Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REPORT

KEPEMIMPINAN

DIBUAT GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM


KKNI

DOSEN PENGAMPU: Dr. Eka Daryanto MT

Disusun oleh:

M. Riziki Hafiz Hutasuhut ( 5183230009 )

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayahNya kami dapat menyelesaikan Critical Book Report ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak
Dr. Eka Daryanto MT yang telah memberikan tugas Critical Book Report ini kepada kami.
Kami sangat berharap Critical Book Report ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Critical Book
Report ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Critical Book Report sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan Critical Book Report ini di waktu yang akan datang.

Medan, September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2


DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ...................................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN ......................................................................................................5
1. INDEKS BUKU............................................................................................5
2. IKHTISAR RESENSI BUKU ......................................................................5
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU ..........................................21
BAB III ................................................................................................................213
PENUTUP............................................................................................................213
A. Kesimpulan ...............................................................................................213
B. Saran .........................................................................................................213

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang penulis dalam mengkritik buku Pemimpin dan Kepemimpinan ini ialah
untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Kepemimpinan, serta sebagai acuan penambah
wawasan tentang bagaimana Mengulas sebuah buku. Dan tujuan lainnya dalam mengkritik
buku ini ialah untuk mengetahui dimana kelebihan dan kelemahan dari buku ini demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Karena tidak ada yang lebih berarti daripada kritik dan saran yang
membangun.

Bumi merupakan tempt tinggal manusia yang terbaik. Tidak terbilang jumlahnya manusia
yang telah, sedang, dan akan menjadi penghuni bumi. Semua manusia yang memeluk agama
yang bersumber dari tuhan yang maha esa percaya bahwa manusia pertama adalah adam dan
istrinya hawa. Dengan demikian berarti sejak awal kehidupan manusia dimuka bumi ini,
kehidupannya telah dijalankan dalam bentuk kebersamaan, yang pada masa – masa berikutnya
juga dilaksanakan oleh anak dan cucu nabi adam dan hawa, yang seperti dikatakan diatas sudah
tidak terbilang lagi jumlahnya, hingga abad modern sekarang ini.

Di dalam masyarakat setiap manusia sebagai individu yang makhluk sosial,


mewujudkan kehidupannya sebagai usaha megakualisasikan/merealisasikan dirinya, untuk
menemukan dan mengembangkan jati dirinya masing – masing. Untuk itu bagi setiap individu
diperlukan berbagai bantuan/kerjasama dari individu yang lain, tetapi justru untuk menjadi
pribadi dengan identitas (jati diri) yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan individu
merupakan kondisi kodrati, yang tidak boleh dan tidak dapat dihilangkan.

Tujuan Penulis

Tujuan pengkritikan buku ini adalah untuk membenahi kekurangan yang masih terdapat
dalam buku ini agar buku ini dapat benar-benar relevan untuk diajarkan dilingkungan
pembelajaran. Buku ini perlu dibenahi karena buku ini sangat penting bagi khalayak umum
dan isi buku ini merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam
studinya sehingga sangat perlu dilakukan pembenahan pada isi buku ini agar dapat menjadi
pelajaran yang tepat bagi mahasiswa.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. INDEKS BUKU

1.1. Buku Utama


a. Judul Buku : Kepemimpinan yang Efektif
b. Pengarang : Hadari Nawawi & M.Martini Hadari
c. Penerbit : Gadjah Mada University Press
d. Tahun Terbit : 2012
e. Tempat Terbit : Yogyakarta
f. Keterangan Buku :233 hlm

5
1.2.Buku Pembanding I

1. Judul buku : Strategic Leadership in the Business School

2. Pengarang : Fernando Fraguetro and Howard Thomas


3. Penerbit : Cambridge University Press
4. Tahun terbit : 2011
5. Tempat terbit : Cambridge , Cambrdigeshire, Britania Ra
6. Keterangan Buku : 282 hlm

6
IKHTISAR RESENSI BUKU

Buku Utama ( Kepemimpinan yang Efektif)

1.1. Bab 2 (Pengertian Kepemimpinn)

Seseorang yang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas
melaksanakan kepemimpinan dengan kata lain pemimpin adalah orang nya dan kepemimpinan
(leadership) adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan/kecerkasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar
bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.

