Anda di halaman 1dari 36

8

E d i s i
A p r i l
2 0 1 5

MENJAGA BUMI DENGAN


PENUH SYUKUR
MENJAGA BUMI DENGAN
PENUH SYUKUR

D
i Bandung ada seorang bapak bernama membuang sampah dan memasang poster
Sariban. Setiap hari ia berkeliling kota sembarangan di pepohonan dengan paku.
Bandung dengan sepedanya. Tempat Kesadaran dan kepedulian masyarakat pada
sampah, sapu lidi, sekop, linggis, tang, dan palu lingkungan hidup dipandangnya masih sangat
pun selalu dibawanya. Untuk apa semuanya rendah.
itu ? Perlengkapan itu dipakai Sariban untuk
memungut dan mengumpulkan sampah serta Sariban sering dianggap gila. Orang mencibir
mencabuti paku yang menancap di batang melihat aktivitasnya. Tetapi pria berusia 71
pohon. Dengan berpakaian serba kuning, tahun ini, telah menjadi inspirator dan promotor
dilengkapi dasi dan caping serta pengeras suara, ia kebersihan dan cinta lingkungan di kota Bandung.
mempromosikan kebersihan dan kepedulian pada Slogan yang dia kumandangkan diantaranya
lingkungan. Ia tampil sangat unik. “Iban”, penggalan dari namanya sendiri yang
berarti; indah, bersih, aman, dan nyaman.
Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini,
merasa prihatin atas perilaku warga yang masih Sementara itu di Kampung Laut, Cilacap ada
POJOK PASTORAL
Thomas Heri Wahyono, seorang yang mendapat ini sudah berusia 4,54 miliar tahun. Usia yang
julukan Pendekar Mangrove. Disaat banyak orang sangat panjang. Bumi yang kita huni diciptakan
atau masyarakat yang tidak peduli atas pelestarian baik adanya. Tetapi karena ulah manusia
lingkungn hidup, bahkan merusak kelestarian yang tidak bersahabat dengan bumi dan lebih
alam, dengan menggunduli hutan mangrove, mengeksploitasi bumi dengan segala kekayaan
Thomas Heri Wahyono justru menjadi pelopor yang ada di dalamnya, bumi sudah mengalami
dan penggagas untuk menghijaukan kembali kerusakan di berbagai belahan dunia.
kawasan hutan mangrove yang rusak.
Ketidakpedulian manusia pada bumi,
Meskipun awalnya ia mendapatkan banyak dengan melakukan pertambangan, perambahan
cercaan, hujatan dan dianggap kurang kerjaan, hutan, perburuan satwa yang dilindungi,
Thomas tidak menyerah. Untuk menghijaukan pemakaian   sumber air yang berlebihan dan
kembali kawasan hutan mangrove yang rusak membuang sampah sembarangan akan mengancam
itu, Wahyono membentuk Kelompok Keluarga keberlangsungan hidup masa depan. Pemanasan
Lestari. Kelompok tersebut diberi nama Keluarga global, pergeseran musim, dan perubahan lainnya
Lestari karena anggotanya masih sebatas istrinya, merupakan bagian dari tindakan manusia yang
Monica Tumirah dan anak-anaknya. Kelompok sewenang-wenang dalam memanfaatkan sumber
tersebut lalu mengembangkan bibit mangrove di daya alam. Dan itu merupakan dosa ekologis.
sekitar rumah. Bibit yang sudah tumbuh besar Maka tujuan peringatan Hari Bumi ini adalah
kemudian ditanam di kawasan hutan yang rusak. untuk meningkatkan kesadaran supaya manusia
Mereka pun berhasil menjadikan lahan kritis bisa memelihara, menjaga, dan peduli pada bumi
menjadi lahan mangrove produktif dan kaya biota yang dihuninya.
laut. Udang, kepiting, dan ikan begitu melimpah.
Peran Gereja Katolik
Sekarang sudah ada 33 keluarga yang
bergabung. Dia pun kemudian mengganti nama Pada 2012, Konferensi Waligereja Indonesia
Kelompok Keluarga Lestari menjadi Kelompok (KWI) mengeluarkan nota pastoral berjudul:
Krida Wana Lestari. Sampai sekarang dia bersama Keterlibatan Gereja Dalam Melestarikan Keutuhan
kelompoknya sudah menanam ratusan ribu bibit Ciptaan. Melalui nota pastoral ini, Gereja ingin
mangrove di areal seluas 60 hektare di sekitar mengajak seluruh umat Katolik untuk memberi
tempat tinggalnya. perhatian, meningkatkan kepedulian dan tindakan
partisipatif dalam menjaga, memperbaiki,
Aktivitas Sariban dan Keluarga Thomas melindungi dan melestarikan ke-utuhan ciptaan
Heri Wahyono serta kelompoknya, tampaknya dari berbagai macam kerusakan. Selain itu,
sederhana tetapi dengan ketekunan dan nota pastoral ini dimaksudkan sebagai bahan
kepedulian tersebut, mereka sedang menjalankan pembelajaran pribadi atau bersama bagi seluruh
tugas “kenabian”nya sebagai penggerak pencinta umat dan siapapun yang mempunyai kepedulian
lingkungan hidup. Mereka hanyalah sebagian terhadap masalah-masalah lingkungan hidup
contoh kecil dari gerakan orang atau kelompok dan usaha-usaha untuk menjaga, memperbaiki,
yang peduli pada bumi yang dihuninya. melindungi dan memulihkannya.

Hari Bumi Dalam nota pastoral tersebut dikatakan


bahwa manusia bisa menjadi rekan kerja Allah
Setiap 22 April dicanangkan sebagai Hari dalam menata, menjaga, memelihara dan
Bumi. Peringatan Hari Bumi digagas oleh mengembangkan seluruh alam semesta ini. Allah
seorang Senator Amerika Serikat dan seorang memberikan kepercayaan kepada manusia untuk
pengajar lingkungan hidup, Gaylord Nelson memelihara dan mengolah dengan bijaksana
pada 1970. Mengapa harus ada peringatan Hari alam semesta ini serta berupaya  menciptakan
Bumi? Menurut para ahli, bumi yang kita tempati hubungan yang harmonis di antara semua ciptaan

Warna / April 2015 01


POJOK PASTORAL
(bdk. Kej.2:15). Oleh karena itu, manusia harus
mengelola bumi dengan segala isinya ini dalam
kesucian dan keadilan. Manusia  tidak berhak
memboroskan  dan merusak alam serta sumber-
sumbernya dengan alasan apapun.

Allah menciptakan bumi dan segala


isinya baik adanya (Kej 1: 1 – 31). Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan
citraNya. Allah memberkati manusia dan
menetapkan agar manusia beranak cucu dan
bertambah banyak, memenuhi bumi dan
menaklukannya. Kesecitraan manusia dengan
Allah memungkinkan manusia untuk bertindak
tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
sesamanya. Manusia memiliki kemampuan
untuk mengelola bumi dan segala isinya secara
bertanggung jawab.

Bagaimana dengan Kita?

Bagaikan masyarakat tradisional jaman dulu yang selalu memiliki lumbung padi sebagai persediaan
bahan makanan untuk kemudian hari, kita juga sebagai manusia yang hidup pada generasi sekarang
harus mengingat keberlangsungan hidup generasi mendatang. Sebagai rasa tanggung jawab akan
keutuhan ciptaan, kelestarian bumi dan segala isinya kita semua diundang untuk terlibat dalam usaha-
usaha pemeliharaan lingkungan. Kita diajak untuk sungguh menjaga, memelihara, dan mencintai
bumi dengan penuh syukur. Allah telah menciptakan bumi ini. Allah menghendaki bumi ini dihuni
dan dikelola dengan penuh tanggung jawab. Bumi yang kita huni dititipkan Allah kepada kita manusia
ciptaanNya untuk dikelola dengan baik. Tidak hanya dikuras dan dieksploitasi tetapi juga kita harus
melakukan usaha-usaha recovery supaya tatanan keharmonisan alam tetap terpelihara.

Sebagai komunitas umat beriman, kita juga dipanggil untuk mengaktualisasikan dan menghadirkan
iman kita melalui tindakan-tindakan nyata yang mengarah pada cinta lingkungan. Ketika kita dengan
tekun melakukan gerakan cinta lingkungan, kita ikut mempertanggungjawabkan iman kita kepada
Allah Sang Pencipta.

Apa yang sudah dilakukan di Paroki St. Helena? Selama ini paroki St. Helena melalui Seksi
Lingkungan Hidup sudah menjalankan program rumah peduli, memilah bahan sampah khususnya
dengan cara mengumpulkan botol atau kemasan dari bahan plastik, membuat rumah jelantah untuk
menampung minyak goreng yang sudah tidak dipakai untuk diolah kembali, mengadakan pelatihan
penanaman hidroponik, mengadakan lomba membuat tong sampah kreatif, dan pelatihan membuat
lubang biopori atau resapan air, yang nantinya gerakan ini dapat ditindaklanjuti di setiap lingkungan.

Maka peringatan hari bumi bukan sekedar tindakan seremonial, tetapi harus menjadi tindakan yang
nyata dan berkesinambungan dalam usaha mencintai dan mensyukuri berkat Allah atas bumi yang
Tuhan anugerahkan kepada kita. Semoga setiap keluarga dapat berperan serta didalam menumbuhkan
kesadaran, kepedulian dan kecintaan pada lingkungannya. Kiranya hal ini juga bisa menjadi gerakan
penitensi ekologis sebagai silih untuk memulihkan kerusakan yang diakibatkan dosa manusia terhadap
alam. bennosc

02 Warna / April 2015


KATEGORIAL
MISUKA Santo Yusuf,

IBARAT TERBANGKAN
LAYANG-LAYANG
P
ERAN suami dalam hidup berkeluarga ibarat penerbang layang-layang. Ia bertugas menerbangkan
istri dan anak-anaknya untuk berada di posisi lebih tinggi, bahkan setinggi-tingginya. “Layang-
layang dibuat bukan untuk menjadi pajangan atau hiasan dinding, tapi untuk diterbangkan.
Demikian juga dengan anak. Mereka harus dididik untuk bisa terbang lebih tinggi, bukan hanya
sekedar menjadi etalasi orang tua,” kata Pastor Dr. AL. Andang Binawan, SJ.
Hal tersebut dikatakan Pastor Penggerak Lingkungan Hidup dan Vikep Keuskupan Agung Jakarta
ini dalam Misa Suami Katolik (MISUKA) yang digelar di Kapel Gedung Karya Pastoral Paroki Santa
Helena, Curug, Tangerang, Sabtu (28/3/2015).  Menurut Andi Yanto Singgih, Perayaan Ekaristi yang
diprakarsai oleh SKK Santa Helena bekerjasama dengan Sie Lingkungan Hidup dan Tim Budidaya
Tanaman Sayuran Tanah KAJ, PSE Santa Helena ini digelar sebagai bagian dari selebrasi Pesta Nama
Santo Yusuf, pelindung suami.
 
Tiga Unsur Penting
Untuk dapat “menerbangkan” anak-anak dan istri, menurut pastor Andang, para suami harus
memperhatikan tiga hal penting. Yang pertama, layang-layang harus mendapatkan angin.
“Angin” itu adalah kepercayaan. “Artinya, kita harus berikan kepercayaan kepada anak-anak
termasuk juga istri, supaya dia berjumpa dengan segala macam tantangan yang ada di dalam seluruh
realitas kehidupan,” katanya.
Sikap terlalu protektif terhadap anak maupun istri dapat membuat mereka tidak dapat terbang.
“Berilah kesempatan kepada istri dan anak untuk tumbuh menjadi dirinya sendiri di dalam menghadapi
segala macam tantangan,” katanya.
Unsur kedua yang mutlak diperlukan agar layang-layang bisa terbang lebih tinggi adalah benang.
“Benang menurut saya adalah relasi yang baik. Relasi ini harus  terus-menerus dipupuk,” katanya.
Relasi bisa dibangun dengan ritus-ritus kebersamaan seperti makan bersama, juga melalui perayaan
iman. Iman, menurut pastor Andang, menjadi inti dari relasi.
“Dalam membangun relasi, perlulah diwaspadai bahaya gudged yang sering membuat orang ada
bersama tapi sibuk dengan dirinya sendiri,” katanya di hadapan ratusan suami Katolik yang datang dari
banyak Paroki di KAJ seperti Paroki Stella Maris, Pluit, Paroki Santa Monika, BSD, Paroki Laurentius,
Alam Sutra, Paroki Santa Helena dan masih banyak lagi.
Unsur yang ketiga adalah adanya “tarik-ulur”. Panggilan menjadi ayah yang menerbangkan anak
dan istri tak selamanya berjalan lancar dan mulus, tapi juga penuh tantangan. “Kita maunya terbang
tinggi tanpa kesulitan. Itu namanya diulur. Tapi Tuhan menerbangkan layang-layang kita, tidak hanya
diulur, tapi juga ditarik melalui kesulitan-kesulitan. Nah, ketika Tuhan sedang menarik, mampukan
kita menghadapinya dengan senang, dengan gembira dan dengan mata terbuka?”  tanya pastor Andang.
Kepada para suami yang hadir dalam perayaan tersebut, “pastor sampah” ini meminta para suami
untuk selalu berani menyongsong tantangan. Masalah itu harus kita terima dengan gembira dengan
terbuka. “Itulah yang membuat kita tahan uji,” tegasnya.
Warna  lingkungan hidup sangat kental membingkai perayaan Ekaristi ini. Di seputar altar Nampak
gentong-gentong sampah berhias warna-warni dengan pesan-pesan untuk memelihara kelestarian
lingkungan hidup. Setelah Perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan ramah tamah sederhana
yang dibuka oleh Pastor Paroki Santa Helena pastor Barnabas Nono Juarno, OSS. Dalam sambutan
singkatnya, pastor Nono mengingatkan peran strategis para suami dalam kehidupan keluarga Katolik.
“Para suami adalah pemimpin keluarganya. Kalianlah yang menentukan kualitas personal seluruh
anggota keluarga lainnya,” katanya. (PM).
  
