Anda di halaman 1dari 707

DAFTAR PENULIS

No NAMA PENULIS No NAMA PENULIS


1 Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS 41 Sri Fatmawati, M.Sc., Ph.D
2 Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc. 42 Tony D. Susanto, Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF
3 Prof. Dr. Ir. Johan Silas 43 Totok R. Biyanto, Ph.D
4 Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. 44 Achmad Baidhowi, S.T., M.T.
5 Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. 45 Adhi Iswantoro, S.T., M.T.
6 Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D 46 Adinda Sih Pinasti Retno Utami, S.T. M.T.
7 Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D. 47 Ali Okta Putra Setio Ardianto, S.T, M.T.
8 Dr. Ali Masduqi, S.T., M.T. 48 Anggra Ayu Rucitra, S.T., M.MT.
9 Dr. Ali Musyafa’ 49 Ardy Maulidy Navastara, S.T., M.T.
10 Dr. Arina Hayati, S.T., M.T.. 50 Belinda Ulfa Aulia, S.T., M.Sc.
11 Dr. Dewi Septanti, S.Pd., S.T., M.T. 51 Caesario Ari Budianto, S.T., M.T.
12 Dr. Eddy Setyo Koenhardono, S.T., M.Sc. 52 Devi Anggraini Putri, S.Si., M.Si.
13 Dr. Eko Mulyanto Yuniarno, S.T., M.T. 53 Ede Mehta Wardhana, S.T., M.T.
14 Dr. Eng. Muhammad Badrus Zaman, ST., MT 54 Eka Wahyu Ardhi, S.T., M.T
15 Dr. Ing. Setyo Nugroho 55 Firman Hawari, S.Sn., M.Ds.
16 Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono 56 Gita Widi Bhawika S.ST., M.MT.
17 Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA 57 Hamdan Dwi Rizki, S.Si., M.Si.
18 Dr. Ir. Bambang Iskandriawan, M.Eng 58 Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng.
19 Dr. Ir. Eko Budi Santoso,Lic.Rer.Reg 59 Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo, M.T
20 Dr. Ir. Endroyono, DEA 60 Muhammad Saiful hakim, S.E., M.M.
21 Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc. 61 Murdjito MSc. Eng
22 Dr. Ir. Siti Rochimah, M.T. 62 Nida Farikha, S.T.,M.T.
23 Dr. Ir. Susy Budi Astuti, M.T 63 Nugrahardi Ramadhani, S.Sn. MT
24 Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA 64 Okta Putra S., S.T., M.T.
25 Dr. Kartika Nuswantara, M.Pd. 65 R. Eka Rizkiantono, S.Sn., M.Ds.
26 Dr. Mahendra Wardhana, S.T. M.T. 66 Rabendra Yudistira Alamin, ST. M.Ds
27 Dr. rer. nat. Ir Aulia Nasution, MSc. 67 Sarah Cahyadini, ST., M.T.
28 Adi Setyo Purnomo, M.Sc., Ph.D 68 Senja Aprela Agustin, S.T., M.Ds.
29 Ahmad Muklason, S.Kom.,M.Sc.,Ph.D 69 Tanti S. R. Nasution, S.T., M.T.
30 Christiono Utomo, Ph.D. 70 Thomas Ari Kristianto, S.Sn., M.T.
31 Eko Setijadi, S.T., M.T., Ph.D 71 Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc.
32 Ervina Ahyudanari, Ph.D. 72 Wahyu Setyawan, ST., M.T.
33 IDAA Warmadewanthi, S.T., M.T., Ph.D 73 Welly Herumurti, S.T., M.Sc.
34 Imam Baihaqi, S.T., M.Sc., Ph.D. 74 Imroatul Azizah, S.T.
35 Ir. Purwanita Setijanti MSc., PhD. 75 Vincentius Raki Mahindara, S.T.
36 Lukman Noerochim, Ph. D 76 Yuliana, S.Si.
37 Maria Anityasari, Ph.D. 77 Aji Kusumaning Asri
38 Muhammad Faqih, Ir., MSA., Ph.D. 78 Alfan Rozy Mahmudi
39 Raja Oloan Saut Gurning, S.T., M.Sc., Ph.D 79 Amir Mu’tashim Billah
40 Satria Fadil Persada, S.Kom., MBA, Ph.D. 80 Annisa Nur Ramadhani
81 Meika Sumarsono

ii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


SMART CITY:
KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI

Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, &


Rekomendasi ITS untuk Indonesia

Editor:
Tony D. Susanto, Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF

Penerbit:
Asosiasi Sistem Informasi Indonesia (AISINDO)

 Association for Information Systems – Indonesia chapter www.aisindo.org


 Association for Information Systems (AIS) www.aisnet.org
SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI iii
SMART CITY
KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI
Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi
ITS untuk Indonesia

Editor : Tony D. Susanto, Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF

ISBN : 978-602-74309-4-5
Penerbit : AISINDO
Cetakan pertama, Maret 2019

Hak Cipta  2019 pada Penulis

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis
maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau
dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari
Penulis.

iv Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


PENGANTAR REKTOR
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER (ITS)
Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D.

Ada satu hal penting dari


hakekat keberadaan ITS
sebagai Perguruan Tinggi (PT)
ternama di negeri ini, yaitu
sejauh mana eksistensinya
mampu memberi manfaat
terhadap masyarakat di
sekitarnya dan bangsa
Indonesia secara luas. Padahal
sebagai PT yang berbasis pada
sains dan teknologi, ada begitu
banyak persoalan yang dapat diselesaikan ITS melalui
sentuhan inovasinya. Apalagi di abad digital yang
menjadi pemicu terjadinya proses Revolusi Industri 4.0
saat ini, peran sain dan teknologi menjadi sangat sentral
dalam menaikkan daya ungkit ekonomi dan kehidupan
keseharian bangsa kita. Ini jelas merupakan sebuah
peluang sekaligus tantangan bagi ITS untuk berkiprah.
Karena itu, saya menyambut baik kehadiran buku ini
yang berjudul “SMART CITY: Konsep, Model, & Teknologi
– Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI v


ITS untuk Indonesia” ini. Walaupun bersifat bunga
rampai, atau berupa kompilasi berbagai tulisan, namun
buku ini tetaplah sangat istimewa. Pertama, karena
kumpulan tulisannya berasal dari prinsip enam dimensi
yang melandasi terciptanya kota cerdas (Smart City),
yaitu Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy,
Smart Living, Smart Society dan Smart Environment.
Kedua, semua bahasan dari keenam dimensi di atas,
ditulis oleh dosen ITS dari berbagai latar belakang
keilmuan yang menunjang, dilengkapi pengalaman yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Ini suatu hal yang
positif, karena setidaknya para dosen ITS telah berupaya
membagi informasi dan pengetahuan bagaimana
mewujudkan Smart City di Indonesia. Semoga manfaat
dari buah pikirannya dapat dirasakan masyarakat dan
para pengelola kota sehingga hakekat keberadaan ITS
menjadi terasa.
Keinginan untuk mewujudkan Smart City yang serba
tanggap terhadap kebutuhan warga kotanya secara
fleksibel, efisien dan juga berkelanjutan, tentunya
menjadi dambaan semua pihak. Tidak saja warga
masyarakat, tetapi juga pemerintah yang mengelolanya.
Sistem jaringan serta pelayanan terhadap masyarakat
kota terus dipelihara secara berkesinambungan, dan
semua ini dengan memanfaatkan teknologi informasi,
telekomunikasi dan digital, yang ditujukan untuk
kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya.

vi Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Saya menyampaikan terima kasih dan selamat kepada
semua pihak yang telah membantu mewujudkan buku
ini. Baik para inisiator, para penulis, para illustrator dan
juga para Pimpinan Daerah dan Kota yang ikut
berpartisipasi dalam memberikan ulasan maupun
komentar terhadap kehadiran buku ini. Semoga buku ini
dapat meningkatkan kesadaran kita tentang bagaimana
membangun Smart City khususnya kota-kota di
Indonesia, yang pada gilirannya akan membawa
kesejahteraan bagi bangsa kita secara luas.
Selamat menikmati dan menjadikan buku ini sebagai
referensi ranah teoritis keilmuan maupun dalam
prakteknya di lapangan.

Surabaya, Maret 2019


Joni Hermana – Rektor ITS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI vii


SAMBUTAN
WALIKOTA SURABAYA
Dr.(H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur marilah kita


panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat
diterbitkan buku "Smart City:
Konsep, Model & Teknologi”.
Surabaya menjadi salah satu
kota di Indonesia yang telah
mengaplikasikan konsep
Smart City dalam tata kelola
pemerintahannya dalam
enam dimensi, yakni smart
people, smart living, smart government, smart economy,
smart mobility dan smart environment. Pada prosesnya,
penerapan keenam dimensi tersebut telah berperan
mendukung pemerintah kota untuk membangun kota
serta masyarakat.
Melalui penerapan smart city khususnya dimensi smart
government yang dijalankan Pemerintah Kota Surabaya
dalam sistem e-government, Surabaya mampu
melakukan penghematan-penghematan, seperti hemat
hingga 29 milyar untuk penggunaan kertas. Selain itu

viii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
terjadi percepatan dalam pelayanan publik sehingga
menghemat waktu, bersih, efektif, aman, dan warganya
cerdas serta berwawasan lingkungan. Penerapan smart
city yang terintegrasi, dapat membantu mengoptimalkan
kinerja dan hubungan antara pemerintah kota dan
masyarakat, sehingga pemerintah bisa menjalankan
tugas secara efektif dan efisien.
Untuk menjadi smart city tentunya memerlukan
pengetahuan, informasi, dan perangkat-perangkat yang
mendukung. Buku “SMART CITY: Konsep, Model &
Teknologi” ini tentunya merupakan salah satu referensi
dalam memberikan informasi-informasi tentang smart
city untuk kita semua. Buku ini hadir diharapkan dapat
membantu kita semua memahami tentang smart city,
pengaplikasian konsep smart city serta menginspirasi
solusinya. Kiranya kehadiran buku “SMART CITY: Konsep,
Model & Teknologi” persembahan ITS ini bisa
membantu banyak pihak dalam mempelajari dan
menerapkan konsep Smart City di daerahnya masing-
masing.
Demikian sambutan saya, semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan bimbingan dan hidayah-Nya
dalam kelancaran peluncuran buku SMART CITY : Konsep,
Model & Teknologi ini. Sekian, terima kasih.
WassalamualaikumWr. Wb.
Surabaya, Maret 2019
Walikota Surabaya

Tri Rismaharini

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI ix


APA KATA
KEPALA DAERAH?

Abdullah Azwar Anas,


S.Pd., S.S., M.Si.
(Bupati Banyuwangi)
“Gencarnya narasi soal “Smart City”
dengan berbagai turunannya cukup positif
dalam membawa gelombang arus besar
perubahan terutama pada skema
pelayanan publik yang dijalankan
pemerintah daerah. Namun, smart city
bukan hanya urusan pemerintah daerah. Smart city jauh melampui itu, bahkan
idealnya menerabas hingga ke ruang-ruang kehidupan warga dan komponen
lainnya, sehingga terbentuk ekosistem yang mampu mewujudkan apa yang
disebut sebagai smart city.
Smart city juga bukan hanya soal teknologi. Kerap kali banyak dari kita yang
keliru menerjemahkan smart city hanya ke dalam program pembuatan aplikasi,
misalnya. Maka di Banyuwangi, kami membumikan konsep itu dalam “Smart
Kampung” yang bukan melulu soal teknologi, tapi juga tentang bagaimana
problem kemiskinan di desa mampu ditangani dengan “pendekatan orang desa”,
tidak terjebak pada gimmick teknologi semata.
Di tengah ayunan narasi smart city yang makin masif di satu sisi, dan
kegagapan menerjemahkan serta mengaplikasikannya di sisi lain, buku ini hadir
tepat waktu karena mampu membingkai serakan-serakan pemikiran ihwal smart
city menjadi satu kesatuan yang tak hanya substantif, tapi juga mengalir dalam
logika yang pas. Saya kira buku ini layak disebut sebagai “buku babon” soal smart
city di Indonesia. Bukan hanya karena kemampuannya memotret smart city
dengan komprehensif, tapi juga sangat energik dalam mengurai problem,
gagasan, dan rekomendasi yang datang dari lintas disiplin ilmu.
ITS tentu adalah nama besar dengan dedikasi keilmuan yang tak diragukan
lagi. Buku yang lahir dari pergulatan pengetahuan, gagasan, dan observasi para

x Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


akademisi ITS ini tentulah layak untuk memandu kita semua mencapai misi mulia
itu: smart city—atau apapun terminologinya—sebagai nafas untuk
mewujudkan cita-cita kesejahteraan sosial-ekonomi rakyat. Selamat!

Hendrar Prihadi, S.E, M.M


(Walikota Semarang)
“Saya meyakini konsep Smart City
walaupun identik dengan sebuah upaya
pemutakhiran tekhnologi, namun
pencapaian-pencapaian keberhasilan
implementasinya tak dapat diukur dari
tekhnologi yang digunakan. Apakah bila
sebuah layanan publik menggunakan
komputer terbaru, atau software dengan
versi paling tinggi lalu bisa dikatakan
paling cerdas ? Saya rasa tidak. Saya rasa
kita harus mengerti, jika implementasi
Smart City sangat bergantung dengan analisis permasalahan yang dilakukan.
Bagaimana konsepnya ? Seperti apa modelnya ? Tekhnologinya perlu sejauh apa ?
Menjadi pertanyaan yang paling penting untuk kita jawab, dalam implementasi
Smart City. Dan guna menjawabnya, kita wajib memiliki role model agar
kemudian kita tidak membangun sebuah hal dari nol, melainkan dapat
mengembangkan yang sudah ada sebelumnya.
Untuk itu lah buku “SMART CITY : Konsep, Model, & Teknologi, Bunga
Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia” wajib kita
miliki dan kita baca. Pasalnya dalam buku ini tersaji penelitian – penelitian
tentang success story implementasi smart city di Indonesia dengan lengkap dan
detail. Sehingga dengan membaca buku ini kita dapat menemukan banyak role
mode yang untuk kemudian disesuaikan dengan permasalahan masing – masing
yang dihadapi. Apalagi kita tahu bersama jika ITS merupakan salah satu
Universitas terbaik di Indonesia, dimana menurut saya buah dari pemikiran yang
tertuang dalam buku ini merupakan representasi Indonesia Maju.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xi


Abdullah Abu Bakar, S.E.
(Walikota Kediri)
“Smart City menjadi program yang menarik bagi
kota-kota di dunia termasuk kabupaten/kota di
Indonesia. Teknologi ini diharapkan bisa
meningkatkan ekonomi masyarakat,
meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
birokrasi di pemerintahan serta menjawab
berbagai permasalahan kota. Setiap kota
memiliki persoalannya sendiri sehingga solusi
smart city tidak bisa dilaksanakan dengan cara
“copy-paste” tanpa memperhatikan faktor keberlanjutannya.
Saya menyambut gembira terbitnya buku “SMART CITY: Konsep, Model, &
Teknologi. Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk
Indonesia” yang menyajikan penelitian-penelitian tentang success story
implementasi smart city di Indonesia secara cukup detail. InshaAlloh buku ini bisa
menjadi referensi bagi kami dan para kepala daerah dalam
mengimplementasikan smart city. Saya yakin hasil riset ini ada yang cocok
dengan kebutuhan daerah-daerah di Indonesia sehingga bisa diimplementasikan,
dan perguruan tinggi bukanlah menjadi menara gading, melakukan riset dan
hasilnya bermanfaat bagi masyarakat.”

Dr. Drs. Suprawoto, SH, M.Si


(Bupati Magetan)
“Sungguh sebuah gagasan sekaligus sumbangan
yg sangat besar bagi pimpinan daerah serta
jajarannya dengan terbitnya buku ini. Apalagi
buku ini ditulis oleh para pakar dari sebuah
institusi pendidikan tinggi ternama yg ‘center of
excellence’ di bidang teknologi. Bagi kami,
terbitnya buku ini ibarat orang yang tersesat di
padang pasir yang tidak tahu arah kemudian diberi sebuah kompas, sehingga
akan menuntun ke arah tujuan yang benar. Demikian juga dengan terbitnya
buku "Smart City" Konsep, Model dan Teknologi akan menjadi kompas pimpinan
daerah dan jajarannya untuk mewujudkan smart city di daerah masing-masing.”

xii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K)
(Bupati Kulon Progo)
“Membangun Smart City sebenarnya bagian
mencontoh Sunatulloh hukum-hukum Alloh dalam
tubuh manusia. Tubuh manusia yang sehat adalah
sangat Smart, mata kena debu sedikit saja sudah
cepat merespon dengan mengeluarkan air mata,
kaki yang menginjak puntung rokok kecil saja
langsung terkejut dan menjauh dari puntung itu.
Inilah pentingnya Smart menjadi bangunan sistem
yang sangat responsif dan cepat. Kota atau kabupaten yang sistem kerjanya bisa
mencontoh seperti sistem dalam tubuh manusia ini pasti akan luar biasa
mendekati sempurna, itulah pentingnya belajar tentang Smart City/Smart
Regency. Sistem syaraf pusat ini mungkin mirip e-Government (lebih banyak
urusan internal/ G2G), sistem syaraf tepi selalu merespon yang di luar tubuh
(mirip G2C/Smart Living), Sistem pencernaan harus mampu membersihkan
tubuh dari racun (mirip Smart Environment) dan seterusnya.
Catatan saya yang perlu dipikirkan bersama bahwa sistem yang kita
bicarakan di atas masih sebatas sistem yang telihat (tangible): sistem syaraf,
pembuluh darah, getah bening, pencernaan, pernafasan dst, yang barangkali
identik dengan Smart Living, Smart Governance, Smart Environment, Smart
Society, dst. Di balik itu sebenarnya ada sistem yang tidak terlihat (intangible)
yaitu suasana kejiwaan yang selama ini dalam dunia medis dipelajari oleh dokter
jiwa. Kondisi mental emosional seseorang ini memang seolah terpisah dengan
semua sistem yang terlihat, akan tetapi dokter juga sering menghubungkan
antara keduanya melalui teori psiko-somatik (bisa dimiripkan dengan physical-
social system).
Harapan saya pembangunan Smart terhadap hal-hal yang tangible ini harus
juga disertai dengan yang intangible, karena di pemerintahan sering terjadi
keadaan dengan sistem yang Smart tetapi mental modelnya belum mengikuti.
Jangan hanya menciptakan beautiful face tetapi juga beautiful hearth. Jangan
hanya membangun “Physical Smart” tetapi juga “Hearth Smart”. Mungkin untuk
mewujudkan konsep yang baik perlu ada satu dimensi lagi yaitu “Smart Ideologi”
yang sangat mendukung pembangunan SDM (karakter).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xiii


Tubuh kita ciptaan Tuhan juga sangat smart dalam mengintegrasikan inter
dan antar sistem tersebut di atas, secara automatically dan sangat cepat. Kita
masih perlu belajar banyak menggali konsep, model, dan teknisnya seperti yang
dibahas dalam buku ini. Karena Smart Systems yang kita bangun di
pemerintahan pusat dan daerah masih jauh dari sistem integrasi yang baik.
Mungkin jika kita bisa mencontoh “One and Single Website” dalam satu
pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Selandia Baru akan sangat sukses,
dengan single identity nya bisa mempengaruhi hasil kinerja pelayanan di tengah
masyarakat dan sangat membantu mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan
masyarakat.”

Drs. Rijanto, MM.


(Bupati Blitar)
“Smart City atau yang di Kabupaten Blitar
lebih dikenal dengan Smart Regency
merupakan suatu solusi Kabupaten/Kota di
Indonesia dalam menghadapi era globalisasi
ini. Perkembangan kehidupan manusia
membuat kompleksitas permasalahan yang
terjadi di Kabupaten/Kota turut berkembang
cepat sehingga pemecahan masalah yang
konvensional dirasa sudah tidak dapat lagi
mengimbangi kecepatan pertumbuhan
masalah yang timbul, sehingga dibutuhkan solusi-solusi baru yang lebih inovatif
dan memiliki jangkauan pemecahan yang lebih besar. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi yang dewasa ini semakin mutakhir dan efisien
merupakan alternatif solusi, namun penggunaan teknologi tersebut bukanlah
satu-satunya kunci penyelesaian permasalahan, mengingat perbedaan
karakteristik daerah dan perbedaan sumber daya, sehingga dibutuhkan lebih
banyak pendekatan lainnya untuk mencapai hasil optimal.
Kami sebagai salah satu bagian dari Program Gerakan 100 Smart City di
Indonesia menyambut gembira dengan terbitnya buku “SMART CITY: Konsep,
Model, & Teknologi. Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS
untuk Indonesia” yang mengupas dimensi-dimensi Smart Regency beserta

xiv Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
penerapannya oleh pemerintah, sektor swasta dan masyarakat di berbagai daerah
dibahas secara cukup komprehensif. Kami percaya bahwa Smart Regency akan
optimal ketika dilaksanakan secara aktif oleh pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat. Kami yakin buku ini dapat menjadi Best Model to Best Practice
dalam melaksanakan konsep Smart Regency, tidak hanya pada pemerintah,
namun sektor swasta dan masyarakat di daerah kami dan daerah-daerah lainnya
di Indonesia”.

Letkol Sus (Purn.)


Drs. H. Wenny Bukamo
(Bupati Banggai Laut)
Sebuah kota dapat disebut sebagai Smart City
(Kota Pintar) Jika telah menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam tata kelola
pemerintahan dan operasional sehari-hari.
Penerapan teknologi Smart City berfungsi
untuk memberikan informasi kepada publik
atau masyarakat, memperbaiki pelayanan
kepada masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pada dasarnya Smart City atau Kota Pintar sangat
membutuhkan partisipasi dari semua pihak dan kalangan dalam kota yang
menerapkan konsep ini sehingga Konsep Smart City dapat terlaksana dengan
baik. Semoga dengan hadirnya Buku Smart City " konsep, Model dan Teknologi"
dapat memberikan referensi untuk mewujudkan Kota yang Efisien dan Modern.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xv


KATA PENGANTAR

D
engan masifnya implementasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) di berbagai bidang kehidupan,
termasuk bidang pemerintahan, “Smart City” sebagai
sebuah jargon, konsep, maupun target telah mampu
memberi semangat baru bagi daerah dan pemimpin
daerah di Indonesia untuk membuat berbagai inovasi
implementasi teknologi di berbagai aspek kehidupan
kota, kabupaten, hingga provinsi. Terbitnya Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Pedoman Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik, dan Gerakan menuju 100 Smart City yang
diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR,
Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan kian “memaksa”
setiap kota, kabupaten, bahkan provinsi di Indonesia
untuk lebih memaksimalkan pemanfaatan teknologi guna
meningkatkan pelayanan masyarakat maupun
mengakselerasikan potensi daerah. Program rutin
evaluasi dan berbagai penghargaan SPBE dan Smart City,
baik oleh Kemkominfo, Kemenpan RB, Telkom, dan
berbagai lembaga negara, swasta, maupun media massa
kian mendorong setiap pemimpin daerah dan jajarannya

xvi Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
untuk mewujudkan Smart City, Smart Regency, Smart
Province, hingga Smart Village.
Di tengah euforia dan tingginya keinginan daerah-
daerah di Indonesia untuk menjadi “Smart”, sayangnya
masih sangat minim referensi-referensi pengetahuan,
kajian, dan pengalaman implementasi Smart City di
Indonesia. Dari pengalaman Editor selama membantu
beberapa kota, kabupaten, dan provinsi di daerah, masih
banyak pertanyaan-pertanyaan dasar hingga teknis
terkait perencanaan dan implementasi Smart City yang
tepat bagi suatu daerah di Indonesia baik dari pemimpin
daerah, kepala dinas/bidang/seksi, staf pemerintah,
perusahaan swasta, hingga masyarakat. Dari pertanyaan
seputar perbedaan antara e-government (SPBE) dengan
Smart City, cara merumuskan Master Plan Smart City
yang benar, dimensi-dimensi Smart City dan contoh
program-program masing-masing dimensi yang pas
dengan permasalahan dan potensi daerah, inovasi-
inovasi teknologi yang dapat diterapkan, manajemen
proyek implementasi program-program Smart City,
metode evaluasi/audit Smart City, hingga pengalaman
praktik berhasil implementasi Smart City kota-kota di
Indonesia maupun di dunia.
Permasalahan dan usaha mewujudkan sebuah Smart
City adalah kompleks, membutuhkan waktu lama, dan
keterlibatan semua pemangku kepentingan kota. Smart
City bukan hanya sekedar teknis dan teknologi, namun
juga mencakup manajemen, proses bisnis, organisasi,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xvii


kepemimpinan, dan manusia. Pembangunan Smart City
melibatkan bukan hanya pemerintah, namun juga
masyarakat, akademisi, perusahaan swasta, dan semua
pemangku kepentingan kota. Smart City membutuhkan
kajian bukan hanya disiplin ilmu Teknologi Informasi,
namun multi dan lintas disiplin, mencakup: Ilmu
Lingkungan, Sosial, Perencanaan Kota, Teknik Sipil,
Teknik Arsitek, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik
Industri, Marketing, Psikologi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
Biologi, Kimia, Kelautan, dan disiplin-disiplin ilmu lainnya.
Buku “SMART CITY: Konsep, Model, & Teknologi –
Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi
ITS untuk Indonesia” ini hadir untuk ikut menjawab
permasalahan di atas. Meski sebagai inisiatif sederhana,
81 pakar/peneliti Smart City dari 25 Departemen di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya,
melalui buku ini mencoba untuk ikut berkontribusi bagi
pembangunan Smart City Indonesia dengan berbagi
wawasan, pengetahuan, inspirasi, maupun rekomendasi
konsep, model, dan teknologi Smart City dari 6 dimensi.
Terdapat 46 tulisan dengan penyajian dan
pengelompokan tulisan mengikuti model dan 6 dimensi
Smart City dari Kemenkominfo RI. Diawali dengan Bab
PENDAHULUAN akan mengajak pembaca memahami
definisi, berbagai model dan dimensi Smart City.
Selanjutnya memasuki Bagian Dimensi I yakni SMART
GOVERNANCE menyajikan rekomendasi bagaimana
menyediakan kebutuhan layanan pokok masyarakat,

xviii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
peningkatan kualitas birokrasi dan kebijakan publik
melalui teknologi Smart Water Supply System,
Infrastruktur Teknologi Digital, Sistem Tenaga Listrik
Cerdas, dan Government Resource Planning (GRP),
termasuk analisis Surabaya Single Window sebagai
contoh kasus GRP. Bagian Dimensi II yakni SMART
BRANDING menyajikan beberapa gagasan dan studi
kasus bagaimana membangun tampilan, bisnis, dan
pariwisata khas daerah, yakni strategi membangun image
kota, mural kampung, restoran terapung, kawasan wisata,
hingga produk jamu. Bagian Dimensi III SMART
ECONOMY menyajikan gagasan dan studi kasus
bagaimana membangun industri daerah, meningkatkan
kesejahteraan keluarga, dan media transaksi pelaku
usaha daerah, mencakup: bagaimana kolaborasi sumber
daya ekonomi kota cerdas, Smart Port, inventarisasi
potensi wisata berbasis Sistem Informasi Geografi, dan
financial technology. Bagian Dimensi IV SMART LIVING
menyajikan gagasan dan studi kasus bagaimana
membangun lingkungan hidup yang nyaman dan sehat,
mencakup: pembuatan peta tata ruang terbuka hijau
berbasis citra satelit, pemanfaatan teknologi virtual
reality untuk perancangan interior bangunan publik,
pelayanan kesehatan yang cerdas, sistem transportasi
cerdas, Smart Traffic Light, sepeda penyaring udara kota,
Smart Airport, teknologi Mini Container Barge, dan Digital
Island. Bagian Dimensi V SMART SOCIETY menyajikan
gagasan dan studi kasus bagaimana membangun
komunitas masyarakat yang dinamis, cerdas, dan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xix


mendukung keamanan lingkungan, diantaranya: Smart
Kampung, kampung wisata, kampung literasi, community
learning center, kajian deskripsi generasi milenial di
Indonesia, rekomendasi jamu sebagai gaya hidup
masyarakat modern, Realitas Virtual, Smart Home-based
Learning, papan permainan tema potensi nusantara, dan
penerapan teknologi ESVA untuk keamanan dan
kenyamanan aktivitas penghuni bangunan. Bagian
terakhir yakni Dimensi VI SMART ENVIRONMENT
menyajikan gagasan dan studi kasus bagaimana menjaga
lingkungan, mengelola sampah/limbah, dan melakukan
efisiensi energi, diantaranya: aplikasi “Kumur Meter”,
material Com-Board untuk konstruksi bangunan,
pemanfaatan Jamur Tiram untuk pengolahan sampah,
Smart Waste Management System, Smart Energy di
kampus, teknologi recycle baterai, dan desain
engineering tes kota pintar.
Buku ini dipublikasikan dalam 2 wujud, yakni: e-book
(pdf) dan cetak. Sesuai dengan tujuan dari penyusunan
dan publikasi buku ini, e-book buku ini GRATIS dan
silahkan dibagikan kepada semua pihak, khususnya
pemangku kepentingan kota/kabupaten/provinsi di
Indonesia, guna membuka wawasan, memotivasi, dan
berbagi inspirasi dalam proses pembangunan Smart City
di Indonesia.
Buku ini juga merupakan media konsolidasi sekaligus
manajemen pengetahuan (knowledge management) dari
pengetahuan dan pengalaman berharga para akademisi,

xx Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


peneliti, praktisi, pelaksana pemerintahan, dan pemangku
kepentingan Smart City di Indonesia. Karena pekerjaan
membangun Smart City adalah kompleks dan
multidisiplin, maka kita perlu kolaborasi bukan kompetisi
atau berjalan sendiri, kita perlu saling memotivasi bukan
saling mengkritisi, kita perlu saling mendokumentasi dan
berbagi bukan hanya untuk diri sendiri. Karena Indonesia
adalah kita bersama.
Alhamdulillaah puji syukur ke hadirat Alloh SWT dan
terima kasih atas kontribusi, dukungan, dan bantuan
semua pihak, khususnya pimpinan dan manajemen serta
dosen peneliti dan praktisi Smart City lintas disiplin di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) atas terbitnya
buku ini. Masukan, saran, dan perbaikan buku ini, serta
usulan bagi buku-buku Smart City berikutnya dapat anda
sampaikan melalui email ke smartcity@its.ac.id

Surabaya, Maret 2019


Editor & Koordinator Peneliti Smart City ITS

Tony D. Susanto, Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxi


DAFTAR ISI

PENGANTAR REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI


SEPULUH NOPEMBER (ITS) v
SAMBUTAN WALIKOTA SURABAYA viii
APA KATA KEPALA DAERAH? x
KATA PENGANTAR xvi
DAFTAR ISI xxii

PENDAHULUAN PENGERTIAN SMART CITY 1


SMART CITY: DEFINISI, MODEL, & DIMENSI 2
Apa itu “Smart City”? 2
Perbedaan Smart City dengan e-Government? 6
Dimensi Smart City 9
Dimensi Smart City Menurut Kominfo 12
Dimensi-Dimensi Smart City Terintegrasi dan Saling
Mempengaruhi 23
Daftar Pustaka 28
Penulis 29

Dimensi I SMART GOVERNANCE (Service, Bureaucracy, Policy)


31
SMART WATER SUPPLY SYSTEM DI KOTA SURABAYA:
PELUANG DAN TANTANGAN 32
Pendahuluan 32
Komponen Smart Water Supply System 34
Smart Raw Water Monitoring 34
Smart Water Treatment 36

xxii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Smart Water Network 37
Smart Metering 39
Kartu prabayar 39
Zona Air Minum Prima 40
Kepuasan Pelanggan 41
Penerapan Smart Water Supply System di Surabaya 42
Penutup 43
Daftar Pustaka 43
Penulis 44
STATUS INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI DIGITAL INDONESIA
45
Latar Belakang Masalah dan Konsep 45
Sistem Ekonomi Digital 45
Infrastruktur Digital 48
Penulis 52
SISTEM TENAGA LISTRIK CERDAS SEBAGAI PENUNJANG
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA 53
Abstrak 53
Pendahuluan 54
Peran Peneliti Indonesia terhadap Pengembangan Sistem
Tenaga Listrik Cerdas 58
Kesimpulan 62
Daftar Pustaka 63
Penulis 64
GOVERNMENT RESOURCE PLANNING (GRP): TULANG
PUNGGUNG TATA KELOLA PEMERINTAH CERDAS 66
Apa itu Government Resource Planning (GRP)? 67
GRP adalah Alat (Tools) 68
GRP dan Pengelompokkannya 69
Hubungan dan Alur GRP Utama 75

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxiii


Contoh Sistem GRP di Negara Lain 78
Manfaat GRP 79
Peluang dan Tantangan GRP 80
Daftar Pustaka 81
Penulis 82
SURABAYA SINGLE WINDOW: SOLUSI CERDAS ATAU
MUNCULNYA MASALAH BARU DALAM BIROKRASI
PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN? 84
Manfaat Surabaya Single Window 87
Kekurangan Surabaya Single Window 91
Rekomendasi Peningkatan Surabaya Single Window 97
Daftar Pustaka 98
Penulis 99

Dimensi II SMART BRANDING (Appearance, Business, Tourism)


101
PENTINGNYA CITY BRANDING UNTUK BERSAING SECARA
GLOBAL 102
City Branding Strategi Membangun Image Kota 102
Apa itu Brand dan Branding? 104
Brand Hexagon Model Simon Anholt 105
Bagaimana dengan Sparkling Surabaya? 107
Daftar Pustaka 113
Penulis 114
MURAL KAMPUNG SEBAGAI PENANDA IDENTITAS DAN
PENGENDALI RUANG PUBLIK DI SURABAYA 115
Mural sebagai Identitas Kampung 119
Mural sebagai Pengendali Ruang Publik Kota 121
Surabaya Tercipta dari Kampung-kampungnya 124

xxiv Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Daftar Pustaka 125
Penulis 125
PENGEMBANGAN RESTORAN TERAPUNG KATAMARAN
RAMAH LINGKUNGAN DALAM RANGKA MENUNJANG
PARIWISATA AIR DI KAWASAN MONKASEL SURABAYA 127
Latar Belakang 127
Analisa Situasi dan Solusi 129
Prediksi Harga Tiket 133
Kesimpulan 136
Penulis 136
REVITALISASI TANGGULANGIN SEBAGAI KAWASAN WISATA
3-in-1 138
Latar Belakang 138
Wisata 3 in 1 139
Ubahan Kawasan Tanggulangin menjadi Nuansa Wisata
141
Identitas Lokal Pintu Gerbang Utama 142
Identitas Lokal Pedestrian 143
Identitas Lokal Redesain Intako 144
Identitas Lokal Taman Budaya 147
Kesimpulan 148
Daftar Pustaka 149
Penulis 149
DOBRAK JAMU SEBAGAI INDONESIA BRAND PREFERENCE
MELALUI KONSEP SMART SCIENTIFIC EVIDENCE 152
Jamu sebagai Indonesia brand preference 153
Dobrak jamu melalui konsep smart scientific evidence 155
Kearifan Lokal : Mari Galakkan Tradisi Minum Jamu 158
Guyub karena jamu : bagian dari smart education city 159

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxv


Pelaku Ekonomi dari the Ultimate in Diversity 160
Daftar Pustaka 162
Penulis 163

Dimensi III SMART ECONOMY (Industry, Welfare, Transaction)


165
KOLABORASI SUMBER DAYA PENGEMBANGAN EKONOMI
KOTA YANG CERDAS 166
Latar Belakang Masalah dan Konsep 166
Mengapa Penting Ekonomi dan Kota Yang Cerdas 168
Ekonomi Cerdas Antar Kota dan Antar Sumber Daya 171
Masa Depan 174
Daftar Pustaka 177
Akronim 178
Penulis 178
SMART PORT SEBAGAI ACUAN MASA DEPAN PELABUHAN
TANJUNG PERAK - SURABAYA 180
Latar Belakang Masalah dan Konsep 180
Konsep Komponen SMART City 183
Pelabuhan sebagai Ujung Tombak Perdagangan 184
Perkembangan Bisnis di Indonesia 185
Tanjung Perak sebagai Smart Port di Masa Mendatang
188
Penutup 192
Daftar Pustaka 193
Penulis 194
TOPONIMI SOSIAL EKOTURISME KOTA UNTUK
INVENTARISASI POTENSI WISATA DI DOLLY SURABAYA
BERBASIS WEBGIS 196

xxvi Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
1. Pendahuluan 196
2. Rincian Penelitian 198
3. Hasil Dan Pembahasan 201
3.1. Penamaan Karakteristik Unsur Topografi 201
3.2. Sejarah Dolly 202
3.3. UKM di Kawasan Ekowisata Urban Dolly 203
4. Kesimpulan 214
Daftar Pustaka 214
Penulis 215
FINANCIAL TECHNOLOGY UNTUK MENDORONG
TUMBUHNYA SMART INVESTOR DI INDONESIA 216
Latar Belakang Masalah dan Konsep 216
Financial Technology 219
Peran Fintech dalam Mendorong Investasi 221
Masa Depan Financial Technology 223
Kesimpulan 224
Daftar Pustaka 225
Penulis 225

Dimensi IV SMART LIVING (Harmony, Health, Mobility) 227


‘SMART’ LINGKUNGAN MEMBENTUK ‘SMART’ KEHIDUPAN
PENGHUNINYA 228
Pendahuluan 228
Metode 231
Hasil dan Pembahasan 232
Kesimpulan 236
Daftar Pustaka 237
Penulis 237
PEMBUATAN PETA (INFORMASI GEOSPASIAL DASAR)
RENCANA DETAIL TATA RUANG TERBUKA HIJAU BERBASIS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxvii


CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI CITRA PLEIADES DI KOTA
SURABAYA) 239
Pendahuluan 239
Metodologi Penelitian 241
Hasil DAN PEMBAHASAN 244
Kesimpulan 249
Saran 250
Daftar Pustaka 250
Penulis 251
ANALISA ORTHOREKTIFIKASI INFORMASI GEOSPASIAL
DASAR RDTR PERINDUSTRIAN DENGAN CITRA SATELIT
WORLDVIEW 2 DAN PLEIADES 252
Pendahuluan 252
Metodologi Penelitian 254
Hasil Dan Pembahasan 257
Kesimpulan dan Saran 266
Daftar Pustaka 267
Penulis 268
PENGGUNAAN VIRTUAL REALITY SEBAGAI LANGKAH
INOVATIF PADA PERANCANGAN INTERIOR BANGUNAN
PUBLIK UNTUK MENDUKUNG KONSEP KOTA CERDAS 269
Urgenitas Pembangunan Kota Berkelanjutan 269
Konsep Kota Cerdas dalam Pembangunan Kota
Berkelanjutan 271
Inovasi Virtual Reality dalam Desain Interior 273
Peran Inovasi Desain Interior Mendukung Kota Cerdas
276
Kesimpulan 278
Daftar Pustaka 279

xxviii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Penulis 280
MENDAMBAKAN PELAYANAN KESEHATAN YANG SMART
SEKALIGUS MENYEHATKAN 281
Penulis 295
PENERAPAN SISTEM TRANSPORTASI CERDAS DI SURABAYA
UNTUK MENDUKUNG KENYAMANAN DAN KESELAMATAN
BERKENDARA 296
Pendahuluan 296
Teknologi Sistem Transportasi Cerdas 298
Arsitektur ITS 303
Penerapan Sistem Transportasi Cerdas di kota Surabaya
305
Surabaya Intelligent Transport System (SITS) 308
e-Dishub 310
e-Parkir 310
Penutup 312
Daftar Pustaka 312
Penulis 313
SMART TRAFFIC LIGHT FOR TRAFFIC MANAGEMENT 315
Latar Belakang 315
Konsep 316
1. Desain Web Camera yang dilengkapi dengan converter
image menjadi data numeric 316
2. Desain sistem komunikasi data dari Web Camera di
beberapa Traffic Light 317
3. Desain LCU (Local Control Unit) berbasis Expert System
317
4. Implementasi DCS pada manajemen Traffic Light 318
5. Sketsa implementasi Smart Traffic Light untuk
manajemen Traffic Light 318

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxix


Penulis 319
SEPEDA PENYARING UDARA KOTA 320
Pendahuluan 320
Latar belakang 322
Tujuan dan Sasaran 326
Sasaran Kegiatan Riset 327
Prospek dan Dampak Penelitian 328
Keuntungan dan Manfaat Riset 329
Penulis 330
AIRPORT ACCESS SEBAGAI BAGIAN DARI SMART AIRPORT
331
Identifikasi Karakter Penumpang 334
Kontrol Kualitas Akses Bandara 337
Ekspektasi Pelayanan Akses Bandara 340
Daftar Pustaka 341
Penulis 342
APLIKASI MINI CONTAINER BARGE DI SUNGAI KALI MAS
UNTUK MENDUKUNG SURABAYA SEBAGAI SMART CITY DI
MASA DEPAN 343
Latar Belakang Masalah dan Konsep 343
Korelasi dengan Smart City 347
Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) 350
Penutup 352
Daftar Pustaka 353
Penulis 354
MARATUA: DIGITAL ISLAND 355
Digital Island bidang Pendidikan 357
Digital Island Bidang Transportasi. 363

xxx Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Penulis 369

Dimensi V SMART SOCIETY (Community, Learning, Security) 371


SMART CITIZEN SEBUAH SYARAT PERLU BAGI SMART CITIES
372
Smart City Sebagai Sebuah Keniscayaan 372
Urgensi Smart Citizen 374
Peran dan Partisipasi Smart Citizen 378
Penutup 383
Daftar Pustaka 383
Penulis 384
SMART CITY: KOTA PINTAR DENGAN PENDEKATAN PADA
MANUSIA 385
Enam Kata Kunci untuk Memahami Smart City 386
Studi Kasus 389
Kesimpulan dan Saran 399
Daftar Pustaka 399
Penulis 400
SMART KAMPUNG, SMART COMMUNITY: PERAN
MASYARAKAT KAMPUNG SURABAYA DALAM IKUT
MEWUJUDKAN KOTA CERDAS 402
Pendahuluan 402
Kampung Innovation in Support of Smart City (2016) 407
Formulating Local Measurement for Smart Settlement in
Indonesia (2016) 409
Kampung Development toward Smart City (2017) 411
From Smart Living into Smart City: A Lesson from
Kampung of Surabaya (2017) 413

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxxi


Evaluasi Pembangunan Rumah Susun Dalam Rangka
Peremajaan Kota di Kawasan Pesisir (2018) 414
Negotiating Space: Women’s Use of Space in Low-income
Urban Settlement, Surabaya (2018) 417
Rangkuman dan Rekomendasi 417
Penghargaan 419
Daftar Pustaka 419
Penulis 420
SENSE OF PLACE MASYARAKAT KAMPUNG SEBAGAI MEDIA
PENDUKUNG REPRESENTATIF SMART SOCIETY DALAM
KONSEP SMART CITY DI SURABAYA (KASUS KAMPUNG
WISATA MASPATI) 422
Daftar Pustaka 439
Penulis 440
KAMPUNG LITERASI ITS: PENGEMBANGAN LITERASI
DIGITAL MASYARAKAT SEBAGAI FAKTOR PENDUKUNG
SUKSESNYA SMART CITY 2.0 442
Peran Masyarakat dalam Konsep Smart City 442
Literasi Digital sebagai Fondasi Utilisasi Peran Masyarakat
dalam Smart City 444
Kampung Literasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) 446
Daftar Pustaka 452
Penulis 454
MENGHADAPI TANTANGAN INDUSTRI 4.0 DENGAN
MENINGKATKAN UTILITAS TAMAN BACA MASYARAKAT
(TBM) DI KOTA SURABAYA MENJADI COMMUNITY
LEARNING CENTER (CLC) BERBASIS LITERASI DIGITAL 456
Sebuah Pemikiran Menjawab Tantangan Industri 4.0 456

xxxii Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gagasan Strategis Pengembangan Clc Berbasis Digital Di
Tbm Wilayah Kelurahan Kedung Cowek 463
Gagasan Teknis Bagi Pengembangan Clc Berbasis Digital
468
Daftar Pustaka 472
Penulis 474
MEMBENTUK SMART PEOPLE MELALUI PROGRAM LITERASI
BACA TULIS BERBASIS MASYARAKAT - SEBUAH PETA JALAN
PENGUKURAN KINERJA 477
Pendahuluan 477
Literasi Baca Tulis 479
Pengukuran Kinerja Literasi Baca Tulis Berbasis
Masyarakat Saat Ini 481
Peta Jalan Pengukuran Kinerja Program Literasi Baca Tulis
Berbasis Masyarakat 483
Program Literasi Baca Tulis di Kota Surabaya serta
Pengukurannya 486
Daftar Pustaka 493
Penulis 493
MENGENAL GENERASI MILENIAL DI INDONESIA DAN
PERILAKU MEREKA DALAM MERESPON MODEL BISNIS DAN
PELAYANAN BERBASIS TEKNOLOGI 495
Daftar Pustaka 502
Penulis 503
JAMU LOVERS, JAMU UNTUK MILLENIAL: JAMU SOCIETY
SEBAGAI MODERNISASI GAYA HIDUP 504
Pendahuluan 504
Jamu Lovers 505
Inisiasi jamu pada generasi millenial 506

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxxiii


Jamu Society sebagai Modernisasi Gaya Hidup 506
Jamu break 508
Peran Penting Pemerintah 508
Kekuatan Riset, apakah senyawa yang ada dalam jamu?
511
Daftar Pustaka 515
Penulis 516
SMART LEARNING DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 REALITAS
VIRTUAL: VR, AR dan MR 518
Definisi Realitas Virtual: AR, VR dan MR 521
Peran 522
Lokasi 523
Tugas 525
Efek Pembelajaran 528
Isu Teknologi 531
Isu Pedagogi 533
Isu Pembelajaran 535
Penulis 536
SMART HOME-BASED LEARNING: SARANA PEMBELAJARAN
MANDIRI UNTUK MENDUKUNG SMART EDUCATION 538
Pendahuluan 538
Home-based Learning 539
Tahapan Pengembangan dan Implementasi 542
Kesimpulan 543
Daftar Pustaka 543
Penulis 544
PAPAN PERMAINAN TEMA POTENSI NUSANTARA SEBAGAI
PENDAMPING MATERI PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL
HADAPI INDUSTRI 5.0 546

xxxiv Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Potensi Papan permainan di Indonesia 546
Papan permainan untuk pendidikan 549
Papan permainan tema Potensi Nusantara 551
Penulis 554
PERILAKU PENGGUNA INTERIOR DAN PENERAPAN ESVA
PADA OTOMASI BANGUNAN UNTUK MENJAGA KEAMANAN
SERTA KENYAMANAN AKTIVITAS MANUSIA DI DALAM
BANGUNANNYA 556
Pendahuluan 556
Pola Perulangan dan Pergerakan Manusia pada
Lingkungan Interiornya 557
Permasalahan 558
Pembahasan 559
Otomasi Bangunan dan Manfaat yang Dihasilkan 561
Konsepsi Penerapan ESVA pada Otomasi Bangunan
(modul sensor, relay, dan internet) 564
Kebutuhan akan Keamanan dan Kenyamanan Aktivitas
manusia pada Interior 565
KESIMPULAN 566
Daftar Pustaka 568
Penulis 569

Dimensi VI SMART ENVIRONMENT (Protection, Waste,


Energy) 571
APLIKASI “KUMUH METER” PENDETEKSI KAWASAN KUMUH
MENUJU SURABAYA SMART CITY 572
Daftar Pustaka 584
Penulis 585

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxxv


APLIKASI COM-BOARD SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF
UNTUK PEMANFAATAN BIDANG KONSTRUKSI BANGUNAN
DAN PERANCANGAN INTERIOR 586
Pendahuluan 586
Permasalahan 589
Maksud dan Tujuan 590
Pembahasan 590
Nilai kebaruan dan orisinalitas 593
Teknologi – Metodologi 594
Kesimpulan 597
Daftar Pustaka 598
Penulis 599
POTENSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DALAM
PENGOLAHAN SAMPAH KOTA SEBAGAI UPAYA
PERWUJUDAN SMART CITY 600
Bioremediasi Limbah Pestisida oleh Jamur Tiram 603
Bioremediasi Limbah Minyak oleh Jamur Tiram 606
Bioremediasi Plastik oleh Jamur Tiram 607
Daftar Pustaka 609
Penulis 611
TANTANGAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI INDONESIA:
SMART WASTE MANAGEMENT SYSTEM 613
Penulis 620
SMART ENERGI SARANA MENUJU KAMPUS HIJAU 621
Smart Energy 621
Contoh Laporan Audit Energi: Intensitas Konsumsi Energi
Listrik dan Profil Energi 628
Penulis 640

xxxvi Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
SMART ENERGY DENGAN TEKNOLOGI RECYCLE BATERAI
LITHIUM UNTUK KEBUTUHAN SEHARI-HARI 641
Penulis 648
DESAIN ENGINEERING UNTUK FASILITAS TES SEBUAH KOTA
PINTAR DI ERA INDUSTRI 4.0 649
Pendahuluan 649
Profil Beban Listrik Gedung Komersial 653
Thermal Energy Storage 655
Hasil dan Pembahasan 656
Kesimpulan 665
Referensi 666
Penulis 667

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI xxxvii


PENDAHULUAN

PENGERTIAN
SMART CITY
SMART CITY:
DEFINISI, MODEL, & DIMENSI

Tony D. Susanto, Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF

Apa itu “Smart City”?


Untuk mendefinisikan istilah “Smart City” atau
dalam bahasa Indonesia “Kota Cerdas”, pertama-tama
saya tertarik untuk mendefinisikan berdasarkan makna
kata-kata penyusunnya, yakni “Smart” dan “City”. Kata
“Smart” atau “Cerdas” dapat dimaknai sebagai
kemampuan untuk menangkap, merasakan, dan
memproses pesan atau data masukan, dan meresponnya
secara cepat dan tepat. Analoginya mirip dengan
kecerdasan manusia yang mampu menangkap berbagai
data lingkungan disekitarnya melalui panca inderanya
dan meresponnya secara cepat dan tepat. Contohnya
saat mata kita melihat sebuah sepeda motor akan
menabrak kita maka otak akan memerintahkan tubuh
kita secara cepat menghindarinya. Sementara kata “City”
atau “Kota” menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 2 Tahun 1987 Pasal 1 dapat didefinisikan sebagai
sebuah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
memiliki batasan administrasi yang telah diatur dalam
perundang-undangan serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak serta ciri kehidupan perkotaan.
Dari makna kata-kata penyusunnya, Smart City atau Kota

2 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Cerdas dapat didefinisikan sebagai sebuah kota yang
memiliki kemampuan proaktif mengidentifikasi dan
mengumpulkan data-data dari berbagai komponen kota
(baik komponen fisik maupun sosial) untuk selanjutnya
memproses dan meresponnya secara cepat dan tepat.
Smart City pada hakekatnya adalah Cyber-Physical-
Social systems dalam lingkup kota, yakni sebuah sistem
yang mengintegrasikan sistem fisik kota, sistem sosial,
dan sistem digital melalui media siber (Internet). Sistem
fisik kota mencakup berbagai sarana-prasarana
pendukung kehidupan kota, seperti: gedung, jembatan,
jaringan listrik, sungai, jalan, kantor, stasiun, terminal,
bandara, infrastruktur komunikasi, dan lain-lain.
Sementara sistem sosial kota mencakup berbagai
lingkungan manusia dan individu yang ada di dalam kota
mencakup pemerintah kota, komunitas, keluarga, pasar,
masyarakat umum, maupun individu warga kota.
Sedangkan sistem digital kota mencakup sensor,
jaringan komputer, komputasi, dan kontrol, data center,
dan lain-lain.
Cyber-Physical-Social systems sebuah Smart City mirip
dengan sistem tubuh manusia. Kecerdasan
membutuhkan media input. Panca indera tubuh manusia
(mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit) adalah media
“perasa”, penangkap, dan pengumpul masukan (input)
bagi kecerdasan manusia, sementara dalam sistem Smart
City fungsi media input ini dilakukan oleh CCTV dan
sensor yang dipasang di berbagai komponen kota,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 3


seperti CCTV lalu lintas, CCTV analitik obyek, sensor
ketinggian air sungai, sensor polusi udara dan air, sensor
kepadatan lalu lintas, sensor suara untuk mengukur
kegaduhan suatu area, sensor cahaya untuk lampu
penerangan otomatis, sensor suhu, sensor kecepatan
kendaraan yang melintas, sensor load cell untuk
mengukur beban obyek yang melintas jembatan, dan
sensor tekanan untuk mengukur. Sementara analogi otak
manusia untuk memproses dan menyimpan data-data
masukan dari panca indera dalam sistem Smart City
dapat dilakukan prosesor, mikrokontroler,
Digital/Network Video Recorder, Hard disk, maupun
SD card. Respon dari hasil pemroses data input dalam
analogi tubuh manusia dapat berupa ucapan atau
gerakan tubuh, sementara dalam sistem otomatisasi
Smart City dapat berupa tampilan informasi di LCD,
luaran suara di speaker atau berupa luaran gerak yang
dilakukan oleh aktuator (Gambar 1.1)

Gambar 1.1. Analogi komponen cyber-physical system


pendukung kecerdasan Smart City

4 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Definisi lain yang lebih komprehensif dengan
mengkombinasi dan mengekstrak berbagai referensi
akademik Smart City, yakni bahwa Smart City adalah
sebuah kategorisasi kota sekaligus sebuah konsep
pengembangan dan pengelolaan kota dengan
memberdayakan (memanfaatkan secara optimal)
teknologi terkini secara intensif [5] (termasuk jaringan
komputer, sensor, internet of things, cloud computing, big
data, data analytic, space/geographical information
integration, dan lain-lain) guna mengintegrasikan sistem
manusia dengan sistem fisik kota dan sistem digital
sehingga mampu secara kreatif dan inovatif:
 merasakan, mendengar, menangkap, memahami dan
merespon kebutuhan warganya secara proaktif, cepat,
dan tepat;
 memonitor, mengontrol, mengkomunikasikan,
menyampaikan, dan meningkatkan kualitas layanan
publik dan layanan kota lainnya seperti transportasi,
listrik, lingkungan hidup, keamanan, dan layanan
kondisi darurat [2,4];
 memonitor kondisi-kondisi infrastruktur penting kota,
merencanakan aktivitas-aktivitas perawatan, dan
meningkatkan keamanannya;
 mengoptimalkan pemanfaatan sumber-daya kota
secara efisien dan berkelanjutan [1,2];
 meningkatkan efisiensi operasional dan layanan kota;
 meningkatkan kenyamanan untuk tinggal (livable);
 meningkatkan kualitas hidup/kesejahteraan
warganya (quality of life) [3];

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 5


 menjaga kesetaraan bagi semua warga masyarakat
(equity);
 memastikan perkembangan dan keberlangsungan
kota di masa mendatang dan memenuhi kebutuhan
generasi saat ini maupun mendatang (sustainable)
baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan [6,7];
 meningkatkan kemampuan bersaing kota
(competitiveness) [6,7];
 meningkatkan ketangguhan kota dalam
mengantisipasi dan segera pulih dari akibat bencana,
kriminalitas, dan berbagai potensi resiko lainnya
(resilience).

Perbedaan Smart City dengan e-Government?


Di Indonesia sering terdapat kerancuan pengertian
antara istilah Smart City dengan e-Government, padahal
keduanya memiliki pengertian dan cakupan yang relatif
berbeda.
E-Government atau dalam bahasa Indonesia disebut
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
adalah pemanfatan berbagai teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) guna mendukung aktivitas-aktivitas
organisasi pemerintah, termasuk meningkatkan kualitas
layanan publik dan manajemen internal organisasi
pemerintah. Pengelompokan aktivitas-aktivitas yang
didukung e-government ini mencakup:

6 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


 G2G (Government to Government), yakni aktivitas
antar organisasi pemerintah, baik internal maupun
eksternal, baik dengan instansi horisontal maupun
instansi vertikal, sebagai contoh: perhitungan gaji
karyawan pemerintah, dokumentasi inventarisasi
kantor, dan laporan ke instansi pusat.
 G2C (Government to Citizen), yakni aktivitas layanan
pemerintah kepada masyarakat, seperti layanan SIM,
akte kelahiran, KTP, IMB, dan lain-lain.
 G2B (Government to Business), yakni aktvitas
layanan pemerintah kepada kalangan bisnis, seperti
laporan pajak, ijin usaha, dan lain-lain.
Tabel 1.1 menyajikan perbedaan antara e-Government
dan Smart City.
Tabel 1.1. Perbedaan antara e-Government dan Smart City
E-GOVERNMENT SMART CITY

LINGKUP Organisasi Kota


Pemerintah atau (bukan hanya organisasi
Pemerintah Daerah pemerintah saja)

DIMENSI 1 Dimensi, yakni: 6 Dimensi, yakni: Smart


dalam Model Smart Governance Governance, Smart
Smart City Branding, Smart Economy,
Smart Living, Smart
Society, Smart
Environment

CAKUPAN G2C, G2B, dan G2G G2C, G2B, G2G


B2B, B2C bahkan integrasi
G-B-C
Contoh: integrasi Contoh: integrasi aplikasi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 7


aplikasi dan data dan data antar e-KTP,
antar Dispendukcapil BPJS, Puskesmas, RSUD,
dengan e-Health dan Perbankan.
(Dinkes).
Kerja-sama layanan
pengantaran obat ke
masyarakat tidak mampu
antara Dinas Kesehatan
dengan Go-Jek.

PELAKSANA Unit-Unit Pemerintah Semua pemangku


kepentingan kota,
termasuk Lembaga
Pemerintah, Swasta, dan
Masyarakat

PEMIMPIN/ Pimpinan Daerah Pimpinan daerah,


PENGAMBIL memiliki kekuasaan pemilik/pemimpin
KEPUTUSAN relatif absolut dalam perusahaan, organisasi
fungsi koordinasi non-profit, dan tokoh-
dan pembuat tokoh masyarakat
kebijakan
Pimpinan Daerah tidak
Sebagai pelaksana memiliki kekuasaan secara
Koordinator SPBE absolut,
Daerah adalah masing-masing entitas
Sekretaris Daerah memiliki indepedensi
(Pasal 61, Perpres 95 sehingga pendekatan
Tahun 2018) kerja-sama harus persuasif
dan kolaboratif.

Strategi Koordinasi dan Melalui Dewan Smart


Kolaborasi evaluasi dilakukan City beranggotakan
oleh Dinkominfo Walikota/Bupati, Kepala
(khususnya Seksi Dinas, Pimpinan organisasi
Tata Kelola) swasta, dan perwakilan

8 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


mengacu pada masyarakat.
dokumen arsitektur
SPBE daerah yang Membuat Rencana
mencakup Bersama (Masterplan
perencanaan TIK di Smart City) dan masing-
semua unit masing pihak berbagi
pemerintah kota. peran (siapa melakukan
apa?) dengan Walikota/
Dapat dibentuk Bupati sebagai „dirigen‟
Dewan TIK nya.
Pemerintah Kota
beranggotakan
Kepala-Kepala
Dinas dan diketuai
oleh Walikota atau
Sekretaris Daerah
dan sebagai
Sekretaris adalah
Kepala Dinas
Kominfo. Agenda
pertemuan
dipersiapkan oleh
Kepala Seksi Tata
Kelola Dinkominfo.

Dimensi Smart City


Cakupan sekaligus indikator-indikator Smart City di
beberapa model Smart City direpresentasikan sebagai
dimensi-dimensi Smart City. Berikut kumpulan berbagai
rekomendasi dimensi Smart City menurut model-model
Smart City beberapa ahli. Variasi istilah dipergunakan
para ahli untuk mendeskripsikan cakupan dan aspek-

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 9


aspek Smart City, diantaranya: dimensi, komponen, area,
elemen, dan pilar. Tabel 1.2 menyajikan berbagai
rekomendasi cakupan model Smart City oleh para
peneliti.
Tabel 1.2. Berbagai model dan dimensi Smart City
PENELITI DIMENSI
Anthopoulos Resource,
(2015) Transportation,
Urban Infrastructure,
7 dimensi Living,
Government,
Economy,
Coherency
Giffinger et al. Smart Economy,
(2007) Smart Governance,
Smart People,
6 komponen Smart Mobility,
Smart Living,
Smart Environment
Glebova et al. Intellectual Transport System,
(2014) Public Security,
Energy Consumption, Management And
5 elemen Control,
Environmental Protection,
ICT
Hancke et al. Smart Infrastructure,
(2013) Smart Surveillance,
Smart Electricity And Water Distribution,
7 area Smart Buildings,
Smart Healthcare,
Smart Services,
Smart Transportation
IBM Planning And Management Services
Söderström Infrastructure Services

10 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


et al. (2014) Human Services
Instrumentation (the transformation of
6 Pilar urban phenomena into data)
Interconnection (of data)
Intelligence (brought by software)
Naphade et al. Government Services,
(2011) Transportation,
Energy and Water,
7 area Healthcare,
Education,
Public Safety,
Other Core ICT Systems
Neirotti et al. Natural Resources And Energy,
(2014) Transport And Mobility,
Buildings,
7 domains Living,
Government,
Economy,
People
Yovanof and Infrastructure (communications);
Hazapis Mobilized Services (capability to
(2009) mobilize data, applications and users);
Policy (legal framework to foster
3 komponen innovation)
Anthopoulus L.G Smart Infrastructure,
(2017) Smart Transportation
Smart Environment
8 komponen Smart Services
Smart Governance
Smart People
Smart Living
Smart Economy

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 11


Dimensi Smart City Menurut Kominfo
Pada bulan Juli 2017, Direktor Aplikasi Informatika
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka
Gerakan Mewujudkan 100 Smart City (kabupaten/kota)
merekomendasikan satu buah model Smart City untuk
kota/kabupaten di Indonesia yang mencakup 6 dimensi,
yakni: Smart Governance, Smart Branding, Smart
Economy, Smart Living, Smart Society, dan Smart
Enviornment (Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Dimensi Smart City menurut Kominfo [8]

Dimensi 1: Smart Governance


Smart Governance atau tata kelola pemerintahan
kota yang pintar adalah konsep sekaligus praktik

12 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


bagaimana mengelola manajemen dan tata
pamong/kelola pemerintahan dan layanan publik secara
lebih cepat, efisien, efektif, responsif, komunikatif, dan
terus melakukan peningkatan kinerja birokrasi melalui
inovasi dan adopsi teknologi yang terpadu. Salah satu ciri
Smart Governance adalah pola, budaya, dan proses bisnis
birokrasi internal pemerintah dan layanan publik yang
menjadi lebih ringkas, cepat, mudah, responsif dan
komunikatif, serta efisien waktu, biaya, dan usaha. Smart
Governance direkomendasikan menjadi basis bagi
keberhasilan pembangunan dimensi-dimensi Smart City
lainnya.
Konsep Smart Governance harus diterapkan sekaligus
diukur dalam 3 sub-dimensi, yakni: Layanan publik
(Service), Birokrasi (Bureaucracy), dan Kebijakan publik
(Policy).
1.1. Layanan Publik (Public Service)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara inovatif
dan kreatif, pemerintah daerah mampu menyediakan:
a. Pelayanan administrasi kepada masyarakat (seperti: KTP,
SIUP, ijin usaha, akta kelahiran, sertifikat tanah, NPWP, IMB,
dan lain-lain) secara lebih baik (lebih cepat, ekonomis,
praktis dalam waktu dan usaha, dan transparan). Contoh
sistem Smart Governance guna mendukung layanan
administrasi ini adalah: Surabaya Single Window (SSW), e-
Suket (aplikasi berbagai surat keterangan di kelurahan).

b. Penyediaan sarana prasarana dan monitoring penyediaan


kebutuhan bahan pokok untuk masyarakat masyarakat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 13


(sembako, air bersih, dan lain-lain). Contoh sistem Smart
Governance guna mendukung penyediaan dan monitoring
kebutuhan bahan pokok ini adalah: aplikasi Simbak (Sistem
monitoring harga Sembako) dan Smart Water Suppy System
(di bahas lebih detail di buku ini di Bagian Dimensi I Smart
Governance)

c. Penyediaan sarana prasarana dan monitoring penyediaan


kebutuhan jasa pokok untuk masyarakat masyarakat
(listrik, telepon, internet dan lain-lain).

1.2. Birokrasi (Bureaucacy)


Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara inovatif
dan kreatif, pemerintah daerah mampu membangun Birokrasi
yang efisien, efektif, adil, transparant, accountable, dan bebas
korupsi. Contoh implementasi Smart Governance untuk
peningkatan birokrasi, yakni: e-planning, e-budgeting, e-
monev dan lain-lain.
1.3. Kebijakan Publik (Public Policy)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara inovatif
dan kreatif, pemerintah daerah mampu membangun budaya
dan praktik citizen-centered policy yakni setiap kebijakan
diambil dengan secara aktif bekomunikasi dan
mengakomodasi pendapat/masukan dari masyarakat,
berorientasi pada pemenuhan kepentingan masyarakat, dan
memberi akses luas terhadap dokumen-dokumen kebijakan
publik pemerintah. Contoh implementasi Smart Governance
untuk peningkatan kebijakan publik, diantaranya: e-
musrenbang, Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
(JDIH), Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat
(disingkat LAPOR!), dan lain-lain.

14 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Dimensi 2: Smart Branding
Smart Branding atau branding daerah yang pintar
adalah praktik inovatif dan kreatif pemerintah daerah
memanfaatkan teknologi terkini untuk membangun
positioning dan nilai jual (brand value) daerah baik di
tingkat nasional maupun internasional, sehingga mampu
meningkatkan daya saing daerah dalam menarik
partisipasi masyarakat dan investasi bisnis/investor dari
dalam maupun luar daerah guna mendorong aktivitas
perekonomian dan pengembangan kehidupan sosial dan
budaya lokal yang berujung pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Konsep Smart Branding harus diterapkan sekaligus
diukur dalam 3 sub-dimensi, yakni: Pariwisata daerah
(Tourism), Bisnis daerah (Business Branding), dan Wajah
kota (City Appearance).
2.1. Pariwisata daerah (Tourism)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara
inovatif dan kreatif, pemerintah daerah mampu:
a. Menemukan, membangun, dan mengembangkan
destinasi wisata daerah yang menarik dan layak bagi
wisatawan (destination), misalnya dengan melakukan
kompetisi photography dan posting spot-spot potensi
tempat wisata daerah melalui Instagram, secara rutin
melakukan promosi event wisata daerah bekerja-sama
dengan agent-agent perjalanan offline maupun online
(seperti Traveloka, Ticket.com), dan lain-lain.
b. Membangun infrastruktur yang mendukung

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 15


kenyamanan wisatawan (amenities), termasuk
diantaranya: pembangunan jalan-jalan menuju obyek
wisata, penyediaan pilihan-pilihan transportasi,
pembangunan hotel/penginapan, restoran,
infrastruktur internet dan telepon, dan lain-lain.
c. Membangun budaya yang ramah kepada pengunjung
(hospitality), termasuk diantaranya: peningkatan
kemampuan berbahasa asing bagi masyarakat sekitar
obyek wisata, ketersediaan tour-guide, penetapan
peraturan atau kesepakatan perilaku penjual terhadap
tamu, pembinaan komunitas Sadar Wisata di daerah-
daerah wisata, dan lain-lainnya.

2.2. Bisnis daerah (Business branding)


Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara
inovatif dan kreatif, pemerintah daerah mampu:
a. Membangun platform dan memasarkan ekosistem
perdagangan yang kondusif dan nyaman, misalnya
market place daerah.
b. Membangun dan memasarkan ekosistem investasi
yang mudah dan efektif, misalnya Investment Lounge,
Dashboard, dan Portal Investasi Daerah.
c. Membangun dan memasarkan produk dan jasa
industri kreatif khas daerah misalnya kuliner, kriya,
fashion, digital, dan lain

2.3. Wajah kota (City Appearance)


Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara
inovatif dan kreatif, pemerintah daerah mampu:

16 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


a. Mewujudkan penataan kembali wajah kota yang
menonjolkan nilai arsitektur yang mencerminkan nilai-
nilai khas daerah dan mengikuti dinamika modernisasi
yang menginginkan sebuah tata ruang dan tata
wilayah kota yang indah, bersih, rapi, dan
membanggakan dengan kualitas arsitektur berkelas
internasional. Sebagai contoh: menata kembali
tampilan dan tata wilayah pemukiman, taman kota,
pertokoan, pendidikan, tempat rekreasi, tempat
berkumpul masyarakat, industri, dan layanan publik
lainnya secara lebih teratur dan modern.
b. Membangun batas wilayah (edge), membangun
penanda sebuah lokasi yang penting, berkesan bagi
pengunjung (landmark), menyediakan navigasi yang
unik menuju kota (signage), struktur jalan yang teratur
(path), dan titik simpul kota (node) seperti alun-alun,
simpang dan lain-lain. Sebagai contoh: pembuatan
desain logo kota, gerbang khas masuk kota, warna
khas kota, bangunan-bangunan icon kota (seperti
tugu, rumah ibadah, dan lain-lain), pusat belanja khas
kota, membuat mural khas identitas kota, atau subsidi
pembangunan rumah-rumah khas tradisional daerah.

Dimensi 3: Smart Economy


Smart Economy atau tata kelola perekonomian yang
pintar adalah kemampuan mewujudkan ekosistem
perekonomian daerah yang mendukung sektor ekonomi
unggulan daerah dan memenuhi tuntutan era informasi,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 17


yakni adaptif terhadap perubahan cepat (agile), global
scope, kolaborasi/sharing economy, terintegrasi, inovasi,
dan personal customization.
Konsep Smart Economy diterapkan sekaligus diukur
dalam 3 sub-dimensi, yakni: ekosistem Industri
(industry), peningkatan Kesejahteraan masyarakat
(welfare), dan ekosistem transaksi Keuangan
(transaction).
3.1. Ekosistem Industri (Industry)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara
inovatif dan kreatif, pemerintah daerah mampu
membangun daya saing industri daerah pada leading
sector industri tertentu dengan membangun dan
mengitegrasikan industri primer (misalnya pertanian,
perikanan, peternakan dan lain-lain), industri sekunder
(misalnya manufaktur, pengolahan, packaging dan lain-
lain), dan industri tersier (misalnya pasar produk daerah).

3.2. Kesejahteraan rakyat (Welfare)


Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara
inovatif dan kreatif, pemerintah daerah mampu:
a. Mengembangkan program peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pendapatan rumah
tangga (income)
b. Program peningkatan penyerapan angkatan kerja
(employment)
c. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat
(empowerment).

18 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


3.3. Transaksi keuangan (Transaction)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara
inovatif dan kreatif, pemerintah daerah mampu:
a. Membangun ekosistem transaksi keuangan digital
untuk menjamin kelancaran pembayaran menuju
masyarakat yang less cash
b. Mewujudkan masyarakat yang bankable dan memiliki
akses terhadap permodalan
c. Mewujudkan ekosistem ekonomi digital dengan
mendorong industri e-commerce dan market place

Dimensi 4: Smart Living


Smart Living yakni kemampuan menciptakan
lingkungan tempat tinggal yang layak, nyaman, dan
efisien.
Konsep Smart Living diterapkan dan diukur dalam 3
sub-dimensi, yakni: Harmonisasi tata ruang wilayah
(harmony), sarana prasarana Kesehatan (Health), dan
sarana prasarana Transportasi manusia dan barang
(Mobility).
4.1. Harmonisasi tata ruang wilayah (Harmony)
Pemerintah daerah mampu mewujudkan tata ruang
wilayah yang nyaman dan harmonis antara lingkungan
pemukiman (residential), lingkungan pusat kegiatan
bisnis (commercial) yang didukung dengan fasilitas
rekreasi untuk keluarga (recreational)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 19


4.2. Sarana prasarana Kesehatan (Health)
Pemerintah daerah mampu menyediakan akses terhadap
ketersediaan makanan dan minuman sehat (food),
pelayanan kesehatan yang (healthcare), dan sarana dan
prasarana olahraga (sport).
4.3. Sarana prasarana Transportasi (Mobility)
Pemerintah daerah mampu membangun ekosistem
transportasi yang menjamin kemudahan mobilitas
manusia maupun barang (logistik) daerah

Dimensi 5: Smart Society


Smart Society atau masyarakat yang cerdas yakni
kemampuan pemerintah daerah dalam mewujudkan
ekosistem sosio-teknis (sosial-virtual) masyarakat yang
humanis, produktif, dinamis, komunikatif, dan interaktif
dengan digital literacy tinggi.
Konsep Smart Society diterapkan dan diukur dalam 3
sub-dimensi, yakni: Interaksi masyarakat (Community),
Ekosistem Belajar (Learning), dan Keamanan
masyarakat (Security).
5.1. Interaksi masyarakat (Community)
Interaksi sosial masyarakat terjadi secara paralel antara
individu dengan individu yang lain, individu dengan
kelompok sosial, dan antar kelompok sosial, baik secara
fisik maupun virtual (digital) dengan sasaran mewujudkan
partisipasi publik dalam pembangunan daerah. Contoh:

20 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


berbagai program untuk mendukung berbagai kemajuan
Smart City misalnya program-program kepemudaan,
peningkatan keahlian UKM dan lain-lain.
Pengembangan komunitas warga melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik secara individu, sosial
mampu memanfaatkan lingkungan digital dengan positif
dan produktif. Misalnya edukasi tentang market place
dan lain-lain.
5.2. Ekosistem Belajar (Learning)
Mewujudkan ekosistem pendidikan yang saling
mendukung antara pendidikan formal dan non-formal
untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkan akses
terhadap pendidikan termasuk bagi masyarakat yang
disable.
Membangun platform edukasi bagi masyarakat
misalnya smart school, smart campus, smart pesantren,
smart training program dan lain-lain.
5.3. Keamanan masyarakat (Security)
Mewujudkan suatu sistem atau manajemen keamanan
dan keselamatan bagi warga masyarakat baik
perlindungan keselamatan jiwa, keselamatan properti
atau harta benda, dan keselamatan atas risiko bencana
bagi masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya dan
alat kelengkapan pemerintah maupun teknologi.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 21


Dimensi 6: Smart Environment
Smart Environment atau pengelolaan lingkungan
yang pintar yakni kemampuan pemerintah daerah dalam
mewujudkan tata kelola lingkungan yang baik,
bertanggung-jawab, dan berkelanjutan.
Konsep Smart Environment diterapkan sekaligus
diukur dalam 3 sub-dimensi, yakni: Proteksi lingkungan
(Protection), pengelolaan Sampah dan Limbah (Waste),
dan pengelolaan Energi (Energy).
6.1. Proteksi Lingkungan (Protection)
Mengembangkan sistem tata kelola perlindungan
sumber daya tanah, air, dan udara serta
mengintegrasikannya dengan teknologi pelaporan dan
monitoring pencemaran tanah, air, dan udara, misalnya
dengan memanfaatkan teknologi sensor pada Internet of
Thing (IoT).

pencemaran tinggi

6.2. Pengelolaan Sampah dan Limbah (Waste)


Mengembangkan sistem tata kelola limbah atau sampah
rumah tangga (household)

(industrial)
ola limba dan sampah
publik (public)

22 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


tidak mengganggu pemandangan, tidak merusak indra
penciuman, dan menghindari banjir akibat genangan
sampah yang menyumbat saluran-saluran air
pembuangan limbah atau sirkulasi air residensial serta
ketersediaan sistem sanitasi rumah tangga, industri dan
publik yang baik dan bertanggung-jawab.
6.3. Pengelolaan Energi (Energi)
 Pemanfaatan energi yang efisien dan
bertanggungjawab
 Pengembangan energi alternatif yang ramah
lingkungan (environmentally friendly) dan
berkelanjutan (sustainable) serta terjangkau bagi
masyarakat. Misalnya pemanfaatan limbah/sampah
sebagai biogas, energi surya, tenaga angin, biomassa
(tumbuhan dan hewan) dan lain-lain.

Dimensi-Dimensi Smart City Terintegrasi dan Saling


Mempengaruhi
Pendefinisian dimensi-dimensi Smart City bukan
berarti setiap dimensi independen (berdiri sendiri) dan
tidak dipengaruhi dimensi lain. Sebuah sebuah
permasalahan kota dapat masuk dalam lebih dari
dimensi Smart City dan satu dimensi dipengaruhi
satu/lebih dimensi lainnya. Sebagai contoh:
permasalahan keamanan kota dapat dimasukkan dalam

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 23


dimensi Smart Living (security), namun dapat juga
dimasukkan ke dalam Smart Governance (bureaucracy)
apabila pemerintah kota menyediakan infrastruktur
teknologi untuk pelaporan dan monitoring kejadian
kriminal (seperti sistem pannic button dan CCTV).
Program pengumpulan dan pengolahan minyak jlantah
(minyak goreng bekas) menjadi bio diesel dan sabun
yang dilakukan Karang Taruna dengan memberdayakan
ibu-ibu rumah tangga seperti di Surabaya dapat
mencakup lebih dari satu dimensi, yakni: Smart
Environment (waste dan energy), Smart Society
(community), sekaligus Smart Economy (welfare). Inisiatif
pembangunan pelabuhan cerdas atau Smart Port dapat
dikategorikan dalam program peningkatan kelancaran
arus logistik (Smart Living, sub dimensi mobility) namun
juga mendukung pembangunan ekonomi di kota
tersebut (Smart Economy, sub dimensi Industry). Inisiatif
implementasi e-market dan transaksi digital di UMKM
(dimensi Smart Economy, sub-dimensi transaction) akan
dipengaruhi bagaimana tingkat digital literacy di
kalangan masyarakat (dimensi Smart Society, sub dimensi
learning). Demikian juga pembangunan industri hulu
hingga hilir di suatu kota (Smart Economy, sub dimensi
Industry) sangat ditentukan oleh kesiapan infrastruktur
jasa pokok masyarakat, seperti jaringan listrik dan
internet (Smart Governance, sub dimensi Service). Dengan
demikian jelas kita tidak boleh secara kaku melihat
sebuah inisiatif program Smart City sebagai program satu
dimensi saja atau memasukkannya menjadi program satu

24 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


dinas (OPD) saja, karena boleh jadi satu program
tersebut memiliki irisan-irisan lebih dari satu dimensi dan
menjadi urusan lebih dari satu dinas (OPD).
Dari pengertian dan dimensi-dimensi Smart City di
atas dapat di ambil beberapa poin penting, yakni:
 Smart City bukan hanya kategorisasi sebuah kota,
namun juga sebuah metode pengembangan dan
pengelolaan kota.
 Smart City bukan hanya tentang teknologi, namun
juga cara bekerja dan penyelesaian masalah yang
cerdas, inovatif, dan kreatif dalam mencari solusi
permasalahan kota, mengelola dan mengembangkan
kota, merancang proses bisnis yang efisien dan
efektif, dan menjalin kolaborasi antara pemerintah,
swasta, dan masyarakat. Teknologi hanyalah alat
(tools), memiliki teknologi maju bukan berarti pasti
sukses membangun Smart City. Setiap daerah di
Indonesia umumnya masih memiliki tiga tantangan
yaitu keterbatasan anggaran, sumberdaya manusia,
dan waktu sehingga program Smart City dan e-
Government tidak dapat melaksanakan program rutin
yang itu-itu saja, namun harus kreatif dengan
memanfaatkan teknologi terkini, potensi daerah dan
jaringan kerjasama daerah yang ada.
 Selain teknologi terkini, pembangunan Smart City juga
membutuhkan IT Leadership yang kuat dan
kemampuan kolaborasi dari Pemimpin Daerah
dengan semua pemangku kepentingan kota,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 25


kemampuan tata kelola dan manajemen Teknologi
Informasi yang baik dari Kepala Dinkominfo, IT
litteracy dan kemampuan berfikir kreatif dan inovatif
dari kepala-kepala dinas pemerintah daerah,
sumber daya manusia yang berkompeten (baik
dalam hal proses bisnis maupun teknis teknologi),
manajemen organisasi, layanan, dan teknologi yang
baik;
 Smart City bukan hanya merupakan urusan
pemerintahan dan bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah kota saja, namun Smart City adalah
tentang pembangunan dan pengembangan
sebuah kota/kabupaten dengan berbagai
permasalahannya yang kompleks dan multi-dimensi
yang menjadi tanggung-jawab dan membutuhkan
keterlibatan semua pemangku kepentingan kota,
termasuk pemerintah, organisasi bisnis, organisasi
non-profit, masyarakat, dan akademisi. Oleh karena
itu dalam perencanaan sebuah Smart City (misalnya
kegiatan pembuatan rencana induk Smart City) dan
implementasinya, pemerintah kota harus melibatkan
semua pemangku kepentingan kota melalui
pendekatan persuasif dan kolaboratif.
 Smart City bukan hanya merupakan domain disiplin
ilmu Computing (Informatika, Ilmu Komputer, Teknik
Elektro, Teknik Komputer, Sistem Informasi, Teknologi
Informasi), namun Smart City merupakan domain
lintas disiplin ilmu (multi-disiplin) sehingga
membutuhkan pendekatan dan solusi dari berbagai

26 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


disiplin ilmu, mencakup: Computing, Kebijakan Publik,
Sosial, Psikologi, Manajemen, Lingkungan, Teknik,
Fisika, Kimia, Biologi, dan lain-lain.
 Terdapat berbagai variasi model Smart City dengan
kategorisasi dimensi/area Smart City yang berbeda-
beda. Definisi dari dimensi-dimensi ini hanyalah
untuk mempermudah pengelompokan urusan-
urusan yang harus ditangani oleh sebuah kota yang
ingin berkembang menjadi Smart City, sekaligus
sebagai indikator-indikator pengukuran
keberhasilannya.
 Dimensi-dimensi Smart City saling berkaitan dan
saling mempengaruhi, sebuah permasalahan kota
dapat menjadi permasalahan lebih dari satu dimensi
dan menjadi program lebih dari satu dinas
pemerintah kota beserta pemangku kepentingan
kota lainnya.
 Rencana induk (Masterplan Smart City) harus
merekomendasikan dua kelompok program, yakni:
program-program yang langsung dan cepat dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, pimpinan,
dan pengambil keputusan lainnya (Quick Win
Programs, contohnya: layanan publik online, hotspot
publik internet gratis, media laporan warga,
dashboard indikator kinerja OPD untuk pimpinan
daerah memonitor kinerja OPD secara online kapan
saja di mana saja) dan program-program yang
bersifat strategis yang kemungkinan baru dapat
dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 27


(contohnya: pembuatan masterplan Smart City,
pembangunan jaringan fiber optic, dan pembangunan
aplikasi-aplikasi Government Resource Planning).
Quick Win Programs dibutuhkan agar masyarakat
secara cepat merasakan manfaat inisiatif-inisiatif
Smart City pemerintah kota sehingga pemerintah
kota akan dapat memperoleh dukungan dan
partisipasi masyarakat, DPRD, dan pemangku
kepentingan kota lainnya.

Daftar Pustaka
[1] Lombardi, P., Giordano, S., Farouh, H. and Yousef, W. (2012).
Modelling the smart city performance. Innovation: The European
Journal of Social Science Research, 25(2), pp.137-149.
[2] Amir, H., et.all. Internet of Things-Enabled Smart Cities: State-of-
the-Art and Future Trends. (2018).
[3] Bifulco, F., Tregua, M., Amitrano, C.C., D‟Auria, A.: ICT and
sustainability in smart cities management. Int. J. Public Sector
Manag. 29, 132–147 (2016)
[4] Murgante, B., Borruso, G.: Cities and smartness: the true challenge.
Int. J. Agric. Environ. Inf. Syst. 6, 5 (2015)
[5] T. Bakıcı, E. Almirall, and J. Wareham, “A Smart City Initiative: The
Case of Barcelona,” Journal of the Knowledge Economy 2: 1, 1–14,
2012.
[6] International Telecommunications Union (ITU). (2014a). Smart
sustainable cities: An analysis of definitions. Retrieved May 2016
from www.itu.int/en/ITU-T/focusgroups/ssc/Documents/
Approved_Deliverables/TR-Definitions.docx
[7] International Telecommunications Union (ITU) (2014b). Setting the
framework for an ICT architecture of a smart sustainable city.
Retrieved May 2016 from http://www.itu.int/en/ITUT/
focusgroups/ssc/Documents/website/web-fg-ssc-0345-r5-
ssc_architecture.docx

28 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


[8] Buku Panduan Master Plan Smart City, Kominfo, 2017

Penulis
Tony Dwi Susanto, S.T., M.T., Ph.D.,
ITIL, COBIT, TOGAF adalah dosen jurusan
Sistem Informasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS); Kepala Peneliti
Lab-Based Education (LBE) e-Government
and IT Governance ITS; Chapter President
dari Association for Information Systems-
Indonesia (AISINDO); dan konsultan e-
Government dan Smart City untuk
pemerintah kota Surabaya, Madiun,
Kediri, Bojonegoro, Trenggalek, dan
Banggai Laut. Selama menyelesaikan
studi S3 nya di Australia sempat mengembangkan dan menjalankan
layanan SMS e-government untuk Northern Territory Government
(2011) dan komunitas di South Australia (2010 – 2011).
Pendidikan S3 di bidang e-Government dan Adopsi Teknologi
diperoleh dari the Flinders University of South Australia melalui
Beasiswa Australia Leadership Award (ALA), disamping 7 beasiswa lain
yang telah diperolehnya dan mengantarkannya tinggal dan
mengunjungi 14 negara. Saat ini Tony juga bekerja sebagai reviewer,
interviewer, dan konsultan Beasiswa (LPDP, DIKTI, AIYEP), serta pendiri
komunitas Motivasi Beasiswa. Speasialisasi keahliannya di bidang Tata
Kelola dan Manajemen e-Government dengan telah memegang
beberapa sertifikasi profesi konsultan internasional di bidang tata
kelola dan manajemen Teknologi Informasi, diantaranya: ITIL, COBIT,
dan TOGAF.
Penulis dapat dihubungi melalui email
tonydwisusanto@is.its.ac.id atau melalui Facebook Twitter,
Facebook, maupun Instagram di “tonydwisusanto”.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 29


30 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dimensi I
SMART GOVERNANCE
(Service, Bureaucracy, Policy)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 31


SMART WATER SUPPLY SYSTEM
DI KOTA SURABAYA:
PELUANG DAN TANTANGAN

Dr. Ali Masduqi, S.T., M.T.


Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng.

Pendahuluan
Masyarakat kota besar dengan aktivitas yang padat
membutuhkan pelayanan yang cepat dan prima,
termasuk pelayanan pemenuhan kebutuhan air minum.
Pelayanan air minum prima harus memenuhi prinsip
kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan keterjangkauan
(Masduqi dan Assomadi, 2012). Air layak diminum jika
memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan. Jumlah air minum harus
mampu mencukupi kebutuhan pelanggan secara
kontinyu kapan pun diperlukan. Namun demikian,
pelayanan prima tetap mempertimbangkan biaya yang
terjangkau bagi pelanggan air minum yang strata sosial-
ekonominya beragam.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas,
dan kontinyuitas air minum, mulai dari kualitas dan
kuantitas air baku, sistem pengolahan, sistem
pendistribusian, hingga utilitas di pelanggan. Faktor-
faktor tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain.
Kualitas air baku yang buruk akan memperberat beban

32 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


pengolahan. Kegagalan fungsi pengolahan akan
menghasilkan air dengan kualitas buruk di pelanggan.
Sistem pendistribusian yang kurang tepat disain dan
operasionalnya akan mempengaruhi kualitas, kuantitas,
dan kontinyuitas air di pelanggan.
Untuk menghasilkan sistem penyediaan air minum
dengan keandalan tinggi (yang diindikasikan dengan
kualitas, kuantitas, kontinyuitas yang baik), diperlukan
keandalan yang tinggi di semua komponen sistem
(Masduqi, 2009). Komponen sistem penyediaan air
minum meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, dan unit pelayanan. Diperlukan biaya yang
tinggi untuk meningkatkan keandalan di semua
komponen sistem tersebut. Oleh karena itu, efisiensi
mutlak diperlukan agar prinsip keterjangkauan tetap
terpenuhi.
Smart system pada sistem penyediaan air minum
merupakan solusi atas permasalahan di atas. Smart water
supply system dapat diaplikasikan pada pemantauan
kualitas dan kuantitas air baku, pengoperasian sistem
pengolahan air, pengoperasian jaringan perpipaan, dan
pengoperasian sistem pelayanan pelanggan. Penerapan
tersebut diharapkan mampu mengoptimumkan
pengoperasian sistem penyediaan air minum sehingga
diperoleh kualitas, kuantitas, kontinyuitas yang terjamin
dengan pemakaian bahan kimia dan energi yang sangat
efisien.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 33


Komponen Smart Water Supply System
Bahasan tentang smart water supply system
mencakup pemantauan air baku, pengoperasian sistem
pengolahan, pengoperasian jaringan perpipaan,
pemantauan meter air, dan zona air minum prima.

Smart Raw Water Monitoring


Air baku air minum dapat berasal dari mata air, air
tanah, atau air permukaan (Masduqi dan Assomadi,
2012). Debit dan kualitas air baku sangat berpengaruh
pada kinerja unit pengolahan hingga unit pelayanan.
Oleh karena itu, debit dan kualitas air baku perlu
dipantau secepatnya. Mengapa demikian? Kualitas air
baku, khususnya air sungai sangat fluktuatif, berubah
dengan sangat cepat. Perubahan kualitas ini harus segera
diikuti dengan penyesuaian operasional unit pengolahan,
misal penyesuaian kadar bahan kimia atau penutupan
pintu air, dan sebagainya.
Pemantauan secara konvensional tidak mungkin
membantu pengambilan keputusan dengan cepat.
Diperlukan waktu yang lama untuk mengambil sampel
dan membawa serta memeriksanya di laboratorium.
Begitu diperoleh hasil analisis kualitas air, data sudah
tidak dapat digunakan karena kondisi kualitas air baku
sudah berubah. Solusinya adalah pemantauan secara
online, yaitu pemantauan yang hasilnya dapat dipantau
secara real time di unit pengolahan.

34 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Pemantauan kualitas air baku dilakukan dengan
menempatkan instrumen Water Quality Monitoring
System, yaitu perangkat yang dilengkapi dengan sensor
terintegrasi dan memiliki keakuratan tinggi dalam
merekam data. Perangkat ini terkoneksi dengan sistem
instrumentasi di unit pengolahan. Setiap perubahan
kualitas air yang dilaporkan oleh Water Quality
Monitoring System akan memerintahkan sistem
instrumentasi di unit pengolahan untuk mengambil
tindakan tertentu. Disain sistem pemantauan kualitas air
sungai dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Desain sistem pemantauan kualitas air


sungai (Sabiq dan Budisejati, 2017)

Terdapat metoda lain, yaitu Masduqi dan Apriliani


(2008) mengusulkan pemanfaatan algoritma filter Kalman
yang mampu mengestimasi kualitas air sungai dengan
cukup akurat. Algoritma ini memanfaatkan data

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 35


pemantauan yang telah dilakukan bertahun-tahun dan
mampu memprediksi kualitas air di segmen ke-j+1 yang
dipengaruhi oleh kualitas air di segmen ke-j. Dengan
memanfaatkan metoda ini, tindakan cepat dapat diambil
bila terjadi pencemaran pada titik-titik tertentu.
Algoritma filter Kalman terekam di komputer dan dapat
dikoneksikan dengan sistem instrumentasi unit
pengolahan.

Smart Water Treatment


Sistem pengolahan air secara konvensional terdiri atas
beberapa unit dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada
unit-unit tersebut terjadi proses yang spesifik, baik secara
fisik, kimia, maupun fisik-kimia. Pengoperasian secara
manual membutuhkan keahlian dalam mengatur
peralatan dan menentukan ketepatan kebutuhan bahan
kimia. Kesalahan dalam pengoperasian akan berakibat
pada hasil pengolahan yang kurang baik kualitasnya.
SCADA (supervisory control and data acquisition)
system memberikan solusi atas keterbatasan dari
pengoperasian secara manual. SCADA merupakan sistem
otomatis yang membantu dalam pengoperasian instalasi
pengolahan air dalam hal:
 Pemantauan kualitas air
 Pemantauan level air dan level lumpur
 Pendeteksian kegagalan proses dan peralatan
 Pengaturan aliran
 Pengambilan keputusan

36 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Fungsi terpenting dari SCADA di unit pengolahan air
adalah pengambilan keputusan. Sebagai contoh:
 Jika kualitas air baku berubah, sistem akan
memerintahkan penyesuaian pembubuhan bahan
kimia;
 Jika level air di bak filter mencapai elevasi tertentu,
sistem akan memerintahkan sistem backwash bekerja;
 Jika ketinggian lumpur mencapai level tertentu, sistem
akan memerintahkan pengurasan lumpur;
 Jika level air di tangki mencapai level tertentu, sistem
akan memerintahkan pompa untuk “on” atau “off”;
 Jika kualitas air produksi memburuk, sistem akan
menghentikan proses pengolahan secara
keseluruhan.

Smart Water Network


Jaringan perpipaan berfungsi untuk mendistribusikan
air minum menuju pelanggan. Jaringan perpipaan yang
telah didesain dengan baik, harus dioperasikan dengan
baik pula agar menghasilkan sistem distribusi yang andal.
Keandalan sistem diindikasikan dengan kualitas,
kuantitas, dan kontinyuitas yang baik. Parameter penting
yang digunakan adalah kualitas air yang baik di
pelanggan dan tekanan yang cukup. Indikator kunci
meliputi turbidity, sisa chlor, pH dan tekanan air dapat
diterapkan pada sistem ini.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 37


Pemeriksaan kualitas air dan pengukuran tekanan di
ratusan bahkan ribuan titik membutuhkan biaya tidak
murah dan memakan waktu, jika dilakukan secara
konvensional. Pemanfaatan SCADA di sistem distribusi
akan memberikan solusi atas kendala di atas. Titik-titik
pemantauan kualitas dan tekanan (misal dalam satu sub
zona) dikendalikan oleh satu stasiun SCADA, yang
kemudian masing-masing stasiun terkoneksi ke pusat
data dan informasi (Dobriceanu dkk., 2008). Sistem
pemantauan jaringan perpipaan secara online dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sistem SCADA pada jaringan perpipaan


distribusi air minum (Meidensha Corporation , 2019)

38 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Smart Metering
Pembacaan meter air secara manual membutuhkan
waktu dan tenaga yang tidak sedikit, dengan kelemahan
terjadinya kemungkinan salah dalam mencatat
pemakaian air. Saat ini telah dikembangkan smart
metering, yaitu sistem meter air dengan menggunakan
teknologi informasi. Ada dua tipe smart meter, yaitu:
Automatic Meter Reading (AMR). Smart water meter ini
dilengkapi dengan meter interfacing unit (MIU) yang
mampu menyimpan data pembacaan meter oleh data
concentration unit (DCU) di dalam memori internal
melalui kabel M-Bus. Data pengukuran yang
dikumpulkan oleh DCU ditransmisikan ke stasiun induk di
kantor PDAM melalui jaringan broadband/3G/4G
(Gambar 3).

Kartu prabayar
Pelanggan harus membeli air dengan volume yang
tercatat pada kartu. Kartu inilah yang digunakan untuk
“membuka” valve sampai “air dalam kartu” habis. Dengan
smart metering ini, tidak diperlukan petugas pencatat
meter air dan pelanggan dapat mengendalikan
pemakaian air per bulan. Bentuk meter air prabayar
dapat dilihat pada Gambar 4.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 39


Gambar 3 Sistem pada AMR
( h t t p : / / w w w . c i m c o n a u t o m a t i o n . c o m / w a t e r/ a u t o m a t i c _ m et er _ r ea d i n g . h t m )

Gambar 4. Smart water meter prabayar


(https:// zhuanlan.zh ihu.com/ p/4916 0985 )

Zona Air Minum Prima


Zona Air Minum Prima (ZAMP) adalah zona/wilayah
khusus yang dirancang sebagai zona air siap minum
karena air yang disalurkan telah memenuhi persyaratan
untuk bisa diminum langsung. Penerapan SCADA secara
total mulai dari unit air baku, pengolahan, dan jaringan

40 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


perpipaan sangat mendukung penerapan ZAMP. Kualitas
air terpantau dengan baik sejak di unit pengolahan
hingga unit pelayanan. Pada zona ini sudah harus
terbentuk DMA (district metered area), yaitu area yang
jaringan pipanya terisolasi, tidak ada koneksi dengan
area lainnya dan terdapat satu meter induk.
Kualitas air di titik input DMA harus selalu terpantau real
time dan diinformasikan kepada pelanggan. Kualitas air
harus memenuhi persyaratan kualitas air minum. Jika
terjadi penurunan kualitas sampai tidak memenuhi
persyaratan kualitas air minum, sistem harus
menghentikan aliran air dan menginformasikan kepada
pelanggan.
Dalam zona yang telah terbentuk DMA
dimungkinkan ada pengolahan air tambahan untuk
meningkatkan kualitas air sebelum dialirkan ke zona.
Manfaat lain dari DMA adalah untuk pengendalian
kehilangan air atau non revenue water (Saparina dan
Masduqi, 2016).

Kepuasan Pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan dapat dijadikan salah
satu indikator untuk mengukur keberhasilan smart water
supply. Banyaknya aduan dari pelanggan, jenis aduan dan
kecepatan penyelesaian aduan dapat dimasukkan ke
dalam sistem ini.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 41


Penerapan Smart Water Supply System di Surabaya
Surabaya sebagai kota metropolitan sudah seharusnya
menerapkan smart water supply system, sebagai bentuk
utilitas kota yang telah menerapkan smart city. Salah satu
konsep smart city adalah menerapkan lingkungan yang
lebih lestari dengan konsep pengelolaan air minum yang
lebih maju dan efisien. Smart water supply system
memungkinkan dapat memberikan pelayanan yang
prima akan pemenuhan kebutuhan air minum. Pelayanan
prima (excellent service) adalah suatu pelayanan terbaik
kepada pelanggan dalam memenuhi harapan dan
kebutuhannya. Unsur dari pelayanan prima antara lain
memenuhi standar waktu, tempat, biaya, kualitas dan
prosedur yang ditetapkan.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai
institusi tunggal di suatu kota dalam memberikan
pelayanan air minum, mempunyai peluang yang besar
untuk menerapkan smart water supply system.
Pemerintah sebagai pemilik perusahaan diharapkan
memberikan dukungan, terutama kebijakan daerah
dalam mewujudkan sistem cerdas ini.
Tantangan yang dihadapi Kota Surabaya dalam
penerapan smart water supply system antara lain
buruknya kualitas air baku, keterbatasan kapasitas air
baku, instalasi pengolahan air yang masih konvensional,
kondisi jaringan pipa yang tua dan kebocoran tinggi, dan
lain-lain. Semua keadaan tersebut berpengaruh terhadap
kinerja PDAM dalam memberikan pelayanan kepada

42 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


pelanggan. Sarana dan prasarana air minum yang dimiliki
PDAM harus ditingkatkan terlebih dahulu sebelum smart
water supply system benar-benar diterapkan.

Penutup
Semoga tulisan pendek ini mampu menginspirasi
semua pihak yang terkait dengan peningkatan kualitas
pelayanan air minum di Indonesia, sehingga terwujud
masyarakat yang sehat dan sejahtera. Diperlukan banyak
kajian yang mendalam terkait smart water supply system
sebelum diimplementasikan pada suatu kota.

Daftar Pustaka
Dobriceanu, M., Bitoleanu, A., Popescu, M., Enache, S., dan Subtirelu, E.
SCADA system for monitoring water supply networks, WSEAS
Transactions on Systems, Vol. 7(10): 1070-1079, October 2008
Masduqi, A. Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Bersih Perpipaan di
Perdesaan, Disertasi Program Doktor Teknik Sipil, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2009
Masduqi, A. dan Apriliani, A. Estimation of Surabaya River Water
Quality using Kalman Filter Algorithm, IPTEK, The Journal for
Technology and Science, Vol. 19, No. 3, August 2008
Masduqi, A. dan Assomadi, A. F. Operasi & Proses Pengolahan Air, ITS
Press, Surabaya, 2012
Meidensha Corporation, Water Distribution Control Support System.
http://www.meidensha.com/products/water/prod_03/prod_03_03/i
ndex.html, diakses tanggal 6 Januari 2019.
Sabiq, A. dan Budisejati, P. N. Sistem Pemantauan Kadar pH, Suhu dan
Warna pada Air Sungai Melalui Web Berbasis Wireless Sensor
Network, Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 5(3), 2017, 94-
100, Juli 2017

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 43


Saparina, W. dan Masduqi, A. Evaluation of Non-Revenue Water using
st
Step Test Method at PDAM Malang, The 1 Seminar on
Environment and Health - Towards SDG‟s Achievement 2030 :
Integration System on Environment and Health Sustainability,
th
Universitas Airlangga Surabaya, November 8-9 , 2016

Penulis
Dr. Ali Masduqi, S.T., M.T. lahir di
Mojokerto Jawa Timur pada tahun 1968.
Menjadi dosen pada Departemen Teknik
Lingkungan ITS pada tahun 1994 hingga saat
ini. Berbekal pendidikan bidang teknik
penyehatan (S1 ITS, 1993), teknik lingkungan
(S2 ITB, 2000), dan teknik sipil – sumberdaya
air (S3 ITS, 2010), saat ini menekuni bidang
ilmu manajemen dan teknologi air minum
dan air limbah. Beberapa karya telah
dihasilkannya antara lain penelitian, perencanaan, artikel ilmiah, dan
buku ajar yang berkaitan dengan bidang manajemen dan teknologi
penyediaan air minum.

Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng., dosen di


Departemen Teknik Lingkungan - Fakultas
Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian – ITS
mulai tahun 1991 sampai sekarang.
Pendidikan sarjana ditempuh di Institut
Teknologi Bandung pada Program Studi
Teknik Lingkungan, lulus tahun 1989. Lulus
program master pada tahun 1996 dari
program Environmental Engineering - Asian
Institute of Technology (AIT), Thailand. Saat
ini aktif sebagai peneliti di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air -
Departemen Teknik Lingkungan - Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan,
dan Kebumian – ITS.

44 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


STATUS INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI DIGITAL
INDONESIA

Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng.

Latar Belakang Masalah dan Konsep


Teknologi digital mulai digunakan secara meluas oleh
masyarakat dunia pada sekitar tahun 1980 dalam bentuk
personal komputer. Pada dasawarsa berikutnya teknologi
telepon bergerak (seluler), internet, dan sosial media
berkembang sangat pesat di masyarakat. Perkembangan
ini memicu terjadinya perubahan luar biasa disegala
sektor kehidupan manusia, yang saat ini lebih dikenal
dengan nama Revolusi Industri 4.0. Salah satu perubahan
yang berimplikasi besar di dunia ekonomi adalah
ekonomi cerdas atau ekonomi digital.

Sistem Ekonomi Digital


Sistem ekonomi digital pada dasarnya sama dengan
ekonomi konvensional yang telah kita laksanakan sehari-
hari. Proses ekonomi terjadi apabila memenuhi 3 hal
yaitu:
 Ada pertemuan antara penjual dan pembeli
 Ada transaksi atau kesepakatan, dilanjutkan dengan
pembayaran
 Ada serah terima barang atau hasil transaksi
(logistik)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 45


Tempat pertemuan antara penjual dan pembeli pada
sistem tradisional dikenal sebagai pasar tradisional. Pada
fase berikutnya pasar tradisional digantikan oleh mall
dan toko modern. Di era digital, tempat pertemuan
penjual dan pembeli berupa aplikasi perangkat lunak
yang dapat diakses di telepon seluler atau laptop, atau
yang lebih dikenal dengan nama e-commerce.
Tokopedia, Bukalapak, Shopee adalah 3 besar e-
commerce pada triwulan ke 3 tahun 2018. Toko online
yang lamannya paling banyak dikunjungi adalah
Tokopedia dengan jumlah 154 juta pengunjung
perbulan, Bukalapak 96 juta pengunjung perbulan, dan
Shopee 31 juta pengunjung, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Toko online Indonesia


Transaksi ekonomi atau pembayaran di jaman modern
menggunakan uang kertas atau coin. Pada abad sebelum
ditemukan mata uang sebagai alat tukar, transaksi
ekonomi berupa pertukaran barang secara langsung atau
barter. Pada era digital sistem pembayaran tidak

46 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


memerlukan mata uang secara fisik, tidak memerlukan
kehadiran secara fisik ke kantor bank, tetapi cukup
bertransaksi menggunakan aplikasi perangkat lunak di
gadget masing masing. Saat ini bermunculan institusi
non bank berbasis teknologi, atau Fintech (financial
technology).
Serah terima barang dalam skala kecil dapat
dieksekusi secara langsung. Setelah pembayaran, barang
dapat dibawa langsung. Di era digital, barang tidak selalu
berupa fisik, tetapi dapat pula berupa barang digital
seperti lagu, film, perangkat lunak dan sebagainya.
Penyerahan barang digital dikirim secara digital pula,
tidak memerlukan kehadiran secara fisik. Dalam era
ekonomi digital, penyerahan barang fisik menggunakan
sistem transportasi, dilakukan dengan bantuan aplikasi
perangkat lunak. Gojek, Grab, JNE, Wahana dan
sebagainya merupakan bentuk e-logistik yang telah
terimplementasi di masyarakat.
Ekonomi digital telah mengubah, bahkan cenderung
merusak tatanan dan model bisnis konvensional
(disrupsi). Perusahaan transportasi terbesar didunia,
Uber, justru tidak memiliki armada kendaraan sama
sekali. Toko retail terbesar, Okezone, tidak memiliki gerai
outlet. Perusahaan perhotelan terbesar, Airbnb, tidak
memiliki gedung atau kamar sendiri, melainkan
menggunakan konsep berbagi antara pemilik kamar dan
para pelancong yang membutuhkan kamar penginapan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 47


Infrastruktur Digital
Ekonomi digital merupakan salah satu dari sekian
banyak perubahan akibat kemajuan teknologi digital.
Disisi lain, kemajuan teknologi digital tergantung pada 3
hal, yaitu DNA:
 Device
 Network
 Application

Device adalah perangkat elektronik untuk mengakses


internet dan aplikasi, dapat berupa telepon seluler,
telepon pintar, laptop dan sebagainya. Device di
Indonesia mayoritas berasal dari import dengan merk
yang sudah dikenal masyarakat termasuk Samsung,
Oppo, Huawei, ZTE dan lain lain.

Gambar 2. Penyediaan pita lebar di masyarakat


(dir NITS PT Telkom, conference IPWIMOB, Bandung, 2015)

48 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Network merupakan infrastrukrur telekomunikasi dan
internet yang dibangun oleh pemerintah, BUMN
Telekomunikasi (PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.), dan
operator operator telekomunikasi yang lain. Koneksi
perangkat gadget di rumah dengan jaringan internet
disediakan melalui jaringan pita lebar (broadband).
Jaringan pita lebar di titik pengguna disediakan dalam
bentuk jaringan seluler 2G, 3G, 4G, sedangkan sistem
tetap dapat berupa FTTH (fiber to the home) atau wifi
seperti terlihat padai Gambar 2. Berdasarkan Keppres 96/
2014, tentang pengembangan pita lebar untuk sistem
tetap ditentukan dengan kecepatan sebesar 2 Mbps,
sedangkan untuk sistem bergerak sebesar 1 Mbps. Sinyal
seluler 2G dan 3G masih banyak digunakan di daerah
daerah pedesaan. Seluler 4G sedang dalam
pengembangan sehingga masih terbatas didaerah
perkotaan. Sinyal-sinyal seluler dipancarkan melalui BTS
(base transceiver station) yang dibangun oleh operator
seluler seperti Telkomsel, Indosat, XL, Three dan lain lain.
Seluruh jaringan pita lebar tersambung dengan
jaringan internasional melalui fiber optic (FO) yang
digelar melingkar ke seluruh wilayah Indonesia, dengan
sebutan Palapa Ring. Palapa Ring dibangun oleh
pemerintah dan dana USO (Universal Service Obligation)
dari operator-operator telekomunikasi. Infrastruktur yang
terpasang dan rencana di Indonesia yang dilaksanakan
oleh PT Telkom Indonesia Tbk posisi tahun 2015
diperlihatkan pada Gambar 3.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 49


Gambar 3. Kesiapan Backbone pita lebar di Indonesia
(dir NITS PT Telkom, conference IPWIMOB, Bandung, 2015)

Gambar 4 menunjukkan kesiapan layanan seluler yang


dibangun oleh PT Telkom Indonesia melalui anak
perusahaan PT Telkomsel, Indosat, dan XL. Telkomsel
memiliki coverage yang terbesar di Indonesia dengan
96.900 BTS, operator terbesar kedua adalah XL dengan
54.600 BTS, disusul Indosat dengan 43.000 BTS.
Tahun 2015, jumlah BTS 2G masih 55% dari seluruh
BTS di Indonesia. BTS 3G yang diproyeksikan
menggantikan 2G masih 45%, sedangkan 4G masih
dalam tahap awal pemasangan. Sinyal 2G dan 3G
tersebar di daerah pedesaan dan merupakan sumber
revenue terbesar bagi operator. Seluler 2G dan 3G
dimanfaatkan untuk komunikasi suara dan text (sms).
Pada perkembangan lebih lanjut, yaitu 4G dan 5G yang

50 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


akan digelar mulai tahun 2020, dan mampu menyediakan
pita lebar, maka penggunaan komunikasi suara dan sms
menurun drastis. Komunikasi suara dan sms digantikan
oleh OTT (over the top) seperti Whatsapp, BBM, dan lain
lain yang tidak berbayar. Konsumen hanya
membutuhkan paket data pita lebar saja, tetapi bisa
digunakan OTT. Dengan demikian teknologi seluler pita
lebar akan menurunkan pendapatan operator karena
hilangnya telepon suara dan sms.

