Anda di halaman 1dari 13

Bina Hukum Lingkungan

P-ISSN 2541-2353, E-ISSN 2541-531X


Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
PERKUMPULAN
PEMBINA HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA DOI: 10.24970/jbhl.v2n1.1
Indonesian Environmental Law Lecturer Association

FUNGSI PERIZINAN DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


DI KAWASAN BANDUNG UTARA DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
PERMIT FUNCTION IN SPATIAL USE CONTROL IN NORTH BANDUNG AREA IN THE
FRAMEWORK OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT
Yulinda Adharani*, R. Adi Nurzaman**

ABSTRAK

S aat ini telah terjadi perubahan di KBU, pembangunan yang semakin luas dan cenderung
tidak terkendali, sehingga mengakibatkan penurunan daya tampung, daya dukung dan
daya lenting KBU sebagai kawasan resapan air. Pada kenyataannya KBU khususnya daerah
Ledeng sebagian lahannya digunakan oleh pengembang untuk membangun kompleks
perumahan. Sehingga KBU dan kawasan lainnya seperti Dago, Punclut dan lainnya terancam
akan beralih fungsi dari kawasan konservasi menjadi kawasan pemukiman. Akibatnya, telah
terjadi alih fungsi di kawasan tersebut yang akan berdampak seperti banjir dan tanah longsor.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif, memaparkan teori tentang perizinan
dan tata ruang serta pembangunan berkelanjutan dikaitkan dengan kasus alih fungsi ruang.
Dari hasil penelitian ini dilihat dari kasus-kasus yang ada di KBU, kebanyakan ialah apartemen
dan hotel yang telah memiliki izin tetapi ternyata tidak memiliki rekomendasi gubernur. Hal
ini harus menjadi perhatian para pemberi izin karena dalam Pasal 54 Peraturan Daerah Jawa
Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung Utara sebagai
Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat dijelaskan perlunya rekomendasi dari gubernur untuk
mendapatkan izin. Hal ini menjadi masukan bagi pengambil kebijakan dalam penaatan hukum
lingkungan yaitu lebih berhati-hati dalam mengeluarkan izin sehingga dapat mewujudkan
pembangunan berkelanjutan.
Kata Kunci: Perizinan, Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Pembangunan berkelanjutan

ABSTRACT

T here has been change in KBU, increasingly widespread and tend be uncontrolled, thus resulting
in decreased capacity, carrying capacity and resilience of KBU as water catchment area. In fact, at
Ledeng part of its land used by developer to build housing. So that other areas such as Dago, Punclut
and others threatened to switch function. There has been a transfer of functions in the area that will
have impacts such as floods and landslides. This study uses the juridical-normative method, describes
the theory of permit and spatial planning as well as sustainable development associated with the case of
the transfer of space functions. From the results of this study seen from the cases in the KBU, most are
apartments and hotels that already have a permit but it did not have a recommendation of the governor.
This should be the attention of the licensors because in Article 54 of Regulation No. 2 of 2012 on KBU

*
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung, Email: yulinda.adharani@unpad.ac.id
**
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung, Email: adi.nurzaman@unpad.ac.id
2 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017

explained the need for recommendation from the governor to obtain permission. This is an input for policy
makers in environmental law compliance is more careful in issuing permits so as to realize sustainable
development.
Keywords: Permit, Spatial Use Control, Sustainable Development

PENDAHULUAN mendukung pengelolaan lingkungan hidup

D alam rangka melindungi sumber daya yang berkelanjutan; tidak terjadi pemborosan
alam dari kegiatan investasi, peranan pemanfaatan ruang; dan tidak menyebabkan
izin sangatlah penting. Izin merupakan terjadinya penurunan kualitas ruang.2 Secara
sarana atau instrumen pemerintahan yang fisik, perkembangan kota selalu diikuti oleh
dapat digunakan pemerintah (pusat maupun kian bertambah luasnya kawasan terbangun.
daerah) untuk melakukan pengendalian atas Pertambahan penduduk dan aktivitas
tindakan masyarakat sebagai akibat aktivitas ekonomi di satu sisi, dan keterbatasan lahan
mereka di berbagai bidang. Sejalan dengan kota di sisi lain, menyebabkan efisiensi
konsep otonomi daerah, pemerintah daerah pemanfaatan ruang menjadi tuntutan yang
memiliki kewenangan untuk mengurus dan tidak dapat dihindari. Dalam konteks ini,
mengatur urusan rumah tangganya sendiri.1 telah diambil serangkaian kebijakan dalam
Hal ini akan memberikan keleluasaan pengembangan daerah perkotaan sebagai
sekaligus tantangan bagi pemerintah provinsi, wilayah permukiman, industri, jaringan
kabupaten dan kota dalam mengembangkan jalan, jaringan air minum, bangunan umum,
potensi dan mengatasi masalah-masalah maupun jalur hijau yang merupakan sarana
yang muncul di daerahnya masing-masing. dan prasarana dalam pengembangan tata
Dalam rangka mengembangkan potensi dan ruang.3
mengatasi tantangan yang ada di daerah, Saat ini kota-kota di Indonesia
maka harus didukung oleh kemampuan mengalami perkembangan pembangunan dan
pemerintahnya, yaitu kemampuan dalam pertumbuhan penduduk yang sangat pesat.
mewujudkan manajemen pelayanan publik, Seiring dengan berkembangnya suatu kota,
salah satunya adalah pelayanan perizinan. kebutuhan infrastruktur pun juga akan terus
Selain perizinan, penataan ruang meningkat. Kebutuhan akan lahan pun akan
merupakan salah satu instrumen pencegahan semakin meningkat. Pembangunan yang tidak
kerusakan lingkungan. Penataan ruang terkendali dapat mempengaruhi lingkungan.
sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
pemanfaatan ruang, dan pengendalian di Pulau Jawa khususnya di Kota Bandung
pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan mendorong pemerintah maupun investor
yang tidak terpisahkan antara yang satu dan untuk melakukan pembangunan kawasan
yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan hunian atau perumahan dan pariwisata.
kaidah penataan ruang sehingga diharapkan Kasus perubahan pemanfaatan lahan di kota
dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang Bandung yang menjadi masalah adalah di
berhasil guna dan berdaya guna serta mampu Kawasan Bandung Utara (KBU). Hal ini jelas