Warna / April 2015 03
OBITUARI
 In Memoriam
Yanuarius Taweru
 

Guru Kehidupan Itu Telah Pergi


 

T
UTUR katanya
selalu lembut,
meski terkadang
datar. Orang yang belum
mengenalnya lebih dalam,
niscaya menganggapnya
pendiam dan kalem. “Tapi
sebenarnya Bapak itu orang
yang banyak bicara, apalagi
dengan orang yang sudah
terasa cocok,” kata Christina
Bungarista br Sinaga, wanita
yang telah mendampinginya
selama 35 tahun ini.  
Memang ada banyak
kesan muncul dalam
perjumpaannya dengan
orang-orang di sekitarnya.
Bapak Ignatius Sartono,
rekan Pro-Diakon yang berasal dari Wilayah Sari Bumi misalnya melihat Pak Yanuarius sebagai sosok
pelayan yang rajin dan bertanggungjawab pada tugas pelayanannya. “Beliau sangat tekun dalam doa
dalam keluarga,” katanya.
Sebagai anggota lingkungan, Yosafat Benny Sugiarto melihat sosok Pak Yanuarius sebagai pendidik
yang keras dan disiplin dalam mendidik anak-anaknya. “Tapi terhadap umat yang berada di lingkungan
yang dipimpinnya, Beliau sangat lembut dan tenang,” terang Benny.
Bagi para guru muda yang sama-sama mengabdi di JES, Beliu bukan hanya pendidik, tapi juga
pendidik kehidupan bagi para guru yang mendidik para murid. “Beliau kami anggap sebagai Bapak
sekaligus pendidik bagi kami yang masih muda-muda,” kata salah seorang guru JES.
 
Penuh perjuangan
Yanuarius lahir di kampung Sovianit, Larat, Ambon. Setelah mengenyam pendidikan SD dan SMP
di kampung halamannya, ia merantau ke Ternate dan sempat menjalani kelas I SMA di tempat itu.
Tapi kemudian pindah Ambon dan menyelesaikan SMA-nya di SMA Fransiskus Xaverius, Ambon.
Ia harus bersekolah berpindah-pindah karena mengikuti perpindahan tempat dinas pamannya yang
tentara.
Setelah SMA, ia sempat pulang kampung sambil mencari uang agar bisa ke Jakarta. Untuk itulah,
di sekitar tahun 1977, bersama teman-temannya, Yanuarius muda sempat menjadi kuli panggul
di pelabuhan. Tahun 1978, Yanuarius berangkat ke Jakarta.   Sempat kerja serabutan, ia kemudian
mengikuti pendidikan PGLP (Pendidikan Guru Lanjutan Pertama) dalam bidang Kesenenian.
Selepas pendidikan singkat tersebut, ia lalu pengabdikan diri sebagai guru Kesenian dan Olahraga
di beberapa sekolah, antara lain Sekolah Kristen Budi Anugerah, Pasar Baru; Gandi School, Ancol,
Jakarta Utara. Di situ beliau mengabdi selama kurang lebih 15 tahun.  Sejak awal 2004,  Pak Januarius

04 Warna / April 2015


OBITUARI

mengajar di JES (Jakarta Emerald School), Pondok Pinang, Jakarta, hingga kini.
Tanggal 26 Juni tahun 1982, Yanuarius menikahi Christina Bungarista br Sinaga dan hingga kini
telah dikaruniai tiga orang anak yaitu Ernita Novianti, Yohanes dan Yulius Liwur Taweru.
 
Menggandakan talenta
Banyak  talenta diberikan Tuhan padanya dan itu sudah digandakan dan dibagikan kepada orang-
orang di sekitarnya. Bakat keseniannya didikasikan pula di kehidupan menggereja. Ketika masih
bergabung dengan Paroki Santo Agustinus, koor Santo Fransiskus Xaverius yang dipimpinnya pernah
menjuarai lomba koor se-paroki Agustinus.
Sebagai seorang guru, beliau juga aktif sebagai “guru agama” bagi umat lingkungannya,
terutama sebagai fasilitator penggalian kitab suci kelompok. Berkali-kali Beliau dipercaya sebagai
penanggungjawab bidang katekese di lingkungan. Dan selama dua periode terakhir, beliau dipercaya
sebagai Ketua Lingkungan Antonius Padua dan salah seorang anggota prodiakon Paroki Santa Helena.
Ujung jalan
Pukul lima pagi, tanggal 15 Maret 2015, saat mau bedoa sebelum bertolak ke Jakarta untuk
mengajar, beliau merasa ada tonjokkan keras menghantam belakang punggungnya.  Dadanya terasa
sangat sesak. Keluarga lalu membawa ke RS Siloam dan terdeteksi memiliki cairan di paru-paru.
Berbagai tindakan medis dilakukan. Setelah Paskah, Senin 6 April 2015, dokter memberikan
khabar gembira bahwa  paru-parunya telah kembali mengembang. Dan pada Jumad (10 April) Beliau
diperkenankan kembali ke rumah di Sari Bumi Indah.
Tapi, Sabtu, 18 April 2015, sekitar pukul 06.00 Beliau menghembuskan nafas terakhir dalam
pelukan istri dan anak-anaknya. Selamat jalan Bapak Yanuarius. Jadilah pendoa bagi kami yang masih
berziarah di dunia ini.  (PM) 

Warna / April 2015 05


BERANDA REDAKSI

M enurut Prof. Emil Salim, Gagasan Hari Bumi muncul ketika seorang senator Amerika
Serikat, Gaylorfd Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh ulah
manusia, maka ia mengambil prakarsa bersama dengan LSM untuk mencurahkan satu hari
bagi ikhtiar penyelamatan bumi dari kerusakan. Pada tanggal 22 April 1970 Gaylord Nelson
memproklamasikan Hari Bumi (Earth Day), sehingga pada tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Bumi (Earth Day).

Demikianlah sekelumit sejarah Hari Bumi yang sudah kita rayakan pada tanggal 22 April
yang lalu. Hari Bumi selalu mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan lingkungan di
sekitar kita. Hal ini selaras dengan janji Baptis yang baru saja kita perbarui Paskah yang lalu.

Kegiatan yang dilaksanakan di Paroki, seperti Lomba Tong Sampah Kreatif, mencoba
membangkitkan kepedulian kita terhadap bumi yang kita diami. Tidak lupa redaksi meliput
secara khusus Panitia Paskah, wilayah Binong, yang telah bekerja keras mengerahkan waktu,
tenaga, dan pikiran. Juga kesaksian dari katekumen yang dibaptis pada malam Paskah lalu.
Demikian pula, informasi mengenai anak-anak St Helena. Akhir kata, selamat membaca.
Tuhan memberkati (BA)

NOMOR REKENING BANK


Komsos: PGDP Paroki St Helena BCA 7610622288
Ayo Sekolah: PGDP Paroki Santa Helena, BCA 7610645598
Dana St Yusuf: PGDP Paroki Santa Helena, BCA 7610401133
Dana Sosial/PSE: PGDP Paroki Santa Helena, BCA 7610400633

TIM REDAKSI
Penanggung Jawab: Dewan Paroki St. Helena
Penasehat: Lim Giok Lim
Pemimpin Umum: Benedictus Andri Adijaya
Pemimpin Redaksi: Janice Parmaningrum
Redaksi: Paul Maku Goru, MF Endah Lestari, Handoko Setiawan, Gisela Niken, Emilia Sapta
Pujiwahyuni, Stevie Agas, Gregorius, Narita Indrastiti, Maria Inviolita, Jo Hanapi.
Desainer: Sugiharto, FX Subagyo
Koordinator Foto: Willi Nggai
Iklan & Promosi: Wilson Purba
Kontributor: Ardy Candra (Sie Kerasulan Keluarga), Tjatur Prasetijono (Sie Lingkungan
Hidup), Ayo Sekolah Ayo Kuliah, Pengembangan Sosial Ekonomi

06 Warna / April 2015


DAFTAR ISI
Pojok Pastoral
01-02 Menjaga Bumi Dengan Penuh Syukur
Kategorial
03 Ibarat Terbangkan Layang-Layang
Obituari
04-05 Guru Kehidupan Itu Telah Pergi
06 Beranda Redaksi
07 Daftar Isi
Liputan Khusus
08-09 Retret Trihari Suci Pratista 2-5 April 2015
Reportase
10-13 Yang Terkesan Dari Perayaan Paskah
14 Beruntung Kebutuhan Konsumsi Teratasi
14-15 Akibat Badan Jalan Menyempit
WKRI
16 Peringatan Hari Kartini
Kaleidoskop
17 Lomba Memasak Gado-Gado
Perayaan Paskah Lansia Simeon Hanna
18-19 Misa Legio Maria
19-20 Lomba Kreatif Menghias Tong Sampah
21 Perayaan Trihari Suci Paroki Santa Helena
Opini
22-23 Paskah Sebagai Kebangkitan Iman Untuk Mewujudkan
Kasih Tuhan Yesus
Keluarga
24-25 Mari Bangkit Dan Bertindak
Anak
26-27 Apakah Malaikat Itu Ada...?
27-31 Temukan Motivasi Berbicara Anak Kita
31-32 Terima Kasih Anak-Anakku...

Alamat Redaksi: Kami Tunggu, Partisipasinya Ya...


GEREJA PAROKI SANTA HELENA
Apakah Anda memiliki cerita, pengalaman, berita,
Jl. Permata Kasih VI Blok C12 No 1, kiat praktis, pertanyaan ataupun saran yang ingin
Taman Permata, Lippo Village, dibagi bersama keluara St. Helena di Warna?
Curug - Tangerang 15810
Tel: (021) 5565 7370, Faks: (021) 5565 7371 Kirim ke:
warna@parokisantahelena.or.id atau
Email: warna@parokisantahelena.or.id Sekretariat Paroki St. Helena,
Website: www.parokisantahelena.or.id/ Jl Permata Kasih VIBlok C12 No 1,
Paroki St Helena Curug-Tangerang Taman Permata, Lippo Village
@parokisthelena Curug – Tangerang 15810

Warna / April 2015 07


LIPUTAN KHUSUS
RETRET TRIHARI SUCI
(Pratista, 2-5 April 2015)

S
aat memberikan kata pengantar untuk
membuka retret Trihari Suci di Pratista –
Lembang tanggal 2-4 April 2015, Pst Danny
Sanusi, OSC mengutip ucapan pst Simon Petrus
Tjahjadi, Pr “Setan ada untuk dikalahkan”. Setan
yang merupakan personifikasi dosa selalu kalah.
Buktinya, di dalam Kitab Suci, setan tidak pernah
menang, setan selalu kalah. Dengan demikian,
lanjut pst Danny, “Kalau saya diam dalam
kedosaan, persoalannya bukan karena hebat,
karena saya tidak mau diam dalam kemenangan”.
Dosa, yang menyebabkan penderitaan tidak
pernah menang, selalu kalah. Dosa/penderitaan
biasanya berdiam diri dalam keluarga. Maka
dari itu, tema retret Trihari Suci 2015 adalah
Spirituality of the Cross – Rooting and Growing
in Family, Spiritualitas Keluarga/Salib yang
Berakar dan Bertumbuh dalam Keluarga.