Gambar 4. Kesiapan cakupan seluler 2G, 3G, 4G tahun 2015

Infrastruktur teknologi digital memiliki peran sangat


vital dalam pengembangan teknologi digital beserta
turunannya dalam suatu negara. Perkembangan
teknologi digital di Indonesia tergolong cukup maju

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 51


didepan dibanding negara-negara lain di kawasan. Tanpa
ada pengembangan infrastruktur teknologi digital, maka
tidak akan terjadi revolusi industri 4.0, tidak ada smart
city, tidak ada smart ekonomi di Indonesia.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya,
turut berkontribusi dalam riset dan pengembangan
infrastruktur, aplikasi perangkat lunak maupun SDM
bidang teknologi. ITS bekerjasama dengan ZTE Indonesia
mengembangkan laboratorium seluler dengan teknologi
terbaru yang terletak di Departemen Teknik Elektro ITS.
ITS juga memiliki Pusat Riset ICT dan Robotik, serta Pusat
Unggulan Iptek yang berfokus pada pengembangan
teknologi digital.

Penulis
Profesor Dr. Ir. Mochamad Ashari,
M.Eng. adalah Guru Besar Departemen
Teknik Elektro – Fakultas Teknologi
Elektro - ITS, dengan fokus penelitian
dan pengajaran pada bidang power
electronics and smart-green energy. Di era
Industry Revolution 4.0, bidang ini
banyak bersinggungan dengan bidang-
bidang lain seperti Teknologi Informasi
dan Sistem Telekomunikasi. Pada awal 2019, Profesor Mochamad
Ashari telah menghasilkan lebih dari 190 publikasi ilmiah, 90
diantaranya terindeks Scopus. Saat ini ditetapkan sebagai Rektor ITS
periode 2019 – 2024, dan pernah menjabat sebagai Rektor Universitas
Telkom – Bandung tahun 2013 – 2018.

52 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


SISTEM TENAGA LISTRIK CERDAS SEBAGAI
PENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA

Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng.


Vincentius Raki Mahindara, S.T.

Abstrak
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu parameter
kemajuan suatu negara. Indonesia sebagai negara yang
tengah berkembang terus membuka peluang baik
dibidang industri maupun pariwisata dalam rangka
menumbuhkan dan menguatkan sektor ekonomi.
Perkembangan Industri tentu saja membutuhkan sumber
daya yang memadai, salah satunya ketersediaan energi
listrik. Atas dasar itu, Pemerintah Indonesia
mencanangkan Program 35.000 MW Listrik dengan
harapan mampu menyediakan listrik bagi seluruh
masyarakyat. Akan tetapi, penyediaan listrik tidak
terbatas hanya pada pembangunan infrastruktur, namun
juga pengembangan sistem operasi dan kontrol demi
memenuhi tingkat keandalan dan mutu yang tinggi.
Sistem operasi dan kontrol tenaga listrik tersebut
tentunya diharapkan dapat bekerja secara cerdas,
tanggap, mandiri, dan adaptif. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk membangun sistem cerdas
tersebut adalah menggunakan artificial intelligence yang
mampu mengurangi beban kerja operator. Pada artikel

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 53


ini akan dibahas beberapa aspek dan contoh
pemanfaatan artificial intelligence pada sistem tenaga
listrik demi meningkatkan keandalan dan mutu daya
listrik.

Pendahuluan
Seperti yang telah diketahui, energi listrik sudah
menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia,
khususnya mereka yang berada di daerah perkotaan. Hal
ini dibuktikan dengan selalu bertumbuhnya pengguna
listrik baru maupun bertambahnya penggunaan listrik
bagi mereka yang menaikkan daya langganan listrik [1].
Mengingat listrik adalah salah satu jenis energi yang
paling mudah dikonversi ke dalam bentuk lain, maka
secara tidak langsung, taraf hidup seseorang dapat
meningkat dengan adanya pemenuhan ketersediaan
listrik. Dengan tersedianya listrik, banyak kegiatan atau
aktivitas yang dapat dilakukan oleh seseorang. Bahkan,
muncul sebuah gagasan umum di masyarakat bahwa
tingkat keekonomian suatu daerah dapat dengan mudah
diketahui berdasarkan tinggi rendah pemakaian listrik di
daerah tersebut. Semakin banyak penggunaan listrik,
maka kemampuan daya beli masyarakat juga menjadi
tinggi.
Akan tetapi, penggunaan energi listrik yang tinggi
pada suatu daerah tidak semata-mata mencerminkan
tingginya taraf ekonomi daerah tersebut. Penggunaan
energi listrik dapat dikategorikan dalam dua hal yaitu

54 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


konsumtif atau produktif. Penggunaan energi listrik yang
produktif berarti beban maksimum berada pada jam
kerja (office hour) sementara penggunaan listrik
konsumtif berarti beban maksimum berada pada luar jam
kerja (non- office hour). Penggolongan ini dapat
dilakukan dengan cara menghimpun data selama satu
hari lalu merangkumnya dalam suatu kurva beban harian
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh Kurva Beban Daerah suatu Daerah

Pada umumnya, kota-kota di Indonesia masih


cenderung tergolong sebagai pengguna listrik yang
konsumtif. Namun seiring dengan perkembangan era
industri, diyakini bahwa penggunaan listrik di masyarakat
akan cenderung ke arah produktif karena banyaknya
usaha kecil menengah yang bermunculan [2]. Tentu saja,
perubahan pola penggunaan listrik ini harus diantisipasi
oleh penyedia jasa tenaga listrik. Sebab, ketergantungan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 55


para pegiat usaha terhadap keandalan listrik tentu
berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi mereka.
Tentu saja, pemerintah telah mengantisipasi hal ini
dengan bijak. Pada Mei 2015, muncul gagasan untuk
membangun proyek "35.000 Mega Watt Listrik untuk
Indonesia". Pada proyek tersebut direncanakan
pemercepatan pembangunan pada sektor pembangkit
listrik, saluran transmisi, dan gardu induk. Selaku pemilik
tunggal industri listrik di Indonesia, PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN), meluncurkan siaran pers [3] yang
menjelaskan bahwa hingga Maret 2018, pencapaian
pekerjaan proyek telah mencapai 48%. Tentu saja, dalam
kurun waktu empat tahun (2015-2019), hal tersebut
adalah capaian yang signifikan. Walaupun, patut dicatat
bahwa proyek tersebut belum mencakup seluruh aspek
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Secara
umum, sistem tenaga listrik di Indonesia dapat
dirangkum seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

56 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Gambar 2. Skema Penyaluran Tenaga Listrik di Indonesia.
TR= Tegangan Rendah, TM= Tegangan Menengah, TT= Tegangan
Tinggi, TET= Tegangan Ekstra Tinggi.

Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa Proyek


35.000 MW merupakan pembangunan infrastruktur yang
masif dan berkaitan dengan kuantitas listrik yang mampu
dibangkitkan dan disalurkan. Namun bagaimana dengan
kualitas listrik yang dihasilkan oleh PLN?
Jika mengacu pada beberapa laporan dan liputan
media, masih banyak atau seringnya kejadian
pemadaman listrik secara insidental atau yang dikenal
dengan istilah blackout. Pada April 2018 [4], tercatat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 57


kejadian blackout selama 7 jam di Provinsi Kalimantan
Timur. Masih pada provinsi yang sama, kejadian serupa
terulang kembali pada Agustus 2018 [5]. Blackout
kembali terjadi selama 2 jam pada pukul 13.42 waktu
setempat. Tidak hanya pada Pulau Kalimantan, Pulau
Jawa, Bali, dan Madura juga sempat mengalami partial
blackout pada September 2018 [6], yang membutuhkan
waktu pemulihan (recovery) hingga 12 jam. Ketiga
kejadian tersebut adalah contoh dari kejadian blackout
yang terjadi di seluruh Indonesia. Tentu saja, tidak ada
pihak yang menginginkan blackout ini terjadi. Baik dari
sisi PLN selaku penyedia jasa maupun konsumennya
mengalami kerugian akibat kejadian blackout ini. Dari sisi
pembangkitan, apabila sebuah pembangkit harus
mengalami forced shut down akibat terjadi blackout,
maka perlu ada usaha untuk melakukan restart
pembangkit dengan biaya start-up yang cukup tinggi.
Sementara itu dari sisi konsumen, pemadaman listrik
insidental tentu saja dapat menghentikan atau
mengganggu proses produksi. Lantas, apa yang bisa
dilakukan untuk mencegah hal itu kembali terjadi?
Apakah sistem tenaga listrik sudah cukup pintar untuk
mengantisipasi kejadian semacam ini?

Peran Peneliti Indonesia terhadap Pengembangan


Sistem Tenaga Listrik Cerdas
Pada perspektif yang berbeda, sejatinya banyak
peneliti di Indonesia yang telah menginisiasi gagasan
untuk menciptakan sistem tenaga listrik yang cerdas,

58 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


andal, dan berkelanjutan. Dengan mengaitkan
permasalahan berupa kejadian blackout yang masih
menjadi momok bagi sistem tenaga listrik di Indonesia,
maka diusulkan sebuah penyelesaian yang optimal
melalui metode yang berbasis kecerdasan buatan
(artificial intelligence) untuk menyelesaikan masalah pada
sistem tenaga listrik. Beberapa poin penting yang perlu
diperhatikan dalam rangka meningkatkan keandalan dan
ketahanan sistem diuraikan sebagai berikut:
a. Operasi Cerdas Sistem Tenaga Listrik
Pada penyaluran kelistrikan, baik pada Saluran Transmisi
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV maupun Saluran
Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV, tentu
terdapat beberapa jalur yang dapat dijadikan opsi. Pada
penelitian yang telah dilakukan [7], dilakukan pemodelan
sistem transmisi 500 kV yang ada di Pulau Jawa dengan
simulasi berupa skenario kegagalan pembangkit pada
salah satu area. Dengan menggunakan kecerdasan
buatan berbasis “Breadth Fixed Gossip Algorithm” dapat
ditunjukkan bahwa opsi penyaluran menggunakan opsi
jalur lain dapat dihitung secara instan beserta dengan
seberapa besar kenaikan atau penurunan daya operasi
pembangkit yang dibutuhkan. Apabila gagasan optimasi
penyaluran listrik ini dipadukan dengan pertimbangan
kestabilan transient [8], maka kejadian blackout akibat
kekurangan daya pembangkit maupun ketidakmampuan
penyaluran daya pada sistem transmisi dapat dihindari

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 59


secara tepat, lengkap dengan waktu yang diizinkan untuk
melakukan manuver operasi.
b. Sistem Proteksi yang Bersifat Adaptif
Hal lain yang tidak kalah penting pada sistem tenaga
listrik adalah sistem pengaman atau proteksi. Sistem
proteksi bertugas untuk menekan area yang terdampak
akibat gangguan sistem tenaga listrik maupun
mengurangi kemungkinan kerusakan pada peralatan.
Pada penelitian yang telah dilakukan [9], dirancang
sebuah program yang mampu menghitung secara
independent terhadap perubahan pola jaringan dan nilai
arus yang mengalir pada suatu penyulang (feeder). Untuk
mendapatkan setting peralatan proteksi yang tepat,
makan digunakan metode optimasi berbasis
metaheuristic approach yaitu particle swarm optimization
yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat
diimplementasikan pada peralatan yang ada saat ini.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan program
tersebut, sistem proteksi tenaga listrik dapat dengan
mandiri melakukan penyesuaian atau beradaptasi
terhadap perubahan manuver operasi dan tetap
mengamankan sistem serta meminimalisir dampak
gangguan.
c. Persiapan Menghadapi Era Distributed Generator
Mengingat gejolak yang muncul akibat pemanasan
global, Pemerintah Indonesia memiliki mimpi besar
berupa pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang
dapat digunakan hingga 23% pada tahun 2025 [1]. Untuk

60 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


menunjang hal tersebut, maka Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral mengeluarkan Peraturan Menteri
(PM) Nomor 49 Tahun 2018 yang membahas mengenai
“Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Atap oleh Konsumen PT. PLN”. Secara singkat, PM No. 49
Tahun 2018 tersebut mengizinkan konsumen menjual
listrik kepada PLN dengan harga jual maksimum sebesar
65% dari tarif PLN. Tanpa membahas mengenai kaidah
ekonomi dan untung rugi penjualan tersebut, secara
teknis PLN perlu mempersiapkan dengan sungguh
kemungkinan terjadinya reverse power flow (aliran arus
terbalik) akibat adanya suntikan listrik dari konsumen.
Jika mengacu pada Gambar 2, saat ini PLN melakukan
transfer listrik kepada konsumen secara satu arah.
Namun, apabila konsumen diizinkan untuk mengirimkan
listrik kepada PLN, maka akan terjadi aliran listrik dua
arah. Tentu saja hal ini bukan perkara yang mudah dalam
rangka menjaga kestabilan dan keandalan sistem.
Peralatan sistem tenaga listrik AC (alternating current)
memang dapat digunakan dalam dua arah baik mengirim
maupun menerima listrik. Namun kendala yang akan
muncul adalah sistem proteksi, pola operasi sistem, dan
skema pertahanan apabila terjadi kegagalan. Pada
penelitian yang telah dilakukan [10], dilakukan simulasi
berupa kehadiran pembangkit listrik yang muncul secara
sementara seperti karakteristik pembangkit listrik dari
energi terbarukan. Karena pembangkit tipe ini berjumlah
banyak namun dengan volume pembangkitan yang kecil
dan tersebar, pembangkit tersebut dikenal juga dengan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 61


istilah distributed generator (DG). Dengan kehadiran
distributed generator ini, sistem tenaga listrik harus sudah
benar-benar cerdas dan adaptif dalam menghadapi
perubahan operasi yang sangat tiba-tiba. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengantisipasi hal ini
adalah dengan memanfaatkan artificial intelligence (AI)
yang berbasis adaptive modified firefly algorithm guna
menentukan setting relay proteksi arus lebih. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode artificial
intelligence yang diusulkan dapat dengan cepat dan
tepat memberikan solusi terbaik akibat perubahan sistem
yang mendadak.

Kesimpulan
Hingga saat ini, sistem tenaga listrik di Indonesia
masih berada pada fase pembangunan infrastruktur
secara masif demi tersedianya listrik bagi seluruh
penduduk di Indonesia. Namun, pembangunan sistem
tenaga listrik tersebut perlu dibarengi dengan
pengembangan sistem operasi dan kontrol yang ada.
Penyediaan sistem tenaga listrik tidak semata-mata
terbatas pada besaran daya atau volume energi listrik
yang dapat diberikan. Akan tetapi, keandalan, kualitas,
dan keberlanjutan penyediaan listrik juga merupakan hal
yang esensial. Dengan bertambah rumit atau
kompleksnya sistem operasi tenaga listrik, maka
penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence
dapat menjadi salah satu opsi yang tentunya perlu
diawasi oleh manusia. Apabila penyaluran sistem tenaga

62 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


listrik dapat diselenggarakan dengan baik, andal,
bermutu, dan berkualitas tinggi, maka secara tidak
langsung hal tersebut juga dapat membantu akselerasi
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, tentunya taraf
hidup masyarakat di Indonesia akan semakin baik
sehingga Indonesia dapat menjadi contoh maupun
panutan bagi negara lainnya dalam rangka kemajuan
teknologi dan ketangguhan ekonomi.

Daftar Pustaka
PT. PLN (Persero), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL),
Jakarta: PT. PLN (Persero), 2017.
Merdeka.com, “UMKM Sumbang 60 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi
Nasional,” Liputan6.com, [Online]. Available:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-
60-persen-ke-pertumbuhan-ekonomi-nasional. [Diakses 5 January
2019].
I. M. Suprateka, “Progress 35.000 MW Menggembirakan,” PT. PLN
(Persero), 22 March 2018. [Online]. Available:
http://www.pln.co.id/media/siaran-pers/2018/03/progress-35-000-
mw-menggembirakan. [Diakses 5 January 2019].
A. Aliev, “Ini Penyebab Listrik Mati 7 Jam di Kalimantan Timur,” Warta
Ekonomi, 6 April 2018. [Online]. Available:
https://www.wartaekonomi.co.id/read176541/ini-penyebab-listrik-
mati-7-jam-di-kalimantan-timur.html. [Diakses 31 Desember
2018].
S. Rosadi, “Siang tadi, sejumlah kota di Kalimantan Timur gelap gulita
hampir dua jam,” Merdeka.com, 25 Agustus 2018. [Online].
Available: https://www.merdeka.com/peristiwa/siang-tadi-
sejumlah-kota-di-kalimantan-timur-gelap-gulita-hampir-dua-
jam.html. [Diakses 31 Desember 2018].

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 63


M. Khadafi, “Ini Penjelasan PLN Terkait Blackout di Bali dan di Jawa,”
Times Indonesia, 5 September 2018. [Online]. Available:
https://www.timesindonesia.co.id/read/182067/20180905/163516/
ini-penjelasan-pln-terkait-blackout-di-bali-dan-di-jawa/. [Diakses
31 Desember 2018].
M. H. Purnomo, Q. Aini, E. I. Setiawan dan V. R. Mahindara, “Green
Computing: Opportunity of Using Breadth Fixed Gossip Algorithm
for Optimizing Power Supply Route in Power Plant,” dalam 2018
5th International Conference on Information Technology, Computer,
and Electrical Engineering (ICITACEE), Semarang, 2018.
A. Priyadi, N. Yorino, M. Tanaka, T. Fujiwara, Y. Zoka, H. Kakui and M.
Takeshita, "A direct method for obtaining critical clearing time for
transient stability using critical generator conditions," International
Transaction on Electrical Energy System, vol. 22, no. 5, pp. 674-687,
2012.
V. R. Mahindara, M. Guntur, M. Pujiantara, D. Anton, A. Priyadi and M.
H. Purnomo, "Obtaining The Setting of Inverse-Curve Overcurrent
Relay using Serial Computing Modified Particle Swarm
Optimization in Real System Applications," in 2018 International
Seminar on Technology and Its Application (ISITIA), Denpasar, 2018.
A. Tjahjono, D. O. Anggriawan, A. K. Faizin, A. Priyadi, M. Pujiantara,
Taufik and M. H. Purnomo, "Adaptive modified firefly algorithm for
optimal coordination of overcurrent relays," The Institution of
Engineering and Technology, vol. 11, no. 10, pp. 2575-2585, 2017.

Penulis
Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo,
M.Eng. lahir di Bangkalan, Jawa Timur,
Indonesia pada tanggal 16 September 1958.
Beliau menerima gelar insinyur dari
Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia
pada tahun 1984. Kemudian, berbekal
beasiswa dari pemerintah Jepang, beliau
melanjutkan studi program magister dan

64 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


doktoral di Departemen Teknik Elektro Osaka City University, Osaka,
Jepang, dan lulus masing-masing pada tahun 1989 dan 1995. Saat ini
beliau merupakan Professor (Guru Besar) dibidang artificial
intelligence (kecerdasan buatan) dan mengajar di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS). Topik riset yang diminati beliau adalah
artificial intelligence, neural network, image processing, renewable
energy, serta monitoring and system conditioning. Beliau dapat
dihubungi melalui email: hery@ee.its.ac.id.

Vincentius Raki Mahindara, S.T. Lahir di


Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia pada
tanggal 27 Maret 1994. Beliau menyelesaikan
pendidikan sarjana teknik dari Departemen
Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia pada
tahun 2016. Pernah bekerja di Schneider
Electric sebagai product specialist untuk Logic
Control and Timer Relay: Zelio dan Variable
Speed Drive: Altivar. Saat ini, beliau
berkesempatan menyelesaikan pendidikan doktoral di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui beasiswa penuh Program
Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia. Topik riset yang diminati beliau adalah smart power system
protection, intelligence electronic devices, serta transient and dynamic
power system stability. Beliau dapat dihubungi melalui email:
rakimahindhara@gmail.com.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 65


GOVERNMENT RESOURCE PLANNING (GRP):
TULANG PUNGGUNG
TATA KELOLA PEMERINTAH CERDAS

Tony D. Susanto, Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF

Salah satu dimensi sekaligus basis penting dalam


membangun sebuah Smart City adalah Smart
Governance. Smart Governance atau tata kelola
pemerintahan kota yang pintar adalah konsep, cara kerja,
dan sistem mengelola manajemen dan tata
pamong/kelola pemerintahan dan layanan publik secara
lebih cepat, efisien, efektif, responsif, komunikatif, dan
terus melakukan peningkatan kinerja birokrasi melalui
inovasi dan adopsi teknologi yang terpadu. Smart
Governance mencakup 3 sub-dimensi, yakni: Layanan
publik (Service), Birokrasi (Bureaucracy), dan Kebijakan
publik (Policy). Peningkatan ketiga sub-dimensi Smart
Governance ini dapat lebih cepat dicapai melalui
dukungan sistem e-government atau Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
e-Government atau SPBE adalah pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
mendukung operasional, fungsi, dan tujuan organisasi
pemerintah. E-Government mencakup perangkat keras
maupun perangkat lunak (aplikasi). Diantara aplikasi-
aplikasi e-government terdapat aplikasi-aplikasi utama

66 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


pendukung fungsi dan urusan pemerintah daerah yang
disebut sebagai Government Resource Planning (GRP).

Apa itu Government Resource Planning (GRP)?


Government Resources Planning atau GRP adalah
sekumpulan modul aplikasi untuk mendukung fungsi-
fungsi internal dan layanan publik organisasi pemerintah,
mengelola sumber daya pemerintahan,
mengintegrasikan aktivitas birokrasi pemerintahan dari
hulu sampai hilir (dari perencanaan, belanja, pelaksanaan
program, hingga evaluasi), mudah untuk saling
diintegrasikan dalam satu sistem informasi. GRP
mendukung proses pengumpulan, pemrosesan,
pendokumentasian, dan integrasi data menjadi informasi
internal dan antar Perangkat Daerah dari berbagai proses
bisnis yang didukung oleh GRP.
GRP di pemerintahan mirip dengan Enterprise
Resource Planning (ERP) untuk bisnis. ERP adalah sebuah
software yang berisi modul-modul aplikasi yang
mendukung fungsi-fungsi perusahaan. Modul-modul
aplikasi ERP dapat dibeli terpisah sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan teknis organisasi. Beberapa
modul utama ERP mencakup modul: keuangan dan
akunting, logistik dan persediaan, sumber daya manusia,
penjualan dan marketing, pembelian, produksi, supply
chain management (SCM), dan customer relationship
management (CRM). Beberapa fungsi dan modul yang
didukung GRP di pemerintah daerah di Indonesia saat ini

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 67


mencakup: aplikasi pengumpulan aspirasi masyarakat
untuk perencanaan pembangunan daerah (Musrenbang),
aplikasi manajemen penganggaran daerah (e-Budgeting),
aplikasi perencanaan dan monitoring pembangunan
daerah (e-Planning), aplikasi perencanaan project (e-
Project), lelang online (e-Procurement), e-Delivery, e-
Controlling, aplikasi perhitungan kinerja (e-Performance),
aplikasi komunikasi dan administrasi, aplikasi
inventarisasi, dan aplikasi surat-menyurat (e-Surat).

GRP adalah Alat (Tools)

RPJMD
Urusan Pemerintah Daerah
(Tupoksi Perangkat Daerah) (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah) sudah
termasuk Visi, Misi, Program
Layanan Fungsi-fungsi Unggulan Kepala Daerah,
Publik operasional Indikator Kinerja, dan Program
internal Perangkat Daerah
pemerintahan

GRP

Gambar 1. GRP sebagai tools pendukung


pencapaian tujuan pemerintah daerah

Sekedar membangun dan memiliki aplikasi-aplikasi


GRP seharusnya bukan menjadi tujuan atau prestise bagi
pemerintah daerah. Aplikasi-aplikasi GRP seharusnya
dibangun untuk menjadi alat (tools) membantu
pencapaian tujuan pemerintah daerah dan membantu

68 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


perangkat daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi
administrasi pemerintahan dan layanan publik secara
lebih efisien dan efektif yang disesuaikan dengan tupoksi,
skalabilitas, aktifivitas, dan lingkungan teknis masing-
masing organisasi (Gambar 1).

GRP dan Pengelompokkannya


Pengelompokan aplikasi-aplikasi GRP dapat dilakukan
berdasarkan:
a. Urusan/sektor pemerintah daerah
b. Fungsi Operasi
c. Fungsi Manajemen

Kelompok GRP berdasarkan Sektor/Urusan Pemerintah Daerah Kelompok GRP


berdasarkan
Fungsi
Manajemen

Kelompok GRP berdasarkan Fungsi Operasi

Gambar 2. Pengelompokkan aplikasi-aplikasi GRP

a. Kelompok GRP berdasarkan urusan/sektor


pemerintah daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014,
setiap kota/kabupaten memiliki 24 urusan wajib (6
pelayanan dasar dan 18 non pelayanan dasar) dan 8

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 69


urusan pilihan. Pelayanan dasar mencakup: pendidikan;
kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang;
perumahan rakyat dan kawasan pemukiman;
ketentraman, ketertiban, dan perlindungan masyarakat;
dan sosial. Non pelayanan dasar mencakup: tenaga kerja;
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
pangan; pertanahan; lingkungan hidup; administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil; pemberdayaan
masyarakat dan desa; pengendalian penduduk dan
keluarga berencana; perhubungan; komunikasi dan
informatika; koperasi, usaha kecil dan menengah;
penanaman modal; kepemudaan dan olah raga; statistik;
persandian; kebudayaan; perpustakaan; dan kearsipan.
Terdapat 8 urusan pilihan yang merupakan urusan
yang wajib diselenggarakan oleh daerah sesuai dengan
potensi yang dimiliki daerah, yakni: kelautan dan
perikanan; pariwisata; pertanian; kehutanan; energi dan
sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian; dan
transmigrasi. Pemetaan urusan wajib non-dasar dan
urusan pilihan dilakukan oleh Kementrian atau lembaga
negara non Kementrian bersama dengan Pemerintah
Daerah.
Sehingga total terdapat 32 kelompok aplikasi GRP
berdasarkan urusan pemerintah daerah. Urusan-urusan
daerah tersebut selanjutnya diemban menjadi tupoksi
perangkat-perangkat daerah sehingga aplikasi-aplikasi
GRP yang masuk dalam kategori sektor/urusan
pemerintah daerah ini biasanya berupa aplikasi khusus,

70 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


yakni aplikasi yang dibangun dan dipergunakan oleh satu
dinas atau perangkat daerah saja. Contoh aplikasi-
aplikasi GRP berdasarkan urusan/sektor pemerintah
daerah ditampilan di Tabel 1.
Tabel 1. Contoh aplikasi GRP berdasarkan urusan pemda
No Urusan Contoh Aplikasi GRP
Urusan Wajib –
Pelayanan Dasar
1 Pendidikan Rapor online, Try Out Online, Penerimaan
Siswa Baru Online
2 Kesehatan e-Health, SIM Perizinan Kesehatan terpadu,
Dashboard Monitoring Penyakit, Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit dan
Puskesmas
3 Pekerjaan SIG Jaringan Jalan, SIG Peruntukan Lahan,
umum dan Sistem Pendukung Keputusan Studi
penataan ruang Kelayakan dan AMDAL, SIM Jalan dan
Jembatan
4 Perumahan RTHKP Virtual 360; Sistem Informasi Perijinan
rakyat dan IMB, PSU, ILH, Usaha Konstruksi; Sistem
kawasan Informasi Pengawasan dan Pengendalian
pemukiman Bangunan
5 Ketentraman, Sistem Informasi Siaga Bencana, e-Reklame,
ketertiban, dan SIM Ketertiban, Sistem Informasi Penerbitan
perlindungan Surat Kesbangpol, Sistem Informasi Operasi
masyarakat Yustisi
6 Sosial Sistem Informasi PSKS, Sistem Informasi
PMKS, Sistem Informasi Penyaluran Bantuan
Sosial, Simgakin (sistem informasi keluarga
miskin)
Urusan Wajib – Non
Pelayanan Dasar
1 Tenaga kerja e-Bursa Kerja, e-Training
2 Pemberdayaan e-Psikolog, Puspaga (Pusat Pembelajaran

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 71


perempuan dan Keluarga), e-kekerasan/Simphoni
perlindungan
anak
3 Pangan Dashboard laporan persediaan dan harga
sembako daerah
4 Pertanahan SIG Peruntukan Tanah, Sistem Informasi
Perizinan Pertanahan
5 Lingkungan e-Monitoring Sampah, SIM Pencemaran, e-
hidup Biodiversity, SIM Pengelolaan Limbah, Sistem
Informasi Pertamanan, Sistem Informasi
Laporan Lingkungan Hidup
6 Administrasi e-Lampid, Dashboard Kependudukan
kependudukan
dan pencatatan
sipil
7 Pemberdayaan SIMDES, Sistem Informasi Profil Desa, SI
masyarakat dan Keuangan Desa
desa
8 Pengendalian SIG Persebaran Jumlah Penduduk dan Jumlah
penduduk dan Anak
keluarga
berencana
9 Perhubungan e-Dishub, Intelligent Transportation System
(ITS), e-Parkir
10 Komunikasi dan Sistem Informasi Jaringan, SMS Gateway dan
informatika Sosial Media, Service Desk, Manajemen e-
mail
11 Koperasi, usaha Sistem Informasi Koperasi dan UMKM (e-
kecil dan Simkum)
menengah
12 Penanaman Single Window Investasi Daerah, Sistem
modal Informasi Restribusi Perdagangan, SIG
Potensi Daerah
13 Kepemudaan Sistem Informasi Pemuda dan Olahraga
dan olah raga

72 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


14 Statistik Kota/Kabupaten Dalam Angka
15 Persandian Monitoring jaringan komputer dan
keamanan informasi
16 Kebudayaan Sistem Informasi Kebudayaan Daerah
17 Perpustakaan Sistem Informasi Perpustakaan Dan Katalog
Online (SIPUS), e-TBM (monitoring taman
baca), e-Pustaka
18 Kearsipan e-Surat, e-Arsip
Urusan Pilihan
1 Kelautan dan SIG Produk Laut dan Perikanan, SIM Perizinan
perikanan Usaha Perikanan
2 Pariwisata Sistem Informasi Pariwisata, SIM Sarana
Pariwisata
3 Pertanian SIG produk dan persediaan hasil pertanian,
Sistem Informasi Jaringan Irigrasi
4 Kehutanan SIG Peruntukan Hutan
5 Energi dan Sistem Informasi Perizinan Pertambangan
sumber daya
mineral
6 Perdagangan e-Commerce Produk Daerah, SIM UKM,
Sistem Informasi Harga Bahan Pokok
7 Perindustrian SIG Industri Daerah
8 Transmigrasi. Dashboard persebaran daerah transmigrasi,
SIM kerjasama transmigrasi

b. Kelompok GRP berdasarkan Fungsi Operasi

Pengelompokkan aplikasi-aplikasi GRP berdasarkan


fungsi operasi, mencakup: kelompok aplikasi keuangan,
sumber daya manusia, komunikasi, kesekretariatan, aset,
dan humas. Aplikasi-aplikasi GRP yang masuk dalam

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 73


kategori Fungsi Operasi ini biasanya berupa aplikasi
umum, yakni aplikasi yang dibangun dan dipergunakan
oleh hampir semua dinas atau perangkat daerah. Tabel 2
menampilkan contoh-contoh aplikasi GRP berdasarkan
fungsi operasi.

Tabel 2. Contoh aplikasi GRP berdasarkan Fungsi Operasi


No Fungsi Operasi Contoh Aplikasi GRP
1 Keuangan e-Budgetting, SIPD, e-Pajak Daerah
2 Sumber Daya e-Kinerja, Simpeg, e-SDM, Absensi Elektronik,
Manusia e-Learning
3 Sekretariatan e-Surat, e-SPPD, e-Laporan (LAKIP, LKPJ,
LPPD)
4 Aset e-Simbada, Fasum-Fasos,
5 Humas Media Center

c. Kelompok GRP berdasarkan Fungsi Manajemen

Pengelompokkan aplikasi-aplikasi GRP berdasarkan


fungsi manajemen, yakni: kelompok aplikasi-aplikasi
Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarah, dan
Pengendalian.

Tabel 3. Contoh aplikasi GRP berdasarkan Fungsi Manajemen


No Fungsi Operasi Contoh Aplikasi GRP
1 Perencanaan e-Musrenbang, e-Pokir, e-Planning, SIPD, e-
(Plan) Budgetting, e-Indikator, e-RPJMD, SIPD, e-
RPJMD, e-Harga.
2 Pengorganisasian e-Procurement/SPSE, e-Project, e-
(Organizing) Delivery/e-Kontrak.
3 Pelaksanaan e-Payment, e-SPPD, e-Absensi, e-Kios, e-

74 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


(Actuating) Lampid, Intelligent Transport System (ITS), e-
Revenue, e-Payment, e-Surat, e-Kios, Service
Desk.
4 Pengawasan Executive Dashboard, e-Controlling, e-
(Controlling) Monev, e-Inspeksi,e-Kinerja/e-Performance,
e-Monitoring Pelayanan, LAPOR!

Hubungan dan Alur GRP Utama


Dari sekian banyak dan beragamnya aplikasi-aplikasi
GRP, terdapat beberapa aplikasi utama yang dibutuhkan
setiap pemerintah daerah, baik untuk mendukung fungsi
operasional internal pemda maupun untuk mematuhi
instruksi lembaga pengawas seperti KPK, BPK, dan BPKP.
Aplikasi-aplikasi GRP utama tersebut umumnya
menyangkut fungsi perencanaan kegiatan dan keuangan
(Gambar 3).

e-Musrenbang e-Harga

e e
e-Pokir
e
e-RPJMD
e-PLANNING e-BUDGETING e-Project
Planning
e-Procurement

e e-Kontrak
Simpeg
e e-KINERJA e-MONEV e-Controlling e-DELIVERY
e-Absensi
e
e-Payment
e
Gambar 3. GRP utama pemda dan hubungannya

Pemerintah daerah, dalam hal ini Bappeda/Bappeko


akan mengoordinir Perangkat Daerah (Dinas) menyusun
program-program kerja (termasuk di dalamnya informasi
kegiatan, detail rencana capaian, luaran, kebutuhan
anggaran, dan justifikasinya, yakni W5H: What –

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 75


penjelasan detail kegiatan, Who – Siapa yang
melaksanakan, Why – alasan pentingnya kegiatan, When
– informasi kapan waktu pelaksanaan, Where – informasi
lokasi pelaksanaan, How – informasi metode
pelaksanaannya) ke dalam aplikasi e-Planning. Data-data
e-Planning ini diperoleh dari masukan masyarakat
melalui aplikasi e-Musrenbang, masukan dari DPRD
melalui aplikasi e-Pokir, dan mengacu pada indikator-
indikator kinerja RPJMD yang harus dicapai yang ada di
aplikasi e-RPJMD. Standar harga diambilkan dari aplikasi
e-Harga. Selanjutnya untuk menyusun APBD, Bappeda
membutuhkan aplikasi e-Budgeting dengan mengambil
output dari e-Planning di mana standar harga juga
berdasarkan aplikasi e-Harga. APBD yang telah disetujui
selanjutnya didetailkan menjadi paket-paket pekerjaan
beserta jenis-jenis pengadaannya dengan menggunakan
aplikasi e-Project Planning. Guna memperoleh rekanan
pelaksana, paket-paket pekerjaan ditawarkan melalui
aplikasi e-Procurement yang sudah menjadi aplikasi
standar nasional dari LKPP. Pemenang lelang atau
rekanan selanjutnya membuat kontrak pekerjaan dengan
menggunakan aplikasi e-Kontrak. Proses realisasi
kontrak selanjutnya dicatat dalam aplikasi e-Delivery
dan pembayaran kontrak dilakukan melalui aplikasi e-
Payment. Selanjutnya pengawasan dapat dilakukan
pimpinan daerah, DPRD, tim anggaran, dan kepala
perangkat daerah dengan membandingkan data
perencanaan proyek di e-Proyek Planning terhadap data
realisasi proyek di e-Delivery melalui aplikasi e-

76 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Controlling. Lebih jauh, target indikator-indikator kinerja
RPJMD dan Rencana Strategis masing-masing Dinas akan
dapat dimonitor perkembangan dan pencapaiannya oleh
Pimpinan Daerah dan DPRD melalui aplikasi e-Monev.
Aplikasi e-Planning dan e-Budgeting adalah 2 aplikasi
yang diwajibkan oleh KPK bagi seluruh pemerintah
daerah di Indonesia untuk mencegah tindak korupsi di
pemerintah daerah.
Selain aplikasi GRP untuk perencanaan kegiatan dan
keuangan, aplikasi manajemen SDM sangatlah penting
untuk memotivasi seluruh pegawai pemda memenuhi
unjuk kerja terbaik. Aplikasi-aplikasi manajemen SDM
pemda ini adalah e-Kinerja yang akan disupply data-
datanya dari aplikasi Simpeg dan e-Absensi, serta
beberapa data indikator kinerja setiap individu dari
aplikasi e-Planning, e-Controlling, dan e-Monev. E-
kinerja telah terbukti mampu meningkatkan motivasi
kerja staf pemerintah daerah sekaligus mengurangi
praktek korupsi di lingkungan pemerintah daerah.
Dalam kasus sebuah pemerintah daerah telah
mengimplementasikan satu atau beberapa aplikasi GRP
buatan pemerintah pusat (seperti SIPD, Simda, SIPKD,
Tepra, atau Sirup) dan sudah berjalan dengan baik
namun mengalami kendala pengembangan ke aplikasi
GRP lainnya atau kendala integrasi data biasanya tidak
perlu diganti, hanya perlu tambahan program-program
antara untuk pengintegrasian datanya (misalnya integrasi
SIPD dengan ebudgeting, ebudgeting dengan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 77


Simda/SIPKD, Simpda dengan Tepra atau Sirup, dan
sebagainya). Integrasi data juga memungkinkan untuk
membuat sebuah ringkasan analisis data yang digunakan
untuk aplikasi dashboard eksekutif pimpinan daerah.

Contoh Sistem GRP di Negara Lain


Salah satu negara yang telah menerapkan Government
Resources Planning (GRP) adalah Dubai (Gambar 4).
Dubai telah menyediakan layanan GRP mencakup modul-
modul Manajemen Keuangan, Manajemen Rantai Pasok,
Manajemen SDM, Manajemen Penggajian, Manajemen
Aset, dan e-learning. Sejalan dengan manfaat penerapan
GRP di Indonesia, manfaat GRP di Dubai juga
meningkatkan efisiensi, khususnya biaya, karena seluruh
organisasi pemerintah menggunakan satu platform yang
sama.

Gambar 3: Portal layanan GRP Dubai


(http://grpportal.dubai.gov.ae/)

78 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Manfaat GRP
Beberapa manfaat yang telah dirasakan pemerintah
daerah yang telah mengimplementasikan GRP
diantaranya:
a. Efisiensi, karena standarisasi biaya dan harga
pengadaan yang telah dikelola dengan baik.
b. Efektif, karena adanya benang merah yang jelas dari
perencanaan ke kegiatan dan sistem pengendalian
dari kontrak, administrasi keuangan hingga
pelaksanaan kegiatan.
c. Transparan dan akuntabel, di mana semua
perencanaan, kegiatan, dan transaksi dapat
dipertanggungjawabkan, termasuk setiap perubahan
dapat ditelusuri apa saja, siapa yang merubah, kapan,
dan alasan perubahan.
d. Peningkatan motivasi kerja, khususnya dengan sistem
remunerasi yang didukung oleh modul e-
Performance.
e. Penurunan dan pencegahan korupsi, melalui modul
penganggaran dan sistem kendali yang ketat,
transparan, dan akuntabel.
Pemerintah daerah yang ingin menuju Smart City
sebaiknya mengawali dengan membangun dan
mengimplementasikan aplikasi-aplikasi GRP yang
terintegrasi dengan baik karena sistem GRP ibarat
sistem peredaran darah bagi pemerintahan daerah.
Sistem GRP menjamin “pasokan darah” sehat, baik bagi
perencanaan program kerja, penganggaran, pengawasan,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 79


maupun motivasi seluruh pegawai dan pejabat
pemerintah daerah.

Peluang dan Tantangan GRP


Dari identifikasi GRP yang ada di Indonesia mayoritas
masih berfokus pada aplikasi-aplikasi pendukung fungsi-
fungsi operasional internal pemerintah daerah, seperti:
perencanaan program, penganggaran, keuangan, SDM,
surat-menyurat, dan evaluasi kinerja. Dengan kejelasan
pembagian urusan pemerintah daerah, yang dikuatkan
dengan Undang-Undang, yakni mencakup 24 urusan
wajib dan 8 urusan pilihan, maka terdapat layanan-
layanan publik sesuai tupoksi masing-masing Perangkat
Daerah yang relatif sama di semua Pemerintah Daerah.
Sebagai contoh, layanan kependudukan (pengurusan
akte lahir, kematian, perkawinan, perceraian, surat pindah
datang, dan pindah keluar), layanan perijinan, layanan
kesehatan, dan lain-lain. Standar Operasional Prosedur
dari masing-masing layanan publik umumnya memiliki
kesamaan meski untuk pemerintah daerah yang berbeda,
sehingga berpotensi untuk dikembangkan modul-modul
aplikasi GRP untuk layanan publik yang bersifat generik.
Selain pengembangan GRP layanan publik, peluang
lain adalah pengembangan aplikasi CMS (Content
Management System) GRP. Dengan kemungkinan variasi
proses bisnis di tiap-tiap pemda yang berbeda akan lebih
mudah fleksibel dan mudah dipergunakan apabila
aplikasi-aplikasi GRP dikembangkan menjadi aplikasi

80 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


CMS yakni aplikasi yang memungkinkan admin sistem
mengatur feature, tampilan, content, dan variabel-
variabel perhitungan dalam GRP tersebut. Saat ini Penulis
dan tim Lab-Based Education (LBE) e-Government and IT
Governance Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
sedang dalam tahapan pengembangan aplikasi-aplikasi
GRP layanan-layanan publik pemerintah daerah dan CMS
aplikasi GRP utama pemerintah daerah.
Beberapa tantangan dalam inisiasi dan implementasi
GRP di sebuah pemda, umumnya adalah manajemen
perubahan (change management) dari sistem dan
kebiasaan manual menjadi sistem digital; ketersediaan
data-data digital; integrasi data antara sistem lama,
sistem dari pemerintah pusat, dan GRP; penyesuaian
proses bisnis sistem lama dengan sistem GRP;
dukungan dan komitmen pemimpin daerah dan kepala
dinas; dan belum adanya kesadaran audit berkala
terhadap GRP yang ada.

Daftar Pustaka
Al-Raisi, A. N. and A. M. Al-Khouri. (2010). “Public Value and ROI in the
Government Sector”. Adavencesin Management 3: 1-5.
BPKP. (2016). “Pengenalan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA)” Retrieved 7 June 2016, 2016, from
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp.
Furuholt, B. and F. Wahid (2008). E-Government Challenges and the
Role of Political Leadership in Indonesia: the Case of Sragen. The
Hawaii International Conference on System Sciences Hawai.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 81


Grembergen, W. V. and S. D. Haes (2005). “Measuring and Improving
IT Governance Through the Balanced Scorecard” Information
Systems Control Journal 2.
Ministry of Communications and Information Technology, K. o. S. A.
(2016). “Government Modular Systems Specifications.” E-
Government Program Retrieved 7 June 2016, 2016, from
http://www.yesser.gov.sa/en/BuildingBlocks/Pages/government_re
sources_planning_initiative.aspx.
Nations, U. (2002). Benchmarking e-Government: A global perspective
New York, American Society for Public Administration.
Winkler and J. Till (2013). IT Governance Mechanisms and
Administration/IT Alignment in the Public Sector: A Conceptual
Model and Case Validation Wirtschaftsinformatik Proceedings
2013.
Kemenkeu (2017) Pembangunan dan Penerapan Aplikasi e-Planning
Kota Surabaya from: http://www.djpk.depkeu.go.id/wp-
content/uploads/2017/05/E-Planning-GRMS-Paparan-Bimtek-
Kemenkeu-edit.pdf
Indrajit, R. E (2013). “Empat Tipe Relasi E-Government.” E-Artikel
Sistem Dan Teknologi Informasi.
Indrajit, R. E (2006). “Electronic Government: Konsep Pelayanan Publik
Berbasis Internet dan Teknologi Informasi” E-Artikel Sistem Dan
Teknologi Informasi.
Prihanto, I. G (2013). “Studi Komparasi Pengembangan e‐Government
Negara‐Negara Anggota Perserikatan Bangsa Bangsa untuk
Mendukung Pengembangan e‐Government di Indonesia” Pusat
Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional.

Penulis
Tony Dwi Susanto, S.T., M.T., Ph.D., ITIL, COBIT, TOGAF adalah
dosen jurusan Sistem Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS); Kepala Peneliti Lab-Based Education (LBE) e-Government and IT
Governance ITS; Chapter President dari Association for Information

82 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Systems-Indonesia (AISINDO); dan
konsultan e-Government dan Smart City
untuk pemerintah kota Surabaya, Madiun,
Kediri, Bojonegoro, Trenggalek, dan
Banggai Laut. Selama menyelesaikan studi
S3 nya di Australia sempat
mengembangkan dan menjalankan layanan
SMS e-government untuk Northern
Territory Government (2011) dan komunitas
di South Australia (2010 – 2011).
Pendidikan S3 di bidang e-Government dan Adopsi Teknologi
diperoleh dari the Flinders University of South Australia melalui
Beasiswa Australia Leadership Award (ALA), disamping 7 beasiswa lain
yang telah diperolehnya dan mengantarkannya tinggal dan
mengunjungi 14 negara. Saat ini Tony juga bekerja sebagai reviewer,
interviewer, dan konsultan Beasiswa (LPDP, DIKTI, AIYEP), serta pendiri
komunitas Motivasi Beasiswa. Speasialisasi keahliannya di bidang Tata
Kelola dan Manajemen e-Government dengan telah memegang
beberapa sertifikasi profesi konsultan internasional di bidang tata
kelola dan manajemen Teknologi Informasi, diantaranya: ITIL, COBIT,
dan TOGAF.
Penulis dapat dihubungi melalui email
tonydwisusanto@is.its.ac.id atau melalui Facebook Twitter,
Facebook, maupun Instagram di “tonydwisusanto”.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 83


SURABAYA SINGLE WINDOW:
SOLUSI CERDAS ATAU MUNCULNYA
MASALAH BARU DALAM BIROKRASI
PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN?

Ardy Maulidy Navastara, S.T., M.T.


Imroatul Azizah, S.T.

Penghargaan Kota Cerdas pada tahun 2017 serta


berbagai perhargaan tematik yang berkaitan dengan
pengelolaan perkotaan dan penerapan e-government
sudah menjadi langganan bagi Kota Surabaya. Namun
dengan diraihnya sederet prestasi tersebut kemudian
tidak secara otomatis pengelolaan Kota Surabaya dapat
terlaksana tanpa kendala apapun. Seperti dalam
penerapan Surabaya Single Window yang menjadi
platform layanan terpadu dan terpusat berbagai
pelayanan perizinan yang dimiliki pemerintah kota
Surabaya yang berbasis sistem online terintegrasi (lihat
https://ssw.surabaya.go.id). Terobosan inovatif ini tidak
hanya sebagai bentuk penerapan e-government namun
juga dapat memangkas proses birokrasi yang terkenal
berbelit-belit terutama dalam proses perizinan. Selain itu
melalui sistem tersebut dapat mengurangi tindakan-
tindakan kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggungjawab.
Pelaksanaan Surabaya Single Window ini sudah
dilaksanakan sejak tahun 2013 berdasarkan Peraturan

84 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Walikota Surabaya No. 28 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Secara Elektronik
di Kota Surabaya. Salah satu bentuk perizinan yang
dijalankan pada Surabaya Single Window adalah Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). IMB merupakan salah satu
bentuk perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah
kepada pemilik bangunan untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan atau merawat
bangunan sesuai dengan syarat administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku. Dengan adanya IMB
dapat menjadikan tatanan kota menjadi lebih teratur dan
sebagai bentuk kepastian hukum bagi masyarakat. Oleh
karena itu pelaksanaan IMB memiliki pengaruh penting
dalam pengelolaan tata ruang kota.
Dimulainya Surabaya Single Window mendorong
peningkatan penerimaan berkas perizinan sebanyak
83.421 berkas pada 2013, serta mengalami peningkatan
terus hingga tahun 2015 yang mencapai 87.395 berkas.
Meskipun terjadi peningkatan partisipasi warga dalam
mengurus perizinan IMB pada setiap tahunnya, akan
tetapi sampai saat ini masih saja ada masyarakat yang
belum mempunyai IMB. Padahal berbagai cara telah
dilakukan Pemerintah Kota Surabaya guna menarik minat
masyarakat untuk mengurus IMB, yakni seperti
mempersingkat waktu pengurusan IMB, memberikan
bantuan teknis gambar bidang rumah khusus untuk
rumah tinggal, dan tidak adanya denda.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 85


Dukungan terhadap Surabaya Single Window
sebagai sebuah sistem terintegrasi terbangun dari
kolaborasi antar Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan
beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait
yang terhubung melalui Information System
Management yang dikoordinasi oleh Dinas Komunikasi
dan Informatika. Sebagai sebuah sistem seharusnya
sekumpulan OPD yang memiliki tugas pokok dan fungsi
tersebut dapat saling berinteraksi dan saling bergantung
serta memiliki satu kesatuan yang utuh dan saling
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah
kunci keberhasilan birokratisasi yang diharapkan oleh
publik. Serta kemudian mereka juga mampu
membebaskan diri dari ego sektoral. Sehingga Surabaya
Single Window sebagai platform terintegrasi ini tidak
berjalan sia-sia.
Pada prinsipnya Surabaya Single Window sebagai
suatu sistem memiliki komponen input, proses, dan
output. Sebagai gambaran bahwa kegiatan input
persyaratan dapat dilakukan secara online ataupun
dilakukan secara manual di Unit Pelayanan Terpadu Satu
Atap (UPTSA) Kota Surabaya kemudian proses penilaian
dilakukan oleh masing-masing dinas terkait perizinan
yang dilakukan, sedangkan pengambilan berkas
perizinan dapat dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu
Satu Atap (UPTSA) Kota Surabaya (Sapoetro, 2017).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
ternyata pelaksanaan pelayanan IMB melalui Surabaya

86 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Single Window dengan akses pelayanan online Surabaya
Single Window melalui Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap
(UPTSA) Kota Surabaya, yakni UPTSA Pusat dan UPTSA
Timur diketahui bahwa pelaksanaannya dapat
dikategorikan menjadi tiga tahapan yakni input, proses
dan output. Hal ini didasarkan pada definisi masing
masing tahapan, lokasi pelaksanaannya, dan
penanggungjawab kegiatannya. Tabel 1 menampikan
kegiatan per-masing-masing tahapan.

Manfaat Surabaya Single Window


Dari tahapan yang telah dikategorikan tersebut
pemohon IMB melalui 30 purposive sampel responden
menyatakan bahwa sebenarnya secara keseluruhan
pelaksanaan perizinan IMB di Kota Surabaya sudah
memuaskan. Di mana pemohon merasakan beberapa
manfaat ketika mengajukan IMB di Kota Surabaya
sebagai berikut.

1. Proses Cepat dan Berada di Satu Tempat


Berdasarkan keterangan dari 28 dari 30 responden
menjawab bahwa dalam melakukan pelayanan IMB di
Kota Surabaya responden menganggap prosesnya cepat,
tidak berbelit belit karena terorganisir dengan baik, hal
ini ditunjukan pemohon IMB dengan lokasi perizinan
yang berada di satu tempat, yakni UPTSA Kota Surabaya.
Meskipun pada tahap proses dilakukan oleh masing
masing dinas terkait, akan tetapi pemohon tidak perlu

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 87


mendatangi dinas dinas tersebut. Masyarakat hanya
perlu mendatangi kantor UPTSA untuk menyerahkan
persyaratan kemudian menunggu pemberitahuan
selanjutnya melalui SMS. Kesan inilah yang dirasakan
para responden. Keberadaaan lokasi pelayanan yang
hanya dilakukan di satu tempat ini dapat mengurangi
tingkat mobilitas masyarakat. pemohon tidak perlu
mengunjungi dinas pemroses IMB, karena pada UPTSA
telah disediakan layanan konsultasi teknis. Meski
demikian, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang juga
membuka layanan konsultasi.
2. Adanya Notifikasi Pemberitahuan
Berdasarkan keterangan dari 26 dari 30
responden menyatakan bahwa dalam melakukan
pelayanan IMB responden pemohon IMB mendapatkan
notifikasi dari petugas, baik ketika proses berupa
kekurangan berkas atau kesalahan berkas ataupun ketika
SK IMB sudah jadi dan pemberitahuan pembayaran
retribusi baik melalui sms, email ataupun aplikasi
whatsapp, bahkan terdapat salah satu responden yang
SKRK nya dikirimkan ke rumah.

88 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Tabel 1. Kegiatan pelayanan IMB melalui SSW

3. Petugas ramah
Berdasarkan keterangan dari 16 dari 30
responden menjawab bahwa pelayanan petugas UPTSA
ramah, dalam menyambut dan menjelaskan pelaksanaan
IMB kepada pemohon. Pelayanan tersebut meninggalkan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 89


kesan tersendiri kepada responden ketika melakukan
pelayanan IMB di UPTSA.
4. Petugas Cepat Tanggap dalam membantu
Pemohon
Berdasarkan keterangan dari 5 dari 30 responden
menjawab bahwa pemohon merasa terbantu dengan
kesigapan petugas dalam membantu permasalahan
yang dirasakan pemohon. Kesigapan petugas yang
dirasakan responden antara lain petugas yang
membantu dalam proses penguploadan, memberi tahu
penggunaan aplikasi, petugas yang adil kepada siapapun
masyarakat yang mengajukan IMB. Nyatanya petugas
UPTSA seringkali juga memberikan kemudahan kepada
masyarakat yakni masyarakat hanya perlu membawa
berkas persyaratan untuk diberikan kepada petugas,
kemudian proses pengunggahan akan dibantu
sepenuhnya oleh petugas.
5. Transparan
Berdasarkan keterangan dari 6 dari 30 responden
menyatakan bahwa kesan yang ditinggalkan ketika
melakukan pelayanan IMB di Kota Surabaya sekarang
lebih transparan. Masyarakat dapat memantau sejauh
mana proses pelasanaan pelayanan IMB sedang berjalan,
apakah proses tersebut masih dalam proses penilaian
atau proses sedang berhenti dikarenakan terdapat
kesalahan atau kekurangan pada persyaratan yang

90 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


diajukan, atau mungkin pemohon sudah diwajibkan
meminta membayar retribusi.
6. Fasilitas yang Memadahi
Dari kuisioner pertanyaan terbuka yang diberikan 3
dari 30 responden menyatakan bahwa dalam pelayanan
IMB fasilitas yang disediakan sudah cukup memadahi
dan perlu ditingkatkan. Fasilitas yang dirasa memadahi
dan mendukung adalah seperti komputer, scanner, ruang
tunggu yang nyaman (ber-AC, bahkan disediakan minum
dan permen), tempat parkir, dan nomor antrian. Fasilitas
yang telah disediakan dan dapat berpotensi
meningkatkan kenyamanan masyarakat dalam
melakukan pelayanan IMB adalah tempat parkir yang
saat ini dirasa masih berdebu dan kecepatan WIFI yang
terkadang sering melambat.

Kekurangan Surabaya Single Window


Walaupun layanan yang dirasakan responden
cukup baik namun masih ditemukan beberapa keluhan
pada masing masing tahapannya antara lain:

A. Tahap Input
1. Tidak ada mitra Gambar Desain
Dari kuisioner pertanyaan terbuka yang diberikan 8
dari 30 responden menjawab bahwa pemohon sering
terkendala dalam pembuatan gambar, dimana pemohon
tidak memiliki kerabat/relasi yang mampu dalam

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 91


pembuatan gambar denah yang dipersyaratkan,
sehingga pemohon kesulitan dalam melaksanakan proses
pembuatan IMB.
Setelah dilakukan klarifikasi pada dinas terkait
diketahui bahwa pelaksanaan konsultasi gambar design
dapat dilakukan pada loket konsultasi teknis. Petugas
akan membantu dalam membuatkan gambar design
khusus pemohon dengan kriteria rumah tinggal
sederhana 2 lantai dan luas kurang dari 500 m2. Selain
rumah tinggal sederhana contoh perdagangan dan jasa
salah satu syaratnya membutuhkan UKL dan UPL yang
membutuhkan gambar arsitektur, sehingga proses
pembuatannya dapat dibantu oleh pihak ketiga
(konsultan) ataupun membuat sendiri. Pemerintah Kota
Surabaya tidak melakukan kerjasama terkait jasa
pembuatan gambar desain untuk mengurangi
kecurangan sehingga kesempatan terbuka lebar bagi
semua konsultan yang ada.
2. Sistem Error
Dari kuisioner pertanyaan terbuka yang diberikan 3
dari 30 responden menjawab bahwa sering terjadi
kendala eror pada sistem Surabaya Single Window
seperti website tidak bisa diakses/server down, salah
tidak bisa upload, gagal upload dokumen dan dokumen
yang diupload tidak muncul. Hal ini dapat mengganggu
pelaksanaan pelayanan IMB.

92 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Klarifikasi dari UPTSA menyatakan bahwa Pemerintah
akan selalu melakukan perbaikan pada sistem, dengan
melihat dalam jangka waktu 1 tahun apakah sistem
Surabaya Single Window memberikan presentase
pelayanan yang lebih besar. Dikatakan berhasil apabila
pelayanan lebih dari 70% dari jumlah pelayanan itu
sendiri .
3. Tidak adanya Petugas yang standby di dekat Meja
Komputer dan Scanner
Dari kuisioner pertanyaan terbuka yang diberikan 3
dari 30 responden menjawab bahwa tidak adanya
petugas yang berjaga di dekat komputer dan scanner,
sehingga ketika pemohon bingung dalam
mengoperasikan baik sistem Surabaya Single Window,
mengupload ataupun melakukan scan maka pemohon
harus mencari petugas terdekat terlebih dahulu.
Klarifikasi dari UPTSA menyatakan bahwa Adanya
Komputer dan Scanner tersebut dimaksud kan sebagai
loket mandiri, dimana masyarakat secara mandiri dapat
melakukan proses input persyaratan secara mandiri
(sendiri) dengan fasilitas yang disediakan berserta
instruksi (lembar tahapan pelaksanaan) yang telah
diberikan pada masing masing komputer dan scanner
yang ada. Diharapkan masyarakat lebih memahami dan
menyebarkan pemahaman mereka pada pemohon yang
lain.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 93


4. Waktu Pelayanan Kurang Lama
Dari kuisioner pertanyaan terbuka yang diberikan 1
dari 30 responden mengeluhkan bahwa waktu pelayanan
hanya sampai jam 3 dirasa kurang lama.
Klarifikasi dari UPTSA menyatakan bahwa pelayanan
dirasa sudah cukup hal ini dikarenakan Waktu pelayanan
hari senin sampai jumat pukul 7.30 WIB - 15.00 WIB. Hari
sabtu pukul 9.00 WIB – 14.00. Setiap bulan pada minggu
3 terdapat layanan pukul 09.00WIB sampai jam 12.00WIB.
Pelayanan ditutup pukul 15.00 WIB dimaksudkan bahwa
pengambilan antrian hanya samapai pada waktu
tersebut. Apabila setelah jam tersebut masih ada sisa
pemohon maka akan terus dilakukan pelayanan hingga
pemohon dengan No. antrian sebelum pukul 15.00
selesai.

B. Tahap Proses
Notifikasi Berulang
Berdasarkan keterangan dari 6 dari 30 responden
menyatakan bahwa seringkali terjadi pengulangan
notifikasi kekurangan data ataupun data yang salah
sehingga sering bolak balik, dan feedback yang lama.

Klarifikasi dari dari UPTSA adalah UPTSA memiliki standar


administrasi dimana apabila pemohon dirasa sudah
memenuhi checklist persyaratan maka UPTSA wajib

94 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


meloloskan dokumen tersebut kepada Dinas yang
melakukan proses (dalam hal IMB adalah DCKTR).
Kemungkinan kekurangan berkas dapat dikarenakan isi
dari klausul teknis yang terdapat pada persyaratan yang
dimaksud memiliki keterkaitan dengan dokumen yang
diminta.
Selain itu proses penilaian persyaratan IMB ternyata
memiliki tingkatan penilaian yakni, setelah berkas
persyaratan dari UPTSA diterima oleh Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang melalui sistem kemudian dilakukan
pengecekan oleh staf, dilanjutkan dengan survei oleh
surveyor dan di cek oleh kepala seksi (eselon 3).
Kemudian quality control oleh eselon 4 kemudian
ditandatangani oleh Kepala Dinas.

C. Tahap Output
1. Waktu dan Lokasi Pembayaran Retribusi
Responden mengeluhkan bahwa pembayaran retribusi
terlalu cepat dan pembayaran hanya ditujukan kepada
satu bank saja.
Setelah dilakukan klarifikasi diketahui bahwa
pembayaran retribusi IMB dilakukan satu kali selama
tidak ada perubahan pada bangunan. Pembayaran
dilakukan maksimal 7 hari setelah pemohon menerima
pemberitahuan mengenai pembayaran retribusi. Apabila
dilakukan lebih dari 7 hari maka pemohon diwajibkan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 95


mengulang proses IMB dari awal. Proses ulang ini tidak
akan memerlukan waktu yang lama apabila dilakukan
dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun dan tidak ada
perubahan. Adanya perubahan dikarenakan indeks yang
diatur oleh perwali. Pemerintah saat ini sedang proses
melakukan kerjasama dengan bank pemerintah seperti
BNI, BRI dan Mandiri. Sehingga diharapkan di masa
mendatang pemohon dapat membayar lewat berbagai
bank. UPD sedang mengusahakan membuat akun
rekening bank-bank tersebut supaya ikut dalam
memudahkan pembayaran. Setelah melakukan
pembayaran, petugas langsung melakukan cetak SK IMB,
pemohon dapat menunggu sekitar setengah jam untuk
proses cetak SK IMB.
Berdasarkan keluhan pemohon dan konfirmasi yang
telah dilakukan dengan Dinas terkait, diketahui bahwa
petugas mengakui masih terjadinya sistem error dalam
pelaksanaannya. Hal ini kemungkinan dikarenakan
banyaknya perizinan yang dilakukan melalui sistem
Surabaya Single Window. Meski demikian, Pemerintah
selalu melakukan perbaikan pada sistem didasarkan pada
jangka 1 tahun pelayanan tersebut. Selain itu, ternyata
beberapa permasalahan yang dirasakan pemohon
bukanlah merupakan bentuk permasalahan yang
sesungguhnya, akan tetapi permasalahan tersebut
merupakan bentuk dari kurangnya informasi yang
diterima pemohon, sehinggah terjadilah
kesalahpahaman berupa keluhan tersebut.

96 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


Sebagai akhir tulisan ini, bahwa Surabaya Single
Window terbukti dapat menjadi solusi yang cerdas dalam
pelayanan perizinan bagi masyarakat Kota Surabaya,
walaupun secara sistem masih perlu terus ditingkatkan
dan diperbaiki. Baik dari sisi sarana prasarana juga pada
sisi sumber daya manusia yang bertugas untuk
mendukung jalannya sistem tersebut. Sehingga,
rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan
pelayanan IMB di Kota Surabaya adalah:

Rekomendasi Peningkatan Surabaya Single Window


A. Tahap Input
1. Meningkatkan sistem online guna mencegah
terjadinya eror salah satunya adalah dengan cara
pengecekan rutin (maintenance).
2. Sosialisasi rutin yang partisipatif untuk masyarakat
sehingga masyarakat tidak kebingungan dalam
melakukan pelayanan IMB melalui sistem Surabaya
Single Window.
3. Memindahkan Pelayanan konsultasi teknis yang
terdapat pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
dengan sepenuhnya dilakukan pada UPTSA sehingga
pelayanan benar benar dilakukan secara satu atap.
4. Meningkatkan teknologi yang dapat menunjukkan
kebasakan/keaslian dokumen, sehingga untuk
masyarakat yang memiliki Surat Ijin Pemanfaatan
Tanah di Kota Surabaya juga dapat melakukan secara
online keseluruhan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 97


B. Tahap Proses
Menjelaskan detail klausul terkait persyaratan IMB
sehingga masyarakat dapat menyiapkan
persyaratannya dengan benar.
C. Tahap Output
1. Menjalin kerjasama dengan bank bank pemerintah
maupun swasta guna pembayaran retribusi.
2. Meningkatkan teknologi percetakan SK sehingga
pemohon tidak perlu menunggu waktu lama setelah
melakukan pembayaran.

Daftar Pustaka
Perdana, D., 2016. Pemkot Surabaya Sederhanakan Pengurusan IMB
Rumah Tinggal. [Online] Available at:
http://m.suarasurabaya.net/app/kelanakota/detail/2016/17 6915-
Pemkot-Surabaya-Sederhanakan-Pengurusan-IMB- Rumah-
Tinggal [Accessed 15 Desember 2017].
Sabila, N. R., 2014. Proses Pengambilan Keputusan untuk mengatasi
masalah pelayanan perizinan di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kota Surabaya. Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 -
341X, p. Volume 2 No 1.
Sapoetro, E. A. S., 2017. Surabaya Single Window. Surabaya : Dinas
Penanaman Modal & PTSP.
Scholl, Hans J., Scholl, Margit C., 2014. Smart Governance: A roadmap
for Research and Practice. In iConference 2014 Proceedings
(p.163-167) Doi:10.99776/14060.
Sedarmayanti, 2004. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik).
Cetakan Kedua ed. Bandung: Mamdar Maju.
Sedarmayanti, 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi dan
Kepemimpinan Masa Depan. bandung: PT Refika Aditama.

98 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia


UPTSA, 2017. Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Pemerintah Kota
Surabaya. [Online] Available at: http://uptsa.surabaya.go.id/
Widyaningsih, D., 2013. Tesis: Kota Surabaya Menuju Smart City,
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada (Tidak dipublikasi)
Zahroh, F., 2017. Di Surabaya, Pengurusan IMB Cuma Butuh 4 Jam.
[Online] Available at: http://surabaya.tribunnews.com/2017/06/01/
di-surabaya-pengurusan-imb-cuma-butuh-4-jam [Accessed 15
Desember 2017].

Penulis
Ardy Maulidy Navastara, S.T., M.T. is a
lecturer at Department of Urban and Regional
Planning as well as a member and researacher
at Laboratory Urban Development and Design
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. He
studied Architecture at Institut Teknologi
Sepuluh Nopember and Urban & Regional
Planning at Institut Teknologi Bandung.
Passionate about architecture design, he
produced many designs about buildings and
urban open spaces, he also has involved in urban planning projects.
Now, he is a member in a professional or expert associations; it is
Indonesian Institute of Architect, Indonesian Institute of Built
Environment Researcher and Indonesian Expert of Coastal
Management Association. He has interest on several research issues
such as land development and management, land market, urban
design especially urban open space and also he intensively has been
investigating about human-environment interaction. However, he also
interested about planning methods and theories as well as local and
global issues.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 99


100 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dimensi II
SMART BRANDING
(Appearance, Business, Tourism)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 101


PENTINGNYA CITY BRANDING UNTUK
BERSAING SECARA GLOBAL

R. Eka Rizkiantono, S.Sn., M.Ds.

City Branding Strategi Membangun Image Kota


Pemerintah Pusat melalui UU otonomi daerah
memberikan kebebasan yang lebih luas kepada
pemerintah daerah untuk mengelola roda pembangunan
di daerah masing-masing. Setiap Pemerintah daerah
sekarang ini dituntut untuk mengoptimalkan segala
potensi yang dimilikinya. Berbagai aspek harus digali
agar pembangunan di daerah mampu mensejahterakan
warganya. Suka atau tidak suka, otonomi daerah
mendorong perlombaan antar daerah untuk berjuang
menarik minat para investor ataupun penanam modal
agar datang dan terlibat untuk menggerakan roda
perekonomian setempat. Berbagai kota besar di dunia
bahkan saling berkompetisi untuk menarik perhatian
para investor, turis, pendatang dengan skill tinggi dan
lain sebagainya. City branding menjadi salah satu strategi
yang dilakukan oleh pemerintahan lokal dari berbagai
Negara untuk memenangkan persaingan. City branding
sebenarnya adalah bentuk adaptasi dari kegiatan
branding yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk
memasarkan produk, jasa ataupun organisasinya.
Dimensi kompleksitasnya sebuah perusahaan untuk
memasarkan produknya memiliki kesamaan dengan
bagaimana kota harus mampu memasarkan dirinya agar

102 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
menarik minat banyak kalangan. City branding ini
dilakukan oleh kota-kota besar seperti; London, Paris,
Madrid, New York. Bahkan kota-kota kecil pun tidak mau
ketinggalan. Keberhasilan kota-kota tersebut dapat kita
lihat dari gambar di bawah.
Gambar 1. Lima kota paling top
(Anholt Gfk, 2015)

Di era otonomi daerah ini, Kota Surabaya bukan hanya


bersaing dengan kota-kota besar yang ada di Indonesia,
tetapi juga dengan kota-kota lainnya dari berbagai
negara. Kabupaten Banyuwangi dapat menjadi contoh
keberhasilan program City branding. Kini Banyuwangi
menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi
wisatawan manca Negara maupun lokal.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 103


Apa itu Brand dan Branding?
Brand oleh sebagian banyak orang diartikan sebagai
nama dari produk, logo, bahkan sebuah identitas. Brand
sebenarnya bukan itu. Menurut Numeier (2006:2) brand
adalah persepsi positif dibenak seseorang terhadap
sebuah produk, jasa atau perusahaan. hal ini selaras
seperti yang dijelaskan oleh landor bahwa produk
diciptakan di pabrik tetapi brand ditetapkan di benak
konsumen. Definisi brand dapat diilustrasikan seperti ini,
tersebutlah seorang pemuda bernama Cecep, setiap hari
pekerjaannya adalah mabuk-mabukan. Orang-orang di
kampung selalu melihat Cecep dalam keadaan mabuk.
Maka ketika disebutkan nama Cecep, yang akan muncul
di benak warga desa adalah sifat pemabuk. Brand Cecep
adalah pemabuk. Hal ini terjadi karena Cecep secara
konsisten menunjukan hobinya menenggak minuman
keras. Proses yang dilakukan Cecep ini sebenarnya
adalah kegiatan branding.
Branding menurut Wheeler (2009:6) adalah disiplin
proses untuk menumbuhkan kesadaran dan membangun
kesetiaan seseorang terhadap sebuah brand. Branding
sejatinya adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengekspresikan suatu brand agar masyarakat luas lebih
tertarik untuk menggunakan brand tersebut disbanding
dengan brand yang lain. Membangun reputasi sama
dengan membangun brand. Seperti ilustrasi tentang
pemuda yang bernama Cecep tadi, ketika dia sangat
konsisten dengan kebiasaanya mabuk-mabukan. Maka

104 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
muncullah persepsi yang negatif tentang diri Cecep.
Yakni brand pemabuk.

Trust me, he is
I’m a tough guy a tough guy

Public
Marketing
Relation

I’m a tough guy


I’m a tough guy I understand
I’m a tough guy You are a tough guy

Advertising Branding

Gambar 2. Komik Branding dan Prosesnya

Brand Hexagon Model Simon Anholt


Simon Anholt sejak 1996 membuat sebuah formulasi
bagaimana caranya menentukan dan menemukan
keunggulan-keunggulan sebuah negara ataupun kota.
Anholt telah bekerjasama dengan berbagai kepala
negara atau pemerintahan di lebih 54 negara. Menurut
Anholt elemen-elemen yang perlu di gali untuk

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 105


menentukan brand value dari sebuah kota adalah;
Presence, Place, People, Pre-requisites, Pulse, Potential.

Gambar 3. City Brand Hexagond


(Anholt & Gfk, 2011)

Presence-Keberadaan menggali dan mengukur persepsi


bagaimana status sebuah kota dalam percaturan global
ataupun internasional dan kontribusinya terhadap ilmu
pengetahuan, kebudayaan serta pemerintahan.
Place-lokasi mengeksplorasi dan menelusuri persepsi
orang banyak mengenai berbagai aspek fisik yang
dimiliki oleh sebuah kota, meliputi iklim yang nyaman,
kebersihan lingkungan, daya tarik kota melalui keindahan
gedung ataupun bangunan-bangunannya serta taman-
taman yang dimilikinya.

106 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Pre-requisites menggali persepsi orang banyak terhadap
beragam fasilitas dasar yang dimiliki oleh sebuah kota,
mulai dari rumah sakit, sekolah, sarana transportasi
umum hingga tempat berolahraga.
People-manusia menggali potensi keterbukaan dan
kehangatan orang-orang yang tinggal di kota tersebut,
kemudahan untuk mengenal dan bergabung dalam
suatu komunitas mengenai budaya ataupun bahasa serta
merasakan keamanan didalamnya.
Pulse-Ritme menggali persepsi mengenai hal-hal yang
menarik ataupun tempat-tempat baru yang ada di kota
tersebut untuk dijelajahi diwaktu luang.
Potential menggali persepsi masyarakat berkaitan
dengan peluang ekonomi dan mendapatkan pendidikan
di kota tersebut. Missal, peluang mendapatkan
pekerjaan, membuka usaha baru ataupun melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Bagaimana dengan Sparkling Surabaya?


City branding Surabaya diluncurkan pada tahun 2006,
slogannya adalah “Sparkling Surabaya”. Pernah
mendengar dua kata tersebut.? Bagi orang yang bukan
warga kota Surabaya mungkin hampir tidak pernah
mendengar slogan itu. Lalu bagaimana dengan anda
sebagai warga kota Surabaya?. Sudahkah anda
mendengar dan mengetahui slogan tersebut.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 107


Gambar 4. Logo Sparkling Surabaya
(www.sparklingsurabaya.com)

Logo di atas adalah logo city branding kota Surabaya.


Sebagai warga Surabaya, penulis jarang menemukan
logo tersebut di sudut-sudut kota Surabaya. Hampir 12
tahun sejak diluncurkan, slogan ini belum mampu
menyentuh warga kota Surabaya sebagai salah satu
stakeholder. Pemerintah kota Surabaya perlu lebih giat
untuk mensosialisasikan kepada warganya agar mereka
merasa memiliki dan terlibat dalam proses city branding
kotanya. Apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini
hanyalah sebatas merancang identitas visual atau logo
city branding dari kota Surabaya.
Numeier dengan tegas menyatakan bahwa brand itu
bukanlah logo. Karena logo tidak bisa
mengkomunikasikan diferensiasi yang dimiliki oleh suatu
entitas. Logo hanyalah lambing atau simbol entitas
tersebut. Masih ingat dengan ilustrasi kisah Cecep yang
brandnya dikenal luas sebagai pemuda pemabuk? Cecep
menyadari bahwa image dirinya sangatlah buruk, Cecep

108 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
ingin merubah persepsi tersebut dengan mendatangi
seorang konsultan brand. Cecep meminta dibuatkan logo
yang bergambar dirinya. Di logo tersebut wajah Cecep
dibuat tersenyum ramah, menggunakan kopiah dan
atribut lainnya untuk menggambarkan bahwa Cecep
adalah pemuda yang baik. Apakah dengan logo ini
image Cecep sebagai pemabuk akan berubah menjadi
baik? Tentu tidak. Selama Cecep tidak merubah
perilakunya mengkonsumsi minuman yang memabukan,
logo itu tidak akan berarti apa-apa. Reputasinya sebagai
pemabuk akan terus melekat dibenak setiap orang yang
mengenalnya.
Logo sebenarnya adalah kunci untuk mengenal brand
yang sesungguhnya. Contoh pertama adalah Nike.
Menurut Berman (2010:51) Nike memiliki reputasi tinggi
dalam menjual sepatu berkualitas dan membangun basis
dengan pelanggan yang setia dengan merek itu. Ketika
Nike menjual sebuah produk baru, yakni topi bisbol.
Kelompok yang sama dari pelanggannya yang setia akan
membeli produk topi tersebut. Kenapa? Karena mereka
percaya bahwa Nike hanya akan memproduksi barang-
barang yang berkualitas. Topi seharga $4 ketika diberi
logo Nike maka akan menjadi $20. Dan orang-orang
tersebut ketika mengenakannya menjadi ujung tombak
promosi gratis bagi Nike. Keren bukan?. Logo atau
identitas visual jika dikomunikasikan secara konsisten di
dalam proses branding, maka akan menjadi pintu masuk
dibenak orang banyak untuk mengenal brand lebih jauh.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 109


Gambar 5. Logo Nike. Logo menjadi Kunci masuk mengenal
brand (www.forbes.com)

Contoh berikutnya adalah Coca-Cola. Coca-Cola


minuman berkarbonasi paling laris di dunia. Daya tarik
brand ini sangat luar biasa. Penggunaan warna merah
yang konsisten secara berulang telah melekat kuat di
benak konsumen. Seandainya logo coca cola di cetak
dalam versi hitam putih sekalipun, kita semua dapat
membayangkan warna merahnya. Nike dan Coca-Cola
secara konsisten mengkomunikasikan brandnya kepada
khalayak ramai melalui berbagai saluran media dengan
selalu menyertakan identitas visual atau logo mereka.
Menurut Baker (Destination branding for small cities
2012) Sparkling Surabaya belum mampu
merepresentasikan Kota Surabaya. Sebagian besar warga
merasakan konsep sparkling belum mampu
menggambarkan ruh dari kota Surabaya yang
sesungguhnya. Ruh dari branding adalah diferensiasi.
Direfensiasi ini biasanya berangkat dari keunikan atau
kekhasan yang dimiliki oleh suatu entitas dan tidak
dimiliki atau sukar sekali ditiru oleh kompetitornya.
Numeier (2006:19) untuk membangun brand yang
kharismatik, maka diferensiasi harus ditemukan terlebih

110 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dahulu untuk kemudian menjadi positioning dari brand
yang bersangkutan.
Yogyakarta pada tahun 2001 meluncurkan program
City branding mereka dengan tagline “Jogja Never
Ending Asia“. Upaya ini adalah untuk memperkenalkan
segala hal yang ada di Jogja, seperti kebudayaan, seni
dan berbagai aspek lainnya pada masyarakat luas. Imbas
krisis moneter pada tahun 1998 memaksa Jogja harus
mencari alternatif-alternatif lain untuk meningkatkan
pendapatan daerahnya. Salah satu cara untuk
mendapatkan devisa adalah mendatangkan wisatawan
melalui beragam potensi parawisata yang dimiliki. Slogan
Jogja Never Ending Asia kala itu menjadi awal
memperkenalkan Jogja kepada wisatawan dari luar
negeri. Slogan ini dipahami betul oleh warga Jogja,
bahwa Jogja layak untuk dikunjungi dan dikembangkan.
Sinergi antara warga dan pemangku kebijakan
menjadikan Yogyakarta menjadi salah satu brand yang
kharismatik apa bila diasosiasikan dengan destinasi
wisata yang berbau budaya dan tradisi.

Gambar 6. Logo Jogja never ending asia


(www.lensanasrul.com)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 111


Zaman terus berkembang, demikian pula dengan
Yogyakarta. Tahun 2015 re-branding Yogyakarta
diluncurkan. Setelah 13 tahun mengkomunikasikan
dirinya dengan slogan Jogja Never Ending Asia, kali ini
Yogyakarta meluncurkan logo baru dengan tagline “Jogja
Istimewa”. Logo berwarna merah ini memiliki semangat
egaliter, kesederajatan dan persaudaraan. Branding Jogja
“Istimewa” ini sepertinya lebih ditujukan untuk
masyarakat Jogja agar merasa bangga bahwa daerah
mereka itu sangatlah istimewa. Segala yang ada di Jogja
adalah istimewa, budaya, kesenian, tradisi, hingga orang-
orangnya, semua istimewa. Sehingga siapapun yang
datang dan berkunjung ke Jogja akan merasakan Jogja
yang istimewa.

Gambar 7. Logo Baru Re-branding Jogja


(www.lensanasrul.com)

Pemerintah Yogyakarta berani melakukan terobosan


berupa penyegaran kembali strategi City branding yang
selama ini telah dilaksanakan. Bersama warganya mereka

112 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
bersinergi untuk mensukseskan program ini. Pemerintah
kota Surabaya harus berani mengambil keputusan untuk
melakukan perubahan konsep city branding yang ada
selama ini. Surabaya perlu menemukan gagasan yang
lebih segar guna mengkomunikasikan Surabaya yang
sesungguhnya. Untuk itu diperlukan proses branding
yang lebih menyeluruh. Konsep “Sparkling Surabaya”
perlu dikaji kembali. Riset-riset yang mendalam harus
dilakukan guna menggali dan memetakan potensi Kota
Surabaya yang sesungguhnya. Semua lapisan masyarakat
dan stakeholder dilibatkan agar pengembangan strategi
City branding yang baru bisa berhasil.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai bagian
dari Kota Surabaya siap dan dapat menjadi mitra
Pemerintah Kota Surabaya didalam penyusunan strategi
city branding yang baru. ITS memiliki Departemen Desain
Komunikasi Visual yang bidang keilmuannya dapat
diterapkan untuk membangun dan menyusun strategi
branding untuk Surabaya tercinta. Ayo Rek, Saatnya
berubah. Wani!

Daftar Pustaka
Anholt. S. 2007. Competitive Identity: the new brand managements for
nations, cities, and region. New York:Palgrave Macmillan.
Baker, Bill. 2012. Destination branding for small cities.
https://brandconsultantasia.com/2012/06/25/destination-
branding-for-small-cities/ (Diakses 10 Desember 2018)
Berman, David. 2010. Do Good Design. Berkeley, New Riders
Numeier, Marty. 2005. The Brand Gap: How to Bridge the Distance
Between Business Strategy and Design. Berkeley, New Riders

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 113


Place Brand Observer, 2016. 2015 City Brand Index-Reputation
Rangking by Anholt-Gfk Roper.
https://placebrandobserver.com/2015-city-brands-index-
reputation-ranking-anholt-gfk-roper/ (Diakses 10 Desember
2018)
Tempo.co, 2015. “Inilah Logo Baru Yogyakarta: Jogja Istimewa.”
https://nasional.tempo.co/read/640235/inilah-logo-baru-
yogyakarta-jogja-istimewa (Diakses 10 Desember 2018.)
Wheeler, Alina. 2009. Designing Brand Identity. New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.

Penulis
R. Eka Rizkiantono, S.Sn., M.Ds. adalah Dosen
yang mengajar di Departemen Desain
Komunikasi Visual, belajar mendesain di FSRD-
ITB pada Jurusan Desain Komunikasi Visual.
Jenjang S2 fokus mempelajari secara khusus
mengenai city branding dan branding pada
umumnya. Hobi menjelajah negeri-negeri di
tanah jauh dengan menggunakan sepeda motor.
Sangat berbahagia dengan profesinya saat ini karena dapat menjadi
bekal diakherat kelak melalui sedekah ilmu yang bermanfaat ketika
hadir di ruang-ruang kelas. Kadang-kadang menjadi freelance
desainer dan konsultan brand bagi UKM (usaha Kurang Modal) yang
ada di Jatim. Profesinya yang lain adalah “pria panggilan” karena
sering dipanggil menjadi narasumber oleh dinas terkait mengenai
branding ataupun desain kemasan. Oh iya..cita-citanya nanti setelah
pensiun adalah mendirikan perkumpulan rahasia yang beranggotakan
para pahlawan bertopeng, lalu berkeliling dunia naik sepeda motor
menghukum para koruptor. Dan semoga suatu hari nanti bisa berhaji
dengan naik motor. Aamiin.

114 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
MURAL KAMPUNG SEBAGAI PENANDA
IDENTITAS DAN PENGENDALI RUANG PUBLIK
DI SURABAYA

Senja Aprela Agustin, S.T., M.Ds.

Potret lukisan dinding bergambar seorang nelayan


memanggul ikan hasil tangkapan dengan warna yang
menarik tampak indah di antara gambar-gambar lainnya
di sepanjang dinding batas pantai Kenjeran Surabaya.
Sekelompok muralis (sebutan umum untuk seniman
lukisan dinding atau mural) melakukan kerja seni sosial
untuk menandai kampung nelayan yang terkenal di sana.
Potret lain yang dapat ditemukan adalah lukisan mural di
Kampung Pecinan Tambak Bayan yang terletak di area
kota tua Surabaya. Salah satu gambar mural dikerjakan
oleh sekelompok mahasiswa Desain Komunikasi Visual
ITS sebagai bentuk pengabdian masyarakat bidang
desain sosial. Mural menceritakan keriaan sekumpulan
orang bermain Barongsai dengan pewarnaan khas
budaya Cina, merah yang digambar di dinding rumah tua
bertema Imlek.
Kampung lain yang juga bersolek dengan mural
adalah kampung eks lokalisasi Dolly yang kini telah
bertransformasi menjadi kampung UKM dan telah
ditetapkan sebagai „kampung wisata penuh cerita‟ oleh
Walikota Tri Rismaharini. Mural ini dikerjakan oleh
komunitas muda yakni Gerakan Melukis Harapan (GMH)
dan Surabaya Creative Network (SCN). Mural dengan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 115


gambar dan warna yang menarik diharapkan bisa
memberikan citra yang baru bagi kawasan Dolly yang
sebelumnya selalu dianggap negatif.

Gambar 1. Tembok batas tepi pantai Kenjeran bermural seorang


nelayan dengan hasil tangkapannya.
(https://www.diraindi.com/2018/01/surabaya-timur-punya-cerita.html)

Gambar 2. Mural dengan budaya Tionghoa di Kampung Tambak


Bayan (https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-
pos/20180125/282591673369956)

116 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 3. Mural di Kampung eks lokalisasi Dolly
(https://www.hipwee.com/travel/gang-dolly-bekas-lokalisasi-terbesar-di-asia-
tenggara-kini-telah-berubah-wajah-jadi-wisata-mural/)

Ada lagi mural di Kampung Ketandan yang terletak di


antara himpitan gedung-gedung tinggi. Mural anak-anak
yang bermain „dolanan tradisional‟ seolah ingin merawat
budaya tradisi yang makin tergerus jaman. Lokalitas dan
ikon musisi Surabaya juga digambarkan melalui mural
yang muncul di Kampung Kedungdoro. Musisi terkenal
yang berasal dari kota ini seperti Gombloh, Ahmad Albar
dan Ucok „AKA band‟ telah menjadi kebanggaan kota.
Kota yang juga pernah dikenal sebelumnya sebagai
pencipta musisi Rock. Semaraknya mural kota ini menjadi
daya energi baru bagi komunitas warga untuk menandai

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 117


identitas kota sekaligus sebagai medium ekpresi dan
kritik sosial yang sebagian besar memang dikerjakan oleh
seniman mural, yang tak jarang berkolaborasi dengan
warga sekitar.

Gambar 4. Mural bergambar permainan tradisional di Kampung


Ketandan. (https://twitter.com/infosurabaya/status/756285755584946176)

Gambar 5. Mural bergambar musisi asal Surabaya, Gombloh.


(http://surabaya.tribunnews.com/2017/05/28/ubah-jadi-kampung-murup-
kelurahan-kedungdoro-lestarikan-budaya-lokal-lewat-mural)

118 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Mural sebagai Identitas Kampung
Dari uraian di atas terlihat bahwa mural tidak
hanya sebatas karya seni yang otonom, namun juga
punya relasi dan peran dalam kehidupan di kampung.
Misalnya mural di Kampung Nelayan, Kampung Pecinan
Tambak Bayan, Kampung Ketandan dan Kampung
Kedungdoro, menunjukkan peran mural yang
menegaskan identitas kampung. Lain halnya dengan
mural di Kampung Dolly yang ingin 'melupakan' dengan
identitas lamanya sebagai kawasan prostitusi. Lewat
mural, Kampung Dolly ingin bertransformasi menjadi
kampung yang produktif. Hal ini nampak dengan
munculnya beberapa UKM di sana seperti penghasil
sepatu, kue dan sebagainya.
Mural juga merupakan ekspresi perebutan ruang atau
lingkungan oleh penduduk bahkan dapat memberi
orientasi kepada masyarakat yang secara sosial dirugikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Marschall (dalam
Setiawan, 2010) tentang ulasannya mengenai seni mural
komunitas di Dubai, Afrika Selatan mengakui beberapa
manfaat seni mural, yakni:
a. menciptakan kesadaran publik.
b. memberikan kritik sosial.
c. menetapkan identitas masyarakat.
d. terkadang mendorong aksi sosial.
e. menjadi kendaraan untuk ekspresi diri bersama dan
saling menguatkan.
f. mengizinkan penduduk untuk merebut kembali

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 119


lingkungan mereka sendiri.
h. memberikan rasa tujuan kembali kepada
masyarakat yang secara sosial dirugikan
i. menyalurkan energi ke arah yang benar
(mengurangi kekerasan).
Marschall selanjutnya, menurut Setiawan menemukan
bahwa mural terkadang disajikan sebagai katalisator
untuk perubahan sosial atau politik dengan menciptakan
kesadaran masyarakat, memberikan kritik sosial, dan
terkadang mendorong tindakan. Namun, Marschall
secara kritis menekankan bahwa mengansumsikan mural
yang mempengaruhi perubahan abadi adalah sebuah
pernyataan yang berlebihan.
Tak jarang pula pembuatan mural ini terkadang
melibatkan warga kampung untuk berperan serta
mewarnai, sehingga manfaat lain yang bisa diperoleh
adalah menjadi kendaraan untuk ekspresi diri bersama
dan saling menguatkan di antara warga. Seni sosial
semacam ini menjadi dekat dengan penduduk dan
terjadi peristiwa transfer pengetahuan antara penggiat
mural dengan warga. Kelebihan mural yang diciptakan
bersama justru dapat menumbuhkan kesadaran warga
untuk turut memiliki kampung mereka.
Seperti kegiatan mural kampung Cumpat Kenjeran
yang melibatkan warga kampung untuk mewarnai. Pada
Oktober 2018, penulis berkesempatan menjalankan
penelitian membuat mural dengan metode desain
partisipatori bersama para mahasiswa DKV-ITS yang

120 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
berperan sebagai fasilitator sekaligus desainer mural. Ide
dari warga ditampung untuk menentukan gambar dan
teks mural yang hasilnya adalah penggambaran identitas
kampung nelayan dan kebersihan lingkungan. Hasilnya
selama sebulan, warga dan tim peneliti menciptakan
mural dengan partisipasi warga. Gambar sosok nelayan
yang tangguh berlayar mencari tangkapan laut disertai
gambar anak-anak yang sedang belajar dan istri yang
membantu mencari kerang darah di laut diletakkan di sisi
kanan gedung balai RW. Sedangkan sisi kiri bergambar
penyu yang berenang bersama sampah plastik
bertuliskan „Laut bukan tempat sampah‟ berusaha
mengingatkan kembali generasi muda untuk turut
menjaga kebersihan laut karena kondisi sampah manusia
makin memprihatinkan akibat tertelan oleh biota laut,
seperti penyu maupun paus.

Mural sebagai Pengendali Ruang Publik Kota


Upaya membuat mural untuk memperindah
kampung-kampung di Surabaya ini secara tidak langsung
turut mereproduksi wacana berita mengenai keberadaan
kampung. Bagi turis lokal, menghampiri ruang-ruang
mural ini dapat menarik perhatian untuk sekedar
menikmati pemandangan kampung dan berswafoto di
sana. Roda eknomi pun berputar, lapak-lapak penjual
makanan dan minuman turut meramaikan suasana,
demikian pula dengan fasilitas lainnya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 121


Gambar 5. Mural bergambar nelayan dan ajakan menjaga
kebersihan lingkungan di Kampung Cumpat Kenjeran dengan metode
desain partisipatori (Agustin, 2018)

Maka menjadi penting bagi Surabaya untuk


mempertahankan kampung-kampungnya, karena dari
sanalah kebudayaan lokal berasal, mengingat Surabaya
tercipta dari perkampungan yang berjumlah sekitar
200an namun jumlahnya makin menyusut (Silas dalam
Ginanjar, 2011). Geliat penanda identitas kampung
dengan mural ataupun seni publik lainnya dapat
mempertegas identitas yang eksis di tengah gempuran
pembangunan pusat perbelanjaan, gedung-gedung
pencakar langit dan real estate. Melalui mural, warga kota
dapat merebut kembali ruang publiknya. Mengutip
kalimat Johan Silas:

122 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Yang membuat budaya kota itu kan kampung. Jika tidak
ada kampung, siapa yang memutuskan budaya kotanya.
Jadi menurut saya, selama masyarakat masih
memerlukan kampung, adalah tugas pemerintah untuk
menjaga dan memperbaiki kampung tersebut. (Silas
dalam Aziz, 2014)
Berbeda dengan perumahan atau yang biasa dikenal
dengan real estate, karakteristik warga yang datang dari
tempat yang berbeda-beda. Keguyuban dan kerukunan
di antara penghuninya amat berbeda dengan warga
kampung yang tinggal berdekatan.
Keberadaan kami dus hubungan dengan tetangga di
kompleks hanyalah diikat oleh kepentingan-kepentingan
duniawi semacam pekerjaan. Besok jika kami mati,
sebagian mayatnya dikirim ke kampung halaman juga.
Kami hanyalah anggota kerumunan sesaat. Kami
memang saling sapa, tapi tidak saling berempati. Kami
saling senyum, tapi senyum kami tidak ekspresif, senyum
formal dalam hubungan bertetangga yang mekanis.”
(Saidi, 2011)
Desain rumah yang berbeda-beda sesuai kepribadian
dan gaya hidup pemiliknya mempengaruhi keragaman
hunian di kampung. Hal ini bertolak belakang dengan
desain rumah yang disediakan oleh pengembang
perumahan yang justru menyeragamkan bentuk tempat
tinggal yang mungkin turut mendorong perilaku hidup
yang homogen, seperti pendapat Sagmaister & Walsh:

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 123


While, in the past, different cultures developed their own
architectural styles influenced by the local architectural
heritage and their particular geography and climate, the
International Style – a term coined in New York by
Museum of Modern Art curators Henry-Russell Hitchcock
and Philip Johnson to describe modernist architecture –
supplanted this formal diversity with the universal box.
(Sagmeister & Walsh, 2018)

Surabaya Tercipta dari Kampung-kampungnya


Karakter Kota Surabaya tentunya terbentuk dari
kampung-kampung yang ada di area ini dengan segala
permasalahannya. Sekarang keadaan perkampungan
mulai berubah dan menyusut karena pembangunan terus
menerus atas nama peremajaan kota. Identitas kampung
semakin memudar antara kampung satu dengan yang
lain. Sebagai tempat warga tumbuh dan berjuang hidup
kampung adalah awal persinggungan anak-anak dengan
Budaya „Arek‟. Mungkin semangat Surabaya, seperti
namanya suro ing baya, yang „berani menghadapi
bahaya‟ juga disemai dan ditanam di kampung-kampung
ini.
Berangkat dari keprihatinan tersebut saya berharap
pada mural sebagai salah satu cara untuk menegaskan
kembali identitas kampung, kepemilikan ruang publik
dan akhirnya menyelamatkan kampung.---

124 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Daftar Pustaka
Aziz, Y.(2014). Secangkir Teh bersama Johan Silas: Peran Bisnis dan
Komunitas untuk Kota, ruang, edisi 09 Desember 2014. Retrieved
from http://membacaruang.com/secangkir-teh-bersama-johan-
silas-peran-bisnis-dan-komunitas-untuk-kota/
Ginanjar, D.(2011). Kampung-Kampung Surabaya Nasibmu Kini.
Retrieved from http://dhimas.id/2011/05/kampung-kampung-
surabaya-nasibmu-kini/
Saidi, A. I.(2011). Mendesain Penjara: Ese-Esei dari Luar Terali Sejarah,
Yogyakarta: Isac Book.
Sagmaister, S & Walsh, J.(2018). Beauty, New York: Phaidon.
Setiawan, T.(2010). Role of Public Art in Urban Environment: A Case
Study of Mural Art in Yogyakarta City. Tesis (double degree). MSc
Programme in Urban Management and Development, Rotterdam.

Penulis
Senja Aprela Agustin S.T., M.Ds. (10
April 1983) adalah pengajar di
Departemen Desain Komunikasi Visual,
ITS. Minat studinya adalah: desain dan
kebudayaan, semiotika, feminisme, dan
sejarah desain. Lulusan Desain
Komunikasi Visual, ITS (2005) dan
Magister Desain, Institut Teknologi
Bandung (2011). Sejak 2008 aktif menulis
di beberapa prosiding seminar nasional
dan internasional seperti Desain Grafis
Vernakular Indonesia sebagai Estetika Posmodern (2008); The Role of
Weblog Media in Identity and Imagined Network Building, Case studies
Weblog of The Ministry of Design (2011), Republic of Indonesia;
Traditional Food Packaging Design toward Creative Industry Era, Case
study of East Java Food Packaging Development Problem: Pudak,
Jubung, and Getuk Pisang (2013); Beauty Ideology Differeneces in
Beauty Brand‟s Social Media Advertising, Case Studies: Wardah, Make

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 125


Over and Emina (2018). Menulis di Jurnal WIMBA Fakultas Seni Rupa
& Desain ITB Representasi Perempuan pada Desain Kemasan Kiranti
(2011) dan Jurnal IDEA Desain Produk Industri-ITS Multikulturalisme
Perempuan pada Iklan Dove Serial Campaign for Real Beauty (2014).
Tulisannya pernah terbit di Harian Media Indonesia yang berjudul
Paras Feminin Kota Surabaya (2012). Penelitian terakhirnya berjudul
Pengembangan Model Desain Kampung yang Berkelanjutan dengan
Mural Grafis Edukasi Tanggung-jawab Lingkungan bagi Penduduk
Lokal melalui Metode Participatory Design. Studi Kasus: Kampung
Warna-Warni Kenjeran Surabaya (2018). Penulis juga beberapa kali
menyelenggarakan pengabdian masyarakat dalam bidang
pengembangan merek dan desain kemasan bagi produk UKM
maupun branding untuk kampung kue di Surabaya dan daerah
tertinggal lainnya.
Selain mengajar, penulis mengelola KOTASIS sebuah biro
desain rumahan bersama Gamaliel Wiraprasara Budiharga, seorang
desainer lulusan ilmu politik UGM dan magister desain ITB (Institut
Teknologi Bandung). KOTASIS beberapa kali mendapatkan
penghargaan di kategori desain grafis pada Pinashtika Award sejak
2009 – 2012 dan sempat dinobatkan sebagai The Best Design Agency
2012 di festival tersebut. Selain itu juga mendapatkan penghargaan di
ajang Piala Maya 2013 untuk kategori desain poster terpilih. Terakhir
menjadi nominator untuk desain poster film terbaik pada Apresiasi
Film Indonesia 2015.

126 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
PENGEMBANGAN RESTORAN TERAPUNG
KATAMARAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM
RANGKA MENUNJANG PARIWISATA AIR DI
KAWASAN MONKASEL SURABAYA

Dr. Eddy Setyo Koenhardono, S.T., M.Sc.


Achmad Baidhowi, S.T., M.T.
Raja Oloan Saut Gurning, S.T., M.Sc., Ph.D

Latar Belakang
Program Penataan dan Revitalisasi di sepanjang
sungai Kalimas, sebagai salah satu program kerja
walikota Surabaya ibu Tri Rismaharini, terbagi menjadi
sembilan kawasan dengan corak dan ragam yang
berbeda. Salah satu kawasan yang telah mengalami
pembenahan adalah kawasan Monkasel dan sekitarnya.
Kawasan Monkasel akan dikembangkan sebagai “The
Central Business District Riverbank” atau kawasan pusat
bisnis tepi sungai. Pada saat ini, di kawasan Monkasel
sudah banyak dibangun sarana permainan, yaitu patung
Suro dan Boyo setinggi 15 meter, Plaza Area, BMX Flat
Area, BMX Street Area, Tribune Area, serta Skate Park
Area. Keberadaan lampu-lampu hias di arena permainan
membuat sungai Kalimas terlihat makin mempesona di
malam hari.
Walaupun telah banyak dibangun sarana permainan
yang dapat menjadi tujuan wisata baru, namun di
kawasan Monkasel masih belum tersedia sarana wisata
air. Sebenarnya di kawasan Monkasel telah dibangun

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 127


Food Court Ketabang yang dikelola masyarakat
Surabaya, dimana keberadaannya menjadi salah satu
bagian yang terintegrasi dengan BMX dan Skate Park.
Namun kondisi Foodcourt agak memprihatinkan, karena
kurang mendapat perhatian dari pengunjung wisata
Monkasel.

Gambar 1. Keindahan sungai Kalimas di malam hari


1

Oleh karena itu, pengembangan restoran terapung


yang berbentuk katamaran di kawasan Monkasel
diharapkan dapat mengatasi dua permasalahan di atas.
Pengunjung Monkasel dapat memanfaatkan restoran
terapung dengan membeli makanan dari Foodcourt
sembari berkeliling sungai Kalimas di kawasan Monkasel
atau pengunjung dapat singgah di Foodcourt Ketabang
dengan menggunakan kapal katamaran ini. Dengan

1
http://radevitiq.blogspot.com/2016/11/kali-mas-sungai-mas-
surabaya.html

128 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
demikian kedua permasalahan dapat diatasi, sehingga
dapat meningkatkan jumlah pengunjung Monkasel dan
Foodcourt Ketabang.

Analisa Situasi dan Solusi


Sungai Kalimas membelah kota Surabaya dari sisi
selatan di pintu air Jagir hingga kawasan Tanjung Perak
di sisi utara yang mencapai panjang berkisar 12
kilometer. Dari hasil pengukuran sungai Kalimas di
kawasan Monkasel (jembatan Pemuda sampai jembatan
Yos Sudarso/Pusura), diperoleh data sebagai berikut :
 Lebar rata-rata adalah 29 meter, dimana bagian
terlebar tepat di ujung selatan (jembatan Pemuda)
mencapai 41 m dan tersempit di daerah jembatan
Pusura 23,7 meter.
 Kedalaman rata-rata pada bagian tengah sungai
mencapai 190 cm dan di sisi tepi sungai berkisar 80 –
100 cm.
 Kecepatan rata-rata aliran sungai Kalimas, di bagian
tengah sungai mencapai 0,60 km/jam dan di bagian
tepi sungai berkisar 0,44 – 0,50 km/jam

Berdasar hasil pengukuran tersebut, kendala utama


pengembangan restoran terapung disebabkan lebar dan
kedalaman sungai yang terbatas. Gambar 2
memperlihatkan gelombang yang terbentuk di belakang
kapal yang bergerak. Apabila ada dua kapal yang
berpapasan di sungai yang tidak terlalu lebar, maka
gelombang ini dapat berdampak ketidaknyamanan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 129


penumpang, bahkan kapal bisa terbalik. Kedalaman
sungai yang terbatas mengakibatkan sarat kapal terbatas,
sehingga bentuk kapal akan menjadi semakin lebar. Hal
ini berakibat tinggi gelombang yang dihasilkan kapal
semakin tinggi dan makin berbahaya. Pada tepi sungai
atau danau yang tidak memiliki dinding plengsengan,
gelombang ini akan mengakibatkan erosi pada bagian
pinggir sungai.

Gambar 2. Gelombang yang terbentuk oleh kapal


yang berjalan

Solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah


restoran terapung menggunakan kapal katamaran
dengan sisi luar rata (flat side outwards). Katamaran
merupakan kapal berlambung ganda yang dihubungkan
dengan struktur bridging. Struktur bridging ini
merupakan sebuah keuntungan katamaran karena
menambah tinggi lambung timbul (freeboard). Selain itu,
beberapa kelebihan yang dimiliki kapal katamaran

130 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dengan sisi luar rata dibandingkan dengan kapal
lambung tunggal adalah :
1) Memiliki deck yang lebih luas sehingga membuat
penumpang lebih bebas untuk bergerak
2) Memiliki stabilitas yang lebih tinggi, sehingga
menciptakan rasa lebih aman.
3) Memiliki sarat kapal yang lebih rendah, sehingga
sesuai untuk perairan dangkal.
4) Menghasilkan gelombang yang rendah, bahkan
dibandingkan dengan kapal katamaran dengan sisi
dalam rata, sebagaimana Gambar 3.

a. Kapal katamaran sisi dalam rata b. Kapal katamaran sisi luar rata
Gambar 3. Gelombang yang dibentuk oleh
kapal katamaran

Berdasarkan kondisi sungai Kalimas di kawasan


Monkasel tersebut, maka dimensi restoran terapung
yang akan dibuat memiliki spesifikasi sebagai berikut :
 Kapasitas penumpang 8 orang
 Panjang total kapal katamaran adalah 700 centimeter
 Lebar total kapal katamaran adalah 280 centimeter
 Lebar setiap lambung kapal katamaran adalah 40
centimeter

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 131


 Tinggi lambung kapal katamaran adalah 75 centimeter
 Sarat kapal katamaran adalah 40 centimeter
 Kecepatan kapal katamaran adalah 5,56 kilometer
perjam atau 3 knot

Gambar 4. Bentuk 3 dimensi restoran terapung


dari berbagai sisi
Adapun sebagai tenaga penggerak restoran terapung
ini adalah sistem propulsi elektris, yaitu sebuah motor
outboard listrik. Sistem propulsi elektris memiliki tingkat
kebisingan yang rendah, sehingga meningkatkan rasa
kenyamanan para penumpang saat bersantap. Sebagai
sumber energi listrik bagi sistem propulsi elektris adalah
sistem hybrid antara solar panel dan battery. Spesifikasi
sistem propulsi elektris dan sumber energi listrik disajikan
adalah sebagai berikut :

132 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
1. Motor propulsion system
 Merk : Torqeedo
 Tipe : Trafel 1003C
 Daya : 1000 w
 Tegangan : 29,6 V
 Berat : 14,9 kg
2. Baterai
 Merk : Yuasa
 Tipe : 95E41R
 Kapasitas : 100 Ah
 Tegangan : 12 V
 Dimensi : 409 x 176 x 212 (mm)
 Jumlah :2
3. Solar panel
 Merk : Shinyoku Polycrystalline
 Kapasitas : 80 Wp
 Tegangan max : 17 V
 Arus max : 4,7 A
 Berat : 8,32 kg
 Dimensi : 1025 x 680 x 35 (mm)
 Jumlah : 16

Prediksi Harga Tiket


Perhitungan harga tiket setiap restoran terapung
didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:
 Penumpang per perjalanan diasumsikan hanya 5
penumpang dari kapasitas 8 penumpang
 Perjalanan per hari diasumsikan 8 perjalanan
 Jam per perjalanan diasumsikan 30 menit

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 133


 Hari operasi dalam satu tahun diasumsikan 345
hari

Biaya awal diasumsikan menggunakan 50% modal


pemilik dan 50% pinjaman bank, umur ekonomis kapal
adalah 10 tahun. Biaya perawatan dianggap rendah atau
mendekati nol karena tidak ada mesin berbahan bakar
dan masa pakai kapal hanya 10 tahun. Perhitungan
kelayakan ekonomi menggunakan konsep NPV dengan
beberapa variasi tingkat pengembalian minimum yang
menarik (MARR) dan margin. Margin adalah laba yang
diperoleh dari selisih pengembalian dibandingkan
dengan MARR. Suku bunga tabungan dan pinjaman
diambil dari bank umum dan inflasi diambil dari data
yang diterbitkan oleh pemerintah.
Sedangkan asumsi data ekonomi yang digunakan
adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Ekonomi
Biaya Pembuatan Kapal
Prediksi harga kapal Rp 214,574,500.00
Biaya Operasional
Gaji krew kapal Rp 48,150,000.00 per tahun
Biaya perawatan & - per tahun
perbaikan
Biaya administrasi - per tahun
Asuransi - per tahun
Total Rp 48,150,000.00 per tahun
biaya operasional
Biaya Financial / Modal
Jangka pinjaman 5 tahun
Pembayaran 1 kali per tahun

134 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
per tahun
Modal Rp 107,287,250.00 50%
Pinjaman bank Rp 107,287,250.00 50%
Bunga 3,75 % per tahun
tabungan pertahun
Suku bunga pertahun 10 % per tahun
Inflasi 0,19 % per tahun
Durasi ekonomi kapal 10 tahun

Harga tiket dihitung dengan menggunakan perangkat


lunak atau Goal Seek dan hasilnya ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Analisis grafis sensitivitas dan NPV MARR
MARR Margin Prediksi harga tiket Inflasi NPV
3.75% 0.00% Rp7,370 /penumpang 0.19% Rp14,295,720
7.73% 3.98% Rp7,625 /penumpang 0.19% Rp32,655,015
11.73% 7.98% Rp7,907 /penumpang 0.19% Rp52,914,741
15.73% 11.98% Rp8,213 /penumpang 0.19% Rp74,885,320
19.74% 15.99% Rp8,540 / penumpang 0.19% Rp 98,328,835
23.74% 19.99% Rp8,884 / penumpang 0.19% Rp 123,028,982
27.74% 23.99% Rp9,243 / penumpang 0.19% Rp 148,797,648
31.74% 27.99% Rp9,614 / penumpang 0.19% Rp 175,472,050
36.00% 32.25% Rp10,021 / penumpang 0.19% Rp204,695,947

Berdasarkan data harga tiket pada Tabel 3, jika harga


tiket ditetapkan Rp. 10.000,00 per orang, diperoleh
 IRR adalah 36%, 32,25% lebih tinggi dari tingkat
tabungan yang berlaku
 BEP akan dicapai pada tahun ke 3
Oleh karena itu, investasi restoran terapung di sungai
Kalimas Surabaya memiliki prospek jangka panjang yang
sangat menguntungkan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 135


Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kelayakan, pengembangan
floating restorant di Sungai Kalimas memiliki prospek
yang tinggi. Dengan harga tiket per penumpang hanya
Rp. 10.000,00, sehingga sangat terjangkau oleh
masyarakat Surabaya. Di mana dengan harga tiket
rendah, menghasilkan IRR 36% dan BEP di tahun ketiga.

