Anda di halaman 1dari 6

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

PERSENTASE KEJADIAN ANEMIA PADA PETANI TERPAPAR PESTISIDA DI


KELOMPOK TANI KARANG REJO, DUSUN KRINJING LOR, DESA
JATISARONO, KECAMATAN NANGGULAN, KABUPATEN KULON PROGO

Yuliana Prasetyaningsih(1), Desto Arisandi(1), dan Puri Dwi Retnosetiowati(1)


(1)
Prodi D3 Analis Kesehatan, Stikes Guna Bangsa Yogyakarta,Sleman, DIY
E-mail : yulianaprasetya@gmail.com , destoarisandi.gby@gmail.com

Abstrak

Anemia merupakan salah satu efek kronis akibat keracunan pestisida. Kontaminasi pestisida secara
langsung dapat menyebabkan keracunan dan gangguan kesehatan jangka panjang. Pestisida dalam
bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk
cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori
kulit. Bahaya keracunan pestisida dapat secara langsung dimakan atau diminum oleh manusia.
Bahaya lain yang diakibatkan oleh pestisida yaitu dengan mengirup gas racun, kontak pada kulit atau
terkontaminasi dengan bahan makanan dan minuman. Risiko bagi kesehatan yaitu dalam bentuk
keracunan akut dan keracunan kronik yang berjangka panjang. Keracunan akut terjadi karena
kecerobohan dan tidak memperhatikan aspek keamanan seperti penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD). Keracunan kronik akibat terpapar pestisida dapat dalam bentuk abnormalitas pada profil
darah seperti hemoglobin, netrofil dan leukosit, kerusakan hormon endokrin, sistem syaraf, dan
sistem pencernaan. Anemia merupakan keadaan masa eritrosit atau hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen untuk jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia
dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah
normal. Timbulnya anemia menandakan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kejadian anemia pada petani
terpapar pestisida di Kelompok Tani Karang Rejo, Dusun Krinjing Lor, Desa Jatisarono Kecamatan
Nanggulan, Kulon Progo. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 32 orang yang diperoleh secara acak. Pengumpulan data menggunakan
lembar isian dan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), kadar hematokrit dan jumlah eritrosit.
Persentase kejadian anemia pada Petani Terpapar Pestisida di Dusun Krinjing Lor, Desa Jatisarono,
Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo yaitu 22% .

Kata Kunci : Kejadian Anemia, Pestisida, Petani, desa Krinjing Lor, Kulon Progo

PENDAHULUAN modern, pestisida digunakan sebagai sarana


Indonesia adalah salah satu Negara untuk membunuh hama-hama tanaman.
berkembang dan Negara Agraris yang Penggunaan yang sesuai aturan dengan cara
sebagian penduduknya memiliki mata yang tepat adalah hal mutlak yang harus
pencaharian sebagai petani. Petani merupakan dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah
kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski bahan yang beracun. Penggunaan bahan-
ada kecenderungan semakin menurun, bahan kimia pertanian seperti pestisida
angkatan kerja yang bekerja pada sektor tersebut dapat membahayakan kehidupan
pertanian, masih berjumlah sekitar 40% dari manusia[12]
angkatan kerja. Banyak wilayah Kabupaten di Berdasarkan cara kerjanya, pestisida
Indonesia yang mengandalkan pertanian, dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sistemik dan
termasuk perkebunan sebagai sumber non-sistemik. Pestisida yang mempunyai sifat
Penghasilan Utama Daerah. Pengelolaan sistemik yaitu insektisida, dapat diserap oleh
pertanian yang di beberapa daerah masih tanaman. Pestisida yang bersifat non-sistemik
didominasi oleh pertanian tradisional harus dapat mematikan hama, bila pestisida
berubah menjadi pertanian modern untuk mengenai tubuh maka dapat merusak sistem
meningkatkan hasil dan kualitas dan nilai jual saraf dan disebut pestisida kontak. Pestisida
hasil pertanian. Dalam bidang pertanian masuk ke dalam perut melalui mulut