1
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2
Lihat Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 20017 Tentang Penataan Ruang.
3
J.T. Jayaginata, Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah, Bandung: ITB Press, 1992.
Yulinda Adharani, R. Adi Nurzaman 3
Fungsi Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara

bertentangan dengan Peraturan Daerah Jawa terhadap pembangunan di KBU dalam rangka
Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman mengembalikan kondisi fungsi hidrorologis
Pengendalian Kawasan Bandung Utara terutama pada lahan dengan kondisi sangat
Sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa kritis.5
Barat yang dijelaskan bahwa pemanfaatan KBU merupakan kawasan konservasi
ruang di Kawasan Bandung Utara yang tidak yang memiliki pengendalian pembangunan.
terkendali akan mengancam keberlangsungan Pada kenyataannya KBU terkhusus daerah
fungsi konservasi kawasan sebagai daerah cekungannya yaitu Ledeng sebagian
tangkapan air dan menimbulkan berbagai lahannya digunakan oleh pengembang untuk
bencana alam. Selain itu, kasus ini tidak sejalan membangun kompleks perumahan. Sehingga
dengan salah satu tujuan dalam Sustainable KBU dan kawasan lainnya seperti Dago,
Development Goals (SDGs) yaitu tujuan Nomor Punclut dan lainnya terancam akan beralih
11 Sustainable Cities and Communities, dimana fungsi. Akibatnya, telah terjadi perubahan
dalam membangun kota dan pemukiman tata ruang yang dilakukan oleh pemilik lahan
haruslah inklusif, aman, tahan lama dan dan pengembang di kawasan tersebut yang
berkelanjutan.4 apabila dibiarkan akan berdampak pada
KBU merupakan daerah perbukitan kehidupan di Kota Bandung. Seperti bencana
yang mempunyai pengaruh cukup besar banjir perkotaan di musim hujan, kekeringan
terhadap tata air bagi daerah bawahannya perkotaan di musim kemarau, dan ancaman
serta mempunyai pesona panorama dan tanah longsor menghampiri bagian utara
pemandangan yang indah, sehingga kota. Salah satu instrumen yang digunakan
mendorong dibangunnya antara lain hotel dalam pengendalian pemanfaatan ruang
berbintang, restoran, tempat rekreasi dan di KBU adalah pengaturan pengendalian
permukiman. Pada saat ini telah terjadi terhadap izin pemanfaatan ruang secara
perubahan kawasan terbangun yang semakin selektif melalui pelibatan Pemerintah
luas dan cenderung tidak terkendali, Provinsi dalam proses penerbitan perizinan.
sehingga mengakibatkan penurunan daya Menurut Pasal 54 Peraturan Daerah Jawa
dukung KBU sebagai kawasan resapan air Barat No. 2 Tahun 2016 tentang Pedoman
bagi daerah bawahannya. Dampak lain Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan
adalah terjadinya gangguan pada cadangan Bandung Utara, Izin pemanfaatan ruang
dan konservasi air, karena KBU merupakan di KBU diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
sub DAS Cikapundung, Cimahi, Citarik Sebelum Bupati/Walikota menerbitkan izin
Hulu, Cigugur, Cibeureum, Citepus dan pemanfaatan ruang di KBU perlu mendapat
beberapa anak sungai lainnya yang bermuara rekomendasi dari Gubernur. Pemberian
di Sungai Citarum. Oleh karena itu, perlu rekomendasi Gubernur dilaksanakan dalam
upaya pengendalian yang ketat dan tepat rangka pengendalian pemanfaatan ruang
Kawasan Strategis Provinsi KBU.6

4
Dirumuskan penulis dengan membandingkan penjelasan Sustainable Development Knowledge Platform dalam www.
sustainabledevelopment.un.org/sdgs.
5
Penjelasan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Bandung
Utara
6
Lihat Penjelasan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengendalian Kawasan
Bandung Utara Sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat.
4 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017