Retret yang berlangsung penuh selama 3 hari


diisi dengan spiritualitas Salib yang berproses.
Acara dimulai Kamis sore dengan ibadat Agape,
yang dilanjutkan dengan pencucian kaki, ekaristi
dan Tuguran. Dalam misa Kamis Putih di gereja
kita duduk sebagai penonton, dalam retret ini kita
digiring sebagai aktor dan aktris, sebagai pemain
utama, terutama dalam bagian liturgi Pembukaan,
dan Sabda. Umat diajak berperanserta. Dalam
Ibadat Agape umat aktif syering dengan rekan
terdekat, ceramah, mengenang kembali masa-
masa awal Gereja Perdana, mencicipi anggur, dan
roti. Dilanjutkan dengan pencucian kaki seluruh
peserta oleh pastor, dan pencucian kaki sukarela antarpasangan.

Pada kesempatan lain, pst Alo Setitit, OSC, menggarisbawahi bahwa manusia spiritual (spiritual
human being) pada kenyataannya selalu mendoakan, mengevaluasi dan mendukung manusia fisik
(physical human being). Saat kita sakit, fisik kita lemah, namun roh dan semangat tetap kuat. Saat kita
mati, fisik kita hancur, roh/spiritual human being kita menyatu dengan roh Allah. Dengan demikian,
dengan adanya inkarnasi Yesus di dalam diri kita itu, baik fisik maupun spirit kita diteguhkan oleh
roh kasih Kristus. Roh kita menyatu dengan roh Kristus persis seperti ketika kita dipermandikan, kita
mendapatkan meterai/suatu berkat, cahaya yang tak pernah pudar di tubuh kita. Makanya saat kita
mengalami penderitaan, janganlah takut, sebab di balik penderitaan selalu ada rahmat Allah. Sebab di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu
(Kis 17:28). Penderitaan yang kita alami secara pribadi, dalam relasi dengan anggota keluarga lain, sejak
kita masih kanak-kanak sampai dewasa sebenarnya terjadi dalam konteks relasi. Relasi dengan sesama

08 Warna / April 2015


LIPUTAN KHUSUS
dan relasi dengan Tuhan. Orang tua yang bersifat otoriter, penuh tindakan sewenang-wenang, dan tidak
ada ruang lingkup diskusi yang seimbang, orang tua yang loyo, tidak berdaya, tidak berpendidikan,
membuat relasi orang tua dan anak sebagai penderitaan. Relasi antarpasangan suami istri yang tidak
harmonis, komunikasi tidak seimbang, tidak ada rasa saling percaya. Jangan sampai menjadikan anak-
anak kita menjadi yatim piatu dalam keluarga kita. Dalam Salib kita diteguhkan.

Pertikaian selalu menjadi bagian dari dari kehidupan manusia. Bahkan pertikaian ini kalau
ditelusuri sudah terjadi di zaman paling awal. Kain dan Habel adalah contoh pertama yang tercatat di
dalam Kitab Suci. Saat Yesus tampil, banyak terjadi pertikaian, terutama dengan ahli-ahli Taurat, dan
orang-orang Farisi. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merasa kenyamanannya terancam dengan
hadirnya Yesus. Pertikaian yang terjadi di dalam Kitab Suci sejatinya kalau kita amati tidak merupakan
bagian dari pemusnahan, tetapi lebih merupakan bagian dari keselamatan. Penyebab utama pertikaian
adalah akitab gagalnya manusia menghormati martabatnya. Martabat berkaitan dengan hak azasi
manusia. Hak azasi berkaitan dengan kebutuhan dasar sandang dan pangan, yang di dalamnya terkait
pendidikan, hidup beragama dsb. Martabat paling hakiki dan tidak pernah lepas dari setiap manusia
adalah apa yang disebut Compassion (belarasa/empati). Kalau manusia mulai bertikai, dia mulai
mengkhianati martabatnya sendiri. Compassion/belarasa/empatinya hilang. Empati dengan sangat
bagus kita lihat dalam Injil, “Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan…” (Mat 20: 34). Hati kita
tergerak oleh belas kasih, karena kita percaya bahwa dalam diri setiap manusia Allah hadir. Ketika
terjadi pertikaian, saya mulai mengeluarkan Allah yang bersemayam dalam diri saya dan saya mulai
mengeluarkan diri Allah yang ada dalam diri sesama saya. Empati terjadi ketika kita menemukan diri
kita dalam hati orang lain. Saya betul-betul ingin hadir bersama dengan orang itu. Empati tidak pernah
lepas dari tanggung jawab. Manusia yang hendak melarikan diri dari tanggung jawab sebenarnya dia
hendak melarikan diri dari situasi yang dihadapinya. Empati yang kita berikan/bagikan kepada orang
lain akan memberikan suatu kekuatan dalam diri orang itu.

Dari kata Compassion/belarasa/empati kita kenal kata passion. Passion dalam bahasa Indonesia bisa
diterjemahkan sebagai kegairahan, semangat atau hasrat. Orang yang mempunyai passion akan selalu
bergairah, tidak mudah patah semangat, dan pantang menyerah. Buat Yesus salib itu adalah sebuah
passion, sebab salib bukan dianggap sebagai penderitaan, tetapi sebagai gairah, semangat dan hasrat
untuk menyelamatkan banyak orang. Demikian pula seyogyanya dengan kita. Punya passion yang
berakar kuat dalam keluarga. Martabat kita adalah kegairahan/passion saya, kegairahan saya untuk
selalu bergelora di dalam keluarga, untuk membagikan kasih. Compassion harus menjadi inti dari
hidup berkeluarga, menjadi pola pikir dalam bertindak. Menjadi mindset.

Retret Trihari Suci mengajarkan banyak hal. Salib bukan hanya dimengerti sebagai barang mati
berupa seonggok kayu, ataupun fiber yang bersilangan. Salib adalah passion, kegairahan/hasrat/
kehendak yang menjadi mindset dalam kehidupan berkeluarga Kristiani. Kisah sengsara Yesus dalam
Trihari Suci menjadikan kita mengerti, memahami dan menyelami martabat terdalam sisi kemanusiaan
kita. Kegairahan menggali makna Salib setelah melewati Ibadat Agape, dan Pembasuhan kaki di Kamis
Putih dilanjutkan dengan Ibadat Salib Kosong di Jumat Agung. Ibadat Salib Kosong yang penuh
makna dari sisi tergelap Yesus dan peran aktif peserta retret membuat suasananya benar-benar penuh
dengan keharuan dan khusuk. Salib tanpa warna diberikan ke masing-masing peserta untuk diberi
warna sesuai dengan hasrat dan gairah kita. Selanjutnya, salib-salib ini diberkati oleh pastor saat Ibadat
Jumat Agung, dan menjadi milik masing-masing peserta. Retret Trihari Suci berpuncak pada misa
Sabtu Suci, Kebangkitan Kristus, yang berlangsung di kapel Pratista bersama-sama umat setempat.

In Cruce Salus, Di dalam Salib ada Keselamatan.

Jo Hanapi (10 April 2015)

Warna / April 2015 09


REPORTASE
YANG TERKESAN
DARI PERAYAAN PASKAH

K
urang dari sebulan Perayaan
Paskah telah berlalu. Namun,
momen dan tampilan
tertentu selama perayaan mengenang
penderitaan, wafat, dan kebangkitan
Putra Allah itu di Gereja St. Helena,
hingga kini, terkadang masih menjadi
cerita sharing bersama beberapa umat.
“Memasuki renungan pada
perhentian ke-9 ibadat JS pada pagi
hari Jumat Agung, saya benar-benar
menangis. Lagu Maafkan Tuhan
yang dinyanyikan kelompok koor,
lebih-lebih bagian solo-nya, sungguh
Jumat Agung Foto: Jo Hanapi
membuka selubung kesadaran saya
bahwa yang dipikul Yesus hingga Dia jatuh beberapa kali adalah beban dosa saya,” cerita Laurensius
(27). Maka, seraya menghayati syair, nada, dan penjiwaan lagu tersebut, dia berteriak histeris dalam
hatinya meminta maaf pada Yesus, yang dia satukan dalam lagu tersebut.
Berkesempatan mengikuti JS itu, Laurensius bersyukur sekali. Sejak itu, umat dari paroki tetangga
ini mendapat warna baru bagi penghayatan imannya. Semenjak itu, dia yang sebelumnya nyaris tak
pernah berdoa, apalagi menghadiri misa di gereja—dan karena itu, dia terus merasa terhimpit beban—
kini tiap tengah malam berdoa di pojok kamar tidurnya seraya berlinang air mata penyesalan. Dia
berdoa kadang-kadang diselingi dengan menyanyikan sendiri lagu Maafkan Tuhan, yang teks lagu
tersebut dia dapat dari panitia. “Hasilnya, ya pikiran dan perasaan saya sekarang agak plong, meski
keadaan masalah terus menyelimut,” ungkapnya.
Teman lain yang juga mengikuti JS menyambut. Mereka mengaku tersentuh sekali dengan JS hari
itu. Di perhentian ke-9 ada lagu Maafkan Tuhan, sedangkan renungan pada perhentian ke-12 diiringi
musik instrumen dan lagu Viktor Hutabarat, Kepala Berdarah. “Di dua perhentian itu, saya juga
menangis, merasakan kepedihan Yesus,” timpal Handoko (42).
“Baru kali ini saya benar-benar tersentuh mengikuti ibadat JS pada hari Jumat Agung,” tutur Romo
Eduardus Daeli, OSC., seperti dituturkan Theresia Rumiyati, peserta koor dan yang menyanyikan
bagian solo lagu Maafkan Tuhan. “Suara ibu luar biasa. Ibu benar-benar menjiwai lagu itu sampai-
sampai saya menangis tadi, merasakan penderitaan Yesus,” ujar Romo Edu, sesaat setelah ibadat JS,
seperti dituturkan Ibu Theres..
Seorang umat laki-laki agak berumur, dari setelah JS pagi hari itu, hingga sekitar jam 1.30 siang,
belum juga beranjak dari ruang gereja. Entah apa yang dia renungkan dalam kesendiriannya di ruang
gereja. Tampak sekali-sekali dia melirik ke ibu-ibu panitia yang tengah sibuk membereskan beberapa
pekerjaan untuk ibadat Jumat Agung sore dan malamnya.
Sekitar jam 12.30, dia tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati ibu-ibu.
“Apa yang saya bisa bantu, Bu?” Rupanya dia ingin membantu pekerjaan ibu-ibu yang dia lihat belum
juga beres. Entahkah tawarannya adalah sebentuk ungkapan terima kasihnya atas improvisasi JS yang
sungguh menyentuh dirinya. “Ibu tadi bernyanyi dengan begitu bagus. Boleh saya miliki teks lagunya,
Bu?” pujinya ramah dan merendah sembari senyum, yang diarahkan ke Bu Theres.
Mendapat jawaban dari ibu-ibu bahwa semua pekerjaan akan segera beres, dia pun lalu kembali
ke tempat duduknya sambil membawa teks lagu yang diberikan Bu Theres. Di sana kembali dia

10 Warna / April 2015


REPORTASE
menunduk, entahlah ... berdoa!
Desain improvisasi JS pagi itu
memang mengesankan. Bukan hanya
dua tiga orang yang terseret linangan
air mata, tapi nyaris semua umat yang
hadir. Umat menunduk memohon
maaf kepada Tuhan. Itu terjadi saat
adalah sebuah lagu dinyanyikan dengan
penuh penghayatan. “Saya takjub
sekali. Sebuah lagu yang kata-katanya
sebenarnya biasa-biasa saja, tapi toh
ternyata mampu menembus selubung
kesadaran umat tentang makna JS,”
Sabtu Suci Foto: Andreas Kris
kata Bu Theres.
Istri Ketua Lingkungan Maria
Matter Dei ini, mengaku, saat itu dia memang bernyanyi dari hati, sungguh-sungguh menjiwai lagu
tersebut. Dia menyuguhkan yang terbaik dari kemampuannya bernyanyi.

Anak domba
Dari improvisasi JS yang dinilai sukses, di perayaan Sabtu Suci, panitia menampilkan sesuatu yang
agak berbeda dari biasanya. Di bagian depan altar terdapat lukisan domba, di sampingnya sebuah salib
dengan bentangan secarik kain.
Mengapa domba? “Salah satu gelar yang disebut pada Yesus adalah Anak Domba,” jelas Yohanes
Krismiyanto, pelukisnya. Dia mengaku, adanya lukisan tersebut berdasarkan konsultasi dengan Romo
Edu. “Idenya dari buku. Saya hanya menggambar sesuai yang ada di buku itu,” kata umat Lingkunngan
Maria Matter Dei ini.
“Tak ada maksud lain adanya gambar tersebut. Sekadar menampilkan gambar lain untuk melukiskan
suasana kebangkitan Yesus (Anak Domba) yang kita rayakan bersama di malam Paskah itu,” cerita
pengajar Seni Rupa di SMP-SMA St. Ursula, BSD, ini.
Lebih menariknya lagi, bahan yang dipakai adalah rongsokan. Dia mengumpulkan beberapa kardus
yang sudah tak terpakai lagi. Kemudian dia gunting sesuai alur yang telah dia gariskan. “Selanjutkan
diberi cat. Itu saja.,” ungkap pelukis yang biasa disapa Mas Klik ini.
Sementara di bagian depan gereja, terpampang telur raksasa. Telur yang tingginya 3 meter ini
juga terbuat dari bahan rongsokan, botol plastik air minum dengan ukuran beda-beda. Mas Klik
menghabiskan waktu hampir 2 minggu menyusun lebih dari seribu jumlah botol tersebut yang dia
lakukan di rumah Pak Sensi, Binong.
Konsep awalnya, dia hanya ingin membuat sebuah lampu taman dengan memanfaatkan barang-
barang bekas. “Ya juga sekadar ingin menghadirkan suasana malam Paskah yang meriah,” kata Mas
Klik yang juga mengajar ekstra kurikuler daur ulang ini.
Saat mengerjakan telur tersebut, Mas Klik tak membayangkan bakal mencuri perhatian umat.
Namun nyatanya justru tak sedikit umat yang berfoto di tempat (telur) itu. “Bangga juga jadinya.
Hasil karya dihargai banyak orang,” ungkapnya senyum.
“Dekorasinya memang bagus sekali,” ujar Stefanus Sugiarto. Dengan adanya dekorasi, seperti
menampilkan gambar anak domba lalu salib di sampingnya, juga telur raksasa di depan pintu gereja,
tentu bukan tanpa makna. Telur misalnya, meski bukan bagian dari simbol ritus Paskah, tapi bila
dikaitkan dengan kebiasaan kegiatan anak-anak mencari telur Paskah usai misa puncak Minggu Paskah,
seperti yang sering mereka lakukan pada tahun-tahun sebelumnya, toh tetaplah punya arti.
“Telur itu simbol lahir kembali. Itu berarti dengan menampilkan dekorasi telur, harapannya agar
Warna / April 2015 11
REPORTASE
bagi kita yang merayakan kemenangan
Kristus, kita dilahirkan kembali secara baru
berupa memiliki semangat baru,” tutur Pak
Sugiarto, Ketua Lingkungan Maria Matter
Dei.

Tetapkan bangku lansia


Pada perayaan Minggu Palem, tampak
tertata rapi. Umat sungguh mengikuti
arahan panitia. Setelah ritus pembuka di
lantai dasar GKP, perarakan dilakukan
menuju gereja. Barisan terdepan adalah PA,
para petugas liturgi, dan imam. Lalu, diikuti
barisan umat. Tak ada satu pun umat yang
mendahului ke ruang gereja. “Situasi ini yang kami harapkan. Juga harapan para pastor kita di gereja,”
ungkap Yoakim, koordinator liturgi dari panitia.
Situasi ini tidak terjadi begitu saja. Meski sebelumnya diarahkan panitia lewat mimbar, toh tetap
saja diikuti pengawalan ketat panitia dan para petugas lainnya. Semisal, telah ditempatkan para petugas
di titik-titik tertentu yang kemungkinan ada umat bisa lewat mendahului masuk ruang gereja. “Itu
langkah yang kami ambil, selain pintu samping kiri kanan gereja kami tutup,” lanjut Yoakim.
Adapun umat yang sudah berada di ruang gereja hanyalah para lansia. Mereka tidak mengikuti ritus
pembuka di luar ruang gereja. Di dalam gereja, mereka disediakan bangku-bangku di barisan depan
bagian kiri. “Bahkan setiap kali misa, mulai dari minggu palem, Trihari Suci, dan Minggu Paskah,
bangku untuk para lansia sudah ditetapkan demikian,” kata Yoakim.
Pengaturan tersebut mendapat sambutan positif dari umat. “Inilah salah satu aturan baru yang
bagus yang dilakukan Panitia Paskah tahun ini. Sepantasnya memang para lansia disediakan bangku-
bangku khusus untuk mereka,” ujar Fx Subagyo.
Umat Wilayah Medang ini berharap, aturan itu tidak hanya Paskah kemarin, tetapi juga untuk misa
hari minggu biasa selanjutnya. “Sebab, bukan tidak mungkin, selama ini, ada lansia yang sebenarnya
ingin ke gereja, tapi terpaksa batal karena memikirkan kemungkinan tempat duduknya tak ada. Padahal
kalau ada bangku-bangku yang disediakan secara khusus buat mereka, saya yakin semakin banyak para
lansia yang nantinya mau mengikuti misa di gereja,” kata Subagyo, seraya menyampaikan salut buat
panitia.

Berjalan baik
Yoakim mengaku, setiap momen misa berjalan baik, mulai dari misa bakar daun palma hingga
Minggu Paskah. Tak banyak yang ditawarkan anggota liturgi dari panitia yang boleh dilakukan dalam
misa. Paling hanya mendesain improvisasi saat ibadat JS di pagi hari Jumat Agung. Selebihnya desain
misa mengikuti yang sudah dilakukan Panitia Paskah sebelumnya.
Soal jumlah umat yang hadir misa, Yoakim mengaku, membludak. Lebih-lebih pada ibadat Jumat
Agung jam 3 sore. Lantai dasar GKP yang rencananya tidak dipersiapkan untuk umat, justru terisi
penuh. Juga dua tenda yang dipasang panitia, satu di depan gereja dan satunya lagi di samping, tadinya
berpikir hanya sekadar antisipasi saja. “Makanya kursinya tidak digelar dulu sebelum ibadat. Eh... tau-
taunya terisi penuh,” ujar Yoakim.
“Bahkan cukup banyak umat yang baru tiba beberapa saat menjelang ibadat dimulai, terpaksa
mereka pulang lagi karena sudah tidak ada lagi tempat yang kosong. Entahlah mereka ke gereja lain
atau menunggu ibadat kedua di malam hari,” ujar Rudolfus, Ketua Panitia Paskah.

12 Warna / April 2015


REPORTASE
“Kami yang bergabung di sie liturgi, baik dari panitia maupun liturgi paroki, benar-benar lelah.
Bayangkan, setiap misa kami harus stand by terus, bukan sip-sipan,” kembali Yoakim. “Itu kami lakukan
agar setiap bagian yang diperlukan selama misa, tertangani.”
Meski begitu, Yoakim dan teman-temannya mengaku puas dan bahagia karena kelelahan mereka
terbayar dengan perayaan berjalan lancar. “Kerja sama antar kami pun dengan sie terkait lainnya
berjalan baik,” aku Yoakim.
Setiap perayaan misa memang berlangsung baik. Seperti pengakuan Yuliana Ambarwati. Dari
kesaksiannya, setiap perayaan misa dan ibadat yang diikutinya, senantiasa berjalan tertib dan aman.
Tak ada jedah karena keteledoran. Pengalaman yang terindah baginya adalah saat ibadat JS Jumat
Agung. “Nyaris semua umat yang hadir menangis, utamanya ketika renungan pada perhentian ke-9
dan 12,” saksinya.
Dari itu, umat Lingkungan Bunda Teresia ini menyampaikan proficiat kepada panitia. “Salut buat
panitia atas kerja keras dan kerja samanya. Moga kekompakkan itu terus terjadi pada kegiatan bersama
selanjutnya di lingkungan gereja,” kata Ibu Yuli. Harapan serupa juga disampaikan Tari Widodo dan
Stefanus Sugiarto. Mereka berharap, kekompakkan panitia kiranya tetap terjaga untuk kegiatan gereja
selanjutnya.
Hal lain yang terkesan bagi Bu Tari adalah kesiagaan petugas setiap misa. “Tak ada petugas yang
telat tiba di gereja. Sebelum misa dimulai, mereka sudah ada di gereja,” ujar Bu Tari, dan melanjutkan,
padahal saya tahu persis ada umat yang tetap masuk kerja di hari Kamis Putih bahkan juga Sabtu
Suci. “Tetapi karena mereka bertugas, jadinya mereka pulang cepat dan segera ke gereja menjalankan
tugasnya. Itu luar biasa sekali.”
Rudolfus dan Sekretaris Panitia, Antonius Widodo, mengungkapkan kegembiraan mereka atas
kesuksesan Perayaan Paskah. Ungkapan mereka beralasan. Seperti yang mereka kisahkan, saat awal
pembentukan panitia, cukup sulit dilakukan. Tak banyak umat yang memenuhi undangan rapat
pembentukkan panitia. Adapun umat yang hadir rapat, tak bersedia untuk dipilih menjadi ketua dan
pengurus inti panitia.
“Namun dalam berjalannya waktu, dengan kerja keras Ketua Wilayah Binong, Paulus Eka Winata,
dan barangkali karena kerja Roh Kudus juga, akhirnya Pak Rudolfus menerima permintaan untuk
menjadi ketua panitia,” ujar Pak Widodo. Setelah itu, masih melalui kerja keras pengurus wilayah dan
beberapa umat lainnya, pelan tapi pasti, ada saja umat yang kemudian bersedia menangani setiap sie
yang diperlukan. “Dari itulah baru rutin lakukan pertemuan persiapan.”
Di atas kertas, jumlah panitia memang mencapai lebih dari 100 personil. Namun yang benar-
benar total bekerja tidak sebanding jumlah tersebut. “Saya bahagia, di setiap seksi yang ada, selalu saja
ada orang yang benar-benar mencurahkan kemampuannya menyukseskan pekerjaan yang merupakan
tanggung jawabnya,” kata Pak Rudolfus yang diamini Pak Widodo.
“Luar biasa dan puji Tuhan. Saya sebagai pendamping Panitia Paskah 2015, ada banyak kesan baik
dan positif terkait kinerja kerja panitia,” ujar Lim Giok Lim, anggota DPH Paroki Sta. Helena. Saat
mengikuti rapat terakhir bersama panitia, Pak Lim sempat kuatir. “Soalnya tampaknya masih ada
beberapa persiapan yang saya rasa belum beres,” katanya.
Namun ternyata begitu sudah mulai bertugas, Pak Lim melihat, hasil akhirnya beres. Bahkan
semakin ke sini semakin membaik. “Panitia melaksanakan tugasnya dengan mulus,” katanya.
Pak Lim mengaku, terkadang memang masih dijumpai kekurangan. Namun itu normal dan masih
bisa ditolerir. “Secara umum, panitia sukses. Ya, itu karena kerja keras dan kekompakkan panitia,”
ungkap Pak Lim seraya mengharapkan agar kinerja panitia ini kiranya patut dicontoh oleh panitia lain
untuk kegiatan selanjutnya.
“Awalnya saya cukup was-was. Jangan-jangan panitia kurang begitu memaksimalkan persiapan
perayaan Paskah ini. Namun, begitu mulai bertugas, ternyata hasilnya memuaskan,” ujar Romo Nono,

Warna / April 2015 13


REPORTASE
OSC, seperti dituturkan Pak Yoakim, saat bersantap siang bersama panitia di belakang aula bedeng usai
misa Minggu Paskah.
Mengetahui panitia sukses menjalankan tugasnya, Romo Nono beberapa kali menyampaikan
proficiatnya kepada seluruh anggota panitia. “Moga kerja keras seluruh panitia diberkati Tuhan,”
katanya. (Stevie Agas)

BERUNTUNG
KEBUTUHAN KONSUMSI TERATASI

K
inerja kerja panitia Paskah memang perlu
diajungi jempol. Panitia telah membuktikan
ketekadannya memuluskan setiap perayaan misa.
Bukan hanya itu. Panitia juga bahkan bisa mengatasi
kebutuhan lain semisal konsumsi yang sebetulnya tak
dianggarkan.
Seperti pada perayaan hari Rabu Abu. Antonius
Widodo mengatakan, perayaan hari itu sebenarnya tak
ada jatah konsumsi. Dewan paroki mencoret anggaran
konsumsi yang diajukan panitia untuk hari Rabu
Abu. “Alasan dari Dewan Paroki bahwa hari itu adalah
pembukaan masa puasa. Maka tak butuh konsumsi,”
kata Pak Widodo.
Namun yang terjadi adalah ada petugas lain yang
bukan Katolik. “Dan mereka butuh makan,” lanjut Pak
Widodo. “Bahkan ada beberapa anggota panitia yang
karena sudah saking laparnya, maka mau tidak mau,
mereka butuh makan juga.”
Karena situasinya demikian, maka hari itu,
panitia terpaksa berpikir bagaimana caranya agar ada
konsumsinya. “Beruntung sekali, ada beberapa anggota
panitia yang rela merogo kantongnya, lalu sediakan konsumsi,” kata Pak Widodo.
“Saya rasa di sini sedikit terjadi miskomunikasi antara panitia dengan Dewan Paroki,” lanjut Pak
Widodo dan diamini Pak Rudolfus. Menurut Pak Widodo, biasanya panitia tahu persis situasi riil di
lapangan dan kebutuhannya. “Maka ketika panitia mengajukan anggaran konsumsi untuk hari Rabu
Abu, ya itu karena panitia tahu benar bahwa memang akan ada yang butuh makan hari itu meski hari
buka puasa.”(SA)

AKIBAT BADAN JALAN MENYEMPIT


“Panitia kerja nggak, sih?” Itulah kalimat yang sempat dilontarkan seorang umat dari dalam
mobilnya saat dia keluar dari area parkir di gereja usai misa Minggu Palem. Kalimat yang cukup
menukik perasaan panitia itu, boleh jadi, lahir dari ketidaksabarannya untuk cepat-cepat keluar dari
area parkir.
Beruntung sekali, tak ada anggota panitia yang “menghajar”-nya. “Ya, kami tak menggubrisnya.
Kami tetap berkonsentrasi menghalau kendaraan agar bisa keluar secara teratur,” ujar Pak Rudolfus.

14 Warna / April 2015


REPORTASE

Kemacetan sekitar gereja memang sudah menjadi masalah klasik pada setiap kali ada perayaan besar.
Apalagi jumlah kendaraan itu semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah umat yang mengikuti
misa besar di Gereja Santa Helena.
“Saking padatnya kendaraan, kami bekerja keras mengaturnya,” kata Yohanes Rawiruto, Koordinator
Sie Perparkiran pada perayaan Paskah. Dikatakannya, saat yang sangat membutuhkan kerja keras
petugas adalah ketika kendaraan umat bergerak keluar dari area parkir.
Pak Yohanes menjelaskan, setelah area parkir di kompleks gereja dan Sekolah Atisa terisi penuh, jelas
mobil selebihnya diparkirkan di sisi kiri kanan ruas jalan warga sekitar gereja. Inilah yang membuat
ruas jalan jadinya menyempit. Ditambah lagi mobil warga yang memang banyak diparkirkan di tepi
ruas jalan yang sama. Mobil diparkirkan begitu mepet satu dengan yang lainnya.
Begitu misa selesai, mobil dikeluarkan dari parkirnya dengan hati-hati, karena harus
memperhitungkan jarak dengan mobil lainnya dan juga ruang badan jalan yang sudah sempit. Dan
ini jelas butuh waktu. “Situasi inilah yang kurang diketahui umat pengguna mobil lainnya,” jelas Pak
Yohanes.
Jadinya, lanjut Pak Yohanes, ada umat pengguna mobil lainnya terutama yang masih berada di
jajaran tengah atau bahkan yang belum bergerak sama sekali dari kompleks gereja, tidak bersabar.
Mereka menuding petugas seakan-akan petugas tidak bekerja keras mengarahkan kendaraan. Mereka
tahunya kemacetan yang terjadi karena kelalaian petugas. “Itu sayang sekali. Sebab kami sesungguhnya
bekerja keras mengatasi kemacetan,” pungkasnya.
Menurut Pak Yohanes, setiap umat yang menggunakan mobil ke gereja pada misa besar, mestinya
tahu betul situasi di kompleks gereja kita; lahan parkirnya terbatas, sementara jumlah kendaraan
membludak. Juga mesti tahu bahwa panitia pasti memikirkan lahan parkir dan pengaturan lalu lintas
kendaraan yang mereka bawa. “Dengan begitu, kami yakin tak akan ada yang marah-marah,” katanya.

14 Titik
Pak Yohanes menceritakan, ada 14 titik yang menjadi konsentrasi penjagaan petugas parkir dan
keamanan pada perayaan Paskah kemarin. Titik-titik itu terkait dengan tujuan untuk memperlancar
arus kendaraan. Setiap titik ditempati 2 orang petugas. “Hasilnya nyata sekali. Kendaraan bergerak
cukup lancar,” katanya.
Diketahui, jumlah personil yang ikut mengatur keamanan dan kelancaran lalu lintas kendaraan
cukup banyak. Dari panitia ada 28 orang, tim TMD ada 14 orang, keamanan paroki ada 18 orang, dari
Atisa (sukarelawan) ada 7 orang, polisi ada 12 orang, dan koramil ada 7 orang. “Kami semua melebur
dalam kebersamaan menunaikan tugas yang diembankan kepada kami,” kata umat Lingkungan Bunda
Teresa ini. (SA)

Warna / April 2015 15


WKRI

PERINGATAN HARI KARTINI


W
KRI cabang St Helena
kembali mengadakan event
tahunan dalam rangka Hari
Kartini. Tahun ini, WKRI mengadakan
Lomba Membuat Gado-gado. Lomba
ini diadakan pada tanggal 19 April 2015
di Bedeng. Seperti tahun lalu, lomba ini
diikuti oleh bapak-bapak berpasangan,
perwakilan seluruh wilayah.

Acara ini cukup mengundang


perhatian banyak umat seusai misa.
Tampak ibu-ibu heboh mengarahkan
Yohanes Suratun (kanan) dan Krisdianto (kiri),
perwakilan wilayah Medang (Foto: BA) bapak-bapak untuk menyiapkan ini itu.

Suaranya gaduh sekali dan membuat suasana hingar bingar diiringi canda tawa.

Dibuka oleh pastor Nono, lomba berlangsung dengan seru. Waktu yang diberikan adalah 15 menit.
Beberapa peserta mengulek bumbu sambil bergoyang pinggul. Ada juga yang serius mengarahkan
pasangannya.
Mas Yo, perwakilan dari wilayah Medang, mengakui cukup deg-degan. Tapi pemilik nama lengkap
Yohanes Suratun Oetomo mengakui sudah terbiasa memasak. “Awalnya memang cukup rumit, tapi
selebihnya enjoy saja” ujarnya sambil tertawa. “Bahan memang disiapkan panitia, tapi cita rasa kami
yang menentukan” tegasnya. 

Dihubungi terpisah, ibu Harina mengatakan


“Tahun lalu kami mengadakan lomba membuat nasi
goreng, kali ini gado-gado”. Ibu Harina ditunjuk
mewakili ketua panitia. Wajahnya begitu sumringah di
sela-sela acara ini. Selain lomba membuat gado-gado,
di tempat yang sama juga diadakan bazar. Bazar ini
diikuti oleh seluruh WKRI ranting yang ada di Paroki
St Helena. “Inilah salah satu upaya kami supaya WKRI
ranting dapat menambah pemasukan,” lanjutnya.
Peserta ternyata tidak hanya dari WKRI ranting. Ada
juga peserta dari luar yang mempromosikan pemanas
air yang menggunakan elpiji.

Hingga berita ini diturunkan, juri masih


mengadakan seleksi atas seluruh gado-gado yang
sudah disiapkan.

Ibu Harina membuka Lomba Membuat Gado-Gado (Foto: BA)

16 Warna / April 2015


KALEIDOSKOP
LOMBA MEMASAK
GADO-GADO
Paroki Santa Helena

PERAYAAN PASKAH
LANSIA SIMEON HANNA
Paroki Santa Helena

Warna / April 2015 17


KALEIDOSKOP

Foto oleh Ardy Lemba

18 Warna / April 2015


KALEIDOSKOP

Foto oleh Ardy Lemba

Foto oleh WA Santa Helena

Warna / April 2015 19


KALEIDOSKOP

Foto oleh WA Santa Helena

20 Warna / April 2015


KALEIDOSKOP

Perayaan Minggu Palma

Perayaan Kamis Putih

Perayaan Jumat Agung

Perayaan Malam Paskah Foto: Suci Indrayono Perayaan Malam Paskah Foto: Andreas Kris Perayaan Malam Paskah Foto: Joshua Adi

Perayaan Malam Paskah Foto : Jo Hanapi

Warna / April 2015 21


OPINI

Paskah sebagai Kebangkitan Iman


untuk Mewujudkan Kasih Tuhan Yesus

P
eristiwa Paskah yang barusan dirayakan dan kedengkian hati karena gelombang cinta
oleh seluruh umat Kristiani pada tanggal yang dipancarluaskan dalam peristiwa Paskah
05 April kemarin merupakan refleksi telah menghalau kegelapan dosa dan maut,
dari kebangkitan iman kita. Dalam perayaan sehingga melahirkan budaya kasih sayang
Paskah ini ada 2 perspektif utama yang untuk terus melakukan kebaikan.
mengemuka. Pertama, peristiwa kebangkitan
Tuhan Yesus merupakan kebangkitan akan
keluhuran martabat hidup manusia. Hidup Kisah kebangkitan Tuhan Yesus adalah bukti
yang sesungguhnya tidak berujung pada nyata dari kuasa Allah dalam hidup manusia.
kematian fisik, tetapi justru kehidupan Peristiwa kebangkitan Yesus tidak disaksikan
kekal bersamaNya kelak. Kematian fisik atau orang dan memang tidak mungkin disaksikan
biologis seharusnya dipandang hanya sebagai karena merupakan pengalihan dari dunia
sarana untuk memperoleh hidup yang abadi. fana ke dunia akhirat yang tidak terbuka bagi
Kebangkitan Tuhan Yesus dari antara orang- pancaindera kita. Manusia manapun tidak
orang mati adalah suatu berita suka cita kepada akan dapat mengkaji secara ilmiah bagaimana
dunia bahwa Dialah penguasa hidup seperti Yesus bisa bangkit dari kematianNya. Yang
yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri : dapat dialami oleh kita sebagai manusia biasa,
“Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh. baik secara sendiri-sendiri maupun bersama
11:25). Tuhan Yesus telah memperlihatkan adalah Yesus yang telah wafat masih terus
kepada dunia bahwa tidak ada kuasa yang mengerjakan sesuatu di dunia ini dan mereka
dapat mematikan kuasa Allah terlebih kuasa yang mengalami dan merasakan hal itu tidak
dosa. Dia telah mematahkan kuasa kegelapan. bisa lain kecuali percaya bahwa Yesus sungguh
Kematian adalah upah dari dosa, namun telah bangkit. Namun yang paling penting
Allah telah mengangkat kita dari kuasa dosa saat ini bukanlah hanya sekedar mengagumi
supaya kita memperoleh kehidupan dari sejarah perbuatan Tuhan yang dahsyat itu,
Allah. Kehidupan ada pada Tuhan sehingga namun apakah kisah kebangkitan Tuhan
kita tidak lagi hidup dalam bayang-bayang Yesus ini akan dapat membawa dampak yang
maut yang menakutkan karena Tuhan juga besar dan dahsyat dalam kehidupan kita.
akan mengangkat kita dari kematian itu Saksi-saksi Kristus telah memperlihatkan
menuju pada kehidupan yang bersifat kekal kuasa dari kebangkitan Tuhan Yesus, yang
bersama Tuhan. Kedua, perspektif perilaku dahulunya mereka takut dan tidak mengerti
keseharian manusia di mana peristiwa semua pengajaran Tuhan Yesus, namun
kebangkitan ini memberikan pesan yang kebangkitanNya telah mengubah hidup
teramat penting dan indah bahwa yang mereka menjadi saksi-saksi yang bersemangat
selamanya menang hanyalah cinta dan kasih dalam memberitakan Injil Kristus bahkan
sayang. Tidak ada lagi tempat bagi dendam siap untuk mati sebagai seorang martir.

