Anda di halaman 1dari 10

C.

HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN


a. Tes Lucas

Sampel+ Reagen Lucas (Waktu)


SAMPEL Hasil uji (+)/(-
Awal 15 menit 10 )
menit+panas
METANOL Larutan Larutan Tetap (-)
berwarna berwarna berwarna
bening bening bening
2-PROPANOL Larutan Larutan Menghasilkan (+)
berwarna berwarna 2 lapisan
bening bening (keruh dan
bening)
ETANOL Larutan Larutan Berwarna (-)
berwarna berwarna bening
bening bening
FENOL Larutan Larutan Berwarna (-)
berwarna berwarna kekuningan
bening bening

b. Tes Ferri Klorida

Sampel Sampel+Reagen Lucas Hasil Uji (+)/(-)

METANOL Berwarna lebih kuning (-)

2-PROPANOL Berwarna kuning (-)

ETANOL Berwarna kuning bening (-)

FENOL Berwarna ungu (+)


PERTANYAAN
1. a. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Lucas dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Prinsip uji Lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan menambahkan reagen
lucas dimana akan terjadi reaksi subtitusi gugus OH dengan Cl yang ada pada reagen
sehingga terbentuk alkil klorida yang tidak larut dan mengendap. Gugus OH yang lepas akan
bereaksi dengan H+ yang berasal dari reagen membentuk H2O. Sedangkan gugus Cl-
menggantikan tempat OH membentuk alkil klorida yang tidak larut. Alkohol primer tidak
akan bereaksi, alkohol sekunder bereaksi lambat dan harus dengan pemanasan, sedangkan
alkohol tersier dapat bereaksi dengan cepat tanpa pemanasan (Solomon, 2009).
Langkah pertama dalam uji lucas ini adalah mempersiapkan alat dan bahannya
terlebih dahulu. Alat alat yang dibutuhkan di antaranya pembakar bunsen, kaki tiga, kasa,
gelas beker, tabung reaksi sebanyak 4 buah, pipet tetes, pipet ukur dan penjepit tabung reaksi.
Sedangkan bahan yang diperlukan di antaranya air untuk memanaskan sampel, empat sampel
berupa tiga sampel alkohol, metanol, etanol dan 2-propanol serta satu sempel benzena, fenol,
dan reagen Lucas yang merupakan campuran HCl dan ZnCl2. ZnCl2 berfungsi sebagai katalis
asam lewis, HCl berfungsi melarutkan alkohol dan juga menyumbangkan Cl- pada pembuatan
alkil klorida, serta Cl2 berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi lucas yang membantu
pemekatan warna pada reaksi sendiri.
Selanjutnya setelah semua alat dan bahan disiapkan, ambil 4 buah tabung reaksi dan
beri label nama sampel masing masing pada tabung reaksi tersebut. Ambil masing masing 0,5
ml atau 10 tetes keempat sampel tersebut dan masukkan ke dalam 4 tabung reaksi yang sudah
disiapkan dengan menggunakan pipet tetes. Tambahkan 3 ml reagen lucas dengan
menggunakan pipet ukur. Tutup keempat tabung reaksi tersebut dengan gabus, kemudian
kocok untuk menghomogenkan larutan. Diamkan selama 15 menit dan amati apakah
terbentuk kabut. Jika tidak juga terbentuk kabut, panaskan tabung reaksi selama 10 menit.
Caranya, panaskan air dalam gelas beker hingga mendidih di atas kaki tiga dengan bunsen di
bawahnya. Sebaiknya waktu pemanasan air dilakukan selama menunggu 15 menit tadi agar
mencegah perubahan yang tidak diinginkan. Keempat tabung tadi kemudian dimasukkan ke
dalam gelas beker berisi air mendidih dengan menggunakan penjepit reaksi. Tunggu selama
10 menit. Amati perubahan yang terjadi setelah 10 menit pemanasan. Catat hasilnya pada
tabel pengamatan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil negatif ditemui pada sampel
metanol, etanol dan fenol, sedangkan hasil positif ditemui pada 2-propanol. Pada metanol,
setelah reagen lucas dan sampel dicampur, hasil awal yang terbentuk warna larutan tetap
bening. Setelah ditunggu 15 menit, warna larutan tetap berwarna bening, dan setelah
dipanaskan selama 10 menit, warna larutan yang terbentuk juga tetap bening. Hasil yang
didapat sudah sesuai dengan literatur. Metanol merupakan salah satu jenis alkohol primer,
sehingga tidak akan bereaksi dengan reagen lucas (Gilbert, 2010).
Pada sampel kedua, setelah reagen lucas dan sampel 2-propanol dicampurkan, larutan
awal yang terbentuk berwarna bening. Setelah didiamkan selama 15 menit, larutan tetap
berwarna bening. Namun setelah dipanaskan selama 10 menit, ternyata menghasilkan dua
lapisan, satu berwarna bening dan satunya berwarna keruh. Hal ini juga sudah sesuai dengan
literatur. Alkohol sekunder akan bereaksi dengan reagen lucas secara lambat dan harus
dibantu dengan pemanasan, dimana salah satu contoh dari alkohol sekunder adalah 2-
propanol (Gilbert, 2010). Tetapi dua lapisan yang terbentuk pada 2-propanol tidak bertahan
lama, setelah didiamkan sesaat warnanya kembali bening. Berdasarkan literatur, hal ini dapat
terjadi karena pemanasan yang terlalu lama hingga di atas titik didih alkohol yang 70 0C.
Faktor lain juga dapat terjadi, misalnya karena tidak sengaja terkocok sewaktu dipindahkan
sehingga lapisan keruh larut kembali (Pedersen, 2010).
Pada sampel ketiga, etanol, setelah dicampurkan dengan reagen lucas, larutan awal
yang terbentuk berwarna bening. Setelah didiamkan 15 menit, larutan masih berwarna bening
dan setelah dipanaskan selama 10 menit, larutan tetap berwarna bening. Hal ini menunjukkan
uji etanol terhadap reagen lucas negatif. Hal ini sudah sesuai dengan literatur. Etanol juga
merupakan salah satu jenis alkohol primer. Alkohol primer tidak akan bereaksi bereaksi
dengan reagen lucas sehingga tidak terbentuk 2 lapisan (Gilbert, 2010).
Pada sampel keempat, fenol, setelah dicampurkan dengan reagen lucas, larutan awal
yang terbentuk berwarna bening. Setelah didiamkan selama 15 menit, larutan masih berwarna
bening dan setelah dipanaskan selama 10 menit, larutan berubah warna menjadi kekuningan,
namun tidak terbentuk dua lapisan. Hal ini juga sudah sesuai dengan literatur. Fenol
merupakan golongan benzena sehingga tidak mungkin dapat bereaksi dengan uji lucas
(Gilbert, 2010). Sehingga hasil yang didapat pada fenol juga menunjukkan uji negatif.
b. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji Lucas pada identifikasi gugus
alkohol
Pada sampel pertama, metanol, merupakan salah satu jenis alkohol primer. Alkohol
primer adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C primer atau atom C yang
mengikat satu atom C lainnya Riswiyanto, 2009). Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji
lucas adalah reaksi antara sampel dengan HCl dan katalis ZnCl2. Namun pada alkohol primer,
energi yang dimiliki atom C primer untuk mengikat gugus OH karena atom C hanya
mengikat satu atom C lain, sehingga sulit untuk disubtitusi. Hal ini yang menyebabkan
alkohol primer tidak akan bereaksi dengan uji lucas (McMurry, 2011). Reaksinya
digambarkan di bawah ini:
H3C-OH + HCl ZnCl2 Tidak bereaksi.