Dari latar belakang di atas, masalah yang preventif, yaitu mencegah terjadinya
menarik untuk diteliti dan dibahas dalam pencemaran dan kerusakan lingkungan.
artikel ini adalah: Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
1. Bagaimana fungsi perizinan dalam kerusakan lingkungan hidup terdiri dari7:
pengendalian pemanfaatan ruang di KLHS; tata ruang; baku mutu lingkungan
Kawasan Bandung Utara? hidup; kriteria baku kerusakan lingkungan
2. Bagaimana peran penataan ruang sebagai hidup amdal; UKL-UPL; perizinan; instrumen
instrumen penaatan hukum lingkungan ekonomi lingkungan hidup; peraturan
dalam kasus Kawasan Bandung Utara? perundang-undangan berbasis lingkungan
hidup; anggaran berbasis lingkungan hidup;
METODE PENELITIAN analisis risiko lingkungan hidup; audit

P enelitian ini dilakukan dengan lingkungan hidup; dan instrumen lain sesuai
menggunakan metode pendekatan dengan kebutuhan dan/atau perkembangan
yuridis normatif dalam arti menggunakan ilmu pengetahuan.
data kepustakaan/sekunder (baik berupa Terdapat beberapa pengertian mengenai
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder izin, diantaranya disebutkan bahwa izin
maupun bahan hukum tersier) sebagai bahan merupakan suatu persetujuan dari penguasa
utama penelitian. Dalam hal ini digunakan berdasarkan undang-undang atau peraturan
metode penelitian yang bersifat deskriptif pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
analitis dengan pendekatan sistemik. menyimpang dari ketentuan larangan
Pengumpulan data dilakukan dengan studi perundang-undangan.8 Menurut Sjachran
kepustakaan dan studi lapangan. Data Basah, izin adalah perbuatan hukum
kepustakaan diperoleh dari perpustakaan administrasi negara bersegi satu yang
perguruan tinggi di bidang yang terkait mengaplikasikan peraturan dalam hal concreto
dengan materi penelitian termasuk pada berdasarkan persyaratan dan prosedur
instansi atau lembaga-lembaga penelitian dan sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan
lembaga negara yang terkait dengan materi peraturan perundang-undangan.9 Dalam
penelitian. Pengumpulan informasi dilakukan hal ini penulis lebih memakai pengertian
dengan menggunakan metode wawancara izin dari Sjachran Basah, karena seseorang
dengan narasumber yang ditentukan secara dalam pengajuan permohonan izin harus
judgemental. Wawancara dilakukan secara memenuhi persyaratan dan prosedur yang
terarah dengan menggunakan pedoman telah ditentukan, dengan kata lain upaya
wawancara yang telah disusun sebagai pencegahan pencemaran dan kerusakan
arahannya. lingkungan dapat dilaksanakan dari awal
proses perizinan, sehingga hal-hal yang
PEMBAHASAN dimohonkan oleh pemohon izin dapat
Konsep Izin Berwawasan Lingkungan diselaraskan dengan program yang dimiliki

P erizinan merupakan instrumen hukum oleh pemerintah untuk menunjang konsep


lingkungan yang mempunyai fungsi ramah lingkungan.

7
Lihat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
8
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, 1993, hlm. 2-3.
9
Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi. Makalah pada Penataran Hukum
Administrasi dan Lingkungan di Fakultas Hukum Unair Surabaya, hlm. 3.
Yulinda Adharani, R. Adi Nurzaman 5
Fungsi Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara

Izin merupakan landasan hukum, dapat Pengawasan dibutuhkan sebagai


dipahami bahwa suatu kegiatan tertentu perlindungan hukum bagi warga negara
tidak dapat dilakukan oleh warga masyarakat terhadap dampak dari penerbitan keputusan
tanpa adanya izin dari organ pemerintah yang tata usaha negara. Pemerintah menjalankan
berwenang. Oleh karenanya izin menjadi pemerintahan melalui pengambilan
landasan bagi pelaku kegiatan untuk dapat keputusan pemerintahan yang bersifat
memulai suatu kegiatan, dimana hak dan strategis, policy atau ketentuan-ketentauan
kewajiban pemohon izin berkaitan dengan umum melalui tindakan-tindakan
dilakukannya kegiatan, lahir setelah adanya pemerintahan yang bersifat menegakkan
izin. Tanpa izin, suatu pihak tidak dapat ketertiban umum, hukum, wibawa negara,
melakukan kegiatan yang dimuat dalam izin dan kekuasaan negara.
tersebut.10 Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Perizinan merupakan salah satu bentuk 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat Lingkungan Hidup terdapat asas-asas yang
pencegah yang dimiliki oleh pemerintah berkaitan dengan kasus yang akan dibahas,
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain ialah asas tanggung jawab Negara;
oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk asas kelestarian dan keberlanjutan; asas
pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, kehati-hatian; asas partisipatif; serta asas tata
penentuan kuota, dan izin untuk melakukan kelola pemerintah yang baik. Asas-asas ini
sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki seharusnya diperhatikan oleh pemberi izin
atau diperoleh suatu organisasi perusahaan sebelum mengeluarkan izin.
atau seseorang sebelum yang bersangkutan
dapat melakukan suatu kegiatan atau Konsep Pengendalian Pemanfaatan
tindakan.11 Ruang dalam Kerangka Pembangunan
Dalam Pasal 14 UU 32/2009 tentang Berkelanjutan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, disebutkan bahwa izin merupakan
salah satu instrumen pencegahan
R uang sebagai sumber daya pada
dasarnya tidak mengenal batas wilayah.
Namun, untuk mewujudkan ruang wilayah
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. nasional yang aman, nyaman, produktif,
Penggunaan izin sebagai instrumen dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
pengawasan ditunjukkan dengan pemberian Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta
izin-izin tertentu bagi aktivitas masyarakat. sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang
Berbagai persyaratan-persyaratan dalam nyata, luas, dan bertanggung jawab, penataan
pengurusan izin merupakan pengendali ruang menuntut kejelasan pendekatan
dalam memfungsikan izin itu sebagai alat dalam proses perencanaannya demi menjaga
untuk mengawasi aktifvitas masyarakat, keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan
dan perbuatan yang dimintakan izin adalah keterpaduan antardaerah, antara pusat dan
perbuatan yang memerlukan pengawasan daerah, antarsektor, dan antar pemangku
khusus. kepentingan. Dalam Undang-Undang Nomor