Penulis
Dr. Eddy Setyo Koenhardono, ST., M.Sc.
Kelahiran kota Lamongan dan berkarya di
Surabaya, tepatnya Teknik Sistem Perkapalan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai
dosen tetap. Gelar ST diperoleh dari tempat
mengabdi saat ini pada tahun 1993. Gelar MSc
diperoleh dari Newcastle University, UK tahun
1998 dengan menggunakan beasiswa ADB dan
pendidikan Doktor diselesaikan tahun 2015 di
PPSTK - ITS. Topik riset yang diminati berkaitan dengan
pengembangan Sistem Propulsi Hybrid untuk aplikasi pada berbagai
jenis kapal untuk menciptakan operasional kapal yang handal, effisien
dan ramah lingkungan. Pada saat ini menjabat sebagai Sekprodi Pasca
Sarjana DTSP–ITS dan anggota laboratorium Marine Electrical and
Automation System (MEAS). Penulis dapat dihubungi melalui eddy-
koen@its.ac.id

Raja Oloan Saut Gurning, ST., M.Sc, PhD.


atau dapat dipanggil Saut Gurning, lahir
Jakarta di tahun 1971. Menerima gelar Sarjana
Teknik Permesinan Kapal dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
tahun 1994. Kemudian melanjutkan studi
Master of Science bidang manajemen

136 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
pelabuhan di World Maritime University (WMU), Malmo Swedia di
tahun 2000. Selanjutnya, meraih gelar Doktoral bidang logistik
maritim dari Australian Maritime College (AMC), University of
Tasmania Australia di tahun 2011. Saat ini sedang menjadi salah satu
staf pengajar program sarjana, magister dan doktoral di Departemen
Teknik Sistem Perkapalan ITS untuk mata kuliah perencanaan general-
arrangement kapal, bisnis maritim, maritime economics, ekonomi
kelautan, analisa rekayasa dan riset operasi maritim. Selain itu juga
Saut Gurning memiliki minat di bidang bisnis maritim, ekonomi
maritim dan manajemen resiko rantai suplai maritim. Raja Oloan Saut
Gurning dapat di hubungi melalui email sautg@its.ac.id

Achmad Baidhowi, S.T., M.T. Lahir di Surabaya.


Menerima gelar Sarjana Teknik dari Teknik
Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya di tahun 2005. Bersempatan bekerja
di Japan International Cooperation Agency di ITS
dan bekerja di bidang konsultan design perkapalan
selama beberapa tahun. Kemudian melanjutkan
pendidikan Magister di Teknik Perkapalan dan
selesai tahun 2015. Saat ini sedang menjadi salah
satu staf pengajar di Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS untuk
mata kuliah Teori Bangunan Kapal, Konstruksi Kapal dan tugas design.
Selain itu juga Achmad Baidowi memiliki minat di bidang energi laut
terbarukan, energi arus laut dan platform energi laut. Achmad Baidowi
dapat di hubungi melalui email ahmadbai@gmail.com

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 137


REVITALISASI TANGGULANGIN SEBAGAI
KAWASAN WISATA 3-in-1

Anggra Ayu Rucitra, S.T., M.MT.


Thomas Ari Kristianto, S.Sn., M.T.
Dr. Mahendra Wardhana, S.T., M.T.
Caesario Ari Budianto, S.T., M.T.
Okta Putra S., S.T., M.T.

Latar Belakang
Tanggulangin adalah salah satu wilayah kecamatan di
Sidoarjo yang penduduknya terkenal sebagai pelaku
industri kecil kerajinan kulit. Berdasarkan Perda No.6
Tahun 2009 tentang RTRW Kabupaten Sidoarjo,
menyatakan kawasan Tanggulangin sebagai Kawasan
Industri Kecil dan Menengah. Tanggulangin terkenal
sebagai pusat kerajinan kulit. Menjadi idola dan terdepan
di era tahun 1970 – 1990,kulit sapi Jawa sebagai bahan
dasar utama tas dan koper di Tanggulangin merupakan
salah satu kulit terbaik dunia.
Pada Januari 2006 Tragedi Nasional terjadi di
Kecamatan Gempol, Sidorajo. Lumpur Panas PT. Lapindo
Brantas mengucur keluar tanpa bisa dibendung.
Semburan lumpur ikut membanjiri wilayah kecamatan
Tanggulangin sehingga banyak rumah (kampung) yang
ditinggalkan demi keamanan warga beserta keluarganya.
Hal ini berdampak juga pada perjalanan Industri Sentra
Kulit Tanggulangin. Setidaknya hampir 70% pengrajin di
Tanggulangin sudah gulung tikar sejak kejadian ini. Pada

138 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tahun 2004 terdapat 450 showroom anggota koperasi
INTAKO. Namun, pasca lumpur Lapindo tersisa hanya
150 showroom saja. Faktor utama penurunan ini adalah
pemberitan dari media massa yang mengabarkan
Tanggulangin terkena dampak dari lumpur Lapindo
(Kajian masterplan Tanggulangin, 2018).
Revitalisasi Tanggulangin sebagai upaya mengangkat
kembali image Tanggulangin diinisiasi oleh berbagai
pihak. Diantaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Pemerintah Kabpuaten Sidoarjo melalui Dinas
Perindustrian dan Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan melalui Dirjen IKM.

Wisata 3 in 1
Kementrian Perindustrian, memiliki program
Tanggulangin Wisata 3in 1. Sebagai salah satu solusi
Revitalisasi. Revitalisasi fisik dilakukan melalui
pengembangan sembilan identitas lokal,diantaranya
pintu gerbang utama, area pejalan kaki, desain kursi
taman, tugu tas, storyboard dan mural wisata edukasi,
taman budaya dan kuliner, workshop wisata edukasi
industri, serta moda transport kawasan wisata. Selain itu
juga dilaksanakan revitalisasi kelembagaan, diantaranya
promosi Kawasan Wisata Terpadu Tanggulangin,
community branding, promosi produk, mendorong
perajin melakukan pemasaran online melalui e-Smart
IKM, mendorong tumbuhnya kuliner lokal, peningkatan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 139


kapasitas produksi, pemetaan IKM Tanggulangin,
menampilkan atraksi seni dan budaya lokal Jawa Timur,
serta mempromosikan busana lokal melalui seragam
pramuniaga.

Gambar 1. Ilustrasi Wisata 3 in 1


(Kementrian Perindustrian 2018)

Wisata 3 in 1 diluncurkan pada acara Pasar Kreatif


Tanggulangin (PKT) pada tanggal 2 – 4 November di
Lapangan Kedensari Tanggulangin. Wisata 3 in 1 adalah,
konsep kawasan wisata terpadu Tanggulangin yang
terdiri dari Wisata Belanja, Wisata Budaya dan Wisata
Edukasi Industri.

140 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Ubahan Kawasan Tanggulangin menjadi Nuansa
Wisata
Selaras dengan upaya Kementrian, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember juga melakukan upaya
revitalisasi Tanggulangin sebagai destinasi wisata baru.
Kawasan Tanggulangin perlu dilakukan Redesain,
kebutuhan kawasan yang memiliki suasana berbeda dan
lebih bernuansa wisata. Suasana yang diharapkan adalah
aman, nyaman, menyenangkan untuk aktifitas jalan –
jalan keluarga dan memiliki fasilitas yang menyenangkan
untuk anak – anak. Hal ini dikarenakan terjadi pergeseran
konsep Tanggulangin yang akan dijadikan kawasan
wisata belanja keluarga. Berikut adalah konsep dasar
yang akan di redesain.
1) Penanda kawasan
2) Penanda kawasan dan utilitas (signage)
3) Lingkungan yang lebih menyenangkan (bersih,
rapi, aman, cerah, terang, rimbun, teduh, ramah,
difabel)
4) Pedestrian yang memnungkinkan pengunjung
menaruh kendaraan dan jalan kaki melihat
kawasan
5) Pedestrian yang terhubung dengan showroom
6) Pedestrian yang terhubung dengan aktivitas baru
7) Peragaan busana produk
8) Pertunjukan berjadwal budaya (ludruk, tari, music,
perfomace art, dll)
9) Taman bermain mini

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 141


Kondisi eksisting kawasan, memiliki luas area
yang luas namun memiliki akses jalan yang sempit . Area
antara jalan dan bangunan sangat terbatas. Tidak lebih
dari 3 meter kantong parkir dan hanya bisa di beberapa
area aktivitas tunggal. Kondisi eksisting yang sulit disertai
dengan kebutuhan pendukung wisata yang harus di
sediakan, sehingga diperlukan brainstorming dan studi
mendalam pada kajian ini.

Identitas Lokal Pintu Gerbang Utama


Gerbang masuk area Tanggulangin yang berada
dijalur besar arteri Jl Raya Sumorame dan Kludan.
Gerbang utama hamper tidak terlihat dari jalan besar.
Akses jalan masuk raya Kludan melewati rel kereta api
dan saat ini sedang mengalami perbaikan. Berikut adalah
gambar eksisting sebelum di redesign.

Gambar 2. Eksisting Gerbang Utama


(Foto Kemeperin 2018)
Untuk meredesain gerbang utama, diperlukan konsep
gerbang yang dapat mengarahkan masyarakat yang lalu

142 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
lalang di jalan Sumorame dan membelokkan arah ke
Tanggulangin. Berikut adalah desain gerbang utama.

Gambar 3. Desain Gerbang Utama

Gambar 4. Desain Gerbang Utama

Identitas Lokal Pedestrian


Jalur pedestrian dalam koridor komerisal memiliki
fungsi sebagai jalur gerak bagi pejalan kaki, yang
bergerak dari satu took ke took yang lain. Jalur

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 143


pedestrian di Tanggulangin, belum tertata secara
optimal, bahkan hamper bisa disebuttidak ada. Karena
fungsi pedestrian di Tanggulangin banyak dialih
fungsikan sebagai tempat pedagang kaki lima maupun
langsung area parker dari sebuah took. Lebar jalan yang
hanya berkisar 5 meter dan tanpa garis sepadan
menyulitkan pengunjung untuk berhenti dan berajalan
kaki dari toko ke toko. Jalur pedestrian ini nantinya
bukan hanya sebagai sarana penghubung saja, namun
sebagai sarana rekreasi dan wadah ragam aktivitas
lainnya.

Gambar 4. Desain Pedestrian

Identitas Lokal Redesain Intako


INTAKO sebagai inisiator industri kulit di
Tanggulangin menyokong banyak ritel tas dan koper dari
toko-toko sekitar Tanggulangin hingga Mall di Surabaya.
Setidaknya INTAKO sudah memiliki anggota sebanyak
354 pengrajin UKM dengan aset sekitar Rp 10 miliar.
Barang yang dijual pada kawsan ritel di Tanggulangin

144 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
berasal dari INTAKO sendiri serta barang datang dari
China dan Cibaduyut untuk menaikkan omset bagi
pedagang. (Kajian Masterplan Bappeda,2018).
Pada tahun 2004 terdapat 450 showroom anggota
koperasi INTAKO. Namun, pasca lumpur Lapindo tersisa
hanya 150 showroom saja. Faktor utama penurunan ini
adalah pemberitan dari media massa yang mengabarkan
Tanggulangin terkena dampak dari lumpur Lapindo,
padahal sesungguhnya kawasan wisata Tanggulangin
jauh dari semburan lumpur.

Gambar 5. Eksisting Intako

Gambar 6. Eksisting Intako

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 145


Untuk meningatkan kembali jumlah penjualan di
Tanggulangin, terutama penjualan pada showroom
koperasi Intako, dibutuhkan sebuah desain yang mampu
menarik pengunjung sehingga dapat membranding
Intako dengan baik. Konsep luxury dianggap mampu
untuk membranding Intako karena nilai jual kerajinan
kulit yang tinggi tentu menjadikan target penjualan
produk kerajinan kulit berasal dari kalangan menengah
hingga kalangan atas. Konsep ini diambil untuk
mendukung perkembang penjualan produk kerajinan
kulit Tanggulangin yang kualitasnya dapat bersaing
dengan produk impor.

Gambar 7. Desain Showroom Intako


(Frizca Agustin 2018)

Area display tas dilengkapi dengan build in storage


yang digunakan sebagai tempat display tas dan cermin
pada dinding outlet. Untuk menarik perhatian
pengunjung dan menjadi point of interest pada ruangan,
ditambahkan display area pada bagian tengah area
display tas. Desain ini disesuaikan dengan kebutuhan
kelas Intako yang menyasar pangsa premium.

146 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 8. Desain Showroom Intako
(Frizca Agustin 2018)

Area mini galeri merupakan area tambahan yang


belum ada pada eksisting. Tujuan adanya mini galeri
adalah untuk mengedukasi pengunjung yang datang
pada outlet Intako mengenai sejarah outlet Intako,
proses pembuatan tas, jenis – jenis kulit yang digunakan
sebagai bahan utama pembuatan tas, serta
perkembangan bentuk serta model tas dari beberapa
tahun.

Identitas Lokal Taman Budaya


Taman budaya ini adalah sarana berekspresi
lingkungan di sekitar Tanggulangin. Juga sarana untuk
menggiatkan komunitas dan menyemarakkan wilayah
Tanggulangin. Taman budaya ini akan diletakkan di
wilayah lapangan Kedensari. Taman ini berfungsi sebagai
sarana untuk menggelar berbagai pertunjukan dan
pagelaran sekaligus sebagai tempat bertemu dan
berkumpulnya para seniman untuk saling bertukar

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 147


informasi sebagai ajang pengenalan serta pelestarian
kebudayaan daerah Sidoarjo.

Gambar 9. Rencana Taman Budaya

Kesimpulan
Berdasarkan data dari Kemenperin diketahui, bahwa
nilai investasi untuk sektor Perdagangan di Kabupaten
Sidoarjo berada di nilai tertinggi, sedangkan nilai
investasi untuk industri pengolahan menduduk peringkat
ke-5 dari 18 sektor yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa
animo investor akan dua sektor tersebut masih tinggi
dan diharapkan akan memacu laju pertumbuhan yang
tinggi bagi dua sektor tersebut. Ini dapat menjadi

148 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
indikasi penting bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
untuk memberikan prioritas pembangunan pada dua
sektor tersebut dimana salah satunya adalah revitalisasi
sentra industri Tanggulangin. Syarat dari keberhasilan
revitalisasi sentra industri Tanggulangin adalah
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus memberikan
prioritas anggaran pada sektor-sektor unggulan tersebut
sehingga dapat memacu laju pertumbuhan sektor
tersebut. Revitalisasi Pengembangan Kawasan Wisata
Tanggulangin ini, akan menjadi pedoman dalam
merancang kawasan Sentra Industri Kulit yang lebih
detail. Sehingga industri kulit Tanggulangin dapat
kembali Sentra kerajinan kulit terbaik di Dunia.

Daftar Pustaka
Rucitra, A.A.,Ciptomulyono, Udisubakti. 2010. Pengembangan Produk
Kursi Makan pada UKM Perajin Rotan. Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi X
Dikairono,R., Rucitra, A.A., Anggraita, A.W. 2015. Meningkatkan daya
saing UKM makanan dan minuman di Gresik dengan inovasi
daerah, Jurnal Idea
Kajian Masterplan Tanggulangin Bapeda kabupaten Sidoarjo
Kajian Wisata 3in 1, Kementrian Perindustrian, Direktorat IKM Kimia,
Sandang, Aneka dan Kerajinan Direktorat Jenderal Industri Kecil
dan Menengah

Penulis
Anggra Ayu Rucitra, S.T., M.MT. adalah
dosen Departemen Desain Interior, ITS dengan
Bidang Penelitian: Perancangan Interior

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 149


Thomas Ari Kristianto, S.Sn., M.T. adalah dosen
Departemen Desain Produk Industri, ITS dengan
bidang penelitian: Desain Mebel Lepas Pasang,
Design for Low Energy Building, Building Material,
Desain dan Industri Kreatif, Acoustics.

Dr. Mahendra Wardhana, S.T., M.T, lahir di


Jombang tanggal 28 April 1972. Menempuh
pendidikan Sekolah Dasar, Menengah dan Atas
di Jombang dan kemudian melanjutkan
pendidikan Sarjana pada bidang Arsitektur di
Universitas Brawijaya serta pendidikan Magister
dan Doktor di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Sekarang penulis adalah seorang
dosen dan tergabung pada Laboratorium
Perilaku dan Lingkungan Interior di Departemen
Desain Interior Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Caesario Ari Budianto, S.T., M.T. adalah dosen di


Departemen Desain Produk Industri, ITS dengan
bidang penelitian: Kritik dan Teori Arsitektur.

Okta Putra Setio Ardianto,


S.T., M.T. lahir di Ponorogo 13 Oktober 1989.
Menempuh jenjang pendidikan dasar hingga
menengah di Ponorogo dan menyelesaikan
jenjang pendidikan tinggi di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya hingga tingkat
magister melalui program Fast Track pada tahun
2013. Saat ini penulis berprofesi sebagai dosen
yang bertugas di Departemen Desain Interior
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

150 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Surabaya dan bergabung di laboratorium Interior Science and
Technology. Bidang keahlian yang didalami penulis adalah mengenai
aspek lingkungan dan teknologi dalam perancangan interior. Di luar
aktivitas akademik di kampus, penulis aktif sebagai pengurus
Himpunan Desainer Indonesia (HDII) Jawa Timur dan pemegang
Sertifikat Keahlian dengan klasifikasi dan kualifikasi Ahli Desain
Interior – Madya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 151


DOBRAK JAMU SEBAGAI
INDONESIA BRAND PREFERENCE MELALUI
KONSEP SMART SCIENTIFIC EVIDENCE

Sri Fatmawati, S.Si., M.Sc., Ph.D.


Devi Anggraini Putri, S.Si., M.Si.

Berbicara tentang “brand”, apakah yang lebih menarik


perhatian selain produk-produk fashion dunia kelas atas
mulai dari tas, sepatu hingga sorotan busana yang
dikenakan oleh keluarga kerajaan Inggris pada royal
wedding mereka abad ini?. Mengapa mereka menjadi
sangat eksis dan mendunia?. Bagaimana cara mereka
menyita perhatian dunia sedemikian rupa?. Itu semua
karena mereka adalah the brand preference.
“You are lucky with Indonesia‟s biodiversity”. Kalimat
itu diucapkan oleh salah satu petinggi UNESCO, tepat
setelah saya menerima penghargaan L‟Oreal-UNESCO
For Women in Science (FWIS) di Universitas Sorbonne -
Paris, enam tahun lalu.
Lalu, apakah hubungan “Indonesia‟s biodiversity”,
“brand preference” dengan “jamu”? Apakah jamu layak
menjadi sebuah brand preference? Mengapa jamu layak
untuk dijadikan sebuah brand preference?. Dan
Bagaimana bisa jamu menjadi sebuah Indonesia brand
preference atau bahkan the top world brand preference?.
Terlepas dari apakah, mengapa dan bagaimana jamu
menjadi layak untuk menjadi sebuah brand preference,

152 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
hal yang paling mendasar mengungkapkan bahwa brand
merupakan sebuah konsep identitas. Lebih jauh lagi,
brand mampu dijadikan sebagai identitas dari sebuah
negara. Berdasarkan konsep dasar ini, tidak diragukan
lagi bahwa jamu dapat menjadi brand Indonesia.
Namun sebagaimana diungkap di atas, mengapa dan
bagaimana jamu ini bisa menjadi yang diminati
(preference) bahkan hingga ke seluruh penjuru dunia. Hal
tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan kita
bersama. Melalui tulisan ini, kami sebagai peneliti di
bidang kimia bahan alam yang berkaitan dengan
kesehatan dan jamu, menuangkan sebuah konsep untuk
mendobrak jamu menjadi sebuah Indonesia brand
preference melalui sudut pandang yang berbeda, yaitu
sudut pandang seorang ilmuwan dengan konsep smart
scientific evidence-nya sebagai perwujudan dari smart
citizen untuk smart city.

Jamu sebagai Indonesia brand preference


Pernahkah mendengar artemisinin? Artemisinin adalah
senyawa yang diperoleh atau lebih tepatnya dalam
bahasa ilmiah adalah senyawa yang diisolasi dari
tanaman Artemisia annua. Artemisinin dan turunannya
adalah obat yang dikenal karena kemampuannya
mengurangi jumlah parasit Plasmodium dalam darah
pasien malaria dengan cepat. Berkat senyawa artemisinin
inilah, di tahun 2015 Professor Youyou Tu menjadi orang
China pertama yang meraih Nobel kedokteran.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 153


Suatu senyawa kimia yang diisolasi dari tanaman
tradisional adalah bagian terpenting dalam menginisiasi
jamu sebagai Indonesia brand preference. Bagaimana
jamu dapat menjadi obat atau supplemen yang
terpopuler di Indonesia bahkan di dunia?, Itulah
pertanyaan sekaligus peluang dan tantangan besar yang
harusnya dapat dijawab oleh semua elemen di Indonesia.
Sejak kapan jamu diminati masyarakat? Mengapa dulu
jamu menjadi sangat populer?
Secara turun-temurun, jamu dikenal sebagai obat
herbal tradisional. Indonesia‟s biodiversity yang umum
dikenal sebagai keanekaragaman hayati Indonesia, salah
satunya adalah terwujud dalam jamu. Jamu terdiri dari
berbagai sumber, bisa berupa tanaman bahkan hewan
laut. Penelitian tentang jamu merupakan salah satu solusi
kongkret untuk mendobrak popularitas jamu yang
relevan dengan konsep smart scientific evidence, sebuah
konsep pembenaran bahwa jamu layak menjadi
Indonesia brand preference secara ilmiah. Karena jamu
mampu menyembuhkan beberapa penyakit dan menjadi
solusi kesehatan sejak dahulu kala.
Menjadikan jamu sebagai brand Indonesia adalah
peluang besar. Dengan adanya konsep smart scientific
evidence ini, jamu diharapkan mampu menjadi Indonesia
brand yang diminati oleh semua lapisan masyarakat di
seluruh penjuru dunia. Selain itu, jamu dihubungkan
dengan konsep ini dirasa mampu mensejahterakan
segala aspek lingkungan mulai dari sosial, budaya,

154 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
ekonomi hingga politik sebagai upaya terciptanya
sebuah kota cerdas (smart city). Baru-baru ini, ada
sebuah kawasan di daerah Semarang-Jawa Tengah
dinamai kampung jamu. Kawasan seperti ini
mengingatkan kita pada pesona kampung inggris di
Kediri atau kampung cokelat di Blitar. Kawasan-kawasan
seperti inilah yang diharapkan mampu menjadi solusi
pengembangan dari cita-cita sebuah smart city.
Perwujudan dari cita ini perlu dilakukan kajian serta
strategi yang tepat.

Dobrak jamu melalui konsep smart scientific evidence


Smart scientific evidences atau Fakta ilmiah merupakan
solusi cerdas untuk mengangkat harkat dan martabat
jamu. Siapa yang tidak mau sehat? Siapa yang tidak ingin
hidup dalam kondisi segar bugar?

Gambar 1. Konsep smart scientific evidence

Proses untuk menjadi suatu brand preference


membutuhkan saintifikasi jamu melalui penelitian jamu.
Penelitian jamu memang sedang berjalan, namun belum

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 155


signifikan dibandingkan dengan negara-negara lain
seperti China dan India. Sebagai contoh, Cina dengan
Chinese Traditional Medicine atau India dengan
Ayurveda-nya, mereka sudah banyak digunakan di
negara maju dan telah diresepkan oleh para dokter.
Tentu nantinya jamu mampu menjadi seperti itu.
Ada tiga alasan mengapa konsep smart scientific
evidence pada Gambar 1, mampu menjadikan jamu
sebagai produk kesehatan Indonesia yang diminati.
Pertama, mengkonsumsi obat herbal secara oral sudah
menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia sejak
zaman kerajaan Hindu-Budha. Pencarian bahan-bahan
alami di area yang ekstrim seolah menjadi hal yang tidak
tabu dalam misi penemuan obat baru pada waktu itu.
Berdasarkan studi etnobotani, sebagian besar obat
herbal yang dikonsumsi oleh masyarakat merupakan
racikan atau ekstrak air dari tanaman segar yang
dipercaya ampuh menyembuhkan suatu penyakit
tertentu. Kedua, Back to nature adalah slogan yang
paling tepat untuk menggambarkan jamu saat ini. Alam
menyediakan sumber daya melimpah untuk
mempertahankan eksistensi jamu.
Eksistensi jamu di Indonesia diprediksi tidak akan
pernah punah, namun perlu dibudidayakan. Hal ini
ditinjau dari letak strategis Indonesia sebagai area hutan
tropis terluas kedua setelah hutan amazon. Indonesia
dengan keanekaragaman hayati mencapai 30.000 spesies
tanaman (Elfahmi, et al., 2014) membuat jamu menjadi

156 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
sangat istimewa di Indonesia. Dan dari 30.000 spesies
teridentifikasi, masih 20% spesies yang telah berhasil
diuangkap sebagai pengobatan penyakit.
Berdasarkan fenomena tersebut, aktivitas biologis dari
jamu menjadi sangat menarik untuk diungkap. Sejak
dekade ini, para ilmuwan dunia gencar melakukan
pencarian obat baru yang didasarkan pada bioaktivitas
jamu sebagai pengobatan penyakit kronis mulai dari
kanker, diabetes, penyakit kardiovaskuler hingga
neurodegeneratif. Menariknya, fakta ilmiah mengungkap
bahwa setiap spesies tanaman memiliki metabolit
sekunder yang berbeda. Sebagai contoh, salah satu
jamu berbahan dasar gingseng diketahui efektif melawan
flu dan meringankan gejalanya seperti demam, mual,
kembung dan pusing. Lebih dari itu, sebuah penelitian
mengungkap bahwa gingseng memiliki metabolit
sekunder ginsenosida 20(S)-Rh2 dan tujuh ginsenosida
lain yang berpotensi dalam pengobatan komplikasi
diabetes (Fatmawati, et al., 2014). Contoh lain, jamu
ektrak kulit manggis Garcinia mangostana yang
dipercaya efektif menjaga kesehatan jantung yang juga
efektif sebagai antidiabetes (Fatmawati, et al., 2015).
Masih ada spesies lain dari famili Garcinia yang efektif
sebagai antikanker seperti G. schomburgkiana atau G.
cylndrocarpa (Sukandar, et al., 2018). Penelitian
mengungkap bahwa mereka mengandung santon
(Sukandar, et al., 2016).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 157


Dengan melihat keanekaragaman hayati Indonesia,
maka semakin banyak komponen metabolit yang dapat
diungkap. Metabolit sekunder dengan bioaktivitas yang
mumpuni diibaratkan sebagai harta karun yang muncul
ke permukaan. Mereka memberikan anugerah kepada
semesta. Mengapa tidak, dengan terungkapnya
metabolit sekunder ini, jamu bukan lagi hanya semacam
dongeng leluhur. Jamu menjadi sangat elit dan bernilai
jual tinggi. Dengan demikian, jamu siap bersaing di
industri fitofarmaka. Jadi, jamu tidak melulu tentang obat
herbal tradisional. Jamu merupakan kearifan lokal, yang
mampu berinteraksi dengan baik bersama lingkungan
dan sangat layak untuk dilestarikan. Lebih dari itu, jamu
adalah warisan Indonesia untuk dunia.
Berikut ini merupakan beberapa pandangan bahwa
jamu memiliki daya tarik tersendiri ditinjau dari aspek-
aspek lokal untuk menaikkan brand.

Kearifan Lokal : Mari Galakkan Tradisi Minum Jamu


Pertama, ditinjau dari aspek budaya, jamu merupakan
bagian dari local wisdom atau kearifan lokal yang kuat.
Sejak dahulu hingga kini, tradisi maupun adat-istiadat
minum jamu menjadi sangat kental di kalangan anak-
anak, remaja hingga dewasa. Dengan ini, mereka
diingatkan tentang asal usul dan sejarah bangsa ini,
bangsa yang kaya nan beraneka ragam namun tetap
berbalut dalam rasa kebinekaan. Lebih jauh lagi, jamu
mampu menciptakan ruang tersendiri dihati penikmat

158 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
budaya lokal sehingga semakin menciptakan rasa cinta
tanah air. Tradisi minum jamu dalam suatu keluarga,
mulai menjadi brand keluarga sehat, dan dapat juga
dimulai dari lingkungan kerja atau juga pada kantor
pemerintahan.

Guyub karena jamu : bagian dari smart education city


Kedua, secara sosial, kebiasaan minum jamu mampu
memberikan suasana guyub, sebuah kondisi
kebersamaan yang hangat antar sesama masyarakat.
Beberapa waktu lalu, penulis sempat bertemu dengan
penggiat tanaman tradisional dan pecinta jamu dari kaki
gunung kelud. Beliau menyampaikan bahwa tanaman
obat adalah warisan budaya. Sehingga beliau membuat
masyarakat sekitar lebih mencintai jamu. Dengan begini,
keberadaan jamu mampu menelurkan komunitas sosial
yang positif seperti komunitas-komunitas pecinta jamu
hingga kehadiran jamu di sekolah, mulai anak TK hingga
mahasiswa. Kebiasaan positif minum jamu sejak dini,
menjadi sesuatu yang baik untuk kesehatan generasi
yang akan datang.
Berbicara tentang jamu di lingkungan pendidikan atau
sekolah, pengetahuan tentang jamu ini juga merupakan
bagian dari smart education city. Berbagai elemen
masyarakat terdidik termasuk pemerintah maupun non-
terdidik juga dapat berkumpul dalam suatu forum ilmiah
semiformal jamu. Forum inilah yang digunakan sebagai
ladang komunikasi pentingnya jamu melalui konsep

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 159


smart scientific evidence seperti yang telah dipaparkan
pada Gambar 1. Selain itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kebijakan seputar jamu juga akan
tersampaikan secara terbuka dan luas.

Pelaku Ekonomi dari the Ultimate in Diversity


Dalam sebuah pertemuan ilmiah, penulis
berkesempatan bertemu dengan pelaku bisnis dari
Eropa. Menurut beliau saat ini, pelaku traditional
medicine terbesar adalah China, namun produk China
menjadi kurang populer dalam ranah impor mereka,
semenjak polusi di China tinggi. Selanjutnya, apa yang
peluang kita?
Ditinjau dari aspek ekonomi sudah jelas terlihat bahwa
jamu merupakan produk asli Indonesia yang siap
bersaing di pasar dunia. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, jamu akan menjadi produk yang bernilai jual
tinggi dan diharapkan mampu menjadi stabilizer
perekonomian negara. Dilihat dari prospeknya, jamu
dirasa mampu mengentas kemiskinan Indonesia di masa
depan. Hal ini dikarenakan jamu dapat dijadikan suatu
produk komersial sebagai sarana lapangan kerja baru
bagi para pengangguran atau masyarakat kalangan
menengah ke bawah. Sehingga di masa yang akan
datang, jamu mampu menginisiasi terciptanya industri-
industri jamu berskala kecil hingga besar untuk menarik
para investor. Pesona jamu juga mampu menciptakan
lingkungan politik yang bersih dan sehat. Kalangan

160 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
terdidik akan menjadikan jamu sebagai sarana belajar
dan wisata untuk kepentingan diplomasi. Selain itu, jamu
juga memiliki daya tarik tersendiri bagi turis-turis
domestik maupun mancanegara yang ingin
mengeksplorasi jamu. Dan jamu akan berekspansi
semakin luas. Dengan demikian, secara tidak langsung
jamu telah terlestarikan. Seperti itulah, pandangan jamu
sebagai contoh solutif dalam implementasi jamu sebagai
bagian dari smart city branding.
Jamu itu unik dan merupakan perwujudan total dari
Indonesia sebagai The Ultimate in Diversity. Banyak hal
yang bisa dieksplorasi dari jamu sehingga ia menjadi
magnet tersendiri oleh para turisme. Masih ingat dengan
Kevin Lilliana, seorang Miss International 2017 asal
Indonesia, dengan kostum mbok jamu gendongnya?.
Atau pencanangan “Jamu Brand Indonesia” oleh Presiden
RI Susilo Bambang Yudoyono pada tahun 2008 dalam
gelar kebangkitan jamu Indonesia. Dan baru-baru ini
orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo,
juga menyatakan bahwa “Jamu is the Brand of Indonesia”
(Dian, 2015) dan beliau meminta untuk para pelaku bisnis
serta asosiasi terkait mengembangkan potensi jamu
sebagai Indonesia brand, “Indonesia is Jamu” imbuh
beliau dalam sebuah artikel Tempo.co (2015). Hal ini
semakin memperkuat eksistensi jamu sebagai salah satu
dari Indonesia brand bahkan top branding Indonesia.
Namun keberlanjutan jamu sebagai brand jangka
panjang masih dirasa menjadi sebuah tantangan besar.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 161


Sehingga, perlu dilakukan pengkajian mendalam dan
dijabarkan secara terperinci. Sinergitas dari seluruh
elemen masyarakat terdidik meliputi pemerintah,
ilmuwan, pelaku bisnis hingga masyarakat lokal sangat
diperlukan untuk sebuah cita-cita mulia ini.

Daftar Pustaka
Aminuddin, M. F., 2007. Branding Indonesia: Kebijakan Negara dan
Resistensi Warga dalam Revitalisasi Budaya Nasional, Yogyakarta:
Workshop dan Semiinar Branding Indonesia dan Tantangan
Diplomasi.
Daulay, Z., 2012. Tatakelola Perlindungan Pengetahuan Obat
Tradisional: Keberpihakan Kepada Kepentingan Rakyat Banyak.
MMH, 41(2), pp. 288-297.
Dian, N., 2015. Tempo.co. [Online] Available at:
https://en.tempo.co/read/669524/jamu-is-the-brand-of-
indonesia-jokowi/full&view=ok [Accessed 4 January 2019].
Elfahmi, Woerdenbag, H. J. & Kayser, O., 2014. Jamu: Indonesian
traditional herbal medicine towards rational phytopharmacological
use. Journal of Herbal Medicine, Volume 4, pp. 51-73.
Fatmawati, S., Ersam, T. & Shimizu, K., 2015. The inhibitory activity of
aldose reductase in vitro by constituents of Garcinia mangostana
Linn. Phytomedicine, Volume 22, pp. 49-51.
Fatmawati, S., Ersam, T., Yu, H., Zhang, C., Jin, F., Shimizu, K. 2014.
20(S)-Ginsenoside Rh2 as aldose reductase inhibitor from Panax
ginseng. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters, Volume 24, pp.
4407-4409.
Halim, B. C., Dharmayanti, D. & Brahmana, R. K. M., 2014. Pengaruh
Brand Identity Terhadap Timbulnya Brand Preference dan
Repurchase Intention pada Merek Toyota. Jurnal Manajemen
Pemasaran Petra, 2(1), pp. 1-11.
Kotler, P. & Gertner, D., 2002. Country as Brand, Product, and Beyond:
A Place Marketing and Brand Management Perspective. Journal of
Brand Management, 9(4), pp. 249-261.

162 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Prabawani, B., 2017. Jamu Brand Indonesia: Consumer Preferences and
Segmentation. Archives of Business Research, 5(3), pp. 80-94.
Sukandar, E. R, Kaennakam, S., Rassamee, K., Siripong, P., Fatmawati,
S., Ersam, T. 2018. Xanthones and biphenyls from the stems of
Garcinia cylindrocarpa and their cytotoxicity. Fitoterapia, Volume
130, pp. 112-117.
Sukandar, E. R., Siripong, P., Khumkratok, S. & Tip-pyang, S., 2016.
New depsidones and xanthone from the roots of Garcinia
schomburgkiana. Fitoterapia, Volume 111, pp. 73-77.
Tiedeman, A., 2005. Dissertation Branding America: An Examination of
U.S. Public Diplomacy Efforts After September 11, 2011. California:
The Fletcher School.
Vicente, J. d., 2004. Dissertation State Branding In The 21st Century.
California: The Fletcher School.
Widiarti, A., Bachri, A. A. & Husaini, 2016. Analisis Pengaruh Faktor
Perilaku Terhadap Pemanfaatan Kearifan Lokal Sebagai Obat
Tradisional Oleh Masyarakat Di Kota Palangka Raya. Jurnal Berkala
Kesehatan, 2(1), pp. 30-40.

Penulis
Sri Fatmawati, S.Si., M.Sc., Ph.D adalah
Dosen aktif di Departemen Kimia ITS dan
Presiden Organization For Women in Science
in The Developing World (OWSD) -
Indonesia. Penulis menyelesaikan studi
Master of Science (M.Sc) dan Doctor of
Philosophy (Ph.D) di Graduate School of
Bioresources and Bioenvironmental Sciences,
Kyushu University pada 2011. Penulis adalah
peneliti di Bidang Kimia bahan Alam, yang terkait dengan
kesehatan, baik dari jamu Indonesia, jamur, tanaman mangrove,
dari bahan laut seperti spons, coral dan telah dianugerahi beberapa
penghargaan yaitu Anugerah Wira Adhiacarya 2018 oleh ITS, The
Elsevier Foundation Award for Early-Career Women Scientist 2016 di
Washington DC USA, Early Career Chemist Award 2015 di Hawaii USA,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 163


The Most Inspiring Woman 2015 di Surabaya Indonesia, Inspiring
female scientist from Indonesia 2015 oleh Euraxess Links ASEAN E-
newsletter March edition, People of The Year 2013 kategori “Tokoh
Muda Indonesia” oleh Koran Sindo (Seputar Indonesia, MNC Group)
dan juga International L‟Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS)
2013 di Paris. Puluhan publikasinya telah terbit di jurnal ilmiah
nasional maupun internasional serta memiliki beberapa paten dan
buku. Penulis dapat dihubungi di email : fatma@chem.its.ac.id WA
+62 822 3099 4949 Instagram: srifatmawati_its

Devi Anggraini Putri, S.Si., M.Si


dilahirkan di Bangkalan pada 25 Agustus
1993. Pendidikan formal yang ditempuh
dimulai dari TK Hang Tuah 13 Batuporon
(1998), SDN Kamal 3 (1999), MI Tsamratul
Amal Kamal (2002), SMPN 1 Kamal (2005),
SMAN 2 Bangkalan (2008), S1 Kimia ITS
(2011) dan menyelesaikan pendidikan
pascasarjana di Departemen Kimia ITS pada
2018 dengan beasiswa Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan Republik Indonesia (LPDP RI). Saat ini, penulis aktif
menjadi asisten peneliti di Laboratorium Natural Products and
Synthetic Chemistry (NPSC), Departemen Kimia, ITS dengan bidang
minat kimia organik bahan alam. Penulis juga aktif menulis jurnal
ilmiah di jurnal nasional maupun internasional. Selain itu, penulis juga
aktif di organisasi Mata Garuda Jawa Timur sebagai pengurus inti dan
pengisi acara sosialisasi beasiswa di daerah 3T, email:
devianggrainiputri@gmail.com

164 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dimensi III
SMART ECONOMY
(Industry, Welfare, Transaction)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 165


KOLABORASI SUMBER DAYA
PENGEMBANGAN EKONOMI KOTA
YANG CERDAS

Christiono Utomo, Ph.D.

Latar Belakang Masalah dan Konsep


Sore hari yang cerah, minum teh hangat di rumah
sewa 36 m2 di kota pinggir pantai sambil ngobrol dengan
putri tercinta yang bekerja di Kalawa. Sebuah kawasan
internasional tanpa batasan kewarganegaraan. Satu
tahun tak jumpa masih juga manja dengan senyum yang
menampakkan gingsul giginya. Di pantri mungil, sang
ibunda sambil menyiapkan salad kesukaan, kali ini ala
Mongolia dari resep yang langsung dibacanya melalui
layar internet, sesekali menimpali percakapan kami. Dari
dinding multimedia dengan kemampuan informasi
apapun real time dan interaktif, Nenek terlihat sedang
menyiapkan keberangkatan operasi katarak di salah satu
klinik, semuanya sudah beres, tanggal operasi, dokter
yang menangani, resiko yang ada, dan pembayaran uang
muka. Asisten saya, Christom sedang bernegosiasi
melalui kolaborasi desainer internasional perencanaan
koridor bangunan kota, sebuah koridor pemindahan
antar bangunan yang memungkinkan permukaan lahan
hanya terisi tanaman tanpa moda transportasi mesin
apapun. Ini sebuah kolaborasi desain menggunakan BIM

166 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
pada dimensi ke-6 termasuk energi dan otomatisasi
negosiasi. Asisten saya itu hanyalah sebuah mesin DAI
tak lebih besar dari sebuah laptop saat ini yang memiliki
kemampuan pembelajaran sebuah MAI, mengirimkan
keputusan tentang aktifitas ekonomi ke gawai genggam
prinsipal masing-masing dan menampilkan dalam realitas
virtual skala ruang. Model yang sama untuk semua
aktifitas ekonomi telah terjadi. Saya bahkan tidak pernah
bertemu pemilik rumah sewa ini, semuanya ditemukan
dan transaksi melalui asisten-asisten agen yang cerdas.
Termasuk moda transportasi tanpa pengendali manusia.
Di sepetak halaman rumah sewa ditanam tiga komoditas
sayuran cabai dengan nomer registrasi produksi tertentu,
mengingatkan saya pada IBS dan robotik di konstruksi.
Informasi tersedia tentang kualitas, masa panen,
kuantitas dan transaksi rantai pasok termasuk
kemampuan tawar menawar bisa dilakukan. Semuanya
otomatis. Atap rumahnya solar panel yang memproduksi
energi listrik melebihi kebutuhan sehingga sisanya
didistribusikan lintas kota melalui sistem pengelolaan
sumber daya bersama. Kepemilikan dikonversikan
menjadi kemanfaatan. Bahkan catatan keuangan saya
menampilkan nilai aset tetap hampir 0, Seluruh aset
ditempatkan ke sumber daya berbagi, seberapa banyak
aset termanfaatkan untuk komunitas manusia. Dengan
kemampuan mekanik dan elektrik hyperloop, kota sudah
tidak bisa dipahami batas batasnya. Sebuah kota
mengembangkan industri hunian, kota yang lain
mengembangkan hub-hub transportasi, dan yang lainnya

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 167


menyediakan bahan alam kebutuhan manusia. Tentu ada
perbedaan payoff masing-masing sehingga negosiasi
yang di hubungkan dengan sistem kolaborasi harus
dikelola. Inilah yang sedang dikerjakan kakek dengan
kedai makanan kecilnya. Kapan bumbu harus
didatangkan, dan dimana pemasok yang menawarkan
harga terbaik. Sementara daftar pelanggan dan
kebiasaan masing-masing telah menampilkan satu
urutan kuantitas. Keseimbangan penawaran dan
permintaan terjadi dengan cepat. Saya tidak perlu
menuliskan segala teknologi dengan milyar persamaan
dan algoritma karena saya sedang menulis sebuah
utopia. Ingatan utopia tentang kehidupan ideal yang
terus hadir di peradaban manusia.

Mengapa Penting Ekonomi dan Kota Yang Cerdas


Ketika Schumacher menulis Small is Beautiful
(Schumacher, 1973) ditengah gerakan limit to growth
(Meadows dkk, 1972) yang sangat popular di Eropa
tahun 1970-an serta mengispirasi perencanaan
pembangunan di negara-negara sedang berkembang
saat itu, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
belumlah se revolusioner saat ini. Ekonomi berbagi dan
disrupsi pasar sebenarnya adalah kelanjutan diskursus
tentang keterbatasan sumber daya, keterbukaan, dan
peran teknologi. Lebih dari dua puluh tahun lalu,
pendekatan dan hasil studi mengenai kerangka kerja
strategis teknologi informasi dalam bentuk skenario kota
cerdas di Indonesia telah banyak didiskusikan. Namun

168 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
sebenarnya pemikiran dunia lebih jauh lagi. Banyak
dikenal pada tahun 80-an di Eropa tentang diskusi kritis
sejak munculnya esai prinsip pertumbuhan (Malthus,
1807) di tahun 1789. Akhirnya kembali ke keindahan
yang kecil melalui ekonomi berbagi. Pada permulaannya
pendekatan kontemporer menyiapkan pemahaman
teknologi informasi yang dapat menuntun keputusan
dan keterlibatan kelompok masyarakat dalam proses,
sumber daya dan pasar. Kemudian menjembatani
kesenjangan dan mempercepat terwujudnya ekonomi
berdasar pengetahuan, pengentasan kemiskinan,
peningkatan kualitas hidup masyarakat dan
mempercepat integrasi ekonomi di semua skala.
Kota cerdas dalam sebuah skenario merupakan
prasarana bagi pengembangan teknologi informasi
dalam membentuk paradigma baru. Menjadi sebuah
teori/utopi yang berfokus pada masalah teknis dan sosio
budaya dan kemudian ekonomi, melengkapi yang telah
ada diantaranya Sant‟ Elia, kota yang futuristik (Elia,
1914), Robert Owen, kota dan keseimbangan (Puras,
2013), serta Lewis Murnford, kota dan evolusi
kebudayaannya (Holford, 1938). Kecerdasan ini sangat
dipengaruhi oleh sistem transmisi, satelit, kabel laut, fiber
optik dan gelombang mikro. Skenario yang mendorong
daya saing bisnis, pemerkaya hidup masyarakat,
pembangunan informasi dasar, dan pemahaman
terhadap nilai hidup baru. Dalam hal ini kota menjadi
ruang lingkup yang sangat terpengaruh ruang, tempat,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 169


bentuk dan pola hubungan aspek kehidupan masyarakat
(pendidikan, kesehatan, industri, perdagangan,
pemerintahan, hunian dan sebagainya).
Teknologi digital telah memungkinkan bertemunya
teknologi komunikasi yang meluas dan menciptakan
ruang maya baru, merupakan platform baru untuk
berbagai kegiatan dan interaksi manusia. Teknologi
selular sedang berkembang pesat dan sudah
memungkinkan komunikasi bergerak secara global
dengan berbagai layanan baru. Dalam konteks ini, visi
yang dibangun adalah terwujudnya masyarakat informasi
yang modern yang sejahtera, berdaya saing tinggi dan
didukung secara luas oleh ICT. Jika meletakkan teknologi
informasi dalam subyek maka kemajuan dan
pengembangnannya sangat tergantung pada kondisi
saat ini dimana adanya keterbatasan prasarana dan
keterbatasan sumber daya. Penyiapan ini sangat
tergantung pada lingkungan strategis nasional, regional
dan global.
Kebutuhan yang mendasari paradigm baru melalui
ekonomi kota yang cerdas setidaknya memberi harapan
pada peniadaan hambatan pertukaran informasi antar
msyarakat dan antar kota, wilayah, dan negara, artinnya
bahwa kewilayahan kota-kota akan saling terhubungkan.
Kedua, memberikan kesempatan yang sama serta
meningkatkan ketersediaan informasi dan pelayanan
publik dan memperbesar kesempatan bagi usaha agar
mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas. Ketiga,

170 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
meningkatkan produktifitas, efisiensi, inovasi sektor
produksi dan memperlancar rantai distribusi. Keempat,
meningkatkan transparansi dan efisiensi untuk
membentuk good governance.
Seberapa siapkah Indonesia memasuki ekonomi baru
melalui perkembangan teknologi informasi? Haruslah
dilihat kenyataannya bahwa infrastruktur yang ada masih
sangat terrbatas sementara peran swasta mulai
digerakkan namun institusi regulasi belum sepenuhnya
menunjang. Dan keterlibatan masyarakat masih sangat
terbatas. Reformasi bisnis melalui penerapan teknologi
informasi yaitu memperluas pasar menjadi pasar global,
meningkatkan kinerja, efisiensi dan produktifitas,
menigkatkan layanan pada masyarakat dan
mempermudah pengendalian barang, produksi dan
informasi.

Ekonomi Cerdas Antar Kota dan Antar Sumber Daya


Menciptakan nilai adalah tujuan utama aktifitas
ekonomi. Penawaran, permintaan, keseimbangan
keduanya, perilaku, kesepakatan dalam transaksi,
sumberdaya dan kelangkaan, serta nilai kepemilikan
adalah variabel varibel pembentuknya. Ekonomi kota
yang cerdas tidak mendikotomikan modernitas dan
konvensional. Pada dasarnya kebutuhan manusia kembali
ke konsep menciptakan nilai. Pemahaan dan wujud nilai
nya mungkin saja tidak sama. Contoh kota supercanggih
memberi pembelajaran bahwa cerdas bukan berarti tidak

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 171


konvensional. Yang awal misalnya Cyberjaya dan yang
saat ini dengan pengembangan empat pulau reklamasi
menjadi kota cerdas dengan empat prioritas kegiatan
ekonomi berbeda yang saling terhubung. Pola hunian
dan aktifitas sosial konvensional dijumpai dan menjadi
model yang dikembangkan. Tentu ada banyak teknologi
yang meringankan dan membentuk pola unik kegiatan
manusia.
Pengembangan Multimedia Super Corridor (MSC)
Cyberjaya untuk pusat bisnis dan permukiman dan
Puterajaya sebagai pusat pemerintahan di tahun 2002
seluas 750 km2 memanjang sejauh 50 km dari menara
kembar Petronas di pusat kota Kuala lumpur sampai
bandara Internasional baru di Sepang. Kehebatannya
pada infrastruktur yang mengandalkan teknologi
informasi yang sangat canggih. Sistem koneksitasnya
menggunakan pengkabelan serat optik berkapasitas 2,5 –
10 giga byte dengan nilai 1 milyar dollar AS dengan
target pembangunan 7 aplikasi multimedia dengan
fasilitas-fasilitas gedung perkantoran, hotel, apartemen,
kondominium, rumah, mal dan pusat-pusat rekreasi
seluruhnya fasilitas dari aktifitas yang dsaling
dihubungkan oleh jaringan internet. Cyberjaya luasnya
2855 Ha dengan 240 000 penduduk dengan 4 tahap
pembangunan yang direncanakan selesai pada tahun
2020. Apliklasinya pada bidang pemerintahan, kesehatan
dan pendidikan. Dalam hal ini hal yang paling penting
adalah penyiapan SDMnya. Dan secanggih apapun

172 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dibangun, kota kota cerdas ini tidak akan mampu
mengisolasi diri dari kota yang lain.
Paradigma pembentukan kota yaitu kota sebagai
produk, kota sebagai proses dan kota sebagai pelaku
dibentuk melalui pendekatan teori-teori perencanaan
kota diantaranya teori figure dimana kota sebagai
konfigurasi masa dan kota sebagai konfigurasi ruang.
Kedua adalah teori linkage berupa kota yang visual, kota
strukturtal dan kota berbentuk kolektif. Ketiga adalah
pendekatan teknologis dalam bentuk kota sebagai
sekuens perkembangan sebagai pembangunan kota
yang efektif sekaligus ekonomis dan ekologis. Konsep ini
menarik karena kota dipahami secara efektif sebagai
sistem jaringan yang diatur atau dilangsungkan secara
otomatis. Sistem tersebut berfungsi secara global
maupun lokal dan melibatkan banyak parameter sesuai
konteknya. Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem
perancangan kota yang memperhatikan banyak
pengetahuan dari berbagai bidang secara terpadu
termasuk kebutuhan konstitusi perkotaan baru yakni
status di dalam kota dan cara membiayai prasarana dan
fasilitas kota.
Studi komprehensif tentang ekonomi cerdas dan kota
yang cerdas disajikan dalam sebuah buku oleh Kumar
dan Dahiya (2017). Meskipun pendekatannya saling
hubungan, namun fokus pada individu kota. Ini mirip
dengan kontradiksi mikro dan makro dalam ekonomi.
Ketika dorongan wirausaha dikembangkan, maka muncul

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 173


batasan agregasi pada keseimbangan penawaran dan
permintaan. Ketika semua kota mengembangkan
ekonomi cerdas maka terjadi persaingan yang
membentuk keseimbangan melalui hilangnya dan
melemahnya aktifitas ekonomi pada sebuah kota dan
sebaliknya pada kota yang lain. Apalagi jika pendekatan
input outpu antar kota tidak direncanakan dan dikelola.
Sebuah kota akan memiliki karakteristik sumber daya dan
produk aktifitas ekonomi. Pemenuhannya akan sangat
tergantung pada ketersediaan di kota yang lain. Ekonomi
cerdas tidak lagi ada di satu kota yang cerdas, namun
antar kota dan antar sumberdaya.

Masa Depan
Skenario awal sangat dipengaruhi oleh pendekatan
kota industri dan kota global dalam arti kota sebagai
sekuens pendekatan ekonomis (Luque, 2015). Kemudian
pendekatan kesinambungan dan pendekatan hubungan
perilaku dalam lingkungan yang melihat kota dalam
konteks sosio budaya dan sosio spasial (Falahat, 2013).
Kegiatan masyarakat di lingkungan kota mempengaruhi
tempatnya sampai ke dimensi global sehingga perlunya
perhatian pengaruh-pengaruh dalam lingkup perkotaan
diantaranya dinamika ekonomi perkotaan. Pada dasarnya
dalam dinamika ekonomi kota bisa diamati antara lain
tiga faktor pokok yang masing-masing memiliki
polarisasi yaitu meliputi status tanah, hirarki nilai serta
tingkat struktur global dan lokal.

174 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Skenario awal kota cerdas untuk Indonesia dengan
menyiapkan pemahaman kontemporer yang menyeluruh
bagi seluruh pelaku. Mengidentifikasi pemahaman
proses-proses yang ada dan pengaruh strategis terhadap
transaksi. Dengan menggunakan teknologi informasi
seluruh proses ini dapat segera dikenali dan diakses
dalam pengambilan keputusan. Ini akan mampu
menunjukkan saling ketergantungan yang ada yang
meliputi segmentasi pasar, pengguna ruang, modal,
pemilik bangunan, pengembang dan masyarakat.
Masing-masing pihak berhubungan secara saling
ketergantungan. Informasi disiapkan secara menyeluruh.
Skenario awal ini menyiapkan akses bagi seluruh warga
masyarakat kota ke dalam lingkup kota sebagai produk
yaitu kondisi pasar, strategi pengguna ruang,
sumberdaya dan prioritasnya, kondisi pasar modal,
aktivitas ekonomi, kepercayaan bisnis dan konsumen,
kebijakan sektor publik dan program-programnya.
Dalam hal ini termasuk di dalamnya informasi masukan
keluaran diantara seluruh pelaku yang meliputi
penghasilan, pengeluaran operasional, pemasukan
operasional, pembayaran hutang dan aliran kas; pihak
keluarga pemakai yang meliputi penghasilan, investasi,
beaya rumah tangga dan tabungan; pihak pengguna
bisnis yang meliputi penghasilan, pengeluaran dan profit;
terakhir adalah pihak investor. Demokrasi informasi
sebagai skenario awal adalah menyiapkan kondisi nilai riil
pasar yang wajar. Tahap awal inilah dengan bantuan
teknologi informasi, pengembangan kota dalam konteks

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 175


keuangan dimulai secara wajar mengikuti
pengembangan fisik kota dalam nilai yang wajar pula.
Penulis mencatat bahwa yang bisa dilakukan adalah
langkah tersebut, karena menyiapkan ekonomi dan kota
cerdas dalam model seperti Cyberjaya atau bahkan
Silicon Valley mungkin benar-benar utopi bagi kota-kota
di Indonesia. Kemampuan untuk mebangun kota baru
sudah sangat menurun. Kemampuan manajerial
perencanaan dan pengelolaan kota yang belum
terselesaikan dan kondisi SDM yang belum menunjang.
Yang lebih penting adalah bagaimana menghidupkan
sebuah kota cerdas yang didukung oleh bisnis yang
berkepentingan dengan teknologi informasi, sementara
kondisi investasi negeri ini belum memberikan kepastian
tinggi.
Kota cerdas secara ekonomis akan merubah secara
radikal budaya aktivitas ruang publik dan bisnis, dengan
transaksi di dalam ruang, memperingan beban ruang luar
akan kebutuhan transportasi. Ketika transaksi kebutuhan
sehari-hari dilakukan oleh ibu rumah tangga di rumah,
maka sirkulasi transportasi ruang luar tidak lagi dimulai
dari proses transaksi tetapi arus barang atau orang
sebagai produk. Jika masalahnya adalah sosialisasi,
apakah kebudayaan sekarang yang mengandalkan ruang
publik sebagai media interaksi menjamin terjadinya
sosialisasi. Jawabnya ada pada contoh mall, dimana
dalam satu ruang dengan ratusan manusia terlibat dalam
aktivitas transaksi masing-masing tanpa saling mengenal

176 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
satu dengan yang lainnya, artinya kontak fisik bukan
berarti menjamin tingkat sosial masyarakat.
Sehingga skenario pengembangan ekonomi kota
yang cerdas yang dirancangkan sebaiknya tidak hanya
berupa kota dengan demokratisasi informasi mengenai
perencanaan, pengelolaan kota dan aktifitas ekonomi
yang menggunakan keunggulan teknologi komunikasi
dan informasi tetapi juga pengelolaan berbagi
sumberdaya antar kota yang terbuka, terotomatisasi, dan
mendorong pertumbuhan bersama kota-kota secara
regional dan nasional dengan kemampuan usaha tanpa
batasan geografis global.

Daftar Pustaka
Ali, Z., McGreal, S., Adair, A., dan Webb, J. (2008) Corporate real estate
strategy: a conceptual overview. Journal of Real Estate Literature
16(1):1-22.
Elia, A.S (1914) Manifesto of Futurist Architecture. Milan
Falahat, S (2013) New Town versus Old Town, a Study on Urban
Pattern and Energy Efficiency. Technische Universitat Berlin.
Holford, W (1938) Reviewed work: the culture of cities by Lewis
Munford. The Town Planning Review 18(2), p. 143-145
Kumar, T.M.V dan Dahiya, B. (2017) Smart Economy in Smart Cities.
Chapter 1, p. 3-76.
Luque, J (2015) Urban Land Economics, Switzerlnd, Springer.
Malthus, T.R (1807). An Essay on the Principles of Population; or, a
view its past and present effects on human happiness; with an
inquiry into our prospects respecting the future removal or
th
mitigation of the evils which it occasions, Vol. 1, 4 edition.
London: T. Bensley.
Meadows, D.H., Randers, J., dan Behrens III, W.W. (1972). The Limits to
Growth: a report to the Club of Rome.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 177


Puras, A (2013) Robert Owen in the history of the social sciences:
three presentist views. Journal of the History of the Behavioral
Sciences 50(1), 58-78.
Schumacher, E.F. (1973). Small is Beautiful. London, Blond & Briggs

Akronim
BIM: Building Information Modelling
DAI: Distributed Artificial Intelligent
MAS: Multi Agent System
IBS: Industrialized Building System
ICT: Information and Communication Technology

Penulis
Christiono Utomo, Ph.D. seorang sarjana
teknik arsitektur dan master di bidang
manajemen proyek konstruksi. Menempuh
pendidikan tingkat doktoral dalam bidang
ilmu ekonomi dan bidang Ilmu teknik sipil.
Penulis adalah dosen lektor kepala di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada
program studi teknik sipil, program studi
arsitektur (magister real estate), teknik mesin
(magister manajemen energi) dan program
magister manajemen teknologi. Termasuk
diantaranya adalah program kerjasama magister dengan beberapa
perusahaan yaitu Pertamina, Chevron, TOTAL, PJB, Indonesia Power,
dan Newmont. Sejak tahun 2010 sebagai profesor madya tamu dan
penguji luar program doktoral di Fakulti Kejuruteraan Awam Universiti
Teknologi Malaysia (UTM). Mendirikan laboratorium manajemen
konstruksi ITS pada tahun 2003 dan memimpinnya hingga 2007.
Sampai saat ini telah membimbing lebih dari 200 tugas akhir S1 dan
tesis S2 baik di dalam maupun di luar negeri dan 5 disertasi Doktor.
Selama lima tahun terakhir telah mempublikasikan tidak kurang dari
50 paper di prosiding konferensi dan jurnal internasional. Bidang

178 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
keilmuan yang ditekuni adalah value management, project finance,
dan agent-based negotiation. Saat ini aktif sebagai reviewer dan mitra
bestari untuk beberapa jurnal nasional dan internasional diantaranya
Urban Planning and Property Development Review, Indonesian
Journal of Construction Engineering and Sustainable Development,
Journal of Structure and Infrastructure Engineering (Taylor & Francis),
Malaysian Journal of Civil Engineering, dan Facilities (Emerald).
Menjadi nara sumber dan tim pakar beberapa penelitian kebijakan
dan penyusunan PP di Kementrian PUPR dan PP PTNBH ITS.
Sebelumnya selama lebih dari 12 tahun, Christiono Utomo seorang
tenaga profesional di berbagai perusahaan konstruksi dan properti,
diantaranya sebagai arsitek proyek, kepala bagian umum (chief of
general affair), manajer proyek, dan koordinator proyek non-
perumahan Ciputra Surya Tbk. Beberapa proyek yang menjadi tempat
kontribusi diantaranya pembangunan hotel bintang lima, apartemen,
mall, perencanaan rumah sakit pendidikan kelas A, perencanaan
regasifikasi LNG, serta kajian ulang fisibiliti transportasi LRT-Tram.
Sebagai seorang penggemar angkutan umum dan berjalan kaki, serta
pencinta seni, waktu luangnya banyak digunakan untuk menulis,
melukis, bongkar pasang jam tangan, dan sesekali berenang.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 179


SMART PORT SEBAGAI ACUAN MASA DEPAN
PELABUHAN TANJUNG PERAK - SURABAYA

Ede Mehta Wardhana, S.T., M.T.


Adhi Iswantoro, S.T., M.T.

Latar Belakang Masalah dan Konsep


Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan akan
Smart City dengan tujuan untuk mengembangkan
produktivitas kota secara berkelanjutan (sustainable
development) merupakan target utama dalam
pemerintahan kota. Kota-kota metropolitan di Indonesia
membutuhkan investasi yang baik dan berkelanjutan
untuk meningkatkan efisiensi dalam tata kota nya untuk
meningkatkan produksi dalam kota, salah satu aspek
yang dapat dikembangkan tersebut muncul dalam
bentuk Smart City. Smart city sendiri merupakan salah
satu label abstrak yang digunakan untuk memberikan
nama pada kota yang memiliki bentuk lebih maju
dibandingkan urban cites pada jaman terdahulu. Smart
city sendiri menurut Mohany et al [1] merupakan sebuah
konsep yang belum memiliki definisi yang konsisten
diantara akademisi dan praktisioner.
Untuk memudahkan pemahaman, smart city
merupakan sebuah tempat utamanya sebuah kota
dimana traditional networks dan jasa layanan dalam kota
tersebut dibuat untuk lebih efisien, flexible, berkelanjutan
dimana penggunaan informasi digital dan teknologi

180 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
informasi dan komunikasi (TIK) diaplikasikan. Dengan
adanya penggunaan informasi digital dan TIK,
diharapkan operasi yang dilakukan dalam kota tersebut
semakin efisien dan langsung ke end-user (masyarakat)
tanpa adanya pihak perantara. Dengan kata lain,
penggunaan teknologi Smart city akan berdampak pada
jasa pelayanan publik secara langsung, efisien dan
transparan serta penggunaan resource kota yang baik
pula. T.M.Vinod Kumar dan Bharat Dahiya menuliskan
penelitiannya yang menggambarkan Isi dari Smart City
yang ditunjukkan pada gambar 1, dimana Smart City
untuk dapat beroperasi dengan baik membutuhkan
komponen-komponen di dalamnya.

Gambar 1. Smart City System

Berdasarkan kumpulan penelitian dari Motorways of


the Sea Platform [2] Pengertian dari SMART City sendiri
memiliki tujuan yang berbeda-beda untuk masing-
masing profesi. Setiap stakeholder memiliki tujuan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 181


terfokus yang harus dicapai oleh sebuah sistem Smart
City. Tujuan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tujuan sistem SMART [2] [3] [4] [5]
SMART Untuk Ekonomi  USER
Fungsi dari sistem SMART adalah untuk berfokus kepada
perspektif user /pengguuna. Dimana dalam sebuah
komunitas dibutuhkan sebuah teknologi untuk
mengkoneksikan sebuah aktivitas dari berbagai macam
proses bisnis

SMART Untuk Arsitektur  LINGKUNGAN


Dalam perencanaan tata kota, Fungsi sistem SMART
berkorelasi terhadap Lingkungan dalam kawasan
tersebut. Hal ini dianggap sebuah konsep normative,
dimana dalam SMART city plan perlu adanya panduan
pengembangan tata kota untuk masa mendatang

SMART Untuk Engineering  OTOMASI


Adanya Teknologi yang berfokus kepada produk yang
beroperasi secara otomatis, cepat dan efisien seperti
Artificial intelligence dan robot. OTOMASI berperan
penting dalam sebuah Smart city dimana komponen di
dalamnya dapat beroperasi secara mandiri (unmanned
operation)

SMART Untuk Politik  Masyarakat


Adanya Projek SMART City bukan untuk mengganti
peran dan program politik dari pemerintah. Namun, hal
tersebut dilakukan agar pejabat publik mampu untuk
berfokus pada suatu tema dalam wilayah tersebut dan
dijadikan sebagai prioritas untuk pengembangan kota ke
depan. Dengan adanya prioritas yang terlaksana, maka
peran pemerintah akan diketahui oleh masyarakat yang
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk aktif
dalam proses demokrasi wilayah tersebut.

182 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Konsep Komponen SMART City
Konsep utama dalam SMART City tersendiri memiliki 3
komponen penting di dalamnya. Komponen tersebut
dapat diperoleh baik berdasarkan konversi ataupun
pembangunan dalam kawasan tersebut. Komponen
tersebut adalah :
1) Institusi : Seperti Pemerintah, aksi politis, aturan dan
norma, Kerangka legislativ
2) Human Factor : Meliputi Pelatihan dasar, Social
capital, pusat Research and development center,
Universitas dan Institut Pendidikan tinggi maupun
tempat pengembangan skill lainnya
3) Teknologi : Infrastruktur fisik dari sebuah kita,
Informasi yang lengkap, jelas dan akurat, Teknologi
Informasi dan komunikasi, Big Data
Dimana masing-masing komponen tersebut haruslah
terkoneksi satu sama lain dalam kesatuan Smart City
Project. Detail koneksi tersebut, sesuai dengan penelitian
oleh Motorways of the Sea Platform [2] ditunjukkan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Interkoneksi komponen SmartCity

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 183


Pelabuhan sebagai Ujung Tombak Perdagangan
Pelabuhan merupakan unsur utama dalam aktivitas
perdagangan dalam suatu wilayah. Pelabuhan yang
dikelola secara efektif dan efisien telah terbukti untuk
mendorong industri dalam daerah dan kawasan tersebut.
Pelabuhan yang efektif pada umumnya merupakan
jembatan penghubung antar jalan raya, jaringan rel
kereta api, dan pergudangan tempat distribusi serta
menjadi kumpulan badan usaha seperti pelayaran,
pergudangan, freight forwarding, dan lain sebagainya.
Berdasarkan Fungsinya terdapat 4 fungsi utama yang
ditampilkan dalam Gambar 3. Berikut, Sementara peran
Pelabuhan di deskripsikan oleh Dr. Jean-Paul Rodrigue
yang ditunjukkan dalam Gambar 4 dan Dr. Fujita pada
Gambar 5.

Gambar 3. Fungsi Pelabuhan

184 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 4. Peran Pelabuhan dari berbagai macam segi [6]

Gambar 5. Strategi Eco-town yang berasal dari pelabuhan ke


wilayah industri kota [7]

Perkembangan Bisnis di Indonesia


Perkembangan bisnis di wilayah Indonesia dapat
dilihat melalui 2 hal yakni Ease of Doing Business Index
dan Logistics Performance Index. Indeks Kemudahan
Berbisnis adalah sebuah indeks yang dibuat oleh Bank

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 185


Dunia. Peringkat yang tinggi menunjukkan peraturan
untuk berbisnis yang lebih baik (biasanya lebih
sederhana), dan kuatnya perlindungan atas hak milik.
Penelitian empiris yang didanai oleh Bank Dunia untuk
membuktikan manfaat dari dibuatnya indeks ini,
menunjukkan bahwa efek dari perbaikan berbagai
peraturan terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar.
Dalam penilaan tersebut terdapat 10 Topik penilaian
yakni :
1) Memulai Bisnis : Prosedure, time, cost dan
minimum capital saat mau membuka bisnis dalam
kawasan tersebut
2) Kepengurusan Ijin Pembangunan: Prosedure,
time, cost untuk membangun gudang
3) Power : Perijinan dan biaya serta kontiuitas untuk
memperoleh tenaga listrik secara permanen pada
bangunan
4) Pendaftaran Propery : Apakah pendaftaran
mudah, murah serta cepat untuk real estate
bangunan pada bisnis baru
5) Credit : Adanya kebijakan tertulis secara legal
untuk mendapatkan informasi kredit
6) Perlindungan kepada Investor : Adanya surat
dan dokumen tertulis untuk menjamin para
Shareholder
7) Pembayaran Pajak : Total pajak, jangka waktu
pembayaran dan kejelasan akan peraturan
tersebut

186 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
8) Trading di luar perbatasan negara : Apakah
pendaftaran mudah, murah serta cepat untuk
berbisnis di luar negera tersebut
9) Kontrak: Adanya Prosedure, time dan cost
apabila terdapat hutang
10) Pemecahan masalah : Adanya Prosedure, time
dan cost apabila bisnis dalam proses bangkrut

Berdasarkan dari 10 poin tersebut, Indonesia saat ini


berada dalam rangking 73 di antara 190 negara yang
terdaftar berdasarkan data dari World Bank Annual
ratings. Detail terkini ditunjukkan pada Gambar 6.
Sementara score LPI Indonesia ditampilkan pada Gambar
7.

Gambar 6. Ease of Doing Business Index Indonesia

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 187


Gambar 7. International Score Card Logistics Performance Index
Indonesia

Tanjung Perak sebagai Smart Port di Masa


Mendatang
Perkembangan pelabuhan utamanya pada Pelabuhan
Tanjung Perak sejak akhir tahun 2010 menunjukkan
perubahan yang paling dinamis di seluruh antero wilayah
kepelabuhanan nasional. Menurut [8] terdapat 5 faktor
pengubah struktur bisnis kepelabuhanan di Tanjung
Perak yakni :
1. Berubahnya fungsi administratur pelabuhan telah
berubah menjadi dua institusi besar yaitu
syahbandar(Harbour-master) dan Otoritas Pelabuhan
(OP)
2. Munculnya pengelolaan kepelabuhanan nasional
dengan dipertegasnya fungsi regulator (lewat OP)

188 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dan fungsi operator lewat Badan Usaha Pelabuhan
(BUP)
3. Status baru yang tegas antara regulator dan
operator penyedia jasa kepelabuhanan baru di
wilayah Tanjung Perak
4. Terpolarisasinya keberadaan unit-unit usaha jasa
kepelabuhanan utamanya perusahaan bongkar muat
(PBM) di Tanjung Perak ke dalam empat grup besar
unit penyelenggara pelabuhan
5. Reposisi dan transformasi PELINDO III Cabang
Tanjung Perak dengan melakukan konsolidasi
dengan empat konsorsium yakni Jaskotama, Jastek,
MTKU (Mirah Terminal Konsorsium Utama) dan
Nilam Konsorsium
Untuk membangun Smart Port yang sesuai dengan
standard, maka pelabuhan tersebut haruslah memenuhi
persyaratan yang diterapkan oleh International Maritime
Organization (IMO) dan Pemerintah Indonesia. Alur
bottom-up dan Top-bottom tersebut dapat dilihat pada
Gambar 8. Hasil dari pembangunan tersebut akan
bermanfaat bagi Smart City yang ditampilkan pada
Gambar 9.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 189


Gambar 8. Alur pembangunan Smart Port

Gambar 9. Korelasi Smart Port dengan Smart City [2]

190 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Saat ini PT Pelabuhan Indonesia III (Pelindo III) telah
mengembangkan konsep smart port untuk
meningkatkan efisiensi arus logistik di Kota Surabaya.
Konsep smart port tersebut ditandai dengan
membangun flyover akses Terminal Teluk Lamong,
persiapan penerapan e-RTG yang efisien di Terminal
Petikemas Surabaya, layanan energi listrik untuk kapal
sandar (shore connection) di BJTI Port, hingga membuat
aplikasi Home Terminal yang menyatukan empat layanan
utama untuk vessel services, port activities, logistics, and
container management [9]. Aplikasi tersebut diharapkan
mampu membawa era baru pada layanan kepelabuhanan
yang mudah, simple, dan transparan serta memangkas
kebutuhan perantara yang tidak perlu. Di Terminal
Petikemas Surabaya (TPS) Untuk meningkatkan
pelayanan dan fasilitas, TPS melakukan berbagai upaya
mulai dari sistem booking berbasis online sepeti Fastpay
dan Qlique247, klasterisasi pandu, elektrifikasi alat
bongkar muat dan saat ini sedang dalam proses relokasi
1 unit CC yang akan memperkuat layanan di dermaga
domestik. Bulan Juli 2018 lalu TPS sukses
mengimplementasikan online booking import [10].

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 191


Gambar 10. Pelabuhan dan Terminal di Surabaya [11] [12]

Penutup
Perkembangan Smart Port khususnya Pelabuhan di
Surabaya (Tanjung Perak) merupakan sebuah keharusan
untuk menjawab tantangan di masa depan. Adanya
interkoneksi antara sebuah pelabuhan dengan
kesejahteraan daerah merupakan sebuah fakta ilmiah.
Dari segi ekonomi terdapat perbedaan antara pelabuhan
dengan Smart Port, dengan industri Smart Port
diestimasikan akan meningkatkan prduktivitas kota

192 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
antara 5.7% - 12% lebih tinggi dibandingkan dengan
industri pelabuhan biasa. Untuk menjawab tantangan
dari tahun ke depan, perlu adanya langkah yang
ditempuh oleh logistics companies dimana mereka perlu
mengadopsi ICT technology. Bukan hanya dari segi
transaksi online, namun perlunya inovasi dan investasi
litbang baik dari segi business model maupun
pengaplikasian teknologi Smart Port lainnya. Dalam
artikel ini, diharapkan pembaca akan termotivasi untuk
melakukan penelitian lanjutan maupun aware terhadap
dampak ekonomi di Industri Pelabuhan Indonesia
khususnya di Surabaya.

Daftar Pustaka
[1] S. P. Mohanty, U. Choppali, and E. Kougianos, “Everything you
wanted to know about smart cities: The Internet of things is the
backbone,” IEEE Consum. Electron. Mag., vol. 5, no. 3, pp. 60–70,
Jul. 2016.
[2] “1-Smart-Ports-v-2.0.pdf.” .
[3] “slidesito_smartcity-economy(3).png (JPEG Image, 768 × 430
pixels).” [Online]. Available:
http://www.cittadiprato.it/ZeusInc/PageDesigner/Img5/slidesito_s
martcity-economy(3).png. [Accessed: 05-Jan-2019].
[4] “Architects Need To Be At The Smart City Table, Says Sanjay Goel,”
ReadWrite, 06-Oct-2016. .
[5] “Politician Speaking At A Press Conference - Royalty Free Clipart
Picture.” [Online]. Available:
http://www.picturesof.net/pages/100524-211168-260048.html.
[Accessed: 05-Jan-2019].
[6] T. E. Notteboom * and J.-P. Rodrigue, “Port regionalization:
towards a new phase in port development,” Marit. Policy Manag.,
vol. 32, no. 3, pp. 297–313, Jul. 2005.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 193


[7] L. Fusco Girard, “Toward a Smart Sustainable Development of Port
Cities/Areas: The Role of the „Historic Urban Landscape‟
Approach,” Sustainability, vol. 5, no. 10, pp. 4329–4348, Oct. 2013.
[8] D. S. Gurning and S. Pengajar, “Tanjung Perak dan Bisnis Maritim,”
p. 5, 2011.
[9] M. P. Fauzi, “Pelabuhan Tanjung Perak Dikembangkan Jadi Smart
Port,” detikfinance. [Online]. Available:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4190488/pelabuhan-
tanjung-perak-dikembangkan-jadi-smart-port. [Accessed: 05-Jan-
2019].
[10] “Inovasi Logistik, Pelindo III usung konsep Smart Port.” .
[11] Z. Effendi, “Menuju Smart City, Surabaya akan Terapkan
Tilang Online,” detiknews. [Online]. Available:
https://news.detik.com/read/2017/08/23/180050/3611824/475/me
nuju-smart-city-surabaya-akan-terapkan-tilang-online. [Accessed:
31-Dec-2018].
[12] A. Baihaqi, “Dua Hari Berturut-turut Surabaya Puncaki Voting
Guangzhou Award,” detiknews. [Online]. Available:
https://news.detik.com/read/2018/12/05/100049/4330958/475/du
a-hari-berturut-turut-surabaya-puncaki-voting-guangzhou-award.
[Accessed: 31-Dec-2018].

Penulis
Ede Mehta Wardhana, S.T., M.T. atau biasa
dipanggil Ede memiliki hobi membaca buku.
Ia lahir di kota Surabaya pada tanggal
Agustus 1992. Penulis menempuh studi di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya. Dimulai dengan pendidikan
Sarjana di Departemen Teknik Sistem
Perkapalan pada tahun 2009. Dan berlanjut
ke Magister di institusi yang sama dengan mengambil bidang studi
Departemen Teknik Sistem dan Pengendalian Kelautan pada tahun
2014. Pada tahun 2017 penulis mengabdikan diri sebagai salah satu

194 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
staf dosen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
hingga sekarang. Penulis menekuni bidang keahlian tentang Marine
Renewable Energy pada Laboratorium Marine Machinery System
Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS. Penulis dapat di kontak
melalui e-mail ede@ne.its.ac.id

Adhi Iswantoro, S.T., M.T.


dilahirkan di Blora pada tanggal 29
Juli 1991. Penulis menempuh
pendidikan formal di sekolah negeri
dari Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas. Kemudian penulis
melanjutkan studi di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan menempuh
pendidikan Sarjana di Departemen Teknik Sistem Perkapalan pada
tahun 2010 hingga 2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
Magister di institusi yang sama dengan mengambil bidang studi
Departemen Teknik Sistem dan Pengendalian Kelautan pada tahun
2013 hingga 2015 melalui jalur fast track. Pada tahun 2017 penulis
mengabdikan diri sebagai pengajar di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya hingga sekarang. Penulis menekuni bidang
keahlian tentang Internal Combustion Engine pada Laboratorium
Marine Power Plant Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS. Email
penulis adalah adhi@ne.its.ac.id.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 195


TOPONIMI SOSIAL EKOTURISME KOTA UNTUK
INVENTARISASI POTENSI WISATA
DI DOLLY SURABAYA BERBASIS WEBGIS

Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo, DEA, DESS


Aji Kusumaning Asri

1. Pendahuluan
Dolly adalah area lokalisasi terbesar di Asia Tenggara,
lebih besar dari lokalisasi Phatpong di Bangkok dan
lokalisasi Geylang di Singapura. Bahkan ada kontroversi
di mana Gang Dolly dimasukkan ke dalam salah satu
tujuan wisata Surabaya untuk wisatawan asing (Purnomo
1982). Berdasarkan data statistik setelah deklarasi
pembubaran (per Juli 2014) dari 15 RW yang berlokasi di
Kelurahan Putat Jaya, tidak semua wilayahnya menjadi
lokasi prostitusi. Hanya beberapa RT, termasuk 5 RW,
milik pusat pelacuran, biasanya disebut Dolly dan Jarak.
Selain itu, dalam 1 RW hanya beberapa RT yang termasuk
dalam cakupan lokalisasi dan sisanya hanya rumah
tangga biasa. Diketahui bahwa jumlah pelacur di daerah
Dolly dan Jarak mencapai 1.021 orang dengan jumlah
mucikari mencapai 230 orang. Setelah pembubaran
diluncurkan oleh Pemerintah Kota Surabaya, berbagai
pelatihan dilakukan untuk memberikan keterampilan
kepada warga sehingga mereka tidak lagi bergantung
pada keberadaan lokalisasi di daerah (Sari 2016). Dengan
kata lain, penyediaan pelatihan keterampilan ditujukan

196 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
untuk memulai bisnis baru dan memenuhi kebutuhan
seharihari dengan pekerjaan yang layak. Untuk
mengubah citra Dolly menjadi area bernilai positif, ia
telah merencanakan area exlokalisasi Dolly sebagai area
pariwisata perkotaan. Ada beberapa jenis kegiatan
kolaborasi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat untuk
mengembangkan sumber daya wilayah Dolly seperti: i)
pelatihan bahan baku samiler, ii) pengembangan
teknologi pengering slamer tanpa energi surya, iii)
pelatihan pemrosesan rumput laut, iv) pengadaan
produksi expired test, V) pengembangan bisnis Chatering
Dolly (Sukojo, 2017). Pengembangan wilayah Dolly
melalui berbagai kegiatan, mendorong pengembangan
fasilitas pendukung salah satunya adalah keberadaan
sistem informasi. Dimana pengembangan sistem
informasi yang disajikan dalam bentuk situs web dapat
menjadi media publikasi hasil produksi masyarakat di
bidang kuliner, kerajinan tangan atau usaha mikro
lainnya. Dan mengingat lokasi target yang Dolly sebagai
daerah ex-lokalisasi memiliki filosofi dan sejarah khusus,
maka pengembangan dan pengemasan bidang informasi
agar dikenal luas sebagai area positif harus dilakukan
secara optimal. Dalam pengabdian berbasis penelitian ini,
metode yang digunakan adalah Survei Toponimi. Konsep
yang dilakukan adalah verifikasi terhadap unsur-unsur
yang telah terstandarisasi dan memberikan usulan
standardisasi unsur-unsur yang belum terstandarisasi dan
melakukan inventarisasi potensi yang ada, terutama
pariwisata. Pada dasarnya, survei toponimi dapat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 197


mendukung ketersediaan informasi geospasial dasar
seperti gasetir nasional dan juga penyediaan informasi
geospasial tematik seperti inventarisasi elemen
pendukung pariwisata di wilayah Dolly. Selain itu,
toponimi juga diperlukan dalam pengembangan dan
kegiatan yang terkait dengan aspek pertahanan
kedaulatan suatu negara (Sukojo 2009). Ide yang
digunakan dalam pengabdian ini adalah pengembangan
Sistem Informasi Geografis berbasis web atau yang
disebut WebGIS. Di mana sistem ini dapat menyimpan,
memperbaiki, memperbarui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, dan menampilkan data potensi
pariwisata yang ada dalam informasi geografis berbasis
situs web. Selain itu, ada beberapa metode pendekatan
pada tahap analisis yaitu pendekatan onomastik, spasial,
ekologis, ekonomi, sosial dan budaya untuk meneliti
potensi pariwisata di wilayah Dolly.

2. Rincian Penelitian
2.1. Area penelitian
Daerah penelitian terletak di daerah yang merupakan
lokasi layanan berbasis penelitian ini adalah daerah Dolly,
Desa Putat Jaya, Kabupaten Sawahan, Surabaya, Jawa
Timur.

198 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar. 1. Peta Eks-Lokalisasi Dolly

2.2. Alat dan Akuisisi Data


Dalam penelitian ini digunakan data spasial dan non
spasial. Untuk data spasial termasuk RBI Map 1608-414
(Wonokromo) skala 1: 25.000, gambar terkoreksi SPOT 6,
data vektor administrasi Dolly, dan koordinat tengara
yang direkam oleh GPS Handheld. Sedangkan untuk data
non spasial meliputi: Sebuah. Data primer, yaitu: elemen
topografi tengara dan data toponim awal b. Data
sekunder, yaitu: data fisik (topografi, hidrografi, geologi,
klimatologi) dan data nonfisik (demografis, sosial,
ekonomi, dan budaya) c. Dokumentasi elemen topografi.
Untuk menganalisis gambar untuk membuat peta desa,
penelitian ini menggunakan ArcGIS 10.3.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 199


2.3. Metode
Survei Toponymy
Konsep standardisasi dalam survei toponim adalah
memverifikasi elemen yang telah distandarisasi,
mengusulkan elemen yang belum distandarisasi,
mengidentifikasi potensi desa, dan observasi visual.
Untuk mendapatkan informasi detail, juga melakukan
wawancara kepada kepala desa, pemimpin pemuda,
teolog, penatua desa dan penduduk lokal di Dolly. Ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi umum, sejarah,
kondisi sosial, kondisi ekonomi, budaya, dan kearifan
lokal.

Inventarisasi Elemen Topografi


Dalam aturan toponim, untuk inventarisasi elemen
topografi digunakan beberapa bentuk survei berdasarkan
standarisasi nama topografi [6]. Bentuknya adalah
Formulir A, B, C, D, dan formulir pengumpulan data
toponim. Hasil inventaris dicatat pada formulir D,
kemudian digunakan sebagai dasar untuk
mengidentifikasi kriteria penamaan elemen geografis
Identifikasi Potensi Sejarah dan Ekowisata Kota
Sejarah dan potensi daerah penelitian dapat
ditemukan dengan melakukan pengamatan visual dan
melakukan wawancara kepada penduduk desa di
sekitarnya. Penelitian ini juga mengidentifikasi tentang

200 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tengara di Dolly yang menunjukkan kawasan Ekowisata
dengan berbagai UKM (Usaha Kecil dan Menengah).

3. Hasil Dan Pembahasan

3.1. Penamaan Karakteristik Unsur Topografi


Berdasarkan hasil survei lapangan, 49 landmark atau
elemen topografi telah diidentifikasi, termasuk: 19 portal,
13 lokasi perdagangan, 6 fasilitas pemerintah, 8 fasilitas
umum, 2 masjid, dan 1 makam tua. Untuk elemen
topografi, nomenklatur didasarkan pada beberapa
kriteria. Karakteristik nomenklatur elemen topografi tidak
dapat dipisahkan dari pengaruh budaya dan bahasa.
Karakteristik tersebut didasarkan pada nama, aksara dan
pengucapan menggunakan bahasa Jawa. Prinsip elemen
topografi menggunakan nama lokal untuk melestarikan
kearifan budaya, menghormati suku, agama, ras dan
kelas. Penjelasan nomenklatur di Dolly: Sebuah.
Penamaan Desa - Berdasarkan Produk Utama, yaitu:
Kampung Samijali, Kampung Orumi, Kampung Batik,
Kampung Telur Asin, dan Kampung Tempe. -
Berdasarkan nama tanaman, yaitu: Desa Jarak, dan Desa
Putat Jaya - Berdasarkan Nama Gambar i.e .: Gang Dolly
b. Penamaan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) -
Berdasarkan alamat produksi yaitu: Alpujabar (Alamat
Putat Jaya Barat), Pujaa (Putat Jaya Gang 2A) -
Berdasarkan desain produk yaitu: Jarak Arum, Canting
Surya - Berdasarkan nama pencipta: Tempe Bang Jarwo -
Berbasis komunitas: KSM Kawan Kami - Berdasarkan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 201


bahan baku produk, yaitu: Samijali (Samiler Jarak-Dolly),
dan Orumi (Olahan Rumput Alami).

3.2. Sejarah Dolly


Dolly, kawasan lokalisasi yang sudah ada sejak abad
ke-19 pernah diproklamirkan sebagai salah satu tujuan
wisata kota Surabaya. Dilihat dari sejarahnya, Dolly, yang
pernah menjadi wilayah prostitusi terbesar di Asia
Tenggara didirikan dengan tujuan menyediakan wanita
cantik untuk melayani tentara Belanda. Ada berbagai
kisah tentang siapa pendiri utama lokalisasi ini, mulai dari
munculnya nama Dolly Van de Mart yang merupakan
wanita keturunan Belanda hingga nama Dolly Khavit
yang merupakan wanita Filipina-Jawa. Ada berbagai kisah
tentang siapa pendiri utama lokalisasi ini, mulai dari
munculnya nama Dolly Van de Mart yang merupakan
wanita keturunan Belanda hingga nama Dolly Khavit
yang merupakan wanita Filipina-Jawa. Pada awalnya
lokalisasi Dolly sendiri dibagi menjadi dua wilayah, yaitu
Putat Jaya dan Jarak - Dolly. Dulunya Jarak adalah
makam Cina. Namun, mengetahui bahwa kontrak sewa
tanah pemakaman Tiongkok habis, maka daerah itu
dijadikan sengketa sehingga makam yang telah selesai
kontrak bisa digusur. Setelah dilakukan penggusuran,
daerah putat jaya, Jarak dan Dolly memiliki rumah-rumah
pondok tempat melakukan kegiatan prostitusi. Dapat
dikatakan bahwa asal-usul pesawat ruang angkasa dolly
dan putut jaya pada dasarnya telah dibangun dengan

202 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tujuan transfer area lokalisasi dari pekerja seks komersial
Jagir.

3.3. UKM di Kawasan Ekowisata Urban Dolly


Setelah penutupan lokalisasi Dolly pada tahun 2014,
Pemerintah Kota Surabaya mulai melakukan berbagai
kegiatan pemberdayaan masyarakat, terutama
masyarakat sekitar exlokalisasi. Pemberdayaan ini
merupakan upaya pemerintah untuk menyediakan
lapangan kerja sehingga orang-orang yang dulu sangat
bergantung pada lokalisasi sebagai sumber pendapatan,
sekarang dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis
secara mandiri. Ada berbagai macam usaha di setiap
desa yang mulai ditempati oleh komunitas dan
masyarakat Putat Jaya Dolly, antara lain. Ada desa wisata
boneka yang menyebut "Kampung" Sebuah.

a. Kampung Samijali

Gambar. 2. Kampung Samijali

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 203


Samiler Jarak-Dolly atau Samijali biasanya dikenal
sebagai camilan spesialisasi lokalisasi eksklusif Dolly.
UKM Samijali yang didirikan sejak April 2015 adalah salah
satu upaya dari Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu
Gerakan Painting of Hope. Dipimpin oleh Ibu Dwi dan
dibantu oleh 10 karyawan, UKM ini telah memproduksi
kerupuk samiler olahan dengan 4 varian rasa yaitu rasa
asli Samijali, baberque, balado, dan keju. Bentuk kerupuk
kecil berbentuk bujur sangkar merupakan salah satu
inovasi membuat makanan ringan ini tidak mudah
hancur. Selain itu, model pengemasan kerupuk yang
cukup modern, membuat produk ini lebih laris daripada
kerupuk samiler yang biasanya dijual di pasaran. Saat ini,
untuk wilayah pemasaran samijali sendiri sudah
menyebar di wilayah Surabaya seperti di Siola, Balai Kota,
Kertajaya, Kutai, Rumah Kukus Surabaya, dan rumah
kreatif Dolly. Sedangkan untuk rumah produksi sendiri
terletak di Kampung Samijali, tepatnya di Putat Jaya
Gang 4A RT 13 / RW 03.

Gambar 3. Produk Samijali

204 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
b. Kampung Orumi

Gambar. 4. Kampung Orumi


Selain kerupuk camilan, salah satu bisnis mikro yang
telah berjalan di bawah bimbingan Gerakan LSM
Pengecatan LSM adalah UKM Orumi. Orumi atau yang
bisa disebut Natural Seaweed Processing adalah salah
satu produk jelly khas Dolly ex-lokalisasi yang terbuat
dari Rumput Laut. Ada 4 varian rasa yang diproduksi
yaitu rasa lemon oro, leci, stroberi, dan teh hijau dengan
harga masing-masing paket 10 ribu. Inovasi awal UKM
yang didirikan sejak 2016 adalah untuk mengimbangi
keberadaan produk makanan khas Dolly Samijali yang
telah ada sejak 2015. UKM yang tergabung dalam
kelompok bisnis INAKOM berlokasi di Kampung Orumi,
tepatnya di Putat Jaya Barat Gang III A RT 03 / RW 03.
Dipimpin oleh Ibu Hanani dan dibantu oleh 4 karyawan,
produk Orumi ini telah dipasarkan di sekitar Surabaya,
baik melalui pameran atau promosi independen.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 205


Gambar 5. Produk Orumi

c. Kampung Gotong Royong dan Kreatif


Di desa ini ada beberapa produksi yang dikelola oleh
masyarakat, antara lain: - UKM Pujaa Salah satu UKM
yang ada di Kampung Gotong Royong dan Kreatif adalah
UKM Pujaa. Dinamai Pujaa karena UKM ini terletak di
Putat Jaya Gang 2A. UKM yang mulai diresmikan pada
Januari 2017 berada di bawah naungan Kantor
Ketahanan Pangan dan diketuai oleh Bpk. Nirwono.
Bersama dengan 11 karyawan, UKM menghasilkan
berbagai telur bebek olahan seperti telur asin dan juga
telur asin botok. Selain itu, UKM ini juga memproduksi
susu sapi murni dan susu kedelai. Untuk meningkatkan
kualitas produksi, karyawan juga aktif dalam pelatihan
pengolahan makanan serta pelatihan kewirausahaan
yang dilakukan oleh Badan Keamanan Pangan, BPS, dan
Badan Pelatihan Masyarakat Surabaya. Dan untuk saat ini,
area pemasaran produksi berada di sekitar Surabaya
seperti di Departemen Kependudukan, Kebun Binatang
Surabaya, dan juga produsen untuk Soto Wawan.

206 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar. 6. Kampung Kreatif dan Gotong Royong

Gambar. 7. Produk Pujaa UKM - Telur Asin

- KSM Kawan Kami


Selain UKM Pujaa, kelompok bisnis yang
memproduksi telur bebek di Kampung Gotong Royong
dan Kreatif adalah Kelompok Swadaya (KSM) dari Teman
Kita. Sejak didirikan pada tahun 2014, grup bisnis yang
dipimpin oleh Ibu Salamah ini telah menghasilkan
berbagai persiapan telur bebek, seperti Telur Asin, Telur
Asin Botok, dan Pepes. Selain itu, untuk meningkatkan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 207


keragaman produksi, KSM Kawan Kami juga
memproduksi Wet Cakes,
Pastries dan Tongkat Susu. Berbekal pelatihan panga dan
pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh
berbagai lembaga seperti Dewan Pelatihan Komunitas,
Badan Pertanian, dan Tristar, kelompok usaha yang
terdiri dari 4 karyawan telah memasarkan produknya
dalam berbagai kegiatan pameran dan dipasarkan secara
mandiri.

Gambar. 8. Produk KSM Kawan Kami - Berbagai Persiapan Telur Asin

- Koleksi Sablon Indana


Di Kampung Gotong Royong dan Kreatif ada juga satu
usaha mikro yang melayani layanan penyablonan, yaitu
UKM Sablon Indana Collection. Bisnis yang dimulai sejak
2014 adalah bisnis mandiri yang dipimpin oleh Mas Arif
dan dibantu oleh 6 karyawan. Meski masih berdiri sekitar
3 tahun, area pemasaran layanan sablon cukup luas,
selain Surabaya lokal, ada juga pelanggan yang datang
dari Nusa Tenggara, Makassar, dan Sorong, Papua. Selain
melayani jasa sablon, karyawan Indana Collection juga

208 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
berperan aktif untuk melatih calon wirausaha yang ingin
membuka usaha di bidang penyablonan KASA Surabaya.

d. Batik Kampung
Di desa ini ada beberapa produksi batik, yang disebut
"Batik Dolly", antara lain:

Gambar. 9. Kampung Batik


- Canting Surya Batik
Canting Surya adalah salah satu UKM yang tergabung
dalam grup bisnis Dolly Batik dan beralamat di Gang VI B
Putat Jaya Barat No. 6 RT 02 / RW 11. Sesuai namanya,
batik yang diproduksi oleh UKM ini memiliki karakter
yang khas dalam istilah seni "Cantinganya".
Masih mempertahankan gaya dasbor yang detail dan
halus, didukung oleh penggunaan warna-warna alami
adalah keunggulan dari batik Canting Surya. Berdiri sejak
2014 di bawah bimbingan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Surabaya, saat ini UKM Canting Surya
diketuai oleh Ibu Ike Setiowati dan memiliki 4 karyawan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 209


Berbekal keterampilan hasil pelatihan Dewan Pelatihan
Komunitas dan Departemen Perdagangan dan Industri,
UKM mampu memamerkan dan memasarkan produknya
melalui berbagai kegiatan seperti Colombo Plan yang
diadakan pada 19-24 September 2016. Selain itu,
peningkatan kualitas dan kuantitas, membuat nilai jual
batik yang dihasilkan memiliki harga yang cukup tinggi
mulai dari 250 ribu hingga 10 juta. Ini tergantung pada
kerumitan desain batik yang diminta oleh pembeli.

Gambar. 10. Canting Surya Batik

- Jarak Arum Batik


Selain Canting Surya, ada UKM lain yang
tergabung dalam kelompok usaha Batik Dolly, Jarak
Arum. Sesuai namanya, batik yang diproduksi oleh
UKM Jarak Arum tidak meninggalkan gambar Jarak
Daun dengan Clover Leaves tambahan di setiap
desain. Tidak hanya itu, Jarak Leaf juga mencirikan
bahwa batik diproduksi dari daerah Jarak sekitarnya
tepatnya di Kelurahan Putat Jaya Timur Gang 2A RT 05

210 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
/RW 03. Saat ini, UKM di bawah bimbingan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Surabaya
dipimpin oleh Ny. Umi Ningsih dan memiliki 8
karyawan. Untuk melatih keterampilan membatik,
karyawan juga aktif dalam kegiatan pelatihan yang
dilakukan oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surabaya. Dan hingga saat ini,
UKM yang berdiri sejak 2014 ini mampu memproduksi
berbagai jenis batik khas Dolly-Surabaya dengan
penjualan mulai 200 ribu hingga 5 juta.

Gambar 11. Jarak Arum Batik

- Batik Alpujabar
Berbeda dengan penamaan UKM batik dolly lainnya
yang menunjukkan karakter batik yang diproduksi, nama
"Alpujabar" pada UKM ini didasarkan pada alamat batik
yang diproduksi, "Alpujabar = Alamat Putat Barat". Ini
cukup menarik, karena di balik nama bisnis, secara tidak
langsung menunjukkan identitas dari mana batik itu

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 211


berasal. Mirip dengan UKM batik Dolly lainnya, Batik
Alpujabar, yang dikepalai oleh Mas Tris juga memiliki
karakteristik sendiri. Salah satu ciri selain Jarak daun dan
bentuk semanggi khas Surabaya, dalam desain batiknya
selalu menampilkan ikon-ikon yang menggambarkan
kota Surabaya sebagai gambar Jembatan Suramadu,
Matahari di Kenjeran, Tugu Pahlawan, Monumen Kapal
Selam dan banyak lagi . Salah satu desain yang juga bisa
dikatakan "Dolly Banget" adalah desain batik bertema
"Butterfly Night". Dari desainnya bisa dijelaskan secara
singkat gambar Dolly masa lalu. Sejak didirikan pada
tahun 2015, UKM Alpujabar di bawah bimbingan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan masih
dikelola secara independen dengan rumah produksinya
di Putat Jaya Barat Gang IX B No. 31. Selain itu, untuk
memasarkan produknya, UKM Alpujabar telah aktif
dalam berbagi kegiatan pameran yang diadakan oleh
Pemerintah Kota Surabaya. Harga batik yang diproduksi
berkisar antara 200 ribu hingga 2,5 juta.

Gambar. 12. Batik Alpujabar

212 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
e. Kampung Tempe Bang Jarwo
Pembubaran Dolly 2014, selain menutup lapangan
kerja masyarakat yang sangat tergantung pada lokalisasi
juga telah membuka peluang masyarakat untuk
menciptakan berbagai inovasi, dan salah satunya adalah
bisnis produksi tempe. Tempe Bang Jarwo adalah salah
satu tempe Dolly khas yang diproduksi oleh mantan
preman dengan istrinya yang dulu bekerja sebagai
pekerja seks komersial.

Gambar. 13 Tempe Bang Jarwo


Ini cukup menarik mengingat inovasi bisnis yang
diprakarsai bersama dengan LSM Gerakan Lukisan
Harapan, telah mampu menghindari ketidakseimbangan
ekonomi setelah pembubaran Dolly. Saat ini ada
beberapa produksi tempe bang jarwo berbeda seperti
tempe mentah dengan berbagai bentuk inovasi, tempel
sambel kering, dan juga tempe nugget. Selain itu, untuk
pemasaran tempe bang jarwo yang diproduksi di daerah
Kupang Gunung Gang Tembusan dilakukan dengan
berkeliling menggunakan sepeda. Selain itu, untuk

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 213


memperluas pemasarannya, Bang Jarwo dan istrinya
(Mbak Rina) juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pameran bisnis yang diadakan oleh Pemerintah Kota
Surabaya.

4. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini telah diidentifikasi
bahwa ada beberapa desa di Dolly yang telah
dikembangkan menjadi daerah wisata dengan berbagai
karakteristik, seperti: "Kampung Orumi" yang terkenal
dengan minuman rumput laut, "Kampung Samijali"
dengan kerupuk Samiler, "Kampung Batik ”dengan
desain Jarak dan Semanggi Daun Khas Surabaya, dan“
Kampung Telur Asin ”dengan aneka makanan yang
terbuat dari telur asin.

Daftar Pustaka
Bakosurtanal. 2009. Survei dan Pemetaan Nusantara. Jakarta:
Bakosurtanal
Dahlia, N.R. 2015. Evaluasi Usaha Kecil Dan Menengah Menggunakan
Sistem Informasi Geografis di Kota Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
Fathoni, A. 2014. Pendekatan geografi (Keruangan, Ekologi dan
Komplek Wilayah). (www.zonasiswa.com/2014/06/pendekatan-
geografi-keruangan-ekologi). Dikunjungi pada tanggal 24 Oktober
2016
Herliningsih, I. 2013. Gasetir sebagai Bagian Kekayaan Budaya Bangsa.
Bogor: Kepala Bidang Toponim, Pusat Pemetaan Rupabumi dan
Toponimi – BIG
Kertasasmita, G. 1997. Pembangunan untuk Rakyat, Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides

214 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Purnomo T., Siregar A. 1982. Dolly: Membedah Dunia Pelacuran
Surabaya. Jakarta: Grafiti pers, 1982), hal 33-34.
Sari, D. F. dan Ma‟ruf, M. F. 2016. Proses Pemberdayaan Bagi Warga
Terdampak Penutupan Lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya
Kecamatan Sawahan Surabaya. Surabaya: Prodi S1 Ilmu
Administrasi Negara, UNESA. Masyarakat. Bandung: Rafika
Aditama
Sukojo, B.M. 2009. Buku Ajar Toponimi. Hal 23 – 29. Surabaya:
Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Sukojo, B.M. 2013. Draft: Pedoman Teknis Inventarisasi dan Verifikasi
Nama Rupabumi. Jakarta: Dirjen PU, Direktorat Wilayah
Administrasi dan Perbatasan.
Yulius dan Salim, H. W.L. 2013. Inventarisasi Selat di Kabupaten
Karimun Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan Kaidah Toponimi.
Jakarta: Pusat Litbang Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang
KP-KKP.

Penulis
Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo, DEA, DESS adalah
dosen Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya dengan bidang keahlian:
Penginderaan Jauh, Penginderaan Jauh Terapan,
Infrastruktur Informasi Geospasial, Informasi
Geospasial Tematik, Toponimi, Jaring Kontrol
Geodesi, Proyeksi Peta

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 215


FINANCIAL TECHNOLOGY UNTUK
MENDORONG TUMBUHNYA SMART INVESTOR
DI INDONESIA

Muhammad Saiful hakim, S.E., M.M.


Imam Baihaqi, S.T., M.Sc., Ph.D.

Latar Belakang Masalah dan Konsep


Perkembangan industri investasi di Indonesia masih
sangat tertinggal jika dibandingkan negara lain.
Kemajuan industri investasi umumnya diukur dari
besaran perusahaan yang memanfaatkan pasar modal
(terdaftar di bursa efek). Saat ini di Indonesia dengan
besaran penduduk sebanyak 263 juta memiliki
perusahaan yang terdaftar di bursa efek hanya sebanyak
566 perusahaan. Kondisi ini sangatlah jauh tertinggal
dengan singapura yang memiliki 5 juta penduduk tetapi
sudah sebanyak 479 perusahan terdaftar di bursa efek,
ataupun dengan malaysia yang dengan 31 juta
penduduknya namun telah memiliki 810 perusahaan
terdaftar di bursa efek . Jika mau lebih lanjut
dibandingkan, sebenarnya hal ini pun sudah tertinggal
sangat jauh jika dibandingkan dengan keadaan di negara
maju. Jepang dengan 126 juta penduduknya memiliki
3.598 perusahaan terdaftar di bursa efeknya, sedangkan
Korea Selatan dengan hanya 51 juta penduduk namun
telah memiliki 2.114 perusahaan terdaftar (Worldbank,
2017) (lihat Gambar 1).

216 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Indonesia Malaysia Singapura Korea Jepang
Selatan

Penduduk (dalam Jutaan) Perusahaan Terdaftar

Gambar 1. Perbandingan Jumlah penduduk dan perusahaan terdaftar


di Bursa Efek di 5 Negara (World Bank, 2017)

Menilik data diatas terlihat bahwa negara maju


umumnya memiliki jumlah perusahaan terdaftar yang
sangat besar dibandingkan dengan negara yang
berkembang. Secara umum memang hubungan antara
jumlah perusahaan yang terdaftar (investasi) dan
kemajuan adalah berbanding lurus (Naik & Padhi, 2015).
Saat suatu negara memilki pasar investasi yang maju
dengan jumlah investor yang sangat besar maka akan
tersedia modal yang besar untuk dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk, melakukan pengembangan bisnis
maupun hanya untuk sekedar tambahan darah untuk
menjalankan operasional perusahaan. pasar modal yang
kuat, akan mendorong pertumbuhan industri yang kuat
sehingga pada akhirnya menyumbang pertumbuhan dari
ekonomi negara.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 217


Salah satu faktor utama dalam pasar modal tentu
adanya investor, terutama investor individu. Dengan
jumlah penduduk yang besar, Indonesia meyimpan
potensi besar untuk meningkatkan perputaran modal
yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha. Namun,
kesadaran akan investasi masih rendah, lebih banyak
yang menabung (saving) dari pada investasi. Hal
disebabkan berbagai kendala diantaranya: financial
literasi yang rendah dan belum banyak instrumen yang
mampu mendukung kegiatan para investor individu ini.
Untuk menumbuhkan pertumbuhan ekonomi, perlu
diciptakan ekosistem yang kuat agar industri bisa mudah
berkembang. Penyediaan infrastruktur memang
diperlukan, tapi belum cukup (necessary but not enough)
untuk menopang industri nasional. Pasar modal dan jasa
keuangan merupakan salah satu komponen penting
dalam ekosistem industri nasional yang perlu mendapat
perhatian.
Majunya pasar modal dan industri investasi juga
memiliki dampak yang besar bagi Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM). Berkembangnya industri keuangan
memberikan UMKM alternatif pendanaan seperti
penerbitan saham, atau sekuritas lain, daripada secara
tradisional mengandalkan pemenuhan modal dari dana
pribadi maupun dari lembaga keuangan seperti bank.
UMKM juga bisa memanfaatkan pasar modal dalam
pengelolaan kelebihan kas atau kapital yang dimilikinya.
Umumnya, UMKM akan menyimpan kelebihan kas atau

218 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kapitalnya dalam bentuk rekening di bank karena mudah
dicairkan, namun tentunya tidak akan memberi imbal
hasil yang baik. Usaha kecil dan menengah bisa
memanfaatkan produk investasi seperti reksadana,
sekuritas pasar uang, atau sekuritas lainnya untuk
menyimpan kelebihan kas dan kapitalnya dimana akan
mendapatkan imbal hasil yang baik serta tetap mudah
untuk dicairkan (likuid).
Pada sisi yang lain dalam industri keuangan, Financial
technology berkembang sangat pesat seiring dengan
perkembangan masif dari teknologi digital. Berkembang
pesatya sektor ini hingga sempat muncul ramalan bahwa
bidang ini akan menggantikan peran dari industri
keuangan konvensional. Namun, bagaimanakah peran
dari Fintech dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
di bidang keuangan sehingga mampu menambah jumlah
investasi di indonesia?

Financial Technology
Financial Technology (Fintech) bisa diartikan sebagai
industri keuangan baru yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan aktivitas keuangan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi (Schueffel,
2017). Fintech sendiri memiliki beragam model bisnis
yang ditawarkan. FSB (Financial Stability Board), badan
independen dunia dibidang keuangan membagi model
bisnis dari Fintech menjadi 5 sub industri (FSB, 2017),
yaitu diantaranya :

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 219


1. Payments, clearing and settlement : layanan Fintech
yang menyediakan fasilitas pembayaran seperti yang
umum diberikan oleh layanan perbankan.
Contoh produk : uang digital
2. Deposits, lending and capital raising : Layanan Fintech
untuk mempertemukan antara kreditur dan debitur
Contoh Produk : P2P Lending, Crowd Funding
3. Insurance : Layanan Fintech yang membantu
konsumen untuk memilih dan melakukan pembelian
Asuransi
Contoh Produk : insurance product comparison,
insurance e-agent
4. Investment management: Layanan Fintech yang
membantu konsumen untuk memilih dan melakukan
keputusan investasi
Contoh Produk : Robo-Advisor, Investment E-Agent
5. Market support : Fintech Tipe ini memberikan jasanya
kepada para financial technologi lain dalam
menjalankan bisnisnya
Contoh Produk : Big data analysis, market analysis,
Secara global Forbes mencatat bahwa saat ini
perkembangan cepat dari startup di bidang ini telah
mencakup semua sub bidang dari Fintech (Forbes, 2018).
Namun, kenyataan ini berbeda dengan yang terjadi di
Indonesia. Sebagian besar dari startup Fintech di
indonesia bersaing dibidang pinjam-meminjam. Disusul
kemudian dengan pembayaran, asuransi serta investment
management serta market support.