Pada sampel kedua, 2-propanol, merupakan salah satu jenis alkohol sekunder.
Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus –OH nya terikat pada atom C sekunder
atau atom yang mengikat dua atom C lainnya (Riswiyanto, 2009). Mekanisme reaksi yang
terjadi pada uji lucas adalah reaksi antara sampel dengan HCl dan katalis ZnCl2. 2-propanol
dapat bereaksi lambat dengan reagen lucas dimana harus dibantu dengan pemanasan
untuk hasil uji positifnya. Hal ini terjadi karena gugus OH terikat pada atom C sekunder
yang mengikat dua atom C lainnya sehingga energi ikatannya lebih lemah dan lebih
mudah bereaksi dengan reagen lugas, namun lambat sehingga harus dibantu dengan
pemanasan (McMurry, 2011). Reaksinya digambarkan di bawah ini:
2-propanol+ HCl ZnCl2 2-propil klorida + H2O

Pada sampel ketiga, etanol, merupakan salah satu jenis alkohol primer. Alkohol
primer adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C primer atau atom C yang
mengikat satu atom C lainnya Riswiyanto, 2009). Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji
lucas adalah reaksi antara sampel dengan HCl dan katalis ZnCl2. Namun pada alkohol primer,
energi yang dimiliki atom C primer untuk mengikat gugus OH karena atom C hanya
mengikat satu atom C lain, sehingga sulit untuk disubtitusi. Hal ini yang menyebabkan
alkohol primer tidak akan bereaksi dengan uji lucas (McMurry, 2011). Reaksinya
digambarkan di bawah ini:
H3C-CH2-OH + HCl ZnCl2 tidak bereaksi
Pada sampel keempat, fenol, merupakan salah satu jenis benzena dan bukan alkohol
(Riswiyanto, 2009).. Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji lucas adalah reaksi antara
sampel dengan HCl dan katalis ZnCl2. Namun pada benzena tidak akan bereaksi dengan
reagen lucas karena memiliki rantai tertutup. Selain itu fenol juga memiliki gugus OH yang
relatif lebih sulit untuk lepas kedua dua gugusnya (Solomon, 2009).
Mekanisme reaksi secara umum adalah reagen lucas akan melarutkan alkohol,
sementara itu gugus OH yang kurang nukleofilik akan terlepas dan membentuk H2O.
Sedangkan alkohol yang kehilangan OH akan digantikan dengan Cl- pada reagen lucas

2. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ferri Klorida dari beberapa sampel dalam
percobaan ini!
a. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji ferri klorida dari beberapa sampel dalam
percobaan ini!
Prinsip uji ferri klorida adalah mendeteksi keberadaan fenol pada suatu senyawa
dengan penambahan ferri klorida yang uji positifnya akan menghasilkan warna ungu sebagai
akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol dengan larutan FeCl3 yang ditambahkan.
Langkah pertama dalam uji ferri klorida ini adalah mempersipkan alat dan bahan yang
dibutuhkan. Alat yang dibutuhkan di antaranya 4 buah tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes,
kaki tiga, bunsen, kassa, dan penjepit tabung reaksi. Sedangkan bahan yang diperlukan di
antaranya aquades, empat sampel yaitu etanol, metanol, 2-propanol dan fenol, serta reagen
ferri klorida. Kemudian langkah selanjutnya, masukkan 1 ml aquades ke dalam empat tabung
reaksi dengan menggunakan pipet ukur, lalu masukkan 5 tetes sampel dengan menggunakan
pipet tetes. Selanjutnya masukkan 2 tetes reagen FeCl3 dengan menggunakan pipet tetes, lalu
kocok dan amati perubahan warna larutan yang terjadi setelah dikcocok. Catat hasilnya pada
tabel. Aquades berfungsi agar sampel tidak mudah menguap, sedangkan FeCl3 reaksi dengan
fenol membentuk FeO pada cincin benzena dan memberi warna ungu pada sampel.
Pada sampel pertama, metanol, warna setelah ditambahkan reagen ferri klorida dan
dilakukan pengocokan berwarna kuning, dimana warna kuning menunjukkan hasil uji negatif.
Metanol merupakan jenis alkohol primer dan bukan golongan benzena yang mempunyai
cincin benzena (McMurry, 2011). Golongan alkohol apapun tidak akan bereaksi dengan
reagen ferri klorida.
Pada sampel kedua, 2-propanol, warna setelah ditambahkan reagen ferri klorida dan
dilakukan pengocokan berwarna kuning, dimana warna kuning menunjukkan hasil uji negatif.
2-propanol merupakan jenis alkohol sekunder dan bukan golongan benzena yang mempunyai
cincin benzena (McMurry, 2011). Golongan alkohol apapun tidak akan bereaksi dengan
reagen ferri klorida.
Pada sampel ketiga, etanol, warna setelah ditambahkan reagen ferri klorida dan
dilakukan pengocokan berwarna kuning, dimana warna kuning menunjukkan hasil uji negatif.
Etanol merupakan jenis alkohol primer dan bukan golongan benzena yang mempunyai cincin
benzena (McMurry, 2011). Golongan alkohol apapun tidak akan bereaksi dengan reagen ferri
klorida.
Pada sampel keempat, fenol, warna setelah ditambahkan reagen ferri klorida dan
dilakukan pengocokan berwarna ungu. Warna ungu menunjukkan hasil positif karena gugus
OH pada fenol bereaksi dengan reagen ferri klorida (Solomon, 2009). Fenol merupakan salah
satu jenis benzena. Fenol akan bereaksi dengan reagen ferri klorida membentuk FeO pada
cincin benzena. Kompleks FeO pada cincin benzena inilah yang menyebabkan terbentuknya
kompleks warna ungu (Alfian, 2009).
b. Tuliskan mekanisme reaksi yang mendasari prinsip uji ferri klorida pada identifikasi gugus
alkohol
Pada sampel pertama, metanol, tidak terjadi reaksi antara reagen ferri klorida dan
sampel yang ditunjukkan dengan warna kuning setelah reagen dan sampel dicampur.
Mekanisme reaksi yang terjadi seharusnya sampel akan bereaksi dengan reagen ferri klorida
dimana akan terjadi reaksi subtitusi antara H+ pada sampel dengan reagen FeCl3. Namun
metanol merupakan salah satu jenis alkohol, alkohol primer, sehingga tidak dapat bereaksi
dengan reagen ferri klorida membentuk FeO pada cincin benzena dan memberi warna ungu
pada sampel (Alfian, 2009). Reaksinya sebagai berikut:
CH3 ─ OH + FeCl3 tidak ada reaksi
Pada sampel kedua, 2-propanol, juga tidak terjadi reaksi antara reagen ferri klorida
dan sampel yang ditunjukkan dengan warna kuning setelah reagen dan sampel dicampur.
Mekanisme reaksi yang terjadi seharusnya sampel akan bereaksi dengan reagen ferri klorida
dimana akan terjadi reaksi subtitusi antara H+ pada sampel dengan reagen FeCl3. Namun 2-
propanol merupakan salah satu jenis alkohol, contoh alkohol sekunder, sehingga tidak daapt
bereaksi dengan reagen ferri klorida membentuk FeO pada cincin benzena dan memberi
warna ungu pada sampel (Alfian, 2009). Reaksinya sebagai berikut:
CH3 ─ CH2 ─ OH + FeCl3 tidak ada reaksi
Pada sampel ketiga, etanol, , juga tidak terjadi reaksi antara reagen ferri klorida dan
sampel yang ditunjukkan dengan warna kuning setelah reagen dan sampel dicampur.
Mekanisme reaksi yang terjadi seharusnya sampel akan bereaksi dengan reagen ferri klorida
dimana akan terjadi reaksi subtitusi antara H+ pada sampel dengan reagen FeCl3. Namun
etanol merupakan salah satu jenis alkohol, contoh alkohol primer, sehingga tidak daapt
bereaksi dengan reagen ferri klorida membentuk FeO pada cincin benzena dan memberi
warna ungu pada sampel (Alfian, 2009). Reaksinya sebagai berikut:
2-propanol + FeCl3 tidak ada reaksi
Pada sampel keempat, fenol, hasil ujinya positif yang ditunjukkan dengan
terbentuknya kompleks warna ungu. Mekanisme reaksinya adalah subtitusi antara fenol
dengan reagen FeCl3 dimana H+ dalam fenol akan digantikan Fe3+ akan melepaskan H+ yang
berikatan dengan Cl- dari reagen membentuk HCl, sedangkan fenol yang gugus H+ nya
digantikan oleh Fe3+ akan membentuk FeO dan kompleks warna ungu (Solomon, 2009).
Reaksinya sebagai berikut:
OH (FeO)3
+ FeCl3 + 3HCl