10
Y. Sri. Pudyatmoko, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Grasindo, Jakarta, 2009, hlm. 22.
11
Ridwan H.R., Op.cit., hlm. 168.
6 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017

26 Tahun 2007, penataan ruang didasarkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Penataan
pada pendekatan sistem, fungsi utama ruang yang didasarkan pada karakteristik,
kawasan, wilayah administratif, kegiatan daya dukung dan daya tamping lingkungan,
kawasan dan nilai strategis kawasan. Berkaitan serta didukung oleh teknologi yang sesuai
dengan kebijakan otonomi daerah tersebut, akan meningkatkan keserasian, keselarasan,
wewenang penyelenggaraan penataan ruang dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah, yang akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang
mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan, ada. Karena pengelolaan subsistem yang satu
pelaksanaan, dan pengawasan penataan berpengaruh pada subsistem yang lain dan
ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem
dengan batasan wilayah administratif.12 wilayah ruang nasional secara keseluruhan,
Dengan pendekatan wilayah administratif pengaturan penataan ruang menuntut
tersebut, penataan ruang seluruh wilayah dikembangkannya suatu sistem keterpaduan
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu
atas wilayah nasional, wilayah provinsi, adanya suatu kebijakan nasional tentang
wilayah kabupaten, dan wilayah kota, yang penataan ruang yang dapat memadukan
setiap wilayah tersebut merupakan subsistem berbagai kebijakan pemanfaatan ruang.
ruang menurut batasan administratif. Di dalam Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan
subsistem tersebut terdapat sumber daya pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh
manusia dengan berbagai macam kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah, maupun
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun
daya buatan, dan dengan tingkat pemanfaatan pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai
ruang yang berbeda-beda, yang apabila tidak dengan rencana tata ruang yang telah
ditata dengan baik dapat mendorong ke arah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan
adanya ketidakseimbangan pembangunan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan
antarwilayah serta ketidaksinambungan dengan rencana tata ruang. Perlindungan
pemanfaatan ruang. dan pengendalian fungsi lingkungan hidup
Penataan ruang sebagai suatu sistem disusun dengan penataan ruang yang
perencanaan tata ruang, pemanfaatan terdiri dari 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu
ruang, dan pengendalian pemanfaatan perencanaan tata ruang, perwujudan tata
ruang merupakan satu kesatuan yang tidak ruang, dan pengendalian tata ruang.13
terpisahkan antara yang satu dan yang lain Pembangunan berkelanjutan merupakan
dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah upaya sadar dan terencana yang memadukan
penataan ruang sehingga diharapkan dapat aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
mewujudkan pemanfaatan ruang yang ke dalam strategi pembangunan untuk
berhasil guna dan berdaya guna serta mampu menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
mendukung pengelolaan lingkungan hidup keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan
yang berkelanjutan; tidak terjadi pemborosan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
pemanfaatan ruang; dan tidak menyebabkan masa depan.14

12
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
13
Ibid.
14
Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Yulinda Adharani, R. Adi Nurzaman 7
Fungsi Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara

Menurut Surna T Djajadiningrat satu tujuan SDGs adalah mengatur tata cara
yang dimaksud dengan pembangunan dan prosedur masyarakat yang damai tanpa
berkelanjutan adalah pembangunan yang kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata
dapat memenuhi kebutuhan saat ini dengan pemerintahan yang terbuka serta kerja sama
mengindahkan kemampuan generasi kemitraan multi pihak.16
mendatang dalam mencukupi kebutuhannya. SDGs diusulkan untuk menawarkan
Beliau juga mengatakan bahwa proses perbaikan besar MDGs. Mereka berusaha
pembangunan berkelanjutan bertumpu pada untuk membangun MDGs dan menyelesaikan
3 faktor, yaitu: apa yang belum dicapai. Mereka berusaha
a. Kondisi sumberdaya alam untuk mewujudkan hak asasi manusia dan
b. Kualitas lingkungan untuk mencapai kesetaraan gender dan
c. Faktor kependudukan pemberdayaan semua perempuan dan anak
Sehingga mengingat ketiga faktor di atas perempuan. Hal ini terintegrasi, tak terpisahkan
maka upaya pembangunan berkelanjutan dan seimbang dengan 3 (tiga) dimensi
perlu memuat ikhtiar pembangunan yang pembangunan berkelanjutan: ekonomi, sosial,
memelihara keutuhan fungsi tatanan dan lingkungan. PBB mengumumkan 17
lingkungan agar sumber daya alam tujuan pembangunan berkelanjutan dan 169
dapat secara berlanjut menopang proses target yang menunjukkan skala dan ambisi
pembangunan secara terus menerus dari agenda secara universal. Tujuan dan target
generasi ke generasi untuk meningkatkan tersebut akan dilaksanakan selama 15 tahun
kualitas manusia Indonesia.15 ke depan di daerah-daerah penting untuk
Sidang umum Perserikatan Bangsa- kemanusiaan dan planet.17
Bangsa (PBB) yang berlangsung 25 September Apabila dilihat kasus alih fungsi di KBU
2015 di New York, Amerika Serikat ini, ada aspek yang tidak sejalan dengan
secara resmi telah menetapkan Agenda tujuan dari 17 agenda yang direncanakan,
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable yaitu tujuan 11, Membuat kota dan
Development Goals (SDGs) sebagai kesepakatan pemukiman inklusif, aman, tangguh, dan
pembangunan global. Sekurangnya 193 berkelanjutan. dimana dalam membangun
kepala negara hadir, mengesahkan Agenda kota dan pemukiman haruslah inklusif, aman,
Pembangunan Berkelanjutan 2030. tahan lama dan berkelanjutan.
Mulai tahun 2016, SDGs 2015–2030 Masalah lingkungan di negara yang
secara resmi menggantikan Tujuan sedang berkembang seperti Indonesia, berbeda
Pembangunan Millennium/Millenium dengan masalah lingkungan di negara maju
Development Goals (MDGs) 2000–2015. SDGs atau industri. Masalah lingkungan di negara
berisi seperangkat tujuan transformatif yang maju disebabkan oleh pencemaran sebagai
disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa akibat sampingan yang menggunakan banyak
tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan. Salah energi, teknologi maju yang boros energi

15
Surna T. Djajadiningrat, Artikel: Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan, Jurnal Hukum
Lingkungan, ICEL, 1994.
16

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), “Sustainable Development Knowledge Platform”, https://
sustainabledevelopment.un.org/sdgs, diakses pada tanggal 29 Maret 2017.
17
United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, “Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030”, http://
www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/post-2015/sdg-overview/, diakses pada tanggal 29 Maret 2017.
8 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017

pada industri, kegiatan transportasi, dan ruang hidup yang lebih baik.
komunikasi serta kegiatan-kegiatan ekonomi Gambar 1
lainnya. Masalah lingkungan di Indonesia Proses Audit Tata Ruang
terutama berakar pada keterbelakangan
pembangunan. Karena itu, apabila negara
industri mempunyai pandangan yang
kuat untuk mengatasi masalah lingkungan
dengan tidak meningkatkan pembangunan,
lazim dikenal dengan pertumbuhan nol
(zero growth), bagi Indonesia justru untuk
mengatasi masalah lingkungan diperlukan
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan
pembangunan nasional.18
Dalam rangka penyelenggaraan
penataan ruang, dilakukan pengawasan
teknis dan pengawasan khusus. Dalam Sumber: Kementerian Agraria dan Tata
pengawasan khusus terdapat audit tata ruang, Ruang, 2016
audit tata ruang dilakukan untuk memastikan Audit tata ruang di sini dilakukan untuk
bahwa kawasan telah sesuai dengan yang menyesuaikan pemanfaatan ruang yang
ditentukan.19 semestinya. Apabila terdapat kawasan atau
Dalam Pasal 55 Ayat (1), Ayat (2), Dan lahan yang tidak sesuai dengan rencana pola
Pasal 59 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 26 ruang, maka dapat dilakukan pencabutan
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dibahas izin. Tetapi pencabutan izin tersebut tidak
tentang perlunya kegiatan pengawasan langsung dapat dilakukan melainkan harus
penataan ruang, maka dilakukan audit tata melalui pengadilan.20
ruang sebagai salah satu bentuk pengawasan
khusus yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pemanfaatan Ruang di KBU

K
Pusat dan Pemerintah Daerah, selain itu audit egiatan pemanfaatan ruang, terutama
tata ruang juga merupakan upaya pencegahan yang berkaitan dengan pembangunan
sejak dini atas indikasi ketidaksesuaian sedikit banyaknya akan berpengaruh pada
pemanfaatan ruang dengan rencana tata sektor-sektor lain yang berhubungan sebagai
ruang serta sebagai langkah awal upaya ekses dari pembangunan tersebut. Beberapa
penertiban atas pelanggaran tata ruang yang kegiatan sektoral dalam pemanfaatan
telah terjadi. Tujuan dari audit tata ruang ialah ruang diantaranya, sektor kehutanan,
mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai sektor pertanian atau perkebunan, sektor
dengan rencana tata ruang dan melakukan perumahan dan permukiman, sektor industri
upaya penertiban pemanfaatan ruang dalam dan sektor pertambangan. Sederhananya,
rangka penegakan hukum untuk menciptakan dapat dikatakan bahwa semua kegiatan