220 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Peran Fintech dalam Mendorong Investasi
Masyarakat umum beranggapan investasi
membutuhkan pengetahuan mengenai pengelolaan
keuangan yang baik . Dalam hal ini Fintech pengelola
keuangan bisa berperan memberikan pengetahuan
mengenai istilah investasi dengan pola mudah, hal ini
seperti yang telah dilakukan oleh Startup Fintech
Finansialku (https://www.finansialku.com/) yang
menyediakan suatu platform untuk mengatur keuangan
dengan lebih baik.
Kesulitan lain yang dihadapi oleh calon investor
adalah menentukan produk yang terbaik untuk dipilih
yang sesuai dengan profil risikonya. Dalam hal ini startup
Fintech yang menyediakan layanan investasi sangatlah
sesuai untuk menyelesaikan kesulitan tersebut. Aplikasi
seperti bareksa (https://www.bareksa.com/) dan
tanamduit (https://www.tanamduit.com) menyediakan
Robo-advisor yang merupakan suatu layanan kustom
untuk jasa investasi dengan menggunakan pendekatan
algoritma dan alat analisa lainnya. Pada layanan ini pada
proses awal investor diminta untuk mengisi data terkait
dengan preferensi risiko dan data terkait kebutuhan
perencanaan keuangan. Algoritma dari sistem akan
memberikan rekomendasi produk investasi yang sesuai
dengan karakteristik investor. Dengan adanya layanan ini
maka investor bisa menentukan produk yang benar
benar sesuai dengan profil risiko yang dimilikinya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 221


Kendala lain yang dihadapi didalam berinvestor
adalah untuk dapat mengakses produk produk investasi
melalui media yang nyaman. Dalam hal ini keberadaan
Fintech dapat membantu distribusi dari layanan jasa
investasi ke konsumennya (investor). Industri Fintech
mendorong produk investasi untuk hadir di media yang
lebih memudahkan bagi investor untuk mengakses yaitu
melalui user friendly website maupun melalui mobile
apps. Hal ini tentunya mendorong investor untuk
berinteraksi lebih banyak dengan produk investasi, yang
pada akhirnya meningkatkan investasi. Startup seperti
Stockbit (https://stockbit.com/) menyediakan cara yang
nyaman untuk bisa mengakses pasar saham.
Investor di negara berkembang juga terkadang tidak
terlalu nyaman dengan menanamkan modal di aset
keuangan seperti saham dan obligasi. Dalam hal ini
beberapa startup yang telah hadir menyediakan saluran
bagi calon investor untuk menanamkan investasinya di
berbagai alternatif investasi seperti pada sektor pangan
(https://igrow.asia/v1/), P2P Lending
(https://www.investree.id ) bahkan pada sektor properti
(https://www.napro.id/) . Beragamnya pilihan investasi
yang bisa diambil oleh investor tentunya mampu
memberikan dampak lain yaitu investasi yang diberikan
mampu memberikan dampak yang luas di masyarakat.
Keberhasilan dari Fintech untuk menjaring investor
dan mengakselerasi investasi seharusnya menjadi dasar
bagi stakeholder terkait (pemerintah, industri

222 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
keuangan,industri keuangan) untuk fokus dan
mengembangkan industri ini. Fintech membutuhkan
suatu ekosistem yang mampu mendukung dan
memberikan suatu simbiosis yang berkelanjutan bagi
Fintech, Baik di lingkungan industri keuangan maupun
pada lingkungan teknologi. Untuk menjadikan suatu
ekosistem dibutuhkan beberapa hal seperti : peraturan
yang mampu memberikan naungan bagi Fintech, Industri
keuangan yang kompatibel terhadap perkembangan dari
fintech, serta lingkungan teknologi untuk meningkatkan
adopsi dari teknologi.

Masa Depan Financial Technology


Di masa depan perkembangan teknologi Machine
Learning dan Artificial Inteligence akan memberikan
manfaat yang lebih lagi pada keberadaan Fintech dimana
Fintech akan menjadi lebih smart. Machine learning
memberikan kemampuan kepada komputer untuk
mempelajari data, pengalaman dan contoh serta
menjadikan hasil pembelajaran tersebut dalam
menjalankan proses (Royal Society, 2017). Dengan
adanya kemampuan ini maka nantinya financial
technology mampu menyediakan suatu rekomendasi
yang lebih akurat dan lebih baik sesuai dengan
karakteristiknya karena sistem Fintech akan mempelajari
hasil dari keputusan investor yang pernah dibuat untuk
menjadi suatu pertimbangan dalam memberikan
rekomendasi kepada konsumen.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 223


Didalam melakukan analisa terhadap produk
investasipun nantinya Fintech tidak akan hanya
tergantung terhadap informasi yang disediakan oleh
industri keuangan (Laporan keuangan, ataupun laporan
aktivitas perusahaan). Keberadaan big data
memungkinkan Fintech untuk melakukan penggalian
data mengenai suatu variabel yang mampu
mempengaruhi hasil dari suatu investasi. Potensi dari hal
ini telah dieksplorasi oleh Quandl (2019)
(www.quandl.com) yang mempelajari big data mengenai
pengeluaran konsumen, data logistik dan perangkat di
internet untuk menggali mengenai performa suatu
perusahaan. Selain itu bukanlah hal yang mustahil jika
aritificial inteligence nantinya memungkinkan bagi
Fintech untuk mengambil keputusan yang optimal bagi
investor sehingga menjadikan bahwa di masa depan
Fintech bukan lagi menjadi sebuah ROBO-Advisor akan
tetapi ROBO-Investor.

Kesimpulan
Kehadiran financial technology memberikan manfaat
bagi sektor investasi di indonesia karena dapat
meningkatkan kemampuan menjalankan
keuangan,menyediakan akses yang mudah untuk
menjangkau produk investasi serta membantu proses
pemilihan produk yang sesuai dengan karakteristik dari
investor. untuk mendorong kehadiran dari financial
technology ini diperlukan suatu aksi untuk membuat

224 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
suatu ekosistem yang mendukung di industri keuangan
dan teknologi.

Daftar Pustaka
Forbes. (2018). Fintech 50 2018 List. Retrieved from
https://www.forbes.com/fintech/list/
FSB. (2017). Financial Stability Implications from FinTech Supervisory
and Regulatory Issues that Merit Authorities‟ Attention. Retrieved
from www.fsb.org/emailalert
Naik, P. K., & Padhi, P. (2015). On the linkage between stock market
development and economic growth in emerging market
economies. Review of Accounting and Finance, 14(4), 363–381.
https://doi.org/10.1108/RAF-09-2014-0105
Quandl. (2019). Financial, Economic and Alternative Data | Quandl.
Retrieved from https://www.quandl.com/
Royal Society, T. (2017). MACHINE LEARNING: THE POWER AND
PROMISE OF COMPUTERS THAT LEARN BY EXAMPLE 1. Retrieved
from https://royalsociety.org/~/media/policy/projects/machine-
learning/publications/machine-learning-report.pdf
Schueffel, P. (2017). Journal of Innovation Management. Journal of
Innovation Management (Vol. 4). Retrieved from
https://journals.fe.up.pt/index.php/IJMAI/article/view/322/221
Worldbank. (2017). Listed domestic companies, total | Data. Retrieved
from
https://data.worldbank.org/indicator/CM.MKT.LDOM.NO?end=201
7&start=1975

Penulis
Muhammad Saiful Hakim, S.E., M.M. adalah
Lulusan magister manajemen dari Universitas
Airlangga di bidang Manajemen Keuangan.
Sejak mulai bertugas di Departemen
Manajemen BIsnis Institut TeknologI Sepuluh

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 225


Nopember, penulis telah terlibat pada beberapa penelitian dibidang
Manajemen Keuangan. Penulis telah menghasilkan beberapa karya
ilmiah yang dipublikasikan di lingkungan ilmiah nasional maupun
lingkungan ilmiah internasional. Saat ini penulis aktif di laboratorium
Business Analytic dan Strategy di lingkungan Departemen Manajemen
Bisnis.

Imam Baihaqi, S.T., M.Sc., Ph.D. meraih PhD


dari Monash University Australia, Penulis
memiliki bidang penelitian Supply chain
management dan Operation Management.
Penulis telah terlibat di beberapa penelitian di
skala nasional dalam bidang manajemen.
Jabatan terakhir beliau di lingkungan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember ialah sebagai
Kepala Departemen Manajemen Bisnis. Selain
aktif menulis karya ilmiah penulis juga memiliki
aktivitas sebagai reviewer jurnal internasional. Saat ini penulis aktif di
laboratorium Business Analytic dan Strategy di lingkungan
Departemen Manajemen Bisnis.

226 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dimensi IV
SMART LIVING
(Harmony, Health, Mobility)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 227


„SMART‟ LINGKUNGAN MEMBENTUK
„SMART‟ KEHIDUPAN PENGHUNINYA

Dr. Ir. Susy Budi Astuti, M.T

Pendahuluan
Beragamnya kepentingan oleh berbagai elemen
masyarakat kota membangun interaksi masyarakat kota
guna mewujudkan wawasan budaya yang beradab bagi
komunitasnya. Hakim S (2015) menjelaskan bahwa kota
mampu memberi harapan bagi masyarakatnya, karena
kota mempunyai beberapa fungsi yang menarik, yaitu
sebagai (a) pusat pendidikan, (b) pusat ekonomi dan
perdagangan, (c) penyedia lapangan kerja, (d) pusat
pemerintahan, dan (e) pusat peradaban. Fungsi fungsi
inilah yang kemudian membentuk karakter perilaku
masyarakat kota.
Kepadatan penduduk di kota mendorong terjadinya
persaingan dalam pemanfaatan ruang. Masyarakat kota
memilih bertindak seselektif dan seefektif mungkin guna
memperoleh hal yang paling menguntungkan. Sebagai
contoh, merencanakan jumlah anak dalam keluarga,
memilih hunian yang dekat dengan lokasi bekerja serta
memilih lingkungan yang lengkap fasilitasnya guna
kepentingan anak dan keluarga (sekolah, tempat
perbelanjaan, hiburan, toko, dan sebagainya). Daldjoeni
dalam Hakim S (2015) mencermati karakter masyarakat
kota dari sisi kehidupan sosial budaya perkotaan, yaitu a)

228 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Heterogenitas sosial b) Hubungan sekunder, interaksi
sosial yang terjadi cenderung terbatas pada bidang
tertentu c) Toleransi sosial rendah d) Kepadatan hunian
di perkotaan lebih merupakan kedekatan secara fisik,
interaksi sosial sangat kurang e) Mobilitas sosial tinggi f)
Individualisasi tinggi.
Menurut Rapoport (1986), lingkungan fisik dapat
menentukan perilaku manusia (environmental
determinism), lingkungan fisik menyediakan batas yang
di dalamnya manusia dapat memilih (environmental
possibilism) atau lingkungan fisik menyediakan
pilihan/mengarahkan namun tidak menentukan
(environmental probabilism). Karakter/desain lingkungan
yang khusus berdampak dan membentuk karakter
khusus pula pada perilaku manusianya. Hunt (2001)
menyatakan bahwa hubungan lingkungan binaan
dengan perilaku penghuni harus bertujuan untuk
mencapai keberlanjutan komunitas. Perilaku penghuni
mencerminkan kepuasan terhadap huniannya. Ketika
tingkat kepuasan rendah, maka penghuni akan
melakukan adaptasi untuk memodifikasi sesuai
kebutuhannya (Kiney dkk, 1985 dan Wells, 2000).
Surabaya sebagai pusat pemerintahan terbesar ke 2 di
Indonesia, banyak berdiri apartemen. Terdapat 2 karakter
lingkungan yang menarik yaitu Surabaya Barat sebagai
lingkungan baru dengan karakter kehidupan
masyarakatnya yang modern dan Surabaya Timur
dengan karakter lingkungan yang dominan ada lembaga
pendidikan tinggi. Memilih apartemen tertentu, bukan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 229


berarti memilih unitnya saja namun juga profil
kualitasnya meliputi fasilitas penunjang, manajemen
operasional, site/lokasi serta lingkungan sekitarnya.
Rapoport (2005) menjelaskan bahwa a system of setting is
part of a larger system. Artinya bahwa karakter seting
aktivitas tertentu tidak terlepas dari karakter
lingkungannya.
Karakter kawasan pendidikan tersebut memunculkan
fasilitas umum penunjang selain untuk pendidikan juga
bagi hunian. Jenis bangunan yang sama, namun pada
lingkungan yang berbeda maka menyebabkan perilaku
penghuni bangunan yang berbeda pula. Dijelaskan oleh
Snyder (1979) bahwa fenomena perilaku sangat berkaitan
dengan setting/place dan user group nya. Diperjelas lagi
oleh Lang (2010) bahwa place sebagai setting tempat
tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diinginkan
pemakainya bila tidak ada link yang saling
mempengaruhi.
Berdasarkan hal tersebut maka karakter kualitas
apartemen dan karakter lingkungan yang
merepresentasikan obyek kajian ini adalah dipilih
apartemen yang tidak terintegrasi dengan fasilitas publik,
yang berlokasi pada setting lingkungan perumahan.
Fasilitas publik yang dimaksud adalah hotel, mall, pusat
bisnis dan lain lain, yang menyatu pada bangunan
apartemen. Berdasarkan hal tersebut, maka pemilihan
kualitas apartemen yang tidak terintegrasi dengan
fasilitas publik mengandung arti bahwa fungsi bangunan
apartemen dominan sebagai hunian. Keberadaan fasilitas

230 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
penunjang bersifat untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari penghuni apartemen, misalnya toko kebutuhan
rumah tangga, jasa laundry, kantin/kafe serta fasilitas
olah raga (kolam renang). Kualitas lingkungan fisik
apartemen yang berada di perumahan memiliki karakter
sarana dan prasarana yang menunjang kebutuhan
penghuni apartemen dan perumahan.
Apartemen Purimas dan Dian Regency Sukolilo
berada di kawasan Surabaya Timur. Apartemen tersebut
memiliki kualitas lingkungan dan profil kualitas yang
sama. Keduanya berada pada lingkungan perumahan,
sehingga jalan di depan apartemen merupakan jalan
perumahan. Jalan tersebut hanya diperuntukkan bagi
penghuni perumahan dan apartemen (tidak dilalui
kendaraan angkutan umum). Keberadaan trotoar serta
situasi perumahan yang tidak ramai, berdampak pada
perilaku penghuni perumahan dan penghuni apartemen
untuk dapat menikmati lingkungan sambil berjalan kaki,
naik sepeda atau bahkan mengasuh anak.

Metode
Melalui pendekatan fenomenologi, maka dilakukan
pengamatan perilaku (observing behavior), pengamatan
jejak fisik (observing physical traces) dan wawancara
terstruktur (Zeisel, 1984). Pengamatan jejak fisik
dilakukan guna memperoleh fenomena karakter fisik
lingkungan di sekitar apartemen, yaitu jenis sarana
prasarana yang ada di sekitar apartemen, kondisi kelas
jalan, transportasi, fasilitas publik (sekolah, perkantoran,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 231


toko, warung makan dll). Pengamatan perilaku dilakukan
terhadap penghuni apartemen serta interaksinya dengan
pengunjung/petugas di apartemen dan di lingkungan
sekitar. Wawancara dilakukan terhadap penghuni secara
random namun purposive guna mengetahui beberapa
alasan yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan
perilaku maupun pengamatan fisiknya.

Hasil dan Pembahasan


Karakter Lingkungan. Apartemen Purimas terletak
pada kawasan perumahan Purimas, Kecamatan Rungkut
kota Surabaya. Sedangkan apartemen Dian Regency
Sukolilo pada kawasan perumahan Dian Regency
Sukolilo, Kecamatan Sukolilo kota Surabaya. Berada di
kawasan perumahan wilayah Surabaya Timur yang
dominan sebagai wilayah pendidikan, memiliki karakter
lingkungan yang didominasi oleh usaha makanan/kaki
lima, mini market, pertokoan dan sekolah. Pertokoan
menjual barang yang berkaitan dengan kebutuhan
hunian dan pendidikan, yaitu alat tulis, bahan bangunan,
apotik, mebel, handphone, jasa laundry dan cuci mobil.
Sarana prasarana di lingkungan sekitar apartemen
mendukung kebutuhan penghuni apartemen maupun
hunian perumahan. Beberapa fasilitas umum di
perumahan digunakan secara bersama dengan penghuni
apartemen, misalnya tempat ibadah dan club house.
Demikian pula penduduk perumahan dapat
memanfaatkan fasilitas apartemen, misalnya foodcourt.

232 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Karakter Perilaku. Penghuni apartemen sering
bertemu dengan penghuni perumahan ketika
memanfaatkan fasilitas apartemen maupun fasilitas
perumahan. Penghuni apartemen tidak segan untuk
berjalan kaki berbelanja sayur ke penjual sayur yang
setiap pagi mangkal di lingkungan perumahan. Demikian
pula jasa laundry, petugas jasa laundry men„jemput bola‟
ke apartemen maupun perumahan. Setelah sepakat
melalui hubungan telpon, penghuni apartemen dan
petugas laundry bertemu di selasar depan lobi atau jalan
trotoar depan apartemen. Apartemen Purimas dan Dian
Regency Sukolilo mempunyai karakter batas lahan
bagian depan berupa tanaman dan trotoar. Secara visual
dan fisik, lingkungan apartemen menyatu dengan
lingkungan perumahan. Penghuni dapat berinteraksi
secara visual, misal menunggu jemputan-taxi, menunggu
penjual sayur, pedagang makanan keliling maupun
petugas laundry. Hal tersebut dapat dilakukan dari dalam
lobi maupun dari halaman parkir depan. Secara fisik
penghuni juga dapat mencapai dan mengakses luar
apartemen dengan mudah. (Gambar 1)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 233


Gambar 1 . Karakter Lingkungan di Sekitar Apartemen
Purimas Surabaya (pertokoan, apotik, sekolah, mini market, jasa cuci
mobil, laundry, warung makan)Sumber : Observasi (2016)

Gambar 2. Karakter Lingkungan di Sekitar Apartemen Dian


Regency Sukolilo Surabaya (Minimarket, warung makan, tempat
ibadah, jasa laundry, sekolah) Sumber : Observasi (2016)

Apartemen Purimas dan Dian Regency Sukolilo tidak


terintegrasi dengan fasilitas publik lain seperti mall atau
perkantoran. Lantai 1 merupakan fasilitas penunjang,
yaitu kolam renang, foodcourt, mini market/toko serta
sarana parkir. Desain letak toko dan foodcourt

234 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
menghadap ke halaman depan, arah jalan perumahan.
Sehingga fasilitas tersebut dapat diakses oleh penghuni
perumahan. Fasilitas penunjang apartemen tersebut
bersifat publik karena pengunjung/penghuni perumahan
dapat mengakses fasilitas tersebut tanpa harus melewati
lobi (Gambar 3). Fungsi kontrol dilakukan oleh petugas
di pos jaga ketika masuk halaman apartemen.

Gambar 3 : Fasilitas Penunjang Apartemen berada di Lantai


Dasar (bersifat publik, dapat diakses penghuni apartemen maupun
perumahan) Sumber : Observasi (2016)

Berdasarkan fenomena tersebut, maka Tabel 1 berikut


menyajikan karakter lingkungan yang berdampak pada
keberlangsungan kehidupan penghuninya. Terjadi
interaksi timbal balik antara penghuni apartemen dengan
penghuni perumahan, dalam memanfaatkan fasilitas
yang tersedia di apartemen maupun perumahan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 235


Tabel 1. Karater Lingkungan yang Berdampak Pada Karakter
Perilaku dalam Pemanfaatan Fasilitas Penunjang Guna
Keberlangsungan Kehidupan Penghuni Apartemen dan Perumahan

Kesimpulan
Peningkatan jumlah penduduk kota mendorong
karakter perilaku masyarakatnya untuk berperilaku
selektif dan efektif. Kondisi sosial yang heterogen serta
mobilitas tinggi, menyebabkan rendahnya toleransi serta
tingginya rasa individu. Dampaknya antara lain hunian di
perkotaan lebih hanya bersifat kedekatan fisik, interaksi
sosial kurang. Perilaku dan lingkungan binaan
mempunyai hubungan timbal balik. Lingkungan fisik
mewadahi dan menentukan karakter perilaku
manusianya. Karakter perilaku mencerminkan tingkat
kebutuhannya. Ketika manusia sudah tidak berada pada
kebutuhan dasar (fisiologis), maka kebutuhan sosial dan
keamanan menjadi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan

236 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
privasi bagi penghuni apartemen merupakan kebutuhan
dasar. Kepemilikan bersama pada lingkungan apartemen
merupakan kebutuhan untuk berinteraksi sosial (publik)
disamping kebutuhan keamanan (privasi).
Keberlangsungan kehidupan bagi penghuni apartemen
tercapai karena terpenuhinya kebutuhan sosial tersebut.

Daftar Pustaka
Hakim, S. (2015), Pengantar Studi Masyarakat Indonesia, Madani,
Malang
Hunt, B. (2001),”Sustainable Placemaking”, a keynote speech of
sustainable place making forum 2001, dikutip dari
http://www.sustainable-placemaking.org/about.htm
Kinney, J. M., Stephens, M. A. P., McNeer, A. E. & Murphy, M. R.
(1985),” Personalization of Private Spaces in Congregate Housing
for Older People, dalam Environmental Change/Social Change. eds.
Klein, S., Wener, R. & Lehman, S, Washington D.C, EDRA.
Lang, J & Moleski Walter (2010), Functionalism Revisited, Ashgate
Publishing Limited, England
Rapoport, A (1986), The Use and Design of Open Space in Urban
Neighborhoods, di D Frick eds The Quality of Urban Life, Berlin
Rapoport, A (2005), Culture Architecture and Design, Locke Science
Publishing Company, Inc, United State of America
Snyder, J.C dan Catanese, A.J. (1979), Introduction to Architecture,
McGraw-Hill, New York, Hal. 46-71
Zeisel, John (1984), Inquiry by Design : Tools For Environment-Behavior
Research, Cambridge University Press, Cambridge

Penulis
Dr. Ir. Susy Budi Astuti, MT. adalah dosen
Departemen Desain Interior, Institut Teknologi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 237


Sepuluh Nopember, Surabaya dengan Bidang Penelitian: Behaviour
and Ergonomic

238 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
PEMBUATAN PETA (INFORMASI GEOSPASIAL
DASAR) RENCANA DETAIL TATA RUANG
TERBUKA HIJAU BERBASIS CITRA SATELIT
RESOLUSI TINGGI CITRA PLEIADES DI KOTA
SURABAYA)

Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS


Meika Sumarsono

Pendahuluan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan area yang
memanjang berbentuk jalur dan atau area
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Dalam
Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus
berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10%
privat. Surabaya merupakan kota padat penduduk
yang pertumbuhan penduduknya cepat karena
Surabaya termasuk salah satu kota besar yang ada di
Indonesia. Agar pembangunan tetap sesuai dengan
RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) yang telah ada, maka
perlu adanya peta 1:5000 sebagai peta dasar dalam
pembuatan perencanaan RDTR RTH selanjutnya. Citra
resolusi tinggi seperti Pleiades, Ikonos, Quickbird,
Worldview banyak digunakan untuk pembuatan peta
dasar skala besar salah satu contohnya adalah peta
RDTR. Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 239


perekaman, citra diliput dari wahana (satelit) yang
bergerak di atas permukaan Bumi pada ketinggian
ratusan kilometer, sehingga menyebabkan citra satelit
memiliki distorsi geometrik. Untuk mengurangi pengaruh
distorsi geometrik objek pada citra dilakukan koreksi
geometrik dengan cara orthorektifikasi. Orthorektifikasi
adalah proses memposisikan kembali citra sesuai lokasi
sebenarnya yang disebabkan karena pada saat peliputan
data terjadi pergeseran (displacement) posisi. Pada foto
udara pergeseran relief ini dihilangkan dengan rektifikasi
differensial. (Frianzah, 2009). Orthorektifikasi dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah satu metode
orthorektifikasi adalah Rational Polynomial Coefficients
(RPC). Model fungsional RPC adalah perbandingan dua
polinomial kubik koordinat tanah dan menyediakan
fungsional antara koordinat tanah (φ, λ, h) dan koordinat
citra (L, S) (Frianzah, 2009). Metode ini menggunakan
informasi parameter orientasi dalam yang terdapat di
metadata serta dibantu dengan titik kontrol tanah dan
DEM. Data DEM yang digunakan adalah ALOS PALSAR
yang mempunyai ketelitian 12,5 m dan dapat di
download secara gratis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ketelitian
geometri citra resolusi tinggi Pleiades, dengan GCP yang
didapat dari pengukuran menggunakan GPS metode
diffrensial statik dan geometri jaring, melalui proses
orthorektifikasi metode Rational Polynomial Coefficients
(RPC) untuk rekomendasi pembuatan peta dasar Rencana

240 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Detail Tata Ruang Terbuka Hijau skala 1:5000 Kota
Surabaya.

Metodologi Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Kota Surabaya bagian
pusat meliputi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan
Simokerto, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Genteng dan
Kecamatan Tegalsari.

Gambar 1. Lokasi Penelitian


(sumber: Peta Surabaya, 2014)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 241


B. Data dan Peralatan
a. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Data Citra Pleiades wilayah Surabaya tahun 2015
2. Data DEM Radar (ALOS PALSAR) wilayah
Surabaya tahun 2015
3. Petavektor Rupa Bumi Indonesia (RBI)
BAKOSURTANAL tahun 2000 dengan skala skala
1:25.000.
4. Ground Control Point hasil survei GPS geodetic
metode static dengan geometri jarring
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian tugas ini
yaitu:
1. Perangkat Lunak (Sofware) yang digunakan
dalam pengerjaan Peneliaan ini tugas akhir ini
antara lain:
i. Windows 10
ii. Microsoft Office 2016
iii. Software pengolah citra satelit
iv. Software pengolah data GPS
2. Perangkat lain yang digunakan untuk survey
lapangan:
i. Empat set GPS geodetic
ii. Empat buah statif
iii. Roll meter
iv. Alat tulis

242 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
C. Tahap Pengolahan Data
Langkah pertama adalah melakukan penajaman citra
dengan Fusi data (pansharpening) yang bertujuan untuk
mempertajam tampilan citra dan menutupi informasi
yang hilang. Proses ini menggunakan dua data citra yaitu
citra pankromatik dan citra multispektral agar diperoleh
citra berwarna dengan resolusi spasial yang sama dengan
kanal pankromatiknya. Kemudian pengolahan data
koordinat hasil pengukuran di lapangan dilakukan
dengan proses baseline dan perataan jaring. Langkah
selanjutnya adalah melakukan koreksi geometrik dalam
software pengolah citra satelit, yang disebut GCP/TP
Collections dengan menggunakan data koordinat titik
kontrol tanah yang sudah diolah. Agar memenuhi
toleransi dalam pembuatan peta skala menengah dan
rinci, nilai RMSE yang dihasilkan harus <1,5 piksel.
Setelah itu proses resampling menggunakan DEM ALOS
PALSAR untuk memperbaiki bentuk objek pada citra
dengan merekonstruksi ketinggian. Langkah terakhir
yaitu Ortho Generation untuk menghasilkan citra yang
sudah tekoreksi.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 243


Hasil DAN PEMBAHASAN
1. Pansharpening
Terdapat 2 jenis file citra dalam raw data citra yaitu
panchromatic dan multispectral. Masing-masing citra
memiliki ketelitian 0.5 m dan 2 m. proses PANSHARP
yaitu citra panchromatic digabungkan dengan citra
multispectral untuk mendapatkan citra beresolusi 0,5 m
dengan visual yang berwarna untuk mempermudah
identifikasi objek pada penentuan GCP.

Gambar 2. (a) citra Pleiades Pankromatik, (b) citra Pleiades


Multispekstral, (c) Hasil pansharpening

Desain Jaring Kontrol dan SoF (Strength of Figure)

244 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Kualitas koreksi geometrik tergantung dari kekuatan
jarring yang dibuat. Semakin kecil nilai SoF maka semakin
kuat jaringnya. Jaring kontrol terbentuk dari titik-titik
GCP yang menyebar. Titik GCP diletakkan di tempat yang
mudah agar mempermudah dalam identifikasi objek saat
akan dilakukan pengukuran titik menggunakan GPS.
Dalam pembuatan titik GCP diusahakan peletakan titik
menyebar dan mencakup area lokasi penelitian. Jarak
yang digunakan berkisar 3-4 km untuk daerah yang
relatif datar. Berikut ini adalah hasil penempatan titik GCP
sebagai jaring kontrol pada area penelitian:

Gambar 3. Desain Jaring Kontrol

Jumlah titik dan baseline yang digunakan untuk


perhitungan kekuatan jaring titik kontrol dalam
penelitian ini sebagai berikut :

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 245


Koordinat Titik Kontrol
Koordinat titik kontrol (X,Y) didapatkan dari
pengukuran di lapangan menggunakan GPS Topcon
HiperPro menggunakan metode statik dengan durasi 40-
60 menit. Kemudian diolah melalui software pengolah
data GPS meliputi proses post processing (proses
baseline) dan network adjustment (perataan jaring).
Berikut ini merupakan daftar koordinat titik kontrol yang
digunakan:
Tabel 1. Daftar Titik Kontrol

Berdasarkan Tabel 1 nilai dari koordinat titik kontrol


tanah mempunyai nilai koordinat citra sebagai berikut:
Tabel 2. Daftar Koordinat Citra

246 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
1. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik citra dilakukan dengan 8 GCP hasil
pengukuran di lapangan yang menyebar merata di area
penelitian. Berikut nilai RMSE dari hasil koreksi
geometrik:
Tabel 3. Perhitungan RMSE Citra Pleiades dalam satuan
piksel

Nilai RMSE pada Tabel 3 mempunyai nilai yang


bersesuaian dengan nilai RMSE pada Tabel 4.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 247


Tabel 4. Perhitungan RMSE Citra Pleiades dalam satuan
meter

Berdasarkan Perka BIG No. 15 tahun 2014, ketentutan


ketelitian geometri horizontal setiap peta adalah:

Tabel 5. Ketelitian Geometri Peta

Perhitungan perkalian nilai RMSE dengan koefisien


ketelitian menghasilkan ketelitian 0,27315 sehingga
memenuhi syarat dalam pembuatan peta skala 1:5.000.
Nilai tersebut membuktikan bahwa citra Pleiades
mempunyai ketelitian yang tinggi dibuktikan dengan

248 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
hasil overlay dengan peta vektor jalan dengan akurasi
dan presisi yang tepat.

Gambar 4. Citra Pleiades 1A (orthoimage) yang dioverlaykan


dengan data vector jalan skala 1:25.000

Hasil orthorektifikasi ini sudah dapat mengoverlaykan


citra dengan berbagai data vektor (jalan) dari peta skala
1:25.000. Resolusi spasial Pleiades 1A orthoimage sebesar
0.5 m bisa digunakan untuk pemetaan skala 1:5.000
sehingga bisa menggantikan peta RBI skala 1:25.000.

Kesimpulan
Kesimpulan dari Penelitian ini adalah:
1. Penggunaan 8 titik GCP yang menyebar di area
penelitian menghasilkan nilai SoF sebesar 0.165
sehingga dapat menghasilkan RMSE yang kecil.
2. Dari hasil perhitungan transformasi koordinat
untuk memperoleh nilai RMSE citra Pleiades 1A

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 249


melalui perangkat lunak pengolah citra satelit
didapatkan nilai sebesar 0.36 piksel setara 0.18 m.
3. Nilai RMSE per titik terbesar terdapat pada titik T01
sebesar 0.297 m dan nilai RMSE per titik terkecil
terdapat pada titik T03 sebesar 0.082 m.
4. Hasil orthorektifikasi citra Pleiades 1A dapat
digunakan untuk rekomendasi dalam pembuatan
peta RDTR RTH skala 1:5.000 sehingga juga dapat
menjadi alternative peta RBI skala 1:25.000.

Saran
1. Pilih lokasi titik kontrol yang terlihat di citra dan
mudah diidentifikasi serta mengecek kondisi
terbarunya apakah berubah atau tidak seperti pojok
bangunan atau jalan.
2. Apabila dalam proses koreksi geometric belum
mendapatkan nilai kurang dari 1.5 piksel maka ulangi
proses koreksi geometrik tersebut sampai memenuhi
syarat kurang dari 1.5 piksel.

Daftar Pustaka
[1] Esa. (n.d.). Alos Palsar. Retrieved from Esa Earth Online:
https://earth.esa.int/web/guest/data-access/browse-data-
products/-/article/alos-palsar-fbs-fine-mode-single-
polarisation-5194 di akses pada 10 november 2015 12.10
WBBI.
[2] Frianzah, A. (2009). Pembuatan Orthoimage dari Citra ALOS
Prism. Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM,
Yogyakarta.

250 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
[3] Julzarika, A. (n.d.). Teknik Orthorektifikasi Citra Satelit Spot5
dengan Metode Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Studi Kasus:
Semarang, Jawa Tengah. LAPAN.
[4] Trisakti, B. (2005). Orthorektifikasi Data Citra Resolusi Tinggi
(Aster dan Spot) Menggunakan Aster DEM. Pertemuan Ilmiah
Tahunan MAPIN XIV.
[5] Yudha, I. M. (2014). Studi Jumlah dan Distribusi Titik Kontrol Tanah
untuk Proses Rektifikasi Citra Resolusi Tinggi (Studi Kasus: Kota
Kediri, Jawa Timur). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Penulis
Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS
adalah Guru Besar Bidang Ilmu Penginderaan Jauh,
dosen Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya dengan bidang keahlian:
Penginderaan Jauh, Penginderaan Jauh Terapan,
Infrastruktur Informasi Geospasial, Informasi
Geospasial Tematik, Toponimi, Jaring Kontrol
Geodesi, Proyeksi Peta.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 251


ANALISA ORTHOREKTIFIKASI INFORMASI
GEOSPASIAL DASAR RDTR PERINDUSTRIAN
DENGAN CITRA SATELIT WORLDVIEW 2 DAN
PLEIADES

Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS


Alfan Rozy Mahmudi

Pendahuluan
Wilayah perindustrian di Surabaya terdapat pada
kawasan PT Surabaya Industrial Estate Rungkut-SIER
Surabaya. Kawasan PT SIER ini mempunyai lahan seluas
245 ha. Selain itu juga kawasan PT SIER ini terbagi
menjadi 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rungkut,
Kecamatan Tenggilis Mejoyo, dan Kecamatan Gunung
Anyar. Pada wilayah perindustrian dalam pemetaan
wilayah tersebut digunakan peta detail yang mempunyai
skala besar yaitu skala 1:5000 atau lebih [4]. Dalam
pembuatan peta tersebut dibutuhkan teknologi
penginderaan jauh. Pada jaman sekarang teknologi dan
sains sangat pesat dalam perkembangannya terutama
pada teknologi penginderaan jauh seperti satelit, satelit
radar, radar, dan LiDAR telah pesat dalam penggunaanya.
Teknologi penginderaan jauh sekarang sudah digunakan
dan diaplikasikan dalam ilmu kebumian di Indonesia
untuk informasi geospasialnya dalam skala lokal,
regional, dan global [5] . Perkembangan teknologi
penginderaan jauh juga dapat dilihat dengan munculnya
satelit-satelit yang mempunyai resolusi spasial tinggi.

252 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Terdapat banyak satelit yang mempunyai resolusi tinggi
salah satu contohnya adalah satelit Worldview dan satelit
Pleiades. Data dari satelit Worldview dan Pleiades
mempunyai resolusi tinggi yaitu 0.46 meter [2] dan 0.5
meter [3] yang merupakan citra pada umumnya masih
terdapat kesalahan geometrik. Kesalahan geometrik
merupakan kesalahan yang diakibatkan oleh jarak orbit
atau lintasan terhadap objek (hingga sudut pandang kecil
dan pengaruh kecepatan wahana [1]. Kesalahan
geometrik diakibatkan oleh dua kesalahan yaitu
kesalahan sistematik dan non sistematik. Untuk
menghlangkan kesalahan tersebut maka perlu dilakukan
koreksi geeometrik. Koreksi geometrik merupakan
kegiatan untuk memperbaiki koordinat yang ada pada
citra agar sesuai dengan koordinat geografis. Pada
umunya koreksi geometrik citra dilakukan dengan
membutuhkan koordinat 2 dimensi (x,y) atau koordinat
Ground Control Point (GCP) sebagai data inputnya.
Koordinat GCP ini digunakan untuk memberi atau
memperbaiki citra di mana akan terlihat titik akurasi GCP
tersebut dengan melihat nilai Root Mean Square Error
(RMSE). Pada penelitian ini akan dilakukan analisa
ketelitian geometric pada citra satelit Worldview dan
Pleiades yang digunakan untuk pembuatan peta dasar
detail tata ruang perindustrian. Penelitian ini diharapkan
untuk diketahui ketelitian geometrik pada citra
Worldview dan Pleiades yang memenuhi toleransi dalam
pembuatan peta dasar detail tata ruang.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 253


Metodologi Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kawasan perindustrian PT
SIER yang terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Tenggilis Mejoyo, Kecamatan Rungkut, dan Kecamatan
Gunung Anyar yang terletak pada 7°18'23.5"LS
112°45'39.8"BT sampai dengan 7°20'31.2"LS
112°49'33.3"BT.

Gambar 1. Lokasi Penelitian (sumber: Insurabaya)

254 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
B. Data dan Peralatan
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini
yaitu:
Data citra satelit Worldview-2 tahun 2012
Data citra satelit Pleiades-1B tahun 2015
Data hasil pengukuran koordinat Ground Control
Point (GCP)
Data hasil pengukuran lapangan Independent Control
Point (ICP).

2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian tugas
akhir ini yaitu:
Perangkat Lunak (Software) yang digunakan dalam
pengerjaan Peneliaan ini tugas akhir ini antara lain:
a. Microsoft Office 2010
b. ArcGIS 10.
c. Topcon tools 8
Peralatan lain yang digunakan untuk Survey lapangan:
a. Kamera
b. Roll meter
c. GPS Geodetik
d. Alat Tulis

C. Tahap Pengolahan Data


Berikut ini merupakan tahap pengolahan data yang
digunakan pada penelitian ini:

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 255


Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data

1. Data: Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


citra satelit Worldview-2 tahun 2012 dan citra satelit
Pleiades-1B beserta titik GCP dan titik ICP.
2. Pembuatan Desain Jaring: Desain jaring dibuat dari
titik-titik GCP tersebut. Nilai Strenght of Figure (SOF)
desain jaring yang dibuat harus kurang dari satu

256 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
3. Pengukuran GCP: Pengukuran GCP menggunakan
metode rapid static dengan lama pengukuran kurang
lebih selama 40 menit dengan mengambil 9 titik GCP.
4. Koreksi Geometrik: Koreksi geometric menggunakan
metode affine dan polinomial orde-2. Hasil koreksi
geometrik ini harus mempunyai hasil RMSE ≤ 1. Jika
nilai tersebut belum memenuhi maka mengulangi
tahap koreksi geometrik.
5. Pemotongan Citra: Citra yang sudah tekoreksi maka
dilakukan pemotongan citra sesuai dengan studi kasus
penelitian ini.
6. Hasil Citra: Citra yang didapat dari pemotongan citra
tersebut diklasifikasikan secara manual.
7. Uji Ketelitian Citra: Uji ketelitian ini menggunakan titil
ICP yang diukur selama 10-20 menit. Jumlah titik ICP
yang digunakan adalah 12 titik. Uji ketelitian ini
didapat dari hasil selisih antara titik ICP dengan
koordinat citra hasil koreksi geometrik.
8. Analisa: Proses untuk menganalisa hasil RMSE dari
setiap citra apakah masuk dalam ketelitian peta dasar.

Hasil Dan Pembahasan


A. Penentuan Lokasi GCP
Pada Pemilihan lokasi titik kontrol tanah atau yang
disebut dengan GCP (Ground Control Point) dan
Pemilihan lokasi titik ICP (Independent Control Point)
sebaiknya diletakkan di daerah yang mudah untuk
dikenali pada citra satelit. Daerah tersebut seperti sungai,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 257


ujung jalan, pertigaan jalan, perempatan jalan, jembatan
dan penampakan-penampakan alam yang tidak
mudah/cepat berubah. Pemilihan lokasi titik kontrol ini
sangat mempengaruhi hasil Root Mean Square Error
(RMSSMART CITYE) dari proses koreksi geometrik pada
citra yang akan dilakukan.

Gambar 3. Sebaran Titik GCP


Peletakan GCP berdasarkan standar jarak antar titik
yang digunakan BIG saat ini yaitu 3-4 km untuk area
yang relatif datar dan 2-3 km untuk area yang berbukit.
Sedangkan untuk titik ICP berdasarkan dengan
persyaratan dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang
diperoleh dari modul validasi peta rencana tata ruang.
Dimana pada penelitian ini menggunakan 12 titik ICP
dikarenakan luas area penelitian ≤. 250 km2.

258 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 4. Sebaran Titik ICP

B. Hasil Perhitungan Desain Jaring (SOF)


Perhitungan SOF merupakan perhitungan dari desain
jaring yang sebelumnya sudah dibuat sebelum
dilakukannya pengukuran GCP. Pengukuran GCP ini
dilakukan selama kurang lebih 40 menit dengam
menggunakan GPS. Berikut ini adalah hasil desain jari
yang dibuat :
Perhitungan nilai kekuatan jaring ini menggunakan
metode perataan bersyarat. Berikut ini hasil perhitungan
kekuatan jaring dari desain jaring yang suda dibuat [6]:
Jumlah titik (S) =9
Jumlah baseline (N ) = 17
S‟ =9
N‟ =7

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 259


C  Ca  Cs  N 'S'1 N  2S  3 = 1
D  2x (N'1)  (N  N') = 22

Setelah melakukan perhitungan maka didapat nilai


kekuatan jaring sebesar 0,116.

C. Hasil Koreksi Geometrik


1. Koordnat Titik GCP
Sebelum melakukan koreksi geometrik, perlu
dibutuhkan koordinat titiik kontrol untuk acuan koreksi
geometrik. Koordinat ini didapaat dari hasil pengukuran
dengan menggunakan alat GPS geodetik selama kurang
lebih 40 menit. Berikut ini tabel berisi koordinat titik
kontrol:
Tabel 1. Daftar Koordinat Titik Kontrol Tanah GCP

260 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Hasil Root Mean Square Error (RMSE)
Hasil RMSE didapat dari tranformasi koordinat yang
ada di citra ke dalam koordinat titik kontrol sebagai
acuan dan akan menghaslkan residu pada setiap titik
kontrol. Residu merupakan hasil dari selisih antara
koordinat titik kontrol hasil pengukuran GPS yang
dianggap benar dengan koordinat hasil transformasi
pada citra Worldview dan Pleiades. Berikut ini hasil RMSE
yang ada pada citra Worldview-2 dan Pleiades 1B dengan
menggunakan 2 metode yaitu affine dan polynomial
orde 2.
Tabel 2. Perhitungan RMSE Citra Worldview-2
No. RMS Tiap Titik
Nama
Titik
Affine Polynomial
orde 2
1. T1 0,309 0,370
2. T2 0,372 0,067
3. T3 0,228 0,041
4. T4 0,346 0,086
5. T5 0,366 0,034
6. T6 0,239 0,202
7. T7 0,319 0,201
8. T8 0,271 0,203
9 T9 0,271 0,078
Total RMSE 0,306 0,163

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 261


Tabel 3. Perhitungan RMSE Citra Pleiades 1B
No. Nama RMS Tiap Titik
Titik Affine Polynomial
orde 2
1. T1 0,285 0,089
2. T2 0,410 0,154
3. T3 0,220 0,033
4. T4 0,260 0,007
5. T5 0,330 0,279
6. T6 0,309 0,169
7. T7 0,312 0,180
8. T8 0,278 0,318
9 T9 0,420 0,394
Total RMSE 0,320 0,218

Dari hasil transformasi affine dan polynomial orde 2


pada citra Worldview dan Pleiades ini dapat dilihat
bahwa hasil RMSE pada metode Polynomial orde 2 lebih
kecil dari pada metode Affine. Hal ini disebabkan oleh
metode polynomial orde 2 menggunakan persamaan
dengan 12 parameter. Pada metode affine hanya
menggunakan persamaan dengan 6 parameter.
C. Analisis Ketelitian Geometrik
1. Koordinat titik ICP
Koordinat ICP didapatkan dari pengukuran
lapangan selama 10-20 menit [7]. Sedangkan untuk

262 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
analisis yang dilakukan adalah hasil dari residu antara
titik ICP hasil pengukuran dilapangan dengan titik
koordinat pada citra yang sudah terkoreksi
geometrik.
Tabel 4. Koordinat Titik ICP
Nama Titik ICP

No.
Titik X (m) Y (m)
1 ICP1 693161,211 9189452,755
2 ICP2 694215,381 9189151,934
3 ICP3 695638,562 9189264,378
4 ICP4 696750,747 9189181,092
5 ICP5 697810,618 9189189,005
6 ICP6 698711,39 9188490,187
7 ICP7 697831,879 9189866,152
8 ICP8 695098,333 9190757,959
9 ICP9 694476,462 9190262,82
10 ICP10 694033,75 9190903,484
11 ICP11 697546,633 9190950,8
12 ICP12 696349,298 9191175,411

Tabel 5. RMSE titik ICP pada Citra Pleiades 1B


Pleiades 1B
Nama
No Titik Residual Residual Y Residual
X(m) (m) Titik
1 ICP1 0,483 -0,782 0,836
2 ICP2 0,436 0,713 0,354
3 ICP3 0,5 -0,189 0,534
4 ICP4 0,664 0,28 0,385
5 ICP5 0,506 0,184 0,538

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 263


Pleiades 1B
Nama Residual X Residual Y
No Titik (m) (m) Residual
Titik
7 ICP7 0,689 0,432 0,799
8 ICP8 0,327 -0,369 0,493
9 ICP9 0,352 0,542 0,646
10 ICP10 0,516 -0,843 0,890
11 ICP11 0,606 -0,293 0,565
12 ICP12 0,463 -0,156 0,306
Total RMSE 0,583

Tabel 6. Tabel 5. RMSE titik ICP pada Citra


Worldview 2
Worldview 2
Nama
Titik Residual Residual Residual Titik
No X (m) Y (m)
1 ICP1 0,265 -0,329 0,422
2 ICP2 0,24 0,168 0,293
3 ICP3 0,427 -0,291 0,517
4 ICP4 0,536 0,346 0,638
5 ICP5 0,549 -0,32 0,635
6 ICP6 0,377 -0,416 0,561
7 ICP7 0,292 0,18 0,343
8 ICP8 0,436 -0,104 0,448
9 ICP9 0,409 0,193 0,452
10 ICP10 0,342 -0,361 0,497
11 ICP11 0,451 -0,475 0,655
12 ICP12 0,237 -0,334 0,409

264 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Total RMSE 0,502
Hasil RMSE ini selanjutnya dibandingkan dengan
ketelitian peta dasar. Peta dasar yang dibuat
merupakan peta dasar detail tata ruang perindusrian. Di
mana peta ini harus mempunyai spesifikasi skala besar
yaitu pada peta skala 1:5000 atau skala yang lebih
besar lagi. Berikut ini terdapat ketentuan ketelitian peta
dasar dari Perka BIG Nomor 15 tahun 2014 :
Tabel 7. Ketelitian Peta Dasar
No. Skala Peta Ketelitian Peta Dasar (horizontal)
1 1:25000 5-12,5 meter
2 1:10000 2-5 meter
3 1:5000 1-2,5 meter
4 1:2500 0,5-1,5 meter
5 1:1000 0,2-0,5 meter

Ketelitian peta dasar ini diperoleh dengan cara


mengalikan hasil RMSE horizontal (x,y) pada citra
Worldview dan Pleiades dengan rumus yang mengacu
pada Perka BIG Nomor 15 tahun 2014. Berikut ini hasil
ketelitian untuk peta dasar dari tiap citra:
Tabel 8. Keteltian Tiap Citra
Hasil RMSE X

No. Nama Citra 1,5175


1 Worldview 2 0,762
2 Pleiades 1B 0,827

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa setelah


melakukan perhitungan ketelitian untuk peta dasar, citra

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 265


Worldview dan Pleiades pada dapat digunakan pada
skala 1:5000.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dari Penelitian ini adalah:
a. Pada metode Affine diperoleh nilai RMSE sebesar
0,306 pada citra Worldview 2 dan 0,320 pada citra
Pleiades 1B. Pada metode Polynomial orde 2
diperoleh nilai RMS untuk citra Worldview 2 dan
Pleiades 1B yaitu sebesar 0,163 dan 0,218. Nilai RMS
terkecil di titik Citra Worldview 2 dan Pleiades 1B
dengan menggunakan metode Affine yaitu pada
titik 3 dengan nilai sebesar 0,228 dan 0,220.
sedangkan nilai RMS terbesar ada pada titik 5 untuk
citra Worldview 2 yaitu 0,366 dan untuk citra
Pleiades 1B pada titik 9 sebesar 0,420. Pada metode
Polynomial Orde-2 nilai RMS per titik terkecil pada
titik 4 sebesar 0,007 untuk citra Pleiades 1B dan
pada titik 5 sebesar 0,034 untuk citra Worldview 2.
Sedangkan nilai RMS per titik terbesar sebesar 0,395
pada citra Pleiades 1B dan 0,203 pada citra
Worldview 2. Maka hasil dari SOF dan RMSE pada
kedua citra masuk toleransi yaitu di bawah dari nilai
1.
b. Kelayakan citra untuk Worldview 2 dan Pleiades 1B
untuk pembuatan peta dasar detail tata ruang dapat
dilihat dari hasil RMSE ICP dikalikan dengan 1,5175
(CE90). Citra Worldview 2 dan Pleiades 1B dapat

266 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
digunakan pada peta skala 1:5000 kelas 1 dimana
sesuai dengan perka BIG No. 15 Tahun 2014 yang
mempunyai standar nilai ketelitian sebesar 1 meter.
Peta 1:5000 merupakan standar minimal untuk peta
dasar detail tata ruang perindustrian.
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Pada pemilihan data citra sebaiknya menggunakan
data citra dengan tahun yang sama agar tidak ada
perbedaan geografis pada citra untuk
mempermudah peletakan GCP dan ICP.
a. Untuk mendapatkan ketelitian koreksi geometrik
yang sangat baik dengan peletakan GCP dan ICP
yang banyak dan menyebar pada luasan area yang
diteliti dan harus sesuai dengan panduan validasi
ketelitian peta yang telah dibuat oleh BIG, dimana
ICP yang digunakan minimal 12 ICP untuk luasan
wilayah ≤ 250 km.

Daftar Pustaka

[1] Hartati, Sri. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Ilmu Kebumian.


Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2009.
[2] LAPAN, 2015. Spesifikasi Citra Satelit Worldview-2.
http://pusfatekgan.lapan.go.id/wp-
content/uploads/2015/02/Informasi-Satelit-WV2.pdf. (diakses
Januari 24, 2016).
[3] LAPAN, 2015. Spesifikasi Citra Satelit Pleiades.
http://pusfatekgan.lapan.go.id/wpcontent/uploads/2015/02/Info
rmasi-Satelit-PL.pdf. (diakses Januari 24, 2016).
[4] Chotimah, Mutiara Khusnul. RDTR Kawasan Industri. Jakarta:
Direktorat Penataan dan Pemanfaatan Tata ruang, 2015.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 267


[5] Somantri, Lili. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing).
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 200.
[6] Sukojo, B. M. "Modul Ajar Hitung Kerangka Geodesi." Surabaya:
Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2006.
[7] Badan Informasi Geospasial. Modul Validasi Peta Rencana Tata
Ruang. Cibinong: Sekretariat BIG, 2016.

Penulis
Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS
adalah Guru Besar Bidang Ilmu Penginderaan Jauh,
dosen Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya dengan bidang keahlian:
Penginderaan Jauh, Penginderaan Jauh Terapan,
Infrastruktur Informasi Geospasial, Informasi
Geospasial Tematik, Toponimi, Jaring Kontrol
Geodesi, Proyeksi Peta

268 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
PENGGUNAAN VIRTUAL REALITY SEBAGAI
LANGKAH INOVATIF PADA PERANCANGAN
INTERIOR BANGUNAN PUBLIK UNTUK
MENDUKUNG KONSEP KOTA CERDAS

Ali Okta Putra Setio Ardianto, S.T, M.T.

Urgenitas Pembangunan Kota Berkelanjutan


Sering dengan pesatnya pembangunan, laju urbanisasi
di Indonesia bertumbuh dengan pesat dari tahun ke
tahun. Fenomena ini mengakibatkan jumlah penduduk di
wilayah perkotaan lebih besar dibanding di non
perkotaan. Dalam periode tahun 2005--2010,
pertumbuhan penduduk perkotaan meningkat dengan
laju pertumbuhan yaitu 1,2% per tahun. Secara nasional,
penduduk di wilayah perkotaan diproyeksikan akan
mencapai 66,6%pada tahun 2035 (BPS, 2013). Penyebab
utama besarnya laju urbanisasi adalah berkembangnya
sektor industri di wilayah perkotaan yang membuka
banyak peluang lapangan pekerjaan baru sebagai imbas
dari pembangunan di bidang ekonomi. Berkembangnya
sektor industri ini seringkali membuat multiplier effect
berupa berkembangnya sektor lain seperti jasa dan
komersil. Urbanisasi secara keseluruhan tidak dapat
dicegah karena merupakan salah satu indik ator
pertumbuhan ekonomi, sehingga fenomena urbanisasi
akan terus terjadi (Agung, 2017).
Saat ini wilayah perkotaan bertumbuh cepat seiring
dengan laju urbanisasi yang pesat. Banyak permasalahan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 269


timbul akibat dari konsekuensi pertumbuhan wilayah
perkotaan yang cepat. Banyak penelitian yang berusaha
mengetahui permasalahan perkotaan dengan konteks
pertumbuhannya akibat dari urbanisasi. Haris (2015)
menjelaskan bahwa urbanisasi menimbulkan fenomena
timbulnya wilayah kumuh dan meningkatnya kriminalitas
di wilayah perkotaan. Perubahan kehidupan sosial warga
asli wilayah perkotaan akibat interaksi dengan warga
pendatang dari luar juga muncul akibat urbanisasi (Surya,
2012). Isu lingkungan seperti munculnya urban heat
island diakibatkan tingginya jumlah penduduk perkotaan
dan konsumsi energinya juga mengemuka seperti yang
dijelaskan Limas et al (2014). Permasalahan yang muncul
bersifat multi dimensi dan menuntut solusi yang
beragam.
Konsep pembangunan berkelanjutan secara intensif
dan dalam skala global menjadi patokan pengembangan
wilayah. Konsep ini pertama kali dicetuskan melalui
dokumen berjudul “Our Common Future” yang berarti
membangun untuk memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi di
masa yang akan datang (WCED,1987). Memperhatikan
dampak bertumbuhnya kota yang cepat akibat urbanisasi
yang telah dijelaskan sebelumnya, pembangunan
berkelanjutan pada wilayah kota menjadi mendesak
untuk diterapkan. Hal tersebut dikarenakan
pembangunan berkelanjutan menitikberatkan
pembangunan secara multi dimensi, yaitu pada aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan hidup dampak dari

270 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
urbanisasi. Senada dengan itu, arah kebijakan dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018 pun
menyebutkan bahwa kota-kota di Indonesia harus
dipersiapkan menerapkan konsep kota berkelanjutan
(Kementerian PPN / Bappenas, 2017).

Konsep Kota Cerdas dalam Pembangunan Kota


Berkelanjutan
Kementerian PPN/Bappenas (2015) menggulirkan visi
Kota Berkelanjutan dan Berdaya Saing 2015-2045
sebagai arah pembangunan wilayah perkotaan di
Indonesia. Dijelaskan bahwa kota cerdas atau Smart City
adalah salah satu pilar dalam visi tersebut (Gambar 1). Di
dalam konsep kota cerdas terdapat beberapa kata kunci
yaitu, smart economy, people, governance, mobility
environment dan living.

Gambar 1. Visi Kota Masa Depan Indonesia : Kota Berkelanjutan dan


Berdaya Saing 2015-2045 (Kementerian PPN / Bappenas, 2015)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 271


Visi tersebut dibuat dengan kompabilitas Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025. Antara tahun 2015 hingga 2025 menggunakan
RPJPN 2005-2015 sebagai dasar pelaksanaan
pembangunan dan bertahap selanjutnya hingga tahun
2045 mewujudkan visi Kota Berkelanjutan dan Berdaya
Saing (Gambar 2). Beberapa strategi dibuat sebagai
implementasi masing-masing kata kunci dalam konsep
kota cerdas yaitu :
 Pengembangan perekonomian kota dengan
mengintegrasikan kegiatan perekonomian yang
produktif, kreatif dan inovatif berbasis teknologi
dan IT (Smart Economy).
 Pengembangan masyarakat kota yang pintar dan
inovatif, kreatif, produktif serta mampu
memanfaatkan potensi keragaman sosial-budaya
untuk membangun daya saing kota (Smart
People).
 Pengembangan tata kelola pemerintahan yang
cerdas dan kompetitif, inovatif, efisien dan
berbasis IT (Smart Governance).
 Pengembangan infrastruktur dalam upaya
peningkatan efisiensi dan daya saing kota melalui
pelayanan yang cepat dan tepat (Smart Mobility).
 Pengembangan lingkungan kota yang cerdas dan
berdaya saing melalui pengelolaan sumber daya
lingkungan kota berbasis teknologi (Smart
Environment).

272 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
 Pengembangan hunian cerdas dalam upaya
peningkatan kualitas hidup masyarakat kota
berbasis informasi dan teknologi (Smart Living).

Gambar 2. Road Map Kota Berkelanjutan dan Berdaya Saing


2015-2045 (Kementerian PPN/Bappenas, 2015)

Inovasi Virtual Reality dalam Desain Interior


Virtual Reality (VR) menurut Sugihartono dalam
Hardianti (2014) adalah pengembangan lingkungan
artifisial (buatan manusia) berbasis komputer yang dapat
dikendalikan oleh pengguna dengan media kontrol
berupa mouse, keyboard, joystick atau perangkat sensor
gerak. Pada dasarnya untuk menyajikan VR dibutuhkan 2
jenis perangkat keras yaitu media penampilnya (display)
dan perangkat pengendali (control), perangkat yang
banyak digunakan saat ini dapat diperhatikan pada
gambar 3. VR menyajikan secara interaktif suatu tampilan
rekaan dunia nyata yang memberikan efek seakan-akan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 273


penikmatnya berada pada satu titik lalu dapat menikmati
pemandangan sekelilingnya secara utuh.
Sering dijumpai saat ini bahwa visualisasi perancangan
interior dapat ditampilkan dalam wujud maket, visualisasi
3D render dan animasi walktrough. Kesemuanya memang
dapat menjadi media komunikasi perancang kepada klien
atau sebagai media evaluasi bagi perancang, namun
penyajiannya bersifat pasif. Artinya penikmat media
hanya bisa menikmati sesuai skenario yg telah
ditetapkan, seperti hanya bisa melihat sudut pandang
tertentu saja. Penggunaan VR dapat menjadi inovasi
dalam menyajikan visualisasi hasil perancangan interior
karena salah satu sifat VR yang dapat menyajikan media
secara interaktif.

Gambar 3. Perangkat Keras Virtual Reality (VR).


(Dokumentasi Penulis, 2019)

Sejauh yang penulis ketahui bahwa saat ini ada dua


teknik penggunaan VR memvisualisasikan hasil
perancangan interior. Yang pertama yaitu menggunakan
gambar panorama dengan sudut pandang gambar 3600.
Gambar panorama yag digunakan dalam VR adalah
gambar berformat digital yang dihasilkan dari beberapa
teknik, seperti dari fotografi, lukisan digital maupun

274 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
visualisasi 3D render. Dalam konteks perancangan
interior seringkali gambar yang digunakan adalah
gambar visualisasi 3D render dengan format panorama
3600 (Gambar 4). Penikmat VR akan menikmati 3D render
dengan cara melihat sekeliling dan berpindah dari satu
lokasi ke lokasi lain yang telah ditentukan secara
interaktif. Dari pengalaman penulis mempraktekkan
teknik ini, sisi positif penggunaannya adalah tidak
membutuhkan perangkat dengan spesifikasi atas, mudah
disajikan dalam banyak jenis media display dan
pembuatannya cenderung praktis. Sisi negatifnya
penikmat VR hanya bsa berpindah dengan titik yang
ditentukan dan munculnya efek distorsi gambar.

0
Gambar 4. Contoh 3D Render dalam Format Panorama 360
(Dokumentasi Penulis, 2019)

Teknik kedua adalah menggunakan game engine


untuk memvisualisasikan hasil perancangan interior

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 275


dalam format VR. Kaleja (2017) menjelaskan bahwa
teknik ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian besar yaitu
pemodelan 3D dengan aplikasi Computer Aided Design
(CAD), pengembangan model 3D pada game engine dan
app building sesuai peranti display yang diinginkan.
Teknik ini pada prakteknya memang lebih interaktif
dibanding teknik pertama karena penikmat VR benar-
benar dapat berpindah sudut pandang maupun lokasu
dengan leluasa tanpa dibatasi titik lokasi tertentu.
Penggunaan VR ini memiliki nilai inovasi teknologi yang
berdampak pada efisiensi pembuatan media visualisasi
hasil perancangan interior dan memberikan impresi yang
lebih interaktif bagi penikmat VR sehingga hasil
perancangan interior yang divisualisasikan akan mudah
dipahami walaupun belum benar-benar dalam wujud
nyata.

Peran Inovasi Desain Interior Mendukung Kota


Cerdas
Makin berkembangnya suatu wilayah perkotaan yang
didukung pertumbuhan ekonomi dan seiring pengaruh
era revolusi industri 4.0 membuat kebutuhan warganya
semakin kompleks. Seiring dengan hal tersebut,
ekspektasi tingkat kepuasan publik terhadap layanan
pemerintah kota makin tinggi. Hal ini menuntut
pemerintah kota menerapkan smart environment yang
telah tersusun pada arah kebijakan pengembangan
wilayah perkotaan di segala bidang pelayanan. Interior
bangunan publik sebagai ruang masyarakat kota untuk

276 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
mendapatkan layanan publik pun perlu dirancang
dengan optimal agar memenuhi ekspektasi tingkat
kepuasan publik.
Merancang interior bangunan publik tentu menjadi
tantangan tersendiri karena banyak stakeholder yang
harus menyepakati bersama hasil desain terpilih. Hal ini
menjadi rumit ketika banyak pihak tersebut memiliki latar
belakang berbeda sehingga memiliki sudut pandang
memahami aspek fungsi, spasial dan estetika yang
tersusun dalam suatu perancangan interior yang berbeda
pula. Di sinilah inovasi penggunaan VR untuk
memvisualkan hasil perancangan interior bangunan
publik dapat memberikan warna berbeda. Terdapat
beberapa poin praktis yang dapat dilakukan yaitu :
 VR digunakan ketika diskusi bersama pemerintah kota
(sebagai klien) untuk memustuskan desain terpilih
dari suatu pekerjaan perancangan interior bangunan
publik tertentu. Perancang interior menjelaskan hasil
perancangan secara presentasi oral dan klien bisa
menikmati visualisasi hasil perancangan secara VR
dengan perangkat Head Mounted Display (HMD)
sehingga dapat benar-benar merasakan hasil
perancangan secara lebih nyata sehingga dapat lebih
mudah memahami hasil perancangan interior secara
lebih intuitif. Penulis sebelumnya telah menguji coba
teknik tersebut dengan hasil penikmat VR lebih cepat
memahami hasil perancangan interior terutama

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 277


memahami aspek spasial ruang, dokumentasi
terdapat di gambar 5.

Gambar 5. Dokumentasi Klien Melihat Gambar 6. Dokumentasi


Visualisasi Hasil Perrancangan dengan Klien Melihat Visualisasi
HMD (Dokumentasi Penulis, 2019) Hasil Perrancangan dengan
Media LED Monitor
(Dokumentasi Penulis, 2019)

 Ketika hasil perancangan telah terpilih, VR dapat


digunakan untuk menampilkan visualisasinya sebagai
bentuk publikasi ke masyarakat. Pada kasus ini VR
cukup ditampilkan pada media monitor dengan
ukuran proporsional agar dapat dinikmati banyak
orang secara komunal. VR di sini menggantikan
peran maket sebagai media visualisasi. Pengujian
teknik ini oleh penulis pernah dilakukan,
dokumentasinya dapat diperhatikan pada gambar 6.

Kesimpulan
Pembangunan kota berkelanjutan adalah konsep
pembangunan wilayah perkotaan atas respon terhadap
fenomena kenaikan laju urbanisasi yang pesat.
Pemerintah mencanangkan konsep ini yang di dalamnya

278 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
terdapat rencana untuk menerapkan konsep kota cerdas
yang meliputi banyak bidang, salah satunya adalah smart
environment atau tata kelola lingkungan kota yang
cerdas. Perancangan interior dengan penggunaan VR
pada tahap visualisasi dapat digunakan pada
perancangan interior bangunan publik sebagai salah satu
komponen lingkungan binaan kota yang mendukung
aspek smart environment sebagai bagian konsep kota
cerdas. Selain karena memanfaatkan kecanggihan
teknologi, pendekatan ini memiliki setidaknya dua
manfaat praktis. Pertama memudahkan banyak pihak
pembuat keputusan yang terlibat pada suatu pekerjaan
perancangan bangunan publik untuk memahami hasil
perancangan, kedua dapat menjadi media interaktif
untuk sosialisasi hasil perancangan interior kepada
masyarakat luas dengan menawarkan pengalaman yang
lebih intuitif.

Daftar Pustaka

Agung, P., Hartono, D., & Awirya, A. (2017). Pengaruh Urbanisasi


terhadap Konsumsi energi dan emisi Co2 : Analisis Provinsi di
Indonesia. 9-17.
Bappenas. (2015). Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia.
Konferensi e-Indonesia Initiative (ell) dan Smart Indonesia Initiative
(SII) Forum ke-1. Bandung.
Bappenas. (2017). Rencana Kerja Pemerintah 2018. Jakarta:
Kementerian PPN / Bappenas.
BPS. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 279


Hardianti, L., Agus, F., & Suyatno, A. (2014). Pengembangan Website
Wisata Kota Samarinda Menggunakan Teknologi Foto VR 360.
Jurnal Informatika Mulawarman, 38-42.
Haris, A. (2015). Studi Media dan Perpustakaan tentang Urbanisasi.
JUPITER Vol. XIV No.1, 60-65.
Kaleja, P., & Kozlovská, M. (2017). Virtual Reality as Innovative
Approach to the Interior Designing. SSP - JOURNAL OF CIVIL
ENGINEER Vol.12, Issue 1, 109-116.
Limas , A., Perdana, A., W, N., & Tanndy , H. (2014). Pembahasan
Mengenai Efek Urban Heat Island dan Solusi Alternatif bagi Kota
Jakarta. J@TI Undip, Vol IX, No 1, 29-34.
Surya, B. (2012). Urbanisasi, Modernisasi dan Perubahan Sosial pada
Komunitas Lokal Perkotaan: Kasus Kota Baru Metro Tanjung
Bunga, Makassar . TATA LOKA - VOLUME 14 NOMOR 1 , 13-17.
WCED. (1987). Our Common Future. Oxford: Oxford University Press.

Penulis
Okta Putra Setio Ardianto, lahir di
Ponorogo 13 Oktober 1989. Menempuh jenjang
pendidikan dasar hingga menengah di
Ponorogo dan menyelesaikan jenjang
pendidikan tinggi di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya hingga tingkat
magister melalui program Fast Track pada tahun
2013. Saat ini penulis berprofesi sebagai dosen
yang bertugas di Departemen Desain Interior
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya dan bergabung di laboratorium Interior Science and
Technology. Bidang keahlian yang didalami penulis adalah mengenai
aspek lingkungan dan teknologi dalam perancangan interior. Di luar
aktivitas akademik di kampus, penulis aktif sebagai pengurus
Himpunan Desainer Indonesia (HDII) Jawa Timur dan pemegang
Sertifikat Keahlian dengan klasifikasi dan kualifikasi Ahli Desain
Interior – Madya.

280 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
MENDAMBAKAN PELAYANAN KESEHATAN
YANG SMART SEKALIGUS MENYEHATKAN

Dr. rer. nat. Ir Aulia Nasution, MSc.

Tidak dipungkiri bahwa kesehatan masyarakat adalah


faktor penting dalam menjamin ketahanan suatu
bangsa. Tingginya jumlah penduduk yang sakit akan
berdampak langsung pada produktivitas kerja nasional,
disamping juga membebani anggaran belanja. Pun
demikian halnya dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu
Kota / Regency, dengan permasalahan yang kurang lebih
serupa namun dengan kompleksitas premasalahan yang
tentunya lebih sederhana. Karenanya suatu sistem
pelayanan kesehatan yang tertata dengan baik menjadi
penting untuk direalisasikan pelaksanaannya, yaitu sistem
yang lebih mengedepankan aspek pencegahan
dibanding aspek pengobatan. Aspek pencegahan akan
berdampak pada pengurangan pengeluaran biaya
pengobatan pasien yang tidak perlu, yang biasanya
terjadi akibat baru teridentifikasinya penyakit pasien
pada tahapan yang telah lanjut. Dengan perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat saat ini, berikut
berbagai piranti serta keilmuan pendukung lainnya,
menjadikan dambaan sebagaimana dalam judul tulisan di
atas menjadi lebih mudah untuk merealisasikannya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 281


Sistem pelayanan kesehatan di banyak negara
biasanya paling tidak didukung oleh empat kelompok
pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu:
1. pasien
2. profesional penyedia pelayanan kesehatan
(dokter, perawat, rumah sakit / klinik dan unit
organisasi didalamnya)
3. penyedia pembayaran (perusahaan asuransi dan
yang terkait), serta
4. pihak pemerintah, selaku pembuat kebijakan,
sekaligus penjamin, yang mengatur tata kelola
pelayanan kesehatan secara nasional.
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan yang baik,
masing-masing dari keempat pemangku kepentingan ini
telah memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing,
serta adanya konektivitas koordinasi yang sudah sangat
jelas. Luasnya wilayah suatu daerah serta jumlah
populasi yang perlu ditangani akan menambah
kompleksitas penanganan kesehatan masyarakat,
disamping bervariasinya jenis gangguan kesehatan yang
harus ditangani. Dalam perspektif ini maka adanya suatu
sistem basis data yang bersifat terintegrasi, tertata,
melibatkan sistem kecerdasan buatan untuk
penambangan datanya, mudah diakses, serta terkelola
dengan baik, akan menjadi andalan dan jaminan bagi
berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan nasional
yang andal, efektif, serta efisien.

282 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Secara illustratif, pola interaksi antar pemangku
kepentingan diatas dapat disketsakan dalam gambar
berikut:

Gambar 1: sketsa pola interaksi terintegrasi antar pemangku


kepentingan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan nasional
yang smart
Beberapa paragraf berikut akan mencoba mengupas
berbagai permasalahan yang ditemui dalam pelayanan
kesehatan, yang perlu untuk mendapatkan perhatian
dalam penanganannya dengan memanfaatkan
ketersediaan teknologi informasi, untuk menciptakan
sistem pelayanan kesehatan yang smart sekaligus
"menyehatkan".
Kondisi kesehatan tubuh manusia sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor fisik (dalam dan luar), faktor psikis,
serta gaya hidup dari pemiliknya. Tubuh dikatakan sehat
manakala semua faktor diatas berada dalam keadaan
teratur dan seimbang. Sementara itu adanya gangguan
dalam keteraturan serta keseimbangan yang terjadi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 283


dapat memicu suatu kondisi imbalance yang berujung
pada dideritanya suatu penyakit. Menurut keilmuan
kedokteran, penyakit dapat dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu penyakit yang tercetus akibat proses
penularan / infeksi, serta penyakit non-infeksi yang
tercetus lebih akibat adanya gangguan dari proses
metabolik tubuh. Dalam kelompok yang pertama,
pengaruh faktor eksternal lingkungan sangat berperan,
antara lain dipicu oleh memburuknya kualitas kondisi
lingkungan, serta adanya wabah penyakit. Sementara
yang kedua lebih disebabkan oleh gaya hidup, gangguan
psikis, serta kelainan bawaan yang diderita.
Dalam konteks pelayanan kesehatan, deteksi dini yang
tepat atas kemunculan suatu penyakit yang diderita oleh
pasien akan membantu dokter dalam memberikan
penanganan kesehatan yang lebih cepat, lebih baik, dan
lebih murah. Disamping itu penanganan pengobatan
pasien pada tahap penyakit yang terkenali secara dini
akan meningkatkan peluang kesembuhan yang jauh
lebih baik, disamping untuk mencegah terjadinya
pemburukan kondisi kesehatan pasien yang dapat
berujung pada munculnya kondisi komplikasi. Pada
kondisi komplikasi, penanganan kesehatan pasien
menjadi lebih rumit, berbiaya tinggi, serta dengan tingkat
kesembuhan yang juga akan semakin menurun.
Namun kesadaran pasien untuk memeriksakan kondisi
kesehatannya secara reguler perlu senantiasa
dibangkitkan melalui upaya kampanye akan pentingnya

284 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
gaya hidup dan lingkungan hidup yang sehat, serta
pentingnya memeriksakan kondisi kesehatan secara
teratur. Tanpa adanya program skrining kesehatan yang
dilaksanakan secara teratur untuk masyarakat luas oleh
pemerintah, agak sulit untuk mengharapkan adanya
inisiatif pribadi dari setiap warga untuk memeriksakan
kesehatan secara reguler. Program skrining ini dapat
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan milik
pemerintah yang ditunjuk, secara terintegrasi dari level
nasional, propinsi, kota, hingga level kelurahan
(puskesmas). Karena sifatnya, proses skrining kesehatan
berurusan dengan jumlah populasi pemeriksaan yang
besar. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya suatu
teknologi pengukuran dengan berbagai karakteristik
khususnya, yaitu murah, cepat, cukup akurat, serta dapat
diandalkan.
Teknologi untk keperluan proses skrining ini
memanfaatkan keahlian dokter yang ditanamkan pada
sistem pengenal, untuk menganalisis dan
mengidentifikasi ciri2 kondisi kelainan yang ditemukan
dalam data pengukuran yang dihasilkannya. Disinilah
istilah smart system dilabelkan, untuk menamai sistem
pengukuran dengan kemampuan interpretasi atas data
pengukuran yang didapatkannya. Luaran dari proses ini
hanya berusaha untuk mengidentifikasi anggota populasi
yang "sehat" serta anggota populasi yang kemungkinan
besar "terindikasi terkena suatu penyakit" yang dicurigai
dari proses skrining yang dilakukan. Dengan data awal ini

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 285


kemudian bisa dilakukan tahapan pemeriksaan lanjutan
yang lebih teliti, untuk memastikan lebih jauh dugaan
serta tingkat keparahan penyakit yang dicurigai diderita
tersebut.
Disinilah letak peran dan tanggung jawab pemerintah
untuk membuat peta kondisi kesehatan masyarakat,
berikut kondisi lingkungan hidup sekitarnya, yang akurat
dan senantiasa terbaharui. Peta ini menjadi penting
untuk menjadi acuan bagi pencanangan prioritas
program pelayanan kesehatan, yang boleh jadi berbeda
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Berbasis data
yang akurat ini, yang diperoleh dengan pelibatan sistem
informasi yang smart, maka alokasi pendanaan serta
sumber daya kesehatan lainnya dapat didisitribusikan
secara tepat sasaran untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang andal, efektif, serta efisien. Dengan
wewenang yang dimilikinya, kemudian pemerintah dapat
menerbitkan berbagai regulasi untuk mengatur tata
kelola pelayanan kesehatan, hak dan kewajiban masing-
masing pemangku kepentingan, serta berbagai aturan
lain yang mengikat terkait perlindungan dan kepastian
hukum bagi tim pelaksana pelayanan kesehatan bagi
masyarakat tersebut.
Unit pelayanan kesehatan (healthcare centers)
merupakan entitas penyedia layanan kesehatan
kepada masyarakat. Lingkup dan cakupan layanan yang
bisa diberikan adalah bergantung pada tingkatan kelas
dari unit ini. Semakin tinggi kelas dari suatu unit

286 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
penyedia layanan kehatan, akan semakin kompleks tata
kerja organisasi, sekaligus kebutuhan sumberdaya
organisasi yang diperlukan untuk menopang tugas
operasional yang diembannya. Secara umum
sumberdaya organisasi dalam suatu unit penyedia
pelayanan kesehatan adalah tim dokter, divisi
keperawatan, tim manajemen & administrasi, divisi
Laboratorium Diagnostik, bagian kefarmasian, divisi
Sistem & Teknologi Informasi, divisi rawat inap, divisi
Housekeeping, serta divisi terkait perawatan dan
pemeliharaan Teknologi Alkes yang digunakan dalam
mendukung fungsi penyedia pelayanan kesehatan yang
diberikan. Ketersediaan dari sumberdaya organisasi yang
disebutkan diatas, serta kompleksitas cakupan kerjanya,
adalah sangat bervariasi bergantung pada kelas dari unit
layanan tersebut.
Bagian registrasi pasien merupakan garda terdepan
dari suatu rangkaian aktivitas pelayanan yang akan
diberikan oleh suatu unit penyedia layanan kesehatan.
Biasanya pasien datang bisa dengan status benar benar
baru, atau pasien lama untuk keperluan pemeriksaan
ulang, maupun pasien lama dengan keluhan baru yang
muncul. Terlepas dari status yang mana dari pasien yang
datang, pelayanan yang diberikan oleh bagian ini
haruslah ramah, menentramkan, serta cepat, guna
menghidari terbentuknya antrian pasien yang mengular.
Teknologi informasi berdasar basis data yang akurat
sangat berkontribusi untuk menunjang pelayanan yang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 287


cepat namun berkualitas. Dengan cepat pasien dengan
ketiga status diatas dapat diarahkan untuk segera
menuju ke bagian poli pemeriksaan terkait guna proses
pemeriksaan selanjutnya.
Dalam suatu sistem manajemen data rekam medis
pasien yang klasik, yang masih dianut oleh sebagian
besar unit pelayanan kesehatan di negeri ini, data rekam
medis pasien disimpan secara hardcopy dalam suatu
ruangan Rekam Medis. Seringkali diperlukan waktu
tunggu yang cukup lama hingga dikirimkannya data
rekam medis pasien yang telah mendaftar pada poli
pemeriksaan yang telah ditentukan, khususnya bagi
kasus pasien-pasien lama. Tanpa data rekam medis ini
maka pemeriksaan pasien oleh dokter belum bisa
dilakukan, karena dokter memerlukan untuk mengetahui
catatan riwayat penyakit serta pengobatan yang telah
diberikan. Dengan basis data yang akurat, mudah
diakses, serta senantiasa terbaharui, maka permasalahan
lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan data rekam
medis pasien dapat diatasi. Dengan segera informasi
rekam jejak pasien dapat dibuka pada monitor komputer
di meja dokter, berbasis antrian penugasan pemeriksaan
yang telah dimasukkan oleh bagian pendaftar.
Demikian juga halnya dengan pemeriksaan-
pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh dokter. Dokter
bisa memberikan permintaan beberapa item
pemeriksaan diagnostik untuk memperkuat diagnosa
yang akan ditegakkan terkait dengan keluhan penyakit

288 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
yang diderita oleh pasien. Melalui sistim informasi yang
terbangun secara baik, maka order permintaan
pemeriksaandapat langsung diberikan melalui menu
pada layar komputernya, dan langsung akan diterima
oleh bagian pemeriksaan diagnostik yang ditunggu.
Pasien tinggal menuju ke ruang pemeriksaan diagnostik
yang diminta, untuk menunggu giliran dilakukannya
pemeriksaan. Begitu hasil pemeriksaan selesai, maka
operator laboratorium dapat mengentrikan hasil
pemeriksaan, dan mengirimkan hasilnya kembali pada
dokter yang memberikan order pemeriksaan. Pasien
hanya perlu kembali menunggu di poli pemeriksaan awal
setelah pengambilan sampel / data pengukuran
pemeriksaan selesai dilakukan, menunggu pembacaan
hasil pemeriksaan lab dan diagnosa dokter atas penyakit
yang dideritanya. Dokter dapat menuliskan resep secara
langsung di komputernya dan sekali klik dokter dapat
mengirimkan ke bagian kefarmasian untuk pemrosesan
order lebih lanjut.
Divisi kefarmasian dapat memanfaatkan sistem
informasi yang smart untuk memonitor sediaan farmasi
yang diperlukan oleh seluruh keahlian tim dokter yang
dicakup dalam perawatan yang diberikan. Sistem ini
dapat memonitor secara cepat kondisi stok obat-obatan,
distribusi jumlah order penggunaan masing-masing obat
oleh dokter, sistem pengadaan sediaan obat-obatan,
serta monitoring masa kedaluarsa sediaan obat yang
dipunyai. Dengan informasi ini, maka alokasi proyeksi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 289


pengadaan obat-obatan dapat dilakukan secara tepat
efisien sesuai dengan kebutuhannya
Telah disebutkan sebelumnya juga bahwa salah satu
pemangku kepentingan dalam pelayanan kesehatan
adalah Penyedia Pembiayaan. Dalam terminologi praktis,
adalah kelompok perusahaan asuransi kesehatan yang
beroperasi secara legal dan diakui oleh pemerintah.
Sistem pelayanan pengobatan modern sangat
mengandalkan dukungan pihak asuransi dalam
pelaksanaan pelayanan yang diberikan. Dibanyak negara
luar negeri, setiap warganya diwajibkan memiliki jaminan
asuransi kesehatan dan jiwa, dengan nilai pertanggungan
minimal yang telah ditetapkan. Nilai pertanggungan ini
secara tidak langsung mengindikasikan kualitas (lebih
kearah privilege / tingkat kemewahan) dari pelayanan
kesehatan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan
kesehatan. Sementara itu kelengkapan layanan medis
standar yang dapat diberikan adalah hampir sama.
Penulis ingin sharing pengalaman yang sangat
mengesankan dengan pelaksanaan sistem asuransi di
kota Goettingen - Jerman, dimana penulis melakukan
tugas belajar doktoralnya (kejadian sekitar tahun 2002).
Saat itu anak kedua penulis, yang masih baru berusia
setahun terkena serangan stuip hingga tidak sadarkan
diri. Lokasi kejadian kebetulan di sebuah supermarket,
yang terletak di belakang masjid dimana kami warga
Indonesia biasa beribadah disana. Saat itu kebetulan hari
juma'at dan hampir bersamaan dengan akan berakhirnya

290 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tahiyat rakaat terakhir. Telefon tiba-tiba berdering
ditengah tengah shalat jum'at, yang tidak sempat
diangkat. Setelah salam, langsung penulis melihat hp,
dan terekam nomor istri penulis yang mengontak. Segera
penulis menelefon balik, dan dari seberang terdengar
suara tergopoh yang mengabarkan kondisi anak bungsu
kami. Tanpa berpikir panjang penulis bergegas menuju
lokasi kejadian, dan cukup kaget saat mendapati ternyata
sudah ada ambulan berisi tim paramedis, dan anak
bungsu penulis telah mendapatkan pertolongan
pertamanya. Dalam hati, cepat sekali ini ambulan datang?
Kondisi anak bungsu kami saat itu sudah dalam keadaan
sadar kembali, dengan tatapan yang masih agak nanar,
seolah kebingungan dengan suasana baru. Tidak berapa
lama kemudian datang ambulan kedua, yang berisi dua
orang tim dokter. Belakangan penulis memahami
memang begitulah SOP terkait penanganan apabila ada
kasus darurat yang terjadi. Dokter kemudian memeriksa
kondisi anak penulis dan memutuskan untuk membawa
ke rumah sakit universitas, yang jaraknya tidak sampai 1
km dari lokasi kejadian untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Maka beriringanlah dua ambulan ini, dengan penulis
berada di ambulan pertama menemani anak didalamnya.
Setiba di rumah sakit, langsung petugas paramedik
membawa anak saya ke ruang pemeriksaan di IGD, dan
meminta penulis untuk menghubungi bagian
pendaftaran. Dengan sedikit kebingungan (karena kartu
asuransi tidak terbawa bersama), penulis menuju loket
pendaftaran. Saat itu penulis ditanya mana kartu

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 291


asuransinya? Penulis jawab apa adanya kalau kartu
asuransi tidak terbawa dan tertinggal dirumah,
mengingat kejadian begitu mendadak, sehingga tidak
terpikirkan untuk membawa kartu asuransi. Petugas lalu
menanyakan tanggal kelahiran, dan setelah disebutkan
dia meminta penulis mengidentifikasi list beberapa nama
yang muncul sebagai anak penulis. Setelah itu proses
rampung dengan beberapa selembar stiker berisi
beberapa potong barcode yang diminta dibawa
langsung ke bagian pemeriksaan di IGD.
Penulis sangat terkesima, bercampur kekaguman akan
kemudahan prosedur pengurusan administrasi
pendaftaran pasien dan proses pembayaran asuransinya.
Saat itu sebagai mahasiswa yang mendapatkan beasiswa
dari DAAD, kami didaftarkan untuk jaminan asuransi
dalam skema asuransi group, dengan tarif yang paling
rendah. Namun dalam pemeriksaan selanjutnya, semua
item pemeriksaan yang diberikan kepada anak penulis
sangatlah lengkap dan baik. Dengan tarif terendah yang
dimiliki, fasilitas rawat inap yang disediakan berlaku
untuk satu kamar dengan 3 bed, namun karena tidak ada
pasien lainnya, maka praktis seluruh kamar inap bisa
kami gunakan sekeluarga untuk menemani si kecil. Saat
beberapa 3 tahun kemudian anak2 berada di Indonesia,
dan anak tertua terkena demam berdarah, etos dan
kesigapan pelayanan yang diberikan penyedia pelayanan
kesehatan di tanah air bagaikan bumi dan langit dengan
kondisi di jerman. Sampel pemeriksaan darah anak yang
diambil pagi hari jam 7 pagi, ternyata jam 2 siang belum

292 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
diproses pemeriksaannya....Right or wrong it is my country
[Carl Schutz 1872]
Di Indonesia skema asuransi dari penyedia milik
asuransi negara (BPJS) dapat digunakan di hampir semua
rumah sakit milik pemerintah, serta beberapa penyedia
asuransi kesehatan swasta yang diakui diakui dapat
digunakan di beberapa rumah sakit khusus milik
pemerintah maupun swasta (organisasi keagamaan
maupun swasta umum). Dalam implementasinya, banyak
perusahaan asuransi swasta yang telah memanfaatkan
sistem informasi yang smart, yang terintegrasi dengan
sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit atau klinik.
Sistem ini sangat memudahkan pasien dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukannya.
Kondisi yang agak berbeda diberikan oleh penyedia
asuransi milik pemerintah, dimana pasien masih
direpotkan dengan birokrasi pengurusan hak
pembiayaan pengobatannya. Suatu kondisi praktek
birokrasi yang khas berlaku dalam instansi pemerintah.
Seringkali praktek birokratif yang berjalan ini menomer
sekiankan penanganan kondisi pasien yang memerlukan
pelayanan. Sehingga alih-alih pelayanan kesehatan bisa
menyembuhkan dan menyehatkan, malah sebaliknya
dapat memperparah kondisi kesehatan serta kejiwaan
penderitanya.
Implementasi Sistem Informasi yang terintegrasi antar
semua bagian/divisi dalam suatu unit penyedia
pelayanan kesehatan dapat membuat proses pelayanan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 293


yang diberikan pada pasien dapat dilakukan secara
efektif dan sangat efisien, dari segi waktu, serta biaya
operasional. Moda pelayanan dan penugasan secara nir
kertas (paperless) dapat meningkatkan performansi
layanan yang diberikan, efisiensi operasional masing-
masing divisi serta unit penyedia pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Contoh-contoh yang diberikan diatas
adalah sebagian kecil dari permasalahan pelayanan
kesehatan, yang dapat ditingkatkan performa dan
efisiensi pelayanannya melalui sistem informasi (yang
tidak terlalu dalam melibatkan kecerdasan buatan, yang
dengan bahasa guyon dapat dikatakan "tidak terlalu
cerdas"). Dengan tingkat kecerdasan yang seadanya,
penggunaan sistem informasi dalam beberapa contoh
masalah dalam pelayanan kesehatan diatas mampu
menunjukkan manfaat yang sangat luar biasa dalam
meningkatkan efisiensi pelayanan. Namun sebaik
apapun, secerdas apapun sistem yang dibangun, tidak
akan banyak bermanfaat bagi masyarakat kalau
kecerdasan hati dari pengelola / operator sistem tersebut
rendah. Kecerdasan hati ini erat kaitannya dengan etos
kerja, yang masih menjadi masalah besar di negeri ini
dan perlu upaya yang serius untuk senantiasa
memperbaikinya.

294 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Penulis
Dr.rer.nat. Ir. Aulia M.T. Nasution, M.Sc.
adalah staf dosen Departemen Teknik Fisika
FTI - ITS, sekaligus saat ini menjabat sebagai
Ketua Program Pascasarjana Teknik Fisika.
Menyelesaikan pendidikan S1 nya di
Departemen Teknik Fisika ITB (1993), M.Sc.
in Medical Physics dari Pusat Pengajian Sains
Fisik (PPSF) pada Universiti Sains Malaysia
(USM), Penang - Malaysia (1996), serta
Dr.rer.nat dalam bidang Optical Diagnostics
dari Fakultät für Physik, Georgia-Augusta
Universität Göttingen, Jerman (2006). Aktif mengampu beberapa
mata kuliah bertemakan rekayasa medis (Medical Engineering), baik
pada level pascasarjana: yaitu Analisa & Pencitra Multimodal
Spektroskopi (S3), Dasar Clinical Engineering, Instrumentasi Medis,
Assesmen Teknologi Kesehatan, Fotonika Biomedis, serta Fisika Tubuh
Manusia, maupun pada level sarjana: yaitu Fotonika Biomedis dan
Spektroskopi Optis. Bidang minat penelitian yang dikembangkannya
adalah Optika Biomedis / Biofotonik, Rekayasa Sistem Optis, serta
Instrumentasi Medis. Beberapa pengalaman riset di institusi riset luar
negeri diperoleh melalui beberapa beasiswa bergengsi seperti
Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) dari pemerintah
Jerman untuk:
1. Penelitian doktoral di Laser laboratorium Göttingen (2000-2004)
2. Penelitian Postdoctoral di:
a. Clinical Photonics Lab. pada Friederich-Alexander
Universität Erlangen-Nürnberg (2009)
b. Dept 8.3 (Biomedizinische Optik) pada Physikalisch-
Technische Bundesanstalt (PTB) Berlin (2013)
Serta melalui beasiswa Fulbright Senior Research Scholarship untuk
Penelitian Postdoctoral di Biophotonics Lab. (CBME) University of
Kentucky, Lexington - Kentucky (2011-2012), serta Terahertz and
Ultrafast Spectroscopy Laboratory - Center for Terahertz Reseach,
Rensselaer Polytechnic Institute (RPI), Troy NY (2018).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 295


PENERAPAN SISTEM TRANSPORTASI CERDAS
DI SURABAYA UNTUK MENDUKUNG
KENYAMANAN DAN KESELAMATAN
BERKENDARA

Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA


Dr. Ir. Endroyono, DEA
Eko Setijadi, S.T., M.T., Ph.D
Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo, M.T

Pendahuluan
Definisi Intelligent Transport System (ITS) atau Sistem
Transportasi Cerdas, yang diacu dari Komite Kebijakan
Intelligent Transport System dari International Road
Federation yaitu Sistem transportasi cerdas (ITS)
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi yang
mendukung dan mengoptimalkan semua moda
transportasi dengan meningkatkan efektivitas biaya,
bagaimana mereka bekerja, baik secara individu maupun
bekerja sama satu sama lain.
Pada dasarnya komponen ITS dapat dikelompokkan
menjadi tiga bidang:
• Infrastruktur cerdas (intelligent infrastructure) seperti
sinyal lalu lintas di jalan-jalan, tanda-tanda pesan variabel
untuk mengingatkan pengguna jalan dari bahaya di
depan dan sinyal ramp jalan bebas hambatan yang
bekerja untuk menjaga aliran jalan raya;

296 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
• Kendaraan pintar (smart vehicles) seperti notifikasi
kecelakaan otomatis, pembantu kecepatan cerdas,
pengontrol cruise cerdas, peringatan tabrakan mundur
dan depan, sistem navigasi GPS, dan interlock pengapian
alkohol.
• Layanan informasi (information services) seperti
informasi next-bus pada ponsel, sistem navigasi dalam
mobil yang menerima kondisi lalu lintas saat ini untuk
panduan sekitar hotspot kemacetan, dan program akses
nasional cerdas untuk truk.

Gambar 1. Keuntungan penerapan ITS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 297


Tujuan penerapan ITS, pada hakekatnya menyediakan
kenyamanan, keselamatan dan ketertiban dalam
berkendara bagi masyarakat; serta mendukung
pengelolaan operasional lalulintas dan transportasi
publik yang efektif dan efisien. Namun demikian untuk
mewujudkan ITS tidak mudah, komitmen, kebijakan dan
program yang berkelanjutan dari pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya sangat besar, sebesar
investasi yang akan ditanamkan juga. Hal ini juga akan
sebanding dengan perolehan keuntungan yang
diberikan. Gambaran tentang keuntungan yang diberikan
dalam penerapan ITS dapat dijelaskan seperti dalam
gambar 1.

Teknologi Sistem Transportasi Cerdas


Dalam penerapan ITS, dapat dikategorikan lima
kelompok sistem pendukungnya, seperti diberikan dalam
tabel 1.
Tabel 1. Kategori Teknologi Sistem Transportasi Cerdas

298 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Advanced Traveler Information Systems (ATIS),
merupakan sistem informasi canggih bagi pengendara,
menyediakan informasi real-time, seperti rute transit dan
jadwal; arah navigasi; dan informasi tentang penundaan
akibat kemacetan, kecelakaan, kondisi cuaca, atau
perbaikan jalan kerja. Penerapan sistem informasi
perjalanan yang paling efektif dapat menginformasikan
kepada pengendara secara real-time lokasi tepat mereka,
memberitahu mereka tentang lalu lintas, jalan atau
kebutuhan lain yang terkait pada saat ini di jalan raya
dan sekitarnya, dan memberdayakan secara optimal
pemilihan rute dan instruksi navigasi, idealnya membuat
informasi ini tersedia di beberapa platform, baik di dalam
maupun di luar kendaraan. Saat ini sebagian fungsi ATIS
sudah disediakan oleh menu Traffic pada aplikasi Google
Maps.
Advanced Transportation Management Systems (ATMS)
merupakan sistem manajemen transportasi canggih,
meliputi perangkat kontrol lalu lintas, seperti lampu lalu
lintas, meter jalan, tanda/pesan status lalu lintas yang
dinamis dan pusat-pusat operasi lalu lintas (gambar 2).
Traffic Operations Centers (TOCs), pusat operasi lalu
lintas, merupakan pusat pengelolaan lalu lintas yang
dioperasikan oleh kota mengandalkan teknologi
informasi untuk menghubungkan sensor dan perangkat
di pinggir jalan, probe kendaraan, kamera, tanda-tanda
pesan (Variable Message Signs), dan perangkat lain
bersama-sama untuk menciptakan pandangan yang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 299


terintegrasi dari aliran trafik dan mendeteksi kecelakaan,
peristiwa cuaca yang berbahaya, atau bahaya jalan
lainnya.
ITS-Enabled Transportation Pricing Systems, (ITS-ETPS)
mengambil peran sentral dalam pembiayaan sistem
transportasi. Contoh penerapan ETPS termasuk sistem
pembayaran otomatis, misalnya pengumpulan tol
elektronik (Electronic Toll Collection, ETC), ERP untuk
mengurangi kemacetan pada jalan utama, jalur fee-based
express (HOT, High Occupancy Toll), dan sistem
pembayaran berbasis jarak (Vehicle Miles Traveled, VMT).
Pada ETC maupun ERP, pembayaran dapat dilakukan
secara otomatis melalui perangkat DSRC-enabled atau
tag on-board yang ditempatkan di kaca depan (gambar
3). Australia dan Jepang, menerapkan standar ETC
canggih yang mencakup sistem nasional tunggal.
Amerika Serikat, menerapkan beberapa sistem
pembiayaan ETC untuk perjalanan lintas negara karena
operator ETC yang berbeda, dan belum ada
interoperabilitas.

Gambar 2. Penerapan ATMS

300 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 3. Perangkat ETC dan kartu pembayaran otomatis

Bentuk lain penerapan ETPS, contohnya pada


penerapan sistem pembayaran jumlah km perjalanan
(VMT, vehicle miles traveled) yang dikenakan kepada
pengendara untuk setiap meternya. Sistem VMT
merupakan salah satu bentuk pajak bahan bakar dan
biaya lain yang diterapkan di banyak negara untuk
membiayai sistem transportasi. Penerapan “Kilometer-
prijs” (harga per kilometer) di Belanda merupakan sistem
VMT pertama nasional di dunia dilaksanakan untuk baik
untuk kendaraan penumpang maupun kendaraan berat.
Advanced Public Transportation Systems (APTS)
merupakan sistem transportasi publik canggih,
memungkinkan moda transport publik seperti kereta,
trem dan bus dapat melaporkan posisi mereka
(automatic vehicle location, AVL), sehingga penumpang
mendapat informasi status real-time mereka (informasi
kedatangan dan keberangkatan) dan bagi pengelola
dapat memonitor keberadaan aset mereka (gambar 4).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 301


Juga sistem pembayaran elektronik yang terdapat di
dalam kendaraan umum, multi moda.
Fully integrated ITS, termasuk integrasi vehicle-to-
infrastructure (V2I) dan vehicle-to-vehicle (V2V).
Terkoneksinya antar elemen dan aset sistem transportasi,
seperti semua jenis sensor yang digunakan, lampu lalu
lintas, dan kendaraan atau antar moda yang lain.
Integrasi V2I merupakan pola dasar ITS yang
komprehensif. Di Amerika, inisiatif V2I dikenal
IntelliDriveSM, 2009, diimplementasikan dan merupakan
infrastruktur komunikasi yang mendukung V2I maupun
V2V. Juga komunikasi untuk berbagai aplikasi
keselamatan dan operasi transportasi. IntelliDrive
memungkinkan tag atau sensor DSRC-enabled, jika
banyak digunakan di kendaraan, jalan raya, dan di
pinggir jalan atau peralatan persimpangan, akan
memungkinkan elemen inti dari sistem transportasi
cerdas berkomunikasi dengan satu sama lain, akan
memberikan berbagai manfaat.

Gambar 4. Informasi kedatangan dan status transportasi publik

302 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Arsitektur ITS
Secara sederhana penerapan ITS dapat dijelaskan
dalam beberapa kelompok penerapan proses dalam
empat lapis dengan 7 proses (gambar 5), yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Transportasi (1), merupakan
lapisan pertama yang memproses masukan dari
berbagai pihak melalui sensor atau perangkat
pendukung lainnya. Data terkait lalulintas menjadi
masukan untuk perencanaan dan pengelolaan
operasional lalulintas, termasuk informasi
fenomena lalulintas, masukan dari pengendara,
referensi posisi, dll.
2. Perencanaan/Analisis Transportasi, meliputi
proses perencanaan transportasi terpadu (2),
dimana dalam proses evaluasi dan analisisnya (2)
memanfaatkan integrasi data dari hasil
pengumpulan data transportasi dan data
operasional infrastruktur cerdas serta kebutuhan
pengelolaan layanan pengendara atau
transportasi publik. Sekaligus proses pemantauan
dan evaluasi terhadap kinerja manajemen
transportasi (4) dapat dilakukan, misalnya terkait
Service Level Agreement (SLA) pihak ketiga, Key
Performance Indikator (KPI) interna dan
manajemen aset.
3. Pengendalian Lalu Lintas (5), yang dilaksanakan
oleh personal di Pusat Operasi Jaringan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 303


Transportasi, termasuk untuk manajemen
operasional lalu lintas, manajemen kecelakaan,
pengendalian respon terhadap lampu lalu lintas,
VMS, juga sinyal-sinyal pengatur arah/jalur lalu
lintas.
4. Manajemen Pengendara, merupakan antar muka
dengan pengendara termasuk untuk urusan
kebutuhan layanan informasi bagi pengendara
(6), maupun manajemen kebutuhan transaksi
layanan (7) termasuk pembayaran elektronik di
transportasi publik, tol, parkir dll.

Gambar 5. Lapis Pengelolaan ITS

304 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Penerapan Sistem Transportasi Cerdas di kota
Surabaya
Benchmark ketersediaan penerapan komponen Sistem
Transportasi Cerdas (ITS) di kota Surabaya saat ini dapat
digambarkan dalam rangkuman Tabel 2. Beberapa
komponen sudah diawali implementasinya sejak 2004
secara parsial dan bertahap, dan terus berkembang
ketersediaan sistem terutama saat transportasi publik
yang disediakan oleh pemerintah kota dapat
direalisasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Fokus
pengembangan juga terkait integrasi mengarah pada
vehicle to infrastructure (V2I).
Tabel 2. Benchmark komponen ITS untuk penerapan di
Surabaya

Dengan pertimbangan prioritas, skenario arsitektur


penerapan sistem transportasi cerdas di kota Surabaya
dapat dirangkum seperti dalam Gambar 6. Cara pandang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 305


arsitektur yang mengelompokkan dukungan infrastruktur
jaringan komunikasi backbone fiber optik dan nirkabel,
untuk mendukung layanan yang tersedia di lapangan,
kendaraan, pengendara/pengguna, dan di pusat kendali
(CCRoom).

Gambar 6. Arsitektur Penerapan ITS di Dinas Perhubungan


Kota Surabaya
Ada lima area utama yang menjadi perhatian dalam
arsitektur tersebut, yaitu:
CCRoom (Ruang Pusat Kendali), yang mendukung
pusat kendali operasional termasuk pusat infrastruktur
TIK penyedia semua aplikasi yang terkait dengan layanan
pendukung manajemen transportasi cerdas. Semua
sistem dan aplikasi diletakkan dalam server-server di data
center dengan dukungan operasional para staf dan
manajemen Dinas Perhubungan Pemerintah Kota
Surabaya. Integrasi semua layanan sistem transportasi

306 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
cerdas kota surabaya di letakkan di halaman web,
http://sits.dishub.surabaya.go.id.-
Kendaraan (Armada Angkutan Publik), merupakan
obyek utama yang disasar untuk memberikan layanan
transportasi publik yang dikendalikan oleh sistem
transportasi cerdas. Penerapan Advanced Public Transport
System (APTS) pada armada bus AMC (Angkutan Masal
Cepat, Surabaya Mass Rapid Transport, SMaRT) tersebut
dengan melengkapi On Board Unit (OBU) yang
merupakan agen dari ITS, berfungsi untuk menangkap
kejadian dalam armada, termasuk tiket elektronik,
monitoring penumpang, monitoring kondisi armada
(posisi dan parameter sensing lainnya).
Pengendara atau pengguna, merupakan bagian dari
sistem ITS yang perlu memperoleh informasi prosedur
layanan ITS, mulai dari informasi layanan transportasi
publik termasuk armada, trayek, tiket, kondisi trafik dan
kejadian lapangan terkini melalui berbagai media dan
point of services. Layanan umum ITS dapat disediakan di
web Dinas Perhubungan Surabaya yang dapat diakses
melalui internet, baik dari komputer maupun perangkat
smartphone. Juga dukungan layanan jarak jauh jika
diperlukan melalui call center maupun fasilitas lainnya.
Ruang lingkup Lapangan, di lapangan elemen
infrastruktur yang akan terus dilengkapi sistem cerdas
terkait adalah jalan raya, jalan tol, parkir dan pengelolaan
kondisi darurat yang terkait dengan keamanan maupun
darurat lainnya. Misal, di jalan raya: keberadaan sensor,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 307


CCTV maupun sub sistem (lampu lalu lintas), merupakan
sumber catuan utama bagi sistem manajemen lalu lintas
ITS, untuk mengetahui kondisi lalu lintas. Pada umumnya
perangkat atau sub sistem ITS yang ada berupa sensor
ataupun sub sistem di lokasi elemen atau bagian elemen
yang mendukung layanan ITS secara global.
Jaringan backbone dan nirkabel, merupakan elemen
yang memungkinkan semua sensor, sub sistem maupun
sistem untuk saling berinteraksi melalui infrastruktur
komunikasi berbasis internet pita lebar.

Surabaya Intelligent Transport System (SITS)


Perencanaan menuju ke arah SITS, dimulai dari
penyiapan master plan di tahun 2004. Secara bertahap
terus dikembangan ATCS (Adaptive Traffic Control
System) yang merupakan strategi manajemen lalu lintas
dengan pengendalian waktu lampu lalu lintas yang
menyesuaikan (adaptif) terhadap kebutuhan lalu lintas
aktual. Implementasi tahap pertama SITS dengan
meletakkan platform dasar ATCS Cerdas yang siap
diintegrasikan dalam kerangka Intelligent Transport
System pada tahun 2010. Dalam tahap awal ini mulai
dilakukan pemasangan Local Controller ATCS yang
kompatibel konsep ITS (ATCS-ITS), sensor video untuk
monitoring traffic, serta jaringan komunikasi dan Traffic
Control Monitoring Room. Hasil tahap awal ini adalah
terhubungnya 14 simpang cerdas pertama yang
terhubung ke server di Control Room di Terminal

308 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Bratang, yang menggunakan sistem SCATS (Sydney
Coordinated Adaptive Traffic System).
Tahap pengembangan berikutnya adalah menambah
kelengkapan ATCS-ITS hingga 35 simpang. Serta
membuka port-port aplikasi Intelligent Transportation
System (ITS Port) agar ITS dapat diaplikasikan lebih jauh.
Pada tahap ini mulai dirintis layanan SMS Server, VMS
dan e-Traffic Kios untuk masyarakat pada beberapa
fasilitas publik.
Pengembangan berbagai aplikasi ITS sebagaimana
yang dilakukan negara maju lainnya. Pada tahap ini, data
lalu lintas tidak saja menjadi sumber pengatur lalu-lintas,
tetapi juga menjadi wahana informasi publik dan sumber
data optimasi transportasi. Masyarakat dapat menikmati
informasi melalui SMS server, display VMS di jalan, GPS
dan termasuk Kios Lalu-Lintas. Dishub dan Kepolisian
akan mulai memanfaatkan integrasi CCTV dan ATCS-ITS
untuk crime detection system dan penindakan
pelanggaran dengan menggunakan sistem SCATS
(Sydney Coordinated Adaptive Traffic System). SCATS saat
ini dianggap sistem terbaik di dunia dan diadopsi oleh
lebih dari 125 negara dan 263 kota.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 309


Gambar 7. Implementasi Surabaya Intelligent Transport
System

e-Dishub
Aplikasi mobile e-DISHUB menyediakan informasi bagi
masyarakat yang ingin mendapatkan layanan informasi
dan lainnya dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
Layanan informasi terkait dengan terminal, bis kota, lyn
angkutan umum, jadwal bus, uji kir/emisi, lalu lintas, info
perijinan dll.

e-Parkir
Penerapan parkir elektronik mulai dikenalkan pada
tahun 2017 di kota Surabaya, diuji-cobakan pada

310 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kawasan jalan di sekitar Balai Kota. Sistem e-parkir yang
diterapkan dijelaskan dalam skema gambar 8. Dalam
penerapan sistem e-parkir perlu masa transisi, yakni
untuk pendekatan dan pemahaman kepada juru parkir
tradisional, dan pemanfaatan atau pemakaiannya bagi
masyarakat. Sehingga penerapan sistem cerdas tidak
hanya permasalahan penyediaan teknologi namun perlu
strategi dan solusi untuk masa transisi dalam
menyelesaikan masalah sosial dan masa transisi
penggunaan sistem dengan bantuan pemandu parkir
elektronik dalam hal ini.

Gambar 8. Skematik diagram sistem e-parkir di Surabaya

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 311


Penutup
Pendekatan sistem cerdas dalam bidang transportasi
telah disampaikan di atas, merupakan salah satu
penerapan visi dari pengembangan kota cerdas (smart
city). Surabaya sudah memulai dengan membangun
secara bertahap penerapan sistem transportasi cerdas.
Awal penerapannya adalah pemanfaatan ATMS, untuk
manajemen lalu lintas dengan core ATCS-ITS berbasis
SCATS. Kemudian dikembangkan aplikasi terkait dengan
lalu lintas tersebut. Kemudian menata sistem parkir,
dengan mulai membangun sentra parkir untuk
mendukung SMART (Surabaya Mass Rapid Transport).
Saat ini mulai menata armada transportasi publik,
Angkutan Masal Cepat, dengan penyediaan Surabaya
Bus, yang dilengkapi dengan sistem cerdas di dalamnya
(OBU).

Daftar Pustaka
1. Intelligent Transport Systems Master Plan, Main Roads Western
Australia, September 2014.
2. Stephen Ezell, “Explaining International IT Application Leadership:
Intelligent Transportation Systems”, ITIF The Information
Technology & Innovation Foundation, Januari 2010.
3. Jedok Kim, Young-Jun Moon and In-Soo Suh, “Smart Mobility
Strategy in Korea on Sustainability, Safety and Efficiency Toward
2025”, IEEE Intelligent Transportation Systems Magazine, Winter
2015.
4. P Mees, J Stone, M Imran and G Nielson, “Public transport network
planning: A guide to best practice in NZ cities”, New Zealand
Transport Agency Research Report, 2010.

312 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
5. David Metz, “Mobility, access, and choice: a new source of
evidence”, The journal of transport and land use, volume 6 no. 2,
2013.
6. The Intelligent Transport Systems Master Plan: A strategic plan for
intelligent use of technology to enable Main Roads WA‟s 2020
vision of Smart Roads, Safe Journeys delivering improved
transport outcomes for all Western, Main Roads Western
Australia, September 2014.
7. Intelligent Transport System: EU-funded research for safety, clean
and safe road transport, European Commission, Directorate-
General for Research, Transport, 2010.
8. Tom RYE, “Intelligent Transport Systems: Reference Material for
Competence”, STEER training project Competence, 2006.
9. Intelligent Transport Systems: Benefits, Costs, Deployment, and
Lessons Learned, US Department of Transportation, Research and
Innovative Technology Administration, 2008.
10. Surabaya Intelligent Transportation System,
http://sits.dishub.surabaya.go.id/ver2/tentang-sits

Penulis
Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA bekerja sebagai
dosen Departemen Teknik Elektro, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sejak 1990,
menyelesaikan pendidikan Doktor di INSA de
Rennes (2000), CDCP (2014), MTCRE(2015).
Affandi aktif membantu di kota Surabaya,
Pemprov Jawa Timur, Kementerian
(Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan
Pendidikan Tinggi, Komunikasi dan
Informatika, Perhubungan),dan masyarakat industri dalam penerapan
TIK. Saat ini aktif mengembangkan sistem dalam tim pengembangan
Smart & Intelligent Excellent Center (SIEC) ITS fokus pada Smart City -
Intelligent Transport System; pengembangan dan penerapan industry

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 313


4.0 di Pusat Unggulan IPTEKS Mechatronic & Industrial Automation
Kemristekdikti; pengembangan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA)
Indonesia (Kemristekdikti) dan Indonesia Research & Education
Network (IDREN) Kemristekdikti dan industri ISP nasional. Juga terlibat
dalam pengembangan Start Surabaya (Koridor Co-working Space),
serta sebagai ketua asosiasi APTIMOR (Asosiasi
Penyedia Teknologi Industri Mekatronik,
Otomasi dan Robotika).