THE 5TH URECOL PROCEEDING 452 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

kemudian merusak bagian pencernaan disebut kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
pestisida perut. Pestisida masuk melalui darah merah berlebihan.
saluran pernafasan kemudian merusak sistem Patil Jyotsna et al. dalam penelitian kepada
saraf disebut pestisida pernafasan[9]. Bahaya para petani anggur yang terpapar pestisida
keracunan pestisida dapat secara langsung mendapati penurunan dalam beberapa
dimakan atau diminum oleh manusia. Bahaya komponen hematologi seperti Hemoglobin,
lain yang diakibatkan oleh pestisida yaitu Hematokrit dan Red Blood Cell[7]. Hasil
dengan mengirup gas racun, kontak pada kulit Penelitian Runia tentang Faktor-faktor yang
atau terkontaminasi dengan bahan makanan berhubungan dengan keracunan pestisida dan
dan minuman[12]. Risiko bagi kesehatan yaitu kejadian Anemia pada petani hortikultura di
dalam bentuk keracunan akut dan keracunan desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten
kronik yang berjangka panjang. Keracunan Magelang Jumlah petani yang menderita
akut terjadi karena kecerobohan dan tidak keracunan adalah sebanyak 75 orang
memperhatikan aspek keamanan seperti (96,15%) dan petani yang menderita anemia
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). adalah sebanyak 63 orang (80,8%)[11]. Reddy
Keracunan kronik akibat terpapar pestisida P.B dan 4 Jagdish Kanojia melakukan
dapat dalam bentuk abnormalitas pada profil penelitian pada petani di beberapa desa di
darah seperti hemoglobin, netrofil dan India menyimpulkan hal yang sama dimana
leukosit, kerusakan hormon endokrin, sistem didapati penurunan pada parameter
syaraf, dan sistem pencernaan[8]. hematologi seperti Hemoglobin, Hct dan
RBC[10] . Penelitian yang dilakukan oleh Djau
[3]
Hemoglobin adalah pigmen berwarna merah tahun 2009 di India juga didapati bahwa
pembawa oksigen yang dibentuk oleh eritrosit terdapat pengaruh pestisida dalam kadar
dan berkembang dalam sumsum tulang. hemoglobin dimana pestisida ini
Hemoprotein yang mengandung empat gugus menyebabkan penurunan produksi atau
hematin dan globin serta mempunyai peningkatan penghancuran sel darah merah.
kemampuan mengangkut oksigen dari paru- hal ini membuat terbentuknya methemoglobin
paru ke seluruh jaringan tubuh, oleh karena itu di dalam sel darah merah[2]. Hal ini
akan memberikan energi pada reaksi kimia menyebabkan hemoglobin menjadi tidak
dalam sel-sel.Pengiriman oksigen adalah normal dan tidak dapat menjalankan
fungsi utama dari molekul hemoglobin. fungsinya dalam menghantar oksigen[9].
Struktur hemoglobin mampu mengangkut O2 Menurut World Health Organization (WHO),
dari jaringan, serta menjaga darah pada pH 20.000 orang per tahun meninggal akibat
yang seimbang. Satu molekul hemoglobin keracunan pestisida. Pada tahun 2011, Badan
mengikat satu molekul oksigen di udara. Pusat Statistik (BPS) daerah Kulon Progo,
Hemoglobin memiliki afinitas yang tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
untuk oksigen dalam udara, karena pada melaporkan terdapat 210 kasus gangguan fisik
jaringan kapiler di paru-paru terjadi proses dan klinis pada petani. Sebanyak 50 orang
difusi oksigen yang cepat. Molekul diantaranya diperiksa laboratorium dan
hemoglobin mampu mengangkut oksigen dan diperoleh hasil 15 orang (30%) keracunan[1].
membongkar oksigen ke jaringan di daerah Pestisida dalam bentuk gas merupakan
yang afinitas oksigennya rendah sebagai pestisida yang paling berbahaya bagi
molekul transit (deoksihemoglobin) di dalam pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan
sirkulasi[6]. sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat
masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang
[8]
Anemia merupakan keadaan masa eritrosit pori kulit[4]. Hal ini menarik perhatian peneliti
atau hemoglobin yang beredar tidak untuk melakukan penelitian kejadian anemia
memenuhi fungsinya untuk menyediakan pada petani terpapar pestisida di kelompok
oksigen untuk jaringan tubuh. Secara Tani Karang Rejo, Dusun Krinjing Lor Desa
laboratoris, anemia dijabarkan sebagai Jatisarono Kecamatan Nanggulan Kulon
penurunan kadar hemoglobin serta hitung Progo.
eritrosit dan hematokrit di bawah normal.
Timbulnya anemia menandakan adanya