18
Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung: Alumni, 2001,
hlm. 18.
19
Hasil wawancara dengan Bapak Tondi Direktorat Penertiban Wilayah 2 Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
20
Ibid.
Yulinda Adharani, R. Adi Nurzaman 9
Fungsi Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara

sektoral yang memiliki dimensi lingkungan Rencana Kawasan Lindung, disebutkan


hidup berpotensi menimbulkan konflik dalam bahwa salah satu rencana kawasan lindung
pelaksanaan dan pemanfaatan sehingga merupakan kawasan yang memberikan
memerlukan penataan dalam suatu Rencana perlindungan terhadap kawasan bawahannya
Tata Ruang Wilayah pada setiap tingkatan.21 (Pasal 43 Ayat (1)), dan kemudian dipertegas
Pengendalian pemanfaatan ruang dalam Pasal 44 Ayat (1), bahwa Kawasan yang
tersebut dilakukan pula melalui perizinan memberikan perlindungan terhadap kawasan
pemanfaatan ruang, pemberian insentif bawahannya sebagaimana dimaksud dalam
dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Pasal 43 Ayat (1) huruf a, adalah Kawasan
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan Bandung Utara.
sebagai upaya penertiban pemanfaatan Gambar 2
ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang Peta Kawasan Bandung Utara
harus dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan
diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya
masing-masing. Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
baik yang dilengkapi dengan izin maupun
yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi
adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau
sanksi pidana denda.22
Kawasan Bandung Utara, dalam
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 18
Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bandung Sumber: Dinas Tata Ruang dan Permukiman
2011-2031 disebutkan sebagai kawasan Jawa Barat
yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung
Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan No. 10 Tahun 2015 tentang RDTR-PZ Kota
Kabupaten Bandung Barat dengan batas Bandung 2015-2035, Pasal 317, berlaku
di sebelah utara dan timur dibatasi oleh ketentuan khusus untuk Kawasan Bandung
punggung topografi yang menghubungkan Utara, yang diantaranya memuat:
puncak Gunung Burangrang, Masigit, 1. Ketentuan intensitas dan tata massa
Gedongan, Sunda, Tangkubanparahu dan bangunan untuk semua zona dan sub
Manglayang, sedangkan di sebelah barat zona di dalam Kawasan Bandung Utara
dan selatan dibatasi oleh garis (kontur) 750 didasarkan pada jenis bangunan tinggi,
m di atas permukaan laut (dpl) yang secara sedang dan rendah.
geografis terletak antara 107o 27’ - 107o Bujur 2. Permohonan pembangunan untuk
Timur, 6o 44’ - 6o 56’ Lintang Selatan. Lebih bangunan sedang dan tinggi harus melalui
khusus, dalam peraturan tersebut dinyatakan pengkajian rancangan (design review) yang
bahwa dalam Pasal 43 dan Pasal 44 mengenai menilai dampak pembangunan tersebut

21
A.M. Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang, Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014, hlm. 187.
22
Lihat Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 20017 tentang Penataan Ruang.
10 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017

terhadap berbagai aspek yang berkaitan. Kota Bandung No. 18 Tahun 2011 tentang
3. Harus mendapatkan rekomendasi dari RTRW Kota Bandung 2011-2031 mengenakan
Gubernur. disinsentif khusus, yang berupa tidak
Dalam rangka perwujudan dikeluarkan izin lokasi baru; tidak dibangun
keseimbangan proporsi kawasan lindung, akses jalan baru melalui kawasan Punclut;
Pasal 14 Peraturan Daerah Kota Bandung No. dan/atau tidak dibangun jaringan prasarana
18 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bandung baru kecuali prasarana vital kota.
2011-2031 menyatakan beberapa strategi, Pola pemanfaatan ruang di KBU terbagi
diantaranya: menjadi 2 (dua) yaitu pemanfaatan ruang
1. menjaga keseimbangan proporsi kawasan kawasan lindung, dan kawasan budidaya.
lindung khususnya di Kawasan Bandung Kawasan Lindung adalah kawasan yang
Utara; ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
2. mempertahankan dan menjaga hutan kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
lindung sebagai kawasan hutan kota; sumber daya alam, sumber daya buatan
3. mempertahankan dan merevitalisasi dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna
kawasan-kawasan resapan air atau kepentingan pembangunan berkelanjutan.
kawasan yang berfungsi hidrologis untuk Kawasan budi daya adalah wilayah yang
menjamin ketersediaan sumber daya air ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dan kesuburan tanah serta melindungi dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
kawasan dari bahaya longsor dan erosi; sumber daya alam, sumber daya manusia,
4. mengembangkan kawasan jalur hijau dan sumber daya buatan. Pola pemanfaatan
pengaman prasarana dalam bentuk jalur kawasan budidaya di KBU terbagi menjadi
hijau sempadan sungai, jalur tegangan 2 (dua), yaitu Kawasan Permukiman dan
tinggi, dan jalur rel kereta api; Kawasan Pertanian. Kawasan Permukiman
5. mempertahankan fungsi dan menata RTH adalah kawasan yang didominasi oleh
yang ada dan tidak memberi izin alih lingkungan hunian dengan fungsi utama
fungsi ke fungsi lain di dalam mencapai sebagai tempat tinggal yang dilengkapi
penyediaan ruang terbuka hijau; dengan prasarana, sarana lingkungan dan
6. melestarikan dan melindungi kawasan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan
dan bangunan cagar budaya yang telah kesempatan kerja terbatas untuk mendukung
ditetapkan, terhadap perubahan dan perikehidupan dan penghidupan, sehingga
kerusakan struktur, bentuk, dan wujud fungsi permukiman tersebut dapat berdaya
arsitektural; guna dan berhasil guna, sedangkan
7. meminimalkan dampak resiko pada Kawasan Pertanian adalah kawasan yang
kawasan rawan bencana. dibudidayakan untuk kegiatan pertanian
Dalam rangka membatasi pembangunan holtikultura, sawah, hutan produksi,
di Kawasan Bandung Utara, Pemerintah Kota peternakan, perkebunan dan agrowisata.23
Bandung dalam Pasal 100 Peraturan Daerah