A. Kepemimpinan dalam Konteks Struktural

Kepemimpinan dalam konteks struktural ini terkait pada pembidangan kerja yang disebut
struktur organisasi. Apabila suatu unit dipandang sebagai total sistem, maka pembidangannya
sebagai unit yang lebih kecil merupakan sub-sistem. Sehubungan dengan itu sistem diartikan
sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari berbagai unsur atau elemen (bidang) yang paling
berhubungan satu dengan yang lain. Contohnya apabila sebuah departemen ditempatkan
sebagai total sistem, maka elemen-elemen atau unsur-unsurnya sebagai sub-sistem terdiri dari
sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, dan kantor-kantor wilayah.

Selanjutnya sub-sistem yang terdapat didalam suatu organisasi pada dasarnya merupakan
unit-unit kegiatan/kerja yang berisi pekerjaan sejenis yang disebut struktur organisasi. Dengan
kata lain struktur organisasi adalah kerangka atau susunan unit atau satuan kerja atau fungsi-
fungsi yang dijabarkan dari tugas/kegiatan pokok suatu organisasi, dalam usaha mencapai
tujuannya.

B. Kepemimpinan dalam Konteks Non-Struktural

Tugas pokok pemimpin dalam konteks non-struktural berorientasi pada kebersamaan, dimulai
dari penentun tujuan kelompok/organisasi sesuai bidang gerak/garapannya. Langkah
berikutnya dilakukan berupa kegiatan menyusun program (rencana) kegiatan dan
melaksanakannya secara bersama-sama. Tujuan, perencanaan/program dan pelaksanaanya
selalu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
kelompok/organisasi dan lingkungan sekitarnya. Dalam keadaan seperti itu tujuan dan
perencanaanya mungkin saja tertulis dan mungkin pula tidak tertulis. Namun untuk

7
menigkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, sebaiknya
pemipin bersama-sama anggota kelompok/organisasinya merumuskan secara tertulis.
Kepemimpinan dalam konteks non-struktural dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi
pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan
bersam dan rencana yang telah ditetapkan secara bersama-sama pula. Unsur-unsur dalam
kepemimpinan meliputi :

 Adanya seseorang yang berfungsi memimpin yang disebut pemimpin (leader)


 Adanya orang lain yang dipimpin
 Adanya kegiatan menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan
mengarahkan perasaan, pikiran dan tingkah lakunya.
 Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis maupun
bersifat seketika
 Berlangsung berupa proses di dalam kelompok/ organisasi, baik besar dengan banyak
maupun kecil dengan sedikit orang-orang yang dipimpin.

Bab 3 (Dinamika Kepemimpinan)

Pada masa lalu dan bahkan sekarang ini,banyak yang berpendapat dengan mengatakan
bahwa kepemimpinan merupakan seni. Kepemimpinan sebagai seni menempatkan bakat
sebagai faktor yang penting dan berpengaruh besar terhadp kemampuan mewujudkannya.
Sebaliknya kepemimpinan sebagai ilmu menitik beratkan pada proses belajar dan latihan
(empiri). Demikan pula pendapat bahwa kepemimpinan merupakan ilmu, tidak boleh menjadi
ekstrem dengan menyatakan faktor bakat sama sekali tidak berperan dalam kepemimpinan.

A. Hubungan Manusia Dalam Kepemimpinan

Setiap manusia yang menginginkan kehidupan yang bersifat manusiawi harus berusha
menjalin hubungan antar sesama. Hubungan manusiawi dimaksud tiadak sekedar komunikasi
lisan atau tertulis akan tetapi meliputi juga sikap dan gaya yang ditampilkan pinpinan dalam
pergaulan sehari-haridengan orang-orang yag dipimpinnya. Pembahasan bab ini masih
difokuskan pada masalah-masalah hubungan manusiawi dalam kepemimpinan. Setiap
pemimpin harus menyadari bahwa untuk mewujudkan hubungan manusiawi yang efektif,
hubungan manusiawi yang efektif harus dimulai dengan perasaan simpati, yang bebas dari
prasangka yang bersifat afriori, kondisi yang berikutnya yang jauh lebih penting adalah sikap

8
dan sifat ramah tamah, jujur dan memiliki keterbukaan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa hubungan manusiawi yang efektif, merupakan faktor yang penting
dalam mewujudkan dinamika kepemimpinan.

B. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :

 Menghimpun data melalui pencatatan dan bahkan mungkin berupa kegiatan penelitian.
Data tersebut dikembangkan dengan mengikuti perubahan-perubahannya, sehingga
data yang telah dihimpun mungkin bertambah, berkurang atau bahkan harus dibuang
dan diganti dengan yang sama sekali baru.
 Melakukan analisis data, baik melalui proses berpikir kritis maupun diskusi-diskusi dan
bahkan perhitungan-perhitungan dan matematik dan statistik.
 Menetapkan keputusan yang ditempuh dengan memilih salah satu diantara beberapa
alternatif yang mungkin atau terbalik untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
 Mengoperasionalkan keputusan menjadi kegiatan atau tindakan dengan mengamati
hasilnya dan kemungkinan adanya resiko yang tidak diramalkan sebelumnya.
 Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksanaan keputusan akan diperoleh data
operasional baru. Data tersebut mungkin langsung dipergunakan dalam kegiatan
analisis ulang, sehingga menjadi perubahan keputusan.

C. Pengendalian dalam Kepemimpinan

Kepemimpinan yang titik beratnya diletakkan pada kegiatan menggerakkan orang


lain,hanya relevan/bertumpang tindih dengan salah satu atau sebagian kegiatan
pengorganisasian, , manajemen dan administrasi. Dalam kenyataannya kepemimpinan setiap
kelompok / organisasi pasti memerlukan penyusunan rencana (kegiatan perencanaan) betapa
pun sederhananya. Pada sisi lain kepemimpinan tidak dapat pula mengelak dari berbagai
kegiatan ketatausahaan, khususnya dalam menyelenggarakan surat-surat masuk dan keluar,
dokumentasi serta jenis-jenis kegiatan lainnya.

Bab 4 (Kepribadian Pemimpin)

9
Kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari masalah hubungan antar pribadi . Setiap
pemimpin berkewajiban menampilkan sifat kejujuran, bilamana menghendaki orang-orang
yang dipimpinnya juga bersikap jujur terhadap dirinya dan orang lain. Kepribadian bukan yang
diucapkan seseorang tetapi aksi dan reaksinya yang tampak berupa sikap dan perilakunya.

A. Hubungan Kepribadian dengan Motivasi


Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesatuan tubuh
dan jiwa, kepribadian yang dimiliki manusia terbentuk karena keterpaduan jiwa dan tubuh.
Kepribadian merupakan corak kejiwaan (psikis) , yang dipengruhi oleh kondisi tubuh
(jasmani/fisik) manusia .Tubuh dan jiwa memiliki saling ketergantungan dan hanya dalam
kesatuan antara keduanya setiap manusia berfungsi sebagai manusia . Motivasi merupakan
motor penggerak atau sebagai energi yang menggerakkan , sedang kepribadian merupakan
pengatur arah dan penentu kualitas kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi suatu
kebutuan tertentu.

B. Aspek – Aspek Kepribadian Pemimpin


Dalam uraian-uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia diciptakan Tuhan
Yang Maha Esa berupa kesatuan tubuh dan jiwa. Kepribadian sebagai totalitas itu
tampak berupa sikap dan perilaku, tidak terkeuali pada pemimpin. Bilamana
kepribadian pemimpin memiliki aspek –aspek sebagai berikut :
 Mencintai kebenaran dan beriman pada Tuhan Yang Maha esa
 Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain.
 Mampu bekerja sama dengan orang lain
 Ahli dibidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecerdasan (inteligensi)
yang memadai
 Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong, dan memberikan petunjuk serta
terbuka pada kritik orang lain.
 Memiliki semangat untuk maju, pengabdian dan kesetiaan yang tinggi, serta
kreatif, dan penuh inisiatif.
 Bertanggung jawab dan mengambil keputusan, konsekuen, berdisiplin, dan
bijaksana
 Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani

Bab 5 (Fungsi dan Tipe Kepemimpinan)

10
Kepemimpinan merupakan proses atau rangkaian kegiatan yang saling berhubungan
satu dengan yang lain, meskipun tidak mengikuti rangkaian yang sistematis. Kepemimpinan
berarti juga proses pemberian motivasi, agar orang lain secara ikhlas dan sungguh-sungguh
mengerjakan sesuatu. Dalam keadaan itu berarti berbagai motivasi lain yang tidak ada
hubungannya dengan kegiatan yang dimaksud pimpinan harus diperlemah.

A. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan
fungsinya. Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial
kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung
jawab bersama pula dalam melaksanakanny. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi
sebagai berikut :

 Fungsi Instruktif
 Fungsi konsultatif
 Fungsi Partisipasi
 Fungsi delegasi
 Fungsi pengendalian

B. Tipe Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yang secara terinci dijabarkan lagi
menjadi delapan pola. Ketiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan tersebut adalah :

1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif


dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.
2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan
kerjasama .
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam
rangka mewujudkan tujuan kelompok/organisasi.

Bab 6 ( Proses Kaderisasi)

11
Kepemimpinan bukan sekedar proses penurunan sifst/bakat dari orang tua kepada
anaknya. Namun tidak berrti pula sama sekali terlepas dari persoalan sifat/bakat yang
diturunkan sehubungan dengan itu berarti faktor bakat bukan satu-satunya yang menentukan
keberhasilan menjalankan kepemimpinan. Oleh karena itu dalam uraian-uraian terdahulu, telah
berkali-kali disinggung tentang pentingnya seorang pemimpin mengembangkan
kepemimpinan, diligkungan orang-orang yang di pimpinnya. Perkataan kader didalam kamus
besar bahasa indonesia diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan
penting di pemerintahan, partai, dan lain-lain.

A. Kaderisasi Informal

Pemimpin yang berkualitas tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, kelahiran seorang pemimpin
yang berkualitas memerlukan proses, yang akan mempergunakan jangka waktu yang cukup
lama. Kaderisasi berlangsung berupa untuk membentuk pribadi agar memiliki keunggulan
dalam aspek-aspek yang diutuhkan oleh seseorang.

B. Kaderisasi Formal

Perkataan formal menunjukkan bahwa usaha mempersiapkan seseorang calon pemimpi


dilakukan secara berencana, teratur, tertib (sistematis), terarah, dan disengaja. Kaderisasi dapat
dilakukan dengan memberi kesempatan kepada calon yang terpilih untuk memangku jabatan
kepemimpinan, dimulai dari jenjang yang paling rendah di dalam organisasinya.

Bab 7 (keterbatasan kepemimpinan )

Pemimpin yang menginkan keberhasilan dalam mewujudkan kepemimpinannya, harus


menyadari bahwa dirinya dan orang yang dipimpinnya adalah manusia. Dalam penciptaannya
sebagai penhuni bumi, ternyata manusia merupakan mahluk yang tidak sempurna, kekurangan
dan kelemahan itu justru terdapat didalam perilaku kepemimpinan masing-masing sehingga
dapat dipandang sebagai keterbatasan dalam kepemimpinannya.

A. Keterbatasan Manusiawi

Dalam uraian-uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia lahir ke muka bumi sebagai
makhluk yang tidak sempurna. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan yang
melekat di dalam hakekat penciptaannya.

12
 Keterbatasan normatif/spritual
 Keterbatasan fisik (jasmania)
 Pada masa muda perkembangan fisik menunjukkan peningkatan, sehingga pada
awal kedewasaan setiap orang memiliki energi (tenaga) fisik yan bersifat
maksimal.
 Fisik manusia dapat letih,sakit, memerlukan istirahat, dan tidur yang cukup,
memerlukan makanan yang bersih dan bergizi.
 Manusia diciptakan dengan fisik yang berfariasi
 Keterbatasan Psikis (Rohaniah )

B. Keterbatasan Administratif
Keterbatasan ini bersumber dari dalam kelompok/organisasi sebagai wadah kerjasama,
untuk mewujudkan kepentingan bersama yang disebut tujuan organisasi. Beberapa dari
keterbatasan administratif ini adalah :

 Keterbatasan karena misi (mission) dan potensi


Setiap pemimpin dibatasi oleh misi organisasinya, berupa kepentingan bersama dari
orang-orang yang berhimpun didalamnya. Setiap pemimpin dalam menggerakkan
orang-orang yang dipimpinnya, tidak boleh keluar dari upaya mewujudkan kerjasama,
yang terarah pada pencapaian misi organisasinya masing-masing. Didalam kehidupan
modern saat ini karena banyak organisasi, maka setiap organisasi perlu memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, yang didalamnya terdapat rumusan dan
penjelasan tentang misinya.

Bab 8 ( Hak – hak Asasi Manusia Dalam Kepemimpinan)

Dalam abad ke XX sebagai abad modren, masalah hak asasi manusia sering muncul ke
permukaan diberbagai negara terutama di negara-negara bekas jajahan di wilayah benua asia,
afrika, dan amerika selatan. Setiap masalah hak asasi manusia timbul, selalu terlihat
hubungannya dengan pemerintah/penguasa di negara-negara masing-masing.

1. Dimensi pertama berkenaan dengan kemampuan para pemimpin menghormati hak


asasi orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam perlakuan formal maupun
informal.

13
2. Dimensi kedua berkenaan dengan kematangan dan kemampuan orang-orang yang
dipimpin dalam mempergunakan hak asasinya sebagai manusia bertanggung jawab.

A. Harkat Individu Sebagai Pribadi


Manusia sebagai kesatuan tubuh dan jiwa merupakan suatu kebulatan yang disebut
individu .
B. Harkat Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Kehidupan dalam bentuk kebersamaan merupakan kodrat manusiawi, dalam arti
manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang saling membutuhkan, dan
justru/perlu saling tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan
masalah .
C. Harkat Sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa
Manusia berada dimuka bumi bukan karena kehendaknya sendiri .

Bab 9 (Peningkatan Kualitas Kepemimpinan)

Pada abad akhir XX tampak gejala kemajuan dan perkembangan kehidupan


bermasyarakat yang semakin meningkat diseluruh pelosok dunia. Perkembangan dan kemajuan
seperti itu terjadi juga dinegara indonesia karena pengaruh perkembangan ilmu/pengetahuan
dan tekhnologi yang sangat pesat. Kondisi dan proses globalisasi seperti tersebut diatas tidak
sekedar menyentuh asfek-asfek material dalam usaha pembangunan bangsa di negara-negara
yang sedang berkembang . Usaha meningkat kualitas kepemimpinan harus dilakukan secara
terus menerus, mengingat kondisi kehidupan masyarakat yang dinamis. Usaha itu harus
dimulai dari perkembangan kemampuan berpikir agar berlangsung sebagai proses yang efektif
dalam membuat keputusan yang akan mengawali aktifitas kepemimpinan dalam
menggerakkan orang-orang yang di pimpin.

A. Berpikir Efektif Dalam Menetapkan Keputusan

Berpikir merupakan potensi psikis yang sangat istimewa, yang kualitasnya pada manusia jauh
melampaui kemampuan berpikir yang diberikan TuhanYang Maha Esa pada hewan, sebagai
makhluk ciptaannnya yang sama-sama menjadi penghuni bumi . Proses berpikir berlangsung
dalam diri seseorang, dapat dibedakan sebagai berikut :

14
 Berpikir yang bersifat intra-personal, yakni yang berlangsung dalam psikis/otak
seseorang yang bersangkutan dengan/untuk dirinya sendiri.
 Berpikir yang bersifat inter-personal, yakni yang berlangsung didalam psikis atau
otak seseorang, yang berhubungan dengan dan berakibat sesuatu pada orang lain .

B. Mengkomunikasikan Hasil Berpikir

Hasil berfikir seseorang yang cemerlang tidak ada artinya jika tidak dinyatakan dan
dikomunikasikan. Bagi seorang pemimpin hasil berpikirnya tidak akan berfungsi dalam
menggerakkan anggota organisasinya, jika tidak dikomunikasikan secara efektif. Pemimpin
tidak cukup hanya memiliki kemampuan membuat komitmen atau keputusan didalam proses
berpikirnya.

C. Meningkatkan Partisipasi Dalam Pemecahan Masalah

Dalam uraian-uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa seseorang menjadi pemimpin


kerena adanya orang-orang yang dipimpin dengan demikian berarti kepemimpinan yang
berkualitas adalah yang mampu mewujudkan dan membina kerja sama yang efektif tidak saja
antara pemimpin dengan orang yang dipimpin tetapi juga diantara dan sesama orang yang
dipimpinnya.