Dr. Ir. Endroyono, DEA adalah dosen di


Departemen Teknik Elektro, ITS dengan bidang
penelitian: Telekomunikasi Multimedia dan
Smart City.

Eko Setijadi, S.T., M.T., Ph.D adalah dosen di


Departemen Teknik Elektro, ITS dengan
bidang penelitian: Elektro Telekomunikasi –
Optimasi Jaringan, Wireless, Jaringan
Komputer, Antena Propagation, Wireless
Communication, Komputasi Elektromagnetik.

Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo, M.T. adalah


dosen Departemen Teknik Elektro, ITS dengan
bidang penelitian: Telekomunikasi Multimedia

314 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
SMART TRAFFIC LIGHT
FOR TRAFFIC MANAGEMENT

Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA

Latar Belakang
Lampu lalu lintas (Traffic Light) yang ada di Kota-
kota di Indonesia pada saat ini nyala lampuya
dikendalikan oleh LCU (Local Control Unit) berupa PLC
(Programmable Logic Control) berdasarkan fungsi timer,
sehingga pergantian warna lampu hijau ke warna kuning
dan ke warna merah tergantung programmer yang
menentukan lama pergantiannya. Hal ini sering kali tidak
sesuai dengan kondisi antrian lalu lintas yang ada,
sehingga keberadaan traffic light kurang efektif. Untuk
itu perlu dilakukan rekayasa traffic light agar mampu
memutuskan (melalui kecerdasan buatan yang di
embedded-kan) lampu sesuai dengan kondisi arus lalu
lintas.
Traffic light yang mampu memutuskan nyala lampu
sesuai dengan kondisi arus lalu lintas harus dilengkapi
dengan sebuah sistem pengendalian cerdas (Smart
control system) yang dilengkapi dengan mata berupa
sensor camera guna memonitor kepadatan arus lalu
lintas. Sinyal output camera berupa image harus diolah
oleh sebuah microprocessor yang berisi program
pengolahan image (image processing) menjadi data
numeric yang dinamik (dynamic numeric data) mengikuti
perubahan kepadatan arus lalu lintas. Dynamic numeric

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 315


data selanjutnya diolah oleh LCU yang di embedded-kan
kecerdasan buatan berupa expert system (salah satu jenis
Artificial Intelligent yang dibangun atas dasar kepakaran
seseorang dalam hal ini ahli tata lalu lintas) menjadi
sinyal control untuk mengatur nyala lampu traffic light.
LCU di suatu traffic light dapat dikoordinasikan
dengan LCU traffic light lainnya (disekitarnya) dengan
mempergunakan Distributed Control System (DCS) yang
centralized controller nya mempunyai kemampuan
mengkoordinir nyala lampu traffic light di suatu tempat
dengan nyala lampu traffic light di tempat lainnya (yang
berdekatan) agar tidak terjadi kemacetan arus lalu lintas.

Konsep
Smart Traffic Light untuk manajemen Traffic Light
mempunyai Desain sebagai berikut:
1. Desain Web Camera yang dilengkapi dengan
converter image menjadi data numeric

Program untuk merubah (converter) Image


menjadi Dynamic Numeric Data

316 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
2. Desain sistem komunikasi data dari Web Camera di
beberapa Traffic Light

CCTV Camera
CCTV Camera
Traffic Light 3
Traffic Light 1

CCTV Camera CCTV Camera


Traffic Light 2 Traffic Light 4

3. Desain LCU (Local Control Unit) berbasis Expert


System
Program untuk merubah (converter) Image

Expert System
menjadi Dynamic Numeric Data
I
N
E
F
N
E
G
R
I
E
N
N
E
C DATA BASE
E SCHENARIO KONDISI LALU LINTAS

PLC

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 317


4. Implementasi DCS pada manajemen Traffic Light

Program untuk merubah (converter) Image Program untuk merubah (converter) Image

Expert System Expert System


menjadi Dynamic Numeric Data menjadi Dynamic Numeric Data
I I
N N
E E
F F
N N
E E
G G
R R
I I
E E
N N
N N
E E
C DATA BASE C DATA BASE
E SCHENARIO KONDISI LALU LINTAS E SCHENARIO KONDISI LALU LINTAS

PLC
LCU PLC

LCU

Program untuk merubah (converter) Image Program untuk merubah (converter) Image

Expert System Expert System


menjadi Dynamic Numeric Data menjadi Dynamic Numeric Data
I I
N N
E E
F F
N N
E E
G G
R R
I I
E E
N N
N N
E E
C DATA BASE C DATA BASE
E SCHENARIO KONDISI LALU LINTAS E SCHENARIO KONDISI LALU LINTAS

LCU PLC LCU PLC

5. Sketsa implementasi Smart Traffic Light untuk


manajemen Traffic Light

Traffic Light Map Traffic Light di Taman Pelangi

318 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Kondisi lalu lintas disekitar TAMAN PELANGI Surabaya,
terdapat beberapa persimpangan yaitu jalur dari taman
pelangi menuju ke jalan Jemur Sari yang melintasi jalan
Ahmad Yani, Frontage Road dan Perlintasan Kereta Api.
Jika terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar Taman
Pelangi, akan dapat berdampak terhadap persimpangan
traffic light jalan jemur sari dan jalan kendang sari.

Penulis
Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA adalah dosen di
Departemen Teknik Fisika, ITS dengan bidang
penelitian: Instrumentation and Automation dengan
pengalaman panjang sebagai Auditor energi.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 319


SEPEDA PENYARING UDARA KOTA

Dr. Ir. Bambang Iskandriawan, M.Eng

Pendahuluan
Permasalahan kemacetan di kota-kota besar di
Indonesia membuat pemerintah, masyarakat dan pakar
transportasi mulai memikirkan sebuah solusi untuk
menanggulangi masalah tersebut. Pertumbuhan jumlah
kendaraan yang jauh lebih cepat daripada pembangunan
jalan membuat kemacetan tidak dapat dielakkan lagi.
Belum lagi masalah polusi yang diakibatkan oleh gas
buang dari kendaraaan bermotor yang setiap tahun
jumlahnya selalu bertambah akan semakin membuat
kotor udara di perkotaan. Ditambah lagi dengan isu
bahwa bahan bakar akan dibatasi pemakaiannya bahkan
akan dinaikkan harganya setiap saat. Konsumen harus
berpikir matang untuk membeli kendaraan bermotor
dikarenakan biaya operasional yang akan semakin mahal.
Salah satu solusi permasalahan tersebut adalah dengan
digunakannya sepeda sebagai alternatif sarana
transportasi dalam kota. Apalagi jika sepeda tersebut
memiliki kelebihan lain misalkan juga sebagai penyaring
udara, tentunya akan sangat bermanfaat bagi
masyarakat.
Tim telah melaksanakan penelitian dengan judul
“Pengembangan Produk Sepeda Tandem sebagai Sarana
Transportasi dan Olahraga Rekreasi Keluarga dengan
Konsep Efisien, Efektif, Aman dan Menarik” dana Penelitian

320 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Kompetensi LPPM-ITS pada tahun anggaran 2011 dan
telah menghasilkan sebuah prototipe sepeda tandem
yang dalam penggunaannya dapat berfungsi sebagai
sepeda tandem maupun sebagai sepeda tunggal (solo).
Tim Peneliti sepakat untuk memberi nama sepeda
tersebut: Trandem, sebuah sepeda tandem yang dapat
bertransformasi sebagai sepeda tunggal ataupun
sebaliknya sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pada
tahun anggaran 2012, tim peneliti telah melaksanakan
program pengabdian kepada masyarakat yang juga
didanai LPPM-ITS dengan judul “Pelatihan Ketrampilan
Pembuatan Sepeda Tandem Serbaguna untuk Pemuda
Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya”. Pada
tahun yang sama pula (dan berlanjut sampai dengan
tahun 2013) tim peneliti juga telah melaksanakan
program penelitian Penprinas MP3EI dengan judul
penelitian “Usaha Penurunan Konsumsi Energi Listrik
Melalui Seleksi Penggunaan Sistem Pengkondisian Udara
Lokal dan Desain Interior Ruangan Apartemen di Area
Jabodetabek”. Sedangkan pada tahun anggaran 2014 dan
2015 tim peneliti telah berusaha keras untuk dapat
menyelesaikan program Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi (PUPT) dengan judul “Rancang Bangun Sepeda
Tandem Serbaguna untuk Penghuni Gedung Apartemen di
Surabaya Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Lingkungan
di Perkotaan”.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 321


Latar belakang
Berdasarkan pengalaman dari aktivitas penelitian-
penelitian dan abdimas tersebut di atas maka tim
melaksanakan penelitian Insinas Riset Pratama 2016-2017
dengan judul “Rancang Bangun Air Purifier Bike untuk
Sarana Transportasi Jarak Dekat, Komunitas Sosial dan
Sebagai Inisiatif untuk Mengurangi Tingkat Polusi Udara di
Perkotaan”. Penelitian ini merupakan mata rantai dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang juga sekaligus
menunjukkan rekam jejak penelitian tim peneliti.
Penelitian ini memerlukan sebuah tim peneliti yang telah
berpengalaman dalam rancang bangun sepeda dengan
desain khusus sekaligus kemampuan menganalisa aliran
udara konveksi pada sebuah laluan (pipa dalam) seperti
yang ada pada desain air purifier bike. Analisa
Computational Fluid Dynamics (CFD) akan
diimplementasikan pada desain inlet (dirty air) dan outlet
udara (clean air), dalam hal ini udara akan melalui bagian
dalam pipa rangka sepeda. Hasil penelitian ini nantinya
diharapkan akan dapat memperkuat Sistem Inovasi
Nasional (SiNas) di bidang transportasi khususnya pada
pengembangan produk-produk human power vehicle
yang sekaligus juga dapat mengurangi polusi udara di
perkotaan.
Tim peneliti melaksanakan penelitian dengan topik
sepeda penyaring udara ini mengingat semakin tingginya
tingkat polusi udara di perkotaan akibat pertumbuhan
jumlah industri dan kendaraan bermotor. Kehadiran
sepeda penyaring udara perkotaan (air purifier bike)

322 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
diharapkan secara langsung akan dapat mengurangi
tingkat polusi udara perkotaan. Secara tidak langsung
akan dapat memberikan sugesti kepada penduduk kota
akan pentingnya mengupayakan tempat tinggalnya agar
lebih ramah lingkungan. Berdasarkan pernyataan
permasalahan-permasalahan polusi udara kota, ruang
yang terbatas, kesesuaian dengan penduduk urban juga
visibilitas produksi selanjutnya dicoba menjawabnya
dengan mewujudkan desain sepeda penyaring udara
kota (air purifier bike) yang ramah lingkungan (Gambar
1). Selanjutnya dapat disusun model konsep bagi
desainer dan berbagai kemungkinan penggunaan sepeda
penyaring udara kota (Gambar-gambar 2, 3 dan 4).

Gambar 1.Latar belakang Rancang Bangun Air Purifier Bike untuk


Sarana Transportasi Jarak Dekat, Komunitas Sosial dan Sebagai
Inisiatif untuk Mengurangi Tingkat Polusi Udara di Perkotaan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 323


Gambar 2.Permasalahan penelitian: polusi udara kota, ruang terbatas,
urbanisasi dan aspek produksi.

Gambar 3.Desain sepeda penyaring udara untuk kawasan perkotaan


(air purifier bike) yang memungkinkan untuk dipergunakan secara
single atau berdua (tandem) bahkan secara kelompok (group)

324 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 4.Fungsi-fungsi sepeda penyaring udara kota,
kemungkinannya penggunaannya bisa untuk kegemaran pribadi,
mendukung berbagai aktivitas juga untuk interaksi sosial di
masyarakat.

Selain berbekal pada pengalaman penelitian


sebelumnya, juga dilakukan review literatur-literatur yang
berkaitan erat dengan topik proposal penelitian ini. Chen
dkk. (2015) telah menganalisa keterkaitan antara sudut
seat-tube sepeda terhadap aspek kekuatan otot paha.
Embacher (2011) dan Wiyancoko (2010) telah membahas
berbagai jenis sepeda yang pernah diproduksi yang
selanjutnya akan menjadi bahan pembanding
(bencmarking) untuk pembuatan sepeda penyaring udara
kota ini. Pedoman-pedoman ergonomi salah satunya
akan diambil dari Grandjean (1986) dan Christiaans &
Bremmer (1998). Sedangkan aspek pemilihan material

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 325


dan tegangan yang terjadi tim peneliti akan merujuk
pada Mott (2009). Iskandriawan dkk. (2014)
menyimpulkan bahwa unjuk keja unit Air Conditioning
(AC) sangat tergantung pada pola aliran udara yang
terjadi pada ruang dalam unit apartemen yang berarti
tergantung pada jenis unit AC yang dipergunakan.
Iskandriawan dkk. (2014) juga telah menghasilkan sebuah
desain dan prototype sepeda tandem multi fungsi.
Prototype sepeda tandem hasil Penelitian Kompetensi
LPPM ITS 2011 sedang dalam proses dipatenkan dengan
nomor pendaftaran: P.00201200855.

Tujuan dan Sasaran


Agar lebih jelas dan terfokus maka tujuan penelitian
yang outputnya adalah prototipe sebuah sepeda
penyaring udara (air purifier bike) yang didesain dan
dibuat bagi penghuni kota ini dibagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan interaksi sosial antar warga dan
keharmonisan anggota keluarga di perkotaan dimana
dengan menggunakan sepeda penyaring udara
tersebut akan dapat mengakomodasi kebutuhan
keluarga untuk dapat berolahraga sambil berkumpul
bersama.
2. Mengurangi kemacetan sekaligus polusi udara di kota
Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia
dengan menggalakkan program bersepeda.

326 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
3. Menyehatkan masyarakat dengan beolahraga. Jika
masyarakat sehat maka secara tidak langsung
perekonomian di kota besar diharapkan akan dapat
menjadi lebih baik karena produktifitas manusianya
menjadi lebih tinggi.
Sedangkan tujuan khusus dari rancang bangun
sepeda penyaring udara kota (air purifier bike) ini adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan sebuah sepeda penyaring udara kota (air
purifier bike) yang berkonsep fleksibel dan efisien
sehingga memiliki kemudahan dalam hal
penyimpanan (luggage) dan pembawaan/mobilitas
mengingat dimensinya yang cukup besar untuk
disimpan dan dibawa apalagi pada saat berfungsi
sebagai sepeda tandem.
2. Membuat sepeda keluarga atau sepeda tandem tidak
hanya dipergunakan oleh dua orang atau lebih saja
tetapi juga dapat dipergunakan oleh satu orang saja.
Sehingga membuat sepeda penyaring udara kota
menjadi tidak sering disimpan di rumah/garasi
namun lebih sering lagi dipergunakan bersepeda.

Sasaran Kegiatan Riset


Sepeda penyaring udara (air purifier bike) dapat
menjadi pilihan dalam mengakomodasi kebutuhan warga
kota untuk berkumpul bersama keluarga dan
berolahraga bersama dalam satu waktu, dimana dalam
hal ini waktu berkumpul bersama keluarga dan waktu
berolahraga semakin lama semakin sedikit akibat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 327


tuntutan jaman yang berubah. Disamping aspek urgensi
dan relevansi tersebut diatas juga dapat diuraikan
beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh berbagai
pihak sebagai sasaran kegiatan riset ini sebagai berikut:
konsumen (user), produsen (industri), akademisi (riset
pengembangan produk) dan bagi pembangunan negara
Indonesia secara luas.

Prospek dan Dampak Penelitian


Prospek dan dampak manfaat penelitian rancang
bangun air purifier bike untuk masyarakat perkotaan ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dengan dapat diwujudkannya paling tidak berupa
prototype dari sepeda penyaring udara untuk kawasan
perkotaan ini maka diharapkan dapat mengurangi
kuantitas dan kualitas polusi udara yang terjadi di
perkotaan terutama wilayah dengan jumlah aktivitas
perindustrian yang signifikan. Tentu saja semakin banyak
sepeda penyaring udara kota ini dipergunakan oleh
penduduk kota maka akan semakin berkualitas udara di
lingkungan perkotaan tersebut. Secara tidak langsung
penggunaan sepeda penyaring udara ini akan
membentuk mind set penghuni kota akan pentingnya
ramah lingkungan bagi kesehatan dan kenyamanan
beraktivitas. Sehingga perilaku penghuni kota akan lebih
bertanggung jawab terhadap kebersihan kota misalkan
dengan tidak membuang sampah secara sembarangan.

328 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 5. Sepeda penyaring udara kota, membersihkan udara kotor
menjadi udara bersih selain sebagai alat transportasi.

Keuntungan dan Manfaat Riset


Dengan dapat diciptakannya sepeda penyaring udara
kota ini maka disamping akan semakin mendorong
orang untuk bersepeda sehingga pengguna sepeda akan
menjadi sehat juga sekaligus akan menyaring udara kota
pada jalan-jalan atau area dimana sepeda tesebut
dipergunakan/dilalui. Manfaat kegiatan riset ini tidak
hanya untuk menciptakan lingkungan udara kota yang
lebih bersih disisi lain juga akan dapat mewujudkan
tumbuhnya usaha mikro kecil menengah industri
komponen-komponen sepeda. Dari sisi iptek juga akan
semakin meningkatkan kemapuan desainer sepeda
dalam menciptakan sepeda yang dapat berfungsi lebih
(Gambar 5).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 329


Penulis
Dr. Ir. Bambang Iskandriawan, M.Eng. adalah
dosen dan Ketua Laboratorium Human
Centered Design Departemen Desain Produk
Industri, ITS dengan bidang keahlian: Product
Development dan Applied Heat Transfer serta
pemegang Paten (2 terakhir):
1. Sistem Rangka Konektor Pada Sepeda
Tandem, P00201200855, 2013
2. Sepeda Tandem Yang Dapat
Dipanjang-Pendekkan Dan Dibongkar-
Pasang, S10201708161, 2018.
Penulis tinggal dan dapat dihubungi di Jalan Hidrodinamika 3 Blok T-
55 Surabaya 60111, telepon 031-5931316 atau 081553968912.

330 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
AIRPORT ACCESS SEBAGAI BAGIAN DARI
SMART AIRPORT

Ervina Ahyudanari, Ph.D.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan kata smart


biasanya dikaitkan dengan IT ataupun IoT (Internet of
Things). Yang dimaksud Internet of Things adalah
pengembangan internet pada suatu keseharian obyek
dalam suatu system jaringan yang dapat menerima dan
mengirim data (Popa, Popa, & Codescu, 2016). Dalam
kaitannya dengan transportasi, IoT meliputi semua aspek,
baik kendaraannya, ifrastruktur, maupun pengendaranya.
Kendaraanya terkait system keamanan sensor jarak
dengan kendaraan lain. Infrastruktur menyediakan
system informasi bagi pengguna jalan/rel/bandar udara
berkaitan dengan adanya penundaan atau deteksi
memasuki area berbayar. Pengguna dimudahkan dengan
bantuan memilih rute yang paling cepat, murah ataupun
jumlah pergantian moda. Hal-hal tersebut adalah contoh
yang bisa berkembang lebih luas.
Bandar Udara merupakan suatu titik pertemuan dari
rangkaian jaringan transportasi darat dan udara. Pada
setiap titik pertemuan, potensi konflik yang terjadi.
Konflik di sini adalah lebih kepada masalah yang timbul
yang mengakibatkan terjadinya perlambatan (delay) dari
suatu proses transportasi. Proses pergerakan penumpang
bandara dimulai dari perjalanannya di jalan akses ke

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 331


bandar udara, perpindahan dari moda transportasi darat
ke terminal, proses keberangkatan (check-in, bagasi, dan
menunggu masuk ke pesawat), boarding process, dan
proses pesawat mengudara. Untuk kedatangan (keluar
dari pesawat, pengambilan bagasi, menuju fasilitas
transportasi darat) juga akan mengalami kendala yang
sama, terutama untuk penerbangan transit.
Keterkaitan antara IoT dan bandar udara dalam
kaitannya dengan smart airport dimulai dari hal kecil
berupa kemudahan dalam web check-in, misalnya,
sampai pada area yang lebih luas lagi mencakup smart
cities. Aplikasi IoT yang utama yang terkait bandar udara
adalah (Popa et al., 2016) monitor dan kontrol
infrastruktur. Penggunaan perangkat IoT akan
meningkatkan manajemen kecelakaan, koordinasi
tanggap darurat, kualitas pelayanan, penurunan biaya
operasional di semua area terkait infrastruktur.
Pertumbuhan lalu lintas udara yang cukup tinggi, 6,3%
untuk pertumbuhan dunia dan 34% untuk kawasan Asia
Pasifik (ICAO, 2017), menyebabkan bandar udara harus
lebih mampu beradaptasi untuk meningkatkan
pelayanannya. Tujuan dari suatu smart airport adalah
menjadikan system dan proses secara digital, saling
terhubung, yang diperkuat dengan kecanggihan dan
mudah diakses oleh semua orang. Perkiraan demand,
penyediaan pengalaman perjalanan yang menarik,
peningkatan efisiensi proses operasional, peningkatan
produktivitas staf, peningkatan keamanan dan

332 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
keselamatan, adalah sebagian dari target capaian smart
airport. Ide utamanya adalah membangun system yang
terintegrasi, platform digital yang utuh dan siap
digunakan bandar udara untuk menjadi tanggap dan
informatif.
Kesiapan IoT dari suatu bandar udara tidak terlepas
dari kesiapan akses menuju dan dari bandar udara yang
menjamin para pengguna transportasi udara tiba tepat
waktu. Sebagaimana diketahui bahwa perjalanan menuju
dan dari bandar udara di kota besar seperti Jakarta dan
Surabaya memiliki kecenderungan lebih lama berada
pada jalan akses bandar udara. Akses bandara ini
memberikan peluang untuk suatu pengembangan
system jaringan transportasi dan pilihan moda
transportasi yang sesuai dengan karakteristik bandara
tersebut. IoT pun dapat berperan dalam akses bandara
ini, termasuk integrasi dengan transportasi antar
terminalnya.
Terkait dalam menyiapkan rangkaian smart airport
bagi bandara-bandara di Indonesia, perlu adanya
beberapa pemahaman bagian dari suatu bandara.
Bandara terbagi dalam tiga bagian, yaitu akes bandara,
terminal, dan sisi udara. Sebagai tahap awal, perlu dikaji
bagian akses bandara saja, mengingat kedua bagian
lainnya sudah sedikit banyak melibatkan IoT. Pada
prinsipnya perlu adanya system yang memberikan
kemudahan bagi calon pengguna transportasi udara
untuk dapat memilih jalur ataupun moda transportasi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 333


yang dapat memberikan kemudahan dan ketepatan
waktu untuk dapat tiba di bandara. Untuk itu perlu
dilakukan tahapan-tahapan analisis sebagai input dalam
menyiapkan platform informasi akses bandara. Informasi
yang ada masih terpisah dan belum terintegrasi dengan
jadwal penerbangan.
Konsep integrasi antara informasi akses bandara
dengan jadwal penerbangan perlu analisis data terkait
variasi waktu perjalanan dari berbagai area di suatu kota,
identifikasi rencana pengembangan rute baru, dan
kemungkinan tersedianya variasi moda transportasi.
Penting juga memahami karakter perjalanan dari para
pelaku perjalanan udara. Hal ini penting untuk mendisain
rute dan moda yang akan disiapkan untuk menjadi
fasilitas pada akses bandara.

Identifikasi Karakter Penumpang


Karakter penumpang merupakan karakter yang
penting demi suksesnya suatu transportasi umum.
Karakter yang dimaksud di sini adalah rute-rute yang
dipilih, maksud perjalanan (bisnis, pariwisata, keluarga,
sekolah), jumlah bagasi yang di bawa, dan jumlah
anggota perjalanan yang menyertai.
Pemilihan Rute
Perjalanan penumpang transportasi udara dimulai dari
tempat asalnya, bisa rumah atau kantor menuju bandara
udara. Di antara kedua titik tersebut pilihan rute sangat

334 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
bervariasi tergantung beberapa faktor, yaitu: jarak antara
asal dan bandar udara, waktu yang tersedia sebelum
jadwal penerbangan, ketersedian rute dan moda
transportasi, serta kondisi lalu lintas yang ada. Tingkat
kepadatan suatu kota akan berpengaruh juga pada
pemilihan rute (Hafizah, Ahyudanari, & Karmini, 2018).
Pemilihan rute juga bisa diakibatkan oleh variasi lama
perjalanan dari waktu ke waktu. Dari berbagai zona asal
penumpang. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat paa Gambar
1 yang menunjukkan perbedaan dari travel time menuju
bandara. Gambar 1 menunjukkan perbedaan lama
peralanan dari masing-masing zona kecamatan di
Surabaya menuju bandara Juanda pada Senin Pagi dan
Sore.

a. Peta isochrone travel b. Peta isochrone travel


time Senin pagi time Senin sore
Gambar 1. Peta isochrones lama waktu perjalanan dari zona
kecamatan di Surabaya menuju Juanda
(Istighfaroh, Pratomoadmojo, & Ahyudanari, 2018)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 335


Maksud Perjalanan
Maksud perjalanan sangat berpengaruh pada
pemilihan moda transportasi. Apabila bandara tersebut
melayani penumpang bisnis, maka pilihan kereta dan bis
ke pusat kota lebih diminati karena lebih murah dan
praktis. Pilihan ini apabila moda trasnportasi tersebut
terseda. Penumpang untuk maksud perjalanan untuk
acara keluarga, misalnya pulang kampong, maka akan
memilih moda transportasi yang bisa langsung
mengantarkan mereka ke daerah tujuan tanpa harus
memasuki pusat kota. Maksud perjalanan ini sangat
mempengaruhi karakter pemilihan rute dan moda.
Tabel 1. Karakteristik penumpang di tiga bandara
(Hafizah et al., 2018)

Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakter penumpang


yang berbeda dari tiga bandara yang distudi. Ketiga
bandara tersebut adalah Ahmad Yani, Juanda dan
Adisucipto. Tabel 1 menunjukkan bahwa karakter suatu
bandara yang ditinjau dari karakteristik penumpangnya

336 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dapat dijadikan acuan dalam merencanakan fasilitas
akses bandara yang diperlukan.

Kontrol Kualitas Akses Bandara


Akses terhadap bandara perlu mendapat perhatian.
Pertumubuhan bangunan sepanjang akses bandara akan
mengakibatkan kejenuhan lalu lintas pada jalan akses
tersebut akan meningkat. Hal ini diakibatkan adanya
percampuran lalu lintas antara pergerakan perpindahan
zona dengan pergerakan menuju bandara. Pertumbuhan
penggunaan lahan sebagai bangunan baru dapat
ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Pertumbuhan luasan area di MERR antara tahun
2009 dan 2014 (Rahayu, Ahyudanari, & Pratomoadmojo, 2016)

Tabel 2 menunjukan bahwa sepanjang jalan MERR II-C


terjadi perubahan tata guna lahan, dari perumahan dan
pertanian menjadai area komerisial dan jalan raya. Setiap
pusat kegiatan baru akan menjadi area bangkitan dan
tarikan kendaraan. Hal ini mengakibatkan kecepatan
menurun sehingga dari tahun 2009 sampai tahun 2014
terjadi penambahan travel time seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 337


Gambar 2. Perubahan rute dan waktu perjalan sepanjang
akses bandara Juanda (Rahayu et al., 2016)

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa akses bandara


pada tahun 2009 hanya terdapat enam pilihan rute dari
seluruh wilayah Surabaya. Nampak pada Gambar 2
bahwa lama waktu perjalanan bertambah, terutama pada
rute 4. Kontrol penggunaan lahan diperlukan untuk
menjaga kestabilan waktu perjalanan. Alternatif lain
adalah adanya penyediaan fasilitas moda alternative
sebelum perkiraan kemacetan terjadi.
Perubahan rute dengan adanya alternative moda
transportasi baru, misalnya dengan adanya tram, dapat
mengurangi lama waktu perjalana dari beberapa
kecamatan di Surabaya. Data ini dapat ditunjukkan pada
Gambar 3. Simulasi penggunaan tram ini difasilitasi
dengan adanya park and ride. Direct travel adalah
perjalanan dengan menggunakan kendaran pribadi.
Indirect travel artinya perjalanan ke bandara dengan
menggunakan moda gabungan, kendaraan pribadi dan
tram. Asumsi perjalanan adalah dari masing-masing
kecamatan menuju stasiun tram terdekat.

338 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Waktu yang cukup bervariasi antara perjalanan
langsung dan tidak langsung berpengaruh pada biaya
perjalanan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan empat biaya perjalanan menuju
bandara dengan variasi:
 Perjalanan langsung (kendaraan pribadi, taxi) dengan
drop (biru)
 Perjalanan langsung (kendaraan pribadi) dengan
parkir (merah)
 Perjalanan tidak langsung (trem) dengan drop (hijau)
 Perjalanan tidak langsung (trem) dengan drop (ungu).
Perbedaan biaya perjalanan tersebut dapat
mempengaruhi keputusan penumpang pesawat untuk
memanfaatkan fasilitas moda baru yang ditawarkan. Hal
ini dikarenan waktu perjalanan yang tidak terlalu
signifikan berbeda.

Gambar 3. Perbedaan waktu perjalanan secara langsung dan


menggunakan tram (Kartika & Ahyudanari, 2016)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 339


Gambar 4. Perbedaan biaya perjalanan (Kartika &
Ahyudanari, 2016)

Ekspektasi Pelayanan Akses Bandara


Kebutuhan transportasi udara semakin meningkat.
Peningkatan ini seiring dengn pertubuhan kota yang
dapat berdampak pada ketidak-pastian yang tinggi
terhadap lama waktu perjalanan. Hal ini dapat dilihat
pada akses bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Kemacetan yang panjang menjadikan perjalanan akses
bandara menjadi cukup “menegangkan”. Kekhawatiran
tidak dapat tiba di tempat tujuan sesuai dengan waktu
yang diharapakan, cukup tinggi.
Harapan dari para pengguna akses bandara ini
direkam dalam studinya berkaitan dengan integrasi
transportasi multimoda (Grotenhuis, Wiegmans, &
Rietveld, 2007). Ekspektasi kebutuhan penumpang
tersebut terhadap kualitas layanan pada kendaraan
umum dapat menjadi catatan dalam menjadikan akses

340 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
bandara yang smart dalam mendukung terwujudnya
smart airport.
Gambar 5 menunjukkan sembilan aspek yang
diharapkan ada dalam informasi perjalanan. Informasi
kondisi suatu rute sudah difasilitasi oleh Google. Tetapi
yang belum tersampaikan adalah terintegrasinya data
jadwal penerbangan dengan travel time masig-masing
rute.

Gambar 5.Prosentase tingkat kebutuhan dari masing-masing


responden untuk informasi. (Grotenhuis et al., 2007)

Daftar Pustaka
Grotenhuis, J. W., Wiegmans, B. W., & Rietveld, P. (2007). The desired
quality of integrated multimodal travel information in public
transport: Customer needs for time and effort savings. Transport
Policy, 14(1), 27–38. https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2006.07.001
Hafizah, N., Ahyudanari, E., & Karmini. (2018). Analisis Pengaruh Asal
Perjalanan Penumpang Bandara Terhadap Akses Menuju Bandara (
Studi Kasus : Semarang , Yogyakarta dan Surabaya ). Warta Ardhia,
44(1), 1–16.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 341


https://doi.org/http://dx.doi.org/10.25104/wa.v44i1.317.1-16
ICAO. (2017). ICAO Statistical Region.
Istighfaroh, R. F. A., Pratomoadmojo, N. A., & Ahyudanari, E. (2018).
Travel time map for identifying the quality of airport access: Case
study Juanda International Airport. In The 11th Asia Pacific
Transportation and Environment Conference. Malang.
Kartika, R. U. S., & Ahyudanari, E. (2016). Analysis of the Possible Use
of Park and Ride for Tram and Monorail to Facilitate The Air
Travelers Based on Sub-District Area. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 227, 38–44.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.06.040
Popa, E. D., Popa, A., & Codescu, M.-M. (2016). Smart Airport –
Structure and Elements. Buletinul AGIR, 1–6. Retrieved from
http://www.agir.ro/buletine/2812.pdf
Rahayu, Y. E., Ahyudanari, E., & Pratomoadmojo, N. A. (2016). Land
Use Development and its Impact on Airport Access Road. Procedia
- Social and Behavioral Sciences, 227(November 2015), 31–37.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.06.039

Penulis
Ervina Ahyudanari, Ph.D. adalah dosen di
Departemen Teknik Sipil, FTSLK, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Penulis menyelesaikan
program Master di The University of New South
Wales, Australia dan program Doktor di Universiti
Teknologi Petronas, Malaysia. Ketertarikan
penelitian di bidang transportasi udara dan semua
topik terkait bandara dimulai saat mengikuti
training Airport Engineering di Singapore Aviation
Academy. Penelitian semasa studi Master, dengan topik penyusunan
metode alternative untuk disain kebutuhan check-in counter,
menghasilkan satu buku yang dijual di amazon.com. Literatur
pendukung dari tulisan ini merupakan hasil penelitian penulis
bersama mahasiswa bimbingannya.

342 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
APLIKASI MINI CONTAINER BARGE DI SUNGAI
KALI MAS UNTUK MENDUKUNG SURABAYA
SEBAGAI SMART CITY DI MASA DEPAN

Adhi Iswantoro, ST., MT.


Ede Mehta Wardhana, ST., MT.

Latar Belakang Masalah dan Konsep


Distribusi barang merupakan hal yang sangat penting
dalam menggerakkan roda perekonomian dan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam suatu wilayah.
Distribusi barang merupakan rantai pasok yang
sistematis dari produsen hingga ke tangan konsumen.
Agar barang tersebut bisa sampai ke konsumen
(pengguna atau pemakai), transportasi menjadi sesuatu
yang sangat memegang peranan penting. Transportasi
tersebut harus handal, efektif dan efisien. Bisa
transportasi melalui darat, air dan udara. Transportasi
tersebut harus bisa tepat waktu, cepat dan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah. Salah
satu kota besar di Indonesia saat ini adalah Surabaya,
yang merupakan ibukota provinsi Jawa Timur dengan
populasi jumlah penduduk mencapai lebih dari 3 juta
jiwa menurut data BPS provinsi Jatim pada Agustus 2017.
Dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut,
maka permintaan barang untuk kebutuhan masyarakat
Surabaya juga besar, terutama kebutuhan primer.
Sehingga distribusi barang menjadi hal yang sangat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 343


penting dan menuntut agar distribusi barang tidak
terlambat.
Secara geografis Surabaya merupakan kota di pesisir
utara Pulau Jawa dan muara bagi sungai Kali Mas. Sungai
Kali Mas adalah pecahan sungai Brantas yang berhulu
di Kota Mojokerto, mengalir ke arah timur laut melalui
Sidoarjo dan bermuara di Surabaya, menuju Selat
Madura dan membelah tengah Kota Surabaya. Sejarah
membuktikan bahwa Sungai Kali Mas sejak Jaman
Kerajaan Majapahit dan Jaman Kolonial Belanda menjadi
urat nadi untuk mengerakkan roda perekonomian baik
transportasi dan distribusi. Dapat dilihat pada Gambar 1
berikut.

Gambar 1. Sungai Kali Mas Membelah Kota Surabaya

Akan tetapi saat ini, pemanfaatan sungai Kali Mas


sebagai transportasi dan distribusi barang-orang sangat
minim, bahkan bisa dikatakan Sungat Kali Mas tidak

344 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dimanfaatkan dengan baik untuk hal tersebut. Untuk
itulah muncul sebuah ide untuk memanfaatkan aliran
sungai Kali Mas sebagai sarana distribusi barang yang
berbasis air. Jika selama ini, container box dari pelabuhan
Tanjung Perak dikirim ke daerah Industri atau pabrik
menggunakan truck, dimana 1 truck hanya bisa
mengangkut 1-2 container box saja dan harus melewati
jalan Toll dari Pelabuhan tanjung Perak hingga ke Daerah
Industri di Surabaya dan Sidoarjo. Hal ini tentu membuat
populasi truck menjadi bertambah sehingga
menyebabkan kemacetan. Selain itu, membuat waktu
distribusi menjadi lebih lama jika macet di jalan.
Menggunakan jalan Toll juga membuat biaya logistik
bertambah karena tarif Toll. Disamping itu tingkat
pencemaran lingkungan akibat banyaknya kendaraan
juga perlu diperhatikan dari segi dampak terhadap
lingkungan. Dampak lain adalah beban jalan menjadi
tinggi, dimana jalan akan cepat rusak jika diberi beban
yang berlebih diatas maksimum beban jalan.
Inovasi yang bisa dikembangkan adalah dengan
menggunakan mini container barge, yaitu kapal
pengangkut container box yang berukuran kecil yang
memiliki sarat kecil yang bisa beroperasi di sungai
dengan kapasitas muatan di desain untuk 10 container
box ukuran 20 ft. Ini artinya dengan kapasitas muatan 10
container box dapat mengurangi jumlah truck 5 sampai
10 unit. Sangat efektif untuk mengurangi jumlah truck di
jalan raya. Jadi secara sederhana, container box dari kapal

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 345


besar yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak
dipindahkan ke kapal kecil dalam hal ini menggunakan
mini container barge, kemudian kapal kecil ini akan
berlayar ke daerah industri di Surabaya dan Sidoarjo,
bahkan Mojokerto melalui Sungai Kali Mas. Gambar 2
berikut ini adalah ilustrasi tentang kapal mini container
barge.

Gambar 2. Ilustrasi Kapal mini container barge


(https://steamcommunity.com/sharedfiles/filedetails/?id=933246853 )

Sedangkan berikut ini adalah gambaran umum


tentang perbandingan antara distribusi menggunakan
truck dan kapal (berbasis darat dan berbasis air) pada
Gambar 3.
Dengan perencaan kapasitas muatan diatas, maka
direncanakan ukuran utama kapal tongkang adalah
sebagai berikut:
Panjang, Lpp = 40 m
Lebar, B = 12 m
Tinggi, H =6m

346 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Sarat, T =4m
Dengan perencanaan posisi panel surya berada diatas
kontainer yang dapat membuka dan menutup secara
hidrolis.

Gambar 3. Perbandingan Angkutan Kapal dan Truck

Korelasi dengan Smart City


Smart city merupakan pengembangan dari teori
Internet of Things (IoT) dimana hal tersebut merupakan
teknologi terbaru yang berhubungan dengan teknologi
Big Data dan Smart devices. Internet of things sendiri
merupakan sebuah kumpulan jaringan dari berbagai
macam sensor dan actuator yang memiliki tujuan utama
sebagai pengumpulan dan monitoring data untuk
nantinya menjadi sebuah informasi yang digunakan
sebagai bahan dasar Decision making dan optimasi
proses. Menurut [1], Tujuan utama munculnya IoT dan
nantinya berkembang dala suatu kawasan regional dalam

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 347


bentuk Smart City, adalah untuk dapat membuat sebuah
koneksi antara satu objek dengan objek lainnya untuk
mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut dapat dilakukan
dikarenakan adanya kerjasama antara satu objek dengan
objek lainnya yang saling terhubung. Pemanfaatan IoT di
antaranya adalah :
 Smart cities.
 Smart Energy and the Smart Grid.
 Smart Transportation and Mobility.
 Smart Home, Smart Buildings and Infraestructure
 Smart Factory and Smart Manufacturing.
 Smart Health
 Food and Water Tracking and Security.
 Participatory sensing.
 Social Networks and IoT.
Pembuatan kapal SMART Vessel di kawasan sungai
Kalimas sendiri merupakan salah satu bentuk dari Smart
Transportation and Mobility yang bertujuan untuk lebih
mensejahterakan masyarakat. Muara sungai Kalimas
sendiri merupakan pelabuhan tradisional Surabaya, yang
telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Di
Kalimas ini pula merupakan tempat aktivitas warga lokal
dan berperan sebagai Pintu Gerbang masuknya ke
Kerajaan Majapahit [2]. Pada masa sebelum transportasi
darat dipenuhi dengan kendaraan berbahan bakar
minyak Bumi, Kali Mas menjadi salah satu sarana
transportasi air yang digunakan oleh perahu. Hilir mudik
sampan dan perahu kecil mengangkut barang komoditi
dan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dari pelabuhan

348 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Tanjung Perak. Mereka membawa masuk komoditi
tersebut ke daerah pedalaman kota, mulai dari kawasan
Kembangjepun hingga ke daerah Kayun. Di daerah Kayun
dulunya terdapat Jembatan gantung yang diangkat saat
perahu tersebut melintas. Dapat dilihat pada Gambar 4
dan 5.

Gambar 4. Potret kehidupan di Kali Mas pada jaman Dahulu [2]

Gambar 5. Alur sungai Kalimas [2]

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 349


Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats)
Analisa SWOT merupakan sebuah bentuk analisa
situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif. Analisa
ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai
sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan
menurut kontribusinya masing-masing. Dalam kapal
Tenaga Surya yang akan di aplikasikan dalam Sungai
Kalimas ini, Analisa SWOT nya ditunjukkan dalam
Gambar 6 berikut.

Gambar 6. SWOT Analysis

Dengan menggunakan Kapal Tenaga Surya untuk


menggantikan peran Truk-truk besar di daratan, maka
Proyek ini mampu untuk mengurangi kepadatan jalan
yang semakin meningkat per tahunnya. Dengan adanya
pengurangan tersebut terdapat 2 kelebihan utama, yakni

350 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
berkurangnya polusi dalam kota serta mampu untuk
memuat barang lebih banyak dibandingkan dengan
sebelumnya. Dimana rasio Kapal-Truk yang direncanakan
adalah 1:10. Selain itu, proses ini juga mudah
diaplikasikan karena sungai Kalimas telah terkoneksi
dengan Pelabuhan utama kota Surabaya, Pelabuhan
Tanjung Perak.
Akan tetapi, untuk pembuatan kapal agar dapat
beroperasi memiliki kelemahan yang amat besar dan
signifikan yakni besarnya biaya investasi yang diperlukan.
Tingginya biaya tersebut dikarenakan sampai saat ini
biaya komponen Photovoltaic (PV) yang dibutuhkan oleh
kapal masih cukup tinggi. Selain hal tersebut,
pembangunan kapal sendiri memiliki biaya yang cukup
besar dibandingkan dengan pembelian Truk-truk
pengangkut barang. Serta dalam pengoperasiannya,
dibutuhkan beberapa modifikasi yang memiliki biaya
yang signifikan. Pembuatan alur dalam sungai serta
modifikasi jembatan menjadi Jembatan yang mampu
membuka saat kapal lewat merupakan salah satu faktor
mengapa harga pembuatan proyek ini menjadi tinggi.
Namun di masa mendatang, kesempatan yang dimiliki
cukup besar. Dimana faktor tenaga ahli yang tersedia dan
mampu untuk memproduksi Kapal Tenaga Surya
tersebut. Pangsa pasar Asia Tenggara yang semakin
membaik setiap tahunnya termasuk di Surabaya. Hal ini
menandakan bahwa proses industri di Surabaya semakin
meningkat, proses bongkar muat meningkat serta jumlah

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 351


produk pun ikut meningkat. Perkembangan industri
tersebut diikuti pula dengan perkembangan Teknologi di
kawasan Asia Tenggara. Surabaya sendiri dalam proses
ke depannya mulai memfokuskan diri menjadi sebuah
Smart City. Adanya Smart City tersebut telah ditunjang
dengan berbagai macam sistem dan produk teknologi
yang telah tersedia dan terus dikembangkan. Untuk
menunjang kebutuhan tersebut, produk kapal tenaga
surya ini menjadi salah satu solusi yang dapat
diaplikasikan.
Untuk mengantisipasi tersebut, tentunya bahaya dan
ancaman yang memengaruhi aset perlu diidentifikasi dan
dipersiapkan solusinya. Tingginya biaya komponen
pembuatan, belum adanya regulasi yang mengatur dan
menjamin mengenai muatan menggunakan kapal tenaga
surya, serta adanya beberapa hambatan di perairan
sungai kalimas (jembatan, bendungan, sistem perpipaan
dan kabel yang melintang di sungai, pendangkalan
sungai/sedimentasi) merupakan salah satu tantangan ke
depan. Selain itu, letak dari wilayah industri beberapa
tidak berada di tepi sungai Kali Mas, tetapi mendekati
sungai, sehingga membuat distribusi menjadi double-
handling.

Penutup
Dari inovasi diatas, maka didapatkan sebuah solusi
alternative untuk mengatasi permasalahan kepadatan
lalu lintas di Surabaya. Tidak hanya itu, solusi ini yakni

352 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
aplikasi mini container barge/tongkang untuk sungai Kali
Mas di Surabaya, dapat mengurangi jumlah kendaraan
truck, secara otomatis dapat mengurangi tingkat polusi
dan pencemaran udara akibat kendaraan bermotor.
Manfaat lain yaitu membuat waktu distribusi menjadi
lebih cepat karena bebas macet dan kapasitas muatan
lebih banyak jika dibandingkan truk. Biaya logistik bisa
ditekan lebih rendah karena biaya logistik dapat
dikurangi. Sehingga menguntungkan konsumen.
Keuntungan lain adalah beban jalan menjadi berkurang
karena jumlah truck berkurang sehingga lifetime jalan
menjadi lebih panjang.
Konsep mini container barge ini juga sejalan dengan
SMART city yang akan diaplikasikan oleh Pemerintah
Kota Surabaya dimasa depan, yaitu ramah lingkungan
(eco friendly), big data, interkoneksi, dan unmaned. Mini
container barge ini lebih ramah lingkungan (eco friendly)
karena menggunakan panel surya untuk mensuplai
kebutuhan listrik di kapal tongkang tersebut.

Daftar Pustaka
[1] J. A. Muñoz and R. Pérez, “Design of smart ships for the IoT,” in
Proceedings of the Second International Conference on Internet of
things, Data and Cloud Computing - ICC ‟17, Cambridge, United
Kingdom, 2017, pp. 1–7.
[2] “Kali Mas,” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 04-
Dec-2018.
[3] https://steamcommunity.com/sharedfiles/filedetails/?id=933246853

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 353


Penulis
Adhi Iswantoro dilahirkan di Blora pada
tanggal 29 Juli 1991. Penulis menempuh
pendidikan formal di sekolah negeri dari
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama
dan Sekolah Menengah Atas. Kemudian
penulis melanjutkan studi di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
dengan menempuh pendidikan Sarjana di
Departemen Teknik Sistem Perkapalan pada tahun 2010 hingga 2014.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan Magister di institusi yang
sama dengan mengambil bidang studi Departemen Teknik Sistem dan
Pengendalian Kelautan pada tahun 2013 hingga 2015 melalui jalur
fast track. Pada tahun 2017 penulis mengabdikan diri sebagai
pengajar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
hingga sekarang. Penulis menekuni bidang keahlian tentang Internal
Combustion Engine pada Laboratorium Marine Power Plant
Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS. Email penulis adalah
adhi@ne.its.ac.id

Ede Mehta Wardhana atau biasa dipanggil


Ede memiliki hobi membaca buku. Ia lahir di kota
Surabaya pada tanggal Agustus 1992. Penulis
menempuh studi di ITS Surabaya. Dimulai dengan
pendidikan Sarjana di Departemen Teknik Sistem
Perkapalan pada tahun 2009. Dan berlanjut ke
Magister di institusi yang sama dengan
mengambil bidang studi Departemen Teknik Sistem dan
Pengendalian Kelautan pada tahun 2014. Pada tahun 2017 penulis
mengabdikan diri sebagai salah satu staf dosen di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya hingga sekarang. Penulis menekuni
bidang keahlian tentang Marine Renewable Energy pada Laboratorium
Marine Machinery System Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS.
Penulis dapat di kontak melalui e-mail ede@ne.its.ac.id

354 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
MARATUA: DIGITAL ISLAND

Dr. Ing. Setyo Nugroho


Eka Wahyu Ardhi, S.T., M.T
Dr. Eng. Muhammad Badrus Zaman, ST., MT
Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc.
Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D
Murdjito MSc. Eng

Pada tahun 2012, kami memulai Prakarsa


Pengembangan Pulau Berkelanjutan, dengan sebutan
Sustainable Island Development Initiatives (SIDI). Program
ini mengupayakan kontribusi berupa gagasan dan riset
untuk membantu pulau-pulau kecil dengan
menggarisbawahi pentingnya mengangkat prinsip-
prinsip Ekonomi Biru, yang dipelopori oleh Gunter Pauli
(2004). Prinsip Ekonomi Biru ini menekankan pentingnya
mengedepankan: 1. Kepentingan dan budaya masyarakat
setempat, 2. Kelestarian lingkungan dan 3. Kemajuan
ekonomi.
Program Digital Island merupakan bagian dari SIDI,
dimana pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dilakukan untuk menjawab sebagian
tantangan masyarakat wilayah kepulauan. Program
Digital Island dimulai dengan fokus pada dua bidang,
yaitu transportasi dan pendidikan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 355


Pulau Maratua
Pulau Maratua terletak di Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur. Pulau ini berbentuk U dengan luas
daratan sekitar 395 km2 dan luas lautan sekitar 3.735 km2.
Pulau Maratua dihuni oleh 3.300 orang yang tersebar di
empat desa, Bohe Silian, Payung-payung, Teluk Harapan
(Bohe Bukut), dan Teluk Alulu. Pulau Maratua terdiri dari
pulau utama yaitu Maratua dan beberapa pulau kecil di
dalam teluk, seperti Pulau Semut, Sidau, Andongabu,
Sangalan, bulingisan, Nusa Kokok, Bukungan, Nunukan,
dan Pabahanan. Maratua merupajan salah satu destinasi
wisata terbaik di Indonesia, dengan lebih dari 872 spesies
ikan, 507 koral dan invertebrata, termasuk beberapa
spesies dilindungi seperti kerang raksasa dan penyu hijau
(SIDI, 2014).
Tantangan pengembangan pulau kecil seperti ini amat
nyata, kemiskinan, tingginya harga komoditas, rendahnya
konektivitas dengan pusat-pusat ekonomi, rendahnya
tingkat kesehatan dan pendidikan serta terbatasnya
ketersediaan air tawar dan listrik. Oleh sebab itu,
pengembangan pulau-pulau kecil merupakan sebuah
tantangan bagi pemerintah dan masyarakat dan bagi
keilmuan.

356 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 3. Pulau Maratua

Digital Island bidang Pendidikan


Sekitar 15.337 pulau tak berpenghuni di Indonesia
menjadi tantangan untuk pemerataan dan kualitas
pendidikan (Center, 2013). Perbedaan yang mencolok
dalam hal infrastruktur dan kualitas pendidikan menjadi
salah satu penyebab brain drain dengan tujuan untuk
mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Pemerintah telah bekerja untuk meningkatkan
infrastruktur pendidikan di pulau-pulau kecil, tetapi
pengembangan infrastruktur pendidikan juga
membutuhkan konstruksi infrastruktur lain seperti
pembangkit listrik, transportasi, dan lainnya.
Pembangunan infrastruktur tidak hanya gedung,
melainkan juga kebutuhan fasilitas belajar mengajar
seperti buku, peralatan dan lain-lain yang membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
Pendidikan berbasis teknologi bukan hal yang baru.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan telah
diimplementasikan sejak dahulu seperti penggunaan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 357


media untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang diberikan. Digital Education merupakan salah
satu bagian dari konsep digital island yang merupakan
pengembangan soft-infrastruktur untuk mendukung
pengembangan secara sustainable pulau-pulau kecil
yang ada di Indonesia.

Pendidikan

Lingkungan Transport

DIGITAL
Kesehatan
Energi ISLAND

Wisata Air bersih


Perikanan

Gambar 4. Skema Digital Island

Koleksi buku ajar yang terbatas


dan kondisi tidak layak menjadi
gambaran umum sekolah-sekolah
yang ada pada wilayah kepulauan
seperti yang ada pada foto di
samping, sudah seharusnya teknologi
menjadi solusi diantaranya dengan
menggunakan buku digital. Buku
yang tidak layak pakai menyebabkan
siswa kesulitan dalam memanfaatkan
buku ajar secara optimal.

358 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Digital Education tidak hanya mengubah versi buku
tradisional menjadi versi digital tetapi juga menggunakan
aplikasi yang memfasilitasi proses belajar mengajar
yang lebih baik. Saat ini terdapat ribuan aplikasi yang
tersedia di dunia pendidikan yang menggunakan bahasa
Indonesia maupun bahasa Inggris. Ribuan aplikasi ini
tidak terjamah sehingga dibutuhkan proses katalogisasi
untuk mengkategorisasi aplikasi pendidikan tersebut.
Dalam mendukung proses katalogisasi tersebut dan
untuk meningkatkan penetrasi sistem yang
memungkinkan untuk diakses banyak pihak, penelitian
ini juga menghasilkan sistem informasi database aplikasi
pendidikan yang telah ter-install pada cloud server dan
dapat diakses melalui alamat sidi.its.ac.id/maratua-
pintar/.

Gambar 5. Database Maratua Pintar

Skema implementasi Digital Education dibangun


dalam model client server. Dengan memanfaatkan cloud

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 359


server sebagai repositori data aplikasi pendidikan yang
akan melakukan sinkronisasi otomatis dengan beberapa
server kecil (berdaya rendah) yang ada di SMPN 1
Maratua. Server berdaya rendah dibutuhkan karena aliran
listrik belum menjangkau Pulau Maratua. Generator set
menjadi sumber listrik utama setelah panel surya
terbengkalai karena rusak.

Gambar 6. Skema Implementasi Digital Education

Komunikasi data di dalam ruang kelas


menggunakan jaringan nirkabel yang hemat energi
dengan konsumsi daya maksimal 1A / 5V (atau 5W). jadi
kebutuhan daya untuk server dan koneksi hanya sekitar
3A / 5V ata 15W. Kebutuhan daya yang sangat kecil yang

360 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
mudah untuk dipenuhi oleh pembangkit daya tenaga
surya atau angin. Kelas juga dilengkapi dengan low
power projector (LCD proyektor dengan daya kecil,
sekitar 12V /2A) sehingga bisa dipenuhi oleh pembangkit
tenaga surya atau generator listrik mini.

Gambar 7. Penambahan Digital Classroom Model

Arsitektur ini telah diujicoba perdana pada SMPN 1


Maratua pada 5 November 2018 pada tahun kedua
pelaksanaan riset tentang “Pendidikan berbasis teknologi
digital”. Ujicoba dilakukan pada kelas 8 dengan materi
IPA bab Sistem Pencernaan Manusia.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 361


Gambar 8: Penggunaan piranti "Maratua Pintar"

Respon dari siswa-siswi cukup menggembirakan.


Mereka lebih fokus dan tertarik dengan pembelajaran
digital. Tidak seperti pembelajaran konvensional yang
hanya menggunakan papan tulis, dengan penggunaan
aplikasi Maratua Pintar siswa dapat menikmati visualisasi
materi ajar yang lebih menarik sehingga proses
penyerapan materi lebih optimal. Tidak seperti
penggunaan proyektor dan komputer pada umumnya,
dengan peralatan yang ramah lingkungan dan tidak
membutuhkan energi yang terlalu besar, penggunaan
proyektor berbaterai dan tablet dapat menghemat waktu

362 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dan biaya. Karena instalasi yang mudah, praktis dan tidak
membutuhkan genset untuk menghidupkannya.

Gambar 9. Testimoni siswa kelas 7 SMPN 1 Maratua

Digital Island Bidang Transportasi.


Transportasi di pulau-pulau kecil menjadi sangat
penting mengingat hal tersebut menghubungkan elemen
lain seperti pendidikan, kesehatan, administrasi,
pariwisata, politik, dan kedaulatan. Ketersediaan, biaya,
dan kualitas transportasi laut sangat berpengaruh
terhadap harga komoditas, mobilitas masyarakat
termasuk turis, dan ketersediaan peralatan kesehatan.
Telematika transportasi yang juga dikenal dengan
Intelligent Transport System (ITS) bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan keselamatan transportasi
telah menunjukkan manfaatnya untuk masyarakat.
Penggunaan infrastruktur lunak untuk menjawab

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 363


tantangan transportasi dengan mengimplemetasikan
telematika transportasi memiliki manfaat dalam hal biaya,
durasi dan usaha.

Gambar 10. Dermaga Tanjung Redeb


Pulau kecil yang terletak jauh dari pusat ekonomi
dapat disebut dengan pulau terisolir. Hal ini membuat
area tersebut sangat bergantung terhadap konektivitas
dengan harga terjangkau dan untuk berbagai macam
keperluan mulai dari perdagangan, kesehatan hingga
pendidikan. Kapal (speedboat) adalah alat transportasi
utama yang dapat mengangkut berbagai macam barang,
mulai dari barang kebutuhan sehari-hari, bahan bakar,
ternak, hingga penumpang.
Kapal penumpang di Maratua dioperasikan sendiri
oleh penduduk Maratua yang dimulai sejak tahun 2000.
Terdapat dua macam pelayanan yang dioperasikan oleh
operator kapal, yaitu pelayanan reguler dan charter tiap
kapal. Pelayanan regular hampir setiap hari tersedia
dengan keberangkatan yang sesaui permintaan. Harga
tiket kapal merupakan hasil dari negosiasi oleh pihak

364 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
penumpang daan pihak pemilik kapal yang bergantung
pada jumlah penumpang yang akan dilayani. Namun jika
penumpang menganggap harga kapal terlalu mahal
untuk beberapa penumpang, maka keterlambatan
pemberangkatan akan terjadi hingga satu hari. Maratua
memiliki tiga pelabuhan dan dua pelabuhan di Tanjung
Redeb, Berau. Kapal yang berasal dari teluk harapan
melayani rute di pelabuhan tersebut dan juga Pelabuhan
Jl. Kartini di Tanjung redeb, ketika kapal dari Payung-
Payung dan desa Bohe Silian melayani desa masing-
masing dan pelabuhan kampung melayu di Tanjung
Redeb. Masing-masing pemilik kapal mencari calon
penumpang sendiri, sehingga terdapat persaingan
tersendiri diantara mereka. Namun ketika salah satu
pemilik kapal menerima kelebihan penumpang, maka
pemilik kapal tersebut akan menyerahkan calon
penumpang mereka kepada pemilik kapal lain yang
memiliki kesamaan hari pemberangkatan.
Speedboat yang melayani rute ke pulau Maratua ada 2
jenis yaitu, speedboat dengan daya 200 pk dan 40 pk.
Untuk speedboat 200 pk digunakan untuk mengangkut
barang dan mengangkut penumpang dengan tujuan
Tanjung Redeb – Maratua yang ditempuh selama 3 jam
perjalanan. Sedangkan untuk speedboat 40 pk biasanya di
sewa untuk mengangkut penumpang dari pulau Maratua
ke pulau – pulau disekitarnya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 365


Gambar 11. (kiri) Kapal 200 PK (kanan) Kapal 40 PK

Implementasi telematika transportasi di kota-kota


besar di Indonesia seperti Gojek atau Grab telah
menunjukkan efektifitasnya mengakomodir kebutuhan
transportasi yang menjembatani permintaan dan
kebutuhan transportasi. Konsep ini yang menjadi kunci
untuk memaksimumkan utilitas dan meminimumkan
waktu tunggu “dengan harga terjangkau”.

Gambar 12. Suasana penumpang & barang di dalam


speedboat menuju Maratua

Aplikasi telematika transportasi telah dikembangkan


dalam penelitian ini dengan nama Nebeng Kapal dimana
setiap pemilik kapal bisa memposting jadwal

366 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
keberangkatan kapalnya dan sistem akan
mendistribusikan kepada calon penumpangnya. Pemilik
kapal dapat menerbitkan jadwal keberangkatan kapal
terbaru, penumpang dapat melakukan pemesanan, dan
melakukan konfirmasi. Aplikasi Nebeng Kapal
meningkatkan distribusi dari informasi transportasi
secara efektif.
Nebeng kapal adalah Aplikasi distribusi informasi
operasional transportasi laut pada Kepulauan Maratua
berbasis Android, merupakan tahap prototipe dan
diperkenalkan pada semester pertama tahun 2017
sebagai bagian dari riset tahun pertama. Aplikasi nebeng
kapal dibuat dengan memperhatikan kondisi rata-rata
ponsel yang dimiliki oleh masyarakat yang datang ke
Maratua pada umumnya dan masyarakat lokal Maratua
pada khususnya.
Nebeng Kapal menyediakan rute awal dan tujuan,
nama kapal, penumpang. Dimana proses selanjutnya
membuat jadwal, memesan kursi, konfirmasi dan proses
pemesanan selesai. Segera setelah jadwal kapal
diterbitkan, penumpang sudah bisa melakukan
pemesanan. Tantangan dalam Nebeng Kapal adalah
untuk mengakomodasi perubahan atau pembatalan
jadwal yang mana menjadi penyebab utama waktu
tunggu yang tinggi.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 367


Gambar 13. Aplikasi Nebeng Kapal

368 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Nebeng Kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu dari
sisi penumpang dan dari sisi pemilik kapal. Untuk sisi
penumpang, calon penumpang akan diberikan
kemudahan untuk melihat jadwal kapal yang tersedia.
penumpang juga akan dimudahkan untuk melakukan
pemesanan tiket kapal ke pulau – pulau yang akan
dikunjungi.
Untuk sisi pemilik kapal, pemilik dapat menerbitkan
jadwal kapal dan melihat jumlah penumpang yang sudah
melakukan pemesanan.

Penulis
Dr. Ing. Setyo Nugroho menyelesaikan
program S1 dan S2 pada Departemen
Transportasi Laut di Technische Universiteit
Delft tahun 1993. Setelah bekerja pada
Wijsmuller Engineering di Ijmuiden, Belanda
dan Meratus Shipping di Surabaya, penulis
melanjutkan studi S3 di Technische
Universit t Berlin hingga rampung 2005.
Selama menempuh studi di Jerman, penulis
bekerja pada proyek riset tentang
pengembangan metoda penempatan peti kemas di kapal, yang
membuahkan metode berbasis himpunan fuzzy dan case-based
reasoning yang didaftarkan pada Kantor Paten Jerman dan Kantor
Eropa di Berlin (2004 dan 2005). Saat ini penulis mengajar pada
Departemen Transportasi Laut, dan mengepalai Laboratorium
Telematika Transportasi Laut. Sejak 2012, penulis bersama tim,
merintis kerjasama universitas – industri internasional dengan mitra

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 369


Universitas Wismar, Jerman, Kementrian Kelautan, Pemkab Berau,
Pemkab Sumenep dan industri.

Eka Wahyu Ardhi, ST., MT. adalah dosen


Departemen Teknik Transportasi Laut, ITS
dengan bidang penelitian: Perancangan kapal.

Dr. Eng. Muhammad Badrus Zaman, ST., MT.


adalah dosen Departemen Teknik Transportasi Laut,
ITS dengan bidang penelitian: Perancangan kapal.

Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc. adalah dosen


Departemen Teknik Perkapalan dengan bidang
penelitian: Produksi dan Manajemen Perkapalan

Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko M.Sc., Ph.D. adalah


dosen Departemen Teknik Kelautan, ITS dengan
bidang penelitian: Ocean Engineering

Murdjito M.Sc Eng. Adalah dosen Departemen


Teknik Kelautan ITS, dengan bidang penelitian:
Port Planning and Design

370 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dimensi V
SMART SOCIETY
(Community, Learning, Security)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 371


SMART CITIZEN SEBUAH SYARAT PERLU
BAGI SMART CITIES

Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D.

Smart City Sebagai Sebuah Keniscayaan


Smart city merupakan sebuah konsep dari keinginan
masa depan untuk meningkatkan fleksibilitas, efisiensi
dan sustainabilitas sistem jaringan serta pelayanan
terhadap masyarakat kota dengan memanfaatkan
teknologi informasi, telekomunikasi dan digital, yang
ditujukan untuk kebaikan dan kesejahteraan
masyarakatnya (Mohanty et al., 2016). Hal ini meliputi
semua elemen pembangunan kota, yaitu: infrastruktur,
transportasi, energi, bangunan, pelayanan kesehatan,
kepemerintahan (governance), dan teknologi. Tulang
punggung teknologi yang akan semakin mempercepat
terwujudnya transformasi kota tradisional menjadi smart
city adalah Internet of Thing (IoT) dan Big Data (BD),
disamping juga ICT (Information and Communication
Technology) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Keinginan mewujudkan smart city juga disebabkan
oleh adanya fakta bahwa trend urbanisasi meningkat
secara eksponensial, bahkan pada tahun 2050, PBB
memperkirakan lebih dari 6 milyar penduduk bumi akan
tinggal di perkotaan dan ini akan memerlukan konsumsi
energi sekitar 70% dari penggunaan energi global (Musa,

372 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
2016). Hal ini tentu saja akan memicu tekanan terhadap
sumberdaya yang tersedia akibat semakin tingginya
tingkat kebutuhan atas konsumsi makanan
dan pelayanan (services).

Gambar 1. Komponen dan karakterisitik smart cities


(Mohanty, et al., 2016)

Disamping itu, dipicu oleh perkembangan Revolusi


Industry 4.0, terjadi perubahan gaya hidup masyarakat di
abad 21 ini. Perkembangan tahapan era kehidupan
masyarakat; dari mulai era primitif, era agraris, era
industri, era informasi sampai pada era smart saat ini,
telah membuat gaya hidup masyarakat secara total
berubah. Konektivitas masyarakat tidak lagi bersifat fisik
tetapi maya (virtual), tidak lagi bersifat lokal tetapi global,
proses interaksi tidak lagi mengenal waktu karena bisa
terjadi setiap saat, dan akibat terdigitalisasi semua

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 373


informasi saat ini, maka semua informasi terdistribusi
tidak lagi bersifat terpusat. Konektivitas tanpa batas
seperti ini mengakibatkan semakin besarnya aksesibilitas
masyarakat terhadap informasi sehingga akan semakin
meningkatkan tuntutan akan kebutuhan serta berbagai
pertanyaan yang lahir dari mereka (Gambar 2).

Gambar 2. Perubahan gaya hidup masyarakat sesuai dengan


tahapan era kehidupan

Urgensi Smart Citizen


Namun di sisi lain, perlu diingat bahwa prinsip
pembangunan sejatinya adalah ditujukan untuk
membangun manusianya, jadi bukan sekedar
membangun fasilitas dan infrastrukturnya semata.
Terwujudnya kota smart akan menjadi sebuah
keniscayaan apabila pada saat yang bersamaan didukung
oleh masyarakat yang juga cerdas (smart citizen atau
smart society). Hanya dengan begitu, keberlanjutan
pembangunan kota akan menjadi lebih terjamin.
Perumpamaan sebuah smart city yang tidak didukung
oleh smart citizen adalah ibarat memberikan gadget
yang dilengkapi dengan berbagai fitur aplikasi, namun
yang dimanfaat penggunanya hanyalah untuk telepon
dan SMS belaka.

374 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Smart citizen yang dimaksudkan disini adalah anggota
masyarakat yang memperoleh manfaat dari seluruh asset
kota. Seperti halnya warga kota, mereka mempunyai hak
untuk tinggal dan pindah secara bebas, memilih dan
dipilih, mendapat perlindungan, mengajukan petisi dan
hak mendapatkan akses informasi maupun fasilitas yang
disediakan kota. Mendapatkan keuntungan dari semua
utilitas yang telah disempurnakan dari aspek teknologi,
sosial dan budaya untuk tingkat kehidupan yang lebih
smart (Bayar, 2017). Ia selanjutnya menyatakan bahwa
perbedaan ciri antara masyarakat era informasi di Abad
20 dengan masyarakat era smart di Abad 21 ini adalah
bahwa, proses partisipasi maupun pembuatan keputusan
masyarata era informasi dilakukan melalui organisasi
komunitas dan bersifat tersentralisasi, sedangkan
masyarakat smart lebih bersifat individual, partisipasi
lebih smart, dan terdesentralisasi. Dalam hal urbanisasi,
motif perpindahan masyarakatnya juga dipicu oleh hal
yang berbeda, dalam hal masyarakat era informasi lebih
dikarenakan adanya industrialisasi dan pelayanan yang
tersedia, sedangkan masyarakat era smart, disebabkan
oleh alasan yang lebih smart. Alasan smart itu adalah
bahwa pilihan fasilitas yang disediakan kota mudah
diakses karena terdistribusi secara merata sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya atas pelayanan, produksi
maupun fungsi. Masyarakat era smart ini mempunyai
platform sendiri dalam hal mensikapi pengetahuan,
karena mereka lebih mengutamakan menghemat waktu
daripada mengutamakan menyimpan pengetahuan dan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 375


mengetahui know-how nya, seperti masyarakat era
industri atau sebelumnya. Menurutnya, terdapat
kesetimbangan antara smart city dengan (warga) smart
citizen, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3, yaitu
bahwa smart citizen memproduksi dan menggunakan
informasi melalui system dengan cara yang efisien dan
sustainable untuk mewujudkan smart city, sedangkan
smart city menyediakan lingkungan yang sustainable
untuk melaksanakan system yang efisien memproses
informasi untuk digunakan smart citizen.
Hubungan timbal balik ini memerlukan
kesetimbangan dalam hal partisipasi dari masyarakat
kota dan pelayanan dari pemerintah kotanya. Walaupun
begitu Capdevila and Zarlenga (2015) menyatakan bahwa
hubungan antara masyarakat dan pemerintah pada
prinsipnya adalah tetap top-down dan bottom-up
approach walaupun begitu, initiatif ini tidak akan
menghasilkan efek berlawanan, namun justru sebaliknya
akan menghasilkan hubungan sinergis yang dapat
meningkatkan inovasi terhadap kota itu sendiri.
Perbedaan pendekatan antara top-down dengan
bottom-up relatif tergantung kepada pelaku pada asal
muasal sumber darimana inovasi tersebut dibuat, dan ke
arah mana inisiatif tersebut diperuntukkan. Kebijakan
smart city misalnya, konsekuensinya merupakan proses
top-down, sedangkan inisiatif masyarakat dalam
menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah
perkotaan dianggap sebagai proses bottom-up.

376 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 3. Kesetimbangan smart antara smart citizen dan
smart cities (Bayar, 2017)

Sementara itu, Ferronato dan Ruecker (2018)


menyatakan dalam studinya bahwa tidak semua warga
dalam smart city otomatis tergolong sebagai smart
citizen. Pendekatan terhadap smart citizenship adalah
pendekatan yang sistematik, bukan sekedar bottom-up
initiative. Bagi mereka, hal ini lebih berupa sebuah proses
aliran berputar dimana praktek partisipatif yang terbuka
dan transparan dapat tumbuh. Idea masyarakat berubah
menjadi sebuah aksi yang mampu memperbaiki suatu
ekosistem urban. Dan karena semua data dalam
ekosistem ini harus bersifat terbuka, maka penggunaan
teknologi harus dapat memberi akses yang membisakan
para stakeholders untuk dapat menggunakan data
terbukanya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 377


Peran dan Partisipasi Smart Citizen
Di negara maju, karakteristik masyarakat cerdas
dicirikan oleh masyarakat yang berpendidikan rata-rata
tinggi, sadar hukum, sangat paham hak dan
kewajibannya sebagai warga kota. Dengan income per
kapita mereka yang tinggi, pembangunan fasilitas dan
insfrastruktur dilaksanakan oleh pemerintah kotanya.
Sistem perpajakan yang telah berlangsung secara baik
dan transparan, membuat mereka lantas merasa berhak
untuk mendapatkan layanan terhadap semua kebutuhan
fasilitas dan infrastruktur keseharian mereka yang baik
oleh pemerintahnya. Dan memang, semua telah berjalan
secara sistematis dan hal ini juga ditandai dengan
kurangnya tingkat partisipasi fisik masyarakat secara
langsung. Semuanya terselenggara dan dilayani secara
penuh oleh pemerintah kota, sementara masyarakatnya
di lain pihak, memenuhi kewajibannya dalam membayar
pajak, yang digunakan untuk membiayai pembangunan
kota. Singapura, misalnya, negara jiran yang telah
tergolong sebagai negara maju dan juga masuk dalam
kategori smart city, mempunyai warga masyarakat yang
juga smart. Apabila diamati, maka mereka sebagian besar
sangat sesuai dengan karakteristik smart people seperti
yang dijelaskan Bayar, 2017, yaitu dicirikan sebagai
berikut; mempunyai kualifikasi status yang tinggi,
kecenderungan positif terhadap life long learning,
pluralitas etnis dan sosial yang tinggi, fleksibel, kreatif,
cosmopolis/open mindedness serta berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat. Dalam poin terakhir, tingkat

378 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
partisipasi publik di Singapura nyatanya agak berbeda,
sebab mereka tidak pernah mau “peduli” dalam hal-hal
aktivitas publik secara langsung yang berkaitan dengan
penanganan kasus tertentu, misalnya masalah
lingkungan atau keamanan. Partisipasi mereka terbatas
pada memberi laporan atau pengaduan kepada
pemerintah, dan selanjutkan mereka berharap
pemerintah yang akan menangani serta menyelesaikan
masalahnya. Tidak ada keterlibatan fisik mereka secara
langsung, karena sistem yang terbentuk secara historis
adalah masyarakat bayar pajak, selanjutnya pemerintah
yang berkewajiban menangani persoalan dan kebutuhan
mereka, baik fasilitas maupun insfrastruktur kota.
Mungkin ini yang menjadi ciri di negara maju pada
umumnya, terutama karena sistem keuangan dan
anggaran mereka yang mencukupi.
Contoh lain adalah kota Barcelona di Spanyol, dalam
Capdevila and Zarlenga (2015) dinyatakan bahwa sejak
tahun 2014, pemerintah kota mengembangkan 5
prioritas dalam membangun kota smart, yaitu 1) insiatif
open data; 2) inisiatif pertumbuhan kota sustainable
(penerangan kota, kendaraan listrik dan energi
terbarukan); 3) inovasi sosial; 4) promosi kerjasama
antara pusat riset, universitas, mitra swasta dan
pemerintah; 5) menyediakan pelayanan smart melalui
penggunaan ICT. Mereka mendapatkan hasil studi bahwa
proses transformasi menjadi smart city harus
mempertimbangkan kompleksitas dan prularitas dari

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 379


kondisi nyata urban. Warga masyarakat harus
dipertimbangkan dalam beberapa perspektif, sebagai
pengguna dan penjajal teknologi, dan disisi lain
pemerintah kota harus mampu mengidentifikasi,
menuntun dan mengintegrasikan insiatif warga
masyarakatnya sehingga akan berkontribusi dalam
penguatan pembangunan smart city.
Sebaliknya di negara berkembang, seperti Indonesia,
dimana sistem perpajakan belum sepenuhnya bisa
berlangsung dengan baik, karena tingkat kesadaran
masyarakat masih rendah dalam hal membayar pajak,
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, dan
di sisi lain anggaran pembangunan kota yang juga
sangat terbatas, maka peran masyarakat dalam ikut
membangun secara langsung menjadi sebuah keharusan.
Keberhasilan pemerintah kota dalam mendorong
masyarakatnya untuk turut berpartisipasi secara langsung
dalam proses pembangunan akan menjadi penentu
keberhasilan pembangunan kota itu sendiri. Studi kasus
yang berkaitan dengan hal ini adalah pembangunan kota
Surabaya yang berhasil mendorong partisipasi
masyarakatnya melalui keterlibatan mereka secara
langsung dalam pembangunan kota. Ada dua hal yang
menonjol dalam hal ini yaitu upaya pemerintah kota
meningkatkan partisipasi masyarakatnya, pertama adalah
melalui pemberdayaan sektor ekonomi lokal berbasis
pada potensi yang dimiliki, misalnya dengan
membangun kampung-kampung pembangunan
ekonomi secara tematik; kampung tempe, kampung

380 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
lontong, kampung anggrek, kampung herbal, kampung
kue dan sebagainya, serta keduanya melalui peningkatan
kesadaran individual warganya melalui revitalisasi
estetika taman kota dan lingkungan kampungnya. Upaya
ini, yang juga ditunjang dengan peran media dalam
mensosialisasi melalui berbagai metoda, termasuk lomba
kebersihan dan lingkungan, menyebabkan pertumbuhan
masiv tingkat partisipasi masyarakat kota. Mereka secara
mandiri, tergerak untuk melakukan gerakan dalam
membangun fasilitas kota, terutama di lingkungan
kampungnya sendiri, bahkan berinvenstasi dalam jumlah
yang tidak sedikit, termasuk diantaranya instalasi
pendaur ulang air limbah domestik yang dihasilkan.
Bermula dari hal kecil, yang terus dibina dari tahun ke
tahun, ternyata berhasil membangun budaya smart
dalam partisipasi masyarakat untuk pembangunan kota.
Pada gilirannya, ketika Pemerintah kota Surabaya
mengembangkan system pelayanan terpadu “one-stop
services” yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan
informasi, masyarakat juga sertamerta mampu
beradaptasi memanfaatkannya. Dalam sistem
kesetimbangan yang disampaikan di atas (Gambar 3),
jelas telah terjadi hubungan timbal balik antara
masyarakat kota di satu pihak dengan pemerintahan kota
di lain pihak. Maknanya proses kesetimbangan ini sudah
terbentuk dengan baik, tinggal mengembangkannya dan
meningkatkan deliverable level-nya menjadi sebuah
sistem smart, yang memanfaatkan ICT, BD dan IoT secara
lebih ekstensif. Pemerintah kota dalam hal ini adalah

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 381


telah mampu melakukan hal yang diperlukan dalam
proses smart governance, yaitu partisipasi dalam
pembuatan keputusan, memberi pelayanan masyarakat
dan sosial, menciptakan pemerintah yang transparan,
mempunyai perspektif politis dan strategi yang jelas.
Sementara dari sisi masyarakatnya, peran kerjasama
antara pelaku pembangunan; baik pemerintah, swasta
maupun akademisi menjadi sangat penting dalam hal
mendekatkan informasi dan teknologi komunikasi yang
menjadi tulang punggung dalam implementasi smart
city.
Karena itu menurut Ferronato dan Ruecker (2018)
sangat mungkin untuk berspekulasi bahwa smart city
masa depan lebih berkaitan dengan pembangunan smart
citizenship, maknanya adalah mereka dapat
diperumpamakan sebagai laboratorium hidup yang
walaupun sudah dilakukan pengembangan dan
penyempurnaan teknologi yang mempertimbangkan
kesamaan, keadilan dan kualitas, namun tujuannya hanya
bisa dicapai apabila terdapat partisipasi terbuka yang
demokratis. Artinya lagi, penggunaan teknologi bukanlah
satu-satunya opsi dari keberhasilan pembangunan kota,
namun juga berkaitan dengan pemberdayaan seluruh
stakeholders yang keterlibatannya berlangsung dalam
jangka panjang. Karenanya diperlukan sebuah strategi
yang dapat mempertemukan kompleksitas dari berbagai
pelaku yang berbeda. Hal itu memerlukan kajian lebih
lanjut untuk dapat memahami infrastruktur smart cities

382 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dalam praktek serta bagaimana membangun cara
mengukur desentralisasi oleh berbagai aktor atau pelaku.

Penutup
Smart city adalah pada dasarnya bagaimana sebuah
kota berlaku sebagai suatu ekosistem inovatif dengan
cara yang smart. Keberhasilan sangat tergantung ada
konteks yang berlaku di setiap kota yang
mengembangkannya. Tidak ada template standard
bagaimana sebuah smart city itu harus diterapkan dalam
aplikasinya, setiap kota mempunyai dinamika tersendiri
yang unik dan spesifik para pelakunya. Smart city di
negara maju akan berbeda dengan kota di negara
berkembang, walaupun sama-sama mengandung elemen
dan karaterisitik yang sama namun berbeda dalam hal
kecukupan serta nilai (value) yang dikandungnya. Hal
penting adalah bagaimana menciptakan kesetimbangan
hubungan timbal balik antara masyarakat dan
pemerintah kotanya. Dalam hal ini terwujudnya smart
citizen sebagai salah satu elemen smart city menjadi
sangat penting dan adanya smart governance yang
mengimbanginya. Semua ini adalah bagian terintegrasi
dari smart society, yang menjadi tema utama smart city.

Daftar Pustaka
Bayar, Dursun Yildirim (2017) Smart Citizens: Smart Cities from a
Different Point of View. INSPIRE Conference 2017, Kehl – Germany,
th
Strasbourg – France, 8 September 2017.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 383


Capdevila, I. and Zarlenga M.I., 2015. Smart City or smart citizens? The
Barcelona case. Journal of Strategy and Management 8(3), 266-282
FERRONATO Priscilla and RUECKER Stan (2018) Smart Citizenship:
Designing the interaction between citizens and smart cities. Design
Research Society Conference in Limerick, Ireland on June 25-28,
2018.
Mohanty, Saraju P., Uma Choppali, and Elias Kougianos (2016)
Everything You wanted to Know about Smart Cities: The Internet
of Things is the backbone. IEEE Consumer Electronics Magazine,
Volume 6, Issue 3, July 2016, pp. 60–70
Musa, Sam (2016) Smart City Roadmap. Academia.edu
NN (2013) Smart City and Smart Citizen: Two peas in a pod!
http://www.eurocities2013.eu/admin/upload/articleSTUUR-EN.pdf

Penulis
Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D.
adalah Rektor Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) periode tahun 2015 – 2019,
dosen Departemen Teknik Lingkungan, ITS
dengan bidang penelitian: Waste water
treatment, Air Pollution Control and Prevention
Ecosanitation.

384 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
SMART CITY: KOTA PINTAR DENGAN
PENDEKATAN PADA MANUSIA

Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono


Adiar Ersti Mardisiwi, S.T.

“Central to the study of urban design is man, his values,


aspirations and power or ability to achieve them.” (Cliff
Moughtin in Urban Design: Method and Techniques).

“The smart city is oriented to its citizens and businesses…


and listens to their ideas.” (Brussels).
Kota pintar atau yang lebih familiar dengan
sebutan smart city sedang ramai didengungkan. Isu
ini mulai mencuat di akhir abad ke-20. Namun,
ternyata banyak kesalahpahaman mengenai definisi
smart city yang tertangkap oleh masyarakat. Banyak
yang mengira bahwa smart city hanyalah
pencapaian kota yang berkutat di dunia teknologi
informasi saja. Padahal, aspek smart city sangat
bervariasi dan luas cakupannya.
Pada dasarnya, definisi smart city diberikan kepada
kota yang menggabungkan informasi dan teknologi
komunikasi (information and communication
technologies/ICT) untuk meningkatkan kualitas dan
kinerja pelayanan perkotaan seperti energi, transportasi,
dan utilitas untuk mengurangi konsumsi sumber daya,
limbah, dan biaya keseluruhan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 385


Gambar 1. Ilustrasi Konsep Smart City
(https://hub.beesmart.city/smart-city-indicators/)

Setiap kota memiliki karakter yang berbeda dan


memenuhi keinginan dan tantangan yang spesifik. Untuk
itu, setiap kota berkembang sesuai dengan visi kota yang
pintar. Visi kota bukan ditentukan oleh konsultan tetapi
harus ditentukan bersama masyarakat/warga/komunitas.
Dalam era berkelanjutan, smart city harus tetap
berlandaskan pada man as center for development.

Enam Kata Kunci untuk Memahami Smart City


Setiap negara memiliki definisi serta tindakan
untuk mencapai kota pintar. Dari beberapa contoh
hasil dan tujuan, dapat dikategorikan dalam 6
keywords action dengan teknologi digital sebagai
panduan utamanya.

386 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 2. Enam kata kunci Smart City
(https://smartcity.brussels/the-project-definition)

1. Collaborate: Pada smart city, pelayanan publik


beroperasi pada lingkungan yang terbuka. Mereka
menukar data dan membagi proyeknya untuk
membuat pelayanan menjadi lebih efisien dan
efektif, berfokus pada pengguna sambil
menciptakan skala ekonomi.
2. Save: Smart city berpikir dengan cara yang
berkelanjutan dan karenanya menghemat energi,
air, bahan baku, makanan, dan sumber daya
keuangan untuk terus makmur dalam era transisi
sambil mengurangi emisi polusi.
3. Innovate: Smart city harus mendorong warganya,
bisnisnya, dan pelayanan publiknya untuk
menghasilkan cara-cara baru dalam organisasi,
berbagi, berkomunikasi dan memproduksi untuk

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 387


mengembangkan dinamika perkotaan melalui
pelayanan yang inovatif.
4. Integrate: Smart city tidak boleh meninggalkan
siapa pun dan untuk itu harus memperkaya
kualitas hidup setiap orang dengan mengurangi
pembagian strata edukasi, gender, kesehatan,
kemanan, dan lain-lain.
5. Participate: Partisipasi adalah kunci tata
pemerintahan yang baik (good governance) pada
smart city. Smart city tidak akan meninggalkan
warganya. Smart city bukanlah kota yang nyata jika
tidak terhubung dengan warganya, bisnisnya,
dengan proyek-proyeknya,
6. Simplify: Smart cities, kecuali beberapa smart city
yang diciptakan dari awal, semua memililiki masa
lalu di mana peraturan atau kebiasaan yang
berkembang kadang usang, kadang
kontraproduktif dan sering keluar dari fase dengan
kesederhanaan pelayanan berbasis web.
Menurut 'The Smart City Wheel', terdapat enam
indikator sebuah smart city yang dikembangkan oleh
pakar smart city, peneliti urban development, Boyd
Cohen[1] Untuk bertransformasi menjadi kota pintar,
sebuah kota dapat memiliki area untuk bergerak. Enam
arah dasar dapat mengarah pada tujuannya menurut
Boyd Cohen.
1. Smart economy: Kota yang memposisikan dirinya
sebagai kota besar ekonomi baru dan inovasi serta
pusat yang menarik warganya.

388 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
2. Smart governance: Kota di mana pelayanan
publiknya telah memasuki era digital dengan
pelayanan online yang efisien, Wi-Fi, dan
penggunaan data digital yang dihasilkan dalam
kota.
3. Smart environment: Kota yang berperan sebagai
a living space, untuk mobilitas, pusat ekonomi,
sambil mereduksi jejak karbon di bumi (konsumsi
energi, sumber daya alam, dan emisi polusi).
4. Smart mobility: Kota yang mengatur dirinya
untuk menawarkan alternatif pada polusi dan
kemacetan kota dengan mempromosikan
ekfetivitas dari transportasi kolektif dan
berkelanjutan.
5. Smart population: Kota yang mengembangkan
warganya dengan menghindari kesenjangan dan
mendorong mereka untuk memperoleh
keterampilan.
6. Smart living environment: Kota yang mendorong
dirinya ke tingkat yang lebih tinggi pada
kesehatan dan keamanan.

Studi Kasus
Menarik sekali bila menyoroti kota-kota pintar di
dunia, sebut saja Brussels, Darmstadt, Surabaya, dan
Bandung. Keempat kota ini memiliki keunikan,
usaha, dan program yang berbeda-beda tetapi tetap
mengerucut menjadi satu muara, yaitu menjadi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 389


smart city. Di Indonesia, ada beberapa kota besar,
sedang, kecil yang sedang giat dalam mengeksekusi
konsep smart city. Salah satunya Kota Surabaya dan
Bandung.
Dari hasil pemetaan Rating Kota Cerdas Indonesia
(RKCI) tahun 2017, yang akhirnya muncul sebagai
penerima penghargaan di kategori kota besar
adalah Surabaya, Bandung, Semarang, Bekasi, dan
Tangerang Selatan. Sementara di kategori kota
sedang, pemenang penghargaannya adalah
Denpasar, Binjai, Manado, Yogyakarta, dan Kediri.
Selanjutnya di kategori kota kecil, pemenang
penghargaannya yakni Magelang, Sawah Lunto,
Bontang, Tual, dan Bukittinggi.[3]

Gambar 3. Dua Puluh Lima Kota Perintis Smart City


Indonesia
(https://indonesiabaik.id/infografis/25-kota-perintis-smart-city)

390 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Berikut merupakan contoh-contoh kota yang sedang
berproses menuju smart city di Indonesia dan luar
Indonesia:

1. Brussels, Belgia
Brussels adalah sebuah kota yang smart dengan
integrasi optimal dari semua warganya dan elemen
digital adalah salah satu aspek penting untuk
memfasilitasinya. Pada Brussels Smart City,
pemerintah akan mengorganisasi untuk
mengeskplor beberapa solusi yang inovatif yaitu the
digital transition train, dengan cara yang interactive
dan fun.

Gambar 4. Brussels Smart City


(https://smartcity.brussels/the-project-definition)

Kota Brussels sungguh kota yang innovative dan


livable (hidup) yang dinikmati oleh warganya, untuk
kebutuhan manusia. Bangunan baru berdampingan
dengan bangunan lama. Ruang luar dikelilingi bangunan
monumental peninggalan lama dan digunakan untuk
berbagai acara dan fungsi. Hal ini dapat dikategorikan
pada salah satu keyword innovate yang berarti smart city
harus mendorong warganya, bisnisnya, dan pelayanan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 391


publiknya untuk menghasilkan cara-cara baru dalam
organisasi, berbagi, berkomunikasi dan memproduksi
untuk mengembangkan dinamika perkotaan melalui
pelayanan yang inovatif.

Gambar 5. Plaza Mayor yang selalu dikunjungi wisatawan


setiap tahunnya

Gambar 6. Galeri dengan atrium

Gambar 5 dan 6 merupakan pengejawantahan prinsip


dari smart environment, yaitu kota yang berperan
sebagai a living space, untuk mobilitas, pusat ekonomi,
sambil mereduksi jejak karbon di bumi (konsumsi energi,
sumber daya alam, dan emisi polusi).

392 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
2. Surabaya, Indonesia
Kota Surabaya merupakan
salah satu kota yang
mendapatkan penghargaan
smart city. Berkat kerja keras
segenap pemerintah kota dan
warga, Surabaya menjadi kota
yang smart.

Gambar 7. Penerapan E-Government di Surabaya


(https://telko.id/4777/mengintip-penerapan-smart-city-di-surabaya/)

Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan,


hampir semua layanan pemerintah di Surabaya telah
berbasis elektronik dan sejak lama telah menerapkan e-
government , seperti pengurusan akat kelahiran warga
dapat mengakses melalui website maupun mobile app
agar masyarakat terlayani dengan baik dan lebih
sejahtera.
Sistem e-government di Kota Surabaya mencakup
sejumlah sistem seperti Sistem Pengelolaan Keuangan
Daerah, e-SDM, e-Monitoring, e-Education, e-Permit, e-

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 393


Office, e-Health, e-Dishub, serta Media Center dan Sistem
Siaga Bencana. Sejumlah sistem juga punya
subsistem/fitur turunan, seperti Sistem Pengelolaan
Keuangan Daerah dan sistem e-Musrenbang yang
disusun untuk mendukung sinergi perencanaan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Juga adanya
sejumlah subsistem lainnya seperti e-Budgeting, e-Project,
e-Procurement, e-Delivery, e-Controlling dan e-
Performance (untuk melihat performa staf pemerintahan
di Surabaya). Selain itu, ada juga e-SIMBADA, e-Payment,
e-Tax, dan e-Audit. Sementara untuk e-SDM mencakup
subsistem/fitur untuk mengelola tes CPNS, gaji berkala,
kenaikan pangkat, mutasi, dan pensiun bagi staf.
Surabaya juga punya sistem e-Monitoring yang berfungsi
untuk memonitor keadaan di Surabaya secara real-time.
Sistem e-Monitoring ini mengoneksikan CCTV untuk
menertibkan reklame, pajak, dan retribusi; mendukung
operasi yustisi; memonitor sampah, dan memonitor
pemakaman.
Surabaya adalah kota yang menerapkan prinsip smart
city seperti smart governance. Yaitu memiliki pelayanan
publik terpadu dengan memanfaatkan teknologi digital
dengan pelayanan online, Wi-Fi dan penggunaan data
digital yang diproduksi dalam kota.
Selain itu dalam beberapa tahun terakhir, Kota
Surabaya semakin peduli terhadap keamanan dan
keselamatan warga dengan adanya ruang khusus yang
memiliki alat untuk mengidentifikasi traffic di seluruh

394 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Surabaya dan juga data center dengan CCTV Kota
Surabaya yang ada di gedung Siola yang mengunakan
ICT untuk memonitor misalnya kebakaran dan lokasi
sumur hidran, juga memonitor keselamatan warga
terutama anak-anak. Hal ini berkenaan dengan smart
living dan smart environment.

Gambar7. Ruang Monitor di Siola


(Rumah Bhara Youtube)

3. Darmstadt, Jerman

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 395


Darmstadt adalah kota pelajar di Jerman yang
menggabungkan teknologi informasi dalam kota. Selain
membuat kota menjadi hidup juga memberikan
informasi yang efektif. Darmstadt menerapkan smart
environment dan smart mobility.
Pada tahun 2017 Darmstadt menjadi pemenang
kompetisi kota digital (The Digitalstadt Competition) yang
diprakasai oleh The German Telecommunications
Association Bitcom[2]. Kota dengan penduduk sekitar
161.000 jiwa ini adalah lokasi kuat IT dengan perusahaan
yang terkait dengan teknologi komunikasi, institusi
penelitian dan beberapa lulusan dari subyek MINT
(mathematics, computer science, science and technology).
Visi tersebut sekarang menjadi nyata pada digital city.
Konsep smart city yang diterapkan di antaranya yaitu
smart traffic management (manajemen lalu lintas yang
cerdas), intelligent street lights and waste bins (lampu
jalan dan tempat sampah cerdas), digital assistance in
emergencies (bantual digital dalam keadaan darurat),
serta operations with augmented reality (operasi dengan
augmented reality).

Gambar 7 dan 8. Kota Darmstadt


3. Bandung, Indonesia

396 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Sejak dikepalai oleh Ridwan Kamil, Kota Bandung
menghasilkan beragam perubahan yang drastis. Kota ini
semakin memanusiakan dan membahagiakan warganya
melalui berbagai aspek. Yang paling menonjol adalah
pemanfaatan lahan-lahan yang tidak terawat menjadi
ruang publik yang kaya aktivitas dan memiliki nilai
tambah seperti taman-taman tematik. Selain itu
didukung pula integrasi teknologi informasi yang
memadai sehingga warga dan pemerintah menjadi
'melek' internet.

Gambar 9. Sepuluh Cakupan Prioritas Bandung Smart City


(Press Release Bandung Smart City)

Bandung Smart City merupakan salah satu program


Ridwan Kamil. Adapun kategori Bandung Smart City yang
diusung berdasarkan sepuluh prioritas area yaitu (1)
Government (Smart Government); (2) Education (Smart
Education); (3) Transportation (Smart Transportation,
Smart Parking); (4) Health (Smart Health); (5) Energy
(Smart Grid/ Smart Energy); (6) Security (Smart
Surveillance); (7) Environment (Smart Environment); (8)
Community/ Social (Smart Society, Smart Reporting); (9)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 397


Finance (Smart Payment), dan (10) Trading (Smart
Commerce).
Beberapa Program Bandung Smart City di antaranya
adalah Bandung Command Center, 10.000 Free Wifi
Access Point, 300 City Apps pada tahun 2016, Open
Government (City Budget Online), Open Communication
(Social Media), Open Communication (Government
YouTube Channel), Citizen Complaint Online, Sistem
Informasi Penilaian Bandung Juara, School Admission
Online, Smart Healthcare Service, Smart Digital Class in
2015, Bandung Creative and SmartHub, Bandung Digital
Valley (untuk bisnis start up), Bandung Digital Public
Place (Movie Park). Kota Bandung mulai membeli lebih
dari 100 area untuk Smart Green Space, Smart and Green
Building Law tahun 2015, Smart Parking System tahun
2015, Bandung Smart Card tahun 2016, dan program-
program lainnya.

Gambar 10. Bandung Command Center


(https://nasional.tempo.co/read/685815/bandung-smart-city-ini-2-aplikasi-andalan-ridwan-kamil)

398 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Pada tahun 2016, Ridwan Kamil mengklaim
bahwa 70 persen permasalahan di Kota Bandung
telah terselesaikan dengan konsep smart city melalui
ragam pemanfaatan teknologi informatika atau
aplikasi yang berorientasi pada pelayanan
masyarakat. Aplikasi layanan aduan masyarakat
(Lapor!) dan aplikasi pelayanan masyarakat berbasis
online serta e-budgeting lainnya menjadi satu dari
sekitar 300 perangkat lunak yang telah dibuat
Pemerintah Kota Bandung untuk mendukung
menyelesaikan permasalahan baik di lingkungan
masyarakat maupun di internal birokrasi.[5]

Kesimpulan dan Saran


Konsep smart city yang memberikan manfaat
bagi manusia sebagai pusat dari pembangunan
yang berkelanjutan akan berjalan jika pemerintah
dan warganya memiliki perannya masing-masing
untuk mengusahakan kepentingan bersama.
“Sebuah kemajuan yang signifikan akan tercapai
apabila pihak-pihak terkait saling bersinergi dalam
mengupayakan pelayanan yang terbaik”. [6]

Daftar Pustaka
https://smartcity.brussels/the-project-definition
http://www.themayor.eu/sl/darmstadt-has-won germanys-first-ever-
digital-city-award

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 399


https://swa.co.id/swa/trends/memetakan-kota-cerdas-di-indonesia
https://indonesiabaik.id/infografis/25-kota-perintis-smart-city
Kamil, Ridwan. 2014. Press Release Bandung Smart City. Bandung
http://berita.baca.co.id/13755360?origin=relative&pageId=bdd4b6e8
-5928-4ccc-8170-f36c6f87a9ad&PageIndex=0

Penulis
Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono lahir di
Surabaya pada tanggal 20 Mei 1961. Pada
tahun 1985 mendapatkan gelar sarjana (S1)
dari Jurusan Teknik Arsitektur ITS. Pada
tahun 1990 mendapatkan gelar Dipl. Ing dari
Departemen Arsitektur, Technische
Hochschule Darmstadt, Jerman dan
melanjutkan S3 hingga lulus di tahun 1995.
Menikah dengan Sri Nastiti N. Ekasiwi yang juga dosen di Departemen
Arsitektur ITS. Kecintaannya pada dunia arsitektur, urban design, dan
urban landscape membuatnya mendedikasikan hidupnya untuk kedua
hal tersebut. Sehari hari menjadi tenaga pengajar (dosen) tetap di
almamaternya sendiri, Departemen Arsitektur ITS. Di sela-sela
waktunya, Bambang aktif melakukan penelitian, menjadi pembicara di
berbagai seminar & workshop, merancang beragam bangunan dan
lansekap, Beberapa tulisannya pernah dimuat pada beberapa majalah
Arsitektur dan harian Surabaya Post. Tema-tema yang ditulis tak jauh
dari bangunan, perkotaan, dan keberlanjutannya. Ia juga berminat
pada bidang partisipasi masyarakat sejak tahun 2000 hingga kini,
dengan bergabung dalam Forum Pembangunan Kota Surabaya yang
Berkelanjutan. Pertengahan tahun 2018, Bambang menerbitkan buku
solonya yang berjudul 30 Tahun Berkarya. Buku ini merupakan
kumpulan karya arsitektur dan lansekap karyanya sejak tahun 1987-
2017. Bambang bisa dihubungi melalui bamsoem03@yahoo.com

Adiar Ersti Mardisiwi, S.T. adalah alumni S1 Jurusan Arsitektur


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya angkatan 2010. Ia
sempat melanjutkan studi S2 di TU Berlin Campus El Gouna, Mesir,

400 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Jurusan Urban Development, walaupun akhirnya memutuskan untuk
tidak menyelesaikannya. Ia juga pernah menjadi partisipan program
JENESYS 2.0 Urban Engineering and City Planning di Jepang pada
tahun 2014. Selain tertarik pada arsitektur dan perkotaan, ia juga
mempunyai minat yang besar dalam dunia kata-kata. Berikut buku-
buku yang pernah ditulisnya: Kata Cinta Kota Pahlawan (2014), Twin
Path (2015), Kata Ayah (2017), Srikandi Gerigi (2018), dan Antologi
Kota Indonesia (2018). Ia juga sempat bekerja sebagai wartawan ITS
Online dan ITS Point, magang di harian Radar Surabaya, magang
menjadi penulis arsitektur dan interior di Imelda Akmal Architectural
Writer Studio (2013), serta menjadi kontributor di rooang.com (2014)
dan grya.co.id (2016). Cita-cita terbesarnya adalah memberdayakan
perempuan dan anak-anak melalui dunia kata-kata. Saat ini ia menjadi
ibu rumah tangga penuh waktu yang tetap berkarya dari rumah. Ersti
bisa dihubungi melalui adiarersti@protonmail.com.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 401


SMART KAMPUNG, SMART COMMUNITY:
PERAN MASYARAKAT KAMPUNG SURABAYA
DALAM IKUT MEWUJUDKAN KOTA CERDAS

Ir. Purwanita Setijanti MSc., PhD.


Tanti S. R. Nasution, S.T., M.T.
Dr. Dewi Septanti, S.Pd., S.T., M.T.
Adinda Sih Pinasti Retno Utami, S.T. M.T.
Wahyu Setyawan, ST., M.T.
Sarah Cahyadini, ST., M.T.
Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Johan Silas

Pendahuluan
Pertengahan tahun 2016 atau lebih tepatnya 22-28
Juli 2016 merupakan saat yang membanggakan bagi
kota Surabaya karena dipercaya PBB menjadi tuan rumah
dalam penyelenggaraan rapat persiapan salah satu
agenda internasional di bidang permukiman dan
pembangunan kota. Preparatory Committee (Prepcom) 3
Habitat III diselenggarakan sebagai persiapan akhir
menuju KTT Habitat III di Quito pada bulan Oktober 2016
yang menghasilkan rumusan The New Urban Agenda.
Dokumen ini merupakan representasi dari visi bersama
warga dunia terhadap masa depan kehidupan kota yang
lebih baik dan berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa setiap
orang memiliki hak, kesempatan dan akses yang sama
terhadap kota dan segala fasilitasnya yang lebih baik.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) menargetkan Indonesia 2045, mempunyai

402 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tingkat kemiskinan 0% dengan pemerataan
pembangunan yang tidak hanya terpusat di pulau Jawa.
Dalam kurun waktu 100 tahun sejak kemerdekaan,
Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu negara
berkembang yang mandiri. Konsultan dunia Price
Waterhouse Cooper memprediksi pada waktu itu
Indonesia akan menjadi negara terbesar dunia ke empat
setelah China, India dan USA. Untuk mewujudkan hal ini,
perlu dukungan berbagai sektor, salah satu nya adalah
perumahan dan permukiman dengan masyarakat yang
bermukim dan dukungan Pemerintah Daerah.
Pemerintah Kota Surabaya, dalam usaha
meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman
dengan pelibatan masyarakat, telah melakukan berbagai
program, terutama untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR). Program tersebut diantaranya adalah
Program Perbaikan Kampung (Kampung Improvement
Pogramme/KIP), Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh
(RSDK), ataupun Program Kampung Unggulan. Sejak tiga
tahun terakhir, digagas pula program IKAS (Inisiasi
Kampung‟e Arek Surabaya) yang mendorong
pembangunan kampung sebagai lokasi hunian
berkelanjutan. IKAS terdiri dari beberapa aspek yang
diterjemahkan ke dalam lima kategori berdasar aktivitas
utama nya, yakni Kampung Sehat, Kampung Cerdas,
Kampung Asuh, Kampung Kreatif Inovatif dan Kampung
Aman. Untuk meningkatkan partisipasi warga dan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 403


akselerasi proses pembangunan kampung, awalnya
kegiatan ini dilombakan di tingkat kota.
Semua usaha di atas dilaksanakan dalam rangka
mendukung visi Kota Surabaya sebagai Kota Sentosa
yang Berkarakter dan Berdaya Saing Global Berbasis
Ekologi. Kota Surabaya tidak pernah menyatakan diri
sebagai Kota Cerdas atau Smart City, namun dalam
mewujudkan visi ini, ternyata sejalan dengan rumusan
smart city (kota cerdas) yang pada intinya menekankan
pada pelayanan masyarakat yang baik meliputi enam
aspek (Giffinger, 2007): ekonomi (smart economy),
manusia (smart people), kepemerintahan (smart
governance), mobilitas (smart mobility), lingkungan
(smart environment), dan perikehidupan (smart living).
Meskipun konsensus mengenai definisi kota cerdas
masih belum disepakati secara global, namun pada
dasarnya kota cerdas adalah kota yang mampu memberi
pelayanan masyarakat, berkinerja baik dan
berpandangan ke depan, memiliki enam karakteristik
seperti tersebut di atas, dengan proses pembangunan
yang menggabungkan unsur potensi dan kemandirian,
dan juga keterlibatan warga yang penuh kesadaran
(Giffinger, 2007). Surabaya sendiri tidak semata
mengikuti rumusan Giffinger (2007), namun tekanannya
adalah pada bagaimana memberi pelayanan masyarakat
yang baik melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT) yang berjalan sebagai sebuah proses
yang akumulatif. Ternyata upaya Pemerintah Kota

404 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Surabaya dalam berbagai pelayanan tersebut bahkan
melebihi apa yang dirumuskan oleh Giffinger; seperti
bagaimana menyiapkan generasi muda dan kaum ibu
agar dapat menjadi smart people. Kerjasama dengan
berbagai perguruan tinggi setempat menjamin
keberlanjutan kosep dan sistem yang memerlukan
keahlian yang tidak mungkin semua dimiliki oleh
Pemerintah Kota, namun tersedia sangat cukup di dunia
perguruan tinggi yang tidak memerlukan anggaran dana
dari pemerintah kota. Tabel 1 dan 2 berikut menunjukkan
komponen kota cerdas yang dapat menjadi rujukan bagi
pengampu kebijakan.
Tabel 1. Tiga Komponen Smart City menurut Nam dan Pardo
(2011)
Faktor Teknologi Faktor Institusi Faktor Manusia
 Infrastruktur fisik  Kepemerintahan  Infrastruktur
 Teknologi pintar  Kebijakan manusia
 Teknologi mobile  Peraturan/Arahan  Modal sosial
 Teknologi virtual
 Jaringan digital
Sumber: Diolah dari Nam & Pardo (2011)

Tabel 2. Karakteristik Smart City (Cohen, 2013)


Smart Economy Smart People Smart Governance
 Spirit untuk  Kemajemukan  Partisipasi dalam
berinovasi sosial dan pengambilan
 Jiwa etnik keputusan
kewirausahaan  Fleksibel  Pelayanan publik
 Gambaran dan  Kreatif dan sosial
„trademark‟  Keterbukaan  Kepemerintahan
ekonomi pemikiran yang transparan
 Produktivitas  Partisipasi  Strategi politik dan
 Fleksibilitas Pasar dalam cara pandang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 405


Buruh kehidupan
 Kemampuan bermasyarakat
untuk
bertransformasi
Smart Mobility Smart Smart Living
(Transport and ICT) Environment ( Quailty of Life)
(Natural
Resources)
 Aksesibilitas lokal  Bebas dari  Fasilitas kebudayaan
dan internasional polusi  Kondisi yang sehat
yang baik  Keamanan  Keamanan personal
 Ketersediaan lingkungan  Kualitas perumahan
infrastruktur  Manajemen  Fasilitas pendidian
 Sistem sumber daya  Atraksi wisata/turis
transportasi yang yang  Kondisi social
berkelanjutan berkelanjutan
 Inovatif dan aman
Sumber: Diolah dari Cohen (2013)

Dari berbagai hasil studi tentang kampung, khususnya


di kota Surabaya selama ini, kampung terbukti mampu
mewadahi masyarakat/komunitas yang berkelanjutan,
lewat berbagai fiturnya seperti: ruang yang fleksibel,
industri rumah tangga, sistem kekerabatan, kegiatan
sosial, pembentukan berbagai modal intangible (sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya) dan masih banyak
lainnya.
Artikel ini tidak semata dimaksudkan sebagai kajian
akademis, namun diharapkan dapat memberi gambaran
berbasis keilmuan mengenai kegiatan penelitian yang
telah dilakukan sampai saat ini, dengan harapan dapat
menjadi masukan tidak hanya bagi kota Surabaya, namun

406 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
juga kota-kota lainnya dalam menyikapi dan
berkontribusi membangun kota cerdas berkelanjutan.
Beberapa intisari dari penelitian dan publikasi beberapa
tahun terakhir yang telah dilakukan oleh Laboratorium
Perumahan dan Permukiman, Departemen Arsitektur ITS
menggambarkan pentingnya kampung dalam
pembentukan smart people, smart community untuk
kotanya.

Kampung Innovation in Support of Smart City (2016)


(Happy Ratna Santosa, Johan Silas, Purwanita Setijanti,
Rita Ernawati)
Pada saat ini hampir seluruh negara di dunia
melakukan program perbaikan perumahan dan
permukiman masyarakat golongan ekonomi rendah.
Perbaikan ini mencakup lingkup yang makin luas yang
diawali dari sarana prasarana dasar sampai ke program
pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kapasitas
mereka untuk berbuat lebih inovatif dan produktif bagi
kepentingan mereka. Termasuk dalam hal ini
kemampuan pemakaian teknologi informasi yang
dikembangkan oleh pemerintah kotanya.
Konsep kota cerdas tidak hanya berkaitan dengan
aspek tangible tapi juga intangible, yang berhubungan
dengan sifat-sifat manusia dan bagaimana manusia
memahami konsep tersebut dan meraih manfaatnya.
Penghuni kampung di Surabaya perlu dan dilatih untuk
memahami konsep inovasi agar dapat mendukung

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 407


program-program kota cerdas. Kota Surabaya dalam
menuju kota cerdas meningkatkan pelayanan sosial,
kesehatan dan aktifitas perekonomian. Surabaya
menggunakan pendekatan yang terintegrasi (holistic
approach), pendekatan makro (kota), meso (kawasan)
sampai mikro (kampung).
Pada awalnya, pengenalan ICT pada proses
manajemen kota dilaksakan melalui keberanian dan
kegigihan pelaksanaan sistem e-procurement, namun
saat ini Walikota Surabaya dapat dengan mudah
mengontrol dan mengelola jalannya kota dengan
menggunakan ponsel pintar mini sederhana dari mana
saja pada waktu yang berbeda sepanjang hari.
Pemanfaatan ICT untuk layanan publik dilakukan pada
sistem manajemen keuangan, penataan sumberdaya
manusia, pendidikan, monitoring, perijinan, kesehatan,
pelayanan satu jendela (elektronik) dan sistem informasi.
Masyarakat Surabaya juga dikenalkan secara ekstensif
dan pengaplikasian ICT melalui pusat pembelajaran
broadband, online try-out, sistem Penerimaan Siswa
Baru, dan ekpresi siswa online. ICT juga diterapkan untuk
sistem layanan kesehatan dan layanan kependudukan.
Yang tidak kalah pentingnya sistem ICT dipakai untuk
berbagai perijinan yang mengikat waktu selesai sehingga
ada kepastian bagi pelaku ekonomi. Sistem ini juga
dipakai Pemkot untuk memotivasi masyarakat dalam
mengembangkan sistem kepedulian lingkungan,
sehingga Program Green and Clean Kampung dan sistem
pengelolaan sampah berkembang dan berketepatan di

408 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
masing-masing kampung. Demikian juga untuk
pengembangan ekonomi masyarakat, pemerintah
menyiapkan penguatan sistem Home-Based Entreprise
(HBE).
Pada kenyataannya masyarakat kampung Surabaya
mempunyai kemampuan membangun berbagai inovasi
untuk mewujudkan proses menjaga keberlanjutan
kampung dan tentunya dapat mewujutkan kota cerdas
Surabaya.

