Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

1. Pengertian Waham
Waham atau delusi adalah suatu keyakinan atau pikiran
dan dipertahan betul oleh individu meskipun tidak berdasarkan
logika sehat dan meskipun terbukti kebalikannya yang benar,
dan juga meskipun terbukti mengganggu kehidupannya dalam
menyesuaikan dengan lingkungannya (Dr.Nusyirwan
yusuf,DSJ,1997).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak dapat di ubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
yang sudah kehilangan kontrol(Depkes RI,2000)
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara
kuat terus menerus,tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi
Anna Keliat,2006).
2. Etiologi
Menurut doengoes,M.E ( tahun 1987, hal 205 ) mengemukakan
bahwa etiologi waham dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu ;
a. Teori psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian
Ibu yang menyebabkan kehilangan perlindungan dan gagal
membuktikan rasa percaya dengan orang lain, sehingga
individu selalu hati-hati dalam mengucapkan gangguan
harga diri, kehilangan kontrol, takut / cemas, sikap curiga
terhadap orang lain dan sikap umum yang digunakan yatu
proyeksi

b. Teori dinamika keluarga


Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid
mempunyai orang tua yang berkarakter keras, banyak
permintaan dan yang ingin segalanya sempurna, sering
marah, mengutamakan kepertingan pribadi, mencurigai
individu, sehingga pengalaman yang didapat dari dulunya
akan mempengaruhi kepribadian seseorang

c. Teori biologi
Muncuk karena adanya berapa kekuatan atau
pengaruh dari beberapa penyakit individu yang
keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,
contohnya : pad anak kemabar, jika salah satu terkena
skizofrenia, maka 58 % kemungkinan akan terkena pada
anak yang satunya.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir :
waham adalah sebagai berikut :
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan
kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar.
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

4. Psikopatologi waham
Proses terjadinya waham dapat diuraikan sebagai berikut ;
a. seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh
dirinya sendiri, mempunyai pengalaman kecemasan dan
timbul perasaan bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan
akan terjadi
b. Seseorang kemudian berusaha terhadap persepsi diri
dan obyek realita melalui manifestasi, lisan terhadap suatu
kejadian ayau suatu keadaan.
c. Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan
perasaaan lingkungannya, sehingga pikiran, perasaan, dan
keinginan yang negatif, dan tidak dapat diterima akan
terlihat datangnya dari dirinya
d. Akhirnya orang tersebut berusahan untuk memberikan
alasan atau rasional tentang interpretasi personal ( diri sendiri
) terhadap realita kepada diri sendiri dan orang lain

5. Tipe-tipe waham
Ada beberapa tipe waham yang ditemukan pada
kasus, yaitu kasus kebesaran, agama adanya curiga.
Menurut W.F.Maramis
a. Waham kejadian
Mempunyai psaien yaitu bahwa ada orang lain atau
komplotan yang sedang mengganggu bahkan sedang
ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang diancam
oleh orang lain
b. Waham kebesaran
Yaitu bahwa ia punya kekuatan, pendidikan,
kepandaian atau kekerasan yang luas biasa, diantaranya
bahwa dia ratu adil, dapat membaca pikiran orang lain,
mempunyai puluhan rumah atau mobil
c. Waham keagamaan
Waham dengan tema keagamaan, misalnya : dia
mengaku sebagai dari sejuta umat
d. Waham somatik
Klien yaitu tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit, diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
e. Waham curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai diri sendiri,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
f. Waham nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi
didunia / meninggal, diucapkan berulang kali teetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Proses Terjadinya Masalah
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal External
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi
menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :

1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi
gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh “Food and Drug
Administration” (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam
menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang
dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan
efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi.
Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk
menentukan kadar litium.

2) Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu
1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
3) Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari,
sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis
litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan
respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar
dosis total harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L.
dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per hari dalam dosis
berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya
memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L
4) Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam serum.
Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan,
poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
5) Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled release.
6) Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor dopamine.

b. Haloperidol
1) Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan
butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
2) Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak
yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka
pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai
kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati
yang labil dan tidak tahan frustasi.
3) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari

Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang diperlukan dosis
yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2 atau 3 kali sehari. Pasien yang
tetap menunjukkan gejala yang berat atau adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian
sampai 100mg mungkin diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon
optimal. Jarang sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat
yang resisten.
Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun. Pada anak-anak
dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai diberikan dengan dosis terkecil
(0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek
terapi yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari. Kelainan psikotik :
0,05-0,15mg/kg/hari.

4) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal, diskinesia Tardif,
distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi, hipertensi/hipotensi,
kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia.
Sedangkan pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati
Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform, dermatitis
kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic antara lain laktasi,
pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara,
hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata :
Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi
urin.
5) Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit
Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati
berat, koma.
6) Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.
Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System
(RAS) sehingga mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan
emesis.
c. Karbamazepin
1) Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia
trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain
maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
2) Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :
a) Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus temporalis) pasien
dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan jenis yang
lain.
b) Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun kejang umum yang
lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan karbamazepin.
c) Neuralgia trigeminal
Karbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia trigeminal murni. Obat
ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3) Dosis
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense (400mg sehari).
Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg
sehari pada diatas 15tahun.
b) Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari. Untuk suspense
(200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1
hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai
200mg sehari dengan peningkatan sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah
sendok teh) 4x 1 hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan
melebihi dosis 1200mgx 1 hari.
4) Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan
kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada awal terapi
adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh obat: Tegritol (ciba), Temporal (orion), Karbamazepin (generic).
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen
sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
6) Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai
antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik, antidepresif dan
antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah stimulasi
temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium
yang menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi
pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik
.
2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan
pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. Dimana
pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
a. Tentukan target symptom
b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama 4-6
minggu
d. Hindari polifarmasi
e. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:
a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip Parkinson,
distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien), neuroleptic malignant
syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk menghilangkan gejala negatif.

3. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya
sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high
potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat
sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.

4. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati
otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam
kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia
katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
5. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi
juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala
terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang
termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi
supportif.

Anda mungkin juga menyukai