23
Deni Yuliarman dan Yeti Sumiyati, Implementasi Prosedur Perizinan Pemanfaatan Ruang Permukiman pada Kawasan
Budi Daya di Kawasan Bandung Utara Menurut Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Upaya Pencegahan Kerusakan
Lingkungan, Prosiding Ilmu Hukum Seminar Penelitian Sivitas Akademika Unisba, Gelombang 2, Tahun Akademik
2015-2016, hlm. 897, dalam http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/hukum/article/view/3685.
Yulinda Adharani, R. Adi Nurzaman 11
Fungsi Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara

Dengan ditetapkannya KBU sebagai satu hamparan dengan mata air Cibadak.
Kawasan Strategis, maka dalam penataan Lokasi dari Clevelan Condotel ini berjarak
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai 7 meter dari mata air Cibadak, sementara
pengaruh yang sangat penting. Akan radius seharusnya adalah 200 meter dari
tetapi, pada kenyataannya, pada KBU ini lokasi mata air tersebut. Pada saat proses
terdapat beberapa izin pembangunan yang pembangunan Cleveland Condotel, aspek
melanggar tata ruang dengan adanya proyek perizinan masih belum terselesaikan
pembangunan seperti pembangunan proyek (AMDAL dan IMB), meskipun proyek ini
hotel, apartemen atau pun perumahan yang sudah mengantongi SK Gubernur Jawa
dapat mengganggu fungsi kawasan tersebut, Barat, izin lokasi atau izin prinsip.
seperti pada kasus sebagai berikut: Gambar 2.
1. Galeri Ciumbuleuit 3 Apartemen Peta Sahid Cleveland Condotel
Lokasi: Jalan Ciumbuleuit Nomor 42A,
Hegarmanah, Cidadap, Kota Bandung.
Selain lokasinya yang berada pada
Kawasan Bandung Utara, pada saat
proses pembangunan, Galeri Ciumbuleuit
3 Apartemen belum memiliki izin
rekomendasi gubernur.
2. The Maj Collections Hotel & Residences
Lokasi: Jalan Ir. H. Djuanda Nomor 474,
Dago, Coblong, Kota Bandung.
The Maj Collection sudah mendapat izin Dilihat dari kasus-kasus yang ada di
mendirikan bangunan pada Mei 2013, KBU, kebanyakan ialah apartemen dan hotel
namun izin tersebut dicabut kembali pada yaang telah memiliki izin tetapi ternyata
September 2013. Pembangunan apartemen tidak memiliki rekomendasi gubernur. Hal
ini menempati lahan seluas 6000m2 dengan ini harus menjadi perhatian para pember
bangunan setinggi 25 lantai. Meskipun izin karena dalam Perda KBU dijelaskan
belum selesai dibangun, semua kamar di perlunya rekomendasi dari gubernur
lantai 25 sudah habis dipesan. Sama halnya untuk mendapatkan izin. Apabila izin telah
dengan Galeri Ciumbuleuit 3, The Maj diberikan, maka yang selanjutnya dilakukan
ini juga tidak memiliki izin rekomendari ialah pengawasan terhadap dikeluarkannya
Gubernur Jawa Barat. Selain tidak adanya izin tersebut. Dijelaskan sebelumnya bahwa
surat rekomendasi, lokasi dari The Maj dalam rangka penyelenggaraan penataan
Collection ini berada pada kawasan yang ruang, dilakukan pengawasan teknis dan
rawan longsor. pengawasan khusus. Dalam pengawasan
3. Cleveland Condotel khusus terdapat audit tata ruang, audit tata
Lokasi: Jalan Bukit Idaman Nomor 16, ruang dilakukan untuk memastikan bahwa
Ledeng, Cidadap, Kota Bandung kawasan telah sesuai dengan yang ditentukan.
Cleveland Condotel merupakan proyek Di KBU telah dilakukan audit tata ruang, salah
yang dikembangkan oleh Kurnia Land satunya dengan cara overlay peta rencana pola
Group yang dibangun pada zona lindung ruang dengan peta tutupan lahan yang dapat
dan kawasan lindung di KBU yang berada dilihat pada gambar berikut:
12 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017