22 Warna / April 2015


OPINI

Selama ini banyak dari kita yang memaknai Paskah sebagai perayaan kebangkitan Tuhan Yesus
dari antara orang mati, namun sesungguhnya tidaklah cukup sampai di situ saja. Memang
benar bahwa Kristus telah bangkit dan kita semuapun memang kelak akan dibangkitkan
pula, namun bagaimana kita memaknai kebangkitan Tuhan Yesus itu sebagai kebangkitan
iman dan semangat kita untuk selalu mengandalkan kuasa Allah di dalam seluruh kehidupan
kita. Kebangkitan Tuhan Yesus harus bisa menjadi motivasi buat umat Tuhan untuk selalu
bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Kita semua yang telah diselamatkan oleh Tuhan
Yesus, harus menyadari bahwa Firman Tuhan telah digenapi dan saat ini tinggal di dalam
diri kita semua, maka sudah sepantasnya kita semua wajib membalas dan mewujudkan kasih
Tuhan Yesus dalam perbuatan kita sehari-hari dan juga melalui kegiatan pelayanan yang kita
lakukan bagi sesama sehingga kerajaanNya sungguh nyata dan hadir di dunia ini. Apakah
kita masih boleh selalu mengeluh, mudah putus asa dan takut menderita dalam dunia ini
atau justru sebaliknya kita telah menjadi pribadi yang takut untuk berbuat dosa dan taat
dalam memikul salib kehidupan kita? Kita belumlah hidup dalam sukacita kebangkitan Tuhan
Yesus jika kita masih jatuh dalam dosa dan terus mempercayai kuasa-kuasa kegelapan daripada
mentaati Firman Tuhan.

Mengutip
dari Sabda Tuhan
Yesus: “Janganlah takut”; “Salam
bagimu”; “Pergi dan katakananlah...” adalah
ungkapan motivasi dari Tuhan Yesus bahwa Allah
telah hadir dan berbuat dalam hidup kita dan
memberikan kita petunjuk akan apa yang harus
kita perbuat dalam hidup ini untuk
mencapai kemenangan abadi.

Selamat Paskah 2015………………….

Kontributor : Ardy Candra

Seksi Kerasulan Keluarga St. Helena

Warna / April 2015 23


KELUARGA
Surat Keluarga April 2015

MARI BANGKIT
dan BERTINDAK
Kebangkitan sering membuat kita ternganga

Menanggapi dalam kekaguman dan sunyi

Peristiwa dua ribu tahun itu menegakkan Gereja

Menjadikannya tempat bersandar keselamatan

Aku tidak mau tinggal diam

Menjadi penonton dan penikmat,

Bagiku adalah suatu kesia-siaan

Yang nanti bakal melemahkan imanku sendiri

Aku mau bergerak dengan hidupku

Memberi tempat untuk semangatku

Dan menjadi rasul-rasul hari ini

Yang yakin dengan iman dari Sang Mesias

Ini imanku, mana imanmu?

Ini pekerjaanku, mari bekerja bersama

Sebab orang yang percaya tak akan menjadi lelah

Dan ia yang bertekun tak akan menjadi lesu

(Alexander Erwin Santoso MSF)

24 Warna / April 2015


KELUARGA

K
eluarga-keluarga Katolik di Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih, SELAMAT PASKAH.
Semoga kita semua dan keluarga kita mengalami diselamatkan oleh pengorbanan Tuhan Yesus
buat kita. Semoga kita pun mampu bukan hanya bangkit, tetapi bergerak dengan penuh se-
mangat iman membagikan iman ini kepada banyak orang, khususnya kepada anggota keluarga kita
yang lebih lemah imannya.
Melihat para rasul dan pengikut Yesus yang sangat bersemangat membagikan kisah dan keyakinan
mereka akan Sang Guru, kita seharusnya terharu. Sebelumnya mereka ragu, tapi entah mengapa sesu-
dah kebangkitan Kristus, para rasul dan para pengikut-Nya justru berbalik arah, makin berani dan
yakin memberitakan ketika Yesus sudah tidak bersama mereka.
Pengajaran dan “pelatihan” Yesus ternyata sangat hebat efeknya. Yesus memberikan contoh dan tel-
adan yang nyata, jelas, mudah diingat, dan tidak menipu. Ia mengusahakan dengan kata-kata, dengan
symbol, dengan cerita, dengan kunjungan, dengan pengajaran, dengan disiplin, dengan kerja keras,
dengan kecerdasan, dengan kerjasama, dengan keberanian, dengan sukacita, dan dengan hasil guna
yang kelihatan. Inilah kunci kebangkitan yang disampaikan para rasul kepada banyak orang sampai
hari ini.
Ke mana semangat itu dalam keluarga kita? Saya yakin masih banyak yang penuh semangat
menyampaikan kehadiran Tuhan Yesus di rumah masing-masing. Saya yakin masih banyak ibu yang
“cerewet” menyuruh anaknya berdoa sebelum makan, sebelum belajar, dan sebelum tidur. Saya yakin
para orangtua masih mau mendisiplinkan ibadah di Gereja pada hari Minggu. Selain itu, semoga or-
angtua menjadi pintu utama anak-anak mengalami kebaikan Tuhan setiap hari.
Generasi ini selalu membutuhkan Tuhan. Bahkan, kalau boleh dikatakan, semakin membutuhkan
hidup rohani yang baik. Mereka belajar menjadi semakin rasional dan semakin bersemangat “mem-
buktikan”. Pengalaman para rasul memang membuktikan bahwa Tuhan Yesus bangkit dan hidup kem-
bali. Mereka ditampaki Tuhan sehingga percaya. Sekarang ini, penampilan Yesus harus kelihatan dalam
diri kita, para orangtua dan anggota keluarga serumah. Bahkan anak-anak bisa menjadi penampakan
Tuhan Yesus dengan kebaikan mereka.
Misdinar, OMK, BIA, BIR, Antiokia, Choice, KTM, Jomblo Katolik, PD kharismatik Yunior, dan
kempok kategorial lain tentu ada di paroki kita masing-masing. Apakah anak-anak mempunyai kes-
empatan merasakan pengalaman kebangkitan dalam semangat bersekutu dan bermain dengan teman
seimannya ini? Atau apakah Anda masih berkeras untuk tidak memberi ijin pada anak-anak berkumpul
dengan alasan studi mereka? Saya percaya Anda mempunyai kehendak baik dengan mengijinkan mere-
ka menikmati Tuhan Yesus di tengah-tengah kebersamaan itu.
Jika kita sendiri saja sudah begitu repot dengan membalas SMS, chat, BBM, Line, Email, dan
membuka situs-situs yang memberi informasi, apalagi anak-anak kita? Memberitakan sesuatu yang tak
tampak jauh lebih sulit di jaman yang serba positif (“terbukti dan kelihatan”). Tetapi sarana-sarana itu
juga bisa memberikan pesan kerasulan yang nyata juga jika kita mau menggunakannya dengan wajar
dan bertujuan.
Apakah ada informasi mengenai semangat orang-orang yang merasul di jaman ini? Di beberapa
paroki yang pernah saya kunjungi, semangat OMK ternyata yang membuat anak-anak masih bertahan
di Gereja dan membuat Gereja tetap hangat. Kita perlu menjamin bahwa hidup kerasulan kita masih
menghangatkan Gereja. Mari kita wartakan, Kristus masih menyemangati kita dalam pelayanan ber-
sama.
Sekali lagi,
SELAMAT PASKAH. Tuhan mem-
berkati kita, memberkati keluarga-keluarga kita, mem-
berkati pelayanan kita, memberkati pendidikan putera-puteri
kita, dan memberkati iman kita akan Kristus Yang Bangkit.
Amin.

Warna / April 2015 25


ANAK

Apakah Malaikat Itu Ada?...

S
ebuah pertanyaan yang menyelinap
dalam hati Yeni saat berbincang-bincang
dengan teman yang beragama Kristiani.
Sedari kecil, bu Yeni sudah mengenal agama
Katolik, karena sempat bersekolah di sekolah
Katolik. Namun sebagai seorang anak dari
4 bersaudara yang taat kepada orang tua,
Yeni kecil mendalami dan mengikuti agama
Budha yang juga dianut oleh orang tua-nya.
Yeni tercenung sembari menjelaskan, “Saya
bertumbuh di daerah Sumatra, dan disana
komunitas masyarakat etnis Chinese sangat
kuat memeluk agama Budha. Saat saya kelas
5 SD, saya pun dipermandikan sesuai aturan
dalam agama Budha, walau hati saya tidak
memahami apa arti proses yang saya lalui
tersebut, saya hanya patuh pada orang-tua”.
Hari bergulir menyusun minggu dan
minggu tak jemu menyatu menjadi bulan
yang akhirnya tak terasa tahun-tahun telah
berlalu. Tahun 2004, Yeni berkenalan den-
gan Sutadi, seorang simpatisan Katolik yang
berasal dari keluarga dengan latar belakang
kepercayaan Kong Hu Cu. Sutadi tanpa
berlama-lama segera melamar Yeni untuk
menjadi istrinya. Selama masa-masa perkenalan dan pacaran, Yeni sering melihat bahwa Sutadi adalah
seorang laki-laki yang rajin berdoa secara Katolik. “Tanpa saya sadari mengapa, saya bahagia melihat
Sutadi yang berdoa secara Katolik, namun saat saya ajak dia untuk ke gereja, dia menjawab : ah buat
apa, saya nggak paham juga apa yang terjadi di gereja…saya percaya cukup berdoa saja, Tuhan pasti
mendengar dan memberikan apa yang saya doakan”. Pergumulan terjadi saat persiapan pernikahan
mereka di tahun 2005, Sutadi yang memang simpatisan Katolik dan juga Yeni yang entah mengapa
juga merasa nyaman dengan kebiasaan Sutadi berdoa secara Katolik, ingin agar pernikahan mereka
diberkati di Gereja Katolik. Namun terkendala waktu dan juga kedua belah pihak belum ada yang
beragama Katolik, membuat mereka belum bisa mewujudkan keinginannya.
Keluarga Sutadi dan Yeni dikaruniai 2 orang anak yang sehat dan cakap, yakni Tristan si sulung dan
Quinn sang adik. Saat Tristan lahir, Yeni memutuskan untuk fokus menjadi ibu agar dapat sungguh-
sungguh mendampingi perkembangan anak. Ketika Tristan sudah mulai bersekolah, di sekolahnya
Tristan terbiasa untuk berdoa sebelum memulai suatu kegiatan. Tristan juga rajin di kelas Bina Iman
Anak (BIA) Agatha di Wilayah Lippo. Yeni kembali seperti disadarkan akan sesuatu yang saat itu be-
lum ia pahami, “Saya merasa malu, saat mengingatkan Tristan untuk selalu berdoa sebelum makan,
sebelum tidur, namun saya dan suami tidak melakukannya. Padahal kan anak-anak pasti sangat me-
neladani apa yang dilakukan oleh orang-tua nya, dan saya tidak ingin anak-anak bingung karena kami
sebagai orang-tua nya tidak pernah berdoa bersama-sama mereka”.
Semuanya bergulir tanpa skenario yang mencengangkan atau heboh. Kerinduan Sutadi dan Yeni

26 Warna / April 2015


ANAK
untuk belajar agama Katolik, dibimbing sedemikian rupa oleh Roh Kudus, hingga saat usia pernikahan
mereka menginjak hampir ke-10 tahun, jalan itu seolah telah disiapkan. “Dulu, suami saya sudah sepa-
kat kalau kami ingin belajar agama, ya harus bersama-sama. Tapi tertunda lagi karena lokasi kantornya
yang masih di Jakarta. Namun pada tahun 2013, kantor suami pindah di area BSD, saat itu segera
kami membulatkan tekad untuk mendaftarkan diri belajar agama Katolik. Kami ingin bisa sekeluarga
bersama-sama mengalami proses belajar agama dan juga dibaptis bersama sekeluarga. Harapan saya
pribadi, bila memang nanti kami dibaptis sekeluarga, kami ingin bisa setia menjadi pribadi dan kelu-
arga Katolik”.
Satu tahun berlalu, saat persiapan selama katekumen dari tahun 2014 lalu, sungguh merupakan
proses yang membentuk Yeni sekeluarga. “Saya dan suami saling mengingatkan dan menguatkan. Saya
sungguh bersyukur bahwa kami sekeluarga boleh mengalami proses katekumen bersama-sama. Setiap
Senin malam dimana kami dibimbing oleh pak Alfonsus di kelas katekumen, menjadi saat-saat yang
sungguh kami rindukan. Tidak bosan rasanya untuk belajar selama 1 tahun dan bahkan bila berh-
alangan belajar katekumen, rasanya ada yang kurang lengkap deh..”. Malam Paskah 2015 lalu, Sutadi,
Yeni, Tristan dan Quinn dibaptis bersama-sama. Kebahagiaan dan kebanggaan sungguh jelas mem-
buncah dari wajah mereka. “Saya bahagia karena kini kami sekeluarga sudah sama-sama Katolik, walau
rasanya untuk rajin berdoa seperti Tristan dan Quinn, masih sangat berat kami lakukan. Kami sebagai
orang-tua sangat bangga pada anak-anak, karena tanpa diingatkan lagi, mereka kini pasti ingat berdoa.
Sedangkan saya dan suami, masih harus saling mengingatkan untuk juga berdoa dengan tanda salib.
Perjalanan kami sebagai keluarga Katolik masih baru kami masuki, kami masih harus belajar banyak,”
demikian Yeni sembari tersenyum tulus namun penuh kebahagiaan sebagai seorang Katolik.
MFEL