THE 5TH URECOL PROCEEDING 453 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berjenis kelamin laki-laki yaitu 94% dan yang
persentase kejadian anemia pada petani yang berjenis kelamin perempuan yaitu 6%.
terpapar pestisida di kelompok tani Karang Distribusi jumlah responden dapat dilihat
Rejo Dusun Krinjing Lor Desa Jatisarono pada tabel 1.
Kecamatan Nanggulan Kulon Progo. Peneliti Tabel 1. Distribusi Jumlah Responden
berharap penelitian ini dapat memberikan Berdasarkan Jenis Kelamin
informasi kepada masyarakat khususnya Jenis Jumlah Persentas
petani, bahwa jika tubuh terpapar pestisida Kelamin Responde e (%)
secara berkepanjangan akan berdampak pada n (n)
komponen darah yang ada di dalam tubuh dan Laki-laki 30 94
mempengaruhi kesehatan manusia. Perempua 2 6
METODE n
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan Jumlah 32 100
pendekatan cross sectional. Lokasi Penelitian Hasil penelitian laboratorium dengan 3
di Dusun Krinjing Lor, Desa Jatisarono, parameter pemeriksaan yaitu kadar
Kecamatan Nanggulan Kulon Progo dan hemoglobin (Hb), kadar Hematokrit (Hmt)
pemeriksaan kadar Hemoglobin di dan Jumlah eritrosit diperoleh hasil rata- rata
Laboratorium pada bulan Mei 2016. Populasi kadar Hb 13,74 g/dl dengan nilai minimum
penelitian ini adalah 47 orang petani di 10,5g/dl dan nilai tertinggi 16,4 g/dl. Hasil
Kelompok Tani Karang Rejo. Sampel yang rata-rata kadar hmt 39,99% dengan nilai
digunakan adalah sebanyak 32 orang petani terendah 30,2% dan nilai tertinggi
dengan teknik pengambilan sampel random 47%.Sedangkan rata-rata jumlah eritrosit 4,52
sampling. juta sel/ul darah, dengan nilai terendah 3,46
dan nilai tertinggi 5,51 juta sel/ul darah.
Beberapa alat dan bahan yang digunakan Distribusi hasil pemeriksaan anemia pada
dalam adalah hematology analyzer, cool box, petani terpapar pestisida Di Kelompok Tani
spuit, tabung vakum ungu, tournikuet, kapas Karang Rejo, Dusun Krinjing Lor Desa
kering, kapas alkohol, plester, dan darah vena. Jatisarono Kecamatan Nanggulan Kulon
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini Progo dapat dilihat pada tabel 2.
adalah tahap pendahuluan, berupa Survei Tabel 2. Distribusi hasil Pemeriksaan
lapangan dan pengurusan surat izin di STIKes Anemia Pada Petani Tepapar
Guna Bangsa serta pengurusan surat izin di Pestisida Di Kelompok Tani
Dusun Krinjing Lor Desa Jatisarono Karang Rejo, Dusun Krinjing Lor
Kecamatan Nanggulan Kulon Progo. Tahap Desa Jatisarono Kecamatan
pelaksanaan, yang didahului dengan Nanggulan Kulon Progo
pengumpulan responden di kediaman ketua Parameter Rata- Nilai Nilai
padukuhan Dusun Krinjing Lor, penyebaran pemeriksaan rata tertinggi terendah
dan pengisian kuesioner kepada petani yang Hb (g/dl) 13,74 16,4 10,5
telah bersedia menjadi responden dilanjutkan Hmt (%) 39,99 47 30,2
dengan pengambilan spesimen darah. Sampel
Jumlah 4,52 5,51 3,46
darah segera dibawa ke laboratorium untuk
Eritrosit (juta
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin,
sel/ul)
kadar hematokrit dan jumlah eritrosit.
Penelitian ini menggunakan metode otomatik
Hasil karakteristik petani Kelompok Tani
dengan alat hematology analyzer tipe Sysmex
Karang Rejo diperoleh hasil sebesar 66%
KX-21. Data penelitian yang diperoleh
petani yang menggarap sawah sendiri. Jenis
dianalisis secara deskriptif kemudian data
pestisida yang digunakan yaitu insektisida
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
sebesar 62%, Rodentisida sebesar 6% dan
HASIL
Herbisida sebesar 32%. Sebanyak 88% petani
Hasil penelitian diperoleh sampel darah dari
melakukan penyemprotan dengan pestisida
petani berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30
selama 1-2 jam. Petani di Kelompok Tani
orang dan 2 orang petani berjenis kelamin
Karang Rejo mempunyai kebiasaan tidak
perempuan. Distribusi jumlah responden yang

