1.1 Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan. (Betz & Sowden, 2002).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu mencapai > 38 ºc), kejang demam dapat terjadi karena proses
intrakarnial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Nanda, 2013).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak
pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam (Mansjoer, 2001).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu mencapai >380C). Kejang demam dapat terjadi karena proses
intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi
anak berumur 6 bulan s/d. 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan
(IDAI, 2004).
1.2 Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor
otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit
dan gejala putus alkohol dan obat, gangguan metabolik, uremia, overhidrasi,
toksik subkutan dan anoksia serebral.
1) Intrakranial
Kelainan bawaan, infeksi, trauma/ perdarahan, asfiksia
2) Ekstrakranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipoksemia, gangguan elektrolit.
Toksik : Sindrom putus obat
Infeksi ekstrakranial : misalnya OMA dan ISPA
3) Idiopatik
Kejang neonatus, kejang hari ke lima
1.3 Manifestasi Klinis
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
1.3.1 Kejang parsial ( fokal, lokal )
1.3.1.1 Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini:
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
1.3.1.2 Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
1.4 Komplikasi
1) Aspirasi
2) Asfiksia
3) Retardasi mental
4) Kerusakan sel otak
5) Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih
dari 15 menit dan bersifat unilateral
6) Kelumpuhan
1.5 Patofisiologi
Infeksi ekstrakranial, infeksi bakteri, kelainan bawaan : suhu tubuh meningkat
Kejang
parsial umum
5) Uji laboratorium
(1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
(2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
(3) Panel elektrolit
(4) Skrining toksik dari serum dan urin
(5) GDA
(6) Kadar kalsium darah
(7) Kadar natrium darah
(8) Kadar magnesium darah
Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis yaitu :
1) Profilaksis intermitten saat demam, pada kasus ini diberikan diazepam
secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat
pasien demam
2) Profilaksis terus menerus. Profilaksis ini berguna ubtuk mencegah
berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakkan
otak, tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari.
1.8 Pengkajian
1.8.1 Data Subyektif
1) Biodata/identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
2) Riwayat penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah
betul ada kejang? Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan
menirukan gerakan kejang si anak, ada tidaknya demam yang menyertai
kejang.
Apakah muntah, diare, trauma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,
morbili, dan lain-lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalam serangan kejang ini, ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang
terjadi untuk pertama kali? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang
selaput otak, OMA, dan lain-lain.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per
vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama
hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan, atau dengan
tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksia, dan lain-lain.
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau
menetek, dan kejang-kejang.
5) Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapatkan imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang
dapat menimbulkan kejang.
6) Riwayat perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan, yang meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
7) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25% penderita kejang
demam mempunyai faktor keturunan). Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit syaraf atau lainnya? Adakah anggota keluarga yang
dapat mencetuskan terjadinya kejang demam?
8) Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak? Bagaimana hubungan dengan anggota
keluarga dan teman sebaya?
9) Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan
yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit,
penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
10) Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak? Makanan
apa saja yang disukai dan yang tidak disukai? Bagaimana selera makan
anak? Berapa kali minum, jenis, dan jumlahnya per hari?
11) Pola eliminasi
BAK : Ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau dan apakah terdapat darah?
Serta apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : Ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
12) Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak sering bermain sendiri atau dengan teman sebayanya?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam? Aktivitas apa yang disukai?
Pola tidur/istirahat :
Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam
berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
d) Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva?
e) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
f) Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
g) Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cyanosis? Bagaimana keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada
caries gigi?
h) Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat?
i) Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
j) Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostae? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan?
k) Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi
tambahan? Adakah bradikardia atau takikardia?
l) Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen? Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
m) Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat udema, hemangioma? Bagaimana keadaan turgor kulit?
n) Ektremitas
Apakah terdapat udema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral?
o) Genetalia
Adakah kelainan bentuk, udema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi?
Betz & Sowden, (2002). Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
2.1 Pengkajian
1.1.1 Biodata
Nama Pasien : An. R
Alamat Pasien : Gampengrejo – Kediri
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : -
Suku Bangsa : Jawa
Penanggung Jawab : Ayah
1.1.6 Imunisasi
1 bulan : Hepatitis 1, Polio 1, BCG
3 bulan : DPT 1, Polio 2
5 bulan : DPT 2, Polio 3
7 bulan : DPT 3, Polio 4
Keterangan :
: Laki – laki : Hubungan suami istri
: Perempuan : Tinggal serumah
2 : Pasien
3) Fungsi keluarga :
Keluarga berfungsi sebagai pelindung dan pendidik bagi An.R. Peran
ibu sebagai pengasuh anak tidak terganggu, karena ibu tidak bekerja
sehingga bisa sepenuhnya mengasuh An. R
1.1.9 Sosial
1) Kultural
Pasien bersuku bangsa Jawa, berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia.
2) Pola interaksi
Keluarga An. R mau bersosialisasi dengan orang lain.
3) Lingkungan rumah
Rumah berada di lingkungan desa Kejuron, Gampengrejo, dengan
keadaan lingkungan yang bersih, memiliki halaman yang cukup luas
sebagai tempat bermain.
1.1.10 Spiritual
1) Anak
Anak mulai belajar untuk beribadah dengan bimbingan orang tua.
2) Orang tua
Orang tua beragama Islam dan menjalankan ibadah sholat.
Tanda-tanda vital :
Suhu : 38oC
Nadi : 120 x/menit
Napas : 28 x/menit
Pengukuran Pertumbuhan :
1. Tinggi badan : 76 cm
2. Berat badan : 6,8 kg
3. Lingkar kepala : 44 cm
4. Lingkar dada : 39 cm
5. Lingkar perut : 40 cm
6. Lingkar lengan atas : 13 cm
7. Kepala :
Bentuk simetris, UUB rata. Rambut lurus, warna kecoklatan, tidak
rontok, distribusi merata.
8. Mata :
Bola mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil
isokor.
9. Telinga :
Bentuk simetris, lunak, bersih, tidak terdapat nyeri tekan.
10.Hidung :
Tidak terdapat pernapasan cuping hidung, polip, dan sekret.
11.Mulut :
Bibir tidak terdapat sariawan, warna mukosa bibir merah muda dan
kering.
Lidah bersih, tidak terdapat sariawan.
Gigi tumbuh 4 (2 atas, 2 bawah).
Faring, tonsil hiperemi, tidak edema, tidak terdapat abses/eksudat.
12.Leher :
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, dan tidak terdapat massa
pada kelenjar getah bening.
13.Dada :
Inspeksi : dada mengembang bersama antara dada kanan dan
kiri. Frekuensi napas 28 x/menit.
Palpasi : simetri
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, inspirasi > ekspirasi, tidak
terdapat suara napas tambahan (seperti ronchi,
wheezing, rales).
14.Jantung :
Iramanya teratur, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
15.Abdomen :
Inspeksi : Perut agak membuncit, tidak terdapat distensi abdomen.
Umbilikus bersih.
Auskultasi : Bising usus terdengar 24 x/menit.
Perkusi : Terdengar timpani pada seluruh bagian abdomen.
Palpasi : Tidak terdapat massa dan nyeri tekan. Tidak terdapat
pembesaran lien dan hepar.
16.Lengan :
Bersih, tidak terdapat luka, massa, edema atau paralise. Suhu axila
38oC.
17.Punggung :
Tidak terdapat massa, bentuk lurus (tidak ada skoliosis, lordosis, dan
kifosis).
18.Genetalia :
Bersih.
19.Pinggul, bokong dan anus :
Bokong tidak terdapat ruam popok.
Anus bersih, tidak terdapat hemoroid.
20.Tungkai dan kaki :
Simetris, reflek hammer +/+, berjalan tegak dengan kedua kaki.
Perencanaan
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
.
5. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak 5. Sebagai upaya preventif serangan ulang.
terkena penyakit infeksi dengan menghindari
orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan
suhu.
3. Potensial terjadi kejang Klien tidak mengalami 1. Berikan kompres air hangat. 1. Perpindahan panas secara konduksi,
berulang berhubungan kejang selama hipertermi pori-pori mengalami vasodilatasi yang
dengan hipertermi. Kriteria hasil : memper-cepat proses penguapan.
42. Tidak terjadi 2. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, 2. Saat demam, kebutuhan cairan tubuh
serangan kejang berulang dll) dan cairan parenteral sesuai advis. meningkat sehingga cairan dibutuhkan untuk
43. Akral hangat mengganti cairan tubuh yang hilang.
44. Kesadaran compos- 3. HE / pendidikan kesehatan kepada 3. Keluarga dapat memberikan pertolongan
mentis keluarga tentang pemberian kompres air pertama saat anak demam dengan cara yang
45. Suhu 36-37oC hangat. efektif dan efisien.
46. Nadi 100-110 x/menit 4. Proses konveksi akan terhalang oleh
47. Napas 24-28 x/menit 4. Longgarkan pakaian, beri-kan pakaian pakaian yang ketat dan yang tidak menye-rap
48. WBC 4.0 – 10.2 tipis yang mudah menyerap keringat. keringat.
K/µL 5. Pemantauan tanda-tanda vital yang
5. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, teratur dapat menentukan perkembangan
napas, TD) tiap 4 jam. kepera-watan selanjutnya.
Perencanaan
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian 6. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
antikon-vulsan dan antipiretika. dan sebagai antikonvulsan selama panas.
2.5 Implementasi Keperawatan
2.5.1 Evaluasi
No. Hari/Tgl No.DX Implementasi Evaluasi Paraf
1 Senin 1 S : Ibu An. R mengatakan badan anaknya
14-06-2010 panas
Jam 09.00 1. Memberi ekstra cairan dengan menganjurkan O : - An.R rewel
pasien banyak minum sesuai toleransi.
49. Akral panas
Jam 09.00 2. Membatasi aktivitas fisik selama anak panas
50. Suhu 38oC
Jam 09.05 3. Mengatur sirkulasi udara ruangan.
Jam 09.05 4. Menganjurkan untuk menggunakan pakaian 51. Nadi 112 x/menit
tipis dan terbuat dari kain katun. 52. Napas 24 x/menit
Jam 10.00 5. Mempertahankan suhu tubuh normal. A : Tujuan belum tercapai
Jam 10.00 6. Mengajarkan pada keluarga tentang pemberian P : Intervensi no. 1-8 dilanjutkan
kompres hangat pada kepala/ketiak.
Jam 11.00 7. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu, nadi,
napas, TD) tiap 4 jam.
Jam 11.00 8. Mengkaji faktor-faktor terjadinya hipertermi.
No. Hari/Tgl No.DX Implementasi Evaluasi Paraf
2 Senin 2 S: Ibu pasien mengatakan mengerti tentang
14-06-2010 penjelasan perawat
Jam 09.00 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga Ibu pasien mengatakan mengerti cara
Jam 10.00 2. Memberi penjelasan kepada keluarga sebab dan penanganan kejang demam
akibat kejang demam O:
Jam 10.00 3. Memberikan HE tentang cara menolong anak 53. Ibu pasien mengaggukkan kepala setelah
kejang dan mencegah kejang demam, antara lain : dijelaskan perawat
a. Jangan panik saat kejang. A: Tujuan tercapai
b. Baringkan anak di tempat yang rata dan P: Intervensi dihentikan
lembut.
c. Kepala dimiringkan
d. Pasang gagang sendok yang telah
dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke
mulut.
e. Setelah kejang berhenti dan pasien
sadar, segera minumkan obat, tunggu sampai
keadaan tenang.
Jam 10.00 f. Jika suhu tinggi saat kejang, lakukan
kompres dingin dan beri banyak minum.
Jam 10.15 g. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang
lama.
4. Memberikan HE agar selalu sedia obat penurun
panas, bila anak panas.
5. Jika anak sembuh, menjaga agar anak tidak
terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang
atau teman yang menderita penyakit menular
sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
No. Hari/Tgl No.DX Implementasi Evaluasi Paraf
3. Senin, 3 S : Ibu An.R mengatakan badan anaknya masih
14-06-2010 panas
Jam 09.30 1. Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll) O : - Akral panas
dan cairan parenteral sesuai advis.) 54. Suhu 38oC
Jam 10.00 2. Memberi HE / pendidikan kesehatan kepada 55. Nadi 112 x/menit
keluarga tentang pemberian kompres air hangat. 56. Napas 24 x/menit
Jam 09.05 3. Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis A : Tujuan belum tercapai
yang mudah menyerap keringat. P : Intervensi no. 1,2,4,5 dilanjutkan
Jam 11.00 4. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu, nadi,
napas, TD) tiap 4 jam.
Jam 10.00 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antikonvulsan dan antipiretika.
2.5.2 Catatan Perkembangan
No. Hari/Tgl No.DX Implementasi Evaluasi
1. Selasa, 1 S : Ibu pasien mengatakan An. R sudah tidak panas
15-06-2010 Ibu pasien menanyakan apakah sudah boleh
Jam 09.00 1. Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah) dan pulang
cairan parenteral (infus Kaen 4B 28 cc/jam sesuai O : - Akral dingin
Jam 09.10 advis). 60. Suhu 36,4oC
2. Memberikan pakaian tipis yang mudah menyerap 61. Nadi 100 x/menit
Jam 10.00 keringat. 62. Napas 24 x/menit
3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian A : Tujuan tercapai
Jam 10.30 Paracetamol sirup 4 cc PO dan Diazepam 2 mg PO P : Intervensi no. 1-4 dihentikan, pasien pulang hari ini
4. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, napas)
tiap 4 jam.
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
HEALTH EDUCATION (HE) / PENYULUHAN KLIEN DENGAN KASUS MEDIS : KEJANG DEMAM
HE untuk diagnosa keperawatan : Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan hipertermi Sasaran Penyuluhan : Ibu pasien
Sub Pokok Bahasan : Penanganan pertama pada anak dengan kejang Hari / Tanggal : Senin, 14 Juni 2010
Tempat : R. Anak (212-3)
TUJUAN INSTRUKSIONAL
No RINCIAN MATERI AVA EVALUASI
UMUM KHUSUS
1. Setelah diberikan Setelah diberikan HE, ibu 1. Penanganan anak dengan kejang adalah Ceramah S: Klien mengatakan sudah
HE, ibu mampu dapat : melakukan tindakan pertolongan pertama pada memahami tentang pena-
memahami tentang 1. Menjelaskan pengertian saat anak mengalami kejang. nganan pertama pada anak
penanganan pertama penanganan anak dengan 2. Tujuan penanganan anak dengan kejang adalah dengan kejang
pada anak dengan kejang agar saat mengalami kejang, anak bebas dari O: - Klien mampu menjelaskan
kejang. 2. Menjelaskan tujuan cidera dan tidak terjadi aspirasi. pengertian penanganan anak
penanganan anak dengan 3. Cara penanganan anak dengan kejang dengan kejang
kejang demam - Berikan tempat yang aman, jauh-kan - Klien mampu menjelaskan
3. Menjelaskan cara tujuan penanganan anak
penanganan anak saat dengan kejang
mengalami kejang
TUJUAN INSTRUKSIONAL
No RINCIAN MATERI AVA EVALUASI
UMUM KHUSUS
- Letakkan anak pada tempat yang datar/alas - Klien mampu menjelaskan
yang tidak keras dengan posisi badan cara penanganan anak saat
terlentang dan kepala dimiringkan ke mengalami kejang
kanan/kiri. A: Masalah teratasi
- Longgarkan pakaian yang terlalu mengikat P: Tindakan dihentikan
- Berikan kompres air hangat
- Bila sudah tidak kejang, berikan obat
penurun panas dan obat anti kejang (bila
ada)