Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

KONSEP ANSIETAS DAN KEHILANGAN

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

KELOMPOK 3

CUPI KRISNAWATI 09180000051

RASUNAH MUTIARA SHINTIYA 09180000058

PRITA HASAN 09180000059

NITA FITRIA 09180000066

FEBRIANI WINDI ASTUTI 09180000070

VALERIE ANGEL 09180000077

NUR OCTAVIA 091800000115

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami
oleh setiap orang dalam kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan
mengalaminya pada waktu yang berbeda-beda. Ansietas merupakan
satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA).Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi
non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan
sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai
sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh
seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena seringkali ”cemas”
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit
kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Sedangkan Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatukurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam
perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikitdemi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untukmencari bentuan kepada orang
lain.Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan
persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menghadapi dan menerimakehilangan. Perawat membantu klien
untuk memahami dan menerima kehilangan dalam kontekskultur
mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan faktor dari ansietas?
2. Sebutkan tingkat kecemasan menurut ilmuwan stuart &
sunnden
3. Sebutkan jenis jenis kehilangan?
4. Sebutkan faktor faktor yang mempengaruhi kehilangan?
5. Siapa saja yang terkena dampak dari kehilangan?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan faktor dari ansietas
2. Menjelaskan tingkat kecemasan menurut ilmuwan stuart &
sunnden
3. Menjelaskan apa saja jenis jenis kehilangan
4. Menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi kehilangan
5. Siapa saja yang terkena dampak dari kehilangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ansietas
A. Pengertian Ansietas
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas
dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat
diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008).
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakkan suatu
kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala umum tetapi
non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Videbeck,
2008).
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memliki objek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam
hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.

B. Etiologi
Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam
rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon
adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat
konstruktif dan destruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang
untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama
perubahan terhadap perasaan tidak nyaman. kelangsungan hidup.
Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat m.enimbulkan
tingkah laku maladaptif serta fungsi yang menyangkut kecemasan
berat atau panik (Suliswati, 2005).
C. Faktor Ansietas
1. Faktor predisposisi
Beberapa teori telah dikembangkan untuk
menjelaskan asal kecemasan. Diantaranya dalam
pandangan psikoanaltik. Pandangan interpersonal,
pandangan perilaku, kajian keluarga, dan dari kajian
biologis (Stuart & Sundeen, 2005).
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart & Sundeen (2005), faktor presipitasi
dibagi menjadi 2 :
a. Ancaman terhadap integritas biologi seperti
penyakit, trauma fisik, dan menurunya kemampuan
fisiologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Ancaman terhadap konsep diri dan harga diri
seperti proses kehilangan. Dan perubahan peran,
perubahan lingkungan dan status ekonomi.

D. Klasifikasi Tingkat kecemasan (Stuart & Sundden, 2005)


a. Kecemanan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu
jadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.

b. Kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada


hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas
ini mempersempit lapang persepsi individu dengan
demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif,
namun dapat berfokus pada lebih banyak area. Jika
diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persespi


individu. Cenderung berfokus pada sesuatu yang sudah
spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik dan kecemasan berhubungan dengan
terpengaruh ketakutan dan teror, hal yang rinci terpecah dari
proporsinya. Karena mengalami kehilangan kembali.

2.2 Konsep Kehilangan

A. Definisi Kehilangan ( Loss )

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah


dengan sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada,
baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Potter & Perry, 2005).

Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan


sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbeda (Yosep, 2011).

Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika


sesuatu (orang atau objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada
lagi, atau menghilang. Seseorang dapat kehilangan citra tubuh,
orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik pribadi,
keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan.
Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap
sebagai sebuah pengalaman traumatik. Kehilangan sendiri
dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional ataupun
krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007)
B. Jenis-jenis Kehilangan

Ada 5 jenis konsep kehilangan, yaitu :

1. Kehilangan Objek Eksternal

Kehilangan ini mencakup segala kepemilikan yang


telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada
nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang
dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut. Contoh :
kehilangan sepeda motor, kehilangan uang, kehilangan
rumah.

2. Kehilangan Lingkungan yang telah Dikenal

Kehilangan ini mencakup meninggalkan lingkungan


yang telah dikenal selama periode tertentu/kepindahan
secara permanen. Contoh : pindah rumah baru dan alamat
baru atau yang ekstrim lagi dirawat di rumah sakit.
Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal dapat terjadi melalui situasi naturasional, misal :
lansia pindah kerumah perawatan.