THE 5TH URECOL PROCEEDING 454 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

menggunakan alas kaki sebesar 88%, dan Karang Rejo melakukan penyemprotan
sebesar 85% petani menggunakan masker. dengan pestisida ini rata-rata melakukannya
Hasil Karakteristik petani di Kelompok Tani selama 1-2 jam dalam sehari yaitu sebesar
Karang Rejo secara lengkap dapat dilihat pada 88%. Petani juga masih banyak yang tidak
tabel 3. menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Tabel 3. Karakteristik Petani di Kelompok seperti masker sebesar 15%, alas kaki sebesar
Tani Karang Rejo 88% dan sarung tangan sebesar 72% sehingga
Jumlah petani lebih cepat terpapar oleh pestisida.
Kategori Responden
n % Parameter pemeriksaan untuk mendiagnosa
Petani 32 100 anemia adalah kadar hemoglobin, kadar
Menggarap hematokrit dan jumlah eritrosit. Apabila hasil
sawah sendiri pemeriksaan ketiga parameter tersebut kurang
Ya 21 66 dari normal maka responden dalam kategori
Tidak 11 34 anemia. Anemia merupakan suatu kondisi
Jenis pestisida yang terjadi ketika jumlah sel darah merah
Insektisida 20 62 (eritrosit) atau jumlah hemoglobin yang
Rodentisida 2 6 ditemukan dalam sel darah merah kurang dari
Herbisida 10 32 normal[8]. Hasil penelitian ini menunjukkan
Lama jam 78% (25 orang) petani tidak mengalami
penyemprotan anemia dan 22% (7 orang) petani mengalami
anemia.
1-2 jam 28 88
3-4 jam 2 6
Penyemprotan pada siang hari dengan suhu
> 4 jam 2 6
yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya
Menggunakan gangguan atau keracunan karena suhu yang
sarung tangan tinggi akan menyebabkan metabolisme dalam
Tidak 23 72 tubuh meningkat dan penyerapan pestisida ke
Ya 9 28 dalam tubuh menjadi semakin besar. Suhu
Menggunakan lingkungan yang buruk jika suhu lebih tinggi
alas kaki dari suhu tubuh manusia yaitu 370C, maka
Tidak 28 88 suhu tubuh juga akan meningkat dan
Ya 4 12 menyebabkan vosodilasi yaitu pembuluh
Menggunakan darah mengembang untuk berdekatan dengan
masker kulit yang memungkinkan panas di bebaskan
Tidak 5 15 keluar lebih banyak[5].
Ya 27 85
Hasil penelitian menunjukkan petani yang
PEMBAHASAN mengalami anemia mempunyai kebiasaan
Responden penelitian ini berasal dari tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
Kelompok Tani Karang Rejo yang berada di (APD) berupa sarung tangan, sepatu dan
Desa Jatisarono Nanggulan Kulon Progo. masker pada saat bekerja dan telah
Dengan Kriteria inklusi usia petani antara 40- menggunakan pestisida sejak 20 tahun yang
80 tahun dan menggunakan pestisida. Hasil lalu. Terpaparnya tubuh oleh pestisida
kuisioner diperoleh sebanyak 32 orang berdampak pada komponen yang ada dalam
Kelompok Tani Karang Rejo menggunakan tubuh manusia, salah satunya adalah darah.
pestisida pada tanamannya untuk Pestisida dapat menimbulkan abnormalitas
menghasilkan hasil tanam yang baik dan lebih pada profil darah, karena pestisida dapat
cepat memberantas hama-hama yang ada di mengganggu organ-organ pembentuk sel-sel
sawah. Pestisida yang digunakan yaitu jenis darah, proses pembentukan sel-sel darah dan
insektisida (pemberantas serangga), juga sistem imun[11].
rodentisida (pemberantas tikus), dan herbisida Selama ini, penggunaan pestisida oleh petani
(pemberantas rumput liar). Kelompok Tani bukan atas dasar keperluan pengendalian

THE 5TH URECOL PROCEEDING 455 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