Fenol Senyawa kompleks fenol


Secara umum mekanismenya adalah adanya reaksi substitusi antara sampel dengan
reagen ferri klorida dimana H+ dalam fenol digantikan dengan Fe3+ dengan reagen ferri
klorida. Sedangkan H+ yang lepas berikatan dengan Cl- membentuk HCl. Sedangkan Fe3+
akan berikatan dengan cincin benzen membentuk FeO yang dapat mengubah warna dari
kuning transparan menjadi ungu, menunjukkan hasil uji positif. Uji ferri klorida hanya
ditemukan pada senyawa fenol dan tidak ada pada alkohol karena FeCl3 hanya akan beraksi
jika terdapat gugus aromatik yang akan menghasilkan warna ungu (Alfian, 2009).
KESIMPULAN
Prinsip uji lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan penambahan reagen
lucas dimana akan terjadi reaksi subtitusi gugus OH dengsn Cl pada reagen sehingga
terbentuk alkil klorida yang tidak larut. Sedangkan prinsip uji ferri klorida adalah mendeteksi
keberadaan fenol pada suatu senyawa dengan penambahan larutan ferri klorida yang uji
positifnya menghasilkan warna ungu sebagai akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol
yang bereaksi dengan larutan FeCl3 yang ditambahkan. Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol, serta membedakan jenis alkohol primer,
sekunder dan tersier serta fenol dengan menggunakan uji lucas dan uji ferri klorida. Pada uji
lucas, sampel 2-propanol membentuk 2 lapisan berwarna keruh dan bening karena merupakan
contoh alkohol sekunder, sedangkan pada etanol, metanol dan fenol tetap negatif yang
menunjukkan hasil uji negatif. Pada uji ferri kloria, uji positif ditunjukkan oleh fenol dengan
terbentuknya warna ungu, sedangkan metanol, etanol dan 2-propanol menunjukkan hasil uji
negatif dengan warna larutan yang tetap kuning.
SARAN
Sebaiknya sewaktu center learning (CL) dijelaskan dan bukan hanya dibacakan
materinya saja, agar praktikan benar benar memahami materi praktikum yang sedang
diujikan. Untuk tahun selanjutnya, selain post test, bisa juga dijadikan alternatif tes praktek
seperti tes penggunaan pipet tetes, pipet ukur, dlsb, agar memastikan praktikan benar benar
memahami cara menggunakan alat alat praktikum tersebut.
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai