Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan
atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat
(Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu: psikosis organik, dimana didapatkan
kelainana pada otak dan psikosis fungsion tidak terdapat kelainan pada otak.
Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan ketidak mampuan untuk
berkomunikasi atau menggali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam
kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan
sehari-hari.

Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan
atau ketidakmampuan berkomunikassi, gangguan realitas( defisit perawatan
diri atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak
mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas
sehari- hari ( Keliat, 20011).

Menurut World Health Organitation (WHO, 2013), prevalensi masalah


kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi,
setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, saraf maupun perilaku. Berdasarkan hasil survey awal peneliti di
ruangan Sorik Merapi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Medan, Dari 38 klien yang dirawat inap di ruangan Sorik Merapi, 26 klien
diantaranya mengalami defisit perawatan diri.

1
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup
berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri
rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri
baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK.

Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa
mengalami masalah risiko tinggi isolasi social. Personal hygiene sangat
tergantung pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu dan kebiasaan
untuk mengembangkannya. Kehidupan sehari-hari yang beraturan, menjaga
kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak menghirup udara segar,
olahraga, istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat
perhatian.

Berdasarkan hasil wawancara diruangan, pasien mengatakan malas mandi.


Jikalaupun mandi Tn. T tidak keramas dan tidak menggunakan sabun mandi.
Dari hasil observasi pakaian klien tampak tidak rapi, serta penampilan kotor,
gigi kuning serta badan bau. Berdasarkan uarian diatas, kelompok ingin
menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. T dengan defisit perawatan diri di
ruang Sorik merapi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem Provsu Medan.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan padaTn. T dengan
defisit perawatan diri di ruang Sorik merapi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Ildrem Provsu Medan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan Defisit
Perawatan Diri mahasiswa/i diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, penyebab, tanda dan gejala,
rentang respondan penatalaksanaan pada pasien defisit perawatan
diri.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, analisa data pada Tn. T
dengan defisit perawatan diriRSJ Prof. Dr. Ildrem Medan.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. T
dengan defisit perawatan diriRSJ Prof. Dr. Ildrem Medan.
4. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada Tn. T
dengan defisit perawatan diriRSJ Prof. Dr. Ildrem Medan
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.
T dengan defisit perawatan diriRSJ Prof. Dr. Ildrem Medan.
6. Mahasiswa mampu mengevalusi hasil asuhan keperawatan pada Tn.
T dengan defisit perawatan diriRSJ Prof. Dr. Ildrem Medan
7. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada Tn. T
dengan defisit perawatan diriRSJ Prof. Dr. Ildrem Medan

3
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011). Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien
gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien
dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015).

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang


mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian
atau berhias, makan, BAB atau BAK (toileting) (Keliat budi, 2007). Defisit
perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan
jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri
terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi,
makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB)
(Damaiyanti, 2012).
Rentang Respon Neurolobiologis

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan


seimbang diri tidak seimbang perawatan diri

4
2.2 Etiologi
Menurut Ridhayalla. (2015) penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan
fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000) dikutip dalam
Ridhayalla, (2015) terdapat penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Factor predisposisi
Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
a. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
b. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
c. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Ridhayalla (2015) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

5
d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain – lain
g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan


perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada
masalah personal hygine.

a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang


karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman ,
kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012).

2.3 Patofisiologi
Menurut (Damaiyanti, 2012) penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000) dikutip
dalam Ridhayalla (2015), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.

6
c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) dikutip dalam Damayanti, (2012). Faktor–faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain- lain.
g. Kondisi fisik atau psikis, Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya

7
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine:
- Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan
dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan
intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi
mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
- Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan
dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman
nyaman kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012).

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Depkes (2000) dikutip dalam Damaiyanti (2012) tanda dan
gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

8
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
2.6 Konsep Dasar Keperawatan
2.6.1 Pengertian
Defisit perawatan diri adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan nyata. (Farida dan Yudi, 2010).

2.6.2 Pohon masalah


Ganggaun persepsi sensori : halusinasi

Defisit perawatan diri


Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping individu inefektif

2.6.3 Diagnose keperawatan


1. Koping individu inefektif
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

9
2.6.4 Gambaran Klinis
Menurut Depkes (2000) dikutip dalam Damaiyanti (2012) tanda dan
gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

2.7 Penatalaksanaan Keperawatan


2.7.1 Pengkajian
Kurang perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
ada perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan ketidak
mampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias,
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak
mampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias secara
mandiri, dan toileting secara mandiri.
Untuk mengetahui apakah klien mengalami masalah DPD maka
tanda dan gejala dapat diperoleh.
1. Gangguan kebersihan diri (mandi/hygiene), Klien mengalami
ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau

10
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta masuk
dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias, Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan
atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta
memperoleh atau menukar pakaian.
3. Makan, Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,mengambil
cangkir atau gelas.
4. Eliminasi (BAB/BAK), Klien memiliki keterbatasan atau
ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban\ atau kamar atau kamar
kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat dan
menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri diatas
biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit
ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah),
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya baik
dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, BAB dan BAK.
2.7.2 Diagnosa keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Harga diri rendah
2.7.3 Intervensi Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.

11
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda
dapat melakukan tahapan tindakan berikut
- Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
- Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
- Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
- Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan
diri.
2) Melatih pasien berdandan/berhias. Anda sebagai perawat dapat
melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus
dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
- Berpakaian,
- Menyisir rambut,
- Bercukur.
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi:
- Berpakaian,
- Menyisir rambut,
- Berhias.
3) Melatih pasien makan secara mandiri. Untuk melatih makan
pasien, Anda dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
- Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
- Menjelaskan cara makan yang tertib.
- Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan.
- Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
4) Melatih Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
- Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri
sesuai tahapan berikut.
- Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
- Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK.

12
2.6 Prinsip Keperawatan
Menetapkan hubungan terapeutik, kontak sering dan singkat secara bertahap,
peduli, empati, jujur, menepati janji dan memenuhi kebutuhan dasar klien.
Pada umumnya melindungi dari perilaku yang membahayakan, tidak
membenarkan ataupun menyalahkan defisit perawatan diri klien, melibatkan
pasien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan dan
mempertahankan perilaku keselarasan verbal dan nonverbal.

2.7.4 Pelaksanaan Keperawatan


Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan (Dalami, 2009). Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai
dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now). Perawat
juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal, intelektual,
tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan, dinilai kembali
apakah aman bagi klien. Setelah semuanya tidak ada hambatan maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan


Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah
utama. Pada masalah defisit perawatan diri terdapat 2 jenis SP, yaitu SP
Klien dan SP Keluarga.

SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya,


mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien,
menjelaskan pengertian, tanda dan gejala helusinasi, jenis defisit perawata
diri yang dialami klien beserta proses terjadinya, SP 1 (melatih cara
perawatan diri: mandi) SP 2 (melatih cara perawatan diri: Berhias), SP 3
(melatih cara perawatan diri: makan/minum dan SP 4 (melatih cara
perawatan diri: BAK/BA).

13
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan
klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan
peran serta klien yang diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang
telah dilaksanakan serta respon klien.

2.7.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien (Dalami, 2009). Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan,
evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu: evaluasi proses atau formatif
dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan
tujuan khusus yang telah ditentukan.

Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien dapat mengenal defisit


perawatan dirinya, klien dapat mengontrol defisit perawatan dirinya, klien
mendapatkan dukungan dari keluarga dalam mengontrol defisit perawatan
dirinya, klien dapat menggunakan obat dengan baik dan benar.

14
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn. T
Ruang Rawat : Sorik Merapi
MR No : 03.88.76
Tanggal Masuk RS : 26 Mei 2018
Tanggal Pengkajian : 16 Oktober 2018
Umur : 45 Tahun
Agama : Kristen
Informan : Klien dan Status Klien
2. Alasan Masuk
Klien Awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesal
melihat keluarga yang sedang bermasalah, suka menyendiri, melamun,
sering bicara sendiri, mondar mandir, pergi dari rumah. Keadaan saat ini klien
tampak lemah dan malas untuk beraktivitas. klien tidak rapi kotor, bau, BAK
sembarangan, malas mandi dan gosok gigi, makan berdiri kadang-kadang
jongkok dan tidak cuci tangan dan mulut klien juga tampak menggarut-garut
kulitnya. Klien mengatakan bahwa klien merasa malu serta tidak dihargai oleh
keluarganya karena mengalami penyakit jiwa dan istri klien pun tidak pernah
mengunjungi klien selama di RSJ.

3. Faktor Predisposisi
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.
2. Klien sebelumnya pernah menjalani pengobatan dan kurang berhasil..
3. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, kekerasan
dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
Penjelasan 1, 2, 3, : Klien pernah mengalami gangguan jiwa 2
tahun yang lalu. Di rumah klien tidak rutin minum obat dan keluarga
juga tidak mengingatkan klien untuk minum obat, tidak mau kontrol
ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala seperti diatas, kemudian
penyakit klien kambuh lagi

15
Masalah Keperawatan :
- Regiment Terapeutik individu Inefektif
- Regiment Terapeutik keluarga Inefektif
4. Tidak ada anggota keluarga klien yang terkena gangguan jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien merasa malu serta tidak dihargai oleh keluarganya dan ibu klien
meninggal dunia.
Masalah keperawatan : Koping individu inefektif

4. Fisik
Tanda vital: TD : 120/80 mmHg ,N : 84 x/I S : 37,5 0 C RR : 20 x/i
Ukur : TB : 174 cm BB : 63 Kg

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Psikososial
1. Genogram

: Laki-laki

16
: Pasien

: Laki-laki meninggal

: Perempuan

: Perempuan meninggal

Tinggal bersama

: Garis keturunan

: Hubungan suami istri

Jelaskan : Klien anak peratama dari 4 bersama dan menikah serta tinggal
dengan istri,mertua laki-laki dan dan 2 anak laki-lakinya. Keluarga
klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas : Klien dapat menyebutkan identitas dan
Alamatnya.

c. Peran :Klien berperan sebagai ayah yang sudah


Mempunyai 2 anak

d. Ideal diri :Klien mengatakan ingin cepat pulang ke


rumahnya
rumahnya
e.
f. Harga diri :Klien mengatkan malu dengan keadaanya
Sekarang, klien juga karena tidak bekerja
dan merasa diasingkan oleh keluarganya
Masalah Keperawatan : ke RSJ konsep diri: HDR
Ganggua

17
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Tidak ada
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : Klien mau
berintraksi dengan lingkungannya

Masalah keperawatan :Tidak ada gangguan hubungan sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam
b. Kegiatan ibadah : Selama dirawat klien tidak pernah sholat

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Status Mental
1. Penampilan

Klien tidak rapi, kotor,bau,BAK sembarangan, malas mandi dan gosok


gigi, klien juga tampak menggarut-garut kulitnya.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan
Klien berbiicara dengan nada pelan dan lambat tapi jelas

Masalah Keperawan : Tidak ada masala keperawatan

3. Aktivitas Motorik:
Masalah Keperawatan :Tidak ada gangguan akativitas motorik

4. Alam perasaan

Klien merasa sedih karena tinggal di RSJ

Masalah Keperawatan : Gangguan suasana perasaan

5. Afek
Afek datar. Tidak ada perubahan wajah pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

18
6. lnteraksi selama wawancara
Selama wawancara klien kooperatif
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Persepsi
Klien tidak mengalami gangguan persepsi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Proses Pikir
Tidak ada yang menunjukan gangguan proses pikir
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi pikir
Tidak ada tanda dan gejala yang menunjukan adanya gangguan isi pikir
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu, orang
dan tempat.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru terjadi.
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan

12. Tingkat konsentrasi berhitung


Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa bantuan
orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

13. Kemampuan penilaian


Klien mampu mengambil keputusan sederhana.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

14. Daya tilik diri


Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui bahwa
dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit
jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

19
7. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid Berulang

Terapi Medik :
- THP 2mg 2x1
- Clozdipin 25 mg 1x1
- Resperidone 2mg 2x1

8. Daftar Masalah Keperawatan


1. Regiment Terapeutik individu Inefektif
2. Regiment Terapeutik keluarga Inefektif
3. Koping individu inefektif
4. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah kronis
5. Defisit perawatan diri

20
3.2 Analisa data
No Data Masalah
Keperawatan
DS: Gangguan konsep
- Klien mengatakan merasa tidak diri: Harga diri rendah
berguna karena tidak dapat membantu kronis
keluarga.
- Klien mengatakan minder karena
penyakit yang di alaminya
1
- Klien mengatakan malu karena tidak
bekerja
DO:
- Klien tampak menunduk dan tidak
menatap perawat ketika wawancara

DS: Defisit perawatan


- Klien mengatakan malas beraktivitas diri
- Klien mengatakan malas mandi
- Klien mengatakan malas mengososk
gigi
- Klien mengatakan ketika mandi jarang
memakai sabundan shampoo
DO :
2
- Rambut kotor, acak – acakan
- Badan dan pakaian kotor dan bau
Mulut dan gigi bau.
- Klien tidak rapi kotor,bau,BAK
sembarangan, malas mandi dan gosok
gigi, klien juga tampak menggarut-
garut kulitnya.

21
3.3 Daftar masalah
1. Regiment Terapeutik individu Inefektif
2. Regiment Terapeutik keluarga Inefektif
3. Koping individu inefektif
4. Ganggua konsep diri: HDR
5. Defisit perawatan diri

3.4 Pohon Masalah

gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial Defisit perawatan diri

Gangguan konsep diri:


Regiment terapeutik
HDR
keluarga inefektif
Koping individu
inefektif
Koping keluarga
inefektif

3.5 Diagnosa keperawatan


1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis

22
3.6 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
Defisit SP 1:
Perawatan Melatih perawatan diri : Mandi
Diri
SP 2:
Melatih perawatan diri : Berhias

1. SP 3:
Melatih perawatan diri : makan/minum

SP 4:
Melatih perawatan diri : BAK/BAB

Gangguan SP 1:
Konsep Diri : - Mengidentifikasi Kemampuan dan aspek positif
Harga Diri yang di miliki pasien
Rendah
SP 2:
- Menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Menetapkan atau memilih kegiatan sesuai
kemampuan
2.
- Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 1
SP 3:
- Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 2
SP 4:
- Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 3.

23

Anda mungkin juga menyukai