Formulating Local Measurement for Smart Settlement


in Indonesia (2016)
(Purwanita Setijanti, Johan Silas, Rita Ernawati)
Konsep kota cerdas menjadi populer dalam program
pembangunan kota dan memacu semua pemerintah kota
untuk melaksanakan konsep tersebut. Berbagai
badan/institusi telah menentukan rumusan tentang
indeks kota cerdas dengan berbagai cara dan pandangan
yang berbeda. Dengan demikian membuka peluang pula
untuk mengukur keberhasilan konsep pembangunan
tersebut. Forbes (2015) menekankan pada dua
keuntungan dari kota cerdas, yaitu: keberlanjutan dan
efisiensi. Centre of Regional Science (SRF) Vienna
University of Technology mengusulkan ranking kota
cerdas berdasarkan enam karakteristik, yaitu: ekonomi,
manusia, pemerintah, mobilitas, lingkungan dan kondisi
kehidupan. Pemahaman konsep kota cerdas terbukti
dipahami dan dilaksanakan dalam berbagai bentuk,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 409


bukan hanya konsep kota cerdas berdasarkan aplikasi
teknologi informasi, namun lebih elaborative terkait
karakteristik kota masing-masing. Dari konsep enam
karakeristik yang telah disebutkan terdahulu, ada aspek-
aspek lebih luas yang harus dipahami. Karena itu perlu
dirumuskan indikator kota cerdas yang lebih
komprehensif dan relevan untuk Indonesia.
Mempertimbangkan data pada tingkat makro yang
kurang lengkap, maka penelitian tentang indeks kota
cerdas dimulai dari tingkat mikro: permukiman.
Dalam diskusi penelitian di kota Surabaya ini
diperoleh kesimpulan bahwa ada bentuk sederhana yang
dapat dipakai sebagai alat ukur keberhasilan model kota
pintar yang berkelanjutan, yaitu melalui Lima Modal
utama yang dipunyai oleh Kota. Ada 5 (lima) Modal yang
harus dipunyai dan dipantau keberlanjutannya, yaitu
Modal Ekonomi, Modal Sosial, Modal Lingkungan, Modal
Infrastrutur dan Modal Manajemen Kota.
Asesmen untuk melihat kota cerdas di lapangan dapat
dilakukan dengan melihat kemampuan kota
mengupayakan dan berinovasi dalam:
1. Pemberdayaan secara maksimal sumberdaya
ekonomi di semua sektor ekonomi yang ada di
daerah.
2. Pelayanan aspek sosial dalam mewujutkan
kebutuhan masyarakat hidup di kotanya dengan
aman, nyaman dan menyenangkan

410 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
3. Penyedian lingkungan kota yang menjamin
kondisi kelayakan lingkungan hidup sehat
4. Pelayanan masyarakat yang baik, sehingga
masyarakat dapat dengan mudah dan terjangkau
untuk layanan kesehatan, transportasi dan
layanan publik lainnya.
5. Pelayanan manajemen kota yang dapat menjamin
masyarakat melaksanakan aktivitas kehidupannya.

Kampung Development toward Smart City (2017)


(Purwanita Setijanti, Tanti Satriana Rosary Nasution, Asri
Dinapradipta, Angger Sukma Mahendra)
Seiring dengan perkembangan Kota Surabaya,
kampung telah menjadi bagian penting kota sebab
kampung telah menjadi tempat bagi warga kelas
menengah dan menengah ke bawah untuk tumbuh dan
bekerja. Kampung sendiri saat ini tengah berjuang untuk
tetap eksis di tengah-tengah perkembangan kota yang
semakin modern. Salah satu cara kampung bertahan
adalah dengan mulai menerapkan konsep smart city, baik
pada lingkungan kampung maupun masyarakatnya. Studi
ini mengamati Kampung Kaliasin yang terletak di tengah-
tengah pusat bisnis dan perdagangan Kota Surabaya
dalam perkembangannya yang sejalan dengan Smart City
Surabaya.
Hasil studi menunjukkan bahwa masyarakat telah
mulai menerapkan konsep smart city di kampungnya
yang terbukti dengan: partisipasi publik dalam

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 411


perencanaan kampung yang menandakan pemerintahan
cerdas (smart governance). Aspek lain yang ditunjukkan
adalah ekonomi cerdas (smart economy) melalui
pemanfaatan ICT dalam pemasaran usaha rumah tangga
dan tingginya penggunaan transportasi publik yang
menandakan mobilitas cerdas (smart mobility).
Sementara itu, aspek yang berkaitan langsung dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti kehidupan
cerdas (smart living) didukung oleh tersedianya fasilitas-
fasilitas publik. Di sisi lain, masyarakat cerdas (smart
people) ditunjukkan dengan adanya pluralisme dan
keterbukaan dalam masyarakat. Studi ini juga
menunjukkan bahwa konsep Smart City tidak semata-
mata hanya dikaitkan dengan kecerdasan teknologi dan
mesin. Di kampung, konsep smart city justru lebih
berakar pada kecerdasan-kecerdasan dan kebijaksanaan
lokal yang dimiliki masyarakat dan dapat dikembangkan
lebih jauh seiring dengan kemajuan teknologi. Dalam
mendukung upaya ini disadari elemen yang sulit adalah
pembentukan smart people pada kalangan masyarakat
lapis bawah. Tersebarnya secara luas dikalangan
permukiman masyarakat lapis bawah, fasilitas broadband
learning center memungkinkan siapa saja dengan mudah
belajar memakai komputer yang tersambung dengan
internet secara gratis (tidak berbayar) dengan dukungan
instruktur yang berpendidikan tinggi.

412 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
From Smart Living into Smart City: A Lesson from
Kampung of Surabaya (2017)
(Arina Hayati, Dewi Septanti, Adinda Sih Pinasti Retno
Utami, Kirami Bararatin, Happy Ratna Santosa, Gabriele
Weichart)
Masyarakat kampung, dengan segala kapasitasnya,
dapat digolongkan ke dalam komunitas yang cerdas
(smart community). Dalam hubungannya dengan smart
people, bisa jadi apa yang dilakukan oleh masyarakat
kampung menjadi berbeda dengan kriteria smart people
menurut teori Cohen (2013). Kecerdasan lokalitas
masyarakat di kampung, terlebih di kampung Kota
Surabaya (sebagai studi kasus), menjadi bukti kekreatifan
dan juga kapasitas masyarakat sebagai sebuah
komunitas menjadi modal yang sangat baik dalam
pembangunan smart city.
Dari studi ini, perlu digali lebih dalam mengenai apa
perspektif dan definisi smart city secara lokal sehingga
lebih dapat diimplementasikan di kota-kota negara
berkembang. Inovasi-inovasi masyarakat kampung yang
sangat cerdas dan mampu memajukan pembangunan
kota menjadi bukti kecerdasan masyarakat secara
bersama-sama

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 413


Evaluasi Pembangunan Rumah Susun Dalam Rangka
Peremajaan Kota di Kawasan Pesisir (2018)
(Dewi Septanti, Rika Kisnarini, Wahyu Setyawan, Adinda
Sih Pinasti. Retno Utami)
Peningkatan jumlah penduduk di kota-kota besar
disebabkan oleh tingginya angka kelahiran dan arus
urbanisasi. Hal ini berakibat meningkatnya permintaan
untuk hunian, serta sarana dan prasarana permukiman.
Kondisi yang tidak seimbang ini akan menyebabkan
menurunnya kondisi lingkungan permukiman yang pada
akhirnya bisa menjadi kawasan kumuh terutama di
kawasan pesisir. Pada beberapa kota besar, dengan
terbatasnya lahan yang tersedia, rumah susun menjadi
salah satu solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan
hunian dengan tetap mendapatkan kualitas lingkungan
yang layak. Pada kawasan pesisir hal ini menjadi lebih
menantang, sebab masyarakat pesisir memiliki
karakteristik yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana rumah susun yang dibangun
tersebut dapat secara sustainable menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat pesisir ditinjau dari dimensi
ekonomi, ekologi, sosial dan budaya,

 Rumah susun adalah representasi dan duplikasi


kampung. Kekurangan yang paling dirasakan oleh
warga di rumah susun adalah luasan unit rumah
yang tidak cukup menampung sebuah keluarga
secara ideal. Namun disisi lain, keberlanjutan tetap

414 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dirasakan terutama hubungan sosial, ketetanggaan,
serta prinsip gotong royong tetap mendominasi
perilaku masyarakat di rumah susun. Kegiatan ini
dapat menjadi tolok ukur tetap bisa berjalannya
pola kebiasaan lama (perumahan kampung)
dengan kondisi mereka di rumah susun. Sebagai
perumahan dengan budaya yang baru, yaitu
budaya berhuni vertikal, kegiatan dan aktivitas
komunal masyarakat berjalan dengan baik meski
terdapat berbagai penyesuaian-penyesuaian
mengikuti pola hunian mereka saat ini.

 Pola Interaksi yang berbeda dengan


sebelumnya. Kondisi hunian bersusun vertikal
tidak menyurutkan interaksi sosial antar warga.
Memang ada perubahan pola interaksi, namun
keberlanjutan hubungan sosial tetap terjalin
dengan baik. Perbedaan pola inipun juga
menyebabkan berbedanya perlakuan mereka
dalam bertetangga. Jika dahulu gang kampung
menjadi tempat favorit warga untuk berkumpul,
maka di rumah susun ini selasarlah yang
menggantikan fungsi koridor kampung. Hubungan
sosial lebih intens dengan tetangga satu lantai,
kemudian disusul dengan tetangga satu blok
berbeda lantai. Yang terakhir barulah hubungan
pertetanggaan dengan penghuni di blok lain. Pola
yang hampir sama juga terlihat pada hubungan
interaksi sosial yang ada di masyarakat seperti

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 415


pengajian, arisan, hajatan, ataupun saat terjadi
kematian salah satu warga.

 Ruang privat yang menjadi “langka”. Setiap


keluarga berkeinginan memiliki privasi tersendiri,
sehingga fasilitas pribadi seperti dapur dan kamar
mandi perlu ditempatkan menyatu dalam satu unit
rumah. Di dalam satu unit rumah tersendiri,
diperlukan pembagian zona privasi, mengingat
banyak penghuni rumah susun yang memiliki anak
remaja dan dewasa, atau yang tinggal dengan
keluarga besar atau majemuk, sehingga
membutuhkan pemisahan ruang yang jelas. Ruang
privat inilah yang langka didapatkan di rumah
susun. Kurangnya ruang membuat penghuni
berusaha “mengadakan” dengan berbagai cara,
misalnya : memakai tempat tidur susun,
menambahkan mezanine, menggunakan ruang
publik untuk kegiatan yang sifatnya privat. Secara
umum dapat disimpulkan pada pembangunan
rumah susun adalah pentingnya untuk
memperhatikan zona privasi keluarga, sehingga
penghuninya tidak hanya merasa betah dengan
kehidupan sosial di luar, tetapi juga menjadi
nyaman tinggal unit rumahnya sebagai zona
pribadi dalam lingkup keluarga mereka.

416 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Negotiating Space: Women’s Use of Space in Low-
income Urban Settlement, Surabaya (2018)
(Sarah Cahyadini)
Studi ini secara umum bertujuan untuk meneliti
penggunaan ruang domestik dan publik di kampung
kota Surabaya, khususnya oleh perempuan. Studi
dilakukan dengan bantuan partisipan dari dua kelompok
perempuan yang melakukan kegiatan sosial (bank
sampah) di Kelurahan Jambangan dan kegiatan ekonomi
berbasis rumah tangga (pembuatan kue basah) di
Kelurahan Kali Rungkut.
Berkaitan dengan smart community, hasil studi
menunjukkan bahwa kegiatan sosial dan ekonomi yang
dilakukan oleh perempuan di kampung kota secara
berkelompok dapat meningkatkan kapasitas individu
maupun sosial. Kegiatan Bank Sampah misalnya,
meningkatkan kepercayaan diri anggotanya, selain juga
mempererat jaringan sosial di tingkat lingkungan .Untuk
kegiatan ekonomi berbasis rumah tangga, adanya
kelompok dapat memperluas jaringan pemasaran,
membuka akses teknologi informasi, dukungan
pembiayaan dari lembaga keuangan, suplai bahan baku,
serta pemasaran daring.

Rangkuman dan Rekomendasi


Especially, awareness seems important for a smart city
as certain potentials can only be mobilised if inhabitants,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 417


companies or the administration are aware of the cities‟
position – knowing the city from the inside but also being
aware of the surroundings and the system of cities the city
is located in. (Giffinger, 2007)
Laboratorium Perumahan dan Permukiman
Departemen Arsitektur ITS telah memiliki sejarah panjang
kerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya dalam
berbagai aspek pembangunan perumahan dan
permukiman, diantaranya berupa pendampingan
program KIP, penyusunan dokumen RP3KP (Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman) sampai Perencanaan dan
Perancangan Rumah Susun. Kerjasama ini didasarkan
pada penelitian yang aplikatif sehingga dapat
dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam perwujudan Kota Cerdas / Smart City.
Dari berbagai penelitian, Laboratorium Perumahan
dan Permukiman telah mengembangkan model kota
cerdas yang lebih sederhana menuju kota berkelanjutan
yang terdiri dari pembentukan dan pembentukan Lima
Modal; Ekonomi, Sosial, Lingkungan, Infrastruktur dan
Pemerintahan. Model „Lima Modal‟ dalam istilah
substansi mirip dengan model Enam Roda yang
digunakan oleh pemerintah kota. Model Lima modal
lebih mudah diimplementasikan dan juga mudah untuk
mengukur hasilnya. Model ini telah dicoba di tingkat
Kecamatan dan dapat diaplikasikan setingkat kampung.
Harus diingat bahwa kesungguhan pemerintah kota

418 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
untuk mewujudkankan visi sangat penting mengingat
apa yang dicapai Surabaya telah melalui kerja keras,
bekerjasama dengan banyak kalangan (pengusaha dan
cendikiawan) serta melibatkan masyarakat sebagai
pemakai dan pendukung cita-cita pelayanan masyarakat
yang cerdas dan tidak membenani serta terus
membangun kekuatan (potensi) internal kota yang makin
kuat.

Penghargaan
Materi dalam tulisan ini diambil dari rangkuman
beberapa studi yang dilaksanakan penulis, beberapa
diantaranya telah dipresentasikan dalam seminar
nasional maupun internasional. Hasil studi (C) juga
dimuat dalam Journal of Architecture and Environment.

Daftar Pustaka

Cahyadini, S. (2018). Negotiating Space: Women's Use of Space in


Low-income Urban Households, Surabaya Indonesia. Unpublished
PhD Thesis. United Kingdom: Newcastle University.
Cohen, B. (2013, May 14). Retrieved from Boyd Cohen: The Smart City
Wheel: https://www.smart-circle.org/smartcity/blog/boyd-cohen-
the-smart-city-wheel/
Giffinger, R. (2007). Smart cities – Ranking of European medium-sized
cities . Vienna: Centre of Regional Science Vienna University of
Technology.
Happy Ratna Santosa, J. S. (2016). Kampung Innovation in Support of
Smart City. Enhancing Academic Collaboration through ASEA-
UNINET Scientific Meeting (pp. 360-366). Denpasar Bali: Udayana
University.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 419


Hayati, A., Bararatin, K., Utami, A. S., Septanti, D., Santosa, H. R.,
GWeichart, & Valent, M. K. (2017). From Smart Living into Smart
City: A Lesson from Kampung of Surabaya. UIA 2017 Seoul World
Architects Congress, (pp. O-0864). Seoul.
High, P. (2015). The Top Five Smart Cities In The World. Retrieved from
http://www.forbes.com/sites/peterhigh/2015/03/09/the-top-five-
smart-cities-in-the-world.
Nam, T., & Pardo, T. (2011). Conceptualizing Smart City with
Dimensions of Technology, People, and Institutions. Retrieved from
The Proceedings of the 12th Annual International Conference on
Digital Government Research.:
https://www.ctg.albany.edu/publications/journals/dgo_2011_smart
city/dgo_2011_smartcity.pdf
Nasution, T., Setijanti, P., Dinapradipta, A., Mahendra, A.,
Firmaningtyas, S., & Yaqin, M. A. (2018). Kampung Development
toward Smart City. Journal of Architecture and Environment, 17(1),
53-60.
Septanti, D., Rika Kisnarini, W. S., & Utami, A. S. (2018). Evaluasi
Pembangunan Rumah Susun Dalam Rangka Peremajaan Kota di
Kawasan Pesisir. Unpublish Research Report. Surabaya: LPPM ITS.
Setijanti, P., Silas, J., & Ernawati, R. (2016). Formulating Local
Measurement for Smart Settlement in Indonesia. Enhancing
Academic Collaboration through ASEA-UNINET Scientific Meeting
(pp. 367-377). Denpasar Bali: Udayana University.

Penulis
Ir. Purwanita Setijanti MSc., PhD
saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas
Arsitektur, Desain dan Perancangan, ITS
Surabaya. Beliau menyelesaikan studi doktoral
di University of Melbourne, Australia dengan
disertasi berjudul „Low-income inner city
settlement processes: a Surabaya study‟. Saat ini
aktif meneliti dalam bidang Perumahan dan Permukiman, khususnya

420 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
yang berkaitan dengan kampung tengah kota dan proses
pembangunan.
Tanti Satriana Rosary Nasution ST., MT. adalah
dosen Departemen Arsitektur, ITS

Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST.,


M.T. adalah dosen Departemen
Arsitektur, ITS

Adinda Sih Pinasti Utami S.T., M.T. adalah dosen


Departemen Arsitektur, ITS

Wahyu Setyawan, ST.,


MT. adalah dosen Departemen
Arsitektur, ITS dengan bidang penelitian: Housing
and Human Settlement Studies.

Sarah Cahyadini, ST., MT. adalah


dosen Departemen Arsitektur, ITS

Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc. adalah


dosen Departemen Arsitektur, ITS

Prof. Dr. Ir. Johan Silas adalah dosen Departemen


Arsitektur, ITS dengan bidang penelitian: Housing
and Human Settlement Studies.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 421


SENSE OF PLACE MASYARAKAT KAMPUNG
SEBAGAI MEDIA PENDUKUNG REPRESENTATIF
SMART SOCIETY DALAM KONSEP
SMART CITY DI SURABAYA
(KASUS KAMPUNG WISATA MASPATI)

Dr. Arina Hayati, S.T., M.T..


Muhammad Faqih, Ir., MSA., Ph.D.
Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc.
Annisa Nur Ramadhani

Seiring dengan perkembangan teknologi dan


pembangunan kota, konsep smart city diajukan untuk
meningkatkan kualitas hidup kota berkelanjutan baik
direpresentasikan dalam faktor smart economy, smart
mobility, smart people, smart environment, smart living,
dan smart governance. UN Habitat Reports (2016),
mengindikasikan beberapa fakta kunci dalam
mempromosikan konsep smart city: Pertama, urbanisasi
dunia semakin meningkat seiring dengan proyeksi
populasi masyarakat urban mulai tahun 2014 sebesar
54% akan menjadi 70% pada tahun 2050. Kedua,
peningkatan urbanisasi yang tidak terencana
mengakibatkan perkembangan permukiman kumuh,
kekurangan perumahan, kekurangan fasilitas sarana dan
prasarana infrastruktur, serta terjadinya segregasi sosial
dan ekslusi sosial. Ketiga, fenomena peningkatan
urbanisasi menjadi sebuah peluang untuk
pengembangan pendekatan strategi dan inovasi

422 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
terutama pada perencanaan dan perancangan urban,
managemen, dan pemerintahan. Keempat, lebih dari 3,2
milliar manusia menggunakan internet dan teknologi
telekomunikasi lainnya, dimana 2 milliar pengguna
tinggal di negara berkembang. Dengan empat fakta
kunci itu, UN Habitat merumuskan issu tersebut dalam
paper untuk New Urban Agenda (NUA) Habitat III, dalam
rangka mewakili kesempatan baru dan pendekatan
cerdas untuk komunitas global menjadikan kota semakin
inklusif, berketahanan dan berkelanjutan.
Definisi dan implementasi konsep smart city dalam
mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan
masih banyak mendapatkan kritik dan masih menjadi
perdebatan publik. Hal ini dikarenakan kota-kota di dunia
memiliki berbagai perbedaan karakteristik masyarakat,
sektor, dan permasalahan kota. Di samping itu,
implementasi konsep smart city yang lebih berbasis pada
kebijakan terpusat (top-down) daripada kebijakan
partisipatif (bottom-up) menjadi tantangan tersendiri
dalam usaha mengintegrasikan berbagai aspek dan
sektor. Argumen ini di dukung oleh Annala (2016) yang
menyatakan bahwa terdapat beberapa kenyataan
implementasi smart city yang optimasinya tidak untuk
masyarakat (livability), tetapi lebih pada prosesnya
(efisiensi logistik, produksi energi dan indurstri, penjualan
retail, dan lain-lain). Di samping itu, banyak kota-kota
besar yang mengimplementasikan konsep smart city,
namun belum dapat memenuhi janji-janji faktor-faktor

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 423


penentu smart city. Hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat kota masih menginginkan pembangunan
sebuah kota yang harus direncanakan dengan basis
bottom-up, bukan dengan basis top-down. Dengan
demikian, implementasi konsep smart city perlu direspon
dengan bijak dan disesuaikan dengan konteks kota yang
bersangkutan.
Dari sudut pandang akademisi dalam bidang ilmu
arsitektur yang sangat berhubungan dengan masyarakat,
tantangan implementasi konsep smart city menjadi
menarik untuk di tilik dan diselesaikan terutama dari
aspek smart people/society. Namun demikian, tidak
menutup kemungkingkan ke-lima aspek smart city
lainnya selain smart people/society, yaitu smart economy,
smart mobility, smart environment, smart living, dan
smart governance akan saling berkaitan dalam proses
implementasi dan keberlanjutannya. Tulisan ini lebih
menjelaskan bagaimana sense of place masyarakat
terhadap lingkungan permukiman menjadi faktor penting
sebagai media/alat pendukung lainnya untuk aspek
smart people dan smart living dalam konsep smart city.
Dalam penelitian penulis (Ramadhani, 2018 dan
Ramadhani et all, 2018) ditemukan bahwa sense of place
sebuah kampung wisata (Maspati) menjadi salah satu
kunci utama untuk meningkatkan kualitas permukiman
kota. Sebuah kampung merupakan sentral aktivitas dan
permukiman masyarakat kota yang menjadi penggerak
perkembangan kota untuk menuju kota urban

424 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
berkelanjutan. Dengan adanya berbagai potensi
termasuk keragaman ekonomi, sosial dan budaya,
sebuah kampung memiliki berbagai kelebihan
karakteristik potensial untuk dikembangkan dalam
mendukung konsep smart city. Salah satu potensi
tersebut adalah fenomena masyarakat kampung yang
memiliki keterhubungan dan keterikatan terhadap
tempat mereka tinggal yang terepresentasi dalam sense
of place kampung mereka. Dengan mengidentifikasi
sense of place tersebut, maka dapat juga diketahui
tingkat kepuasan komunitas, identifikasi dan hubungan
keterikatan terhadap tempat bagi sebuah masyarakat
(Hummon, 1992). Hal ini di dukung oleh penyantaan
Menteri Perumahan dan Pembangunan Digital
Swedia Peter Eriksson dan Pilar Conesa, pendiri
the Anteverti consultancy dalam Annala (2016) yang
menyepakati bahwa konsep smart city akan lebih mudah
diimplementasikan dengan pendekatan dan proses
bottom-up dimana kota dan bisnis akan mulai melihat
masyarakat sebagai co-desainer aktif lingkungan
perkotaan, bukanmenjadi konsumen atau penghuni. Di
samping itu, jika ingin masyarakat memiliki tanggung
jawab terhadap kotanya, maka mereka perlu diberikan
perasaan nyaman dan kesempatan bagi mereka untuk
mengubah banyak hal di kotanya.
Sense of place secara general mempelajari hubungan
manusia dengan lingkungannya, hal ini terkait dengan
munculnya kesadaran tentang pentingnya pengaruh

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 425


budaya terhadap lingkungan terbangun itu sendiri.
Individu dan nilai kolektif dapat mempengaruhi sense of
place dan sense of place juga dapat dipengaruhi oleh
perilaku manusia, sosial, dan budaya (Canter, 1977).
Menurut Canter (1997), place terdiri dari tiga dimensi
yakni (1) form; (2) meaning; dan (3) activity. Ketiga aspek
inilah yang akan dijelaskan dalam konteks penelitian ini,
yang lebih spesifik yakni kampung, sebuah representasi
permukiman masyarakat urban di Indonesia. Kampung
Maspati di pilih sebagai studi kasus karena memiliki
keunikan tersendiri sebagai kampung lawas (lama) dan
dikembangkan sebagai kampung wisata berbasis
masyarakat mulai tahun 2014, dan masih aktif beroperasi
sampai sekarang (Gambar 1). Penelitian ini menggunakan
strategi penelitian studi kasus dengan metoda gabungan
yaitu kualitatif dan kuantitatif (Groat & Wang, 2013).
Taktik pengumpulan data meliputi survey, kuisioner,
wawancara mendalam dan observasi yang dilengkai
dengan fotografi.
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
keterkaitan antara aspek form, activity, dan meaning yang
mempengaruhi tingkat sense of place masyarakat. Aspek
form memiliki pengaruh tertinggi terhadap peningkatan
sense of place masyarakat. Hal ini mengindikasikan
kondisi fisik lingkungan menjadi penting dalam
pembentukan sense of place. Aspek fisik lingkungan
merupakan aspek tangible yang dapat terlihat dan
dirasakan langsung oleh masyarakat, sehingga
masyaraka dapat dengan mudah menilai dan mengukur

426 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
peningkatannya. Dengan demikian peningkatan kualitas
bentuk fisik sebuah lingkungan permukiman memiliki
pengaruh pada peningkatan aspek aktifitas dan makna
sense of place masyarakatnya. Ketika setting sebuah
lingkungan dapat mewadahi aktifitas penggunanya
dengan baik, maka akan semakin baik pula persepsi
sense of place masyarakat tersebut. Dalam konteks
kampung Maspati, ruang di dalam kampung merupakan
aset tangible culture yang dapat mewadahi berbagai jenis
aktifitas masyarakat. Sedangkan aset intangible culture
direpresentasikan dalam bentuk activity dan meaning.
Dalam hal ini, masyarakat kampung Maspati masih
melakukan berbagai aktifitas yang memiliki nilai budaya
tinggi dan mengusung identitas dan tema kearifan lokal
dan budaya tradisional kampung. Salah satu contoh
adalah budaya gotong royong masyarakat kampong, dan
pasar kesenian setiap akhir minggu yang masih
dipertahankan dan diselenggarakan sampai saat ini.
Dalam proses pembentukan keterikatan masyarakat
terhadap kampungnya, aspek meaning dan sense of place
memiliki peranan penting untuk membentuk sebuah
place attachment masyarakat terhadap lingkungan
tempat tinggalnya. Hal ini karena aspek meaning
memiliki lima variabel, yakni place identity, place
dependence, place satisfaction, social bonding, dan nature
bonding yang menjadi faktor penting untuk membentuk
sebuah keterikatan pada sebuah tempat bagi individu
dan masyarakat.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 427


Gambar 1. Kampung lawas/lama Maspati yang
dikembangkan sebagai kampung wisata Surabaya

Gambar 2. Peningkatan intensitas aktifitas masyarakat


Kampung Maspati di ruang publik dengan adanya pengembangan
wisata

428 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Place identity adalah sebuah dimensi dari personal
individu, seperti perpaduan antara emosi terhadap
setting fisik spesifik dan koneksi simbolik terhadap
sebuah tempat (Prohansky et al. 1983; William & Vaske
2003). Dalam place identity, aspek positive memiliki
peningkatan tertinggi menurut masyarakat kampung
Maspati, yakni tentang citra kampung Maspati yang
menjadi terkenal sebagai salah satu destinasi wisata
kampung lama di Kota Surabaya. Contoh pernyataan
responden berikut memperkuat temuan itu. “Dulu
sebelum ada kampung wisata, masih jarang orang
mengetahui dan menaruh perhatian pada kampung
Maspati. Sekarang kalau ada yang tanya alamat saya
dimana, dan saya bilang kampung Lawas Maspati meraka
langsung tahu. Menjadi kebanggaan tersendiri, punya
rumah disini.” (in depth interview, peneliti 2017). Aspek
positive dalam place identity ini erat kaitannya dengan
aspek personal identity yang direpresentasikan oleh
warga kampung Maspati yang merasa bangga tinggal di
kampung ini karena memiliki identity area (karakter yang
unik dibandingkan kampung lain) dengan karakter yang
kuat sebagai Kampung Lawas Maspati. Karakter unik
kampung tersebut terlihat dari sebagian besar bangunan
perumahan kampung masih merupakan bangunan lama
yang mencirikan rumah kolonial serta kampung Maspati
terletak di kecamatan Bubutan yang suasana dan
lingkungannya sangat kental dengan suasana kota lama
Surabaya. Hal ini juga didukung dengan sikap
masyarakat yang masih memegang dan melestarikan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 429


berbagai kebudayaan tradisional dalam kegiatan sehari-
hari (gotong royong, arisan, permainan tradisional,
jajanan traditional, dan sebagainya).

Gambar 3. Berbagai kegiatan kampung yang masih


melestarikan kebudayaan tradisional

Place dependence adalah koneksi fungsional spesifik


terhadap koneksi fisik individu terhadap sebuah setting;
sebagai contoh, gambaran sejauh mana tingkat setting
fisik dapat mendukung aktifitas pengguna (William &
Vaske, 2003). Untuk kasus kampung Maspati, pada
awalnya masyarakat tidak setuju adanya pengembangan
kampung menjadi tujuan wisata, namun ketika
pengembangan sudah dilaksanakan dan cukup berhasil
masyarakat mulai menerima dan mendukung program
tersebut. “Dulu banyak orang yang tidak setuju, sekitar
80% penghuni kampong tidak setuju. Dari yang tidak
setuju itu banyak dari kalangan anak muda. Tapi setelah
Maspati sekarang terkenal, masyarakat mulai berbalik
menjadi setuju. Mereka yang setuju menjadi 80%, yang
tidak setuju paling sekitar 20% saja” (in depth interview,

430 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
2017). Aspek adapasi dan keterlibatan partisipasi
masyarakat menjadi penting dalam pengembangan
sebuah kampung untuk menjadi lebih baik dan
livable.Hal itu terbukti dalam kasus Kampung Lawas
Maspati ini. “Dulu banyak yang tidak setuju karena
awalnya pengurus kampung bersikap kaku, tidak terlalu
demokratis dalam pengambilan keputusan. Pada awalnya
masih belum banyak warga yang terlibat di
pembangunan kampung. Tapi lama kelamaan, warga
makin banyak yang diajak dan dirangkul sehingga
tergerak untuk berpartisipasi dalam pengembangan” (in
depth interview, 2017).
Dari kedua faktor sebelumnya, place identity dan place
dependence dapat dilihat bahwa keduanya memberi
pengaruh pada kualitas place satisfaction yang
berhubungan dengan kenyamanan dan keamanan
masyarakat terhadap perubahan kampung sebagai
lingkungan tempat tinggal (Ujang (2010). Faktor place
satisfaction masyarakat meningkat karena adanya
pengembangan kampung Maspati menjadi kampung
wisata yang kemudian dilakukan berbagai perbaikan fisik
kampung yang di dukung oleh partisipasi warga. Kondisi
fisik kampung Maspati meningkat menjadi lebih teduh
dan asri dengan adanya program Green and Clean yang
aktif digalakkan semenjak tahun 2014 seiring dengan
pembangunan kampung wisata. Lingkungan kampung
yang asri dan teduh membuat warga kampung lebih aktif
menggunakan ruang publik (gang kampung) untuk

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 431


melakukan berbagai aktifitas. Sebagai kampung wisata,
warga kampung juga sudah mulai terbiasa dan
beradaptasi dengan adanya tamu atau pendatang,
wisatawan dari luar, dan mereka tidak merasa terganggu
privacy nya. “Awalnya kami cukup terganggu, tapi lama
kelamaan sudah terbiasa” kata seorang warga. (in depth
interview, 2017). Dalam analisa aspek place satisfaction
didapatkan pula temuan bahwa masyarakat merasa lebih
aman dari tindak kejahatan terutama pencurian (security).
Hal ini terjadi karena pengawasan oleh tetangga semakin
meningkat dan pada saat malam hari piket ronda malam
digalakkan kembali seiring dengan pengembangan
kampung dan aktivitas kampung yang bertambah, yakni
menjadi tujuan wisata.

Gambar 4. Suasana kampung yang asri dan teduh


memberikan kenyamana dan keamanan masyarakat Maspati

Social bonding adalah perasaan memiliki (feelings of


belongingness) atau keikutsertaan dalam suatu
kelompok, seperti tetangga dan keluarga, seperti koneksi
emosional berbasis sejarah bersama, minat bersama, dan
tujuan bersama (Kals et al, 1999; Clayton, 2003; Schultz;

432 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
2001; Scutz, 2004). Dalam hal ini terlihat aspek belonging
to volunteer group meningkat dengan semakin aktifnya
warga kampung terlibat dalam kegiatan kampung lawas
Maspati. Keterlibatan ini meliputi berbagai kegiatan
sukarela untuk pengembangan wisata, antara lain: rapat
kampung, arisan, PKK, dan kegiatan sosial lainnya. Faktor
social bonding juga berkaitan dengan aspek connect to
neighborhood, yang dengan adanya pengembangan
kampung wisata, hubungan antar tetangga meningkat
menjadi lebih baik. Hubungan antar tetangga ini
mempengaruhi peningkatan intensitas aktifitas yang
terjadi di ruang publik. Dalam hal ini, interaksi antar
masyarakat dengan pihak luar juga di bantu teknologi
informasi melalui sosial media antara lain facebook,
instagram dan whatsapp. Media whatsapp digunakan
untuk forum organisasi kampung di mana warga
kampung bisa menginformasikan apabila ada tamu,
saran, keluhan, ataupun ide pembaharuan yang ditujukan
untuk mengembangkan kampung menjadi lebih baik.
Sedangkan media facebook dan instagram digunakan
warga kampung untuk menginformasikan atau
memposting kegiatan-kegiatan yang terjadi di kampung
Maspati dan sebagai wahana informasi, saran dan pesan
bagi para wisatawan baik dalam atau luar negeri yang
telah mengunjungi Maspati.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 433


Gambar 5. Media sosial dipergunakan untuk aspirasi warga
dan promosi kampung kepada pihak luar.

Aspek meaning sense of place yang terakhir adalah


nature bonding. Nature bonding adalah koneksi implisit
dan eksplisit terhadap beberapa bagian dari lingkungan,
berbasis sejarah, respon emosional atau representasi
kognitif (Kals et al, 1999; Clayton, 2003; Schultz; 2001;
Scutz, 2004). Aspek nature bonding yang mengalami

434 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
peningkatan adalah attached to environment, dimana
masyarakat merasa betah untuk tinggal di kampung
Maspati karena suasana kampung yang masih
mempertahankan bangunan lawas dan kegiatan
tradisional. Adanya pengembangan kampung menjadi
tujuan wisata, bangunan lawas kampung dijadikan
sebagai salah satu ikon yang dipromosikan sebagai
identitas kampung lawas Maspati. Bangunan lawas
dijadikan sebagai cagar budaya kampung yang juga
mendapatkan perhatian dan pendanaan khusus dari
pemerintah dan CSR dari berbagai pihak, untuk
perawatan dan perbaikan kualitas mulai dari pengecatan,
renovasi material, sampai peningkatan kualitas estetika.
Rumah masyarakatpun masih banyak yang
mempertahankan keasliannya, walaupun banyak warga
kampung yang mengaku kesulitan dalam hal perawatan
bangunan lawas (Gambar 6). Perawatan bangunan lawas
cukup memakan biaya karena material yang sudah tua
dan perlu adanya renovasi karena banyak permasalahan
seperti kebocoran ataupun kelapukan kayu. Aspek
lainnya relax spending time in environment terlihat dari
persepsi masyarakat kampung terhadap keberadaan
gang di kampung Maspati yang dapat mewadahi
keragaman aktifitas sosial masyarakat sepanjang hari.
Warga dapat menggunakan gang kampung sebagai
tempat berjalan, berinteraksi, bermain, berkumpul,
ataupun mengamati lingkungan sekitarnya. Semua
kegiatan ini dapat membentuk urban life yang memiliki

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 435


dampak signifikan terhadap lingkungan dan komunitas
sosial budaya (Jacob, 1993).

Gambar 6. Rumah-rumah lama yang masih dipertahankan


keasliannya dan menjadi daya tarik wisatawan

Faktor keterikatan dan pemaknaan kampung yang


positif menjadi aspek penting bagi masyarakat kampung
dalam menumbuhkan kesadaran untuk tetap menjaga
dan mengembangkan kampungnya agar menjadi lebih
baik, nyaman dan aman. Dalam kasus kampung Maspati,
pengembangan kampung masih belum mengadopsi
konsep smart city, namun persepsi (place attachment)
masyarakat dan partisipasi masyarakat menjadi media
penting/milestone untuk mendukung representatif smart
society dalam konsep smart city. Menurut Kummitha &
Crutzen (2017) terdapat dua pendekatan implementasi
pada konsep smart city, yaitu the technology driven
method (TDM) dan the human driven method (HDM). Dari
kedua pendekatan ini, muncul empat sudut pandang
pemikiran (3RC) tentang smart city, yaitu Restrictive,
Reflective, Rationalistic and Critical schools. Pemikiran
Restrictive menyatakan pentingnya teknologi ICT untuk

436 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
menunjang berbagai aktivitas di perkotaan dalam
meningkatkan standar kualitas hidup. Pemikiran
Reflective berpendapat bahwa teknologi
mengembangkan sumber daya manusia, dan selanjutnya
meningkatkan kemampuan masyarakat kota untuk
berinovasi dan berpartisipasi dalam pembangunan dan
kemudian memecahkan masalah utama untuk
menciptakan kebaikan bersama secara kolektif
(Angelidou, 2015 dalam Kummitha & Critzen, 2017).
Pemikiran ini, yang merupakan gagasan pertama kali
dalam mendukung teknologi dan kapital manusia
seharusnya diusung bersama untuk meningkatkan
pendekatan berbasis teknologi, Pemikiran Rationalistic
muncul merespon kegagalan dari dua pemikiran
sebelumnya yang berpendapat bahwa smart city perlu
lebih mefokuskan pada manusia dan kemampuan
mereka dan tidak hanya berkonsetrasi seputar ICT atau
teknologi. Mereka berpendapat bahwa pembangunan
smart city berbasis komunitas akan menghasilkan kreasi
dan penggunaan aktif terhadap teknologi. Lebih lanjut
lagi, pengetahuan masyarakat atau pengguna lah yang
menjadikan teknologi akan berperan lebih tepat pada
konteks sosial tertentu (Orlikowski, 1992, 2000 dalam
Kummitha & Critzen, 2017). Sedangkan pemikiran
terakhir yaitu Critical schools of thought muncul akibat
peningkatan ketidakpuasan konsep smart city dan
praktiknya. Mereka merasa skeptik tentang bagaimana
smart city akan direncanakan, siapa yang merencanakan
dan ide siapa untuk membangun sebuah kota menjadi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 437


smart city. Hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan
smart city lebih fokus pada pembangunan berbasis top-
down dan gagal mempromosikan pembangunan berbasis
bottom-up. Dari keempat pemikiran tersebut, kasus
kampung Maspati merupakah salah satu contoh yang
menunjukkan argumen pemikiran critical though teruji
karena semula pengembangan dan perbaikan kampung
Maspati belum mengadopsi konsep smart city, namun
dalam perjalanannya, pengembangan kampung tersebut
menggunakan teknologi (ICT) dan media sosial sebagai
promosi dan keberlanjutan kampung. Dengan
peningkatan modal sosial dan pembangunan lingkungan
fisik kampung berbasis partisipasi masyarakat, kampung
Maspati menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah
permukiman kota dapat berkembang dan meningkat
kualitas kehidupannya ditengah-tengah perkembangan
teknologi dan globalisasi. Kampung Maspati merespon
perkembangan tersebut di mulai dengan mengusung
inisiatif yang kreatif sebagai tujuan wisata kampung lama
yang tetap mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dan
suasana tradisional serta bangunan perumahan kolonial.
Agar perkembangan kampung tetap berkelanjutan, maka
partisipasi warga perlu makin digalakkan di dukung
dengan penggunaan teknologi (ICT) dan media sosial
sebagai alat komunikasi, interaksi dan promosi baik
sesama warga ataupun kepada pihak luar. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa perkembangan konsep
smart city saat ini sangat penting untuk dapat
mengintegrasikan modal manusia (smart society/people)

438 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup (smart
living) baik dalam aspek politik, ekonomi sosial, kultural
dan pembangunan urban. Argumen ini mendukung
pentingnya penelitian modal sosial manusia terutama
pada aspek persepsi „sense of place‟ masyarakat terhadap
sebuah lingkungan permukiman (kampung) menjadi
salah satu media representatif dari aspek smart society
pada konsep smart city.

Daftar Pustaka
Annala Mikko (2016) UN Habitat III: Smart city evolution will transform
consumers into active co-designers of the city | Demos Helsinki.
19-10-2016. Url:
https://www.demoshelsinki.fi/en/2016/10/19/uns-habitat-iii-next-
smart-city-evolution-will-transform-consumers-into-active-co-
designers-of-the-city/
Clayton, S. (2003). Environmental Identity: A Conceptual and an
Operational Definition. In S. Clayton & S. Opotow (Eds.), Identity
and the natural environment: The psychological significance of
nature (pp. 45-65). Cambridge, MA, US: MIT Press.
Groat, Linda, Wang, David (2013) Architectural Research Methods.
Second Edition. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc
Hummon DM (1992) Community Attachment: Local Sentiment
&Sense of place. New York:
Jacobs, A. (1999). Great streets. Mass: MIT Press.
Kals, E., Schumacher, D., & Montada, L. (1999). Emotional affinity
toward nature as a motivational basis to protect nature.
Environment and Behavior, 31(2), 178-202.
Kummitha, Rama Krishna Reddy, Crutzen, Nathalie (2017) How do we
understand smart cities? An Evolutionary perspective. Cities. 67,
43-53. Elsevier.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 439


Proshansky HM, Fabian AK, & Kaminoff R (1983) Placeidentity:
Physical world socialization of the self. Journal of Environmental
Psychology 3, 57–83
Ramadhani, Annisa Nur (2018) Pengaruh Pengembangan Kampung
Wisata terhadap Sense of Place Masyarakat. Studi Kasus :
Kampung Maspati, Surabaya. Departemen Arsitektur. FADP. ITS.
Unpublished thesis.
Ramadhani, Faqih, Hayati (2018b) Inhabitant‟s Sense of Place in the
Context of Tourism Kampung. Architecture&ENVIRONMENT Vol.
17, No. 2, Oct 2018: 151-168. Department of Architecture. FADP.
ITS. Url:
http://iptek.its.ac.id/index.php/joae/article/view/3894/3137
Schultz, P. W., Shriver, C., Tabanico, J. J., & Khazian, A. M. (2004).
Implicit connec-tions with nature. Journal of Environmental
Psychology, 24(1), 31e42. Retrieved from
http://www.sciencedirect.com/science/article/B6WJ8-48XD4H5-
1/2/6deac88664a7a952a46c2c558da1f295.
Schultz, P. W., (2001). The Structure of Environmental Concern: Concern
for Self, Other People, and the Biosphere. Journal of
Environmental Psychology Volume 21, Issue 4, December 2001,
Pages 327-339
Ujang, N., 2008. Place Attachment Towards Shopping District in Kuala
Lumpur City Centre. Universiti Peutra Malaysia. Unpublished
Theses Degree of Doctor of Philosophy
UN Habitat (2015) Draft paper: HABITAT III ISSUE PAPERS21 – SMART
CITIES. New York 31 Mei 2015. Url:
http://webdosya.csb.gov.tr/csb/dokumanlar/mpgm0023.pdf
Williams, D. R., & Vaske, J. J. (2003). The measurement of place
attachment: validity and generalizability of a psychometric
approach. Forest Science, 49(6).

Penulis
Dr. Arina Hayati, S.T., M.T. adalah dosen tetap Departemen
Arsitektur, Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan (FADP), ITS.
Penulis telah melakukan berbagai penelitian dengan topik

440 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
environment behavior study, inclusive design,
universal design dan smart city. Hasil
penelitian telah dipublikasikan di jurnal
nasional/internasional, konferensi/seminar
serta forum-forum diskusi baik nasional dan
internasional. Penulis telah diundang sebagai
keynote speaker dan menyajikan topik-topik
tentang inclusive city dan smart city di forum
internasional termasuk Habitat III di Quito, Ecuador di tahun 2016 dan
WUF9 di Kuala Lumpur Malaysia di tahun 2018.

Muhammad Faqih, Ir., MSA., Ph.D. adalah


dosen Departemen Arsitektur, ITS dengan bidang
penelitian: Architecture/Culture and Built
Environment, Housing and Human Settlement
Studies.

Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc. adalah


dosen Departemen Arsitektur, ITS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 441


KAMPUNG LITERASI ITS: PENGEMBANGAN
LITERASI DIGITAL MASYARAKAT SEBAGAI
FAKTOR PENDUKUNG SUKSESNYA
SMART CITY 2.0

Gita Widi Bhawika S.ST., M.MT.


Dr. Kartika Nuswantara, M.Pd.

Kota Surabaya meraih penghargaan sebagai kota


cerdas (smart city) pada Penganugerahan Rating Kota
Cerdas Indonesia 2017. Ajang dua tahunan ini
menggunakan berbagai indikator, seperti penerapan e-
government, indeks kualitas hidup, persepsi masyarakat,
inovasi kota, dll (Smart City & Community Innovation
Center, 2018). Prestasi tersebut tak lepas dari upaya
Pemerintah Kota Surabaya dalam mengembangkan e-
government, seperti e-Education, e-Health, e-SDM, e-
Dishub, e-Monitoring, sistem pengelolaan keuangan
daerah, Pajak Online, e-Permit, e-Office, Sistem Siaga
Bencana 112, Simprolamas (Sistem Informasi Program
Layanan Masyarakat), dan Media Center (Humas
Pemerintah Kota Surabaya, 2018). Namun, apakah
berbagai fasilitas tersebut dapat diimbangi oleh
pemanfaatan yang maksimal oleh masyarakatnya?

Peran Masyarakat dalam Konsep Smart City


Menurut Manville et al. (2014), smart city didefinisikan
sebagai tempat dimana jaringan dan servis tradisional
dibuat menjadi lebih efisien dengan penggunaan

442 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
teknologi telekomunikasi dan digital untuk kepentingan
masyarakat dan bisnis. Giffinger, Fertner, Kramar, &
Meijers (2007) mengkategorisasikan smart city menjadi
enam dimensi, yaitu smart governance, smart people,
smart environment, smart economy, smart mobility dan
smart living. Oleh sebab itu, dimensi smart people
menjadi salah satu dimensi penting dalam konsep smart
city.
Trencher (2018) mengemukakan konsep mengenai
Smart City 2.0, dimana tujuan atau visi dari smart city
tidak berpusat pada teknologi dan ekonomi, melainkan
berpusat pada manusia, tata kelola, dan peraturan. Smart
City 1.0 berorientasi pada teknologi untuk menciptakan
kota yang canggih. Sehingga masyarakat harus
termotivasi untuk menggunakan teknologi agar
mendapatkan manfaat dari smart system yang
diimplementasikan pada smart city (Kumar, Singh, Gupta,
& Madaan, 2018). Masyarakat berperan sebagai
pengguna dari smart system (Trencher, 2018). Pada Smart
City 2.0, pemanfaatan teknologi difokuskan untuk
menyelesaikan masalah sosial, memenuhi kebutuhan
masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan servis publik (Trencher, 2018). Hal ini
membuka peluang untuk mempertimbangkan peran
potensial dari kecerdasan (masyarakat) untuk
memecahkan masalah sosial dan meningkatkan taraf
hidup perkotaan (Trencher, 2018) dengan pemanfaatan
teknologi. Dalam hal ini, masyarakat berperan aktif
menjadi kontributor dalam memecahkan masalah

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 443


perkotaan (Trencher, 2018). Baik dari sudut pandang
Smart City 1.0 maupun Smart City 2.0, peran masyarakat
sangatlah penting. Intinya masyarakat harus “melek”
teknologi, paham dan dapat menggunakannya demi
kesuksesan implementasi smart city. Untuk mencapai hal
tersebut, maka literasi digital masyarakat perlu
ditingkatkan.

Literasi Digital sebagai Fondasi Utilisasi Peran


Masyarakat dalam Smart City
Literasi bangsa Indonesia sangatlah rendah. Hal ini
diindikasikan dari World‟s Most Literate Nations Ranked,
Indonesia meraih peringkat 60 dari 61 negara (Miller,
2016). Sementara itu, pada The Programme for
International Student Assessment (PISA) 2015, Indonesia
menempati urutan ke-64 dari 72 negara (OECD, 2018).
Kemampuan literasi haruslah ditingkatkan, karena tingkat
literasi bangsa berkorelasi positif dengan kualitas hidup
dan kemajuan bangsa (Tim GLN Kemendikbud, 2017).
Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia memprakarsai Gerakan
Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini merupakan usaha
meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan
gerakan literasi dengan meningkatkan keterlibatan punlik
dengan mengerahkan seluruh potensi untuk
menumbuhkembangkan budaya literasi Indonesia (Tim
GLN Kemendikbud, 2017). GLN berprinsip
berkesinambungan, terintegrasi, dan melibatkan semua
pemangku kepentingan dengan lingkup di lingkungan

444 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Berdasarkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), literasi
diklasifikasikan menjadi enam, yaitu literasi baca tulis,
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi
finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.
Dalam konteks smart city, kemampuan literasi yang
dibutuhkan untuk dikuasai oleh masyarakat adalah
literasi digital. Tentu saja sebelum mempelajari literasi
digital tersebut, masyarakat harus sudah menguasai
literasi dasar, yaitu literasi baca tulis.
Literasi digital merupakan pengetahuan dan
kemampuan untuk memanfaatkan alat Komunikasi,
media digital, dan/atau jaringan untuk menemukan,
membuat, mengevaluasi, menyebarkan informasi serta
memanfaatkannya dengan bijak, teliti, cerdas, sehat,
tepat, dan patuh hukum dalam rangka interaksi dan
Komunikasi sehari-hari (Tim GLN Kemendikbud, 2017).
Kegiatan literasi digital mencakup keterampilan
penggunaan media digital dengan bijak beretika, dan
bertanggungjawab, dalam hal ini harus disertai dengan
pemikiran kritis dan kreatif terhadap informasi yang ada.
Sehingga, aspek yang perlu dipelajari dan dipahami
adalah dasar komputer, penggunaan internet, program
produktif, keamanan, gaya hidup, dan kewirausahaan
digital (Tim GLN Kemendikbud, 2017).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 445


Kampung Literasi Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Menurut Axelsson & Granath, (2018), universitas
memiliki peran dalam upaya mendukung proyek smart
city. Peran tersebut antara lain adalah kolaborasi dengan
masyarakat sekitar. Selain itu, universitas dapat dilihat
sebagai mitra kreatif baik dalam proses maupun dalam
hasilnya, misalnya sebagai penerapan hasil penelitian.
Untuk mendukung GLN yang diusung oleh
pemerintah sekaligus juga untuk mengimplementasikan
peran universitas untuk mendukung program smart city,
Kampung Literasi ITS diinisiasikan oleh civitas akademika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang
memiliki minat bersama dalam upaya meningkatkan
angka literasi bagi masyarakat di sekitar kampus.
Kegiatan Kampung Literasi yang dilaksanakan pada
tahun 2018 yang berpusat pada lima Taman Baca
Masyarakat (TBM). (Nuswantara, dkk, 2019). Kegiatan ini
berjalan atas kerjasama Kampung Literasi ITS, Pusat Studi
Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat ITS,
Perpustakaan ITS, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya, Petugas TBM, Lurah, Ketua RW, Kepala
Sekolah, dan masyarakat setempat. Strategi peningkatan
kemampuan literasi berfokus pada literasi baca tulis
untuk anak usia sekolah dasar. Untuk itu, Kampung
Literasi membutuhkan buku sebagai materi pengajaran,
yang didapatkan dari donasi civitas akademika ITS
(Gambar 1). Selain itu, kegiatan juga diperkaya dengan

446 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
aktivitas revitalisasi TBM, yang selaras dengan semangat
Smart City 1.0 dalam pembangunan infrastruktur.

Gambar 1. Pengumuman Donasi Buku di Lingkungan ITS


(Nuswantara et al., 2019)

Kegiatan peningkatan kemampuan literasi yang telah


dilakukan antara lain kegiatan belajar membaca nyaring,
bercerita, menulis cerita, dan keterampilan membuat
majalah dinding (Gambar 2). Hasil tulisan peserta juga
dilombakan. Tulisan yang terpilih diterbitkan dalam buku.
Kegiatan ini diakhiri dengan pameran Kampung Literasi
ITS yang berisi pameran poster (Gambar 3), bedah buku,
dan pengumuman pemenang lomba tulis yang
diserahkan langsung oleh Rektor ITS (Gambar 4).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 447


Gambar 13 Aktivitas Peningkatan Kemampuan Literasi Baca
Tulis (Nuswantara et al., 2019)

448 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 14 Pameran Kampung Literasi ITS (Nuswantara et al.,
2019)

Gambar 15 Penyerahan Hadiah kepada Pemenang Lomba


Menulis Cerita Pendek Kampung Literasi ITS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 449


Kampung Literasi ITS berinisiatif melanjutkan
kegiatannya agar berkelanjutan. Setelah kegiatan
peningkatan literasi dasar (baca tulis) dilaksanakan, maka
perlu ada kelanjutannya. Kegiatan literasi yang berkaitan
erat dengan upaya mendukung smart city adalah literasi
digital. Kampung Literasi ITS berinisiatif melaksanakan
pengembangan literasi digital dalam suatu wadah
Community Learning Center (CLC). Kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu pelatihan internet sehat, termasuk
bagaimana memanfaatkan internet untuk dapat
mengakses e-government yang telah disediakan
pemerintah. Selain itu, pelatihan crowdfunding juga
dilaksanakan, sebagai salah satu jalan masyarakat agar
dapat mengakses dana dari berbagai pihak untuk dapat
menyelesaikan masalah finansialnya secara mandiri, misal
untuk modal usaha. Kedua hal tersebut merupakan
upaya agar masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas dan
infrastruktur berbasis teknologi dalam kerangka Smart
City 2.0.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menerapkan indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan literasi digital di lingkungan masyarakat
dalam Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Kampung
Literasi ITS menyesuaikan indikator tersebut pada
kegiatan peningkatan literasi digital, yang tercantum
pada Tabel 1.

450 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Tabel 1 Rencana Kegiatan Peningkatan Kemampuan Literasi
Digital Kampung Literasi ITS berdasarkan Indikator dari Gerakan
Literasi Nasional (Tim GLN Kemendikbud, 2017)
No Indikator Rencana Kegiatan
1. Jumlah dan variasi bahan Pencarian dan pengumpulan
bacaan literasi digital yang sumber bacaan elektronik,
dimiliki fasilitas publik. terutama yang bersifat open
access.
2. Frekuensi membaca bahan Mentoring dan monitoring
bacaan literasi digital setiap kemajuan bacaan digital
hari. melalui CLC secara periodik.
3. Jumlah bahan bacaan literasi Mentoring dan monitoring
digital yang dibaca oleh kemajuan bacaan digital
masyarakat setiap hari. melalui CLC secara periodik.
4. Jumlah partisipasi aktif Pengadaan kegiatan
komunitas, lembaga, atau penggalangan dana/donasi
instansi dalam penyediaan sumber bacaan digital yang
bahan bacaan literasi digital. berbayar maupun yang gratis
yang melibatkan berbagai
komunitas.
5. Jumlah fasilitas publik yang Penguatan TBM agar dapat
mendukung literasi digital. mendukung akses sumber
bacaan digital.
6. Jumlah kegiatan literasi Pengadaan pelatihan literasi
digital yang ada di digital oleh Kampung Literasi
masyarakat. ITS.
7. Tingkat partisipasi aktif Pengadaan pelatihan literasi
masyarakat dalam kegiatan digital oleh Kampung Literasi
literasi digital. ITS dan survey.
8. Jumlah pelatihan literasi Pengadaan pelatihan literasi
digital yang aplikatif dan digital oleh Kampung Literasi
berdampak pada masyarakat. ITS.
9. Tingkat pemanfaatan media Survey akhir kegiatan Literasi
digital dan internet dalam Digital di wilayah pelaksanaan
memberikan akses informasi Kampung Literasi ITS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 451


No Indikator Rencana Kegiatan
dan layanan publik.
10. Tingkat pemahaman Pengadaan pre-test dan post-
masyarakat terkait test tentang UU ITE pada
penggunaan internet dan pelatihan literasi digital oleh
Undang-undang Informasi Kampung Literasi ITS.
dan Transaksi Elektronik (UU
ITE).
11. Angka ketersediaan akses Survey akhir kegiatan Literasi
dan pengguna (melek) Digital di wilayah pelaksanaan
internet di suatu daerah. Kampung Literasi ITS.
12. Jumlah pelatihan literasi Pengadaan pelatihan literasi
digital yang aplikatif dan digital oleh Kampung Literasi
berdampak pada masyarakat. ITS.

Dengan implementasi kegiatan peningkatan literasi


digital kepada masyarakat ini, diharapkan masyarakat
dapat menggunakan dan memanfaatkan infrastruktur
smart city yang telah disediakan oleh pemerintah (e-
government) serta dapat merasakan berbagai
kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan sehari-
hari sebagai masyarakat perkotaan dengan
memanfaatkan teknologi informasi.

Daftar Pustaka
Axelsson, K., & Granath, M. (2018). Stakeholders ‟ stake and relation to
smartness in smart city development : Insights from a Swedish city
planning project ☆. Government Information Quarterly,
(September), 0–1. https://doi.org/10.1016/j.giq.2018.09.001
Giffinger, R., Fertner, C., Kramar, H., & Meijers, E. (2007). City-ranking
of European Medium-Sized Cities. Retrieved from
http://www.smart-cities.eu/download/city_ranking_final.pdf

452 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Humas Pemerintah Kota Surabaya. (2018). Pelopori e-Government,
Pemkot Surabaya Sudah Ciptakan Ratusan Aplikasi. Retrieved
January 4, 2019, from
https://humas.surabaya.go.id/2018/04/05/pelopori-e-
government-pemkot-surabaya-sudah-ciptakan-ratusan-aplikasi/
Kumar, H., Singh, M. K., Gupta, M. P., & Madaan, J. (2018).
Technological Forecasting & Social Change Moving towards smart
cities : Solutions that lead to the Smart City Transformation
Framework. Technological Forecasting & Social Change, (April), 1–
16. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2018.04.024
Manville, C., Gavin Cochrane, J. C., Millard, J., Pederson, J. K., Thaarup,
R. K., Liebe, A., … Kotterink, B. (2014). Mapping smart cities in the
EU. Retrieved from
https://www.rand.org/pubs/external_publications/EP50486.html
Miller, J. W. (2016). WORLD‟S MOST LITERATE NATIONS RANKED.
Connecticut. Retrieved from
http://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data
Nuswantara, K., Savitri, E. D., Wikananda, N. G. M. R., Hermanto, &
Bhawika, G. W. (2019). “KAMPUNG LITERASI ITS” SEBAGAI MODEL
PENGEMBANGAN LITERASI DI TBM, 1–14.
OECD. (2018). PISA 2015: Results in focus. Pisa 2015, (67), 16.
https://doi.org/10.1787/9789264266490-en
Smart City & Community Innovation Center. (2018). Hasil Rating Kota
Cerdas Indonesia 2017. Retrieved January 4, 2019, from
http://www.sccic.id/news/hasil-rating-kota-cerdas-indonesia-
2017/
Tim GLN Kemendikbud. (2017). Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional.
(L. A. Mayani, Ed.). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Retrieved from
http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-
content/uploads/2017/08/peta-jalan-gln_rev.pdf
Trencher, G. (2018). Towards the smart city 2.0: Empirical evidence of
using smartness as a tool for tackling social challenges.
Technological Forecasting & Social Change.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2018.07.033

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 453


Penulis
Gita Widi Bhawika, S.ST., M.MT.,
merupakan dosen di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) kelahiran
Balikpapan, 11 Desember 1988. Ia lulus
tahun 2010 dengan predikat cumlaude dari
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS,
Program Studi Teknik Elektronika,
Konsentrasi Teknik Mekatronika. Ia
melanjutkan pendidikannya di Program
Studi Magister Manajemen Teknologi ITS, bidang keahlian
Manajemen Industri dan lulus tahun 2013. Sebelum mengabdi di ITS,
ia pernah terlibat dan belajar di salah satu multinational company,
yaitu industri Fast-Moving Consumer Goods, mengenai Human
Machine Interface dan Supervisory Control and Data Acquisition. Saat
ini, ia menjadi Kepala Laboratorium Komputasi Bisnis, Departemen
Manajemen Teknologi ITS. Bidang yang ditekuni adalah Manajemen
Teknologi. Minatnya pada bidang inilah yang membawanya untuk
menggeluti pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
kapasitas literasi digital-teknologi (website) dan literasi finansial
berbasis teknologi (crowdfunding, e-money, dan e-payment) dalam
upaya mendukung smart society (Society 5.0) pada smart city. Ia juga
mengelola Open Journal System pada Jurnal Teknobisnis serta
menjadi reviewer pada International Seminar on Science and
Technology dan Jurnal Sosial Humaniora. Selain itu, ia juga terlibat
aktif sebagai pimpinan redaksi buletin Media Manajemen Teknologi,
koordinator pengelola website (its.ac.id/mt), dan sosial media di
Departemen Manajemen Teknologi ITS. Penulis dapat dihubungi pada
email: gita@mmt.its.ac.id.

Dr. Kartika Nuswantara, M.Pd menyelesaikan


pendidikan Doktoral di Universitas Negeri Malang di
bidang pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2008.
Dan menjadi pengajar Mata Kuliah Umum Bahasa
Inggris di ITS sejak tahun 2005.Kecintaanya di bidang

454 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) telah
menghantarkannya untuk mengajarkan bahasa Indonesia ke Southern
Cross University di Lismore New South Wales Australia pada tahun
2011 melalui Program SAME Reguler; dan tahun 2016 melalui
program SAME BIPA, berkesempatan kembali mengajar Bahasa
Indonesia di Kalingga Institute of Social Science (KISS) di Bhubaneswar
India. Pada saat ini sedang mengembangkan sebuah Aplikasi Mobile
yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran Bahasa Inggris
khususnya untuk meningkatkan pengetahuan pembelajar tentang
pemakaian Konjungsi Bahasa Inggris. Aplikasi yang diberi nama
“Conji”diharapkan dapat dipatenkan dan diterima sebagai salah satu
karya di bidang ICT dalam pembelajaran Bahasa. Disamping
penelitian, di bidang pengabdian, literasi menjadi topik yang paling
disukai. Pada dua tahun terakhir, kegiatan pengabdian yang
dilaksanakna untuk menguatkan kemapuan baca dan tulis anak dan
remaja dari kalangan masyarakat kota dengan penghasilan rendah.
Dari kegiatan tersebut telah dihasilkan 3 buku antologi cerita pendek
yang kini menjadi koleksi Taman Baca Masyarakat di Surabaya.
Beberapa artikel telah ditulis dan dipublikasikan untuk mendukung
diseminasi hasil pengabdian tersebut. Pada tahun yang akan datang,
literasi digarap lebih serius dengan memberdayakan masyarakat
miskin perkotaan di wilayah perkampungan nelayan di Surabaya
Utara. Penulis dapat dihubungi di kartikanuswantara.its@gmail.com

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 455


MENGHADAPI TANTANGAN INDUSTRI 4.0
DENGAN MENINGKATKAN UTILITAS
TAMAN BACA MASYARAKAT (TBM)
DI KOTA SURABAYA MENJADI
COMMUNITY LEARNING CENTER (CLC)
BERBASIS LITERASI DIGITAL

Dr. Kartika Nuswantara, M.Pd.


Gita Widi Bhawika, S.ST., M.MT.

Sebuah Pemikiran Menjawab Tantangan Industri 4.0


Revolusi industri 3.0 merupakan fase penting
diawalinya debut internet yang kemudian merambah
perannya untuk mengendalikan setiap lini kehidupan
manusia modern. Perkembangan yang terus menerus
dan berkesinambungan menjadikan internet sebagai otak
dari sebuah konsep yang diberi nama “pabrik pintar”
(smart factory) yang menandai lahirnya revolusi industri
4.0 (Morrar & Arman, 2017). Pabrik pintar akan segera
mengambil alih peran pabrik konvensional, sehingga
cukup dengan satu tombol klik, maka sumber daya
manusia harus bersaing dengan kecanggihan teknologi
internet. Internet of things (IoT) menjadi piranti yang
menjadikan sistem otomasi berjalan dan menggantikan
sistem kerja manusia dengan sistem terdigitalisasi serta
mempekerjakan robot yang memungkinkan setiap
pekerjaan produksi dalam pabrik lebih sempurna bila
dibandingkan hasil pekerjaan manual (Buhr, 2015).

456 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Digitalisasi, IoT, dan sistem pintar menjadi penyebab
terjadinya percepatan tercapainya perbaikan di berbagai
aspek kehidupan manusia (Friess & Ibanez, 2014;
Vermesan et al., 2014). Akan tetapi, pada saat yang sama
ini merupakan ancaman bagi banyaknya tenaga kerja kita
yang harus bersiap kehilangan pekerjaannya. Taruhlah
salah satu contohnya, sekarang kita masih membutuhkan
tenaga sekuriti untuk menjaga keamanan kantor atau
mungkin rumah kita. Hal ini akan segera tergeser dengan
adanya jaringan Internet of Things (IoT). Tenaga sekuriti
cukup digantikan oleh CCTV yang dihubungkan dengan
jaringan IoT sehingga terhubung langsung dengan
ponsel kita sehingga kemanapun kita pergi, kantor atau
rumah tetap terawasi melalui layar ponsel. Secara
ekonomis, piranti ini lebih murah dibandingkan dengan
pemakaian tenaga sekuriti. Selain itu, era revolusi 4.0
ditandai juga dengan semakin berkembangnya Artificial
Intelligence (AI), yang telah melahirkan para ahli yang
telah dapat mewujudkan khayalan film Transformer
menjadi kenyataan dalam kehidupan nyata. Di Cina,
sebuah kantor berita milik Pemerintah, memperkenalkan
Qiu Hao sebagai robot pembaca berita yang mampu
mensimulasikan suara, gerakan wajah, dan gerak tubuh
manusia. Bahkan, robot ini mampu membaca berita
dengan bahasa Inggris selain bahasa Cina. Kelebihan lain
robot ini adalah kemampuannya bekerja tanpa mengenal
lelah. Dengan adanya robot yang diciptakan untuk
menggantikan tugas yang selama ini dilakukan oleh
manusia akan menggantikan fungsi ini, sehingga pada

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 457


saat yang sama mengancam pada peningkatan jumlah
tidak terserapnya tenaga kerja manusia. Dengan
demikian, inilah yang disebut dengan era disruptif yang
mengikuti perkembangan teknologi dalam revolusi
industri 4.0. Inovasi hasil perkembangan teknologi
menjadi sesuatu yang disruptif atau memusnahkan
(Fatmawati, 2018) bahwa inovasi menjadi penanda
keberhasilan industri 4.0 karena telah mengubah sesuatu
yang telah ada sustaining (bertahan) tanpa merevolusi
atau menyempurnakan inovasi tersebut, sehingga
bertambah tingkat utilitas dan nilainya. Dengan kata lain,
perkembangan teknologi dengan internet sebagai
ruhnya mampu mengendalikan dan mempercepat
perkembangan kehidupan perekonomian, akan tetapi
menuntut kesiapan digantikannya sumber daya manusia
dengan teknologi digital dan robotika.
IoT
Additive
Sales Manu-
Force facturin
g

Industry Simula-
Big Data
4.0 tion

Auto- Aug-
mated mented
Robot Reality
System
Integra-
tion

Gambar 1. Ilustrasi revolusi industri 4.0

458 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 1 menggambarkan dengan jelas bagaimana
industri 4.0 dikembangkan. Komponen-komponen
seperti IoT, automated robot, big data dan beberapa
komponen penting lainnya bersinergi membangun
sebuah konsep pintar (smart) seperti (smart city, smart
factory, atau smart knowledge). Muara dari semua
perkembangan teknologi tersebut adalah meningkatnya
tingkat perekonomian dan kehidupan masyarakat sebuah
negara. Akan tetapi resiko yang harus juga besar,
bertambahnya jumlah pengangguran akan berdampak
pada semakin lebarnya kesenjangan dalam masyarakat.
Dalam kenyataannya, industri 4.0 menjadi sebuah
ancaman bagi sebuah negara berkembang termasuk
Indonesia. Percepatan digitalisasi dan otomasi masih
memerlukan upaya keras sehingga tingkat kehidupan
dapat meningkat. Namun, bagaimana percepatan
digitalisasi ini terwujud apabila hingga beberapa tahun
yang lalu, tingkat literasi dasar masyarakat Indonesia
masih tergolong rendah. Misalkan, hasil-hasil survey
internasional seperti The Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) 2015 (Foy, 2017)
dan the Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS) 2016 (Foy et al., 2018) serta Program for
International Students Assessment (PISA) tahun 2015. Satu
lagi, sebuah organisasi internasional untuk Kerja Sama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD) telah yang
melaksanakan penilaian tiga tahunan atas budaya literasi
72 negara melalui PISA, melansir indeks membaca
menempati posisi yang paling lambat pertubuhannya,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 459


yaitu hanya naik satu poin: 396 pada 2012 dan 397 pada
2015 (OECD, 2018). Dengan kata lain masyarakat
Indonesia masih berada pada tingkat penguasaan literasi
dasar yang meliputi ketrampilan membaca, menulis, dan
menghitung (calistung). Sedangkan era 4.0
membutuhkan percepatan penguasaan digital untuk
menghasilkan perbaikan dan peningkatan di bidang
pembangunan berkelanjutan. Sehingga bila dilakukan
pembenahan, maka pembenahan harus bersifat simultan,
percepatan penguasaan literasi dasar dan sekaligus
literasi digital serta satu hal lagi adalah literasi finansial.
Gabungan ketiga literasi ini oleh penulis diasumsikan
sebagai satu paket literasi yang menjadi kebutuhan
mendesak.
‟There is also considerable agreement among scholars
that digital literacies that enable inclusion and
participation in an information and knowledge
communication platform are a key driver of sustainable
development in that, taken together, they form the basis of
a society that is able to learn and apply knowledge for
economic benefit” (Sharma, Fantin, Prabhu, Guan, &
Dattakumar, 2016). Yang penulis garis bawahi dari
kutipan tersebut adalah bahwasanya literasi digital telah
menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan untuk
mewujudkan pembanguan berkelanjutan. Masyarakat
harus dipersiapkan agar mampu menjadi pelaku dalam
proses pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam kenyataannya, sebagian masyarakat Indonesia
telah memiliki tingkat multiliterasi yang baik. Bagi

460 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kelompok masyarakat ini, literasi dasar, digital, teknologi,
media, big data bukan masalah yang berarti. Bahkan
sebagian telah siap menyongsong era disrupsi di era
industri 4.0. Akan tetapi sebagian yang lain adalah
masyarakat yang masih tergolong dalam kelompok
masyarakat miskin perkotaan, masyarakat dengan istilah
3T (terjauh, tertinggal, termiskin) atau kelompok
masyarakat pedesaan yang masih belum tersentuh oleh
berkembangnya teknologi.
Makalah ini ditulis sebagai upaya kontribusi terhadap
pertumbuhan literasi masyarakat kota Surabaya
khususnya kelompok masyarakat miskin perkotaan yang
tinggal di wilayah kota Surabaya. Permasalahan sosial
ekonomi yang dihadapi masyarakat miskin perkotaan
menjadi permasalahan dasar yang melatarbelakangi
rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan daya
konsumsinya. Salah satu cara menyelamatkan kelompok
masyarakat ini adalah dengan cara membantu
meningkatkan daya konsumsinya melalui upaya
pengentasan kemiskinan. Kewirausahaan dipandang oleh
berbagai peneliti sebagai salah satu upaya efektif
penegntasan kemiskinan masyarakat (Bhuiyan & Ivlevs
(2018); Wiguna & Manzilati (2014); Gurău & Dana
(2018)). Dalam kutipan Bhuiyan dan Ivlevs (1989):
Entrepreneurship has been long hailed as an important
tool to reduce poverty and promote economic growth in
developing countries (United Nations, 2004; World Bank,
2016b). Dalam penelitian yang dilakukannya di
Bangladesh, masyarakat yang hidup dalam lingkaran

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 461


garis kemiskinan diberdayakan melalui pengembangan
kewirausahaan yang dalam konteks Indonesia memiliki
kerangka yang sama seperti Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Dalam penelitiannya, Bhuiyan dan
Ivlevs mengukur tingkat korelasi keberhasilan UMKM di
lingkungan masyarakat miskin Bangladesh dengan sikap
positif masyarakat terhadap kemudahan akses kredit
perbankan yang diberikan terhadap pengembangan
usaha mereka. Dalam penelitian tersebut, disebutkan
bahwa kredit dana keras tersebut memberikan dampak
berbentuk tekanan mental karena masyarakat tertekan
dengan adanya kewajiban pembayaran dan kemampuan
mengelola profit usaha. Akan tetapi hal tersebut berbeda,
dengan pengusaha ibu-ibu rumah tangga yang memiliki
tingkat kepuasan terhadap upaya pinjaman lunak untuk
pengembangan usaha mereka. Ditambahkan oleh Ribes-
Giner, Moya-Clemente, Cervelló-Royo, & Perello-Marin
(2018), bahwa wanita memiliki tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi dalam mengelola dan mengendalikan usaha
domestiknya.
Berdasarkan fakta yang diperoleh dari hasil temuan
beberapa penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakat miskin
perkotaan yang meliputi beberapa langkah strategis.
Langkah awal adalah memanfaatkan usaha-usaha kecil
menengah yang telah eksisting untuk memperoleh
sekaligus memanfaatkan akses kredit perbankan yang
selama ini telah ada di Indonesia serta melibatkan

462 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
potensi ibu-ibu pengusaha tingkat domestik untuk
terlibat dalam pemberdayaan dan pengelolaan dana
keras tersebut. Dalam rangka melihat tingkat kesangkilan
dan fisibilitasnya, penulis merangkum gagasan ini dalam
sebuah kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
akan dilaksanakan pada tahun 2019 di wilayah Kedung
Cowek Surabaya.

Gagasan Strategis Pengembangan Clc Berbasis Digital


Di Tbm Wilayah Kelurahan Kedung Cowek
Kelurahan Kedung Cowek berlokasi di Kecamatan
Bulak Surabaya Timur yang secara geografis terbentang
di sepanjang tepi pantai Kenjeran Surabaya. Secara
demografis berdasarkan data registrasi tahun 2015,
masyarakat di wilayah ini didominasi oleh kelompok
masyarakat dengan penghasilan rendah dan menengah
yang mengandalkan hasil laut sebagai sumber
pendapatan mereka dan industri berskala kecil. Tingkat
pendidikan masyarakat juga relatif rendah. Sebanyak 36,6
persen penduduk di Kecamatan Bulak telah tamat SD,
27,6 persen penduduk berpendidikan SLTP, 23,6 persen
penduduk berpendidikan SLTA, 5,8 persen penduduk
berpendidikan Sarjana Muda, 5,9 persen penduduk
berpendidikan sarjana, dan 0,5 persen berpendidikan
pasca sarjana. Dengan demikian, masih lebih dari 50
persen masyarakat memiliki pendidikan terbatas pada
pendidikan dasar wajib (yaitu SD hingga SMA)
(Demografis, 2016).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 463


Gambar 2. Letak Geografis Kecamatan Bulak Surabaya Timur
( https://salamperencana.wordpress.com/2017/03/16/profil-wilayah-pesisir-kenjeran-surabaya/)

Berdasarkan data geografis dan demografis


masyarakat di wilayah kecamatan Bulak, maka dapat
dikategorikan bahwa wilayah ini merupakan potret dari
masyarakat miskin perkotaan. Kegiatan pengabdian
memilih lokasi ini karena kekhasan yang dimiliki oleh
masyarakat kelurahan ini. Wilayah Kedung Cowek
didominasi oleh masyarakat nelayan tradisional yang
menggantungkan kehidupannya dari hasil laut.
Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki menjadi
salah satu indikator rendahnya tingkat literasinya. Hal ini
menjadi tantangan bagi pemerintah kota Surabaya
khususnya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya yang memiliki tugas utama memperbaiki dan
meningkatkan tingkat literasi masyarakat kota.
Untuk mendukung berkembangnya tingkat literasi
masyarakat, maka pemerintah kota telah memfasilitasi
sebuah Taman Baca Masyarakat (TBM) yang dilengkapi
dengan koleksi buku yang diharapkan dapat menjadi
sumber informasi masyarakat. Dengan memanfaatkan

464 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
potensi wilayah ini, maka penulis menyusun sebuah
konsep yang mengintegrasikan literasi dan
entrepreneurship sebagai pondasi pembangunan sebuah
pusat pemelajaran masyarakat atau yang dikenal dengan
Community Learning Center (selanjutnya disingkat CLC).
Efektifitas pengembangan CLC telah dibuktikan oleh
beberapa peneliti terdahulu seperti (Asmin, 2017) dan
(Chang & Yoo, 2012). Asmin mempropagandakan CLC
untuk memberdayakan masyarakat di wilayah pesantren
PKBM Assolahiyah di Jawa Barat dan di negara
berkembang, yaitu Bangladesh. Sedangkan, Chang dan
Yoo mengembangkan penedekatan CLC di Bangladesh
dan telah memberikan kontribusi kepada masyarakat
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
isu-isu kemasyarakatan, berkembangnya lingkungan
penunjang pembangunan komunitas masyarakat,
propaganda pelatihan literasi untuk masyarakat miskin
dan pemberian akses untuk pemberdayaan SDM untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, penulis akan mengusung
konsep CLC yang terintegrasi dengan konsep multiliterasi
(yang salah satu diantaranya adalah literasi digital) dan
socio-entrepreneurship (Kewirausahaan masyarakat)
(gambar 3). Multiliterasi menawarkan pengalaman belajar
dan mendorong terjadinya proses pemerolehan
ketrampilan yang diperlukan oleh pembelajar sehingga
mereka siap untuk berpartisipasi dan mengambil peran
dalam perkembangan teknologi, berpikir kritis, dan
memiliki kemampuan bekerja dalam tim (Puteh-Behak &

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 465


Ismail, 2018) dan menurut temuan Puteh dan Ismail
tersebut, pendekatan multiliterasi memiliki potensi untuk
dikembangkan lebih jauh untuk menghadapi
perkembangan industri 4.0.
Berdasarkan survey kebutuhan masyarakat di wilayah
Kedungcowek, maka jenis literasi yang sesuai untuk
dikembangkan adalah literasi bahasa dan seni, literasi
finansial, literasi teknologi, dan literasi digital. Literasi
Bahasa dan seni akan mendorong kemahiran masyarakat
untuk membaca dan menulis dimana kemahiran ini akan
didorong untuk menghasilkan sebuah karya seni dalam
bentuk literacy craft yang dapat dipergunakan sebagai
komoditas kewirausahaan yang dapat dihasilkan,
dipasarkan, dan memberikan keuntungan ekonomis bagi
warga. Literasi teknologi dan literasi digital menawarkan
ketrampilan menggunakan produk teknologi komputer
dan internet untuk membangun komunikasi digital dan
memanfaatkan media internet sehat untuk menopang
usaha sehingga usaha yang dirintis menjangkau
masyarakat secara luas dan komprehensif. Literasi
finansial menjadi poin penting untuk membangun
pemahaman masyarakat bagaimana mendapatkan modal
usaha mengelola hingga menghasilkan profit dan
mempertahankan keberlanjutan usahanya. Beberapa
peneliti Mouna & Anis, (2017) dan Sohn, Joo, Grable, Lee,
& Kim (2012) bersepakat bahwa pentingnya
mengintegrasikan literasi finansial mengingat
pemahaman akan sistem finansial khususnya di bidang
kewirausahaan akan sangat dipengaruhi oleh tingkat

466 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
usia, pendidikan, dan pendapatan. Melalui pendekatan
manajemen crowdfunding, masyarakat miskin di wilayah
perkotaan perlu diajarkan bagaimana menghasilkan
modal melalui pemanfaatan dana CSR perusahaan dan
mengelola dana tersebut untuk produksi hingga pasca
produksi sehingga usaha dapat berjalan secara
berkelanjutan.

KAMPUNG LITERASI ITS

COMMUNITY LEARNING CENTER

RPJMD SURABAYA
Literasi Digital dan 2016-2021
Literasi Bahasa Literasi Seni Literasi Finansial
Teknologi

Pengenalan Sumber
Pendampingan Program Komunikasi,
Pelatihan Internet Daya Ekonomi,
Membaca Nyaring, Informasi, dan
Sehat Pengelolaan Dana,
Bercerita, dan Menulis Publikasi Masyarakat
Kejahatan Finansial

Kegiatan
Program Pengelolaan
Pembuatan Kerajinan dan Pemanfaatan
Pelatihan Pengenalan Transaksi Teknologi Informasi
berbasis Literasi
Crowdfunding dan Uang Digital dan Komunikasi
(Literacy Craft)

Proposal Pengajuan Rencana Belanja Program Perkuatan


Hasil Buku Cerita Literacy Craft Modal Usaha Mikro Anggaran Usaha Pemodalan Usaha
berbasis teknologi Mikro Mikro

MISI DAN RENSTRA INSTITUT


SOCIOTECHNOPRENEURSHIP TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER (ITS)
PROSES BISNIS

Penganggaran
ROADMAP PUSAT POTENSI
DAERAH DAN
PEMBERDAYAAN
Pengajuan Modal
MASYARAKAT ITS

Pemasaran Produk

PROFIT

Gambar 3 Alur Pengembangan CLC


(Nuswantara & Bhawika, 2019)

Dengan demikian, dengan lebih jelas penulis


menggambarkan konsep CLC yang tersinergikan dengan
multiliterasi dan sosio-entrepreneurship seperti tampak
pada gambar 4.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 467


KAMPUNG LITERASI ITS

LITERASI SENI, BUDAYA,


LITERASI DIGITAL DAN
LITERASI NUMERASI

LITERASI FINANSIAL

DAN KEWARGAAN
LITERASI BAHASA

LITERASI SAINS

TEKNOLOGI
SOCIOTECHNOPRENEURSHIP

Gambar 4 Bagan Konsep CLC terintegrasi


(Nuswantara & Bhawika, 2019)

Gagasan Teknis Bagi Pengembangan Clc Berbasis


Digital
Taman Baca Masyarakat yang telah ada memiliki
beberapa potensi yang mengarah pada kegagalan dalam
mencapai tujuan untuk meningkatkan perkembangan
literasi masyarakat. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Bayangkan saja bagaimana mungkin masyarakat nelayan
diminta datang ke TBM untuk membaca buku. Jelas hal
ini adalah sesuatu yang mustahil. Harus ada untuk
menjadikan TBM sebagai magnet sehingga
perkembangan literasi masyarakat meningkat.
Pada program pengabdian ini, digagas untuk
mensinergikan TBM dengan kebutuhan masyarakat

468 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
untuk meningkatkan kesejahteraanya. Bukankan salah
satu target berkembangnya tingkat literasi seseorang
adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan. Dengan
mensinergikan ranah kewirausahaan dengan TBM, maka
diharapkan TBM mampu menarik minat masyarakat
untuk memanfaatkan sumber informasi yang tersedia di
TBM. Dengan demikian secara teknis penulis
menggambarkan sebuah konsep untuk menciptakan
konsep CLC yang berbasis digital.

MULTI
LITERASI

KEWIRAUSA CLC
BERBASIS REVITALISASI
HAAN TBM
DIGITAL DIGITAL

OPTIM
ALISASI
UMKM

Gambar 5. Konsep CLC Berbasis Digital


(Nuswantaradan Bhawika, 2019)

Berdasarkan Gambar 5, maka dapat dijelaskan bahwa


untuk merekonstruksi TBM menjadi CLC berbassis Digital
adalah dengan memberikan beberapa aspek yaitu
1. Multi Literasi. Mengingat rendahnya tingkat
literasi masyarakat maka literasi dapat dikemas
dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 469


masayarakat. Masyarakat akan lebih mudah
mencerna informasi melalui media audio visual.
sehingga materi cetak harus diganti dengan
materi video yang diunggah melalui laman daring
seperti you-tube, me-tube, dll). Masyarakat dilatih
memanfaatkan media digital melalui gawai yang
dimiliki. Dari sini literasi dikembangkan melalui
literasi lisan dan digital yang secara bersamaan
akan dapat meningkatkan kemampuan
kebahasaan masayarakat.
2. Revitalisasi TBM. TBM yang selama ini dipenuhi
dengan koleksi media cetak akan dialihkan
menjadi media digital yang diproduksi sendiri
oleh masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat
sehingga dapat menumbuhkan perasaan
memiliki. Video sederhana dibuat berdasarkan
kebutuhan industri perikanan dan industri kreatif
yang dapat di kemabngkan di wilayah ini. TBM
dilengkapi internet dan komputer sehingga
masyarakat dapat mengunduh materi daring yang
divisualisasikan melalui video pendek hasil karya
masyarakat sendiri.
3. Optimalisasi UMKM. Optimaslisasi UMKM yang
telah ada dilakukan dengan cara pembenahan
dan penguatan internal yang dapat dilakukan
melalui program pelatihan dan pendampingan
UMKM. Dan sekaligus optimalisasi eksternal
dilakukan untuk menjangkau pasar dengan cara

470 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
bekerja sama dengan industri-industri melalui
program CSR yang ada. Upaya pendanaan UMKM
dilakukan melalui pengajuan proposal kepada
Bank Nasional setelah masyarakat diberi pelatihan
dan pendampingan tentang crowdfunding.
4. Kewirausahaan Digital. Memperkenalkan
kewirausaahan yang mendorong masyarakat
untuk memasarkan produk melalui media daring.
Masyarakat diajarkan untuk memanfaatkan gawai
yang dimiliki untuk menjadi sarana yang
mendukung kewirausahaan. Konsep digitalisasi
kewirausahaan yang sederhana namun cukup
praktikal untuk diterapkan pada masyarakat
dengan latar belakang literasi yang rendah. Gawai
yang telah dikenal dan dipergunakan sebagai
media komunikasi oleh masyarakat menjadi
kekuatan untuk menunjang keberhasilan
kewirausaan digital.

Sudah saatnya mengubah sistem yang ada di TBM di


wilayah kota Surabaya. TBM yang selama ini didirikan
hanya untuk memenuhi kebutuhan pemerintah sehingga
kurang dapat menarik minat masyarakat untuk datang
berkunjung. Dengan mengubah menjadi sistem daring
dan mensinergikan antara kebutuhan informasi
masyarakat dan ketersediaan informasi, maka TBM
mampu menjadi sumber informasi yang dapat melayani
masyarakat sesuai dengan kebutuhan literasinya. Harus
dipahami bahwa budaya membaca belum mengakar di

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 471


kalangan masyarakat miskin akibat keterbatasan yang
dimiliki, maka literasi tulis tersebut dapat digantikan
dengan literasi lisan yang dikemas dengan cara membuat
materi daring dalam bentuk rekaman video dari aktifitas
masyarakat. Kumpulan video diunggah melalui laman
daring yang ada yang diberikan fasilitas di TBM untuk
memudahkan akses masyarakat kepada sumber
informasi tersebut.
Dengan digitalisasi dan integrasi TBM sebagai wadah
belajar masyarakat, atau yang kami sebut CLC, maka TBM
dapat menjalankan secara efektif tugasnya untuk
meningkatkan literasi masyarakat, khususnya bagi
masyarakat miskin perkotaan. Gagasan ini ditulis untuk
melengkapi upaya pengembangan smart city ITS di
bidang literasi.

Daftar Pustaka
Fatimawati, Endang (2018). Disruptif diri pustakawan dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0 IQRA Jurnal, 12(01), 1–13.
Asmin, F. (2017). The Model of Community Learning Center
Development: A Case Study of PKBM Assolahiyah in West Java.
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Vol 6, Iss 2, Pp 61-70 (2017) VO - 6,
(2), 61. https://doi.org/10.22202/mamangan.2312
Bhuiyan, M. F., & Ivlevs, A. (2018). Micro-entrepreneurship and
subjective well-being: Evidence from rural Bangladesh. Journal of
Business Venturing.
https://doi.org/10.1016/J.JBUSVENT.2018.09.005
Chang, E. J., & Yoo, S. S. (2012). Popular education for people‟s
empowerment in the Community Learning Center (CLC) project in
Bangladesh. KEDI Journal of Educational Policy, 9(2), 363–381.

472 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Demografis, G. D. A. N. (2016). Kecamatan Gubeng Dalam Angka 2016
1.
Fatmawati, E. (2018). Disruptif diri pustakawan dalam menghadapi era
revolusi industri 4.0. Jurnal Iqra, 12(01), 1–13.
Foy, P. (2017). USER GUIDE FOR THE INTERNATIONAL DATABASE
TIMSS 2015 Works User Guide for the International Database.
Retrieved from https://timssandpirls.bc.edu/timss2015/advanced-
international-database/downloads/TA15_UserGuide.pdf
Foy, P., Aldrich, C. E. A., Fishbein, B. G., Köhler, H., Kowolik, K., Liu, J., …
Yin, L. (2018). PIRLS 2016 User Guide For The International
Database.
Gurău, C., & Dana, L.-P. (2018). Environmentally-driven community
entrepreneurship: Mapping the link between natural environment,
local community and entrepreneurship. Technological Forecasting
and Social Change, 129, 221–231.
https://doi.org/10.1016/J.TECHFORE.2017.11.023
Morrar, R., & Arman, H. (2017). The Fourth Industrial Revolution
(Industry 4.0): A Social Innovation Perspective. Technology
Innovation Management Review, 7(11), 12–20.
https://doi.org/10.22215/timreview/1117
Mouna, A., & Anis, J. (2017). Financial literacy in Tunisia: Its
determinants and its implications on investment behavior.
Research in International Business and Finance, 39, 568–577.
https://doi.org/10.1016/J.RIBAF.2016.09.018
Nuswantara, K., & Bhawika, G. W. (2019). BALANCED LITERACY
APPROACH TO INITIATE LITERACY DEVELOPMENT OF CHILDREN
FROM LOW SOCIO-ECONOMIC SOCIETY.
OECD. (2018). PISA 2015: Results in focus. Pisa 2015, (67), 16.
https://doi.org/10.1787/9789264266490-en
Puteh-Behak, F., & Ismail, I. R. (2018). Multiliteracies Project Approach:
Dated or a Worthy Learning Tool? GEMA Online® Journal of
Language Studies, 18(2), 312–334. https://doi.org/10.17576/gema-
2018-1802-20
Ribes-Giner, G., Moya-Clemente, I., Cervelló-Royo, R., & Perello-Marin,
M. R. (2018). Domestic economic and social conditions

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 473


empowering female entrepreneurship. Journal of Business
Research, 89, 182–189.
https://doi.org/10.1016/J.JBUSRES.2017.12.005
Sharma, R., Fantin, A.-R., Prabhu, N., Guan, C., & Dattakumar, A. (2016).
Digital literacy and knowledge societies: A grounded theory
investigation of sustainable development. Telecommunications
Policy, 40(7), 628–643.
https://doi.org/10.1016/J.TELPOL.2016.05.003
Sohn, S.-H., Joo, S.-H., Grable, J. E., Lee, S., & Kim, M. (2012).
Adolescents‟ financial literacy: The role of financial socialization
agents, financial experiences, and money attitudes in shaping
financial literacy among South Korean youth. Journal of
Adolescence, 35(4), 969–980.
https://doi.org/10.1016/J.ADOLESCENCE.2012.02.002
Wiguna, A. B., & Manzilati, A. (2014). Social Entrepreneurship and
Socio-entrepreneurship: A Study with Economic and Social
Perspective. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 115, 12–18.
https://doi.org/10.1016/J.SBSPRO.2014.02.411

Penulis

Dr. Kartika Nuswantara, M.Pd menyelesaikan


pendidikan Doktoral di Universitas Negeri
Malang di bidang pendidikan Bahasa Inggris
pada tahun 2008. Dan menjadi pengajar Mata
Kuliah Umum Bahasa Inggris di ITS sejak tahun
2005.Kecintaanya di bidang pembelajaran
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) telah
menghantarkannya untuk mengajarkan bahasa
Indonesia ke Southern Cross University di
Lismore New South Wales Australia pada tahun 2011 melalui
Program SAME Reguler; dan tahun 2016 melalui program SAME BIPA,
berkesempatan kembali mengajar Bahasa Indonesia di Kalingga
Institute of Social Science (KISS) di Bhubaneswar India. Pada saat ini

474 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
sedang mengembangkan sebuah Aplikasi Mobile yang dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran Bahasa Inggris khususnya untuk
meningkatkan pengetahuan pembelajar tentang pemakaian Konjungsi
Bahasa Inggris. Aplikasi yang diberi nama “Conji”diharapkan dapat
dipatenkan dan diterima sebagai salah satu karya di bidang ICT dalam
pembelajaran Bahasa. Disamping penelitian, di bidang pengabdian,
literasi menjadi topik yang paling disukai. Pada dua tahun terakhir,
kegiatan pengabdian yang dilaksanakna untuk menguatkan
kemapuan baca dan tulis anak dan remaja dari kalangan masyarakat
kota dengan penghasilan rendah. Dari kegiatan tersebut telah
dihasilkan 3 buku antologi cerita pendek yang kini menjadi koleksi
Taman Baca Masyarakat di Surabaya. Beberapa artikel telah ditulis
dan dipublikasikan untuk mendukung diseminasi hasil pengabdian
tersebut. Pada tahun yang akan datang, literasi digarap lebih serius
dengan memberdayakan masyarakat miskin perkotaan di wilayah
perkampungan nelayan di Surabaya Utara. Penulis dapat dihubungi di
kartikanuswantara.its@gmail.com

Gita Widi Bhawika, S.ST., M.MT., merupakan


dosen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) kelahiran Balikpapan, 11 Desember 1988.
Ia lulus tahun 2010 dengan predikat cumlaude
dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS,
Program Studi Teknik Elektronika, Konsentrasi
Teknik Mekatronika. Ia melanjutkan
pendidikannya di Program Studi Magister
Manajemen Teknologi ITS, bidang keahlian Manajemen Industri dan
lulus tahun 2013. Sebelum mengabdi di ITS, ia pernah terlibat dan
belajar di salah satu multinational company, yaitu industri Fast-Moving
Consumer Goods, mengenai Human Machine Interface dan Supervisory
Control and Data Acquisition. Saat ini, ia menjadi Kepala Laboratorium
Komputasi Bisnis, Departemen Manajemen Teknologi ITS. Bidang
yang ditekuni adalah Manajemen Teknologi. Minatnya pada bidang
inilah yang membawanya untuk menggeluti pengabdian kepada
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas literasi digital-teknologi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 475


(website) dan literasi finansial berbasis teknologi (crowdfunding, e-
money, dan e-payment) dalam upaya mendukung smart society
(Society 5.0) pada smart city. Ia juga mengelola Open Journal System
pada Jurnal Teknobisnis serta menjadi reviewer pada International
Seminar on Science and Technology dan Jurnal Sosial Humaniora.
Selain itu, ia juga terlibat aktif sebagai pimpinan redaksi buletin Media
Manajemen Teknologi, koordinator pengelola website (its.ac.id/mt),
dan sosial media di Departemen Manajemen Teknologi ITS. Penulis
dapat dihubungi pada email: gita@mmt.its.ac.id.

476 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
MEMBENTUK SMART PEOPLE MELALUI
PROGRAM LITERASI BACA TULIS BERBASIS
MASYARAKAT - SEBUAH PETA JALAN
PENGUKURAN KINERJA

Maria Anityasari, Ph.D.

Pendahuluan
Smart City seringkali diartikan hanya sebagai kota
yang memanfaatkan teknologi dalam proses layanan
publiknya atau kota yang serba canggih. Pemahaman
yang demikian, sesungguhnya, tidaklah lengkap.
Menurut berbagai literatur, penerapan teknologi
hanyalah merupakan salah satu indikasi sebuah kota
dikatakan smart atau pintar. Masih ada beberapa kriteria
dan komponen penting lain yang menjadi syarat sebuah
kota disebut smart.
Menurut Kumar (2015), kerangka Smart City
digambarkan sebagaimana dalam Gambar 1. Dalam
kerangka tersebut terlihat adanya 6 (enam) pilar Smart
City yang harus berjalan seiring untuk mewujudkan
tercapainya Smart City yang komprehensif, tangguh, dan
berkelanjutan.
Salah satu dari pilar Smart City adalah Smart People
yang pada akhirnya akan membentuk Smart Society.
Berbagai definisi digunakan untuk menjelaskan makna
Smart People dalam kaitannya dengan Smart City. Secara
prinsip, definisi-definisi yang ada mengandung beberapa
elemen seperti warga yang berpendidikan, kompeten,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 477


berkesadaran lingkungan dan sosial, berkemampuan
memahami perkembangan dan beradaptasi dengan
perubahan, mampu menciptakan nilai tambah secara
ekonomi, dan berkeinginan serta berkemampuan untuk
berkontribusi bagi masyarakat sekitarnya.
Di negara-negara maju, definisi ini dikaitkan dengan
prosentase warga yang memiliki kualifikasi dan sertifikasi
tertentu, latar belakang pendidikan di bidang STEM
(Science, Technology, Engineering, and Mathematics), dan
memiliki nilai-nilai tertentu yang terukur. Smart People di
negara-negara maju seringkali diukur dengan Human
Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia (Gupta dkk, 2017).

Smart
People

Smart
Smart
Gover-
Economy
nance

Smart
City
Smart Smart
Living Mobility

Smart
Environ-
ment

Gambar 1. Kerangka Smart City


(diadopsi dari Kumar, 2015)

478 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Di negara berkembang seperti Indonesia, Smart
People banyak diukur dengan prosentase bebas buta
aksara, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi
Murni (APM), tingkat literasi, dan tingkat partisipasi
masyarakat. Tingkat literasi pada awalnya didefinisikan
sebagai kemampuan membaca dan menulis warga di
suatu daerah. Definisi ini telah mengalami evolusi. Literasi
baca tulis saat ini dianggap sebagai prasyarat kecakapan
hidup abad ke-21 dan telah berkembang menjadi 5
aspek literasi dasar lainnya yaitu literasi numerasi, sains,
digital, finansial, dan budaya dan kewargaan
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

Literasi Baca Tulis


Sebagai elemen pertama dari 6 aspek literasi dasar,
literasi baca tulis masih menjadi prioritas utama bagi
banyak Pemerintah Daerah baik tingkat Propinsi maupun
Kabupaten/ Kota. Bagaimana tidak, berdasarkan fakta
yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
masih berada di peringkat 113 dari 187 negara (UNDP
2016 yang dikutip di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017). Peringkat ini jauh di bawah peringkat
negara ASEAN lainnya.
Bahkan dari peringkat penguasan literasi, Indonesia
menempati peringkat kedua dari bawah, urutan ke-60
dari 61 negara berdasarkan data dari Central Connectitut
State University, 2016 (yang dikutip di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Hal ini senada

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 479


dengan hasil penilaian PISA (Programme for International
Student Assessment), sebuah organisasi dunia yang
dikelola oleh OECD (Organisation for Economic Co-
operation and Development) terhadap siswa sekolah usia
15 tahun di berbagai negara di seluruh dunia terkait
kemampuan membaca, sains, dan matematikanya (OECD,
2019). Skor PISA untuk anak Indonesia menunjukkan
hasil yang memprihatinkan di mana anak Indonesia usia
9-14 tahun berada di peringkat 10 terbawah dari seluruh
negara yang diukur. Kemampuan membaca siswa
Indonesia jauh lebih rendah dibanding kemampuan di
bidang matematika dan sains. Tentu saja hal ini menjadi
pekerjaan rumah besar seluruh bangsa dan tidak hanya
bidang pendidikan saja.
Literasi baca tulis yang awalnya didefinisikan UNESCO
sebagai keaksaraan berupa kemampuan menggunakan
kecakapan membaca dan menulis telah mengalami
perluasan definisi dan mencakup kemampuan mencari,
menyarikan, dan memahami informasi, serta kemampuan
berpikir kritis dan menyampaikan gagasan (UNESCO,
2019). Seseorang dengan kemampuan literasi yang baik
akan haus akan pengetahuan dan mampu melakukan
pembelajaran mandiri. Dengan definisi yang diperluas ini,
nampak dengan jelas keterkaitan antara literasi baca tulis
dengan pembentukan Smart People dan bagaimana
warga kota dengan literasi yang baik dapat berpartisipasi
dengan baik dalam komunitas dalam konteks Smart City.

480 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Berdasarkan panduan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, selama ini literasi baca tulis dilaksanakan
melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi
Keluarga (GLK), dan Gerakan Literasi Masyarakat (GLM).
Tulisan ini berfokus pada GLM yang difasilitasi
Pemerintah Kota melalui penyediaan Perpustakaan Kota,
Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Perpustakaan
Keliling. Di setiap fasilitas tersebut tersedia layanan baca
di tempat, peminjaman buku beraneka jenis, program
bercerita, dan lomba-lomba seperti lomba mengarang,
dan menceritakan ulang cerita yang dibaca.
Pertanyaannya adalah, apakah semua upaya itu telah
dianggap cukup? Kalau cukup, mengapa sejauh ini posisi
Indonesia dalam kemampuan membaca masih saja
terpuruk dibandingkan negara-negara lain?

Pengukuran Kinerja Literasi Baca Tulis Berbasis


Masyarakat Saat Ini
Untuk menilai kinerja program literasi baca tulis
berbasis masyarakat, GLM, perlu diteliti apa saja yang
dijadikan indikator untuk mengukur keberhasilan
program. Dalam dokumen Peta Jalan Gerakan Literasi
Nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2017) dituliskan indikator kinerja GLM sebagai berikut:
1. Jumlah dan variasi bahan bacaan yang dimiliki
fasilitas publik
2. Frekuensi membaca bahan bacaan setiap hari
3. Jumlah bahan bacaan yang dibaca oleh
masyarakat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 481


4. Jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga,
atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan
5. Jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi
baca-tulis
6. Jumlah kegiatan literasi baca-tulis yang ada di
masyarakat
7. Jumlah komunitas baca-tulis di masyarakat
8. Tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam
kegiatan literasi
9. Jumlah publikasi buku per tahun
10. Kuantitas pengguna bahasa Indonesia di ruang
publik
11. Jumlah pelatihan literasi baca-tulis yang aplikatif
dan berdampak pada masyarakat.
Keberadaan daftar panjang indikator kinerja di atas
menjawab bahwa penyediaan fasilitas Perpustakaan Kota,
Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Perpustakaan
Keliling Umum oleh Pemerintah Kota tidaklah cukup. Ada
serangkaian kinerja yang harus dikejar melalui berbagai
fasilitas tersebut.
Namun demikian, persoalan tidak lantas selesai. Ada
pertanyaan lanjutan yang harus dijawab seperti:
 Berapa jumlah bahan bacaan yang dikatakan baik dan
mencukupi untuk kebutuhan warga kota?
 Berapa frekuensi dan waktu membaca yang ideal
untuk setiap tingkatan usia?
 Berapa fasilitas TBM yang harus dibangun di suatu
kota untuk memastikan terjadinya peningkatan
literasi baca tulis warganya?

482 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Sampai saat ini belum ada standarisasi kebutuhan
buku per kapita yang dianggap cocok untuk setiap
kelompok umur, belum pula ada standar ideal frekuensi
dan waktu membaca di luar jam sekolah yang seharusnya
dijadikan target untuk GLM. Tidak heran kalau kemudian
Pemerintah Kota hanya focus pada penyediaan fasilitas
tanpa benar-benar memahami apa yang harus
disediakan di masing-masing fasilitas dan program apa
saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan literasi
baca tulis.
Pertanyaan lebih jauh lagi adalah, jika semua aktivitas
sebagaimana yang disarankan di dalam daftar kinerja di
atas dilakukan, bagaimanakah mengukur ketercapaian
peningkatan literasi baca tulis? Jika dengan anggaran
terbatas, Pemerintah Kota harus memilih, manakah
aktivitas yang harus diprioritaskan karena lebih
berpotensi meningkatkan literasi warga?

Peta Jalan Pengukuran Kinerja Program Literasi Baca


Tulis Berbasis Masyarakat
Untuk menyempurnakan pengukuran kinerja program
literasi baca tulis berbasis masyarakat (GLM), diusulkan
untuk membuat peta jalan yang jelas dan terstruktur
sebagai berikut:
 Pertama, indikator kinerja perlu diturunkan secara
sistemik berbasis input, proses, output, dan outcome.
Daftar indikator di atas perlu dipetakan ulang, mana
yang berada di tahapan input, proses, output, dan
outcome. Ketidakseimbangan indikator di salah satu

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 483


tahapan tidak akan menjamin ketercapaian literasi
baca tulis yang diharapkan. Jika indikator di tahapan
tertentu dirasa kurang, maka perlu ditambahkan
indikator baru yang mewakili tahapan tersebut.
Sebagai catatan, tahapan outcome atau dampak, yang
adalah peningkatan literasi haruslah diukur dalam
program literasi.

Dalam implementasinya, pengukuran kinerja dapat


dilakukan secara bertahap, dari tahap input, proses,
output, dan outcome. Dengan kata lain, setiap
Pemerintah Kota harus menargetkan pencapaian
kinerja input secara maksimal di tahun tertentu,
misalnya tahun t, diikuti pencapaian kinerja proses
misalnya di tahun t+k, pencapaian kinerja output
misalnya di tahun t+k+l, dan pencapaian kinerja
outcome di tahun t+k+l+m.

 Kedua, untuk setiap indikator kinerja harus dilakukan


kajian untuk penentuan target atau standar yang
ideal dan ingin dicapai. Jika memungkinkan standar
ideal sebaiknya diperoleh dari benchmarking
sehingga bersifat global dan dapat dijadikan
perbandingan antar negara. Jika tidak mungkin, maka
standar harus diukur berdasarkan kondisi saat ini dan
ditingkatkan seiring dengan peningkatan outcome
yang diharapkan.
Selain target, seluruh indikator yang ada perlu
disusun property-nya. Yang dimaksud dengan

484 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Indicator Properties adalah definisi operasional yang
jelas, satuan, pemilik indikator, cara mengukur
indikator, pengukur indikator, karakteristik indikator
(the higher the better, the lower the better, exactly),
dan bobot indikator terhadap kinerja global dari
GLM.

 Ketiga, karena meningkatkan literasi seluruh warga


dengan rentang usia yang berbeda-beda secara
simultan sangatlah sulit, maka perlu disusun peta
jalan target warga yang dijadikan fokus layanan
setiap tahunnya. Hal ini penting juga dari sisi
ketersediaan anggaran yang dimiliki Pemerintah Kota.
Disarankan untuk menjadikan anak usia sekolah dasar
dan sekolah menengah sebagai target utama, karena
PISA menyasar pada kelompok usia ini sebagai
kelompok usia yang menentukan adulthood literacy
atau literasi bagi orang dewasa.

Sesuai dengan peta jalan pertama, kriteria yang telah


ada disusun dan ditambahkan agar dapat lebih mewakili
situasi dan tahapan yang ada. Pemetaan dapat dilihat di
Gambar 2 dengan indikator baru dalam warna merah.
Peningkatan minat baca merupakan tujuan akhir atau
dampak dari pelaksanan GLM yang dinilai dengan
kemampuan retelling dan rewriting pengguna layanan
baca yang dalam hal ini adalah anak usia SD.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 485


Input Proses Output Outcome

• Ketepatan lokasi • Jam operasional • Jumlah pengunjung/hari • Minat baca


berdasarkan masyarakat (diukur
kepadatan penduduk • Progam kerja • Frekuensi kunjungan/ dengan kemampuan
usia sekolah di pengunjung retelling & rewriting)
sekitar
• Jumlah komunitas
baca tulis di • Lama kunjungan/ • Pola kunjungan yang
• Jumlah koleksi buku masyarakat pengunjung konsisten

• Fasilitas • Lama membaca/ • Publikasi karya tulis


pengunjung warga
• Kualitas pendamping
• Koleksi yang dibaca/ • Penggunaan Bahasa
• Jumlah komunitas pengunjung Indonesia di ruang
penyumbang buku publik

Gambar 2. Pemetaan Indikator

Program Literasi Baca Tulis di Kota Surabaya serta


Pengukurannya
Surabaya dipilih sebagai studi kasus dalam konteks
pembentukan Smart People, karena di bawah
kepemimpinan Ibu Tri Rismaharini selaku Walikota
Surabaya, di tahun 2014 Surabaya dideklarasikan sebagai
Kota Literasi. Sejak dicanangkannya deklarasi tersebut,
Pemerintah Kota Surabaya mengupayakan penyediaan
layanan baca secara massive di Kota Surabaya. Sampai
tahun 2016 telah lebih dari 900 layanan baca dalam
berbagai bentuk tersebar di seluruh Kota Surabaya. Salah
satu bentuk yang sangat menonjol adalah penyediaan
perpustakaan sekolah di Sekolah Dasar (SD) serta
dibukanya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di RW Kota
Surabaya. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1.