D. Menggali Dan Meningkatkan Kreativitas

Untuk memulai uraian pada bagian ini perlu dijelaskan lebih dahulu pengertian
beberapa istilah yang telah banyak dipergunakan sejak bab pertama buku ini. Pemimpin
berkewajiban mendorong dan menumbuhkan keberanian angota tersebut untuk menyatakan
kreativitasnya. Sejalan dengan uraian-uraian diatas ada lima sebab utama yang harus diatasi
pemimpin yang mengakibatkan anggota organisasi tidak kreatif dan inovatif. Kelima sebab itu
adalah:

1) Suasana Organisasi
2) Kepribadian Anggota Organisasi
3) Tekanan Rekan Sejawat
4) Sikap Pimpinan Pada Jenjang Bawah
5) Kurang Dorongan dan Pelatihan

15
Bab 10 ( Mengendalikan Konflik Dalam Kepemimpinan)

Seorang pemimpin adalah manusia. Orang-orang yang dipimpin juga manusia. Manusia
yangberbeda-beda itu mewujudkan kebersamaan dalam wadah yang disebut organisasi.

1. Pengertian Ketegangan Dan Konflik

Ketegangan Dan Konflik adalah kondisi batin, yang tidak mudah merumuskan
pengertiaannya, meskipun setiap orang mudah mudah sekali mengalaminya. Pikiran yang
memperturutkan dan membenarkan akan semakin menenggelamkan seseorang yang sedang
berada dala ketegangan dan konflik. Dilihat dari segi organisasi dan kepemimpinan ada tiga
kondisi psikologis yang mendasari terjadinya ketegangan.

1. Manusia menyenagi kehidupan yang seimbang yang dirasakan memberikan ketenangan


ketentraman dan rasa aman.
2. Dalam mengaktualisasikan dan merealisasikan diri, setiap manusia mengejar
peningkatan.
3. Kecenderungan terjadinya pengurangan status yang dibanggakan.

2. Bentuk-Bentuk Ketegangan Batin

Pemimpin dan orang yang dipimpin sebagaimana telah berulang kali dikatakan adalah
manusia, yang tidak dapat melepaskan diri dari kemanusiaannya. Ketengangan merupakan
bagian dari kondisi hidup yang bersifat manusiawi. Bentuk-bentuk ketegangan yang perlu
dikenali itu adalah:

 Kegelisahan
 Kecemasan
 Perasaan bermasalah
 Konflik
 Konflik mendekati
 Konflik menghidar
 Konflik mendekati dan meghindar
 Perasaan takut
 “stess”

16
 Frustasi

C. Konflik dan Pertikaian

Dalam uraian-uraian diatas telah dikemukakan bahwa perasaan tegang anggota kelompok
dapat disebabkan oleh orang lain, sehingga dapat menjadi sebab terjadinya konflik dan
pertikaian dengan orang lain. Sehubungan dengan itu dalam kehidupan berorganisasi sehari-
hari sangat sering ditemui contoh-contoh konflik dan pertikaian seperti:

 Paksaan
 Kekuasaan
 Acuh dan di biarkan
 Ditindak dan disisikan

Sehubungan dengan itu bentuk konflik atau pertikaian dapat dibedakan sebagai berikut:

 Konflik dalam kelompok kecil


 Konflik antar anggota dengan kelompok
 Konflik karena perintah yang bertentangan
 Konflik karena terlalu banyak yang berwewenang memerintah
 Konflik peran

Usaha mencegah terjadinya konflik:

 Melaksanakan perdamaian
 Naik banding.

Buku Pembanding I (Strategic Leadership in the Business School )

This book is grounded in the research and writing of the two


authors: on one side, the work Howard Thomas has undertaken over
the past decade at Warwick Business School (WBS), the Association

17
of Business Schools (ABS), the Association to Advance Collegiate
Schools of Business (AACSB) International, the Global Foundation
for Management Education (GFME) and on business schools and
their strategic leadership; on the other, Fernando Fragueiro’s fi ve
years of research on ‘strategic leadership as processes in a specifi c
organizational context from a political perspective’ at three worldclass
European institutions: IMD, INSEAD and London Business
School (LBS), as well as his own experience as dean of IAE Business
School, from 1995 to 2008.
The logic of this book, which examines business school strategic
leadership processes in practice, is explained in the following
fl ow diagram (suggested by Alex Wilson, research fellow in strategic
management at WBS).
Overall, the diagram tries to throw light on the critical role
of strategic leadership in business schools. Deans have been variously
described as ‘jugglers’, ‘jacks of all trades, but masters of none’,
‘dictators’, ‘doves of peace’ and ‘dragons’. Taken together, these
metaphors illustrate the multifaceted, important and often stressful
role of leading a business school as a university discipline and
department. Deans are faced with reconciling contested identities as
CEO, entrepreneur and scholar. Some of the most successful, such as
George Bain (at LBS and, earlier, WBS), demonstrate how a range of
characteristics, including integrity, humour, confi dence, resilience,
determination and scholarship, defi ne the personality of a leader in
the political process of leadership, and enable the chosen path and
strategic direction – e.g. to beat INSEAD – to be understood by the

