktur perlit yang semakin banyak untuk variasi arus 140
Ampere.
Titahgusti dkk (2018) melakukan penelitian dan termuat dalam Jurnal Teknik Perkapalan
volume 6, nomor 4, tahun 2018 yang berjudul “pengaruh kuat arus listrik dan kecepatan las
terhadap kekuatan tarik, impak, dan mikrografiti pada sambungan las dissimilar aluminium AA
5052-aa 6061 dengan metode pengelasan metal inert gas (MIG)”. Besar arus listrik pada
pengelasan dapat mempengaruhi kekuatan dari suatu material hasil pengelasan seperti pada
penelitian sambungan las dissimillar aluminium 5052 dan aluminium 6061 menggunakan
pengelasan MIG dengan variasi arus 180 Ampere, 190 Ampere dan 200 Ampere menggunakan
jenis sambungan single v-butt joint 60°. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sambungan las
dengan arus 180 Ampere memiliki kekuatan tarik rata-rata 186.86 MPa dengan regangan 26.85%,
kekuatan impak rata-rata 0.41 J/mm2, dan pada struktur mikro memiliki tingkat kerapatan yang
tinggi. Spesimen dengan arus 190 Ampere memiliki kekuatan tarik rata-rata 178.01 MPa dengan
regangan 26.07%, kekuatan impak rata-rata 0.28 J/mm2, dan pada struktur mikro memiliki tingkat
kerapatan yang sedang. Spesimen dengan arus 200 Ampere memiliki kekuatan tarik rata-rata 91.53
MPa dengan regangan 20.76%, kekuatan impak rata-rata 0.23 J/mm2 dan pada struktur mikro
memiliki tingkat kerapatan yang rendah. Nilai kekuatan tarik yang dihasilkan pada pengujian baik
dari pengelasan MIG dengan arus 180 A dan 190 A berada diatas standar BKI ( ≥ 170 MPa)
31
C. Kerangka Berfikir
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 jenis spesimen yaitu raw material (X1) dan
spesimen pengelasan metode MIG dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan (X2).
Spesimen tersebut akan dilakukan pengujian komposisi kimia (Y1), pengujian struktur mikro atau
metalografi (Y2), pengujian tingkat kekerasan brinell (Y3) dan penngujian tingkat kekuatan impak
carpy (Y4). Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh :
1. Hasil uji komposisi aluminium dapat diperoleh kandungan unsur kimia dari penyusun cast
wheel aluminium dan dapat digunakan sebagai dasar pengelompokan bahan aluminium
yang digunakan menurut standar kodifikasi aluminium
2. Hasil uji metalografi dapat diperoleh bentuk struktur mikro pada logam dasar (raw
material) dan sturktur mikro hasil pengelasan metode MIG dengan perlakuan preheating
dan variasi arus pengelasan.
3. Hasil uji kekerasan dapat diperoleh tingkat kekerasan pada cast wheel aluminium sebelum
dan sesudah dilakukan pengelasan metode MIG dengan perlakuan preheating dan variasi
arus pengelasan.
4. Hasil uji kekuatan impak dapat diperoleh tingkat kekuatan impak pada pada cast wheel
aluminium sebelum dan sesudah dilakukan pengelasan metode MIG dengan perlakuan
preheating dan variasi arus pengelasan.
Y1
Y2
X1 X2
Y3
Y4
Keterangan :
X1 = Raw Spesimen
32
D. Hipotesis Penelitian
Dalam suatu penelitian pada umumnya peneliti memiliki dugaan sementara sebagai alasan
yang mendorong dilakukannya penelitian tersebut. Dugaan tersebut akan dicari kebenarannya dan
nantinya dapat dibuktikan dengan melakukan penelitian berdasarkan kajian teori dan metodelogi
penelitian yan telah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan kajian teori dan rumusan maslah sebelumnya, peneliti akan mengambil
beberapa hipotesis :
1. Komposisi kimia paduan aluminium pada penyusun cast wheel aluminium adalah paduan
Aluminium-Silikon (Al-Si)
2. Ada perbedaan stuktur mikro pada cast wheel aluminium sebelum dan sesudah dilakukan
pengelasan MIG dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan.
3. Ada perbedaan nilai kekerasan pada cast wheel aluminium sebelum dan sesudah dilakukan
pengelasan MIG dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan.
4. Ada perbedaan nilai kekuatan impak pada cast wheel aluminium sebelum dan sesudah
dilakukan pengelasan MIG dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan.
33
BAB III
2. Waktu Penelitian
B. Rancangan Penelitian
34
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi dasar, struktur mikro, tingkat
kekerasan dan tingkat kekuatan impak pada cast wheel aluminium menggunakan metode MIG
dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan. Terdapat beberapa variabel yang
digunakan dalam penelitian, yang akan dianalisis untuk membandingkan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain. Beberapa variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014: 39). Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah komposisi dasar, struktur mikro, tingkat kekerasan dan tingkat kekuatan impak pada
cast wheel aluminium.
3. Variabel Kontrol
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Teknik
sampling purposive merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2014: 85). Sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada tujuan dari penelitian yaitu
untuk menganalisis kualitas repair welding pada cast wheel aluminium dengan perlakuan suhu
preheating yang sama dan variasi arus pengelasan 100 Ampere, 120 Ampere,140 Ampere.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen,
dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama penelitian berlangsung.
36
1. Eksperimen
Pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian dengan percobaan terhadap
suatu hal. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil pengujian yang dilakukan
terhadap cast wheel aluminium dengan perlakuan suhu preheating yang sama dan variasi
arus pengelasan 100 Ampere, 120 Ampere,140 Ampere.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data hasil pengujian spesimen, gambar
yang diambil selama proses penelitian.
3. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh gambaran realistik yang terjadi selama
proses penelitian. Jenis observasi yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang ditempat kegiatan yang diamati, tetapi
tidak terlibat langsung dengan kegiatan tersebut.
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan eksperimen terhadap
material dengan menggunakan variabel tertentu. Dalam eksperimen ini menggunakan metode
pengelasan MIG dengan perlakuan suhu preheating yang sama dengan variasi arus pengelasan 100
Ampere, 120 Ampere,140 Ampere. Setelah proses pengelasan selesai lalu akan dilakukan
pengujian.
F. Instrument Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cast wheel aluminium.
2. Alat Penelitian
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Data yang
diperoleh dalam penelitian akan dianalisis dengan cara melukiskan dan merangkum pengamatan
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Analisis data hasil pengelasan MIG pada cast wheel
aluminium dengan perlakuan preheating dan variasi arus pengelasan adalah sebgai berikut.
keuletan terhadap benda uji tersebut. Semakin bengkok spesimen maka spesimen tersebut
semakin getas dan begitu sebaliknya.
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap eksperimen
Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap eksperimen. Adapun tahap-
tahap eksperimen penelitian ini dapat dilihat pada bagan dibawah .
Raw material
Pengelasan MIG
Preheating dan variasi arus
pengelasan
2. Langkah eksperimen
39
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang akan dilakuakan sudah sesuai dengan
prosedur penelitian secara umum. Adapun urutan langkah-langkah yang akan dilakukan
pada penelitian ini adalah :