486 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Pertumbuhan jumlah layanan baca ini dinilai signifikan
dibanding kota-kota lain di Indonesia. Namun sebelum
tahun 2017 penyediaan layanan baca baru diukur melalui
ukuran-ukuran yang berorientasi pada proses layanan,
seperti jumlah penambahan layanan baca di tahun ke-t
dan penambahan koleksi buku di setiap layanan baca.
Layanan baca belum pernah diukur dari sudut pandang
pengunjung, seperti kepuasan pengunjung, lama
kunjungan, lama membaca, dan peningkatan literasi
pengunjung yang diakibatkan adanya layanan baca.
Kondisi ini diupayakan untuk diubah dalam RPJMD
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2017
– 2021. Urusan perpustakaan dan layanan baca yang
masuk dalam Misi 6 Walikota Surabaya dan telah
diturunkan dalam beberapa KPI sebagai berikut:
 Tujuan:
Meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat
Indikator:
Peningkatan jumlah pengguna layanan baca yang
dapat melakukan rewriting dan/ atau retelling

Sasaran:
Mewujudkan peningkatan minat dan budaya baca
masyarakat melalui peningkatan akses baca
Indikator:
 Persentase jumlah titik lokasi layanan baca yang
termanfaatkan
 Rata-rata lama berkunjung ke layanan baca (TBM,
perpustakaan sekolah, dll)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 487


 Reading text leveling semua level siswa sekolah

Program:
Program Pengembangan Budaya Baca dan
Pembinaan Perpustakaan
Indikator:
 Persentase peningkatan jumlah event literasi
yang diselenggarakan
 Persentase peningkatan jenis dan jumlah koleksi
buku
 Persentase peningkatan jumlah siswa yang
terlibat dalam tes reading text levelling
 Persentase peningkatan jumlah perpustakaan
yang berhasil dibina

Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Layanan Baca di Kota Surabaya

LOKASI JML 2012 JML 2013 JML 2014 JML 2015 JML 2016 LOKASI

Layanan Baca di Perpustakaan Umum 1 2 2 2 2 Lokasi


Layanan Baca di RW 271 267 294 326 339 RW
Layanan Baca di Rumah Susun 8 9 9 10 10 Rusun
Layanan Baca di Liponsos 2 2 1 1 1 Liponsos
Layanan Baca di Taman Ekspresi, Taman Flora 2 2 2 2 2 Lokasi
Layanan Baca di Kampung Ilmu 1 1 1 0 0 Lokasi
Layanan Baca di Kelurahan 33 29 31 29 29 Kelurahan
Layanan Baca di Kecamatan 5 7 7 6 6 Kecamatan
Layanan Baca di Puskesmas 0 19 0 0 0 Lokasi
Layanan Baca di RS 0 2 2 2 2 Lokasi
Layanan Baca di Terminal Bungurasih 0 1 1 1 1 Lokasi
Layanan Baca di Dinas Pertanian 0 1 0 0 0 Lokasi
Layanan Baca Perpustakaan Keliling di Sekolah 64 64 64 64 64 Lokasi
Layanan Baca Perpustakaan Keliling di Taman 3 3 3 4 4 Lokasi
Layanan Baca di Yayasan / LSM 50 50 54 82 82 Lokasi
Perpustakaan Percontohan di Sekolah 0 27 48 358 358 Lokasi
Perpustakaan Percontohan MI/ Ponpes 31 31
Total 440 486 519 918 931 Lokasi

Nampak dari indikator-indikator yang ditetapkan,


Pemerintah Kota Surabaya telah mencoba mengukur

488 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kinerja layanannya dengan berorientasi pada
peningkatan minat baca. Dari hasil pengukuran kinerja
yang dilakukan dengan metode survei terhadap 1.478
warga Surabaya yang tersebar di berbagai wilayah
Surabaya, diperolah hasil-hasil sebagai berikut:
- Tiga besar layanan baca yang paling banyak
dikunjungi adalah layanan baca di SD, RW, dan
Perpustakaan Umum
- Mayoritas responden mengunjungi layanan baca
dengan periode mingguan, diikuti bulanan, harian,
dan tahunan
- Sebesar 54% dari responden memiliki pola kunjungan
yang sama atau ajeg
- Rata-rata lama berkunjung ke layanan baca untuk
seluruh responden adalah sebesar 1 jam 26 menit per
kunjungan
- Rata-rata lama berkunjung ke layanan baca untuk
seluruh responden adalah sebesar 4 jam 28 menit per
minggu
- Kelompok usia Sekolah Dasar (6-13 tahun) memiliki
rata-rata lama berkunjung ke layanan baca yang
paling tinggi di antara yang lain yaitu sebesar 1 jam
30 menit per kunjungan dan 5 jam 27 menit per
minggu
- Rata-rata lama kunjungan ke layanan baca untuk
seluruh warga Surabaya diestimasikan sebesar 35
menit per kunjungan dan 1 jam 45 menit per minggu

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 489


- Sebesar 84% dari responden pengunjung layanan
baca melakukan kegiatan membaca selama
kunjungan
- Tiga besar kegiatan pengunjung layanan baca selain
membaca di tempat adalah meminjam buku, belajar
atau bekerja, dan mengakses internet
- Untuk pengunjung layanan baca yang membaca
selama kunjungan, rata-rata lama membaca adalah
39 menit per kunjungan atau 2 jam 5 menit
- Untuk pengunjung layanan baca keseluruhan (baik
yang membaca selama kunjungan maupun yang
tidak), rata-rata lama membaca adalah 38 menit per
kunjungan atau 1 jam 46 menit
- Rata-rata lama membaca di layanan baca oleh seluruh
warga Surabaya diestimasikan 17 menit per
kunjungan dan berada dalam rentang 47 sampai 58
menit per minggu
- Berdasarkan evaluasi pribadi, 80% responden yakin
akan kemampuan retelling dan rewriting mereka
terhadap bahan bacaan yang telah dibaca

Hasil-hasil di atas adalah hasil pengukuran kinerja


melalui metode survei di penghujung 2016. Pada tahun
2017, Pemerintah Kota Surabaya melanjutkan perjalanan
pengukuran kinerjanya berdasarkan peta jalan yang telah
dipaparkan di atas, yaitu melalui pengukuran langsung
kemampuan retelling dan rewriting pada sejumlah 1.060
siswa usia Sekolah Dasar dari kelas 4, 5, dan 6.

490 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dalam Gambar 3 ditunjukkan hasil tes retelling.
Idealnya, siswa kelas 4 seharusnya memiliki kemampuan
retelling minimum setara dengan Level 4, demikian juga
di kelas 5 dan 6 yang seharusnya minimum setara
dengan Level 5 dan 6. Gambar 3 menunjukkan bahwa
50% lebih siswa memiliki kemampuan retell di bawah
target. Hal ini mengkonfirmasi hasil survei PISA yang
menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa
Indonesia beradaSiswa
Prosentase di bawah target. Kemampuan Retell
4 - 6 Berdasarkan

100%
80%
60%
40%
20%
0%
Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6
Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Level 7
Gambar 3. Prosentase Siswa Kelas 4-6 Berdasarkan
Kemampuan Retelling

Dari sisi kemampuan rewrite, hasil tes yang


ditunjukkan di Gambar 4 menyatakan bahwa
kemampuan siswa kelas 4-6 rata-rata di bawah standar
yang diharapkan. Fakta ini terjadi di hampir semua
wilayah Surabaya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 491


Rata-rata Nilai Rewrite Siswa 4 - 6 per Wilayah dan Kriteria
Penilaian
5

0
Barat Pusat Selatan Timur Utara
Alur Penulisan Kedetilan Kesesuaian dengan Kaidah SPOK
Pemilihan Kata Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Format dan Tulisan
Nilai Akhir

Gambar 4. Rata-Rata Nilai Rewrite Siswa Kelas 4-6 Per


Wilayah dan Per Kriteria Rewrite

Sebagai catatan, hasil survei pengukuran kinerja ini


tidak hanya semata mengukur kinerja GLM, melainkan
juga kombinasi dengan GLS dan GLK. Walaupun hasil
pengukuran kinerja ini menunjukkan hal yang kurang
menggembirakan, namun Pemerintah Kota Surabaya
sudah memulai langkah yang tepat dalam mengukur
dampak dari layanan literasi baca tulis di Kota Surabaya.
Diharapkan pola pengukuran kinerja yang demikian
dapat dicontoh dan direplikasi di kota-kota lain di
seluruh Indonesia, agar perbaikan yang fundamental
dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran yang
akurat.

“You cannot improve what you do not measure”, tanpa


pengukuran yang tepat tidaklah mungkin perubahan dan
peningkatan layanan dapat dilakukan. Semoga tulisan
singkat ini mencerahkan dan memberikan inspirasi dari
mana kita harus mulai bergerak untuk meningkatkan

492 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kemampuan baca warga kota kita menuju SMART
PEOPLE.

Daftar Pustaka
Gupta, S., Mustafa, S.Z, Kumar, H. (2017) Smart People for Smart Cities:
A Behavioral Framework for Personality and Roles: Smarter People,
Governance, and Solutions, Advances in Smart Cities, pp.23-30
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017) Peta Jalan Gerakan
Literasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta, tersedia online di
http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/tentang-gln/, terakhir diakses 6
Januari 2019
Kumar, T. V. (2015) E-governance for smart cities, in E-governance for
Smart Cities  (pp. 1– 43). Singapore: Springer
OECD (2019) The Programme for International Student Assessment
(PISA), tersedia online di http://www.oecd.org/pisa/aboutpisa/,
terakhir diakses 6 Januari 2019
UNESCO (2019) Literacy, tersedia online di
https://en.unesco.org/themes/literacy, terakhir diakses 6 Januari
2019

Penulis
Maria Anityasari adalah dosen senior di
Departemen Teknik Industri ITS, yang
menyelesaikan master dan doktoralnya di
University of New South Wales (UNSW) Sydney
Australia dengan beasiswa dari Australian
Development Scholarship (ADS). Dia
mendampingi Pemerintah Kota Surabaya
sebagai konsultan dalam berbagai bidang,
utamanya yang berkenaan dengan analisa dan
pengembangan sistem, perencanaan strategis,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 493


dan manajemen risiko. Dalam hal riset, dia fokus di bidang
Sustainable or Green Manufacturing (SM) dan Life Cycle Management
(LCM).
Sejak tahun 2012, dia menjabat sebagai Direktur Direktorat
Hubungan Internasional atau ITS International Office (IO) di mana dia
menginisiasi banyak program terobosan dengan berbagai mitra luar
negeri. Dia adalah alumni program International Learning Experience
(ILE) yang disponsori oleh Rolls Royce UK dan International Visitor
Leadership Program (IVLP) yang disponsori oleh Pemerintah Amerika.

494 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
MENGENAL GENERASI MILENIAL
DI INDONESIA DAN PERILAKU MEREKA
DALAM MERESPON MODEL BISNIS DAN
PELAYANAN BERBASIS TEKNOLOGI

Satria Fadil Persada, S.Kom., MBA, Ph.D.

Di tahun 2018 ini, istilah generasi milenial menjadi


topik hangat yang di bicarakan di seluruh aspek
kehidupan. Generasi milenial atau dalam istilah lain
disebut sebagai generasi-Y, adalah generasi yang tepat
berada setelah generasi-X dan sebelum munculnya
generasi-Z. Terdapat sedikit deviasi acuan akan tepat nya
usia awal generasi milenial dimulai, namun kelahiran di
rentang antara tahun 1980an hingga awal tahun 2000
dapat menggambarkan kategori generasi milenial. Jika
melihat dari sudut pandang populasi di Indonesia,
generasi milenial diproyeksikan pada tahun 2020 akan
mendominasi populasi Indonesia dengan proporsi
seperti yang terlihat pada ilustrasi Gambar 1. Generasi
milenial akan memiliki porsi sebesar 34% dari total
populasi, diikuti oleh generasi Z sebesar 33%, generasi X
sebesar 20%, dan generasi baby-boomer sebesar 13%
(Badan Pusat Statistik, 2013 diacu dalam Ali & Purwandi,
2016).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 495


Gen Baby
Boomers
13%
Gen Z
Gen X 33%
20%

Gen Y (Milenial)
34%

Gambar 16. Perkiraan Proporsi Populasi Generasi di


Indonesia Tahun 2020
Sebelum membahas lebih dalam tentang generasi
milenial peran mereka, tentu kita paham bahwa setiap
generasi memiliki karakteristik yang berbeda. McCrindle
& Wolfinger dalam bukunya berjudul “The ABC of XYZ:
Understanding the Global Generations” (McCrindle &
Wolfinger, 2009) menyebutkan karakteristik nilai dan
motivasi yang dibawa oleh generasi cenderung ke arah
individual dan kreatif. Generasi milenial beranggapan
bahwa mereka memilih bekerja untuk hidup daripada
hidup untuk bekerja. Beberapa aspek lemah dari generasi
ini adalah seperti relatif tidak terbiasa untuk sabar,
cenderung menentang kekuasaan jika tidak
sepemahaman, tidak suka perintah dan struktur hierarki,
tidak terkesan dengan gelar maupun jabatan.
Kecenderungan untuk berganti pekerjaan umum terjadi
pada generasi ini dipengaruhi ketidak sabaran dari
personalitas mereka. Bahkan, generasi Y tidak takut untuk
tidak bekerja (Berkup, 2014). Adapun aspek positif yang

496 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
melekat pada generasi ini seperti mudah nya untuk
beradaptasi terhadap perubahan, dapat mengerjakan
berbagai jenis pekerjaan secara bersamaan dan
menyelesaikan dengan cepat, dapat berpikir lebih global
dari generasi sebelumnya, dapat dengan mudah
mengakses berbagai informasi untuk menyelesaikan
permasalahan.
Memperoleh anugerah yang belum sempat dirasakan
oleh generasi pendahulunya, generasi milenial hidup dan
besar dengan kecukupan teknologi. Generasi milenial
dapat menjalankan aktivitas mereka dengan bantuan
teknologi, baik dalam proses aktivitas produktif aupun
kontraproduktif. Teknologi dapat dianalogikan sebagai
pedang bermata dua, dimana teknologi dapat
memberikan dampak baik berupa pengembangan,
pengoptimalan bakat maupun kreativitas. Teknologi juga
dapat memiliki dampak buruk yang dapat
menghancurkan jika disalah gunakan (McGuire &
Dowling, 2013). Menjadi tantangan yang cukup berat
bagi orangtua generasi milenial untuk menjaga anak
mereka dari dampak negatif teknologi. Akan tetapi,
peluang pengembangan positif secara optimal ini akan
dapat direalisasikan dengan baik apabila ada dukungan
dari berbagai pihak bersama dengan orang tua.
Sehingga, adanya smart city sebagai wadah lingkungan
generasi milenial memiliki peran kunci untuk menfasilitasi
kegiatan generasi milenial. Generasi milenial juga
menjadi generasi yang akan mampu menggerakan roda-

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 497


roda dan kerja dari smart city. Tidak hanya karena usia
mereka sudah memasuki kategori produktif, namun
karena smart city memiliki ruh utama berupa teknologi
dapat dipahami dengan baik oleh generasi milenial yang
keseharian nya berkutat dengan gadget dan teknologi
aplikatif. Sehingga untuk menjawab kondisi penggunaan
teknologi dimana-mana di kehidupan sehari-hari,
membuat revolusi dari model dan proses bisnis offline ke
online menjadi tidak dapat dihindari.
Sebagai generasi yang dewasa dengan teknologi,
generasi milenial cukup erat dengan penggunaan sosial
media. Bahkan, generasi ini relatif melihat sosial media
sebagai prioritas penting dan terus memanfaatkan nya
untuk berbagai kegunaan (Cabral, 2008, Omar et
al.,2016). Eksistensi terhadap diri sendiri membuat sosial
media menjadi “kolam” bagi generasi milenial yang
dapat menarik perhatian bagi siapapun yang memiliki
kepentingan. Sebagai contoh, sosial media “I” (bukan
nama sebenarnya) berbasis gambar telah divariasikan
model bisnis nya oleh beberapa kalangan pelaku bisnis
menjadi toko online (online shop). Padahal jika dimaknai
lebih dalam, model dan proses bisnis dari sosial media “I”
bukan dirancang untuk dijadikan sebagai toko online. Hal
ini terjadi karena “kolam” yang ada pada sosial media
tersebut menyediakan banyak calon potensial konsumen
dan menarik kreativitas para pelaku bisnis maupun pihak
yang berkepentingan untuk menciptakan peluang dari
model dan proses bisnis baru melalui perantara sosial
media yang ada. Aspek kedua yang cukup menarik dari

498 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
generasi ini adalah generasi ini dapat dengan sukses
mengintegrasi kan online sharing economy kedalam
kehidupan mereka.
Jika kita melihat benang merah meledaknya
penggunaan konsep bisnis sharing economy dengan
aplikasi, konteks keberhasilan online sharing economy
pasti tidak luput dari peran generasi milenial. Sharing
economy sendiri sebenarnya bukan konsep yang baru
dan sudah ada pada generasi pendahulunya, hal ini
dapat dilihat dengan adanya jasa ojek secara offline,
sewa kamar rumah untuk kebutuhan penginapan
sementara, peminjaman dan penyewaan barang pribadi
atau apapun kegiatan yang memiliki esensi sebagai
paradigma ekonomi berbagi (collaborative economy).
Online sharing economy menjadi merebak karena
kecocokan antara model dan proses bisnis sekaligus
dengan memadai nya infrastruktur teknologi yang
disediakan dengan kepribadian yang dimiliki oleh
segmentasi milenial. Sebagai contoh, generasi milenial
yang memilih kepraktisan dan sesuatu yang tidak ribet
terkait transportasi akan memilih menggunakan jasa
perusahaan “G1” atau “G2”. Perusahaan “G1” dan “G2”
(bukan nama sebenarnya) sendiri merupakan perusahaan
yang menfasilitasi platform online sharing economy,
dimana partner sebagai pihak ke-3 yang memiliki mobil
atau motor pribadi dapat bertemu dengan konsumen
yang ingin menggunakan jasa taksi online melalui
aplikasi berbasis online. Value proposition dan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 499


keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan
“G1” dan “G2” pun telah berhasil menarik minat
pengguna gadget yang didominasi oleh generasi
milenial. Dengan jarak yang sama, taksi online dapat
memberikan keunggulan dari segi biaya dibandingkan
dengan taksi offline. Adanya layanan yang dapat
menfasilitasi lifestyle generasi milenial yang cenderung
konsumtif dan menyukai hal baru menjadi value yang
berharga dan penentu keberhasilan dari online sharing
economy. Konsep triangular trust yang terdiri dari
kepercayaan penyedia jasa, pihak ke-3, dan konsumen
pun dengan baik difasilitasi oleh platform online sharing
economy. Hanya saja, ada beberapa kondisi dimana
pembuat kebijakan relatif sedikit teringgal dalam
membuat teknis regulasi untuk model dan proses bisnis
berbasis online ini. Menjadi pekerjaan rumah bagi para
pembuat kebijakan untuk keep pace atau merespon
dengan segera adanya model dan prosess bisnis yang
berkembang dengan cepat dan dinamis di era teknologi
ini.
Beralih dari sektor bisnis berbasis teknologi ke
pelayanan publik yang disediakan pemerintah berbasis
teknologi. Aktivitas pelayanan publik yang ada saat ini
pun sudah mulai mengarah pada pendekatan ke
masyarakat dengan menggunakan media sosial. Kini,
komplain pun sudah dapat diutarakan oleh konsumen
melalui sosial media dan memungkinkan untuk menjadi
viral. Akan tetapi, penulis masih meyakini bahwa
pendekatan model dan proses bisnis dengan media

500 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
sosial untuk pelayanan publik ini masih bersifat
independen. Sehingga, pentingnya integrasi data dari
berbagai sosial media pelayanan publik dapat
memberikan informasi yang sangat mendalam bagi
pemerintah dan itu semua sangat mungkin terwujud
dengan adanya smart city. Untuk itu, memasukan
komponen media sosial menjadi aspek yang penting
dalam model bisnis seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 17. Rangka Model Bisnis Kanvas baik Untuk Sektor


Bisnis atau Sektor Publik dalam Merespon Generasi Milenial

Pada Gambar 2, peran media sosial menjadi sentral


untuk menghubungkan proposisi nilai dengan
konsumen. Pada detail model bisnis (berupa proses
bisnis) untuk masing-masing organisasi baik pada sektor
bisnis maupun publik, sangat dimungkinan untuk media

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 501


sosial masuk di berbagai dimensi selain dimensi
hubungan ke konsumen dan dimensi perantara. Sebagai
kesimpulan, smart city sangat mungkin
diimplementasikan dengan digerakan oleh generasi
milenial. Adapun pola-pola dan variasi model maupun
proses bisnis berbasis teknologi akan menjadi cukup
relevan untuk generasi ini. Akhir kata, penulis ingin
menyarankan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
seperti pembuat kebijakan maupun pelaku aktivitas
bisnis bahwa:
 Inovasi dan terobosan akan sukses pada waktu yang
tepat, dimana kesiapan infrastruktur dan pemahaman
sumberdaya manusia menjadi 2 komponen vital. Dua
hal ini juga menjadi komponen yang perlu ada dari
smart city.
 Saat ini Generasi Milenial memiliki keunggulan dalam
penggunaan teknologi, sehingga sekaranglah inovasi
dan terobosan smart city tepat digunakan dan
digerakan oleh generasi ini.

Daftar Pustaka
Ali, H., & Purwandi, L. (2016). Indonesia 2020: The Urban Middle Class
Millenials. Alvara Research Center.
Badan Pusat Statistik.(2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.
Jakarta.
Berkup, S. B. (2014). Working with generations X and Y in generation Z
period: Management of different generations in business life.
Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(19), 218.
Cabral, J. (2008). Is generation Y addicted to social media. Future of
children, 18, 125.

502 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
McCrindle, M., & Wolfinger, E. (2009). The ABC of XYZ: Understanding
the Global Generations. The ABC of XYZ.
McGuire, M., & Dowling, S. (2013). Cyber crime: A review of the
evidence. Summary of key findings and implications. Home Office
Research report, 75.
Omar, F. I., Hassan, N. A., Sallehuddin, I. S., & Abdullah, N. H. (2016).
Gen Y: A study on social media use and outcomes. Journal of
Management & Muamalah, 6(1), 53-64.

Penulis
Satria Fadil Persada, S.Kom., MBA, Ph.D.
adalah dosen di Departemen Manajemen Bisnis.
Lulus di tahun 2016 dengan gelar Ph.D, penulis
memiliki motivasi dan semangat untuk terus
mengembangkan area keilmuan disertasinya
yang berbicara tentang perilaku manusia baik
dalam aspek konsumen maupun organisasi.
Penulis aktif menjalankan kegiatan tiga dharma
berupa pendidikan, pengajaran dan pengabdian masyarakat. Untuk
aspek pendidikan, saat ini penulis aktif sebagai dosen tetap di
Departemen Manajemen Bisnis sejak pertengahan tahun 2018. Penulis
memiliki serangkaian penelitian baik yang bersifat formal (anggota
penelitian unggulan dana lokal ITS) maupun informal (penelitian
independen yang di publikasikan di berbagai jurnal internasional).
Penulis dipercaya membantu menjadi reviewer di beberapa kegiatan
penelitian seperti di seminar nasional (SESINDO), seminar
internasional (ISICO), jurnal nasional (Teknobisnis), jurnal internasional
(IEEE Access), tim klinik jurnal, maupun tim reviewer monitoring dan
evaluasi kemajuan penelitian dana lokal ITS. Penulis juga memiliki
kontribusi keilmuan yang dimanifestasikan kedalam artikel yang
diterbitkan di berbagai seminar nasional, seminar internasional, jurnal
internasional tidak bereputasi, dan jurnal internasional bereputasi.
Penulis memiliki beberapa kegiatan pengabdian masyarakat seperti
dipercaya untuk mengisi berbagai acara sebagai pemateri dan
pendampingan kegiatan abdi masyarakat.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 503


JAMU LOVERS, JAMU UNTUK MILLENIAL:
JAMU SOCIETY SEBAGAI MODERNISASI
GAYA HIDUP

Sri Fatmawati, M.Sc., Ph.D


Yuliana, S.Si.

Pendahuluan
“I think, I am falling in love with Jamu” adalah
sepenggal kalimat yang banyak saya dengar, ketika saya
turun dari mimbar speech di Omni hotel – Washington
DC, Amerika Serikat, 2 tahun silam.
Saya didaulat untuk speech pada The Elsevier
Foundation Award for Early-Career Women Scientist –
2016 awarding ceremony, untuk bercerita bagaimana
awal saya tertarik pada Natural Product Chemistry yang
mengantarkan saya menjadi salah satu pemenang
penghargaan kelas dunia tersebut.
Ini bukan hal yang main-main, ketika para undangan
yang hadir sangat tertarik dengan jamu. Komentar diatas
menunjukkan bahwa potensi jamu sebagai warisan
budaya Indonesia sangat besar. Lantas apa yang dapat
kita lakukan? bagaimana supaya jamu menjadi bagian
dari wacana global?

504 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Jamu Lovers
Jamu Lovers atau Pecinta Jamu seharusnya banyak
kita jumpai di masyarakat sekarang. Kenyataannya
berbanding terbalik, hal ini karena jamu pada umumnya
rasanya pahit dan beraroma rempah. Padahal jika kita
mampu meramu, menciptakan suasana yang nyaman
dan membuat jamu sebagai gaya hidup, maka rasa
pahitnya akan menghilang. Layaknya teh hijau yang
pahit, menjadi minuman khas yang disuka orang Jepang
dari anak-anak hingga dewasa. Maka tantangannya
adalah bagaimana menjadikan masyarakat Indonesia
sebagai jamu lovers.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya
akan keanekaragaman sumber hayati. Indonesia sampai
saat ini masih menduduki peringkat kedua sebagai
sumber pemasok tanaman herbal. Di beberapa negara
seperti Cina, India dan Thailand telah mengembangkan
obat tradisional mereka menjadi bagian dari kesehatan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan
80% penduduk dunia tergantung pada obat tradisional
untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Tanaman
obat tradisional dapat diketahui secara turun temurun
dari generasi ke generasi berikutnya. Namun, tanaman
tersebut dapat punah jika tidak ada lagi yang
melestarikannya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 505


Inisiasi jamu pada generasi millenial
Siapakah yang harus kita siapkan sebagai generasi
pelestari sekaligus pejuang jamu? Jawabannya adalah
generasi millenial. Sebagian besar generasi millenial
bahkan ada yang sama sekali tidak pernah tahu jamu itu
untuk apa? atau jamu itu seperti apa?
Kita harus paham, generasi muda lebih tertarik kepada
sesuatu yang baru. Dalam bisnis yang lagi ngetrend yaitu
maraknya cafe dan bisnis startup. Hal ini bahkan sempat
heboh di dunia selebritis. Mulai dari bisnis penjualan
cake, jus buah dan berbagai bisnis penjualan yang
berkaitan dengan makanan dan minuman.
Jamu yang merupakan warisan budaya Indonesia
belum tersentuh. Akan sangat tepat bila mulai sekarang
diperkenalkan kepada kaum millenial ini. Kenapa?
Alasannya yaitu merekalah penguasa abad mendatang.
Oleh sebab itu diperlukan inisiasi oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah mengenai pentingnya
melestarikan jamu sebagai obat dan sekaligus sebagai
warisan leluhur.

Jamu Society sebagai Modernisasi Gaya Hidup


Di era generasi millenial ini dianggap tidak gaul jika
tidak akrab dengan kata nongkrong. Dalam artian yang
luas seperti nongkrong sambil ngumpul dengan teman-
teman sebaya di warung, di cafe dan lain sebagainya.
Mahasiswa-pun demikian, mengerjakan tugas di salah

506 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
satu gerai kopi ternama. Jika ada banyak warung kopi,
cafe dengan aneka minuman dan jus atau rumah ice
cream dan lainnya yang sedang naik daun, maka jamu
harusnya dapat mengambil hati generasi ini, sebagai
produk utama dalam arena kumpul-kumpul tersebut.
Dobrak opini jamu yang dianggap sebagai minuman
“manusia jaman old” yang berasa pahit dan tidak ada
gunanya. Untuk itu perlu dilakukan strategi yang bijak
untuk menjadikan jamu sebagai pesona baru. Deretan
barista dan chef kita, sudah seharusnya mampu
menciptakan jamu dengan racikan populer. Ramuan
jamu sebaiknya dibuat dari tanaman herbal yang masih
segar sehingga yang meminumnya mendapatkan sensasi
segar tanpa mengurangi khasiat dari jamu tersebut.
Selain warung dan cafe, jamu juga dapat disediakan di
beberapa hotel maupun restoran terkenal di Indonesia.
Beberapa hotel ternama di Indonesia sudah mulai
menyediakan jamu sebagai alternatif minuman. Tamu-
tamu dari luar negeri akan dengan senang hati
meminumnya. Hal ini dapat menambah nilai jamu
sebagai minuman khas Indonesia sekaligus
memperkenalkan jamu kepada tamu atau wisatawan
negara asing yang berkunjung. Namun, jamu dengan
kualitas baik tetap saja tidak mudah didapatkan dan
belum menjadi bagian dari modernisasi gaya hidup
orang Indonesia.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 507


Jamu break
Jika selama ini rehat yang paling populer dalam
meeting atau rapat dikenal coffee break, maka mulai saat
ini pergeseran dapat dilakukan ke hal yang nilainya lebih
besar dari sekedar rehat untuk ngopi. Apa itu? jamu-
break. Mengapa tidak? toh hampir seluruh masyarakat
Indonesia hingga ke pelosok daerah mengetahui manfaat
jamu. Nah, dengan jamu-break ini juga akan memberikan
kesan dan nuansa yang berbeda dengan coffee break.
Jamu-break akan lebih memberikan sensasi segar yang
menyehatkan di setiap tegukannya. Kopi-pun dapat
diramu menjadi minuman yang menyehatkan dengan
diseduh bersama rempah atau tanaman jamu.
Hingga saat ini, diperlukan jiwa yang inovatif dan
memiliki tangan artistik untuk memformulasikan jamu
agar dapat menjadi minuman yang populer di kalangan
generasi miilenial yang semakin modern ini. Sehingga
jika jamu menjadi populer di Indonesia, maka tidak ada
lagi halangan selanjutnya bagi jamu untuk mendunia dan
menjadi wacana global dalam smart living di masa kini
hingga masa akan datang. Karena orang cerdas akan
mementingkan untuk memilih olahan minuman yang
tidak hanya nikmat tetapi juga menyehatkan.

Peran Penting Pemerintah


Ada empat pihak yang berperan penting dalam inisiasi
jamu di era millenial saat ini yaitu peran pemerintah,
Peneliti, masyarakat lokal dan pelaku bisnis.

508 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Jamu Lovers

Pemerintah Peneliti Masyarakat Lokal Pelaku Bisnis

Pusat Provinsi Generasi X Generasi Z Home-


Kimia Kimia Farmasi (Millenial) made Industri
Kota/Kabupaten Generasi Y
Sintesis Bahan
Alam

Gambar 1. Pihak-pihak yang berperan dalam


inisiasi jamu society

Pemerintah sangat penting dalam siklus inisiasi jamu


lovers. Hal yang dapat dilakukan pemerintah adalah
memberikan dukungan kepada semua pihak untuk
terus melestarikan gerakan minum jamu. Selain itu,
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah
saat ini yaitu melakukan Kampanye media massa
mengenai jamu yang menunjuk pada budaya Indonesia.
Baik pemerintah provinsi, kota atau kabupaten juga
dapat membantu dalam hal menyediakan wadah yang
berkualitas demi kemajuan produksi jamu serta
memberikan dukungan penuh kepada masyarakat
millenial untuk terus mengembangkan jamu. Salah satu
contohnya seperti inisiasi minum jamu seminggu sekali.
Hal ini bermaksud untuk menanamkan ke dalam hati
generasi millenial bahwa jamu memiliki khasiat yang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 509


baik dan dapat memberikan peluang besar dalam
pengembangannya.
Akan tetapi muncul pertanyaan, apakah generasi
millenial saat ini bisa percaya begitu saja dengan khasiat
jamu untuk kesehatan? Terdapat banyak alasan mengapa
generasi millenial saat ini enggan untuk mengomsumsi
jamu mulai dari rasa yang kurang nikmat, kurang praktis
hingga standarisasi yang kurang dapat dipercaya. Bukan
hanya itu, penggunaan jamu secara global belum diakui
secara resmi.
Standarisasi tidak pernah jauh dari peneliti. Di
laboratorium kami pun hingga saat ini meneliti tanaman
tradisional yang digunakan di jamu. Mengingat kualitas
jamu menjadi poin utama, diperlukan peneliti yang
berkompeten sehingga jamu lovers tidak berhenti pada
user saja. Oleh karena itu, dorongan maupun dukungan
dari pemerintah juga sangat diperlukan oleh tim peneliti
khususnya peneliti yang berkecimpung di bidang kimia
khususnya kimia organik bahan alam, kimia sintesis dan
biologi.
Mengapa? Sebab melalui scientist research inilah
keraguan mengenai penggunaan tanaman herbal
sebagai jamu dapat dihilangkan. Mengapa demikian? Hal
ini karena penelitian yang dilakukan mengacu pada hal-
hal yang berkorelasi dengan manfaat senyawa kimia
yang diisolasi dari tanaman. Tidak hanya sampai di situ,
senyawa tersebut juga diuji keefektifannya dalam
mencegah atau menyembuhkan penyakit baik secara in

510 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
vitro maupun secara in vivo. Scientist research kimia
sintesis dapat dilakukan dengan mensintesis senyawa
yang aman untuk dikomsumsi dimana sediaan obatnya
merupakan senyawa hasil isolasi dari bahan alam.
Sementara itu, scientist biologi memiliki peran dalam
pemeriksaan morfologi maupun fisiologi dari suatu
tanaman obat sebelum dilakukan isolasi senyawa kimia
yang terkandung di dalam tanaman obat tersebut.

Kekuatan Riset, apakah senyawa yang ada dalam


jamu?
Senyawa kimia yang dimaksud diatas yaitu senyawa
metabolit sekunder. Senyawa ini terdapat dalam tanaman
mulai dari akar, batang, bunga hingga daun. Senyawa
metabolit sekunder berperan untuk mempertahankan
tanaman dari kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan seperti serangan serangga dan penyakit.
Metabolit sekunder meliputi fenolat, alkaloid dan
terpenoid. Jenis dan jumlah metabolit sekunder yang
terkandung dalam tanaman juga berbeda-beda pada
setiap jenis tanaman.
Salah satu contohnya yaitu kurkumin. Kurkumin
merupakan senyawa metabolit sekunder dari
golongan fenolat yang memiliki efek biologis
sebagai agen farmakologi seperti antioksidan,
antikanker, anti inflamasi, antimikroba dan lain-lain.
Kurkumin dapat diisolasi dari beberapa tanaman obat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 511


seperti kunyit (Curcuma longa L.) dan jahe (Zingiber
officinale).

Gambar 1. Curcuma longa Gambar 2. Zingiber officinale

Berikut merupakan struktur kimia dari tautomer


kurkumin.
O O

HO OH

Gambar 3. Kurkumin (dalam bentuk keto)


O OH

HO OH

Gambar 4. Kurkumin (dalam bentuk enol)

Selain kurkumin, metabolit sekunder golongan fenolat


seperti etil p-metoksi sinamat juga memiliki aktivitas

512 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
biologis sebagai antioksidan, antikanker, larvasida dan
lain-lain. Senyawa ini merupakan hasil isolasi dari
tanaman kencur (Kaempferia galanga).

O CH3

HO

Gambar 5. Kaempferia galanga Gambar 6. etil p-metoksi sinamat

Baik kunyit, jahe maupun kencur telah lama dikenal


sebagai bahan utama dalam pembuatan jamu. Bahkan
hingga sekarang ketiga bahan ini masih menjadi
tanaman herbal yang populer sebagai bahan yang siap
diramu menjadi jamu. Secara tradisional, kunyit seringkali
dibuat sebagai bahan dasar jamu kunyit asam yang
dipercaya dapat mengurangi kram perut saat haid. Jahe
untuk menghangatkan tubuh. Sementara itu, kencur
dibuat jamu “beras kencur” yang dipercaya menambah
nafsu makan. Nah, dengan adanya pembuktian yang
diberikan oleh ilmuwan kimia maka jamu akan mudah
diterima di kalangan masyarakat khususnya di generasi
millenial saat ini.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, dilaporkan
bahwa metabolit sekunder yang terkandung dalam
tumbuhan memiliki efek biologis terhadap tubuh
manusia. Oleh karena itu, penelitian di bidang kimia

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 513


organik bahan alam sangat perlu untuk dikembangkan
sehingga dapat mendongkrak khasiat tanaman. Melalui
riset yang dilakukan oleh peneliti kimia organik bahan
alam ini, maka senyawa metabolit sekunder dapat
terungkap dan memberikan kontribusi ilmiah kepada
masyarakat.
Selain peran pemerintah dan scientist research,
masyarakat lokal juga merupakan pihak yang paling
memiliki peran besar dalam inisiasi jamu pada era
millenial ini atau sering disebut sebagai generasi “Z”.
Generasi “Z” merupakan generasi yang mana kebutuhan
mengenai apapun dapat diperoleh dengan mudah dan
segala sesuatunya berjalan secara modern. Generasi “X”
dan “Y” merupakan generasi sebelum “Z” atau dalam arti
lainnya generasi “X” dan “Y” baiknya memiliki dorongan
batin untuk memperkenalkan jamu pada generasi “Z”.
Hal ini dapat dilakukan melalui sosialisasi maupun
himbauan kepada masyarakat setempat untuk
menciptakan jamu lovers. Apabila peran masyarakat lokal
memberikan penyuluhan yang baik misalnya berupa cara
meramu atau meracik jamu dari tanaman obat yang
diambil secara segar dengan tambahan es, madu dan lain
sebagainya, maka akan sangat menarik perhatian apabila
banyak diantara generasi “Z” atau millenial yang menjadi
jamu lovers. Sensasi yang diperoleh dari meminum jamu
berbahan segar akan membuat tubuh terasa sehat dan
awet muda.

514 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Jamu sangat penting dikenalkan kepada generasi
millenial. Jamu Lovers harus semakin banyak di era
industri 4.0 ini. Dengan demikian, jamu society akan
terbentuk sebagai modernisasi gaya hidup sehat.
Millenial yang mencintai jamu adalah Kekuatan
Indonesia masa depan.

Daftar Pustaka
Du, Guankui, Man Xiao, Siman Yu, Mengyi Wang, Yiqiang Xie, and
Shenggang San, 2018. Phyllanthus urinaria: a potential
phytopharmacological source of natural medicine. International
Journal of Clinical and Experimental Medicine, vo. 11, (7) pp. 6509-
6520.
Elfahmi, Herman J. Woerdenbag, and O. Kayser, 2014. Jamu:
Indonesian traditional herbal medicine towards rational
phytopharmacological use. Journal of Herbal Medicine, vol. 4, pp.
51-73.
Hindayani, Lestari, Syharmiati, Suharti Sakirno, B. Djoerban, K. R.
Soegijono and S. Pranata, 1998. Inventarisasi jamu madura yang
dimanfaatkan untuk pengobatan atau perawatan gangguan
kesehatan berkaitan dengan fungsi reproduksi wanita. Buletin
Sistem Kesehatan, vol. 2, (1).
Jantan, I. F. C. Saputri, M. N. Qaisar, and F. Buang, 2012. Correlation
between Chemical Composition of Curcuma domestica and
Curcuma xanthorrhiza and their antioxidant effect on Human low
density lipoprotein oxidation. Evidence-Based Complementary and
Alter native Medicine, pp. 1-10.
Jovičić, Daria, A. Jozinović, M. Grčević, E. S. Aleksovska, and D. Šubarić,
2017. Nutritional And Health Benefits Of Curcumin. Food in Health
and Disease, scientific-professional journal of nutrition and dietetics,
vol. 6, (1), pp. 22-27.
Krier, Sarah E., 2011. Our roots, our strength: the jamu industry,
women‟s health and islam in contemporary indonesia.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 515


Limananti, A. Ika and A. Triratnawati, 2003. Ramuan jamu cekok
sebagai penyembuhan kurang nafsu makan pada anak: suatu
kajianetnomedisin. Makara, Kesehatan, vol. 7, (1), pp. 11-20.
Peltzer, Karl and Supa Pengipid, 2015. Utilization and Practice of
Traditional/Complementary/Alternative Medicine (T/CAM) in
Southeast Asian Nations (ASEAN) Member States. Ethno Medicine,
vol. 9 (2), pp. 209-218.
Sujarwo, Wawan, A. P. Keim, V. Savo, P. M. Guarrera And G. Caneva,
2015. Ethnobotanical study of Loloh: Traditional herbal drink sfrom
Bali (Indonesia). Journal of Ethnopharmacology, vol. 169, pp. 34-
48.
Wu, Hsin-Yi Tsu-Kung Lin, Hsiao-Mei Kuo, Ya - Ling Huang, Chia-Wei
Liou, Pei - Wen Wang, Jiin-Haur huang, and Sheng -Teng Huang,
2012. Phyllanthus urinaria In duces Apoptosis in Human
Osteosarcoma 143B Cells via Activation of Fas/FasL- and
Mitochondria-Mediated Pathways. Evidence -Based
Complementary and Alternative Medicine, pp. 1-13.
Yulagustinus and Nyoman Oka Tridjaja, “Jamu-a healthy drink of
Indonesia,” Journal of Food Science and Engineering, vol. 7, pp.
221-226, 2017.

Penulis
Sri Fatmawati, S.Si., M.Sc., Ph.D adalah
Dosen aktif di Departemen Kimia ITS dan
Presiden Organization For Women in Science
in The Developing World (OWSD) -
Indonesia. Penulis menyelesaikan studi
Master of Science (M.Sc) dan Doctor of
Philosophy (Ph.D) di Graduate School of
Bioresources and Bioenvironmental Sciences,
Kyushu University pada 2011. Penulis adalah peneliti di Bidang Kimia
bahan Alam, yang terkait dengan kesehatan, baik dari jamu
Indonesia, jamur, tanaman mangrove, dari bahan laut seperti
spons, coral dan telah dianugerahi beberapa penghargaan yaitu
Anugerah Wira Adhiacarya 2018 oleh ITS, The Elsevier Foundation

516 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Award for Early-Career Women Scientist 2016 di Washington DC USA,
Early Career Chemist Award 2015 di Hawaii USA, The Most Inspiring
Woman 2015 di Surabaya Indonesia, Inspiring female scientist from
Indonesia 2015 oleh Euraxess Links ASEAN E-newsletter March
edition, People of The Year 2013 kategori “Tokoh Muda Indonesia”
oleh Koran Sindo (Seputar Indonesia, MNC Group) dan juga
International L‟Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2013 di
Paris. Puluhan publikasinya telah terbit di jurnal ilmiah nasional
maupun internasional serta memiliki beberapa paten dan buku.
Kontak person: WA +62 852-3099-4949 atau Instagram
srifatmawati_its

Yuliana, S. Si. dilahirkan di Sailong-Bone


pada 08 Februari 1994. Pendidikan formal
yang ditempuh yaitu Madrasah Ibtidaiyah
Negeri (MIN 4 SAILONG) tahun 2000 di
Kabupaten Bone dan pindah sekolah pada
tahun 2004 di SDN MOLELENGKU di Wotu
Luwu Timur hingga lulus pada tahun 2006,
SMP NEG. 3 WOTU pada 2009, SMA NEG. 1
WOTU pada 2012 dan Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar pada 2016 tingkat S1 jurusan Kimia
Sains. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kimia sebagai anggota devisi keilmuwan
periode 2014-2015. Penulis juga aktif sebagai Koordinator asisten
sekaligus asisten dalam mata kuliah Praktikum Kimia Fisika I,
Praktikum Kimia Koordinasi dan Ikatan Kimia serta Praktikum
Preparasi Senyawa Organik dan menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi
yang berjudul Isolasi Senyawa Bioaktif Antibakteri pada Ekstrak Etanol
Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Kepulauan Selayar”. Penulis saat
ini merupakan mahasiswa tingkat magister di ITS yang juga aktif
dalam menulis jurnal nasional maupun internasional. Email:
yuliana.chemistry@yahoo.com

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 517


SMART LEARNING DI ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0 REALITAS VIRTUAL: VR, AR dan MR

Ir. Purwanita Setijanti MSc., PhD.


Tanti S. R. Nasution, S.T., M.T.
Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., M.T.
Adinda Sih Pinasti Retno Utami, ST. M.T.
Wahyu Setyawan, ST., M.T.
Sarah Cahyadini, ST., M.T.
Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Johan Silas

Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) merupakan kelanjutan


dari revolusi industri 3.0 yaitu setelah revolusi informasi
yang bercirikan otomasi, komputer dan elektronik. Era RI
4.0 bercirikan sistem fisik siber (cyber physical), Internet
of Things (IoT), kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)
dan Jejaring. RI 4.0 merupakan perluasan atas
pencapaian-pencapaian yang telah terjadi di era RI 3.0.
Dunia informasi melebar, menjangkau lebih banyak
bidang. Dunia virtual semakin meluas dan tumbuh.
Beberapa teknologi baru bermunculan seperti
Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), Mixed
Reality (MR) komputasi awan (cloud computing), big
data, uang kripto (crypto-currency), block-chain, dan
sebagainya.
Pemanfaatan dunia virtual menggejala dengan
hebatnya. Generasi sekarang (yang dikenal sebagai
generasi C) berakrab ria dengan media sosial virtual,
seperti Instagram, Line, WhatsApp, Facebook, Youtube,
Twitter. Apa yang terjadi di dunia nyata, menyebar

518 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dengan cepat menembusi dunia virtual, sehingga
dampaknya dapat dirasakan orang lain di tempat yang
berjauhan letaknya.
Generasi migran yaitu generasi orang tua mereka,
walau merupakan orang “urban” (yang berpindah migrasi
dari dunia analog ke dunia digital atau dunia virtual)
mengikuti perkembangan perluasan dunia virtual ini.
Orang-orang sudah mencicipi rasanya berbelanja di
dunia virtual belanja daring (online). Pembelian barang
dengan uang digital, pengantaran makanan, pesan
penginapan di hotel, revervasi tiket, semuanya dilakukan
melalui dunia virtual.
Terciptanya sambungan antara dunia nyata dan dunia
virtual ini menimbulkan banyak perubahan, memerlukan
cara berpikir yang berbeda. Apa-apa yang dulu dirasakan
memerlukan waktu yang cukup panjang untuk dilakukan
seperti memesan hotel atau tiket pesawat terbang,
sekarang dapat dilakukan dengan beberapa kali tap layar
gadget saja.
Sambungan antara dunia nyata dan dunia virtual ini
dapat dirasakan dan dialami. Sebagai contoh, saat ini
mahasiswa yang sedang lapar di kos-kosannya dapat
memesan soto ayam melalui Go-Food bermodal uang
virtual Go-Pay. Tak lama kemudian soto ayam favoritnya
sudah dapat dinikmati dan dimakannya. Uang virtual
yang tak ada wujud fisiknya ini dapat menjadi soto ayam
yang nikmat rasanya dan mengenyangkan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 519


Seorang penjual barang membuka lapaknya dan
menerima pembelian dari seorang yang jauh, digunakan
untuk menyumbang sebagai bantuan bencana alam.
Penjual ini dapat secara fisik mengirim barang ke lokasi
bencana karena kebetulan ia tinggal di dekat daerah
tersebut. Dan segera, para pengungsi yang tengah
menderita dapat terbantu. Bantuan untuk pengungsi ini
mungkin datang dari orang yang barangkali tidak
dikenalnya, tak pernah bertemu muka. Namun bantuan
itu nyata adanya. Penyumbang nun jauh di sana, juga
merasakan ia telah membantu. Jembatan yang
menghubungkan keduanya, menghubungkan perasaan
antara yang membantu dan yang dibantu.
Belajar apa pun dapat dilakukan dengan lebih cepat;
lebih cepat paham melalui praktek yang diperagakan,
melalui kanal-kanal video demonstrasi belajar YouTube.
Anak-anak sekarang dapat meniru dengan cepat, berbagi
tips dan trik, tak kenal batas, tak kenal waktu, tak kenal
usia.
Belajar secara visual melalui pengamatan, pembelian
barang melalui browsing barang virtual di etalase visual
pasar yang disediakan oleh penyedia jasa belanja daring
(online). Beberapa peneliti mengatakan cara yang
sekarang dilakukan yaitu melalui penyajian visual akan
diperkaya dengan lebih banyak pengalaman, melalui
Virtual Reality, Augmented Reality dan Mixed Reality.
Terbuka kemungkinan baru untuk pengajaran dan
pembelajaran yang disediakan oleh dunia virtual.

520 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Jembatan yang sudah tercipta antara objek virtual dan
lingkungan nyata memungkinkan peserta didik untuk
memvisualisasikan hubungan spasial yang kompleks dan
konsep abstrak. Fenomena yang terjadi di dunia nyata
dapat direka ulang dengan fleksibilitas yang lebih tinggi,
tingkat bahaya yang lebih rendah, dimainkan berulang-
ulang, interaksi dimungkinkan antara benda virtual dan
benda nyata. Ini boleh jadi berpeluang menjadikan peran
IoT akan semakin signifikan di masa-masa mendatang.

Definisi Realitas Virtual: AR, VR dan MR


Para peneliti dalam ilmu komputer dan teknologi
pendidikan beragam dalam mendefinisikan AR. Salah
satu peneliti mengatakan AR dapat didefinisikan secara
ketat sebagai sistem yang memenuhi tiga fitur dasar:
kombinasi dari dunia nyata dan virtual, interaksi dalam
waktu nyata, serta representasi dimensi tiga (3D) yang
akurat dari objek virtual dan nyata. Definisi yang lebih
longgar mengatakan sembarang teknologi yang
mencampur, menyatukan, mengkombinasikan antara
informasi nyata dan virtual dalam suatu cara yang
bermakna.
Berbagai pendekatan pembelajaran dalam desain
lingkungan belajar AR, termasuk pembelajaran berbasis
permainan (Rosenbaum, Klopfer, & Perry, 2007; Squire &
Jan, 2007; Squire & Klopfer, 2007), pembelajaran berbasis
tempat (Klopfer, 2008; Mathews, 2010), simulasi
partisipatif (Klopfer & Sheldon, 2010; Rosenbaum et al.,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 521


2007; Squire & Klopfer, 2007), pembelajaran berbasis
problem (Liu, Tan, & Chu, 2009; Squire & Klopfer, 2007,
p. 375) , bermain peran (Rosenbaum et al., 2007),
pedagogi berbasis studio (Mathews, 2010), dan metode
jigsaw (Dunleavy et al., 2009). Sub himpunan AR yang
berbeda (misal, AR mobile, AR berbasis game, dan AR
multi pemain) memiliki affordance yang berbeda untuk
mendukung penerapan pendekatan ini. Berdasarkan fitur
yang paling menonjol dari pendekatan, dapat
digolongkan pendekatan instruksional ke dalam tiga
kategori utama: yaitu pendekatan yang menekankan
keterlibatan peserta didik ke dalam "peran," pendekatan
yang menekankan interaksi peserta didik dengan "lokasi"
fisik, dan pendekatan yang menekankan desain
pembelajaran "tugas."

Peran
Pendekatan yang menekankan pelibatan peserta didik
ke “peran” yang berbeda dalam lingkungan AR termasuk
simulasi partisipatif, bermain peran, dan pendekatan
jigsaw. Karena pendekatan ini menekankan interaksi dan
kolaborasi di antara siswa, ketiganya biasanya dikaitkan
dengan mobile-AR, AR multipemain, atau AR berbasis
game. Simulasi partisipatif dapat didefinisikan sebagai
cara yang memungkinkan pemain yang berbeda,
berfungsi sebagai komponen yang berinteraksi dari
sistem dinamis dan akibatnya interaksi di antara siswa
memengaruhi hasil sistem (Klopfer &Squire, 2008, hlm.
225). Contoh ilustrasi simulasi partisipatif dapat

522 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
ditemukan dalam permainan Virus yaitu siswa
memainkan virus proses penularan penyakit menular
(Klopfer, Yoon, & Rivas, 2004). Siswa saling
“memancarkan” informasi melalui perangkat genggam
mereka untuk mensimulasikan proses saling menginfeksi
satu sama lain.
Di beberapa lingkungan AR, siswa memiliki peran
yang berbeda untuk dimainkan secara berurutan untuk
mengembangkan pemahaman mendalam tentang suatu
topik. Misalnya, dalam Squire dan Klopfer (2007), siswa
ditugaskan sebagai penyelidik lingkungan, ilmuwan, dan
aktivis lingkungan untuk memahami sifat sosial alamiah
penyelidikan ilmiah. Dengan demikian, siswa tidak hanya
mengambil bagian dalam sistem simulasi tetapi juga
mengadopsi cara berpikir yang berbeda atau memiliki
akses ke informasi yang relevan dengan peran mereka
sambil memainkan peran yang berbeda. Selanjutnya,
pendekatan jigsaw berfokus pada kolaborasi antar peran
yang berbeda sehingga siswa bisa menyelesaikan tugas
melalui permainan peran. Dalam desain semacam ini,
siswa yang memainkan peran berbeda diberi informasi
unik. Ini bersandar banyak pada kolaborasi atau jigsaw di
antara berbagai peran tim untuk menyelesaikan masalah
bersama (Dunleavy et al., 2009).

Lokasi
Pembelajaran berbasis tempat atau berbasis lokasi
menekankan interaksi peserta didik dengan lingkungan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 523


fisik sehingga mobile-AR dengan teknologi lokasi
terdaftar adalah sub-set umum yang digunakan untuk
pendekatan ini. Lingkungan AR yang mengambil
pendekatan ini memetik keuntungan dari teknologi
seluler karena perangkat seluler memungkinkan server
komputer melacak lokasi geologi aktual peserta didik (De
Lucia, Francese, Passero, & Tortora, 2012).
Melalui perangkat seluler dan sistem penentuan posisi
geologis, peserta didik memiliki akses ke informasi yang
relevan ketika mereka tiba di lokasi tertentu (Klopfer,
2008). Tempat atau lokasi untuk AR, misalnya, adalah
kampus atau sekolah tempat siswa sebenarnya belajar
atau lingkungan tempat sekolah itu berada.
Salah satu manfaat potensial dari pembelajaran
berbasis tempat adalah untuk membawa rasa keaslian
kepada siswa. Siswa mungkin merasa lebih membumi
pada "kenyataan" ketika mereka bekerja di area fisik atau
bergerak melalui lingkungan yang sebenarnya
(Rosenbaum et al., 2007). Juga, ketika menjadi akrab
dengan lingkungan aktual dan membuat keputusan
tentang masalah lingkungan adalah tujuan pembelajaran
yang penting bagi mereka yang dapat direalisasikan
dengan meminta siswa mengumpulkan data atau
menyelidiki masalah di berbagai lokasi di lingkungan
aktual. Namun, tantangan yang umum dari belajar
berbasis lokasi ini adalah bahwa siswa perlu mengatasi
kendala lingkungan aktual (Klopfer, 2008).

524 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Tugas
Kategori ketiga berpusat pada desain tugas belajar di
lingkungan AR. Pendekatan yang dapat diidentifikasi
dalam kategori ini adalah: pembelajaran berbasis game,
berbasis masalah, dan berbasis studio. Karena sifat tugas
yang beragam, pelaksanaan pendekatan ini tidak selalu
bergantung pada sub-set spesifik dari teknologi AR. Di
antara pendekatannya, pembelajaran berbasis permainan
adalah salah satu yang paling populer untuk AR. Game
AR dapat didefinisikan sebagai “game yang dimainkan di
dunia nyata dengan dukungan perangkat digital yang
membuat lapisan fiksi aktif di atas konteks dunia nyata
”(Squire & Jan, 2007, hlm. 6). Fitur pembelajaran berbasis
game meliputi peran, kegiatan yang berpusat pada
tantangan, situs untuk ruang yang diperebutkan, dan
sumber daya serta alat otentik yang tertanam dalam
sistem (Squire & Jan, 2007).
Meskipun fitur peran penghuni tumpang tindih
dengan pendekatan bermain peran, fitur lain
membedakan pembelajaran berbasis game dari
pendekatan menekankan peran peserta didik. Game,
biasanya termasuk satu atau serangkaian tugas,
merupakan kombinasi kesenangan, tantangan, dan rasa
ingin tahu. Sebuah game menyediakan informasi digital
kepada satu atau lebih pemain, mengambil dan
memproses input dari para pemain, dan mengubah
informasi digital yang diberikan kepada para pemain
berdasarkan input (Kirriemuir & McFarlane, 2003).

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 525


Misalnya, dalam game AR yang berjuluk disebut
Outbreak @ The Institute (Rosenbaum et al., 2007), siswa
bekerja bersama untuk mencegah penyebaran penyakit
menular lebih lanjut. Ini memerlukan peran yang berbeda
dalam permainan termasuk dokter, teknisi medis, dan
ahli kesehatan masyarakat. Siswa dapat mengumpulkan
informasi melalui berinteraksi dengan karakter virtual dan
dengan memperoleh data virtual dari sumber daya
otentik dan alat yang tertanam dalam sistem.
Pendekatan berbasis tugas lainnya adalah
pembelajaran berbasis masalah. Pendekatan ini
digunakan untuk mempromosikan pembelajaran mandiri,
motivasi diri, keterampilan pemecahan masalah, dan
keterampilan aplikasi pengetahuan (Liu et al., 2009).
Meskipun tujuan pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran berbasis belajar biasanya berbeda, satu
pendekatan dapat menanamkan yang lain dalam desain
tugas dan kegiatan. Misalnya, banyak game AR termasuk
fitur pemecahan masalah dalam desain (mis., Squire &
Klopfer, 2007). Dalam Liu et al. (2009), siswa bermain
game sebelum masuk ke tugas pemecahan masalah; baik
aktivitas berbasis game dan aktivitas berbasis masalah
dimasukkan dalam modul pembelajaran tetapi dalam
pembelajaran yang berbeda fase. Dalam desain kegiatan
pembelajaran AR, batas antara penyelesaian masalah
kehidupan nyata dan pemecahan masalah seperti
permainan bisa menjadi buram. Ini dapat merupakan
indikasi positif, karena sifat bersatunya antara virtual dan
kenyataan.

526 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Pembelajaran berbasis studio juga menekankan sifat
tugas belajar dan berfokus pada pembelajaran dengan
desain, yang dengannya siswa merancang dan membuat
game augmented reality mereka sendiri (Mathews, 2010).
Pendekatan ini dimulai dengan pekerjaan berbasis
proyek pada masalah-masalah terbuka dan diikuti oleh
perulangan desain dan evaluasi (Kafai, 1995). Gagasan
mendasar untuk pembelajaran berbasis studio adalah
bahwa siswa, sebagai desainer, belajar tentang desain,
konten, dan keterampilan saat mereka menjalani tugas-
tugas dalam proses desain. Misalnya, dalam Mathews
(2010), siswa sekolah menengah dari kelas seni
interdisipliner dan studi sosial menggunakan perangkat
seluler untuk mengidentifikasi dan meneliti masalah
dalam komunitas, dan kemudian merancang game
tentang masalah yang diidentifikasi secara individual dan
kolaboratif. Akhirnya, mereka mendesain permainan AR
berbasis GPS pada perangkat seluler untuk mengajar
siswa lain dan anggota komunitas tentang masalah
tersebut.
Desain lingkungan belajar AR biasanya melibatkan
lebih dari satu pendekatan pengajaran. Misalnya, sebuah
lingkungan belajar AR dapat dirancang dalam konteks
permainan, mengadaptasi pembelajaran berbasis lokasi,
dan juga menggunakan simulasi partisipatif (Rosenbaum
et al., 2007; Squire & Klopfer, 2007). Dengan
menggunakan pendekatan instruksional yang tepat,
lingkungan AR dapat memanfaatkan affordance dari

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 527


augmented reality, sejajar dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan, dan memengaruhi bagaimana dan apa
yang dipelajari siswa.

Efek Pembelajaran
Penelitian telah menunjukkan bahwa sistem dan
lingkungan AR dapat membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
dapat dipelajari di lingkungan belajar lain dengan cara
yang lebih efektif (El Sayed, Zayed, & Sharawy, 2011). El
Sayed et al. (2011) menggunakan sistem AR untuk
menyajikan pelajaran dalam format 3D sehingga
pembelajar bisa melakukannya untuk memanipulasi
berbagai objek pembelajaran dan menangani informasi
dengan cara baru dan interaktif. Lingkungan AR juga
dapat memfasilitasi keterampilan perolehan. Dalam
Klopfer (2008), game seluler AR memungkinkan peserta
didik untuk mengatur, mencari, dan mengevaluasi data
dan informasi; oleh karena itu, peserta didik meraih
keterampilan dalam menavigasi data primer dan
sekunder yang dapat dikembangkan melalui game-game
ini.
Serangkaian keterampilan baru yang penting dan
esensial dalam ekonomi berbasis informasi juga dapat
dipromosikan di lingkungan pembelajaran AR (Mathews,
2010; Rosenbaum et al., 2007). Misalnya, Rosenbaum et
al. (2007) menunjukkan bahwa rasa keaslian yang
ditawarkan oleh lingkungan belajar AR mempromosikan

528 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
pemahaman peserta didik tentang model dinamis dan
hubungan sebab akibat yang kompleks. Selanjutnya,
lingkungan AR bisa meningkatkan motivasi dan minat
siswa, yang pada gilirannya dapat membantu mereka
mengembangkan keterampilan investigasi yang lebih
baik dan mendapatkan lebih akurat pengetahuan
tentang topik (Sotiriou & Bogner, 2008). Secara khusus,
kemampuan spasial siswa dapat ditingkatkan setelah
menggunakan aplikasi AR kolaboratif dan imersif
(Kaufmann & Schmalstieg, 2003; Kaufmann et al., 2005;
Martin-Gutierrez et al., 2010). Berbagai sekenario guru
interaksi siswa juga dapat didukung oleh sistem AR,
sehingga memaksimalkan transfer pembelajaran (Dede,
2009; Kaufmann & Schmalstieg, 2003). Satu set
keterampilan baru yang mungkin bisa dipromosikan di
AR adalah keterampilan psikomotor-kognitif karena AR
bisa memanfaatkan isyarat visual serta isyarat haptic
untuk meningkatkan pengalaman pengguna (Feng et al.,
2008). Kotranza et al. (2009) menunjukkan sistem AR
dalam kedokteran klinis yang menanamkan sensor
sentuh di lingkungan fisik, mengumpulkan data sensor
untuk mengukur kinerja peserta didik, dan kemudian
mengubah data kinerja menjadi umpan balik visual.
Dengan menggunakan sistem AR ini, peserta didik dapat
menerima tanggapan in-situ real-time, yang dapat
membantu meningkatkan kinerja mereka dan
meningkatkan keterampilan psikomotorik mereka dalam
tugas kognitif.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 529


Selain itu, sistem AR memberikan solusi untuk
kesulitan belajar yang telah diidentifikasi dalam
penelitian sebelumnya. Misalnya siswa biasanya
mengalami kesulitan memvisualisasikan fenomena yang
tidak teramati seperti putaran bumi (Kerawalla et al.,
2006). AR memungkinkan peserta didik untuk
memanipulasi objek virtual atau mengamati fenomena
yang mungkin tidak mudah dilihat di lingkungan alami
(mis., ekosistem lahan basah atau kehidupan siklus
makhluk lahan basah). Pengalaman belajar ini pada
gilirannya dapat mempromosikan keterampilan berpikir
dan pemahaman konseptual peserta didik tentang
fenomena yang tak terlihat (Liu et al., 2009) dan
memperbaiki kesalahpahaman mereka (Sotiriou &
Bogner, 2008). Sejauh ini mayoritas sistem AR telah
dikembangkan untuk pengajaran sains dan matematika
karena mempelajari mata pelajaran ini membutuhkan
visualisasi abstrak konsep, ada juga beberapa sistem
yang dirancang untuk siswa dengan kebutuhan khusus
dan pembelajaran bahasa. Sebagai contoh, Liu (2009)
dibangun dengan lingkungan belajar AR untuk
permainan belajar yang sadar konteks dalam membantu
siswa mengatasi hambatan belajar dan secara efektif
meningkatkan keterampilan berbicara dan
mendengarkan bahasa Inggris bagi peserta didik.
Selain itu, lingkungan AR mempromosikan praktik-
praktik penting dan literasi yang mungkin kurang bias
dikembangkan dalam teknologi lain yang (Squire & Jan,
2007; Squire & Klopfer, 2007). Permainan AR di Squire

530 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dan Jan (2007) memberikan siswa kesempatan untuk
mengalami bagaimana para ilmuwan berpikir dan
melakukan, dan untuk menerapkan pemahaman ilmiah
mereka untuk menyelesaikan masalah saat ini terjadi di
komunitas lokal mereka. Squire dan Klopfer (2007) juga
menyarankan bahwa game AR dapat mengaktifkan
pengetahuan sebelumnya peserta didik, yang terhubung
ke pengetahuan ke dunia fisik, dan melibatkan siswa
dalam konten dan praktik akademik.
Meskipun menggunakan AR untuk mengajar dan
belajar tampak menjanjikan, beberapa penelitian
menunjukkan efek negatif pada pembelajaran seperti
rendahnya keterlibatan (Kerawalla et al., 2006). Kerawalla
et al. menemukan bahwa sementara guru mengakui
manfaat menggunakan sistem AR di ruang kelas, mereka
ingin memiliki kontrol lebih besar atas konten dalam
sistem sehingga mereka dapat menyesuaikan kebutuhan
siswa mereka. Ini menunjukkan bahwa, seperti banyak
inovasi yang muncul, AR memberikan kemungkinan baru
serta tantangan.

Isu Teknologi
Satu jenis teknologi AR meliputi layar yang dipasang
di kepala (Head Mounted Display) dan/atau ransel
tambahan dengan peralatan komputer. Desain yang
rumit dan mahal dapat menyebabkan masalah seperti
ketidaknyamanan dan persepsi kedalaman yang buruk
(Kerawalla et al., 2006). Untuk menghindari masalah ini,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 531


pengembangan sistem AR saat ini mengadopsi teknologi
portabel. Sistem ini mengintegrasikan beberapa
perangkat keras dan perangkat lunak dan potensi
masalah antara lain adalah interfacing antara beberapa
perangkat (Klopfer & Squire, 2008) dan stabilitas
perangkat (Dunleavy et al., 2009; Squire & Jan, 2007).
Tanpa desain yang baik untuk antarmuka atau protokol
untuk memandu tindakan siswa, siswa dapat mengalami
kesulitan dalam menafsirkan petunjuk di perangkat dan
dunia nyata lingkungan, mengenali aliran informasi dari
satu perangkat ke perangkat lainnya, dan menavigasi
antara fantasi dan kenyataan (Squire & Jan, 2007).
Selain itu, semakin banyak perangkat yang digunakan,
semakin besar risiko kegagalan perangkat. Bagaimana
menjaga stabilitas tinggi beberapa perangkat menjadi
kritis. Dalam Dunleavy et al. (2009), kesalahan GPS
menyebabkan frustrasi siswa dan diidentifikasi oleh guru
sebagai masalah yang cukup berat.
Untungnya, masalah integrasi dan stabilitas perangkat
dapat dipecahkan dengan kemajuan pesat baru-baru ini
dalam teknologi portal dan nirkabel.
Selain lebih dari selusin aplikasi perangkat lunak, PC
tablet atau smartphone dapat menyertakan kamera video
built-in, GPS, penerima nirkabel, prosesor lebih cepat,
dan memori hard-drive yang besar. Diharapkan bahwa
perangkat portabel dalam sistem AR akan lebih
terintegrasi dan dapat diandalkan saat menjalankan
simulasi, game, video, dan aplikasi GPS.

532 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Masalah lain adalah mengenai trade-off dalam desain
teknologi antara ketergantungan lokasi dan
independensi (Klopfer & Sheldon, 2010). Sementara
teknologi khusus lokasi mengontekstualisasikan
pembelajaran siswa, memberikan koneksi ke lokasi
tertentu, dan membantu siswa memberi makna baru
untuk lokasi yang mereka kenal, desain independen
lokasi memiliki keunggulan dalam portabilitas dan
fleksibilitas dan dapat menghemat biaya transportasi.
Untuk menyeimbangkan dua pendekatan, pendidik dan
desainer mungkin mempertimbangkan desain yang tidak
hanya menghubungkan ke lokasi dunia nyata tetapi juga
mencakup fitur-fitur penting yang dapat umum temukan
di lokasi lain (Klopfer & Sheldon, 2010). TimeLab 2100
adalah contoh yang mengintegrasikan portabilitas
dengan spesifisitas lokasi dan menyediakan lokasi dunia
nyata yang umum (mis., sekolah dan halte) sehingga
siswa dapat menemukan pengganti lokal untuk
kebutuhan belajar mereka.

Isu Pedagogi
Ada juga masalah pedagogis yang perlu
dipertimbangkan ketika sistem AR diterapkan di ruang
kelas. Pertama, seperti banyak inovasi pendidikan di
masa lalu, penggunaan AR di ruang kelas dapat
menghadapi kendala dari sekolah dan resistensi di
kalangan guru. Kegiatan pembelajaran yang terkait
dengan AR biasanya melibatkan pendekatan inovatif
seperti simulasi partisipatif dan pedagogi berbasis studio.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 533


Akan tetapi, sifat dari pendekatan pengajaran ini sangat
berbeda dari fokus yang berpusat pada guru, berbasis
delivery dalam metode pengajaran konvensional
(Kerawalla et al., 2006; Mitchell, 2011; Squire & Jan,
2007). Kendala institusional seperti mencakup jumlah
konten tertentu dalam jangka waktu tertentu juga
menyebabkan kesulitan dalam mengimplementasikan
inovasi (Kerawalla et al., 2006). Dengan demikian,
mungkin ada kesenjangan antara metode pengajaran
dan pembelajaran yang saat ini digunakan di kelas dan
sifat pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
eksplorasi yang dihasilkan oleh sistem AR. Desainer
lingkungan belajar AR perlu menyadari kesenjangan dan
memberikan dukungan yang mungkin untuk membantu
guru dan siswa menjembatani itu.
Masalah kedua melibatkan desain instruksional. Dalam
desain kegiatan pembelajaran dan sistem AR, bagaimana
seharusnya informasi didistribusikan dan dialirkan antara
dua realitas dan di antara perangkat yang berbeda?
Seperti yang ditunjukkan Klopfer dan Squire (2008),
“bagaimana menyeimbangkan dorongan yang bersaing
untuk individualitas dengan distribusi dan arus informasi
yang didesentralisasi dengan kegiatan pendidikan yang
dipandu, mungkin merupakan tekanan pusat platform”
(hal. 205). Serangkaian pedoman desain berdasarkan
teori pembelajaran (mis., Kognisi yang didistribusikan
dan pembelajaran situasi) dan bukti empiris akan
berguna bagi pendidik dan desainer untuk mengatasi
ketegangan ini.

534 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Masalah pedagogis lainnya adalah mengenai tidak
fleksibelnya konten dalam sistem AR (Kerawalla et al.,
2006). Dalam beberapa sistem AR, konten dan urutan
pengajaran diperbaiki; guru tidak dapat membuat
perubahan untuk mengakomodasi kebutuhan siswa atau
untuk mencapai tujuan pengajaran. Masalah ini dapat
diatasi dengan menggunakan alat penulisan (authoring)
(Bergig, Hagbi, El-Sana, & Billinghurst, 2009), yang
memungkinkan guru dan siswa untuk merevisi dan
membuat kegiatan dan aplikasi AR (Klopfer & Squire,
2008).

Isu Pembelajaran
Ada juga tantangan yang terkait dengan peserta didik
dan proses pembelajaran mereka. Dalam lingkungan
belajar AR, siswa dapat secara kognitif kelebihan beban
oleh banyaknya informasi yang mereka temui, berbagai
perangkat teknologi yang harus mereka gunakan, dan
tugas rumit yang harus mereka selesaikan. Artinya, siswa
perlu melakukan banyak tugas di lingkungan AR.
Dunleavy et al. (2009) melaporkan bahwa siswa sering
merasa kewalahan dan bingung ketika mereka terlibat
dalam simulasi AR multi-pengguna karena mereka harus
berurusan dengan teknologi asing serta tugas-tugas
kompleks.
Selain itu, tugas-tugas di lingkungan AR mungkin
mengharuskan siswa untuk menerapkan dan mensintesis
beberapa keterampilan kompleks dalam navigasi ruang

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 535


(spasial), kolaborasi, pemecahan masalah, manipulasi
teknologi, dan estimasi matematika (Dunleavy et al.,
2009). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa salah
satu alasan untuk tantangan belajar siswa di lingkungan
AR terletak pada kurangnya keterampilan penting ini
(Kerawalla et al., 2006; Klopfer & Squire, 2008; Squire &
Jan, 2007). Khususnya untuk pelajar dan pemula yang
lebih muda dalam melakukan penyelidikan terbuka,
perancah (scaffolding) dan dukungan tambahan akan
diperlukan untuk membantu mereka menghasilkan
rencana tindakan yang tepat, mencari solusi yang
mungkin untuk masalah mereka, dan menafsirkan
petunjuk yang disediakan oleh perangkat teknologi dan
tertanam dalam lingkungan dunia nyata (Klopfer &
Squire, 2008).
Selain itu, AR memberikan situasi di mana realitas dan
fantasi dicampur tetapi kenyataan campuran ini dapat
menyebabkan kebingungan siswa. Dalam penelitian
Klopfer (2008), beberapa siswa “kehilangan pandangan
tentang di mana permainan berakhir dan kenyataan
dimulai” (hlm. 100).

Penulis
Ir. Purwanita Setijanti MSc., PhD saat ini
menjabat sebagai Dekan Fakultas Arsitektur, Desain
dan Perancangan, ITS Surabaya. Beliau menyelesaikan
studi doktoral di University of Melbourne, Australia
dengan disertasi berjudul „Low-income inner city
settlement processes: a Surabaya study‟. Saat ini aktif
meneliti dalam bidang Perumahan dan Permukiman,

536 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
khususnya yang berkaitan dengan kampung tengah kota dan proses
pembangunan.
Tanti Satriana Rosary Nasution ST., MT. adalah dosen
Departemen Arsitektur, ITS

Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., M.T. adalah


dosen Departemen Arsitektur, ITS

Adinda Sih Pinasti Utami S.T., M.T.


adalah dosen Departemen Arsitektur, ITS

Wahyu Setyawan, ST., MT.


adalah dosen Departemen Arsitektur, ITS
dengan bidang penelitian: Housing and
Human Settlement Studies.

Sarah Cahyadini, ST., MT. adalah


dosen Departemen Arsitektur, ITS

Prof. Dr. Ir. Happy Ratna Santosa,


M.Sc. adalah dosen Departemen
Arsitektur, ITS

Prof. Dr. Ir. Johan Silas adalah dosen Departemen


Arsitektur, ITS dengan bidang penelitian: Housing and
Human Settlement Studies.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 537


SMART HOME-BASED LEARNING: SARANA
PEMBELAJARAN MANDIRI UNTUK
MENDUKUNG SMART EDUCATION

Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc.


Dr. Eko Mulyanto Yuniarno, S.T., M.T.
Dr. Ir. Siti Rochimah, M.T.
Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng.

Pendahuluan
Smart city (kota cerdas) adalah sebutan untuk sebuah
kota yang inovatif yang menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dan cara lain untuk
meningkatkan kualitas hidup, efisiensi layanan dan
operasi perkotaan, kompetitif, yang memenuhi
kebutuhan masyarakat akan aspek ekonomi, sosial,
lingkungan dan budaya (UNECE, 2015). Saat ini,
pengembangan dan implementasi kota cerdas telah
menarik perhatian banyak peneliti dan praktisi. Semakin
hari, upaya untuk mewujudkan sebuah kota menjadi kota
cerdas semakin terstruktur dan terencana dengan baik.
Berbagai program dijalankan dan dievaluasi berdasarkan
indikator-indikator yang jelas. Menurut Cohen terdapat 7
dimensi pendukung terwujudnya kota cerdas, yaitu smart
governance, smart environment, smart mobility, smart
government, smart economy, smart people, dan smart
living (Cohen, 2014). Salah satu aspek yang berpengaruh
dalam smart people adalah smart education dengan salah
satu indicator kemudahan dan ketersediaan dalam

538 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
mengakses sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas.
Di Indonesia upaya menuju kota cerdas terus
dilakukan. Kementerian Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia mencanangkan gerakan Langkah
Menuju “100 Smart City” (Kominfo, 2018). Jumlah siswa
usia sekolah di Indonesia sangat banyak. Menurut data
statistik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
pada tahun ajaran 2016/2017 terdapat 147.503 siswa
sekolah dasar, 37.763 siswa sekolah menengah pertama,
dan 13.144 siswa sekolah menengah atas (Kemdikbud,
2017). Salah satu aspek yang diupayakan untuk menuju
smart society / smart people adalah penyediaan sarana
dan prasarana pembelajaran yang efektif berbasis
teknologi informasi guna mendukung smart education.
Makalah ini membahas usulan penulis tentang smart
home-based learning, sebuah sarana pembelajaran
mandiri berbasis teknologi informasi dan komunikasi
yang mendukung proses pembelajaran dan evaluasi hasil
belajar secara mandiri.

Home-based Learning
Gambar 1 menggambarkan rancangan arsitektur
sistem smart home-based learning yang diusulkan. Sistem
dirancang berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi
yang digunakan di Indonesia. Sistem terdiri dari dua sub
sistem, yaitu sub sistem pembelajaran dan sub sistem
evaluasi pembelajaran. Siswa dapat belajar mandiri
dengan mengakses sub sistem pembelajaran.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 539


Gambar 1. Arsitektur smart home-based learning

Terdapat tiga modul dalam sub sistem pembelajaran,


yaitu modul konten, modul rekomendasi, dan modul
navigasi. Sebelum digunakan untuk sarana belajar, guru
menyusun hirarki kompetensi dan materi pembelajaran
serta memasukkan konten pembelajaran ke sistem
melalui modul konten. Konten pembelajaran disimpan
dalam database konten pembelajaran. Modul
rekomendasi mengambil informasi pengetahuan dan
kompetensi yang dikuasai oleh siswa dari sub sistem
evaluasi pembelajaran. Informasi ini digunakan sebagai
bahan untuk menentukan konten-konten yang
direkomendasikan untuk dipelajari siswa. Siswa dapat
memilih konten yang sesuai dengan yang dibutuhkan
dan modul navigasi dapat membantu menavigasi urutan
konten yang harus dipelajari siswa. Setiap selesai satu
konten ataupun satu kompetensi, siswa akan diarahkan

540 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
ke sub sistem evaluasi pembelajaran untuk memastikan
pencapaian kompetensi yang dipelajari.
Sub sistem evaluasi pembelajaran terdiri dari empat
modul, yaitu modul pakar, modul evaluasi, modul
administrasi, dan modul model siswa (Yuhana et al.,
2019). Modul pakar berisi hirarki kompetensi yang terkait
dengan soal dan soal evaluasi yang telah diklasifikasi
berdasarkan kompetensi yang terkait. Soal disimpan
dalam bank soal. Ketika siswa melakukan proses evaluasi,
modul evaluasi akan mengidentifikasi kemampuan awal
siswa terlebih dahulu(Yuhana, Mangowal, Rochimah,
Yuniarno, & Purnomo, 2017; Yuhana, Yuniarno, Nugroho,
Rochimah, & Purnomo, 2017). Hasil identifikasi
digunakan sebagai bahan untuk pemilihan soal evaluasi.
Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh sistem
melalui modul administrasi. Jawaban dikelola oleh sistem
dan digunakan untuk menganalisis pencapaian
kompetensi dan performa siswa dalam modul model
siswa. Berdasarkan hasil analisis, sistem akan
mendefinisikan profil siswa yang berisi hasil evaluasi dan
capaian kompetensi.
Sistem smart home-based learning ini diharapkan
dapat digunakan untuk membantu siswa belajar dan
melakukan evaluasi secara mandiri. Sistem secara adaptif
dapat menyesuaikan konten pembelajaran dan soal
evaluasi sesuai kompetensi dan tingkatan siswa.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 541


Tahapan Pengembangan dan Implementasi
Terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan untuk
melakukan pengembangan dan implementasi sistem
smart home-based learning, yaitu:
1. Penentuan tingkatan sekolah, kelas dan subjek.
Contoh sistem akan dibuat untuk membantu siswa
kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar pada subjek
Matematika.
2. Penentuan hierarki kompetensi. Hierarki kompetensi
harus disusun dan disepakati oleh dinasi pendidikan
dan kebudayaan dan guru Matematika Sekolah
Dasar. Hirarki kompetensi dapat disusun
berdasarkan peraturan yang berlaku (Republic of
Indonesia, 2016a, 2016b).
3. Penentuan dan penyusunan konten materi dan soal.
Konten materi hendaknya disusun oleh guru yang
berkompeten di bidangnya. Sebagai contoh untuk
subjek matematika hendaknya disusun oleh guru
matematika dibantu oleh pembuat konten dan
animasi.
4. Pengembangan sistem smart home-based learning
sesuai subyek, tingkatan, dan kompetensi yang telah
disusun pada tahap 1, 2, dan 3. Pengembangan
sistem ini melibatkan sistem analis dan programmer
(praktisi TIK).
5. Penyediaan server dan infrastruktur. Server dan
infrastruktur dapat disediakan oleh Pemerintah
Daerah.

542 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
6. Instalasi dan implementasi sistem. Sistem dapat
dipasang di sekolah maupun di rumah untuk
membantu siswa belajar di luar jam sekolah.
7. Sosialisasi pemanfaatan sistem dan pengelolaan
sistem. Kegiatan sosialisasi melibatkan pemerintah
daerah, guru, dan siswa. Kegiatan pengelolaan
sistem dapat ditangani oleh bagian TIK yang
ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Kesimpulan
Makalah ini membahas smart home-based learning
yang dirancang untuk membantu siswa belajar dan
mengevaluasi hasil belajar secara mandiri.
Pengembangan dan implementasi sistem memerlukan
banyak pihak antara lain pemerintah daerah, guru, siswa,
dan praktisi TIK. Tersedianya salah satu sarana belajar
mandiri akan mendukung terwujudnya smart people /
smart education di sebuah kota atau daerah.

Daftar Pustaka
Cohen, B. (2014). The Smartest Cities In The World 2015:
Methodology. Retrieved January 4, 2019, from
https://www.fastcompany.com/3038818/the-smartest-cities-in-
the-world-2015-methodology
Kemdikbud. (2017). Education Data Overview 2016/2017 - Ikhtisar
Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Retrieved March 8, 2018, from
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_FC1DCA36-
A9D8-4688-8E5F-0FB5ED1DE869_.pdf
Kominfo. (2018). Langkah Menuju “100 Smart City.” Retrieved January
4, 2019, from https://kominfo.go.id/content/detail/11656/langkah-

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 543


menuju-100-smart-city/0/sorotan_media
Republic of Indonesia, M. of E. and C. Appendices of The Regulation
of Ministry of Education and Culture No. 24 Year 2016 (2016).
Republic of Indonesia, M. of E. and C. The Regulation of Ministry of
Education and Culture No. 24 Year 2016 (2016).
UNECE, U. N. E. C. for E. (2015). Economic and Social Council,
(October).
Yuhana, U. L., Mangowal, R. G., Rochimah, S., Yuniarno, E. M., &
Purnomo, M. H. (2017). Predicting Math Performance of Children
with Special Needs Based on Serious Game. In The 5th IEEE
Conference on Serious Game and Application for Health. Perth.
Yuhana, U. L., Rochimah, S., Yuniarno, E. M., Rysbekova, A., Tormasi, A.,
Koczy, L. T., & Purnomo, M. H. (2019). A RULE-BASED EXPERT
SYSTEM FOR AUTOMATIC QUESTION CLASSIFICATION IN
MATHEMATICS ADAPTIVE ASSESSMENT, 15(1), 143–161.
http://doi.org/10.24507/ijicic.15.01.143
Yuhana, U. L., Yuniarno, E. M., Nugroho, S. M. S., Rochimah, S., &
Purnomo, M. H. (2017). Penggalian Pola Kemampuan Peserta Ujian
Berbasis Klaster untuk Penentuan Aturan Sistem Penilaian. Jurnal
Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi (JNTETI), 6(4).

Penulis
Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc. adalah
dosen di Departemen Informatika, Fakultas
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
sejak tahun 2004. Selain aktif sebagai dosen dan
peneliti beliau juga aktif sebagai konsultan
pengembangan TIK dan penyusunan Master
Plan TIK Pemerintah Kota / Kabupaten di
Indonesia sejak Tahun 2012. Pengembangan sistem penilaian
kompetensi siswa sekolah dasar yang merupakan bagian dari Smart
education merupakan salah satu fokus penelitian yang sedang
ditekuninya saat ini.

544 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dr. Eko Mulyanto Yuniarno, S.T., M.T. adalah
dosen di Departemen Teknik Komputer, Fakultas
Teknologi Elektro, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS). Beliau menjadi dosen sejak
tahun 1995. Beliau banyak melakukan penelitian
di bidang komputer dan visi. Selain meneliti di
bidang smart health beliau juga aktif meneliti
pengembangan game di bidang edukasi untuk mendukung smart
education

Dr. Ir. Siti Rochimah, M.T. adalah dosen di


Departemen Informatika, Fakultas Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS). Beliau menjadi
dosen sejak tahun 1992. Selain aktif menjadi
dosen dan peneliti beliau juga aktif menjadi
konsultan untuk beberapa pekerjaan di
bidang teknologi informasi, diantaranya
penyusunan Master Plan Tik dan pekerjaan pengembangan sistem di
beberapa instansi atau perusahaan.

Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng.


adalah dosen di Departemen Teknik Komputer,
Fakultas Teknologi Elektro, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS). Beliau menjadi dosen
sejak tahun 1986. Beliau adalah profesor di
bidang Kecerdasan Buatan (Artificial
Intelligence). Selain mengajar, beliau aktif
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang TIK.
Beliau banyak terlibat dalam penelitian terkait smart health dan smart
education serta memiliki paten di bidang tersebut

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 545


PAPAN PERMAINAN TEMA POTENSI
NUSANTARA SEBAGAI PENDAMPING MATERI
PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL HADAPI
INDUSTRI 5.0

Nugrahardi Ramadhani, S.Sn. MT


Rabendra Yudistira Alamin, ST. M.Ds

Potensi Papan permainan di Indonesia


Laju teknologi permainan digital bertema pendidikan
di Indonesia tidaklah terlalu menggembirakan. Di sisi lain,
kita tidak bisa membendung masuknya beragam genre
permainan yang saat ini dengan cepat bisa dinikmati
lewat berbagai platform. Sehebat apapun teknologi
permainan digital, media layar memiliki celah kekurangan
pada aspek humanism. Salah satunya adalah interaksi
yang semu antara pengguna dan media permainan itu
sendiri. Interaksi antar pengguna dibatasi dengan oleh
layar dan jagad biner dengan segala algoritmanya.
Di era Industri 4.0 ini, bangsa kita tidak bisa dipungkiri
masih jauh tertinggal sekian tahun dibelakang. Kalau
mau mengejar, hendaknya kita berlari dengan langkah
seribu. Sembari berlari tidak salah juga mengantisipasi
gelombang industry berikutnya, yaitu industri 5.0 dimana
teknologi robotic banyak berperan menggantikan fungsi
serta posisi-posisi vital manusia diberbagai bidang.

546 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Permainan digital yang minim interaksi kelak akan
berhadapan dengan peran-peran tidak nyata tersebut.
Indonesia sebagai negara berkembang yang kaya akan
potensi nusantara dengan berbagai adat istiadatnya
memiliki kekuatan untuk menghadapi tantangan-
tantangan jaman.
Salah satu asosiasi papan permainan di Eropa,
tepatnya di Jerman, melansir bahwa papan permainan
dalam beberapa tahun ini mengalami perkembangan
produksi yang pesat, khususnya pada tema-tema
keluarga, anak-anak dan pendidikan. Papan permainan
sendiri menjadi sebuah fenomena, karena menjadi
bagian dari era budaya populer atau pop culture.
Bersama dengan game digital, papan permainan memiliki
skala ekonomi yang sangat menjanjikan. Menurut riset
lembaga statistic Newzoo, pendapatan dari penjualan
game tahun ini di dunia mencapai US$26,4 miliar hingga
US$ 30,3 miliar. Newzoo juga memprediksi bahwa
penjualan game akan mencapai US$ 40.9 miliar.Papan
permainan ini dipercaya membantu menumbuh
kembangkan anak-anak terutama jika dipadu padankan
dengan unsur pendidikan dan kurikulum pembelajaran di
sekolah.
Indonesia lagi-lagi jika tidak mengambil kesempatan
ini, maka akan segera terlewati begitu saja. Munculnya
para kreator papan permainan di Indonesia yang
diwadahi oleh Asosiasi Pegiat Industri Board Game
Indonesia (APIBGI), berusaha menjawab kegelisahan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 547


diatas menjadikan industri papan permainan ini bak
jamur di musim penghujan. Badan Ekonomi Kreatif
Indonesia (BEKRAF) sebagai wahana resmi yang ditunjuk
resmi oleh pemerintah juga mempunyai kewajiban
mengembangkan media permainan ini menjadi lebih
pesat dan terasa manfaatnya, apalagi mendapat
sambutan sejajar dengan papan permainan di kancah
Internasional. Untuk skala lokal, kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung terutama di Surabaya, tolak ukur
pesatnya penggemar papan permainan ditandai
munculnya wadah-wadah seperti festival dan lomba
papan permainan serta tempat representatif berkumpul,
bertukar pikiran, dan mengembangkan bersama papan
permainan tersebut secara intensif.
Potensi besar pada industri papan permainan di
Indonesia belum tergali maksimal. Anggap saja kita
memliki 34 propinsi dengan budaya serta adat istiadat
yang beragam, jenis-jenis profesi, hingga kekayaan alam,
semua bisa diolah menjadi tema-tema menjanjikan pada
papan permainan. Dalam segi proses produksi, papan
permainan membutuhkan berbagai disiplin ilmu yang
bisa membuka peluang kerjasamanya berbagai
pekerjaan, misalnya percetakan, pengrajin, illustrator,
desainer dan lain sebagainya.

548 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Papan permainan untuk pendidikan
Dari sebuah penelitian sederhana yang dilakukan oleh
para pelaku pemain dan kreator papan permainan,
menggunakan pengamatan secara berkala, bisa
disimpulkan bahwa Surabaya merupakan salah satu kota
terbaik menuju smart city dengan kekuatan anak-anak
muda yang mulai sadar pentingnya pola-pola kerjasama
secara kreatif. Salah satu tempat berkumpulnya penggiat
papan permainan di Surabaya Timur mengalami
peningkatan kunjungan pada usia anak-anak sekolah
dasar yang cukup drastis, mereka meluangkan waktu
berkelompok, menghabiskan berbagai permainan yang
rata-rata dengan tema fun dan pendidikan. Pola
kesuksesan komunitas ini kemudian diduplikasi menjadi
beberapa tempat lainnya di Surabaya, tercatat saat ini
ada 4 lokasi tempat bermain papan permainan dengan
animo pengunjung yang tidak pernah sepi.
Asumsi di atas merupakan gejala-gejala positif bahwa
industri papan permainan tidak bisa diremehkan,
terutama papan permainan dengan tema pendidikan.
Pengalaman-pun memberikan kesimpulan bahwa
dengan bermain papan permainan bisa mengurangi
ketergantungan dari gawai, setidaknya mengurangi
penggunaannya, bahkan menambah waktu yang
berkualitas antar pemain. Untuk permainan bertema
pendidikan, ada beberapa jenis gameplay atau mekanik
yang memudahkan pemain memahami suatu tema
pembelajaran dengan cepat. Selain itu, pemain juga

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 549


melatih fokus pada satu masalah serta sebuah aturan,
sehingga pemain akan terbiasa mengatur emosi untuk
kompetisi yang sehat. Dampak lainnya seperti melatih
bertanggung jawab secara sikap serta lisan, secara
komunikasi hal tersebut terpenuhi.

Gambar 1. Papan Permainan tema sejarah : Singgasana

Diluar dugaan, papan permainan selain dianggap


media bermain, tema-tema pendidikan bermuatan
simulasi ketangkasan atau life skill keseharian ternyata
juga digemari. Bahkan pada tahun 1800-an kerajaan
Prusia, membuat sebuah papan permainan digunakan
sebagai simulasi strategi perang. Dinegara-negara maju
menggunakan papan permainan untuk mencari
kemungkinan dalam kebijakan perekonomian. Di kelas-
kelas sebuah institusi pendidikan, papan permainan
berguna untuk menyampaikan materi-materi yang susah
dipahami, misalnya sejarah atau matematika.

550 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Papan permainan tema Potensi Nusantara
Pesatnya arus industri 4.0 saat ini banyak
mempengaruhi berbagai lini industri serta kebiasaan
manusia, terutama pasar remaja maupun anak-anak.
Positifnya segala sesuatu informasi menjadi lebih serba
cepat, sebaliknya membuat manusia menjadi
ketergantungan dan informasi tadi sangat beragam
bervariasi sehingga sesekali kemampuan menerima
informasi tersebut tidak lengkap, tertumpuk, bahkan
menguap begitu saja tanpa menimbulkan kesan yang
berharga. Itulah mengapa papan permainan menjadi
salah satu alternatif sebagai media yang relatif baru
untuk mengatasi „kecanduan‟ dan „ketergantungan‟
teknologi via gawai, dalam hal ini khususnya anak-anak
dan umumnya untuk usia remaja atau dewasa.
Indonesia memiliki ribuan potensi nusantara dengan
segala budayanya yang seharusnya wajib kita ketahui.
Mengapa wajib? Sederhana saja, dengan mengenal
potensi-potensi tersebut kita akan jauh lebih mencintai
dan menghargai Negara Kesatuan Republik Indonesia
tercinta ini. Pengenalan potensi nusantara tersebut
kebanyakan sudah dikenalkan di tingkat sekolah dengan
metode-metode kurikulum sesuai dengan jenjangnya.
Selebihnya, informasi mengenai potensi nusantara bisa
didapatkan secara mandiri di luar akademik. Metode-
metode pengenalan tersebut didominasi dengan cara
menghafal atau praktek pada pelajaran di kelas atau
pelajaran ketrampilan di sekolah. Sudah menjadi rahasia

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 551


umum, bahwa menggunakan metode menghafal
biasanya juga tidak semudah diawal, kecepatan
menguapnya juga lebih cepat. Oleh karena itu metode
tersebut sebaiknya dikombinasikan dengan sesuatu yang
menarik dan menghadirkan pengalaman yang seru.
Nusantara kita memiliki 34 propinsi dari sabang
sampai merauke, dimana masing-masing mempunyai
adat istiadat yang unik. Dari letak geografisnya kita bisa
melihat ragam hasil alam, hasil bumi dan laut, bahasa
keseharian, makanan, ritual-ritual keagamaan, dan lain
sebagainya. Kalaupun kita sudah mengenal, mengenyam,
dan melahap potensi-potensi nusantara tersebut mulai
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sejauh mana
pengetahuan tersebut menancap diotak serta hati kita?
Tidak ada kata terlambat, selama hayat masih dikandung
badan. Memperbaiki dan memberikan nilai-nilai karakter
melalui potensi-potensi nusantara adalah pekerjaan
rumah bersama, antara pihak keluarga, sekolah dan
lingkungan, sementara pemerintah hanya memfasilitasi.
Maka dari itu, media alternatif papan permainan ini
menjadi oase pencerahan kekinian yang bisa dimasukkan
kesegala usia secara inisiatif dan mandiri.
Papan permainan yang beredar di berbagai pelosok
dunia memiliki beragam dan kesamaan gameplay atau
mekanik. Mekanik adalah metode atau tata cara bermain
dengan segala aturannya, dimana masing-masing
mekanik memiliki keunikan sendiri, seperti algoritma
pada permainan digital, hanya saja di papan permainan

552 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
wajib hukumnya ada unsur interaksi antar pemain. Tipe
mekanik disesuaikan dengan usia dan kedalaman
permainan, mulai dari yang rumit hingga yang
sederhana. Unsur yang paling penting dalam desain
permainan adalah kombinasi antara tema dan mekanik
yang sesuai. Tema potensi Nusantara akan menggunakan
mekanik yang “family friendly”, mudah dimainkan oleh
siapa saja dan memiliki target umur yang luas.
Dengan begitu, pengenalan Potensi Nusantara melalui
media papan permainan bisa fleksibel menyasar beragam
usia dan kebutuhan. Beberapa contoh mekanik
sederhana adalah; mengurutkan suatu urutan kejadian
atau peristiwa, beradu kecepatan menebak satu
peninggalan atau potensi daerah, atau memecahkan
persoalan dengan menggunakan petunjuk berupa narasi
dan visual. Mekanik-mekanik tersebut bisa berdiri sendiri
atau digabungkan. Ke depan, papan permainan juga
berpotensi melibatkan teknologi digital yang dapat
menambah pengalaman bermain. Salah satunya adalah
teknologi augmented reality atau virtual reality, yang
pengaplikasiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
mekanik permainan itu sendiri.
Smart City sebagai visi misi mulia pada setiap
perkotaan, tidak hanya mempersiapkan infrastruktur
sarana dan prasarananya, namun sumber daya manusia
unggulan terutama generasi penerus perlu digarap
sesuai dengan kebutuhan dimasa mendatang. Papan
permainan sebagai media bermain ini dapat menjadi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 553


pilihan mengatasi permasalahan perkotaan khususnya
pendidikan dan kecakapan hidup pada umumnya.
Ditinjau dari trend yang menggejala di kalangan generasi
muda dan anak-anak, tidak bisa menutup mata bahwa
media tersebut cukup diterima, apalagi pemerintah pusat
ikut menjadi bagian penting dari industri kreatif yang
menjanjikan ini. Dengan meningkatkan wawasan dan
kecintaan generasi muda terhadap tanah air, papan
permainan bisa menjadi alternatif untuk menjawab
semua kegelisahan itu.

Penulis
Rabendra Yudistira Alamin, ST. M.Ds.
Desainer penghobi kuliner ini adalah alumnus
Magister Desain Program Pasca sarjana Institut
Teknologi Bandung (ITB), yang secara
kebetulan lulus dengan predikat cumlaude
tahun 2011. Dikenal hobi menggambar dan
membaca sejak kecil, ia mencicipi pendidikan
sarjana di program studi Desain Komunikasi
Visual - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS). Lulus dengan IPK terbaik tahun 2006,
penggila film dan game ini hijrah ke industri media dan advertising.
Memfokuskan kenakalan tangannya pada karya-karya berbasis
ilustrasi, project yang ia tangani kebanyakan berupa branding, graphic
fashion, game dan animasi. Beberapa coretannya juga menghiasi
beberapa majalah dan tabloid skala nasional. Penyabet peringkat atas
berbagai kejuaraan komik nasional, disela kesibukannya mengajar dan
sebagai sekertaris departemen Desain Komunikasi Visual ITS, kadang
masih menyempatkan diri untuk „berkarya seni‟ dan mengikuti
pameran bersama para seniman lokal.

554 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Nugrahardi Ramadhani, S.Sn. MT. Ayah
berusia 38 beristri satu dan beranak 3 tahun
kelahiran Malang ini mempunyai panggilan
Dhani Soenyoto, lengkapnya Nugrahardi
Ramadhani. Memiliki hobi kuliner dan
menggambar, pernah bergabung sebagai
punggawa bidang seni di Televisi Transformasi
Indonesia dan salah satu televisi lokal di
Surabaya. Terdaftar mengikuti pameran-
pameran seni baik di tingkat nasional maupun
regional. Riwayat Pendidikan sarjana seni diambil di Fakultas Seni
Rupa dan Desain ITB, Bandung. Tahun 2010, menyelesaikan jenjang
Magister Teknik di Teknologi Permainan, Teknik Elektro, ITS, Surabaya.
Hingga saat ini menjadi pengajar tetap dan Kepala Laboratorium
Digital Creative Media, Program Studi Desain Komunikasi Visual, ITS.
Bidang yang diampu antara lain Gambar Bentuk, Dasar Desain,
Ilustrasi, Animasi dan Cinematography.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 555


PERILAKU PENGGUNA INTERIOR DAN
PENERAPAN ESVA PADA OTOMASI
BANGUNAN UNTUK MENJAGA KEAMANAN
SERTA KENYAMANAN AKTIVITAS MANUSIA
DI DALAM BANGUNANNYA

Dr. Mahendra Wardhana, S.T. M.T.

Pendahuluan
Perilaku Manusia di Dalam Interior suatu Bangunan
Perilaku manusia di dalam bangunan ataupun
lingkungannya adalah sangat menarik untuk diteliti
dengan lebih mendalam. Hal ini adalah disebabkan
faktor-faktor pembentuk perilaku sangatlah kompleks
dan beragam. Namun demikian, pola dalam beraktivitas
dalam perilaku manusia secara indivdual maupun
kelompok akan dapat dikenali polanya. Dengan
memperhatikan kebutuhan dan tujuan pengguna suatu
lingkungan, maka akan dapat diperkirakan sejumlah
kecenderungan awal aktivitas yang terjadi. Dengan kajian
lebih mendalam lagi, maka aktivitas tambahan yang
kemungkinan terjadi akan dapat diteliti.
Gaya hidup manusia berubah sejalan dengan
perubahan waktu dan kehidupannya. Pergeseran
kebutuhan dan keadaan menyebabkan perilakupun
berubah. Kemajuan teknologi dan peralatan yang
digunakan manusia juga berakibat pada berubahnya
aktivitas manusia. Generasi muda saat ini sudah sangat
lekat dengan peralatan informasi dan teknologi mutakhir.

556 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Pemanfaatan internet pada semua sisi kehidupan juga
dapat disaksikan saat ini.
Perubahan perilaku dan gaya hidup di atas juga terjadi
pada aktivitas manusia di dalam bangunannya. Bangunan
dengan fungsi tertentu akan memerlukan pemrograman
ruang dan aktivitas yang tepat sesuai kebutuhan
mutakhir penggunanya. Kemajuan teknologi dan
informasi menjadi sangat penting untuk dimanfaatkan
dalam pemrograman ruang dan aktivitas manusia di
dalam bangunannya. Ini adalah tantangan masa kini yang
sedang banyak diteliti dan dikembangkan oleh para
ilmuwan.

Pola Perulangan dan Pergerakan Manusia pada


Lingkungan Interiornya
Dalam menggunakan lingkungannya, manusia selalu
memperhatikan keadaan lingkungan tempat dia
beraktivitas. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi
daya tampung dan kemudahan dalam pergerakan
manusia selama beraktivitas di dalam lingkungannya.
Bangunan yang memiliki bentuk susunan ruangan yang
memanjang mempengaruhi aktivitas yang cenderung
mengalir dan tidak berhenti pada bagian tertentu pada
ruangan tersebut. Dengan model ruangan seperti ini
maka apabila di rancang ada aktivitas yang berhenti pada
titik tertentu maka akan menyebabkan kelancaran
pergerakan pada ruangan akan terganggu. Inilah salah
satu contoh hubungan antara pola pergerakan, aktivitas

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 557


dan bentuk ruangan yang ada beserta akibat yang
dihasilkannya.

Permasalahan
Permasalahan yang sangat penting dalam kaitan
dengan analisa pergerakan dan kepadatan pengguna
suatu ruangan adalah pada keamanan dan kenyamanan
manusia dalam beraktivitas di dalam lingkungannya.
Keamanan dan kenyamanan ini memiliki beberapa
dimensi dalam perwujudannya, yakni pencegahan dan
tindakan penyelamatan. Pernyataan ini adalah selaras
dengan pendapat Wardhana (2017) tentang
minimalisasi risiko bencana di dalam bangunan
karena kepadatan manusia di dalamnya. Dimensi
pencegahan dimaksudkan dengan memberikan perkiraan
kemampuan daya dukung lingkungan dari waktu ke
waktu. Dimensi tindakan penyelamatan dimaksudkan
dengan memberikan respon-respon tindakan
penyelamatan yang dapat dilakukan oleh peralatan
otomasi bangunannya. Agenda penting dalam
penyelamatan musibah di dalam bangunan ini juga
dinyatakan oeh U.S. Department of Housing and Urban
Development tahun 2017.
Pada pembahasan permasalahan tingkat integrasi
peralatannya, maka fokus pembahasannya adalah pada
teknis pembangunan peralatan Environmental
Socialization Value Analysis yang selanjutnya akan
disingkat ESVA dan otomasi bangunannya. ESVA
adalah teknik analisa kepadatan dan pergerakan

558 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
manusia pada bangunan (lingkungannya)
sebagaimana telah dibahas oleh Wardhana (2016).
Permasalahan yang kemudian dikembangkan pada ide
penggabungan ESVA pada perangkat otomasi bangunan
ini adalah tahapan teknis keterhubungannya. Dengan
demikian, rangkaian yang dibahas di sini adalah
keterhubungan dari dua bagian utama yakni antara
perangkat ESVA dan perangkat otomasi bangunannya.

Pembahasan
Environmental Socialization Value Analysis (ESVA)
dan Kemampuannya dalam Memprediksi Keadaan
Perilaku Bersama Manusia di Dalam Interior
Bangunan
Kemampuan dalam memperkirakan kemampuan daya
dukung suatu lingkungan terhadap penggunaannya
sudah dimengerti menjadi hal yang sangat penting untuk
dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan aspek
keselamatan, keamanan dan kenyamanan manusia dalam
upaya pencegahan serta penanganannya saat terjadi
keadaan yang tidak menguntungkan di suatu
lingkungannya. Dengan mendalami perilaku manusia
ketika berinteraksi dan menggunakan lingkungannya,
maka didapatkan pola perulangan aktivitas dan cara
analisanya. Teknik analisa ini yang dalam uraian di atas di
sebut dengan ESVA. Temuan ini selanjutnya akan
dikembangkan kemampuannya hingga lebih akurat
dalam kemampuan prediksinya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 559


Pada beberapa penelitian dalam upaya pendalaman
dan pengembangan ESVA yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat beberapa temuan menarik
bahwa aktivitas manusia baik individual maupun
kelompok. Temuan tersebut adalah berulangnya aktivitas
manusia baik individu mapun kelompok dalam pola
waktu tertentu. Pola perulangan ini diakibatkan karena
perencaaan fungsi ruangan (lingkungan) yang telah
ditetapkan serta dipengaruhi oleh pengguna yang juga
cenderung tetap. Perulangan pergerakan dan aktivitas
manusia di lingkungannya (termasuk interior) akan
memberikan peluang untuk dianalisa prediksi
perulangannya. Beberapa faktor penting dari sisi
pengguna yang sangat penting untuk diperhitungkan
adalah jumlah pengguna, jenis aktivitas, waktu dan
lamanya aktivitas berlangsung. Sedangkan faktor-faktor
penting dari sisi lingkungan yang penting pula untuk
diperhitungkan adalah keadaan lingkungan, daya
tampungnya, posisi dan keterhubungan antar satu
tempat dengan tempat lainnya, serta kelengkapan
fasilitasnya. Kesemua faktor di atas apabila dianalisa
secara berkesinambungan juga akan dapat
menggambarkan kelayakan suatu lingkungan dalam
mewadahi aktivitas di dalamnya. Ini merupakan manfaat
yang besar apabila digunakan untuk mitigasi dan
pencegahan bencana di suatu lingkungan atau bangunan
karena kepadatan penggunanya.
Teknik analisa pada ESVA pada intinya adalah
menghitung rata-rata penggunaan ruang (atau tempat

560 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tertentu) berdasarkan indikator seperti jumlah pengguna,
waktu penggunaan, lama penggunaan, luas ruang
(tempat), tingakatan dan hubungan antar ruang (tempat)
serta jenis aktivitas yang berlangsung. Hasil perhitungan
rata-rata penggunaan ruang ini akan mampu
memberikan gambaran tentang daya tampung maksimal
suatu ruangan, waktu-waktu maksimal saat penggunaan
ruang dan pilihan ruang yang mampu menampung
kepadatan penggunaan suatu ruangan apabila telah
maksimal dipergunakan.
Manfaat dalam mengetahui daya tampung satu
lingkungan serta keadaannya dari teknik analisa ESVA ini
selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan penting dalam menjaga keamanan dan
kenyamanan aktivitas manusia di suatu ruangan. ESVA
yang memiliki teknik menghitung rata-rata pengguna
suatu ruangan ini juga memiliki keunggulan dari sisi
ketepatan penggunanya. Hal ini adalah dikarenakan
setiap pengguna suatu ruangan akan dihitung jumlahnya
pada setiap jamnya.