3. Kehilangan Orang Terdekat

Kehilangan yang terjadi pada orang-orang terdekat


seperti orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, dll. Contoh : pindah rumah, pindah pekerjaan karena
promosi atau mutasi, melarikan diri, dan kematian.

4. Kehilangan Aspek Diri

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup


bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Kehilangan
ini dapat terjadi karena penyakit, cedera, atau perubahan
perkembangan situasi. Kehilangan seperti ini dapat
menurunkan kesejahteraan individu, mengalami kehilangan
kedudukan, mengalami perubahan permanen dalam citra
tubuh dan konsep diri. Contoh : kehilangan anggota tubuh
dan harus diamputasi karena kecelakaan lalu lintas,
menderita kanker organ tubuh yang ganas, terkena penyakit
HIV/ AIDS.

5. Kehilangan Hidup

Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan


menghadapi kematian sampai dengan terjadinya kematian.
Hal ini sering menyebabkan kehilangan kontrol terhadap
diri sendiri, gelisah, takut, bergantung pada orang lain,
putus asa dan malu. Contoh : pasien yang divonis
menderita kanker otak, luekimia atau penyakit langka
lainnya yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehilangan

1. Faktor Perkembangan
a. Anak-anak

-Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa


merasakan.

-Belum menghambat perkembangan.

-Bisa mengalami regresi.

b. Orang dewasa

-Kehilangan membuat orang menjadi mengenang


tentang hidup, tujuan hidup.
-Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang
tidak bisa dihindari.

2. Faktor Keluarga

Keluarga mempengaruhi respond an ekspresi


kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukkan sikap
kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.

3. Faktor Sosial Ekonomi

Apabila yang meninggal merupakan penanggung


jawab ekonomi keluarga, berarti kehilangan orang yang
dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini
bisa mengganggu kelangsungan hidup.

4. Faktor Kultural

Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi.


Kultur barat menganggap kesedihan adalah sesuatu yang
sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga,
kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain
menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.

5. Faktor Agama

Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan


rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian sudah ada
dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan
Tuhan akan kematian.

6. Faktor Penyebab Kematian

Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan


tiba-tiba akan menyebabkan goncangan jiwa yang berat dan
tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan
diasosiasikan dengan kesialan.

D. Rentang Respon Kehilangan

1. Fase Denial (Penyangkalan)

Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai


kenyataan yang ada. Selalu ada verbalisasi “itu tidak
mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi” yang tercantum
dalam otaknya. Terjadi perubahan fisik seperti letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah.

2. Fase Anger (Kemarahan)

Mulai sadar akan kenyataan. Marah diproyeksikan


pada orang lain. Terjadi reaksi fisik seperti muka merah,
nadi cepat, gelisah, sudah tidur, tangan mengepal.
Berperilaku agresif.

3. Fase Bargaining (Tawar Menawar)

Adanya tawar menawar seperti verbalisasi “kenapa


harus terjadi pada saya?“ dinetralkan menjadi “seandainya
saya berhati-hati, pasti tidak terjadi pada saya”. Maksud
disini adalah adanya suatu mekanisme pertahanan diri
untuk tidak menyalahkan diri sendiri.

4. Fase Depression (Depresi)

Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara


atau putus asa. Gejala yang timbul adalah menolak makan,
susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Acceptance (Penerimaan)

Pikiran pada objek yang hilang berkurang.


Verbalisasi ”apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh?” dan juga “yah, akhirnya saya harus operasi”.

E. Seseorang yg Terkena Dampak Kehilangan

Kehilangan bisa mengakibatkan dampak dalam hidup seperti


berikut ini :

1. Pada masa anak-anak

Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk


berkembang, kadang akan timbul regresi serta rasa takut
untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.

2. Pada masa remaja atau dewasa muda

Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam


keluarga atau suatu kehancuran keharmonisan keluarga.

3. Pada masa dewasa tua

Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup


dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan
menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami


oleh setiap orang dalam kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan
mengalaminya pada waktu yang berbeda-beda. Ansietas merupakan
satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA).Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi
non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena
perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada


makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang
membangunbagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik
lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai