PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menentukan nilai impedansi Z pada rangkaian RLC hubungan paralel.
2. Menentukan nilai arus total dan arus setiap cabang.
3. Menentukan sudut fasa antara arus dan tegangan pada rangkaian RLC
hubungan paralel.
4. Menggambarkan secara vektor tegangan dan arus.
BAB II
DASAR TEORI
Suatu rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari resistor (R), reaktansi induktif
(𝑋𝐿 ) dan reaktansi kapasitif (𝑋𝐶 ), dimana ketiganya dihubungkan secara paralel. Fasor
tegangan (v) sebagai sumber tegangan total diletakan pada ωt = 0. Arus efektif (𝑖𝑅 )
berada sefasa dengan tegangan (v). Arus yang melalui reaktansi induktif (𝑖𝐿 ) tertinggal
sejauh 900 terhadap tegangan (v) dan arus yang melalui reaktansi kapasitif (𝑖𝐶 )
mendahului sejauh 900 terhadap tegangan (v). Arus reaktif induktif (𝑖𝐿 ) dan arus reaktif
kapasitif (𝑖𝐶 ) bekerja dengan arah berlawanan, dimana selisih dari kedua arus reaktif
tersebut menentukan sifat induktif atau kapasitif suatu rangkaian. Arus gabungan (i)
adalah jumlah geometris antara arus efektif (iR) dan selisih arus reaktif (𝑖𝑆 ) yang
membentuk garis diagonal empat persegi panjang yang dibentuk antara arus efektif (𝑖𝑅 )
dan selisih arus reaktif (𝑖𝑆 ). Posisi arus (i) terhadap tegangan (v) ditentukan oleh selisih
kedua arus reaktif (𝑖𝑆 ).
Bila arus yang melalui reaktansi induktif (𝑖𝐿 ) lebih besar daripada arus yang
melalui reaktansi kapasitif (𝑖𝐶 ), maka arus total (i) tertinggal sejauh 900 terhadap
tegangan (v), maka rangkaian paralel ini cenderung bersifat induktif. Sebaliknya
bilamana arus yang melalui reaktansi induktif (𝑖𝐿 ) lebih kecil daripada arus yang melalui
reaktansi kapasitif (𝑖𝐶 ), maka arus total (i) mendahului sejauh 900 terhadap tegangan (v),
maka rangkaian paralel ini cenderung bersifat kapasitif.
Sehingga hubungan arus (i) terhadap arus cabang (iR), (iL) dan (iC) dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan kuadrat berikut;
Sehingga
Oleh karena arus reaktif (iS) adalah selisih dari arus reaktif (iL) dan arus reaktif
(iC), maka daya hantar reaktif (B) adalah selisih dari daya hantar reaktif (BL) daya hantar
reaktif (BC).
dimana B=BC-BL
dan impedansi (Z)
Arus efektif iR = v . G
Arus reaktif induktif iL = v . BL
Arus reaktif kapasitif iC = v. BC
dan
RL Paralel
V R XL
I IX
R L
Pada komponen yang dirangkai secara parallel nilai tegangannya sama tetapi nilai
arusnya berbeda. Dapat kita lihat pada gambar rangkaian diatas, resistor dan inductor
dirangkai secara parallel, oleh karena itu nilai tegangan pada resistor dan inductor sama
tetapi nilai arusnya berbeda. Rumus mencari nilai arus pada resistor dan inductor parallel
𝑉
adalah: IXL = 𝑋
𝐿
𝑉
IR = 𝑅
𝜃 I V
R
IX IT
L
Dari grafik di atas diketahui bahwa V sama untuk semua komponen dan posisi IT
terletak diantara IXL dan IR. Mencari nilai IT pada rangkaian RL parallel tidak sama
dengan rangkaian parallel pada umumnya yang berlaku Hk. Kirchoff. Berdasarkan grafik
di atas, maka rumus mencari nilai IT adalah:
IT = √𝐼𝑅2 + 𝐼𝑋𝐿
2
V Z Z
1 2
Mencari nilai Z total dari Z1 dan Z2 yang dirangkai parallel sama seperti pada
rangkaian parallel pada umumnya, yaitu:
1 1 1 𝑍 .𝑍
= + 𝑍 atau ZT = 𝑍 1+𝑍2
𝑍𝑇 𝑍1 2 1 2
RC Paralel
V R XC
I IX
R C
Sama seperti rangkaian RL paralel, pada rangkaian RC parallel pun nilai tegangan
resistor dan kapasitor yang dirangkai parallel sama tetapi nilai arusnya berbeda, karena
mengacu pada teori rangkaian parallel. Rumus mencari nilai arus pada resistor dan
kapasitor parallel adalah:
𝑉 𝑉
IR = 𝑅 IXC = 𝑋
𝐶
IX IT
C
I V
𝜃
R
Grafik di atas menggambarkan hubungan antara V, IXC, IT, dan IR. Dimana V
sama untuk semua komponen dan IXC terletak di antara IT dan IR. Mencari nilai IT pada
rangkaian RC parallel tidak sama dengan rangkaian parallel pada umumnya yang berlaku
Hk. Kirchoff. Berdasarkan grafik di atas, maka rumus mencari nilai IT adalah:
IT = √𝐼𝑅2 + 𝐼𝑋𝐶
2
V Z Z
1 2
Seperti pada rangkaian Paralel pada umumnya, pada rangkaian RLC Paralel nilai
arus pada setiap komponen sama tetapi nilai tegangannya berbeda. Nilai tegangan akan
besar jika nilai komponennya besar, begitu pun sebaliknya.
Rangkaian bisa bersifat induktif, kapasitif, ataupun resonansi. Sifat rangkaian
tergantung pada perbandingan besar nilai XL dan XC,
X = X L - XC
𝑅 𝑥 𝑋𝑙 𝑥 𝑋𝑐
Z=
√(𝑋𝐿 𝑥 𝑋𝐶 )2 𝑥 (𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )2
Z = Z ∠𝜃
𝑉
I=𝑍
Rangkaian R-L-C
Rangkaian R-L
Rangkaian R-C
BAB IV
LANGKAH KERJA
𝒁𝑻
Beban 𝑰𝑹 (mA) 𝑰𝑳 (mA) 𝑰𝑪 (mA) 𝑰𝑻 (mA) 𝜽(°)
(ohm)
𝑅1 // 𝐿 0,21 × 103 0,62 × 103 - 0,66 × 103
𝑅2 //𝐿 0,34 × 103 0,62 × 103 - 0,71 × 103
𝑅3 //𝐿 - 0,62 × 103
𝑅1 //𝐶 0,21 × 103 - 0,32 × 103 0,38 × 103
𝑅2 //𝐶 0,34 × 103 - 0,32 × 103 0,46 × 103
𝑅3 //𝐶 -
𝑅1 // 𝐿//𝐶 0,21 × 103 0,41 × 103 0,32 × 103 0,49 × 103
𝑅2 //𝐿//𝐶 0,35 × 103 0,62 × 103 0,32 × 103 0,57 × 103
𝑅3 //𝐿//𝐶
4. Buatlah vektor diagram tegangan dan arus dari hasil pengukuran dengan skala
yang benar.
5. Buatlah analisis dan kesimpulan dari hasil percobaan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Nilai arus dan tegangan pada rangkaian AC paralel R – L – C dipengaruhi oleh
nilai impedansi yang merupakan hasil perhitungan secara vektor dari resistor, reaktansi
induktif, dan reaktansi kapasitif.
Nilai tegangan tiap hambatan pada rangkaian AC paralel R – L – C sama dengan
nilai tegangan total. Sedangkan nilai arus pada tiap hambatan yang digunakan tidak sama.
Nilai arus total sama dengan akar dari penjumlahan arus reistansi dikuadratkan dan arus
induktansi dikurangi arus kapasitansi dikuadratkan.
Rangkaian paralel RLC rangkaian tersebut termasuk Resistif. Selain itu dalam
pembahasan ini ada pula tentang rangkaian RLC gabungan, dimana rangkaian gabungan
adalah gabungan dari 2 rangkaian listrik, yaitu rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik
parallel.
Dalam menghitung rangkaian RLC baik RL paralel maupun RC paralel kita dapat
mengelompokkannya dalam 2 komponen baik itu RL saja, RC saja, maupun dalam satu
paket RLC jika kita menghitung banyak komponen RLC dalam satu rangkaiannya, dan
ini memudahkan kita dalam menghitungnya dengan mengganti kelompok kecil tersebut
dalam symbol Z.