Gambar 3 memiliki rekomendasi gubernur. Hal ini


Hasil overlay KBU harus menjadi perhatian para pemberi izin
karena dalam Pasal 54 Peraturan Daerah
Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung
Utara dijelaskan perlunya rekomendasi dari
gubernur untuk mendapatkan izin. Hal ini
menjadi masukan bagi pengambil kebijakan
dalam penaatan hukum lingkungan yaitu
lebih berhati-hati dalam mengeluarkan izin
sehingga dapat mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Langkah besar yang harus
ditempuh oleh Pemerintah Daerah dalam
mewujudkannya adalah membangun
Sumber: Kementerian Agraria dan Tata kesadaran dari seluruh aparat pengambil
Ruang, 2016 keputusan untuk menyadari akibat jangka
Dari hasil overlay tersebut diketahui panjang dari pemberian izin terhadap
terdapat 4% yang tidak sesuai dengan lingkungan, apalagi apabila izin yang
peruntukkannya. Dari beberapa kasus di diajukan melanggar RTRW. Tidak hanya
atas ada yang telah mendapatkan sanksi itu, Pemerintah juga harus melakukan
administratif bahkan ada pula yang telah pengawasan kepada perusahaan-perusahaan
masuk ke pengadilan, karena dalam Perda yang telah diberikan izinnya, karena itu
KBU dijelaskan bahwa setiap orang dilarang merupakan kewajiban pemerintah dalam
mendirikan bangunan di KBU tanpa izin sesuai rangka melindungi dan mengelola lingkungan
dengan ketentuan peraturan perundang- hidup.
undangan; mengganggu dan mengubah Dalam setiap pengambilan keputusan
fungsi kawasan lindung; serta melakukan atau kebijakan, pemerintah harus
alih fungsi peruntukan pemanfaatan ruang di mengedepankan asas kehati-hatian untuk
KBU; dll. Apabila terbukti maka sanksi yang menghindari ancaman terhadap pencemaran
dapat diterapkan ialah sanksi administrasi, dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
sanksi pidana, serta sanksi biaya paksaan Pada kasus ini, Walikota Bandung sebelum
penegakan hukum.24 mengeluarkan izin seharusnya menerapkan
asas kehati-hatian dan harus mengeluarkan
KESIMPULAN DAN SARAN izin sesuai dengan Pasal 54 Peraturan Daerah

K asus ini menunjukkan bahwa fungsi izin Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
sebagai pengendali pemanfaatan ruang Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung
di KBU pada kenyataannya masih jauh dari Utara dijelaskan perlunya rekomendasi
yang diharapkan. Dari hasil penelitian ini dari gubernur untuk mendapatkan izin.
kebanyakan ialah apartemen dan hotel yang Apabila izin telah dikeluarkan tanpa adanya
telah memiliki izin tetapi ternyata tidak rekomendasi gubernur, seharusnya Walikota

24
Lihat Pasal 62 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengendalian Pemanfaatan
Kawasan Bandung Utara.
Yulinda Adharani, R. Adi Nurzaman 13
Fungsi Perizinan Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara

dapat mengambil alih supaya pengendalian Peraturan Perundang-Undangan


izin dapat dilakukan dengan cara meninjau Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
dan menginventarisir kembali bangunan tentang Penataan Ruang.
bangunan yang telah dikeluarkan izinnya, dari
hasil tersebut akan muncul data mana yang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
berizin sesuai peruntukkannya, mana yang tentang Perlindungan dan Pengelolaan
berizin tidak sesuai peruntukkannya, mana Lingkungan Hidup.
tidak berizin sesuai dengan peruntukkannya, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dan mana yang tidak berizin dan tidak tentang Pemerintahan Daerah.
sesuai peruntukannya. Atas dasar data itulah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Walikota dapat melakukan tindakan tegas. tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
DAFTAR PUSTAKA Pemerintahan Daerah.
Buku-Buku
Peraturan Daerah Jawa Barat No. 2 Tahun
A.M. Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata 2016 tentang Pedoman Pengendalian
Ruang, Jakarta: Prenadamedia Grup, Pemanfaatan Kawasan Bandung Utara.
2014.
Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Artikel dan Jurnal
Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Deni Yuliarman dan Yeti Sumiyati,
Bandung: Alumni, 2001. Implementasi Prosedur Perizinan
J.T. Jayaginata, Tata Guna Lahan dalam Pemanfaatan Ruang Permukiman pada
Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Kawasan Budi Daya di Kawasan Bandung
Wilayah, Bandung: ITB Press, 1992. Utara Menurut Peraturan Perundang-
Philipus M. Hadjon, R. Sri Soemantri M., Undangan sebagai Upaya Pencegahan
Sjachran Basah, dkk, Pengantar Hukum Kerusakan Lingkungan, Prosiding Ilmu
Administrasi Indonesia, Yogyakarta: Hukum Seminar Penelitian Sivitas
Gadjah Mada University Press, 1993. Akademika Unisba, Gelombang 2, Tahun
Akademik 2015-2016, hlm. 897, dalam
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.
Perizinan, Surabaya: Yuridika, 1993. php/hukum/article/view/3685.
Prajudi Atmo Sudirdjo, Hukum Administrasi Surna T. Djajadiningrat , Artikel: Pembangunan
Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983. Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan,
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Jurnal Hukum Lingkungan, ICEL, 1994.
Jakarta: Rajagrafindo, 2006. Sustainable Development Knowledge Platform
Y. Sri. Pudyatmoko, Perizinan Problem dan dalam www.sustainabledevelopment.
Upaya Pembenahan, Jakarta: Grasindo, un.org/sdgs
2009. United Nations Development Programme (UNDP)
Indonesia, “Agenda Pembangunan
Berkelanjutan 2030”, http://www.
id.undp.org/content/indonesia/id/
home/post-2015/sdg-overview/

Anda mungkin juga menyukai