secara indikatif, namun dilaksanakan secara Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
“Cover Blanket System” artinya ada atau tidak mengenai faktor-faktor yang dapat
ada hama tanaman, racun berbahaya ini terus mempengaruhi kejadian anemia di petani
disemprotkan ke tanaman, teknik terpapar pestisida Pada Kelompok Tani
penyemprotan yang kadang melawan arah Karang Rejo Dusun Krinjing Lor, Desa
angin menyebabkan petani memiliki Jatisarono Nanggulan Kulon Progo.
kedudukan ganda yang di kenal sebagai
pelaku dan penderita keracunan pestisida. UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagai pelaku karena sistem penggunaan Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama
yang tidak tepat sasaran, sehingga dapat tim yang baik dan keterlibatan dari berbagai
menimbulkan bahaya terhadap orang lain. pihak. Oleh karena itu tim peneliti
Sebagai penderita, petani akan mengalami mengucapkan terimakasih tak terhingga
ancaman keracunan akibat pekerjaannya. kepada:
Keracunan pestisida tersebut disebabkan juga 1. Kepala Dukuh Dusun Krinjing Lor,
bahwa petani tidak melindungi dirinya dengan Desa Jatisarono Nanggulan Kulon
masker maupun kaos tangan saat mencampur Progo
dan menyemprotkan cairan pestisidanya. 2. Kelompok Tani Karang Rejo, Dusun
Akibatnya, udara yang dihirup bersamaan saat Krinjing Lor, Desa Jatisarono
menyemprot itu masuk ke dalam jaringan Nanggulan Kulon Progo
tubuh, terlebih saat bersamaan petani 3. Balai Laboratorium Kesehatan DIY
menghisap rokok.
REFERENSI
[1]
Mekanisme masuknya racun pertisida melalui Badan Pusat Statistik. Kabupaten Kulon
kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta Progo Dalam Angka 2011. Kulon
melalui saluran pernapasan. Melalui kulit, Progo : BPS 7, Kulon Progo,
bahan racun dapat memasuki pori-pori atau 2011;234-240
[2]
terserap langsung ke dalam sistem tubuh, Djau R. Faktor Risiko Kejadian Anemia
terutama bahan yang larut minyak. Racun Dan Keracunan Pestisida Pada
dapat masuk melalui kulit karena petani tidak Pekerja Penyemprot Gulma Di Kebun
menggunakan APD seperti alas kaki dan Kelapa Sawit PT.Agro Indomas Kab.
sarung tangan sehingga paparan pestisida Seruyan Kalimantan Tengah, Tesis.
dapat dengan mudah masuk melalui kulit Semarang: Program Studi Magister
sehingga mengakibatkan petani mengalami Kesehatan Lingkungan Universitas
anemia. Gejala anemia ditandai dengan gejala Diponegoro;2009,67-69
[3]
kelelahan, sesak napas, pucat dan pusing. Dorland, W.A. Kamus Kedokteran
Kelebihan hemoglobin akan menyebabkan Dorland. Edisi 29. Penerbit buku
terjadinya kekentalan darah jika kadarnya kedokteran EGC, Jakarta; 2002.987.
[4]
sekitar 18-19 gr/ml yang dapat mengakibatkan Handayani. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
stroke. Anemia merupakan keadaan masa Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
eritrosit atau hemoglobin yang beredar tidak Hematologi. Salemba Medika,
memenuhi fungsinya untuk menyediakan Jakarta, 2008;37-39.
[5]
oksigen untuk jaringan tubuh. Timbulnya Kementerian Kesehatan Republik
anemia menandakan adanya kegagalan Indonesia. Pedoman Penggunaan
sumsum tulang atau kehilangan sel darah Insektisida (Pestisida) dalam
merah berlebihan. Kegagalan sumsum tulang Pengendalian Vektor. 2012
[6]
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, Kiswari, R. Hematologi dan Transfusi.
pajanan toksik, invasi tumor dan akibat Erlangga, Jakarta, 2014;18-21.
penyebab yang tidak diketahui[4]. [7]
Patil JA, Patil AJ, Govindwar SP.
Biochemical effects of various
KESIMPULAN pesticides on sprayers of grape
Persentase kejadian anemia pada petani yang gardens. Indian journal of clinical
terpapar pestisida sebanyak 22%. biochemistry. 2003;18(2):16-22
SARAN

THE 5TH URECOL PROCEEDING 456 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

[8]
Proverawati, A. Anemia dan Anemia
Kehamilan. Nuha Medika,
Yogyakarta. 2011; 1-62.
[9]
Rahayuningsih, E. Analisis Kuantitatif
Perilaku Pestisida di Tanah. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta,
2009; 28-29.
[10]
Reddy PB, Jagdish K. Clinico pathological
effects of pesticides exposure on farm
workers. DAV International Journal
of Science. 2012;1(2):119-121.
[11]
Runia Y. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan keracunan pestisida
Organofosfat, Karbamat dan kejadian
Anemia pada petani hortikultura di
desa Tejosari Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang,Tesis.
Semarang: Program Studi Magister
Kesehatan Lingkungan Universitas
Diponegoro; 2008. 43-48
[12]
Sembel, Dasar-dasar Perlindungan
Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta,
2012; 21.

THE 5TH URECOL PROCEEDING 457 ISBN 978-979-3812-42-7

Anda mungkin juga menyukai