Temukan Motivasi
Berbicara Anak Kita
Oleh: Widodo

P
ernah kita jumpai pertanyaan orang tua ”Apakah memang
anak-anak seusia Farhan (bukan nama sebenarnya) memang
suka bandel, memberontak, bosan sekolah, dan senang jika
melihat orang tua jengkel ?”. Pertanyaan ini hampir mendarah
daging setiap kali kita jumpai dalam kasus yang sama.
Hampir setiap kelas pasti ada yang bernasib sama dengan Farhan,
seperti dituturkan oleh salah satu orang tua tadi. Ada pula yang
terpupuk perilakunya, karena berasal dari keluarga yang kurang
harmonis. Keadaan anak di atas tidak terlepas dari peran keluarga,
khususnya orang tua di rumah dan guru di sekolah, yang terungkap
dalam kemauan berbicara anak-anak kita.
Keluarga yang diharapkan gereja Katolik secara umum bertujuan
membentuk nilai kebersamaan, menciptakan kesejahteraan suami
istri dan anak, serta melahirkan pengajaran. Ada lima elemen
pengajaran iuntuk menghidupkan tumbuh kembang anak, yang
beranalogi dengan tugas evangelisasi. Referensi berdasarkan I Tes
2 : 7 – 12.
Pertama, hendaknya kita bersikap ramah seperti seorang ibu dengan anak asuhnya. Bila anaknya
sakit, orang tua kita memberi motivasi berpikir postif menganggap anak akan semakin pintar, mau
tumbuh gigi, mau bisa berjalan, dan pertumbuhan lainnya. Dengan senang hati ibu merawat anaknya.

Warna / April 2015 27


ANAK
Kalau kita menggendong anak lalu anak pipis, “Wah yang menggendong akan mendapat rejeki”, dll.
Keadaan buruk anak diubah menjadi situasi yang indah. Anak diajak bicara dengan ramah pula.
Kedua, ada minat pribadi atau selalu memotivasi diri. Ketiga, sikap ketekunan dan kegigihan.
Keempat integritas. Kelima dorongan.
Anak menemukan gaya berbicara sesuai dengan pengalamannya. Menurut penulis, gaya berbicara
anak relevan dengan ilustrasi pengalaman berbicara, terutama dengan orang tuanya. Ilustrasi
mengerjakan pertanyaan. Ada pertanyaan yang perlu jawaban benar dan salah. Hal ini bersifat to
the point (langsung pada tujuan). Ada pula pertanyaan yang memang perlu dijawab dengan jawaban
menghubungkan, menjodohkan, isian singkat, pilihan ganda, dan juga uraian atau esai.
Nah, semua gaya berbicara dalam menjawab pertanyaan itu perlu dibiasakan untuk melatih
anak mengungkapkan ekpresi berbicaranya dengan jujur, ada rasa aman, disertai gerak mimik, atau
bahasa tubuh. Kelak ketika dewasa mereka bisa memiliki kelebihan kreatif berbahasa. Kreatif berbahasa
juga mampu mengantar anak untuk mengungkapkan persoalan hidup, dari yang sederhana hingga
rumit. Kita kenal pula tokoh yang piawai berjuang menggunakan bahasa, seperti Presiden RI pertama
Ir Soekarno dan Presiden Amerika Serikat Barak Obama. Sebaliknya, ada contoh yang gagal dalam
memiliki gaya berbicara yang baik, yaitu bahasa para preman dan katakanlah para pecundang.
Secara umum pula pengajaran berbicara dalam keluarga perlu digali oleh anggota keluarga,
terutama orang tua, ayah dan ibu, juga guru sebagai orang tua di sekolah.
Gaya berbicara anak adalah penyebab sikap kontra produktif, yang menurut para pakar motivator
dipengaruhi oleh lima faktor seperti berikut :
1. Konsep Diri
Bila ingin Anak berubah, maka kita bisa ubah Citra Dirinya. Di setiap kesempatan, kita buat agar
ia menyadari bahwa ia adalah anak yang percaya diri, tenang, mampu belajar dengan baik, gembira,
hebat, dan hal-hal positif lainnya. Bila perlu, kita doakan anak dengan kata-kata positif di atas pada saat
ia tidur menurut agama dan kepercayaan kita. Kita lakukan doa ini sambil menyentuh atau membelai
kepalanya setiap hari.
Konsep diri yang ketiga adalah Harga Diri. Harga Diri anak = sebarapa suka ia pada dirinya sendiri.
Semakin ia menyukai dirinya, menerima dirinya, hormat pada dirinya sendiri sebagai orang yang
berharga dan bermakna, maka semakin tinggi Harga Dirinya. Semakin tinggi Harga Diri, maka anak
akan semakin positif dan bahagia , semakin senang belajar dan prestasinya pun meningkat.
Salah satu cara agar Harga Diri anak meningkat adalah dengan memujinya dengan tulus tentang
keberhasilannya, berapa pun peningkatannya. Misalnya, sebelumnya anak dapat nilai 20, dan sekarang
ia dapat nilai 50, maka tetap puji dia atas keberhasilannya meningkatkan nilai dari 20 jadi 50. Katakan,
“Ok, besok kita belajar lagi, kita pasti akan dapat nilai yang lebih baik lagi. Toss dulu !!!”
Cara lain untuk buat Harga Diri anak menjadi lebih tinggi adalah dengan memujinya dengan tulus
kepadanya dan di depan teman–teman atau saudara. Misalnya kita sedang mengobrol dengan teman
kita, dan ada anak kita di situ, maka ucapkan kepada teman kita, “ Wah, saya senang sekali anak saya
sekarang hebat dan pintar, bisa belajar dan mendapatkan nilai lebih bagus…”
Harga Diri = Fondasi perubahan diri anak. Harga diri anak menentukan level perubahan diri,
pencapaian di bidang apa pun dan keberhasilan hidup secara keseluruhan, termasuk pencapaian nilai
di sekolah. Mari kita tingkatkan harga diri anak kita agar ia berubah jadi lebih baik.
Harga Diri rendah = AKAR berbagai masalah perilaku anak. Contohnya, anak yang mengganggu
(bullying) temannya sebagai akibat karena ia tidak merasa berharga atau dihargai oleh lingkungannya.
Dengan bertindak seperti itu , ia mendapatkan rasa lebih berharga, mampu dan berkuasa.
Harga diri rendah juga akibat dari masalah perilaku. Contoh, ada satu anak sering dapat omelan
atau dimarahi oleh lingkungannya sampai dicap dan diberi label sebagai “anak yang bermasalah”.
Apabila label “anak yang bermasalah” ini diulangi terus tiap hari, maka informasi ini akan masuk ke

28 Warna / April 2015


ANAK
dalam pikiran bawah sadar (pikiran otomatis) anak, dan membuat anak semakin yakin bahwa ia adalah
anak yang bermasalah, sehingga ia semakin jauh dari perilaku yang benar. Oleh karena itu, mari kita
sarankan teman, saudara, lingkungan kita untuk STOP “pe–label–an” anak yang negatif.
Berkaitan dengan pe-label-an negatif, kita bisa gunakan kebalikannya yaitu pe–label–an positif agar
anak berubah. Contoh pelabelan positif: Kamu anak yang hebat, anak yang pintar, anak yang rajin
belajar, anak yang penurut, patuh sama papa mama, dan lain-lain.
Berhubungan dengan hal sebelumnya maka ada pertanyaan: Sampai berapa lama pelabelan Positif
kita lakukan sehingga anak bisa berubah? Jawabannya: Kita lakukan terus menerus setiap hari sampai
informasi pelabelan positif tersebut masuk ke dalam pikiran bawah sadar (pikiran otomatis) anak.
Misalnya, ada guru matematika yang selama 8 bulan (setiap hari) melabel satu anak sebagai “anak bodoh”
karena BELUM bisa matemetika, dan ia benar–benar jadi bodoh matematika. karena pengkondisian
ini sudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar si anak. Maka agar anak berubah, pelebelan positif
dilakukan minimum 8 bulan tiap hari sampai ia berubah.
2. Rasa Aman
Kebutuhan utama anak dalam hidupnya = Rasa Aman. Bila anak tidak atau kurang terpenuhi rasa
amannya, maka perilaku anak jadi kurang baik. Rasa aman didapat dari terpenuhinya kebutuhan anak,
khususnya perasaan dicintai tanpa syarat, dihargai, dan diterima oleh lingkungannya.
Ketika masih bayi, seorang anak yang tidak mendapat atau butuh rasa aman akan menangis untuk
memberitahu orang tua atau pengasuh bahwa ia butuh sesuatu. Pada saat ia beranjak besar dan butuh
sesuatu, bisa jadi ia menunjukkannya dengan perilakunya sehari–hari, walaupun dengan perilaku yang
kurang baik.
Seburuk apa pun perilaku yang ditunjukkan oleh anak kita, perilaku ini punya tujuan positif, yaitu
agar anak bisa diterima dalam keluarganya dan merasa aman melalui cinta, penerimaan, penghargaan,
dan pengakuan dalam keluarganya. Mari kita penuhi tujuan positif tersebut.
Dalam diri tiap anak terdapat tangki yang diistilahkan sebagai Tangki Cinta, mirip dengan tangki
air untuk tampung air PAM di rumah kita. Tangki air bisa terisi dan juga bisa kosong akibat pemakaian.
Begitu juga dengan Tangki Cinta anak, bisa kosong, berkurang, dan bisa kembali terisi juga. Bila
tangki air di rumah kosong atau berkurang, maka kita tidak bisa mencuci, mandi, dan lain-lain. Bila
Tangki Cinta anak kurang atau kosong, bisa mempengaruhi perilaku dan prestasi di sekolahnya.
Tangki Cinta anak bisa berkurang akibat “kebocoran”. “Kebocoran” bisa terjadi bila anak mendapat
hal-hal negatif dari lingkungannya, misalnya diejek teman, dimarahi, takut, malu, kecewa, merasa
tidak disayang atau tidak diterima, dibanding-bandingkan, dimusuhi, dilabel negatif oleh guru, dan
lain-lain.
Berita baiknya, Tangki Cinta anak yang kurang atau kosong bisa diiisi. Namun, yang bisa mengisinya
hanya PAPA dan MAMAnya, dengan membuat anak merasa dicintai, diterima, dan dihargai. Kita
tahu bahwa semua orang tua mencintai anaknya, namun bisa saja anak BELUM MERASA dicintai,
diterima, dihargai karena anak mempunyai bahasa cinta yang berbeda.
3. Tangki Emosi Anak
Pakar Pendidikan dan Psikologi Adi W. Gunawan dalam bukunya “Hypnotherapy for Children”
mengatakan, karena Tangki Cinta anak bisa berkurang tiap hari akibat “kebocoran”, maka tangki cinta
anak sebaiknya diisi oleh papa dan mama setiap hari.
Pakar pendidikan dan psikologi mengatakan bahwa bila anak mengalami kesulitan belajar di
sekolah, hal ini kebanyakan bukan karena tidak pintar, tetapi lebih karena secara emosi ia tidak siap
untuk belajar. Oleh karena itu, mari mengisi Tangki Cinta anak. Tangki Cinta Anak = Tangki Emosi
Anak.
Apa tandanya bila Tangki Cinta anak berkurang atau kosong dan minta diisi oleh papa dan mama?
Tandanya, anak akan meminta perhatian orang tua. Ia menjadi lebih manja, minta ditemani atau

Warna / April 2015 29


ANAK
minta sesuatu yang bila dilakukan oleh orang tua akan mengisi Tangki Cintanya.
Bila orang tua sedang sibuk, tidak tahu, tidak mengerti tentang tanda kekosongan Tangki Cinta
anak, sehingga anak memintanya dan akhirnya tidak mendapat, maka biasanya anak akan berulah atau
berbuat sesuatu yang bisa membuat orang tua kesal marah.
Ketika orang tua kesal atau marah, anak menganggap dan merasa ia mendapat “Perhatian” dari
orang tua. Apabila berulang terus, hal ini akan menjadi perilaku dan kebiasaan anak yang kurang baik.
Tanda kekosongan Tangki Cinta Anak yang lain, misalnya anak tidak mau kerjakan PR, tidak
mau sekolah, tidak mau mandi, tidak mau lakukan sesuatu yang disuruh orang tua, dan hal-hal yang
bisa buat orang tua kesal dan marah. Semua tanda tersebut merupakan tanda anak ingin diisi Tangki
Cintanya oleh papa dan mama.
Apabila Tangki Cinta anak sudah terisi dengan penuh, bahkan sampai meluber, maka perilaku anak
berubah menjadi baik, ia menjadi, tenang, manis, bahagia, dan damai dengan dirinya sendiri. Pada saat
ini, SECARA EMAOSI ia SUDAH SIAP untuk BELAJAR. Oleh karena itu, karena setiap pagi sampai
sore anak belajar di sekolah, rumah, tempat les, alangkah baiknya bila Tangki Cinta anak sudah terisi
pada malam hari sebelumnya.
Tindakan yang anak lakukan untuk dapat perhatian dan cinta orang tua, bila diulang-ulang akan
jadi perilaku. Sehingga menurut Adi W Gunawan, Perilaku = Strategi yang telah teruji dan terbukti
sangat efektif dan efisien untuk dapatkan hal- hal yang anak inginkan dengan cepat dan mudah, dengan
tingkat keberhasilan tinggi.
Sebagai contoh, bila anak minta sesuatu dan tidak dituruti orang tua, ia akan coba dengan menangis,
marah, teriak, memukul, dan lain-lain. Jika berhasil, maka ia akan ulangi di lain hari, sehingga akan
jadi kebiasaan/ habit. Habit akan mengeras jadi karakter, dan karakter akan tentukan nasib anak saat
ia dewasa. Para Trainer diajarkan untuk mem-break pola-pola karakter yang tidak baik ini, agar masa
depannya lebih cerah. Mari kita break Pola ni di lingkungan kita juga dengan cara-cara positif.
4. Faktor Eksternal dan Internal
Apakah anak tidak konsentrasi belajar, tidak semangat, main terus, tidak kerjakan PR, malas ke
sekolah, dan lain-lain? Hal ini bisa dikarenakan faktor internal dan eksternal. FAKTOR EKSTERNAL:
mungkin gurunya galak, suka marah, suasana belajar di sekolah kurang kondusif, dan lain-lain.
FAKTOR INTERNAL: kebutuhan emosi anak tidak terpenuhi, sehingga ia jadi “lapar” emosi.
Emosi yang diperlukan anak adalah rasa aman, rasa dicintai, dan diterima oleh orangtuanya tanpa
syarat.
Faktor Eksternal adalah faktor yang tidak bisa kita kontrol 100%, maka kita bisa lebih memperhatikan
faktor Internal dan mengusahakannya sampai 100% untuk meng-counter faktor Ekternal, sehingga
anak kita bisa lebih konsentrasi balajar, semangat belajar, mau ke sekolah, dan lain-lain.
Berdasarkan survei, dalam kebanyakan kasus, faktor Internal-lah (faktor Emosi) yang menyebabkan
anak tidak konsentrasi belajar atau semangat, maunya main terus, tidak kerjakan PR, malas ke sekolah
dan lain-lain. Faktor Emosi (Tangki Cinta anak) bisa terpenuhi dengan relasi orang tua dan anak yang
hangat.
Dengan kata lain, Relasi (hubungan/ emosi) yang hangat antara orang tua dan anak adalah fondasi
utama harga diri anak, yang menentukan motivasinya untuk belajar dan mencapai prestasi di masa
sekolah dan masa dewasa nanti.
Bila anak sudah matang secara emosi, maka di kehidupan saat ini dan dewasa ia akan mampu
atasi perubahan, mampu hadapi tekanan hidup, mampu bersosialisasi, mampu belajar, dan mampu
menjalani hidupnya dengan sukses.
Semua anak butuh rasa dicintai, diterima, dan dihargai oleh orang tuanya. Kita tahu semua orang
tua mencintai, menerima, dan menghargai anak-anaknya, namun bisa saja anak BELUM MERASA
mendapatkannya, karena tiap anak punya BAHASA CINTA yang berbeda.

30 Warna / April 2015


ANAK
5. Bahasa Cinta
Penemu “5 BAHASA CINTA“, Garry Chapman mengatakan ada lima cara atau ekspresi untuk
menyatakan rasa cinta kita pada seseorang, seperti pada suami, istri, anak, orang tua, saudara, dan lain-
lain. Dalam hal anak, bahasa cinta yang orang tua tujukan ke anak dapat mengisi Tangki Cintanya.
Bahasa cinta yang orang tua (papa dan mama) tujukan ke anak dapat mengisi Tangki Cinta anak.
Tangki Cinta anak yang sudah penuh bahkan sampai luber, membuat anak lebih percaya diri, siap
secara mental untuk belajar dan hal-hal positif. Lima bahasa cinta tersebut antara lain waktu yang
berkualitas, kata-kata positif berupa pujian dan dukungan, sentuhan fisik, pelayanan, dan pemberian
hadiah.
Sekolah maupun rumah adalah tempat untuk pendidikan karakter. Orang tua maupun guru sama–
sama memberikan pengajaran berbicara yang mampu memengaruhi anak. Guru hebat (juga orang
tua) adalah perpanjangan jati diri anak, yang dijiwai oleh nilai kesetiaan, komitmen, welas asih, dan
kerajinan. Guru hebat bukan menghasilkan produk tetapi menghasilkan pengaruh.

*) Penulis adalah umat Lingkungan Bunda Teresa Binong, Anggota CFC Paroki Santa Helena.

TERIMA KASIH ANAK-ANAKKU …..


P
erayaan Pekan Suci dan Paskah tak
terasa sudah berlalu… Perayaan yang
luar biasa meriah tidak lepas dari peran
kalian semua anak-anakku sebagai Putra Al-
tar dan Putri Sakristi yang dengan setia dan
tulus menyediakan waktu dan tenaga untuk
membantu terlaksananya semua perayaan ini.
Dengan melalui latihan yang cukup panjang
dan melelahkan akhirnya kalian semua dapat
menyelesaikan tugas ini secara bahu memba-
hu. Terima kasih anak-anakku yang terkasih
atas pelayanan kalian semua… Terima kasih
juga untuk para orang tua yang telah mendu-
kung putra dan putrinya dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Kerja sama yang baik bisa diperoleh
karena kalian merasa satu keluarga, satu komunitas, sehati , dan terjalin persaudaraan yang kuat dalam
PA PS ….
Hal ini semakin jelas saat salah seorang saudara kalian, Marcel, yang mengalami kecelakaan sepeda
motor pada tanggal 11 April 2015 yang lalu dan mengalami pendarahan otak sehingga harus men-
galami operasi yang panjang selama kurang lebih 6 jam di Rumah Sakit Betsaida, Gading Serpong.
Misa Sabtu sore mengumandangkan intensi untuk keberhasilan operasi yang sedang dijalani Marcel.
Marcel adalah salah seorang putra altar yang secara rutin berpartisipasi dalam tugas Pekan Suci dan
Paskah, yang memang dibesarkan dalam keluarga dimana kedua orang tuanya juga aktif dalam kehidu-
pan menggereja dan pelayanan.
Sabtu malam ruang tunggu ICU RS Betsaida dipenuhi pengunjung termasuk di dalamnya kelu-
arga PA PS yang begitu menyayangi Marcel. Pendamping dan anak-anak PA PS menunggu hingga
larut sampai Pastor Nono tiba untuk memberi Sakramen Pengurapan Orang Sakit untuk Marcel. Rasa
kekeluargaan terasa sekali di sana, begitu menyatu dan membaur satu sama lain, karena Marcel adalah
salah satu anggota keluarga kami. Sebelum beranjak pulang, kami semua berdoa membentuk lingkaran
sambil bergandeng tangan, berdoa untuk Marcel dan kedua orang tuanya yang ditutup dengan berdoa

Warna / April 2015 31


ANAK
Salam Maria oleh masing-masing yang hadir.
Sebelum pulang kami sepakat untuk melaku-
kan Novena 3x Salam Maria mulai hari Min-
ggu setiap jam 9 malam untuk kesembuhan
Marcel…. anak kami tercinta…
Anak PA PS tidak pernah berhenti men-
gunjungi Marcel ke rumah sakit…. Marcel
pasti tahu bahwa begitu banyak yang mencin-
tainya dan mendoakannya. Ayah Marcel ber-
kata bahwa Marcel sangat menyukai pakaian
PA yang baru yang dipakai pada saat Misa
Malam Paskah. Marcel begitu bangga men-
genakannnya dan mengatakan bahwa pakaian itu seperti pakaian petugas liturgi di Roma…. “Marcel
pasti ingin cepat sembuh dan kembali bertugas dengan pakaian PA yang baru……”
(Marcel berdiri di baris belakang, kedua dari sebelah kanan)
Biaya perawatan Marcel tidak kecil, karena harus menjalani perawatan yang intensif di ruang ICU.
Rasa ikatan kekeluargaan yang begitu kuat dalam PA PS menyebabkan kepekaan yang luar biasa den-
gan saudara-saudara Marcel dalam keluarga PA PS. Mereka dengan tulus menyisihkan uang jajan mer-
eka untuk membantu Marcel tanpa diminta. Begitu terharu melihat ketulusan mereka… sampai mer-
eka mempunyai berbagai ide untuk membantu biaya perawatan Marcel.
Luar biasaaaaa…. Terharu rasanya saat mereka mengungkapkan berbagai ide untuk bisa membantu
Marcel… Kita patut bangga dengan anak-anak kita yang sejak usia dini sudah mau meluangkan waktu
untuk melayani dan Puji Tuhan … iman mereka pun bertumbuh sehingga peka terhadap saudara
mereka yang sedang mengalami kesusahan. Orang tua Marcel juga terharu melihat sikap dan tindakan
mereka.
Memang melayani dengan hati tidak mudah… banyak pelayanan berkedok lain… Tapi kita patut
mencontoh teladan anak-anak kita yang begitu tulus, begitu penuh kasih, begitu menyayangi saudara
dalam komunitasnya. Rasa kekeluargaan dan persaudaraan dalam keluarga PA PS begitu kental dan
kami sebagai pendamping begitu salut. Hal ini tidak terjadi pada Marcel tetapi pada saat salah seorang
PA yang mengalami kecelakaan saat retret yaitu Ricky. Mereka juga sampai menunggu di RS Siloam
pada saat Ricky menjalani operasi dan tak henti-hentinya mengunjungi Ricky pada saat perawatan.
Anak-anak OMK yang sebagian besar adalah bekas anggota PA PS juga tidak mau ketinggalan
dalam menggalang dana untuk membantu biaya perawatan Marcel. Gengsi mereka buang jauh-jauh
demi adik mereka yang sedang sakit dan membutuhkan biaya besar. Mereka mengamen dari satu
restoran ke restoran lain di daerah Gading Serpong. Acungan jempol patut kita berikan kepada mereka.
Hal yang tidak mudah kita lakukan pastinya. Dengan dasar CINTA seperti lagu yang mereka latunkan
saat mengamen yaitu Karena Cinta yang dipopulerkan Delon, mereka mampu melakukan hal itu….
Luar biasaaaa……
Sekali lagi terima kasih anak-anakku yang sudah memberi teladan kepada kita semua untuk melaku-
kan pelayanan dengan hati dan kasih sehingga mampu menciptakan persaudaraan selayaknya dalam
satu keluarga yang besar…. Keluarga PA PS Santa Helena.
Kami selaku pendamping PA PS Santa Helena merasa terharu sekali dengan sikap dan tindakan
anak-anak kami yang begitu mulia kepada salah satu anggota keluarga mereka yang sedang mengalami
penderitaan sekaligus kesulitan…. Semua rasa lelah selama ini langsung terhapus dengan rasa bangga
kami dengan putra putri kami ini yang sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri….
Kami percaya Tuhan akan senantiasa membalas kebaikan kalian semua dengan caraNya yang pasti
akan indah pada waktunya…… Amin
by CB

32 Warna / April 2015


PEMENANG KUIS
1. AGATHA ECLESIA KEINATYA
2. CLARA CITRA CALISTA JUVENTIA
SILAKAN MENGAMBIL HADIAH DENGAN MENGHUBUNGI SEKRETARIAT

Anda mungkin juga menyukai