 The business school landscape:


trends and dilemmas

 Business schools as
professional organisations

18
(professional service fi rms)

 Strategic leadership in practice:


leading the strategic process
in three top business schools

Final reflections from my deanship


experience at WBS

It was a privilege to lead such a wonderful, collegial business school.


In my view, WBS is ‘best in class’ as a university-based business
school with a strong research-led and social science focus. In the
fi ve phases of my deanship, namely transition, agenda building and
planning, settling on a paradigm, developing a new paradigm and
arriving at a strategic crossroads, I covered the whole range of human
emotions and activities. I started with learning about the school,
relishing the challenge of change, negotiating, cajoling and leading
a new strategic agenda, successfully achieving goals and targets and
refreshing the vision with the advent of Nigel Thrift as an eager,
enthusiastic and challenging vice chancellor. My period ended with
the fi nancial crisis and the frustrations and tensions of managing
in a much more centralised, fi nancially oriented and constrained
environment. At all stages I enjoyed the task, building many lasting
friendships across WBS and the university and learning how to
legitimate issues and mobilise power, as with the adoption of the
devolved budget model, so as to achieve the school’s goals.
As I look back on my time at WBS I sincerely believe that a
dean has to listen carefully and be straightforward, approachable,
honest, direct and diplomatic. Humour and negotiating skills are
also important in achieving appropriate goals and strategies. In university-
based business schools such as WBS, a dean is ‘the meat in
the sandwich’ between the central administration and the school
staff, students and faculty. A dean can promote and implement an

19
agreed agenda, he/she can cut out activities that are not sustainable

2. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

2.1. Kelebihan Buku

1. Buku utama tersebut sudah baik, karena buku ini juga menulis bagaimana
kepemimpinan dikehidupan nyata,
2. Buku ini dilengkapi dengan materi atau bab yang tidak ada dibuku pembanding.
3. Teori kepemimpinan sangat jelas dipaparkan dalam buku ini.
4. Dari segi penampilan, buku ini cukup menarik.
5. Materi pada buku ini dibahas secara luas dibandingkan buku pembanding.
6. Buku ini mudah dipahami karena dituliskan dalam bahasa indonesia , daripada buku
pembanding bahasa inggris

2.2. Kelemahan Buku


1. Dari segi penulisan, buku ini termasuk buku yang sulit untuk pahami karena penulisan
yang terlalu rumit, sehingga susah untuk menyimpulkan bacaan tersebut.
2. Buku ini tidak dijelaskan studi kasus langsung, sedangkan dibuku pembanding
dipaparkan studi kasus.
3. Dalam penulisan buku ini masih ada penulisan yang selalu berulang-ulang.
4. Buku ini banyak kata yang kurang dipahami, sedangkan di buku pembanding
penulisannya sangat menarik

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melalui tugas critical book report ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni atau kegiatan dalam mempengaruhi orang-orang agar mereka mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan sifatnya unik, khas dan
diperlukan pada satu situasi khusus. Adapun fungsi kepemimpinan organisasional yaitu
memprakarsai struktur organisasi, menjaga adanya koordinasi dan integritas organisasi,
merumuskan tujuan institusional atau organisasional, menengahi pertentangan dan konflik-
konflik yang muncul, dan mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan, dan
penyempurnaan dalam organisasi. Buku utama lebih menjelaskan bagaimana detail nya materi
kepemimpinan, namun dibuku kedua lebih dijelaskan kearah studi kasus langsung dari
kehidupan nyata.

B. Saran

Oleh sebab itu, penulis menyarankan agar buku berikutnya lebih lengkap, dari segi
media pembelajaan dan potensi individu. Dan buku yang pertama lebih menarik dibandingan
buku pembanding.

21

Anda mungkin juga menyukai