Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lender
dalam tinja (Mansjoer, 2000).

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000).

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus bila buabg air besar lebih dari 4 kali
dan pada bayi atau anak lebih dari 1 bulan buang air besar lebih dari 3 kali (IKA, 1985).

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World
Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai
pasase tinja yang cair/ lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari.

Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Tingkat dehidrasi gastroenteritis :
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

B. Etiologi
Etiologi diare menurut IKA (1985) dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
daire pada anak.
Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak beumur di bawah 2
tahun.
2. Factor Malabsorbsi
Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
5. Imunodefisiensi.

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :


1. Diare Sekresi yang disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan
apatogen ; hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan,
gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan defisiensi imun
terutama IgA sekretorik.
2. Diare Osmotik yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan
kalori protein (KKP), atau bayi berat lahir rendah dan bayi baru lahir.
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan
asam-basa (asidosis metaboolik), yang secara klinis berupa pernafasan
kusmaul, hipoglikemi, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi.

C. Tanda dan gejala


1. Diare
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
D. Anatomi Fisiologi

Usus besar merupakan tabubg muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang
terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus
kecil rata-rata sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus
besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Usus besar memiliki 4 lapisan
morfologik seperti juga bagian usus lainnya. Akan tetapi ada beberapa gambaran yang
khas pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna tetapi
terkumpul dalam 3 pita yang dinamakan taenis koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal,
dengan demikian rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap.
Panjang taenis lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik dan
berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang dinamakan haustra. Lapisan mukosa
usus besar jauh lebih tebal daripada mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau
rugae. Kriptus Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai
banyak sel goblet daripada usus halus. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan
kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior
memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon asendens dan duapertiga proksimal
kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri
(sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal
rektum). Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sakralis media dan
arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan
aorta abdominalis.
Alir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan
inferior dan vena hemoroidalis superior yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati.Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi
berlangsung. Kolon mengabsorbsi 800 ml air/hari. Kapsitas absorbsi usus besar adalah
2000 ml/hari. Bila jumlah dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan
dari ileum, maka akan terjadi diare. Pencernaan yang terjadi di usus besar diakibatkan
oleh bakteri. Usus besar mensekresikan mukus alkali yang tidak mengandung enzim,
mukus ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa. Bakteri usus besar
mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dan sisa-sisa
protein menjadi asam amino dan zat-zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol,
skatol, fenol, dan asam lemak. Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding
rektum dan merangsang refleks defekasi.

E. Patofisiologi dan pathways


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga akan terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan
menimbulkan diare juga.
Patogenesis diare akut :
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung. Jasad renik tersebut berkembang biak
(multiplikasi) di dalam usus halus. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin
diaregenik) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
F. Penatalaksanaan keperawatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
Pemberian cairan :
Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar
natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak di atas 6 bulan
dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi (untuk mencegah
dehidrasi). Kadar natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non kolera pada
anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi. Formla lengkap sering disebut oralit.
Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan sukrosa
atau karbohidrat lain ; misalnya larutan gula garam, larutan air tajin
garam, larutan tepung beras garam dan sebagainya untuk penanganan
pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada
dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
b. Cairan parenteral
Jalan pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi bila
anak mau minum serta kesadaran baik.
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedan atau tanpa dehidrasi,
tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidrasi berat.
4) Jumlah cairan
5) Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

Anda mungkin juga menyukai