Otomasi Bangunan dan Manfaat yang Dihasilkan


Pemanfaatan teknologi pada bangunan saat ini sangat
berkembang pesat. Salah satu contoh pemanfaatan
teknologi untuk tujuan pemeliharaan bangunan adalah
dengan memanfaatkan teknologi yang tepat maka akan
menjadikan fungsi bangunan tetap terjaga baik selama
operasional bangunannya. Mengenai pemanfaatan
teknologi untuk pemeliharaan bangunan ini adalah

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 561


sesuai dengan pendapat Di Sivo dan Ladiana (2010).
Sedangkan manfaat yang sangat banyak dalam
pemanfaatan konsep bangunan pintar atau juga otomasi
bangunan yang diantaranya untuk efisiensi energi, proses
pembangunan, performansi bangunan dan fungsinya,
serta manfaat lainnya juga telah diungkapkan oleh Omit
Reza Baghchesaraei dan Alireza Baghchesaraei (2016),
serta Ghaffarianhoseini dan rekannya (2016).
Teknologi bangunan juga dikembangkan pada sistem
otomasi bangunan. Otomasi bangunan ini telah banyak
digunakan karena memiliki keunggulan dari sisi
ketepatan dalam pelaksanaan menjaga performasi
peralatan di dalam bangunannya. Dengan demikian,
penggunaan otomasi bangunan juga banyak diarahkan
untuk menjamin ketepatan dalam pelaksanaan suatu
tugas peralatan tertentu di dalam bangunannya.
Pada Otomasi bangunan terdapat setidaknya tiga
manfaat yang didapat dari penggunaan otomasi
bangunan ini. Tiga manfaat tersebut adalah ketepatan
terhadap kontrol peralatan pendukung panca indera,
peralatan kerja, dan peralatan bangunan. Masing-masing
dapat diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna suatu bangunan. Kebutuhan akan lingkungan
yang aman dan juga sehat dengan memanfaatkan
konsep bangunan pintar juga disampaikan oleh Chen
dan Huang (2012). Dengan melihat berbagai tujuan dan
keunggulan dalam memanfaatkan teknologi pintar atau
juga otomasi bangunan, maka dapat digambarkan tiga
manfaat seperti pada gambar di bawah ini.

562 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 1. Kontrol otomasi pada peralatan manusia di dalam
bangunan (Mahendra Wardhana, 2018)

Keunggulan dari sisi ketepatan kontrol terhadap


peralatan elektronik di dalam bangunan di atas, akan
lebih tepat dari sisi kebutuhan penggunanya apabila
dapat dihubungkan dengan ESVA yang memiliki
keunggulan dalam perhitungan kepadatan pengguna
suatu bangunan. Ide menyatukan ESVA sebagai data
yang diolah pada otomasi bangunan ini menjadikan
kompleksitas data yang diolah oleh perangkat otomasi
bangunan menjadi semakin lengkap. Harapan akhirnya,
otomasi bangunan dapat berjalan lebih sesuai dengan
kebutuhan penggunanya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 563


Konsepsi Penerapan ESVA pada Otomasi Bangunan
(modul sensor, relay, dan internet)
ESVA akan dapat dihubungkan dengan Otomasi
bangunan dengan memperhatikan kemampuan ESVA
sebagai penyedia data jumlah pengguna (manusia) di
dalam suatu ruangan (tempat). ESVA akan berperan
sebagai penyedia data jumlah pengguna pada setiap jam
yang dapat pula ditingkatkan kemampuannya pada
setiap waktu sesuai keadaan sesungguhnya di dalam
bangunan yang dihitung. Kemampuan untuk
menghitung setiap detiknya ini akan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan sensor penangkap gerakan
manusia di pintu masuk ruangannya. Hasil dari sensor ini
kemudian diolah dan dihitung saat terdeteksi pengguna
yang masuk pada setiap ruangannya. Hubungan ESVA
dengan perangkat otomasi bangunan dapat
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Rangkaian hubungan ESVA dan otomasi bangunan ini
selanjutnya dapat dihubungkan dengan smartphone
untuk lebih dapat dikontrol perkembangannya setiap
saat dari perangkat smartphone tersebut. Kontrol pada
smartphone ini juga merupakan kontrol pengaman
apabila kendali otomasi dari perangkat otomasi
bangunan mengalami kegagalan.

564 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 2. Hubungan ESVA dengan rangkaian perangkat
otomasi bangunan (Mahendra Wardhana, 2018)

Kebutuhan akan Keamanan dan Kenyamanan


Aktivitas manusia pada Interior
Dengan melihat manfaat otomasi bangunan dalam
menyediakan kualitas lingkungan yang mendukung
kenyamanan pengguna bangunannya, sebagaimana
telah didiskusikan di atas, maka pemanfaatan peralatan
otomasi bangunan sangat penting untuk dikembangkan
pada aspek selnjutnya yakni keselamatan dan keamanan
manusia. Pentingnya pemanfaatan peralatan otomasi
bangunan ini juga sesuai dengan uraian Wardhana
(2018). Sebagaimana diketahui, faktor keamanan menjadi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 565


sangat penting untuk diperhatikan pada semua keadaan
manusia. Salah satu keadaan keamanan yang sangat
penting yang harus diperhatikan tersebut adalah
kepadatan dan kesesakan manusia di dalam
lingkungannya termasuk ketika berada di dalam ruangan
atau bangunan tempat setiap pengguna berada. Jumlah
pengguna yang terlalu banyak terhadap daya tampung
tempatnya akan berakibat pada gangguan keamanan
dan kenyamanan saat pengguna akan melaksanakan
suatu aktivitasnya. Gangguan ini harus dihindari dan
dicegah sebelum terjadinya suatu musibah. Untuk
menghindarinya ini, maka kehadiran pernagkat ESVA
yang terhubung dengan peralatan otomasi bangunan
sangat penting keberadaannya.
Penanganan bencana karena kepadatan dan
kesesakan penggunaan suatu tempat juga memiliki
penanganan dari sisi kelancaran evakuasinya. Kelancaran
evakuasi ini sangat ditunjang oleh sirkulasi yang
memadai. Dengan demikian, kontrol pada sirkulasi sesuai
tingkat kebutuhan yang ada menjadi penting juga
diperhatikan pada konsep penerapan ESVA pada otomasi
bangunan ini. Dengan demikian, maka perangkat ESVA
dan otomasi bangunan juga harus terdapat pada setiap
area sirkulasinya.

KESIMPULAN
Berbagai kebutuhan fisik dan psikologis manusia
selama beraktivitas harus dipenuhi guna mendapatkan
kualitas aktivitas yang terbaik dari pengguna suatu

566 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tempat (bangunan). Faktor lain yang juga sangat penting
adalah perilaku manusia pada saat melaksanakan
aktivitasnya juga harus dipenuhi untuk memperoleh
kenyamanan saat beraktivitas tersebut. Kenyamanan ini
dapat dipenuhi dengan memperhatikan faktor kebutuhan
panca indera selama beraktivitas. Hal mendasar lainnya
yang harus dipenuhi dalam meraih kenyamanan serta
keamanan manusia dalam beraktivitas adalah
terhindarnya pengguna suatu tempat dari kepadatan dan
kesesakan. Jumlah pengguna yang melebihi kapasitas
maksimal suatu ruangan akan menyulitkan pergerakan
tubuh selama beraktivitas di suatu tempat. Pergerakan
manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya juga akan
mengalami gangguan apabila jmlah penggunanya
melebihi kapasitas optimalnya.
ESVA yang terhubungkan dengan sistem otomasi
bangunan akan dapat menjawab kebutuhan akan
kenyamanan dan keamanan pengguna suatu bangunan
(tempat) terhadap ketidak nyamanan dan juga keamanan
selama beraktivitas. ESVA akan memberikan data yang
diolah oleh perangkat otomasi bangunan untuk
menjalankan peralatan tertentu yang menunjang
kenyamanan dan keamanan penggunanya. Kedetailan
analisa dari ESVA akan mempu dimanfaatkan oleh
pernagkat otomasi bangunan untuk memecahkan
berbagai keadaan di dalam bangunan. Ini menjadi nilai
penting akan kehadiran perangkat otomasi bangunan
yang didalamnya diperkuat oleh analisa ESVA.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 567


Daftar Pustaka
Chen, Shang-Yuan and Huang, Jui-Ting. 2012. A Smart Green Building:
And Environmental Health Control Design. Energies 2012, 5, 1648-
1663; doi:10.3390/en5051648.
Di Sivo, M. and Ladiana, D. 2010. Building Maintenance: a Technology
for Resource Conservation.
https://www.researchgate.net/publication/267826601. DOI:
10.2495/ARC100371.
Ghaffarianhoseini, Amirhosein. Berardi ,Umberto. AlWaer, Husam.
Chang, Seongju. Halawa, Edward. Ghaffarianhoseini, Ali and
Clements-Croome, Derek. 2016. What is an Intelligent Building?
Analysis of Recent Interpretations from an International
Perspective. Architectural Science Review, Vol. 59, No. 5, 338–357,
http://dx.doi.org/10.1080/00038628.2015.1079164.
Innovative Building Technology Guide Selecting the Best Solutions for
Your Project. U.S. Department of Housing and Urban Development
Office of Policy Development and Research Washington, D.C.
Newport Partners LLC. October 2017.
Omit Reza Baghchesaraei dan Alireza Baghchesaraei. 2016. Smart
Buidings: Design and Construcion Precess. Journal of Engineering
and Applied Sciences. 11 (4): 783 - 787. ISSN: 1816-949X.
Wardhana, Mahendra. 2016. Spatial analysis of users movement
pattern and its socialization on public facilities and environment
through the ESVA. Procedia - Social and Behavioral Sciences 227 (
2016 ) 101 – 106.
Wardhana, Mahendra. 2017. Minimized Disaster Risk on Multifunction
Building through
Behavior Analysis Prediction, Density and Usage Movement Inside The
Building. Proceedings. Regional Conference in Civil Engineering
RCCE) The Third International Conference on Civil Engineering
Research (ICCER). August 1st-2nd 2017, page 239-244. Surabaya –
Indonesia
Wardhana, Mahendra. 2018. Rancang Bangun Otomasi Bangunan
Untuk Meningkatkan Efisiensi Operasional Peralatan di Dalam

568 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Bangunannya. Jurnal Desain Interior. Vol. 3, No. 2, Desember 2018,
pISSN 2527-2853, eISSN 2549-2985.

Penulis
Dr. Mahendra Wardhana, S.T., M.T. lahir di
Jombang tanggal 28 April 1972. Menempuh
pendidikan Sekolah Dasar, Menengah dan
Atas di Jombang dan kemudian melanjutkan
pendidikan Sarjana pada bidang Arsitektur di
Universitas Brawijaya serta pendidikan
Magister dan Doktor di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Sekarang penulis adalah
seorang dosen dan tergabung pada
Laboratorium Perilaku dan Lingkungan Interior
di Departemen Desain Interior Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 569


570 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Dimensi VI
SMART ENVIRONMENT
(Protection, Waste, Energy)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 571


APLIKASI “KUMUH METER” PENDETEKSI
KAWASAN KUMUH MENUJU SURABAYA
SMART CITY

Belinda Ulfa Aulia, S.T., M.Sc.


Dr. Ir. Eko Budi Santoso,Lic.Rer.Reg
Nida Farikha, S.T.,M.T.
Ahmad Muklason, S.Kom.,M.Sc.,Ph.D
Amir Mu’tashim Billah

Kota Surabaya tidak terlepas dari permasalahan


perkotaan yaitu permukiman kumuh. Dalam mengatasi
kawasan permukiman kumuh, Pemerintah Kota Surabaya
terus berupaya untuk melakukan pembaharuan terkait
sistem pendataan kawasan permukiman kumuh sebagai
langkah awal penanganan kawasan kumuh tersebut.
Diketahui bahwa di Kota Surabaya belum terdapat suatu
tools sistem pendataan yang terintegrasi dalam
pelaporan kawasan permukiman kumuh. Oleh karenanya,
diciptakan suatu sistem aplikasi berbasis seluler dalam
proses pelaporan kawasan permukiman berpotensi
kumuh di Kota Surabaya. Adapun sistem aplikasi
pelaporan yang kemudian dapat diintegrasikan dengan
sistem pemetaan berbasis GIS tersebut bernama Kumuh
Meter, diharapkan sistem pendataan ini dapat
memonitoring kondisi lingkungan permukiman yang
berpotensi kumuh di Kota Surabaya secara real time"
Permukiman kumuh merupakan permukiman yang
identik dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,

572 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, taraf hidup
masyarakat yang rendah, serta ketersediaan sarana dan
prasarana yang tidak sesuai standar teknis [1][2].
Permukiman kumuh seringkali terjadi akibat tingginya
arus urbanisasi yang menjadi magnet bagi masyarakat
untuk bermukim di kota-kota besar [3], akan tetapi pola
urbanisasi ini tidak ditopang oleh keberadaan tanah bagi
permukiman yang terjangkau bagi masyarakat, sehingga
masyarakat dengan terpaksa menetap di tanah ilegal
dengan kondisi yang tidak layak huni [4].
Penanganan permukiman kumuh di Kota Surabaya
telah dilakukan sejak tahun 1968 melalui keberadaan
program peningkatan lingkungan pada wilayah
berpenghasilan rendah di Indonesia atau lebih dikenal
dengan sebutan Kampung Improvement Project (KIP) [5].
Selain itu hingga saat ini telah terdapat banyak program-
program perbaikan permukiman kumuh melalui
pendanaan dari pusat maupun pendanaan dari Kota
Surabaya sendiri.
Pada tahun 2018 ini, Departemen Perencanaan
Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya dalam
kerangka smart city berupaya merumuskan suatu aplikasi
pelaporan kawasan permukiman kumuh berbasis seluler
guna memudahkan stakeholder dalam mendata kawasan
permukiman kumuh di Kota Surabaya. Sistem seluler
sendiri merupakan salah satu teknologi penting dalam
kehidupan saat ini operasi yang dirancang khusus untuk

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 573


dijalankan pada perangkat seluler seperti ponsel, ponsel
cerdas, PDA, komputer tablet dan perangkat genggam
lainnya [6], sistem ini dipilih karena dirasa lebih efisien
dan mudah dalam pengaplikasiannya. Aplikasi berbasis
seluler yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan
suatu prorotype yang dikembangkan di awal dengan
studi kasus pada Kelurahan Keputih karena masih
ditemui beberapa lokasi permukiman kumuh yang
tersebar di wilayah ini [7].
Sebelum membuat sistem pendataan berbasis seluler
ini, peneliti terlebih dahulu melakukan indepth interview
dengan pihak Kelurahan Keputih dan Kecamatan Sukolilo
mengenai keberadaan sistem pendataan permukiman
kumuh yang digunakan saat ini. Setelah diketahui
kebutuhan pengembangan dari aplikasi berbasis seluler
tersebut, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah
membuat sistem pendataan berbasis seluler yang
mampu membantu mengupdate data kekumuhan secara
real time dan terhubung dengan sebuah Sistem Informasi
Geografis. Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang
berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan
dan memanipulasi informasi-informasi geografi, sistem
ini dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis objek-objek dan fenomena karena lokasi
geografi merupakan karakteristik yang penting atau-kritis
untuk dianalisis [8].
Pada awalnya, penelitian ini berfokus pada evaluasi
keberadaan sistem pendataan kawasan permukiman

574 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kumuh di Kelurahan Keputih sebagai wilayah studi awal
melalui wawancara secara terstruktur yang kemudian
dinilai dengan skala likert [9]. Aspek yang diamati berupa:
1) aspek keberadaan pendataan dan keterlibatan; 2)
aspek proses dan kualitas data; 3) aspek keberlanjutan.
Secara garis besar berdasarkan hasil evaluasi ketiga
aspek diatas diperoleh hasil akhir berupa perlunya
peningkatan kualitas pada hal-hal berikut ini: 1) program
pendataan permukiman potensi kumuh; 2) proses survei
pendataan; 3) peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang dilibatkan dalam pendataan; 4) proses rekapitulasi
data. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa diperlukan
suatu sistem pendataan yang terintegrasi dengan suatu
sistem/aplikasi untuk dapat memudahkan proses
pendataan yang dilakukan. Selain itu aplikasi yang
nantinya disusun diperlukan sebagai sistem pendataan
yang terkait khusus dengan permukiman kumuh sesuai
dengan kriteria atau pedoman yang dikeluarkan oleh
Pemertintah.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka peneliti
menyusun suatu aplikasi android dalam pelaporan
kawasan permukiman kumuh dengan prorotype awal di
Kelurahan Keputih. Aplikasi ini dinamakan Kumuh Meter.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 575


Gambar 1. Logo Aplikasi Kumuh Meter

Skema operasi dari aplikasi ini meliputi:

Gambar 2. Skema Operasi Kumuh Meter


Secara garis besar, kebutuhan alat dalam
mengoperasikan aplikasi ini adalah: 1) smartphone
berbasis android yang dilengkapi dengan fitur GPS
berakurasi tinggi; dan 2) jaringan internet. Kriteria dan
indikator dalam pendataan yang digunakan pada aplikasi
ini mengadopsi kriteria permukiman kumuh yang
digunakan pada program KOTAKU, yaitu meliputi:

576 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
 Kriteria ketidakteraturan bangunan dengan indikator
jumlah bangunan yang tidak memiliki keteraturan
 Kriteria tingkat kepadatan bangunan dengan indikator
luas kawasan yang tidak memiliki kepadatan sesuai
ketentuan
 Kriteria ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis
bangunan dengan indikator jumlah bangunan yang
tidak memiliki persyaratan teknis
 Kriteria cakupan pelayanan jalan lingkungan dengan
indikator sebagian lokasi perumahan atau
permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan
yang sesuai dengan ketentuan teknis
 Kriteria kualitas permukaan jalan lingkungan dengan
indikator sebagian atau seluruh jalan lingkungan
terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi
perumahan atau permukiman
 Kriteria ketersediaan akses aman air minum dengan
indikator masyarakat pada lokasi perumahan dan
permukiman tidak dapat mengakses air minum yang
memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa
 Kriteria tidak terpenuhinya kebutuhan air minum
dengan indikator kebutuhan air minum masyarakat
pada lokasi perumahan atau permukiman tidak
mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari
 Kriteria ketidakmampuan mengalirkan limpasan air
dengan indikator jaringan drainase lingkungan tidak
mampu mengalirkan limpasan air sehingga

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 577


menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30
cm selama lebih dari 2x setahun
 Kriteria ketidaktersediaan drainase dengan indikator
tidak tersedianya saluran drainase lingkungan pada
lingkungan permukiman, yaitu saluran tersie dan/atau
saluran lokal
 Kriteria ketidakterhubungan dengan sistem drainase
perkotaan dengan indikator saluran drainase
lingkungan tidak terhubung dengan saluran pada
hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak
dapat mengalir dan menimbulkan genangan
 Kriteria tidak terpeliharanya drainase dengan indikator
tidak dilaksanakannya pemeliharaan saluran drainase
lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman
baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan
berkala
 Kriteria kualitas konstruksi drainase dengan indikator
kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa
galian tanah tanpa material pelapis atau penutup
maupun karena telah terjadi kerusakan
 Kriteria sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai
standar teknis dengan indikator pengelolaan air
limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak
memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset
yang tidak terhubung dengan tangki septik baik
secara individual/deomestik, komunal maupun
terpusat
 Kriteria prasarana dan sarana pengelolaan air limbah
tidak sesuai dengan persyaratan teknis dengan

578 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
indikator kloset leher angsa tidak terhubung dengan
tangki septik dan tidak tersedianya sistem pengolahan
limbah setempat dan terpusat
 Kriteria prasarana dan sarana persampahan tidak
sesuai dengan persyaratan teknis dengan indikator
jumlah kepala keluarga dengan sarana prasarana
pengolahan sampah yang tidak sesuai persyaratan
teknis
 Kriteria sistem pengelolaan persampahan yang tidak
sesuai standar teknis dengan indikator pengelolaan
persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan
sampah
 Kriteria tidak terpeliharanya sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan dengan indikator tidak
dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan pada lokasi perumahan
atau permukiman, baik pemeliharaan rutin dan/atau
pemeliharaan berkala
 Krteria ketidaktersediaan prasarana proteksi
kebakaran dengan indikator tidak tersedianya
prasarana proteksi kebakaran pada lokasi berupa
pasokan air, jalan lingkungan, sarana komunikasi,
bangunan pos kebakaran
 Kriteria ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran
dengan indikator tidak tersedianya prasarana proteksi
kebakaran pada lokasi berupa Alat Pemadam Api

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 579


Ringan, mobil pompa, mobil tangga sesuai kebutuhan,
dan peralatan pendukung lainnya.

580 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 3. Tampilan-tampilan dalam Aplikasi Kumuh Meter

Hasil akhir dari pendataan melalui aplikasi Kumuh


Meter ini dapat disimpan dalam format excel. Terdapat
dua file excel yang akan tersimpan, yaitu data-data
perhitungan tingkat kekumuhan masing-masing kriteria,
serta data gambar yang dilengkapi dengan koordinat
yang dapat diinputkan dalam aplikasi pengolah data
sistem informasi geografis berupa ArcGis menggunakan
metode join and relates sebagaimana contoh berikut ini:

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 581


Gambar 4. Hasil Integrasi dengan ArcGis

Aplikasi Kumuh Meter ini sudah diuji coba dan


disosialisasikan kepada stakeholder terkait yaitu pihak
Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, dan Bappeko
Surabaya dalam bentuk forum kecil dengan dilengkapi
oleh manual book pengoperasian yang sudah disiapkan
oleh peneliti.

582 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 5. Dokumentasi Kegiatan Sosialisasi Aplikasi Kumuh
Meter

Dengan adanya aplikasi ini diharapkan proses


pendataan kawasan permukiman berpotensi kumuh di
Kota Surabaya dapat terlaksana dengan mudah,
dilakukan dengan efisien, terupdate secara real time, dan
terintegrasi dengan sistem pemetaan permukiman kota
yang baik. Dengan demikian akan lebih memudahkan
pemerintah Kota Surabaya untuk menyusun program
penanganan permukiman kumuh yang lebih tepat
sasaran sesuai dengan spirit smart environment dan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 583


smart government. Penyempurnaan aplikasi ini akan
terus dilaksanakan guna mendapatkan hasil akhir yang
terbaik.
Acknowledgment
Authors are grateful to the Institut Teknologi Sepuluh
Nopember and Kementerian Riset dan Teknologi
Republik Indonesia for providing funding for this
research through Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat
Berbasis Penelitian Dana Lokal ITS 2018.

Daftar Pustaka
[1] Kuswartojo, T., Rosnarti, D., Effendi, V., Rasiono Eko, K., & Sidi, P.
(2005). Perumahan dan Permukiman di Indonesia, Upaya
membuat perkembangan kehidupan yang berkelanjutan.
Bandung: Penerbit ITB.
[2] What are slums and why do they exist? UN-Habitat, Kenya (April
2007)
[3] Olalekan, B. G. (2014). Urbanization, urban poverty, slum and
sustainable urban development. Dev. Ctry. Stud, 4, 13-19.
[4] Singh, P. O., Dhote, K. K., & Soni, N. (2013). Development of
typologies of slum settlements: the case of a million plus city of
India. The Sustainable City VIII (2 Volume Set): Urban Regeneration
and Sustainability, 179, 1153.
[5] Silas, J., & Ernawati, R. (2013). Liveability of Settlements by People
in the Kampung of Surabaya. In World Building Congress.
[6] ALFarsi, G. M., Jabbar, J., & ALSinani, M. (2018). Implementing a
Mobile Application News Tool for Disseminating Messages and
Events of AlBuraimi University College. International Journal of
Interactive Mobile Technologies (iJIM), 12(7), 129-138.
[7] Koswara, A. Y., Ariastita, P. G., Handayeni, K. D. M. E., & Farikha, N.
(2018, November). Typology of slum settlements in Keputih sub

584 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
district. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
(Vol. 202, No. 1, p. 012066). IOP Publishing.
[8] Aronoff, S. (1989). Geographic information systems: a
management perspective.
[9] Aulia, B. U., Muklason, A., Santoso, E. B., & Farikha, N. Evaluation
of Slum Potential Settlement Data Collection System toward
Surabaya Smart Government (case study: Keputih Village)

Penulis

Belinda Ulfa Aulia, S.T., M.Sc. adalah dosen


Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS
dengan bidang penelitian: Perencanaan Wilayah
dan SIG

Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg adalah dosen


Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS
dengan bidang penelitian: Ekonomi Wilayah

Ahmad Muklason, S.Kom., M.Sc., Ph.D. adalah


dosen Departemen Sistem Informasi, ITS dengan
bidang penelitian: Knowledge Management

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 585


APLIKASI COM-BOARD SEBAGAI MATERIAL
ALTERNATIF UNTUK PEMANFAATAN BIDANG
KONSTRUKSI BANGUNAN DAN
PERANCANGAN INTERIOR

Firman Hawari, S.Sn., M.Ds.

Pendahuluan
Dalam beberapa dekade terakhir, isu-isu yang sedang
hangat diperbincangkan oleh berbagai kalangan adalah
segala sesuatu yang terkait dengan pemanasan global
(global warming). Salah satu penyebabnya adalah efek
rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan proses
pemanasan dari permukaan suatu benda langit atau
diangkasa yang disebabkan oleh komposisi serta
keadaan atmosfernya. Salah satu akibatnya adalah
meningkatnya suhu permukaan bumi yang akhirnya bisa
mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat
ekstrem. Inilah yang disebut pemanasan global (global
warming). Untuk mengantisipasinya, beberapa perjanjian
telah dibuat antara negara-negara di dunia. Seperti
misalnya Kesepakatan Kyoto (Kyoto Protocol), dan lain
sebagainya.
Di Indonesia, gerakan pengurangan emisi rumah kaca
ditindaklanjuti dengan dibuatnya Undang-Undang
Industri hijau oleh Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia dengan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian adalah
industri yang dalam proses produksinya mengutamakan

586 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi
masyarakat.
Adapun berdasarkan Pedoman Penilaian
Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau tahun
2013 oleh Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapai industri hijau antara lain:
1. Meningkatkan upaya-upaya pengelolaan internal/
housekeeping
2. Meningkatkan proses pengawasan
3. Melakukan daur ulang bahan/material
4. Melakukan modifikasi pada peralatan yang ada
5. Menerapkan teknologi bersih yaitu semua produk,
jasa, dan proses yang mendayagunakan bahan ramah
lingkungan dan sumber energi terbarukan, mampu
mengurangi penggunaan sumber daya alam secara
drastis, dan mengurangi atau mengeliminasi emisi gas
dan sampah.
6. Melakukan perubahan bahan baku dengan
menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan
7. Melakukan modifikasi produk
8. Pemanfaatan produk samping yaitu produk dengan
nilai total relatif kecil dan dihasilkan secara bersamaan
dengan produk yang nilainya lebih besar atau produk
utama

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 587


Untuk mengimplementasi dan mengaplikasi regulasi-
regulasi diatas, maka dilakukanlah kegiatan penelitian
ini.
Berdasarkan pengamatan lapangan yang
menunjukkan berlimpahnya lembaran-lembaran sampah
kota serta didasari upaya-upaya antisipasi global
warming diatas maka penelitian ini diarahkan untuk
menghasilkan inovasi pengembangan sampah kota
lembaran menjadi bahan konstruksi bangunan dan
perancangan interior. Analisis awal yang telah dilakukan
sebelumnya menunjukkan bahwa produk panel
merupakan alternatif terbaik untuk implementasi
penelitian ini. Beberapa alasan yang melatarbelakangi
pemilihan bentuk panel, antara lain: kesesuaian proses
produksi dengan karakter bahan sampah, fleksibilitas,
ruang lingkup pemanfaatan yang luas, kemudahan
aplikasi, serta faktor masyarakat yang sudah terbiasa.
Eksperimen awal telah dilakukan utamanya untuk
mengetahui dan memahami karakter sifat lembar limbah
serta peluang perangkaian struktur bentuk dan
visualisasinya. Setelah melalui beberapa tahapan
eksperimen maka terciptalah „konfigurasi silang vertikal‟
sebagai pembentuk struktur bentuk dan visual
estetisnya. Beberapa eksperimen lanjutan dengan
menggunakan konfigurasi ini dilakukan sampai akhirnya
terciptalah beberapa produk papan dari kombinasi
bahan sampah yang salah satunya adalah com-board.
Secara umum, com-board didefinisikan sebagai
papan(board) yang terbuat dari bahan baku sampah kota

588 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
berbentuk lembaran tipis yang disusun melalui metode
konfigurasi silang vertikal dengan menggunakan perekat
polychloroprene untuk mengikatnya. Kombinasi bahan
dapat dilihat pada struktur dalam com-board yang
tersusun dari bahan sampah kertas dan permukaannya
tersusun dari sampah daun kering.
Penelitian ini direncanakan akan menjadi sebuah riset
atau kajian yang akomodatif dan akurat untuk
mengoptimalkan potensi konfigurasi silang vertikal
sebagai metode pembentukan struktur dan tampilan
visual com-board dari beragam jenis sampah kota
lembaran sebagai bahan konstruksi bangunan dan
perencanaan interior. Implementasinya mengacu pada
nilai standar perancangan fungsi interior bangunan
secara global dan nilai estetika natural. Beberapa alasan
diatas itulah, peneliti memandang perlunya penelitian ini
dilakukan.

Permasalahan
1. Kemampuan fisik com-board masih belum diuji secara
aplikatif dalam bentuk pemanfaatan sebagai benda
fungsi
2. Perlu diketahuinya nilai kebaruan dan orisinalitas dari
produk com-board
3. Karakter (type) com-board yang dapat diproduksi
terkait kemampuannya fisiknya sebagai bahan
pembuatan benda fungsi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 589


Maksud dan Tujuan
Kegiatan penelitian ini mempunyai maksud dan tujuan,
antara lain :
1. Mengetahui kemampuan konfigurasi silang vertikal
dalam menghasilkan com-board sebagai material
perancangan interior yang layak dan dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara fungsi maupun
estetis (panel, furniture, base, dan lain-lain)
2. Mengetahui inovasi dan nilai kebaruan dari produk
com-board
3. Merencanakan kegiatan pengembangan konfigurasi
silang vertikal dan com-board secara fungsi serta
estetis dengan melibatkan IKM terkait dengan
pelaksanaan produksi, pengembangan konfigurasi
dan produk material, serta kajian evaluasi produk
lanjutan.

Pembahasan
Hasil pengamatan dan analisis menyatakan bahwa
sampah kota lembaran yang dapat digunakan adalah
yang bersifat easy treatment dan mudah dirangkai serta
mempunyai jumlah terbanyak. Sampah yang sesuai
dengan kriteria tersebut adalah sampah yang berbentuk
lembaran (sheet) non plastik, seperti: sampah kertas dan
daun kering. Konsep bentuk lembaran itu sendiri yang
akhirnya menjadi acuan eksperimen konfigurasi silang
vertikal untuk membentuk struktur panel yang kuat dan

590 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
kaku. Salah satu produknya adalah com-
board(combination board).
Sudah disebutkan di pendahuluan bahwa com-board
merupakan produk aesthetic board yang dihasilkan dari
kombinasi dua bahan, sampah kertas dan daun kering.
Pada penelitian sebelumnya, bahan sampah kertas
menghasilkan produk paper board dan bahan daun
kering kering menghasilkan produk dry leaf board
dengan ketebalan masing-masing 22 mm.

Gambar 1. Paper board dan dry leaf board

Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian


laboratorium. Pengujian Dilakukan di Laboratorium
Rekayasa Struktur Kampus ITB Bandung meliputi uji
tekan dan uji lentur. Hasil pengujian laboratorium antara
lain :
- Hasil Uji kemampuan paper board
 Uji tekan
Hasil uji tekan menunjukkan bahwa paper board
dengan dimensi tebal 21 mm dan lebar 22,43 mm
dengan luas penampang nominal 420 mm2
mempunyai kemampuan menahan beban tekan
seberat max. 16,46 ton. Sementara kekuatan tekan
nominalnya sebesar 3,98 MPa.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 591


 Uji lentur
Hasil uji lentur menunjukkan bahwa Paper Board
dengan dimensi lebar 30,9 mm dan tinggi 19,9 mm
dengan panjang tumpuan 150 mm mempunyai
kemampuan menahan beban sebesar max. 1,954
ton. Sementara kekuatan lenturnya sebesar 40,44
kg/mm2.
- Hasil Uji kemampuan dry leaf board
 Uji tekan
Hasil uji tekan menunjukkan bahwa dry leaf board
dengan dimensi tebal 22 mm dan lebar 22 mm
dengan luas penampang nominal 433,6 mm2
mempunyai kemampuan menahan beban tekan
seberat max. 9,8 ton. Sementara kekuatan tekan
nominalnya sebesar 2,32 MPa.
 Uji lentur
Hasil uji lentur menunjukkan bahwa dry leaf board
dengan dimensi lebar 20,5 mm dan tinggi 13,4 mm
dengan panjang tumpuan 150 mm mempunyai
kemampuan menahan beban sebesar max. 395,9
kg. Sementara kekuatan lenturnya sebesar 24,16
kg/mm2.
Setelah mengetahui hasil uji laboratorium maka
langkah selanjutnya adalah membuka peluang
pengembangan dengan mengeksperimenkan kombinasi
kedua bahan sampah kertas dan daun kering menjadi
aesthetic board dengan tetap memanfaatkan metode
konfigurasi silang vertikal. Dengan mengetahui kekuatan
menahan beban tekan dan kekuatan lentur yang lebih

592 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
besar, maka bahan sampah kertas digunakan sebagai
struktur dalam aesthetic board. Sementara terkait dengan
penampilan yang lebih estetis dan orisinil maka bahan
sampah daun kering digunakan sebagai lapisan terluar.
Kombinasi kedua bahan ini menghasilkan com-board ini.

Gambar 2. Com-board (custom)

Nilai kebaruan dan orisinalitas


Nilai kebaruan serta orisinalitas dari konsep dan obyek
kegiatan penelitian ini adalah pemanfaatan sampah kota
untuk mengurangi dampak lingkungan hidup.
Implementasinya adalah memanfaatkan sampah kota
sebagai bahan baku pembuatan elemen struktur dan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 593


estetis untuk perancangan interior. Lembaran limbah
yang tipis dan lemas menjadi papan yang rigid dan
kokoh serta memiliki tampilan permukaan yang estetik.
Tabel komparasi dibawah ini dapat menjelaskan nilai-nilai
kebaruan dan orisinalitas yang terkandung pada produk
konfigurasi silang vertikal dibandingkan dengan
konfigurasi umum yang sudah ada sebelumnya.

Tabel I. Komparasi Nilai Kebaruan dan Orisinalitas konfigurasi


silang vertikal
No Konfigurasi kovensional Konfigurasi silang vertikal
Tersusun dari bahan Tersusun dari lembaran limbah
1
konvensional kota non-kayu
Proses pembuatannya Proses pembuatannya
2 mengubah karakter asli memanfaatkan karakter asli
bahan baku lembaran bahan baku
Mengandalkan susunan
3 Mengandalkan perekat
konfigurasi
Perekatnya berjenis termoplastis
Perekatnya berjenis UF dan
yaitu polychloroprene yang
4 MUF yang mahal dan sulit
mudah terurai, murah, dan
didapatkan
mudah didapatkan
Permukaan terluar yang
Permukaan terluar yang
5 dihasilkan halus tanpa
dihasilkan bertekstur dan kasar
tekstur
Berpeluang untuk dikembangkan
Sampai sejauh ini masih
6 secara struktural, proses, produk
stagnan
akhir, dan lain-lain

Teknologi – Metodologi
Untuk menyatukan lembaran limbah kota yang tipis
dan lemas menjadi com-board yang rigid dan kokoh,

594 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
maka diciptakanlah satu sistem baru yang dinamakan
konfigurasi silang vertikal. Konfigurasi silang vertikal juga
menghasilkan tekstur permukaan com-board yang unik,
orisinil, dan berkarakter kuat.
Apabila papan konvensional mengandalkan lem Urea
Formaldehyde (UF) yang mengandung resin serta mahal
dan sangat sulit didapatkan, sebagai pembentuk papan,
maka konfigurasi silang vertikal justru menggunakan lem
termoplastis yaitu polychloroprene contact adhesive yang
dapat terurai, murah, serta mudah didapatkan. Dua hal
ini menjadi nilai kebaruan dan orisinalitas dari teknologi-
metodologi penelitian disertasi ini. Perpaduan
konfigurasi silang vertikal dan perekat polychloroprene
menjadi andalan pembentukan komposisi struktur dan
estetik com-board yang layak dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Konfigurasi silang vertikal yang merupakan inovasi
sistem baru untuk menyatukan lembaran limbah kota
menjadi bahan papan untuk fungsi elemen interior.
Konfigurasi ini akan diaplikasikan pada kegiatan
penelitian disertasi ini untuk mengetahui dan
mengembangkan kemampuannya.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 595


Gambar 3. Proses Implementasi Konfigurasi Silang Vertikal

Gambar 4. Covering Daun Kering

596 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 5. Konfigurasi Fungsi 'U' Model

Kesimpulan
Sampai sejauh ini beberapa asumsi/hipotesis yang
dapat dikemukakan terkait dengan perencanaan dan
aplikasi konfigurasi silang vertikal serta produk com-
board yang dihasilkannya sebagai bahan konstruksi
bangunan dan perancangan interior, antara lain:
1. Konfigurasi silang vertikal sejauh ini mampu
memanfaatkan lembaran sampah kota yang tipis dan
lemas menjadi com-board yang berbentuk lembar
papan bertektur yang kuat, kokoh, dan rigid
2. Kegiatan penelitian disertasi ini berpotensi
memunculkan eksperimen pengembangan konfigurasi
silang vertikal yang sustainable secara terpadu untuk

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 597


menghasilkan com-board dan aesthetic board yang
beragam dan fungsional secara teknis maupun estetis
3. Konfigurasi silang vertikal yang menghasilkan com-
board berbentuk papan, memberikan fleksibilitas dan
kemudahan dalam perencanaan implementasi dan
visualisasi permukaan luarnya.
4. Secara visual, tekstur yang tercipta dari implemenetasi
konfigurasi silang vertikal pada com-board
mempunyai peluang untuk membentuk pola estetika
global terarah yang akan direpresentasikan oleh
penampilan, orisinalitas, keindahan, selera, dan citra
5. Peluang pengembangan konfigurasi silang vertikal
dengan bahan baku baru bahkan juga tidak tertutup
kemungkinan untuk memodifikasi struktur dalamnya.

Daftar Pustaka
Asby, Mike dan Johnson, Kara (2009): Material and Design, Elsevier,
USA, 165-169
Haygreen, J.G dan Bowyer, JL (1993): Hasil Hutan dan Ilmu Kayu
(Suatu Pengantar), Diterjemahkan oleh Sutjipto A. Hadikusumo,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Hawari, Firman (2012): „Studi Faktor Kenyamanan Pada Kursi Santai
Dengan Struktur Dari Material Dry Leaf Board‟, Penelitian PNPB –
ITS, Surabaya, 1 – 11
Hawari, Firman (2017): „Implementasi Prinsip-Prinsip Strukturalisme
untuk Mengidentifikasi Kondisi Aktual Dry Leaf Board sebagai
Material Perancangan Interior, Jurnal Desain Interior – ITS,
Surabaya, 6 – 8
Sindung Haryanto (2010): Teori Strukturalisme. Dalam Anatomi dan
Perkembangan Ilmu Sosial, Bagong Suyanto dan M Khusna Amal
(ed) Aditya Media, Yogyakarta, Indonesia
Sachari, Agus. (1989): „Estetika Terapan‟. Penerbit NOVA. Bandung.

598 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Surdia, Tata (1984): Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita,
Jakarta. Indonesia, 229 - 235
T. Dick, George (1971): Aesthetic, An Introduction, Pegasus Books, New
York, USA
Wong, Wucius (1989): Beberapa Asas Merancang Trimatra, terjemahan
Adjat Sakri, Penerbit ITB, Bandung, 9 – 17

Penulis
Firman Hawari, S.Sn., M.Ds. adalah
dosen Departemen Desain Interior, ITS

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 599


POTENSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)
DALAM PENGOLAHAN SAMPAH KOTA
SEBAGAI UPAYA PERWUJUDAN SMART CITY

Adi Setyo Purnomo, M.Sc., Ph.D


Hamdan Dwi Rizki, S.Si., M.Si.

Salah satu aspek yang cukup penting dalam konsep


smart city yaitu pengelolaan lingkungan. Dalam aspek
pengelolaan lingkungan terdapat beberapa faktor yang
dapat dijadikan indikator antara lain IKLH (Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup) yang terdiri dari indeks kualitas air,
indeks kualitas udara dan indeks tutupan vegetasi. Selain
IKLH, faktor lain yang tidak kalah penting yaitu
Pengelolaan Sampah (Waste Management). Pengelolaan
sampah maupun limbah menjadi faktor yang cukup
penting karena setiap harinya aktivitas masyarakat selalu
menghasilkan timbunan sampah atau limbah dalam
jumlah yang tidak sedikit. Jumlah timbunan sampah yang
dihasilkan sebanding dengan jumlah pertumbuhan
penduduk di suatu daerah. Semakin tingginya tingkat
penimbunan sampah menjadi permasalahan sendiri
untuk lingkungan.
Untuk mengatasi masalah timbunan sampah atau
limbah tersebut diperlukan inovasi untuk mempercepat
laju penguraian sampah tersebut agar dapat mengurangi
volume timbunan sampah yang ada. Secara garis besar
sampah digolongkan menjadi dua macam yaitu sampah

600 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
organik dan inorganik. Saat ini proses pengolahan
sampah atau limbah terus dikembangkan untuk
memperoleh metode yang efektif, murah dan ramah
lingkungan. Proses penguraian sampah dapat dilakukan
secara fisis, kimiawi maupun biologis. Salah satu metode
yang ramah lingkungan dan dapat diterapkan yaitu
dengan metode bioremediasi. Bioremediasi merupakan
salah satu teknik pengolahan limbah yang melibatkan
mikroorganisme dalam menghilangkan, menguraikan
atau menetralkan polutan atau limbah pada daerah yang
terkontaminasi. Teknik pengolahan limbah secara
bioremediasi ini berprinsip pada peningkatan aktifitas
alami yang terjadi pada lingkungan dengan adanya
pemanfaatan mikroorganisme. Teknik ini merupakan
teknik yang lebih ramah lingkungan serta lebih murah
dibandingkan metode yang lain seperti pembakaran
maupun penimbunan limbah atau polutan.
Dalam pengolahan limbah dengan menggunakan
metode bioremediasi, beberapa peneliti mulai
mengembangkan jamur dan bakteri untuk menguraikan
polutan atau limbah. Kemampuan jamur dan bakteri
dalam menguraikan limbah berkaitan dengan
kemampuannya dalam menghasilkan enzim pengurai
yang dibutuhkan selama proses metabolismenya. Dalam
bioremediasi bakteri pada umumnya dapat menunjukan
hasil yang lebih cepat namun tidak bertahan lama dan
tidak tahan pada semua ekosistem. Dengan
menggunakan jamur, proses bioremedisasi dapat

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 601


bertahan lebih lama dan lebih tahan terhadap berbagai
macam ekosistem.
Salah satu jamur yang memiliki potensi besar dalam
penguraian limbah adalah jamur tiram (Pleurotus
ostreatus). Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan dalam pemeliharaannya yang cukup mudah
dan dapat tumbuh serta mudah beradaptasi pada
lingkungan atau media yang berasal dari limbah industri
seperti kayu, ampas tebu, limbah kertas, dedaunan serta
limbah-limbah lain yang mengandung lignin, selulosa
dan hemiselulosa. Kemampuan jamur tiram dalam
memanfaatkan media limbah tersebut sebagai sumber
energi berkaitan dengan kemampuanya dalam
menghasilken enzim ligninolitik yang berperan besar
dalam penguraian senyawa-senyawa lignoselulosa
sebagai sumber energinya. Enzim ligninolitik yang
mampu dihasilkan oleh jamur tiram antara lain enzim
lignin peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP) serta
enzim lakase. Ketiga enzim tersebut dihasilkan oleh
jamur tiram dalam proses metabolismenya untuk
menguraikan senyawa lignoselulosa yang menjadi
sumber makanannya menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana untuk dapat dicerna oleh jamur tiram
tersebut. Hal tersebutlah yang dijadikan dasar
penggunaan jamur tiram sebagai agen pengurai limbah
dalam upaya pengolahan sampah (Purnomo dkk., 2008,
2010, 2014, 2017).

602 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Kemudahan budidaya dan ketahanan jamur tiram
untuk hidup di beberapa kondisi lingkungan membuat
jamur tiram berpotensi besar untuk dimanfaatkan
sebagai agen pendegradasi dalam penguraian tumpukan
limbah yang ada. Beberapa peneliti telah melakukan
penelitan terkait kemampuan jamur tiram dalam
menguraikan beberapa jenis limbah mulai dari limbah
pestisida (Purnomo dkk., 2008, 2010, 2014, 2017), limbah
minyak (Bezalel dkk., 1966; Schutzendubel dkk., 1999),
hingga limbah plastik (Sasek dkk., 2006; Da Luz dkk.,
2013).

Bioremediasi Limbah Pestisida oleh Jamur Tiram


Pestisida merupakan senyawa sintetis yang telah
dikenal sejak tahun 1939 yang diawali oleh penemuan
insektisida DDT. Sejak saat itu, pestisida mulai digunakan
secara luas dalam kehidupan sehari-hari antara lain pada
bidang pertanian dan kesehatan untuk melindungi diri
dari penyakit malaria. Seiring dengan berkembangnya
waktu, dampak negatif dari penggunaan pestisida pun
mulai dirasakan antara lain berkurangnya populasi
burung akibat adanya pengikisan cangkang telur,
berkurangnya kesuburan pada manusia serta munculnya
resiko kanker pada manusia. Akibat ditemukannya
dampak negatif dari penggunaan pestisida inilah,
beberapa pestisida mulai dilarang peredaran dan
penggunaannya. Akan tetapi, akibat penggunaan
pestisida secara besar-besaran di masa lampau serta sifat
toksik dan sifat resistan dari pestisida mengakibatkan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 603


terjadinya akumulasi limbah pestisida di lingkungan.
Walaupun sudah berpuluh-puluh tahun beberapa residu
pestisida masih ditemukan di beberapa wilayah di
Indonesia. Untuk menangani masalah timbunan pestisida
tersebut beberapa peneliti telah membuktikan
kemampuan jamur khususnya jamur tiram dalam
menghilangkan limbah pestisida.
Secara umum degradasi total pestisida oleh jamur
khususnya jamur tiram terjadi melalui Siklus Krebs. Bollag
dkk. (1974) berhasil menemukan empat jalur transformasi
pestisida oleh mikroorganisme. Bioremediasi pestisida
oleh jamur dapat melalui tranformasi senyawa menjadi
bentuk yang lebih tidak toksik kemudian akan diuraikan
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Reaksi biokimia
terjadi pada saat bioremediasi pestisida oleh jamur
antara lain reaksi alkilasi, dealkilasi, hidrolisis amida atau
ester, dehalogenasi, dehidrogenasi, hidroksilasi,
pembelahan eter, pembelahan cincin aromatik, oksidasi,
reduksi kondensasi dan pembentukan konjugat. Reaksi-
reaksi tersebut bertanggungjawab merubah senyawa
pestisida yang toksik menjadi bentuk yang lebih tidak
toksik dan sederhana.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jamur tiram
mampu meremediasi beberapa jenis pestisida. Pada
tahun 1993, Bumpus dkk. berhasil membuktikan
kemampuan jamur tiram dalam mendegradasi pestisida
DDT. Selanjutnya pada tahun 2008, Purnomo dkk.
mengemukakan bahwa kemampuan jamur tiram dalam

604 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
mendegradasi DDT lebih optimal bila dilakukan pada
media PDB. Selanjutnya pada tahun 2011, Purnomo dkk.
kembali mengembangkan penelitianya dan berhasil
memanfaatkan limbah media tanam jamur tiram untuk
mendegradasi DDT pada media tanah dengan tingkat
degradasi mencapai 80% selama 28 hari inkubasi. Secara
umum degradasi DDT oleh jamur pelapuk putih
menghasilkan metabolit yang lebih sederhana dan lebih
non-toksik seperti DDA, DDD, DDMU, dan DDMS.
Dalam penelitian lain, Purnomo dkk. (2013) juga
berhasil membuktikan bahwa jamur tiram mampu
mendegradasi pestisida jenis heptaklor dan heptaklor
epoksida pada media PDB selama 14 hari masa inkubasi.
Pestisida heptaklor dan heptaklor epoksida tersebut
dirubah menjadi bentuk yang kurang berbahaya seperti
klordena dan 1-hidroksi-klordena. Perubahan tersebut
melibatkan reaksi epoksidasi, deklorinasi dan hidrolisis.
Di penelitian lain, Pereira dkk. (2013) juga melaporkan
bahwa jamur tiram mampu mendegradasi pestisida jenis
atrazine hingga mencapai 94.5% dengan menggunakan
media garam MnSO4 selama 15 hari masa inkubasi.
Selanjutnya pada tahun 2017, Purnomo dkk. kembali
membuktikan bahwa jamur tiram dapat mendegradadi
polutan pestisida jenis aldrin dan dieldrin. Jamur tiram
mampu merubah senyawa aldrin dan dieldrin menjadi
senyawa yang lebih tidak toksik yaitu 9-hidroksialdrin
dan 9-hidroksidieldrin dalam media PDB dalam waktu 14
hari inkubasi. Beberapa penelitian tersebut menguatkan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 605


bahwa jamur tiram memang sangat berpotensi
diaplikasikan dalam pengolahan limbah khususnya
limbah pestisida.

Bioremediasi Limbah Minyak oleh Jamur Tiram


Limbah minyak telah menjadi masalah lingkungan
yang menjadi perhatian banyak peneliti berbagai belahan
dunia. Hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) merupakan
salah satu polutan beracun yang terdapat dalam limbah
minyak. Paparan PAH yang berlebih dapat menimbulkan
resiko kanker. Hal tersebut dikarenakan PAH memiliki
cincin aromatik yang menyerupai benzopirena yang
dapat berikatan kovalen pada gugus guanin di DNA
sehingga mampu mengakibatkan adanya mutasi sel.
Melihat dampak negatif dari PAH, para peneliti juga
mulai mengembangkan metode bioremediasi PAH
dengan memanfaatkan jamur khususnya jamur tiram.
Kemampuan jamur tiram dalam mendegradasi PAH
telah banyak dilaporkan. Pada tahun 1966, Bezalel dkk.
berhasil melaporkan bahwa jamur tiram mampu
menguraikan berbagai jenis PAH termasuk fenantrena.
Kemampuanya mendegradasi fenantrena berkaitan
dengan kemampuannya menghasilkan enzim
ekstraselular MnP dan lakase. Senyawa fenantrena
tersebut diubah menjadi trans-9,10-dihidrodiol
fenantrena dan asam 2,2-difenat. Selanjutnya, kedua
metabolit tersebut dimineralisasi membentuk CO2.
Dalam penelitian lain, Schutzendubel dkk. (1999)
berhasil membuktikan bahwa jamur tiram juga mampu

606 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
mendegradasi PAH jenis fluorena dan antrasena hingga
mencapai masing-masing 43% dan 60% hanya dalam 3
hari inkubasi. Dalam penelitian tersebut, kemampuan
jamur tiram dalam mendegradasi PAH dominan berasal
dari aktivitas enzim MnP yang tersubstitusi dalam media
BSM (Basal Salt Medium) dengan tambahan serbuk kayu.
Dalam kasus tersebut, enzim lakase dan LiP juga
memberi peran dalam mendegradasi namun tidak
sedominan enzim MnP. Kemampuan degradasi tertinggi
diperoleh dengan waktu inkubasi selama 12 hari.

Bioremediasi Plastik oleh Jamur Tiram


Dalam beberapa tahun terakhir ini, permasalahan
sampah plastik cukup menjadi sorotan banyak peneliti.
Pasalnya kebiasaan masyarakat yang konsumtif
khususnya terhadap produk yang memiliki kemasan
plastik mengakibatkan penumpukan jumlah sampah
plastik yang luar biasa. Secara normal, dekomposisi
sampah plastik membutuhkan waktu hingga 1.000 tahun.
Penanganan masalah sampah plastik dengan metode
konvensional seperti pembakaran tentunya akan
menghasilkan polutan baru berupa CO2 dan dioksin.
Untuk itu para peneliti mulai mengembangkan teknik
bioremediasi plastik dengan memanfaatkan
mikroorganisme khususnya jamur.
Pada tahun 2006, Sasek dkk. melakukan penelitian
untuk mendegradasi bahan plastik berupa copolyester
dengan memanfaatkan jamur tiram dengan metode

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 607


kultivasi pada plate agar. Hasil analisa menunjukkan
terjadi pelubangan dan sampel mengalami penurunan
viskositas yang signifikan. Penurunan viskositas tersebut
menunjukkan terdegradasinya bahan copolyester akibat
reaksi hidrolisis.
Dalam penelitian lain, Da Luz dkk. (2013)
mengemukakan bahwa jamur tiram mampu
mendegradasi plastik oxobiodegradable tanpa ada
perlakuan fisik seperti UV ataupun pemanasan termal
sebelumnya. Kemampuan degradasi tersebut ditandai
dengan terbentuknya lubang pada permukaan plastik
akibat adanya pembentukan gugus hidroksil dan ikatan
carbonoksigen setelah 45 hari inkubasi. Terbentuknya
lubang tersebut juga dikarenakan adanya akifitas enzim
MnP dan LiP yang dihasilkan oleh metabolisme jamur
tiram.
Dari beberapa uraian diatas, penelitian yang telah
dilakukan terbukti mampu menguraikan senyawa-
senyawa polutan baik yang bersifat resisten maupun
toksik. Dalam aplikasi kedepannya, sumber jamur tiram
yang dapat diaplikasikan sebagai agen pendegradasi
tidak hanya dari kultur murninya melainkan sisa limbah
pertanian jamur tiram juga dapat diaplikasikan dalam
untuk proses penguraian sampah. Hal tersebut
dikarenakan dalam limbah pertanian jamur masih
terkandung enzim-enzim lignolitik yang dapat
dimanfaatkan untuk menguraikan senyawa polutan.
Pada tahun 2011, Purnomo dkk. membuktikan bahwa

608 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
limbah media tanam jamur tiram dapat mendegradasi
pestisida DDT pada media tanah dengan tingkat
degradasi mencapai 80% selama 28 hari inkubasi.
Kemampuan limbah media tanam jamur tersebut dalam
mendegradasi berkaitan dengan adanya sisa-sisa
miselium pada limbah media tanam yang masih
mengandung enzim-enzim pendegradasi sehingga dapat
digunakan sebagai agen pendegradasi. Dari beberapa
uraian hasil penelitian diatas, jamur tiram dinilai memiliki
potensi yang sangat luar biasa untuk diaplikasikan
sebagai agen pengolah limbah kota melalui metode
bioremediasi untuk mewujudkan smart city.

Daftar Pustaka
Bezalel, L., Hadar, Y., Cerniglia, C.E., 1996a, Mineralization of polycyclic
aromatic hydrocarbons by the white rot fungus Pleurotus
ostreatus, Appl. Environ. Microbiol., 62, 292-295.
Bezalel, L., Hadar, Y., Fu, P.P., Freeman, J.P., Cerniglia, C.E., 1996b, Initial
oxidation products in the metabolism of pyrene, anthracene,
fluorene, and dibenzothiophene by the white rot fungus Pleurotus
ostreatus, Appl. Environ. Microbiol., 62, 2554-2559.
Bezalel, L., Hadar, Y., Fu, P.P., Freeman, J.P., Cerniglia, C.E., 1996c,
Metabolism of phenanthrene by the white rot fungus Pleurotus
ostreatus, Appl. Environ. Microbiol., 62, 2547-2553.
Bollag, W.B., Bollag, J.M., 1992, Biodegradation Encyclopedia of
Microbiology, New York: Academic Press Inc.
Bumpus, J.A., Aust, S.D., 1987, Biodegradation of DDT [1,1,1-trichloro-
2,2-bis (4-Chlorophenyl) ethane] by the white rot fungus
Phanerochaete chrysosporium, Appl. Environ. Microbiol., 53, 2001-
2008.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 609


Da Luz, J.M.R., Paes, S.A., Nunes, M.D., da Silva, Md.C.S, Kasuya,
M.C.M., 2013, Degradation of oxo-biodegradable plastic by
Pleurotus ostreatus, PLoS ONE, 8(8), 369-386.
Pereira, P.M., Teixeira, R.S.S., Oliveira, M.A.L., Silva, M.D., Ferreira-
Leitao, V., 2013, Optimized Atrazine Degradation by Pleurotus
ostreatus INCQS 40310: an Alternative for Impact Reduction of
Herbicides Used in Sugarcane Crops, J. Microb. Biochem. Technol.,
S12, 006.
Pinedo-Rivilla, C., Aleu, J., Collado, I.G., 2009, Pollutans Biodegradation
by Fungi, Curr. Org. Chem., 13, 1194-1214.
Prasad, M.N.V., 2015, Bioremediation and Bioeconomy, India : Elsevier.
Prasetyo, Andjar, 2018, Bunga Rampai Smart City : Implementasi kota
jasa yang modern dan cerdas dalam sistem perkotaan inovatif,
Jakarta : Indocamp.
Purnomo, A.S., Kamei, I., Kondo, R., 2008, Degradation of 1,1,1-
trichlro-2,2-bis (4-chlorophenyl) ethane (DDT) by brown-rot fungi,
J. Biosci. Bioeng., 105, 614-621.
Purnomo, A.S., Mori, T., Kamei, I., Nishii, T., Kondo, R., 2010,
Application of mushroom waste medium from Pleurotus ostreatus
for bioremediation of DDTcontaminated soil, Int. Biodeterior.
Biodegrad., 64, 397-402.
Purnomo, A.S., Mori, T., Putra, S.R., Kondo, R., 2014, Biotransformation
of heptachlor and heptachlor epoxide by white-rot fungus
Pleurotus ostreatus, Int. Biodeterior. Biodegrad., 82, 40-44.
Purnomo, A.S., Nawfa,R., Martak, F., Shimizu, K., Kamei, I., 2017,
Biodegradation of Aldrin and Dieldrin by the White-Rot Fungus
Pleurotus ostreatus, Curr. Microbiol., 74, 320-324.
Sasek, V., Vitasek, J., Chromcova, D., Prokopova, I., Brozekb, J., Nahlik,
J., 2006, Biodegradation of Synthetic Polymers by Composting and
Fungal Treatment, Folia Microbiol., 51(5), 425-430.
Schützendübel, A., Majcherczyk, A., Johannes, C., Hüttermann, A.,
1999, Degradation of fluorene, anthracene, phenanthrene,
fluoranthene, and pyrene lacks connection to the production of
extracellular enzymes by Pleurotus ostreatus and Bjerkandera
adusta, Int. Biodeterior. Biodegrad., 43, 93-100.

610 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Penulis
Adi Setyo Purnomo, S.Si., M.Sc., Ph.D
adalah Dosen di Departemen Kimia, Fakultas
Sains, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), Surabaya. Penulis menempuh
Pendidikan sarjana di Departemen Kimia
FMIPA ITS, kemudian menyelesaikan studi
Master of Science (M.Sc) dan Doctor of
Philosophy (Ph.D) di Graduate School of Bioresources and
Bioenvironmental Sciences, Kyushu University, Fukuoka Japan. Penulis
adalah peneliti di Bidang Biokimia khususnya yang terkait dengan
biodegradasi polutan organic seperti pestisida, pewarna, minyak dll.
Puluhan publikasinya telah terbit di jurnal ilmiah internasional serta
memiliki beberapa paten dan buku. Penulis dapat dihubungi di email :
adi@chem.its.ac.id atau adi.spurnomo@yahoo.com.

Hamdan Dwi Rizqi, S.Si., M.Si. lahir di


Surabaya, Jawa Timur, Indonesia pada
tanggal 1 September 1992. Penulis
menerima gelar Sarjana dari Departemen
Kimia, Fakultas Sains, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya,
Indonesia pada tahun 2014. Kemudian,
berbekal beasiswa Freshgraduate, beliau
melanjutkan studi program magister juga di Departemen Kimia,
Fakultas Sains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya,
Indonesia dan lulus pada tahun 2016. Saat ini penulis mengabdikan
diri menjadi dosen di Departemen Kimia Fakultas Sains, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Topik riset yang diminati penulis
adalah biokimia dan kimia mikroorganisme khususnya topik
bioremediasi dan bioaktivitas. Penulis juga telah berhasil menulis
beberapa jurnal ilmiah internasional dibidang bioremediasi. Penulis

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 611


dapat dihubungi melalui email: hamdan_dwi@its.ac.id atau
hamdan.c28@gmail.com.

612 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
TANTANGAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
DI INDONESIA: SMART WASTE MANAGEMENT
SYSTEM

IDAA Warmadewanthi, S.T., M.T., Ph.D


Welly Herumurti, S.T., M.Sc.

Sistem pengelolaan persampahan di Indonesia diatur


melalui UU no.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Aturan hukum, kebijakan, dan standar nasional
sangat banyak dikembangkan untuk mengatur
pengelolaan persampahan di Indonesia sejak keluarnya
UU tersebut di atas. Semua aturan menyampaikan hal
yang sama berkaitan dengan upaya pengurangan dan
penanganan sampah di Indonesia. Untuk upaya
pengurangan maka konsep utama adalah 3R: Reduce,
Reuse, dan Recycle. Secara literature konsep ini sangat
memungkinkan untuk diterapkan dalam mengurangi
jumlah sampah yang dibuang ke lokasi tempat
pemerosesan akhir sampah.
Namun apa faktanya? Penduduk di Indonesia rata-rata
menghasilkan sampah 0,55-0,99 kg/capita/hari (World
Bank, 2018). Gambar 1 menunjukkan peta jumlah
timbulan sampah di per kg/capita/hari di seluruh dunia.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 613


Gambar 1 Timbulan Sampah kg/capita/hari di Dunia

Berdasarkan data ini, maka timbulan sampah perhari


di Indonesia bisa mencapai 153.132 ton/hari, dimana
jumlah penduduk di tahun 2018 mencapai 264 juta jiwa,
dengan rata-rata timbulan sampah 0,58 kg/capita/hari
(World Bank, 2018). Sebagian besar sampah ini dikelola
hanya dengan konsep kumpul – angkut – buang,
sehingga sampah menumpuk di Tempat Pemerosesan
Akhir Sampah (TPA). Tantangan yang lain adalah banyak
sampah yang dibuang langsung ke sungai atau dibakar
dan menimbulkan masalah banjir, kesehatan, estetika
dan masalah lingkungan yang lain. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka sangat diperlukan upaya smart
management dalam pengelolaan sampah.
Smart waste management berdasarkan atas Ray (2015)
menyatakan bahwa ada dua innovasi yang perlu
dilakukan yaitu effisiensi proses penanganan sampah dan
penigkatan reduksi/pengurangan sampah. IoT (internet
of thing) digunakan untuk effisiensi proses penanganan

614 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
terutama berkaitan dengan pengumpulan dan
pengangkutan sampah. Seperti studi kasus Kota
Surabaya.
Kota Surabaya sudah mempunyai sistem terintegrasi
mengenai transportasi dan pengumpulan sampah,
sehingga jarang terlihat tumpukan sampah di tengah
Kota Surabaya. SWAT (Solid Waste Transportation)
merupakan sistem IoT yang dapat memonitor sistem
pengangkutan sampah dengan jelas sehingga
memungkinan Pemerintah Kota melakukan effisiensi
mulai dari waktu dan biaya di dalam pengangkutan
sampah. Selain itu, DKRTH dapat menentukan prioritas
pelayanan pengangkutan sampah dengan sistem SWAT
ini, karena diketahui secara real time daerah yang
menghasilkan sampah cukup banyak. Gambar 2 salah
satu contoh smart waste management untuk tranportasi
sampah.

Gambar 2. Contoh Smart Waste Management untuk


Transportasi Sampah (Perera dkk., 2017)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 615


Selain transportasi upaya management juga perlu
medapatkan perhatian untuk smart waste management
adalah waste reduction, upaya pengurangan sampah.
Penelitian yang dilakukan di Kota Surabaya sejak 2014
sampai 2016 dengan pendekatan sistem dinamik
menghasilkan gambaran mengenai upaya reduksi
sampah di Kota Surabaya, melalui beberapa aktivitas
yang sudah dilakukan seperti : bank sampah, composting
skala rumah tangga, composting skala komunal, dan
termasuk upaya mengurangi sampah oleh sector
informal terutama di Tempat Penampungan Sampah
(TPS). Gambar 3 menunjukkan sistem dinamik untuk
pengelolaan sampah Kota Surabaya.
Penelitian ini menghasilkan prediksi mengenai kondisi
pengelolaan sampah termasuk kondisi eksisting dan
beberapa prediksi jika dilakukan scenario pengurangan
sampah dari berbagai kegiatan yang ada. Skenario ini
dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam
mengambil keputusan, upaya apa yang perlu dilakukan
untuk mengurangi jumlah sampah. Sebagai contoh
dalam sistem simulasi di atas dari sampah sejenis
sampah rumah tangga dimana komposisi sampahnya
lebih banyak adalah barang bekas seperti plastic,
kemasan,kertas dan lain-lain, maka peran bank sampah
dan pemulung sangat besar dalam mereduksi jumlah
sampah.
Berdasarkan hasil ini, maka pemerintah kota dapat
memperbesar peran bank sampah dalam mengelola

616 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
sampah, serta berupaya memformalkan sector
informal seperti pemulung untuk berupaya bersama-
sama mereduksi sampah. Data dari terbitan World Bank
(2018), menyatakan bahwa pemulung mempunyai peran
besar mengurangi dan mendaur ulang sampah di Jakarta
mencapai 25%. Upaya formalisasi pemulung sudah
dilakukan di Kota Surabaya, sebagai kota terdepan dalam
penerapan inovasi pengelolaan sampah. Kota Surabaya
menempatkan pemulung pada lokasi pemilahan sampah
terpusat seperti Super Depo di Mulyorejo Surabaya.
Pemulung bekerja memilahkan sampah yang dihasilkan
di lingkungan sekitar, kemudian mengolah dan
bekerjasama dengan DKRTH dalam upaya mengolahan
dan mengelola residu hasil pemilahan.

Gambar 3. Dinamik Model Causal Loop Upaya Reduksi


Sampah (Studi kasus : Kota Surabaya)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 617


Adanya upaya reduksi ini juga akan mengembangkan
berbagai macam ide penerapan ICT di dalam upaya
peningkatan value bank sampah dan pemulung. Sistem
ini merupakan konsep atau gagasan awal bagaimana
upaya meningkatkan reduksi sampah terutama sampah
kering yang bisa dimanfaatkan (Gambar 4).
Adanya sistem “barter sampah” yang dikembangkan
teritengrasi dengan smartphone akan mempermudah
mekanisme ini. Pemerintah juga dapat mentrack
penjualan dan pembelian barang-barang bekas atau
sampah ini sehingga dapat menentukan secara jelas
berapa besar upaya reduksi yang sudah dilakukan.
Adanya sistem ICT ini akan mempermudah barter
sampah diantara masyarakat termasuk juga untuk bank
sampah dan pemulung. Efek terpenting adalah
peningkatan partisipasi masyarakat dalam mereduksi
sampah dan meningkatkan persentase pengurangan
sampah yang dibuang tanpa adanya pemanfaatan.

Gambar 4. Konsep ICT untuk Recycling System

618 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
“Rombeng” juga bisa menjadi garda depan dalam
pemulung dengan sistem ICT ini, sehingga mereka akan
lebih effisien dalam mencari sampah yang dibutuhkan
dan effisiensi juga dari segi waktu, biaya dan finansial.
Hal ini akan menambah kemauan dan partisipasi
masyarakat dalam ikut peduli tentang pengelolaan
sampah yang dihasilkan sendiri oleh masyarakat. Ingat
tidak berlaku lagi syndrome NIMBY (“not in my back
yard”) di Indonesia, apalagi dengan melibatkan berbagai
actor di dalam pengelolaan persampahan.
Konsep ini juga sangat berguna dapat digunakan
dalam sistem yang sudah dikembangkan oleh
entrepreneur muda Indonesia yang ada di Jakarta,
dengan konsep Hunger Bank dan Food Bank
Indonesia. Jumlah sampah sisa makanan di Indonesia
terus bertambah, berdasarkan hasil penelitian di Kota
Surabaya 2014-2016, sampah sisa makanan kurang lebih
perhari 58-60% dari total sampah. Sisa makanan semua
dibuang ke TPA dan hanya sebagian kecil yang
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sampah ini
sebenarnya dapat dikomposkan namun karena
menimbulkan bau maka masyarakat jarang
memanfaatkan sampah makanan ini. Komunitas Hunger
Bank dan Food Bank Indonesia yang didirikan pertama
kali di Jakarta, mengumpulkan sampah dari hotel-hotel
ataupun rumah makan yang masih layak untuk
dimanfaatkan untuk kemudian diberikan kepada
masyarakat yang membutuhkan. Sisa makanan tidak

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 619


akan menjadi mubazir dan dapat dimanfaatkan untuk
bersama.
Sistem ICT dengan konsep smart waste management
terutama untuk transportasi dan recycling sangat penting
dalam pengelolaan sampah dalam mewujudkan smart
cities dan sustainable city. Adanya sistem ICT sangat
membantu meningkatkan effisiensi proses penanganan
sampah terutama pengumpulan dan pengangkutan
sampah. Sistem ICT yang lain yang dapat dikembangkan
sebagai konsep peningkatan jumlah sampah yang dapat
di recycle sehingga mengurangi jumlah sampah yang
harus ditangangi. Ingat bahwa sampah adalah masalah
bersama, bukan hanya masalah pemerintah. Be smart
communities for solid waste in the smart cities.

Penulis
IDAA Warmadewanthi S.T., M.T., Ph.D. adalah
dosen Departemen Teknik Lingkungan, ITS dengan
bidang keahlian: Solid Waste Treatment

Welly Herumurti, S.T., M.Sc. adalah dosen


Departemen Teknik Lingkungan, ITS dengan bidang
keahlian: Manajemen Lingkungan

620 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
SMART ENERGI SARANA MENUJU KAMPUS
HIJAU

Dr. Ali Musyafa’

Smart Energy
Sistem Smart Energi dapat diartikan sebagai sebuah
sistem yang mengkonsusi energi terbarukan 100%
(renewable energy) atau sistem yang mengkonsumsi
bioenergi dengan tingkat berkelanjutan, atau sistem
yang memanfaatkan sinergi dalam sistem energi untuk
memaksimalkan efisiensi dan mengurangi biaya.
Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang dimuat
pada Survey Green Matrik “Wold University Rankings”
terdapat sektor-sektor penting yang akan dinilai dan
dikelompokkan menjadi enam bagian utama yang
meliputi : Setting and Infrastructure; Energy and Climate
Change; Waste; Water; Transportation and Education.
Adapun komponen utama dalam kasus tersebut akan
dikelompokkan menjadi delapan pokok kajian yang
meliputi :
a. Energi Efficient aplliances usage replacing
conventional appliances
b. Smart Building Implementation
c. Renewable Energy produce inside campus
d. Electricity usage per year ( in kilo watt hour)
e. Ratio of renewable energy produce/production
toward total energy usage per year

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 621


f. Element of green building implementation as
reflected in all contruction and renovation policy.
g. Greenhouse gas emission reduction Program
h. Please provide total carbon footprint (CO2
emmession in the last 12 months, in metric tons).

Oleh karena adanya keterbatan data, maka pada


kesempatan ini topik yang dibahas disini difokuskan
pada sektor energi saja. Untuk membangun kampus hijau
yang berkelanjutan diawali dengan menetapkan
menajemen yang mengarah, bahwa semua kegitan
seharusnya ada personil yang menjalankan kebijakan,
tanggung jawab, hak dan wewenang dengan cara
mengankat sebuah komite yang bertugas mengelola
sarana prasana Kampus, agar kampus tetap berdiri tegak
dan dapat beroperasi secara berkelanjutan. Adapun
peran dan tanggung jawab yang diharapkan dari komite
ini adalah meliputi : Pengawasan pada hal-hal yang
terkait dengan keberlanjutan kampus. Penanamaan nilai
keberlanjutan kedalam budaya dan tradisi komunitas
kampus secara terus menerus dan memprakarsai
praktek-praktek yang mengintegrasikan keberlanjutan
kedalam universitas; Secara terus menerus mengukur
kinerja keberlanjutan universitas; Memantau penerapan
solusi yang bersifat keberlanjutan di kampus. Meninjau
dan berusaha secara terus menerus meningkatkan solusi
menuju sistem yang keberlanjutan. Menjadi
penghubung atas informasi dan kegiatan terkait dengan
keberlanjutan dan menerbitkan laporan tahunan tentang

622 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
pencapaian universitas menuju kampus yang
keberlanjutan. Sebagai langkah awal penanganan energi
adalah dengan menetapkan personal yang terkait
dengan manajemen energi dengan cara mengangkat
anggota komite energi , sebagai contoh : Dr. A– sebagai
Chair (Keahlian khusu ME), Dr. B (disiplin ilmu teknik
mesin) – Member ; Dr. C (disiplin ilmu teknik elektro) –
Member ; Dr. D (Teknik Komputer) – Member ; Dr. E
(Arsitektur ) – Member dan Insinyur F (Physical Plant
Department Director) – Member .
Untuk menjalankan pengelolaan energi yang efektif
dan efisien diperlukan beberapa rekomendasi yang
meliputi kegiatan ”Audit Energi”. Untuk studi kasus di
Kampus ITS, SDM dari bagian sarana dan prasarana fisik
dan grup riset pengembangan energi berkelanjutan (PSE)
bekerja sama dengan pihak ketiga telah melakukan audit
energi untuk 4 gedung : Gedung Rektorat, Gedung
Departemen Teknik Fisika, Gedung Departemen
Matematika dan Gedung Research Center. Kampus ITS
Surabaya mulai Tahun 2017-2018. Bangunan Kampus ITS
adalah unit kegiatan pendidikan tinggi yang banyak
memanfaatkan sumber energi listrik untuk kegiatan
operasional yang dikelompokkan untuk keperluan : air
conditioning, pencahayaan, utilitas dan lain-lain, agar
penggunaan energi listrik tersebut efektif, efisien dan
aman maka perlu segera menerapkan standarisasi yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah Indoensia dengan
Standart Nasional Indonesia. Dalam perencanaan
konservasi energi listrik tersebut, sistem tata udara

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 623


ditetapkan pada temperatur bola kering yaitu 25 oC  1
o
C dan kelembapan relatif sebesar 60 %  10 %, standart
pencahayaan diatur dalam daya pencahayaan tersendiri.
Standar lainnya untuk pencahayaan adalah warna cahaya
lampu dan suplai daya pencahayaan maksimum. Untuk
mengetahui kinerja berbagai peralatan yang dimaksud
perlu dilakukan pengukuran dengan beberapa variabel
proses antara lain : daya listrik termasuk arus, tegangan,
dan cos , temperatur, kelembapan, tingkat
pencahayaan, suhu dalam pipa AC, sistem transmisi
energi listrik (mengetahui secara dini sumber penyebab
kebakaran) yang sangat diperlukan dalam audit energi
listrik berdasarkan SNI 03-6196-2011.
Metode kajian audit energi dilakukan dengan
membuat pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pengelolaan dalam rangka peningkatan efisiensi
penggunaan energi listrik harus ditetapkan, dengan
kegiatan ini nantinya dapat menekan pengeluaran biaya
energi listrik. Menerapkan standar dan peraturan dalam
penggunaan energi listrik, menggunakan standar dan
peraturan yang berlaku di Indonesia. Apabila ada besaran
yang belum atau kurang diatur di Indonesia, maka dapat
digunakan standar lain yang telah diterima masyarakat
profesi, antara lain standar ASHRAE, JIS dll. Dalam audit
energi yang perlu dilakukan minimal terdiri dari dua
bagian, yaitu; Audit energi awal yang didasarkan data
rekening pembayaran energi yang dikeluarkan dan
mengetahui data luas gedung bangunan dari data ini
selanjutnya dipakai sebagai informasi dan masukan

624 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
dalam menetapkan nilai IKE (indek konsumsi energi)
awal.
Audit energi rinci harus dilakukan bila nilai IKE lebih
besar dari nilai standar seperti tercantum dalan SNI.
Kegitan proyek audit energi yang dikerjakan adalah
melakukan berbagai pendekatan standar yang telah
dikembangkan untuk mengevaluasi efisiensi energi,
mengindentifikasi peluang penghematan energi serta
menetapkan rencana untuk proyek-proyek agar
penggunaan energi memenuhi standart dan aman dalam
penggunaanya.
Audit Energi Awal : Audit energi awal pada dasarnya
merupakan pengumpulan data awal atau audit singkat
atau survei awal). Biasanya PEA dapat dilakukan tanpa
instrumentasi yang canggih atau rumit dan dapat
menggunakan data yang sudah tersedia. Data catatan
plant, dilengkapi dengan pengamatan kondisi umum
operasi peralatan pada saat peninjauan di lapangan (walk
through), diperhatikan pula standar pemeliharaan dan
tingkat pengendalian manajemen terhadap operasi. PEA
dapat diselesaikan dalarn waktu yang relatif singkat dan
biasanya auditor energi berpengalaman untuk
mendapatkan informasi tertulis, lisan maupun visual
untuk diagnosa secara tepat guna mendapatkan
gambaran situasi energi di plant.
Audit Energi Rinci : Audit energi rinci (Detailed Energy
Audit = DEA), merupakan survai dengan memakai
instrumen untuk menyelidiki peralatan-peralatan

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 625


pemakai energi dan proses di plant, yang selanjutnya
diteruskan dengan analisis secara rinci terhadap berbagai
sistem. Biasanya dilakukan setelah selesai PEA, meskipun
dapat pula dilakukan secara tersendiri. Pada kasus
tersebut, maka waktu pengumpulan awal yang biasanya
dilakukan pada PEA, harus ditambahkan untuk DEA.
Untuk memperoleh data penggunaan energi yang
benar dan menentukan efisiensi operasi peralatan-
peralatan serta proses yang utama digunakan berbagai
instrumen portable dalam melaksanakan audit energi
listrik. Dari informasi tersebut, diperkirakan potensi
penghematannya. Instrumen-instrumen tersebut
diperlukan untuk plant yang tidak mempunyai instrumen
yang terpasang tetap dengan lengkap (hal ini sering
terjadi). Sedangkan pada plant lain, peralatan portable
dapat dipakai untuk membandingkan atau memeriksa
peralatan/ instrumen yang terpasang tetap di plant. Jenis
dan kondisi plant yang berlainan memerlukan
pengukuran khusus. Untuk memperoleh gambaran
kegitan audit energi listrik baik audit energi listrik awal
maupun audit energi listrik rinci menjadi lebih jelah
tahap-tahap kegitan tersebut ditunukkan dalam diagram
alir. Gambar 1 adalah memberikan gambaran secara
terstruktur dan rinci kegitan audit energi listrik yang
dimaksud. Diagram alir tersebut adalah mengacu pada
kegitan standar audit energi yang telah diteapkan oleh
SNI. 6196 tahun 2011.

626 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Gambar 1. Diagram alir kegiatan audit energi listrik awal
dan rinci (SNI-2000)

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 627


Contoh Laporan Audit Energi: Intensitas Konsumsi
Energi Listrik dan Profil Energi
Untuk Gedung Rektorat ITS, Lantai 1, Ruang UP4

Tabel 1. IKE Ruang UP4

Tabel 2. : Profil Penggunaan Energi Listrik Ruang UP4

628 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Series1; Series1;
Peneran Peralata
gan; n kantor;
5,26; 5% 19,76;
20%

Series1;
AC;
74,98;
75%

Gambar 2: Profil Penggunaan Energi Ruang UP4

Mengacu pada sebuah studi yang dilakukan oleh


ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporan dan hanya
dikeluarkan pada tahun 1992, target besar intensitas
konsumsi listrik (IKE) untuk Indonesia adalah sebagai
berikut: (Direktorat Pengembangan Energi) IKE untuk
kantor (komersial) adalah 240 kWh/m2 per tahun, pusat
perbelanjaan 330 kWh/m2 per tahun, hotel/apartemen:
300 kWh/m2 per tahun dan untuk rumah sakit: 380
kWh/m2 per-tahun. Intensitas konsumsi energi (IKE)
dalam bangunan adalah nilai/kuantitas yang dapat
digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat
pemanfaatan energi dalam suatu bangunan. Intensitas
konsumsi energi dalam bangunan/bangunan
didefinisikan dalam jumlah energi per unit area dalam
bangunan yang dilayani oleh energi (kWh/m2/tahun atau

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 629


kWh/m2/bulan). Berikut ini adalah nilai standar IKE untuk
jenis gedung kantor pemerintah berdasarkan Permen
ESDM No. 13.
Tabel 3.Standar di Gedung Gedung Kantor Pemerintah
Berdasarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
No. 13/2012 [1]
No. Kriteria Bangunan Bangunan
Ber AC tanpa AC
2 2
(kWH/m /Bulan kWh/m /Bulan
1 Sangat Efisien <8,5 <3,4
2 Eficiency 8,5-14 3,4-5,6
3 Cukup efficient 14 – 18,5 5,6-7,4
4 Boros >18,5 >7,4
Hasil IKE bulanan = 56,1
Audit; (Boros)
IKE Tahunan = 673,20 kWh/,2.Th, Dengan Acuan SNI = 240
kWh/m2 TH. Boros ( 2.8 kali lebih besar dari standar)

Temuan
Konsumsi listrik sistem HVAC (Pendingin, unit AC DX,
AHU dan FCU) mewakili 69,26 % dari tagihan listrik
tahunan yang mana pencahayaan menyumbang 13,43%.
Peralatan kantor hanya 17,31 % dari keseluruhan
tagihan. Beban lain termasuk (peralatan IT, Lift dan beban
soket). Penghematan energi pada bangunan gedung
pengguna pendngin dapat dikurangi secara terukur
untuk utilitas bangunan bisa mencapai lebih 45% untuk
tagiahan tahunan dengan cara :

630 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
• Menginstalasi sistem control pada sistem HVAC
dengan penggantian valve.
• Mengganti chiller.
• Mengganti dengan AC split
• Menginstalasitimer pada sistem HVAC yang telah ada.

Rekomendasi Pengelolaan Energi


a) Konservasi: Membangun budaya konservasi di
kampus ITS Konservasi energi adalah pengguanaan
energi dengan efisiensi dan rasional tanpa
mengurangi penggunaan energi yang memang
benar-benar diperlukan. Penghematan dapat
direalisasikan dengan cara mudah, dapat mencapai
10-15%, sedangkan penghematan dengan investasi
dapat meraih sampai 30%. Kegitan konservasi energi
jika dapat dijalankan, akan memberi manfaat secara
efektif menerapkan sistem manajemen energi,
mengurangi biaya operasional dan overhead
sehingga terjadi peningkatan profitabilitas,
mengurangi emisi udara seperti gas rumah kaca,
meningkatkan efisiensi sumber energi ,
meningkatnya kepastian hukum, kepatuhan internal,
variabel yang mempengaruhi penggunaan energi
dan konsumsi sehingga peningkatan pemahaman
penggunaan energi dapat dipahami secara lebih
luas.
b) Bangunan Baru – Pada semua bangunan baru di ITS
harus memiliki kinerja tinggi dan energinya efisien.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 631


c) Efisiensi Energi - Mengganti peralatan yang efisien
dan meng upgrade bangunan yang tidak efisien di
ITS.
d) Sistem Energi Bersih dan Terbarukan – Pembangkit
listrik dari sumber energi terbarukan.
e) Transportation – Menggunakan BB alternative dan
terbarukan dan yang lebih efisien untuk kendaraan
kampus ITS.
f) Pembelian: Pembelian produk yang menggunakan
energi rendah, ramah lingkungan dan mutakhir.

Rekomendasi Energi – Jangka Pendek melalui


Konservasi Energi :
• Menerapkan langkah-langkah konservasi energi.
• Mengembangkan proyek konservasi energi di kampus.
• Memprioritaskan dan menerapkan program
pemeliharaan preventif - berdasarkan anggaran
tahunan yang tersedia. Tingkat pendanaan akan
menentukan tujuan dan hasil.
• Komunitas universitas (mahasiswa, dosen, dan staf)
memengaruhi permintaan energi di Kampus
Universitas terkait dengan .
• Ruangan ber-AC: menutup jendela dan pintu
• Perangkat yang mengonsumsi energi: matikan
peralatan yang tidak digunakan
• Dukungan tim dengan IT : fitur-fitur manajemen
energi diaktifkan

632 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Rekomendasi Energi – Efisiensi Energi Jangka
Pendek (1/6):
• Desain bangunan yang hemat energi - konstruksi
baru.
• Lakukan audit energi - memastikan sistem bangunan
beroperasi pada efisiensi maksimum.
• Seleksi gedung untuk program audit energi -
Dilakukan melalui Komite Energi Universitas.
• Manajemen energi gedung / Sistem Otomasi
Bangunan (BAS): tambahkan kontrol dan integrasi
sistem bangunan ke dalam bangunan yang ada. Ini
akan membantu kontrol yang lebih besar atas jadwal
operasi dan menerapkan strategi manajemen
permintaan untuk mengurangi konsumsi energi dan
biaya terkait.
• Gunakan sistem Pengawasan Kontrol dan Akuisisi Data
(SCADA)
• Pengukuran utilitas
• Efisiensi Energi - Meningkatkan efisiensi sistem listrik
dan pendingin.
• Penggunaan sistem panas dan daya gabungan (CHP
atau kogenerasi) - Menghasilkan listrik dan energi
termal untuk pemanasan.
o Efisiensi - mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil dan dampak
o lingkungan dengan menggunakan sistem energi
yang lebih efisien.
o Meningkatkan efisiensi energi - meningkatkan
bangunan dan teknologi

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 633


o Pencahayaan: Tingkatkan ke bohlam yang lebih
efisien (misalnya bohlam LED) - gunakan lebih
sedikit listrik dan tahan lebih lama

Rekomendasi Energi – Efisiensi Energi Jangka


Pendek (2/6):
• Pencahayaan: sensor gerak hunian - ruang kelas,
kantor, kamar mandi: matikan lampu saat area
tidak digunakan.
• Manfaatkan pencahayaan alami menggunakan
tabung cahaya, pipa cahaya, lampu langit-langit,
dll.
• Pasang dimmer untuk mengontrol manajemen
cahaya.
• Penerangan di dalam gedung - Desain ulang dan
rezone sirkuit untuk mengontrol konsumsi. Ini
harus memastikan bahwa hanya area spesifik di
mana pencahayaan dibutuhkan. Oleh karena itu
situasi untuk menyalakan seluruh lantai untuk
mengakomodasi satu orang yang bekerja lembur
harus dihindari.
• Akumulasi debu dan kotoran pada fiting lampu
dan lampu dapat mengurangi efektivitasnya
hingga 40%. Desain pencahayaan karenanya
harus memastikan bahwa fiting lampu dan lampu
dapat dengan mudah diakses dan dibersihkan.
Karena itu, pemeliharaan terjadwal
direkomendasikan.

634 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Rekomendasi Energi – Efisiensi Energi Jangka
Pendek (3/6):
• Gunakan sensor siang hari untuk meredupkan atau
mematikan pencahayaan ketika ada cahaya siang hari
yang memadai.
• Komputer / Teknologi Informasi: mengurangi jejak
energi dari teknologi universitas - Beli peralatan
energi yang efisien( tanda bintang) mulai komputer,
printer dan peralatan lainnya
• Mode tidur ketika tidak digunakan
• Matikan komputer pada malam hari
• Gunakan screen saver
• Gunakan perangkat lunak manajemen daya - matikan
monitor yang tidak digunakan
• Sistem Pemanasan dan Pendinginan (sistem HVAC):
Kantor dan ruang akademik harus mempertahankan
suhu yang diinginkan selama musim yang sesuai saat
ditempati. Sistem BAS harus menyesuaikan dengan
suhu yang diinginkan selama malam dan akhir pekan
(periode kosong).

Rekomendasi Energi – Efisiensi Energi Jangka


Pendek (4/6):
 Pembersihan sistem saluran AC yang sering: Sistem
yang memiliki debu akan memuat kipas, akan
menghasilkan getaran dan mengonsumsi energi lebih
banyak.
 Pasang sistem pemanenan energi untuk mengubah
gerak dari aktivitas sehari-hari seperti berjalan,

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 635


jogging, dan bersepeda menjadi energi listrik yang
dapat digunakan. Universitas ini memiliki banyak
orang dan dari berjalan hanya banyak energi yang
dapat dipanen jika sistem seperti ini dipasang. Itu
tidak harus diinstal di mana-mana tetapi
menginstalnya di area umum yang selalu ramai bisa
membantu.
 Wastafel dan bak air di toilet, dapur, dll. Juga harus
bekerja dengan sensor. Meskipun ini tampaknya
hemat air tetapi juga hemat energi karena dengan
memasang sensor, pompa akan bekerja saat
dibutuhkan dan dengan jumlah yang tetap

Rekomendasi Energi – Efisiensi Energi Jangka


Pendek (5/6):
 Perlunya kontrol suhu - Laboratorium, fasilitas
olahraga, dan Asrama Universitas.
 Pembelian: Produk hemat energi dan ramah
lingkungan.
Strategi Termal Pasif
 Kurangi beban pendinginan dan pencahayaan
melalui desain yang responsif terhadap iklim.
Melindungi atap bangunan untuk mengurangi
panas.
 Instal perangkat peneduh eksternal untuk windows
untuk mengurangi panas dan penetrasi sinar
matahari.
 Ganti jendela panel tunggal dengan jendela panel
ganda. Mengganti lapisan glasir single-glazur saat ini

636 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
menjadi glazur ganda atau triple dan melapisi kaca
atau bahkan mengisi ruang antara pelat kaca dengan
gas lembam atau ruang hampa udara akan
mengurangi perpindahan panas.
 Berikan ventilasi alami untuk menghilangkan panas
dari bangunan.
 Lindungi selubung bangunan tanpa mengubah fasad
eksternal.

Rekomendasi Energi – Efisiensi Energi Jangka


Pendek (6/6):
Strategi Termal Aktif
 Untuk memaksimalkan efisiensi energi pada
bangunan, kontrol yang memadai dan lakukan
sistem pemantauan dan pengukuran.
 Mengoptimalkan kinerja bangunan dengan
menggunakan program pemodelan energi dan
mengoptimalkan strategi kontrol sistem dengan
menggunakan sensor hunian, sensor CO2, dan
alarm kualitas udara lainnya.
 Memantau kinerja proyek melalui kebijakan
commissioning, metering, pelaporan tahunan,
dan commissioning berkala.
 Pemanas air tenaga surya adalah salah satu
pasokan energi terbarukan yang paling umum
digunakan di gedung-gedung dan dalam sistem
ini air dipanaskan oleh matahari dan panas
disimpan sampai digunakan.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 637


 Sebagian besar area ber-AC tidak perlu lebih
dingin dari 24 oC .

Rekomendasi Energi– Jangka Pendek Untuk ruang


terbuka diluar bangunan
 Pasang Photocell untuk lampu jalan luar.
 Permukaan keras yang luas seperti pengaspalan
dan parkir dapat berkontribusi signifikan
terhadap peningkatan suhu di sekitar bangunan.
Ini disebut sebagai efek pulau panas perkotaan
dan panas yang ditahan serta suhu udara yang
lebih tinggi membuatnya lebih sulit untuk
menjaga bangunan tetap dingin. Ini dapat diatasi
dengan cara-cara berikut:
o Menghindari area besar permukaan keras
eksternal di dekat banguna
o Parkir teduh dan permukaan yang keras,
idealnya menggunakan vegetasi seperti pohon
rindang yang besar.
o Menggunakan bahan berwarna lebih terang
untuk permukaan paving dan eksternal untuk
mengurangi sejauh mana permukaan ini
menyerap panas.
o Pengatur waktu dapat digunakan untuk
memastikan pencahayaan menyala hanya
untuk waktu yang ditentukan. Misalnya, lampu
eksternal dapat dirancang untuk menyala
antara pukul 18:00 dan 22:00 ketika ruang

638 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
eksternal digunakan dan kemudian dimatikan
untuk sisa malam itu.

Rekomendasi Energi– Jangka Panjang Untuk Bahan


bakar alternative dan Energi Terbarukan (1/2)
 Pengembangan sistem energi terbarukan di kampus
ITS.
 Universitas harus menyelidiki opsi energi terbarukan
yang hemat biaya dan implementasi (misalnya sistem
energi surya).
 Mengkaji dan merekomendasikan proyek-proyek baru
(oleh fakultas, staf, dan siswa) yang terhubung ke
infrastruktur utilitas atau ke sistem pembangunan.
 Menerapkan teknologi baru untuk mendukung inisiatif
keberlanjutan - mengeksplorasi kelayakan sistem
energi terbarukan untuk aplikasi kampus – kolaborasi
dengan unit akademik dan peneliti.

Rekomendasi Energi– Jangka Panjang Untuk Bahan


bakar alternative dan Energi Terbarukan (2/2)
 Listrik - pembangkit listrik dengan menggunakan
sumber energi terbarukan yang tersedia di ITS
(tenaga surya, angin, biomassa, dll,): mengurangi
tagihan energi dan dampak lingkungan sistem Solar
PV, Tenaga Surya Terkonsentrasi menggunakan
palung parabola, Sistem energi angin yang
terselubung, Sistem energi biomassa
 Pemanas air

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 639


o Pemanas air tenaga surya - meminimalkan
penggunaan listrik dan bahan bakar fosil
o Sistem pemanas panas bumi
 Sistem pendingin udara
o Sistem A/C Wind Turbine
o Sistem A/C PV
 Transportasi - Bahan Bakar Biodiesel untuk kendaraan
bertenaga diesel
 Transportasi - Bahan bakar alternatif untuk kendaraan
Universitas
Untuk Memperjuangkan kampus hijau ini masih
banyak diperlukan rekomendasi-rekomendasi lanjutan
yang terkait dengan: Sistem Air, Sistem Transportasi,
Manajemen Limbah dan Rekomendasi Kesadaran dan
Kurikulum.

Penulis
Dr. Ali Musyafa’ adalah dosen Departemen Teknik
Fisika, ITS dan Kepala Pusat Studi LPPM ITS email:
musyafa@ep.its.ac.id & musyafa1960@gmail.com.
Mobil Phone : 087851250830

640 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
SMART ENERGY DENGAN TEKNOLOGI RECYCLE
BATERAI LITHIUM UNTUK KEBUTUHAN
SEHARI-HARI

Lukman Noerochim, Ph. D

Era digitalisasi abad ke-21 ini, perkembangan produk-


produk teknologi terutama barang-barang elektronik
portable telah berkembang sangat pesat. Mulai dari
laptop, smartphone, tablet, peralatan perkakas ringan
dan sebagainya. Semua barang elektronik tersebut tentu
membutuhkan sumber daya listrik sebagai sumber
energinya. Salah satu sumber energi listrik yang populer
saat ini adalah baterei terutama jenis baterei lithium.
Maka tidaklah mengherankan jika kemudian kebutuhan
akan baterei lithium ini meningkat pesat setiap tahun
nya. Berdasarkan data statisitk menyebutkan bahwa
kebutuhan baterei lithium setiap tahun meningkat drastis
sesuai dengan peningkatan jumlah pengguna
smartphone. Diprediksi pada tahun 2020 kebutuhan
baterei lithium akan tembus 2,9 miliar. Sedang tahun ini
saja sudah mendekati angka 2,7 miliar. Jika dilihat sejak
dari tahun 2014 maka peningkatan ini hampir 10 persen.
Tentu ini adalah jumlah angka yang sangat fantastis
dengan detail setiap tahunnya seperti yang terlihat pada
gambar 1 dibawah ini.
Jumlah populasi baterei lithium diatas belum
ditambah dengan jumlah pemakaian di peralatan
elektronik portable lainnya seperti laptop dan perkakas

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 641


ringan lainnya Apalagi sekarang dunia transportasi juga
telah berubah semuanya dengan kecenderungan
mengarah trend ke penggerak bersumber energi listrik
(mobil listrik). Menurut data statistic pada tahun 2017
lalu jumlah penjualan mobil listrik telah mencapai 1,22
juta unit, tumbuh 58% dari tahun sebelumnya. Dan angka
ini dipastikan akan meningkat terus seiring dengan trend
masa depan akan kebutuhan kendaraan yang ramah
lingkungan. Dan hampir semua produsen mobil listrik
dunia sekarang ini menggunakan baterei lithium sebagai
sumber energi utama mobil listrik mereka. Hal ini tentu
akan semakin menambah jumlah kebutuhan baterei
lithium di seluruh dunia. Maka tidaklah mengherankan
berdasarkan pasar dunia nilai baterei lithium telah
mencapai US$ 25 juta pada tahun 2017. Permintaan
pasar tahun mendatang diprediksi akan terus meningkat
sebesar US$ 47 juta pada tahun 2023, dengan
peningkatan sebesar 11% selama kurun waktu 2018-
2023.

Gambar 1. Jumlah pengguna smartphone dari tahun 2014


sampai 2020 (www.teknologi.id)

642 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Peningkatan permintaan jumlah baterei lithium tentu
juga akan meningkatkan jumlah kebutuhan bahan
lithium. Karena hampir 80% bahan utama pembuatan
baterei lithium berasal dari material tersebut. Seperti kita
ketahui bahan lithium sendiri termasuk bahan tambang
langka. Di seluruh dunia, tambang lithium hanya ada di
beberapa negara seperti di Chili, Bolivia, China dan
Australia. Dimana wilayah Amerika Selatan memiliki dua
pertiga cadangan lithium dunia. Tentu hal ini sangat
mengkhawatirkan terutama bagi Indonesia yang belum
ditemukan tambang lithium. Meskipun akhir –akhir ini
berdasarkan penelitian oleh LIPI ada beberapa daerah
pegunungan kapur yang memiliki potensi kandungan
lithium seperti Rembang, Grobogan dan Tuban.
Kelangkaan akan keberadaan bahan lithium di Indonesia
tentu akan mengakibatkan ketergantungan dalam jangka
panjang. Apalagi jumlah konsumen pengguna baterei
lithium di Indonesia temasuk terbesar di dunia. Untuk itu
diperlukan strategi dan langkah konkrit yang harus di
dukung oleh semua pihak baik itu pemerintah pusat,
pemerintah daerah, pihak swata maupun komponen
masyarakat lainnya.
Beberapa strategi yang bisa ditempuh antara lain yaitu
dibentuk tim khusus dari peneliti di seluruh Indonesia
dengan dukungan dari pemerintah untuk mencari
sumber-sumber lithium di Indonesia. Dimana seperti kita
ketahui sumber-sumber lithium bisa berasal dari mineral
bebatuan, danau garam, air laut atau dari air geothermal.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 643


Sumber lithium yang terakhir ini sekarang ini masih
dalam proses penelitian lebih lanjut. Alternatif lain adalah
pengembangan sumber energi alternative (baterei) dari
bahan-bahan yang melimpah di Indonesia misalnya jenis
baterai sodium, belerang, potassium atau jenis baterai
yang lain yang memiliki kapasitas mendekati baterei
lithium.
Disamping kelangkaan bahan lithium, masalah lain
yang ditimbulkan dari populasi yang melimpah dari
baterei lithium adalah baterei lithium bekas yang sudah
tidak terpakai lagi. Diperkirakan jumlah lithium carbonat
hasil daur ulang di dunia sebesar 5.800 sampai 33.000
ton pada tahun 2025. Maka perlu upaya yang sungguh-
sungguh dari semua pihak untuk menyelesaikan masalah
limbah baterai bekas yang setiap tahunnya akan semakin
meningkat.
Beberapa usaha daur ulang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Di antaranya adalah dengan
menggunakan metode ekstraksi hidrometalurgi. Namun
proses ini membutuhkan investasi yang cukup besar dan
masih menimbulkan efek samping yang berbahaya yang
bisa mencemari lingkungan karena penggunaan larutan
asam kuat dalam proses daur ulang tersebut. Tentu hal
ini tidak kita inginkan. Sayangnya, sampai detik ini masih
belum ditemukan metode atau teknologi daur ulang
baterei lithium bekas yang efektif dan aman bagi
lingkungan.

644 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Upaya yang lain juga telah dilakukan dengan strategi
menghidupkan atau memanfaatkan kembali baterei
lithium bekas tersebut. Seperti kita ketahui bahwa baterai
lithium bekas dari handphone, laptop, dan barang-
barang elektronik portabel lainnya pada umumnya
sebenarnya masih mempunyai kemampuan cukup untuk
diisi ulang. Namun kemampuan isi ulang tersebut tidak
cukup digunakan sebagai sumber energi atau daya yang
dibutuhkan oleh alat-alat elektronik tersebut. Disamping
itu baterai lithium bekas untuk mobil listrik umumnya
umur baterei berkisar dua sampai tiga tahun untuk
pemakian normal maka setelah itu kemampuan isi ulang
dan kapasitasnya akan menurun. Tapi kondisi baterei
tersebut sebenarnya masih cukup layak untuk dapat
digunakan atau didaur ulang digunakan untuk
pemakaian peralatan listrik dengan daya rendah misalnya
lampu LED. Maka melihat potensi yang sangat besar ini
keberadaan baterai lithium bekas baik bekas handphone,
laptop ataupun mobil listrik sangat berpotensi untuk di
daur ulang atau dihidupkan kembali untuk penggunaan
aplikasi sumber energi listrik bagi penerangan lampu
terutama untuk penerangan lampu rumah tangga.
Seperti kita ketahui masih banyak daerah-daerah di
Indonesia yang tingkat pemerataan akan instalasi listrik
terutama di daerah-daerah yang terpencil, tertinggal dan
terbelakang (3T) yang belum mendapatkan jaringan
intalasi listrik dari PLN. Disamping itu konsep smart city
yang sekarang ini sedang di galakkan oleh pemerintah
juga harus mendukung akan program kemandirian

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 645


energy khususnya energy listrik (smart energy) seperti
pada gambar 2. Maka keberadaan teknologi daur ulang
baterei bekas untuk digunakan sebagai aplikasi sumber
energi listrik bagi penerangan lampu rumah tangga ini
sangatlah dibutuhkan. Tentu teknologi ini tidak dapat
berdiri sendiri tetapi harus didukung oleh teknologi
penunjang yang lain seperti pembangkit listrik tenaga
surya, pembangkit tenaga angin dan pembangkit ramah
lingkungan lainnya. Karena teknologi recycle baterei
lithium ini hanya berfungsi sebagai alat penyimpan
energy listrik yang dihasilkan oleh pembangkit-
pembangkit energy listrik tadi. Di negara-negara maju
keberadaan teknologi pembangkit listrik tenaga surya
dan angin telah menjadi kebutuhan umum masyarakat
sebagai pengganti pembangkit listrik konvensional. Hal
ini berkaitan dengan masalah isu pemanasan global dan
pencemaran lingkungan akibat pembangkit listrik
konvensional.

Gambar 2. Konsep smart city yang dicanangkan oleh Kominfo


(www.bogor.net)

646 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
(a) (b)

Gambar 3. (a) Skema aplikasi teknologi recycle baterei


lithium pada instalasi pembangkit listrik tenaga surya
(https://www.tokopedia.com/cahayaborneo) dan (b) angin
(https://gootex.blogspot.com/2016/09)

Seperti yang tampak pada gambar 3 di bawah ini,


adalah skema umum pemanfaatan teknologi recycle
baterei lithium pada pembangit listrik tenaga surya dan
angin. Secara umum cara kerja instalasi tersebut dimulai
dengan perubahan energy dari sinar matahari dan
energy mekanik dari angin dirubah menjadi energi listrik
yang selanjutnya energi listrik tersebut disimpan ke
dalam baterei. Umumnya untuk saat ini jenis baterei pada
instalasi tersebut biasanya menggunakan jenis baterei
timbal (aki) karena harganya yang masih relatif
terjangkau. Sedang untuk trend sekarang dan ke depan,
baterei timbal (aki) akan diganti dengan jenis baterei
lithium karena beberapa kelebihannya seperti

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 647


kapasitasnya yang lebih besar dan beratnya lebih ringan.
Namun karena saat ini harga baterei lithium masih
sangat mahal maka keberadaan teknologi recycle baterei
lithium ini akan mampu memberikan solusi atas
permasalahan tersebut. Sehingga selain memberikan
solusi atas mahalnya baterei lithium juga akan
memberikan solusi akan pemanfaatan baterei lithium
bekas dengan menghidupkannya kembali untuk
digunakan sebagai komponen penyimpan energy listrik
dari pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Selanjutnya teknologi tersebut harapannya dapat
dimanfaatkan minimal untuk kebutuhan penerangan
sehari-hari bagi aktifitas warga.

Penulis
Lukman Noerochim, Ph.D. Merupakan
staf pengajar di Departemen Teknik
Material FTI-ITS sejak tahun 2003 hingga
sekarang. Setelah menyelesaikan S3-nya
di University of Wollongong, Australia
pada tahun 2013 dengan bidang
penelitian pada sintesa material elektroda
untuk baterei ion lithium, kemudian diberi
kepercayaan menjadi Kepala
Laboratorium Manufaktur dan yang
terakhir sebagai Kaprodi Program Pascasarjana Teknik Material dan
Metalurgi ITS. Telah mempublikasikan lebih dari 15 karya tulis di jurnal
internasional terindeks dan berimpact tinggi dengan jumlah sitasi
lebih dari 350 kali. Untuk info lebih lanjut silahkan mengubungi
alamat email: lukman@mat-eng.its.ac.id

648 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
DESAIN ENGINEERING UNTUK FASILITAS TES
SEBUAH KOTA PINTAR DI ERA INDUSTRI 4.0

Totok R. Biyanto, Ph.D

Pendahuluan
Ketersediaan informasi hasil pengukuran pada era
industri 4.0 mudah diperoleh, namun pemanfaatan data-
data dalam mendesain, mengoperasikan dan perawatan
sebuah kota masih terbatas. Hal ini disebabkan
kurangnya perangkat lunak enjinering yang
menerjemahkan data yang sangat banyak ke dalam
bahasa manajemen yang bisa digunakan sebagai support
decision tool. Pada makalah ini akan dipaparkan
bagaimana data berupa informasi konsumsi listrik di
gedung-gedung bisa dipergunakan untuk merencanakan
sebuah Thermal Energy Storage (TES) yang akan
menggantikan chiller saat tarif energi listrik mahal,
kekurangan energi listrik dan bahkan men-scheduling
pemakaian listrik yang sangat besar di gedung-gedung
dengan baik atau tidak ada pemadaman listrik. Konsumsi
energi sektor komersial di Indonesia masih didominasi
oleh listrik yang pangsanya mencapai 70% pada tahun
2010 [1]. Jika dibandingkan pada tahun 2000 jumlah
kebutuhan energi listrik mencapai tiga kali lipat. Semakin
banyak gedung-gedung pemerintah dan swasta, pusat
perbelanjaan dan hotel baru dibangun akan
menyebabkan kenaikan konsumsi listrik yang cukup
tinggi [2].

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 649


Dari hasil survei dan audit yang dilakukan oleh Badan
Pengkaijan dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Japan
International Coorporation Agency (JICA) pada tahun
2012 yang sebagaian besar dilakukan di Jakarta,
diperoleh beberapa data mengenai intensitas energi
listrik di bangunan dan distribusi penggunaan listrik di
bangunan komersial. Energi listrik paling besar
digunakan untuk menjalankan sistem pengkondisian
udara, yang mencapai 65 % untuk hotel, rumah sakit 57
%, pusat perbelanjaan mencapai 57 %, kantor
pemerintahan 55 % dan gedung perkantoran mencapai
47 %. Dari angka ini bisa dilihat bahwa potensi
penghematan energi terbesar di gedung-gedung
komersial adalah pada sistem pengkondisian udara [2].
Dengan menerapkan teknologi yang tepat pada sistem
tersebut diharapkan dapat menekan penggunaan energi
listrik disektor komersial dan di Indonesia instansi
pemerintah yang menangani distribusi dan pengelolaan
energi listrik adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN telah menetapkan tarif tenaga listrik sesuai
dengan waktu beban puncak (WBP) yakni pukul 17.00
WIB hingga 22.00 WIB dan luar waktu beban puncak
(LWBP) yakni pukul 22.00 WIB hingga 17.00 WIB. Kedua
bagian ini memiliki harga operasi yang berbeda. Untuk
penggunaan pada WBP, PLN akan memberikan tarif yang
lebih mahal dibandingkan penggunaan pada LWBP
dengan faktor pengali ) sebesar 1.4 hingga 2 [3].
Perbedaan harga operasi PLN ini merupakan salah satu

650 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
penyebab membengkaknya biaya operasional gedung
pada penggunaan sistem pengkondisian udara.

Gambar 1. Informasi penggunaan listrik di berbagai sektor


[2].
Dari Gambar 1 adalah hasil audit yang dilakukan BPPT
dan JICA yang menjelaskan bahwa gedung komersial
seperti hotel, pusat perbelanjaan, rumah sakit, gedung
perkantoran pemerintah dan swasta memiliki profil
beban listrik yang berbeda [2]. Sebagaian besar gedung
komersial beroperasi dari pukul 07.00 WIB hingga 22.00
WIB. Karena pemakaian terbesar pada gedung komersial
adalah sistem pendingin maka, salah satu teknologi yang
dapat menekan beban listrik pada sistem pendingin
adalah sistem Thermal Energy Storage (TES).
TES merupakan sebuah teknologi yang dapat
menggeser beban pendinginan gedung yang terjadi
pada saat waktu beban puncak pukul 17.00 WIB hingga
22.00 WIB menjadi luar waktu beban puncak khususnya

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 651


di Indonesia. Hasnain dkk [4] telah melakukan analisis
penghematan penggunaan energi listrik pada bangunan
kantor menggunakan TES di Saudi Arabia. Mereka
menyimpulkan bahwa sistem TES dapat mengurangi
beban pendinginan hingga 30-40 % dan beban listrik
gedung sebesar 10-20%.
Hal yang penting dari sistem TES yaitu terdapat pada
kapasitas chiller dan tank penyimpanan atau TES tank.
Selama proses penyimpanan (charging period), chiller
akan memproduksi chilled water dan akan
menyimpannya kedalam TES tank. Selama WBP, TES
membantu menggantikan chiller untuk memenuhi beban
pendinginan khususnya pada saat tarif listrik mahal [5-7].
Sehingga untuk membangun sistem TES yang efisien,
dibutuhkan desain kapasitas chiller dan kapasitas TES
tank yang optimal.
Sistem TES tank akan mengurangi kapasitas total
chiller dan rentang operasi kapasitas total chiller saat
proses penyimpanan. Namun adanya heat loss pada TES
tank harus diperhatikan sebab semakin besar dan
semakin lama energi yang tersimpan pada TES tank akan
menyebabkan semakin besar heat loss pada TES tank [8].
Dan berujung penambahan kapasitas chiller, biaya
konsumsi listrik dan biaya investasi sistem TES akan
semakin besar.
Oleh karena itu diperlukan suatu optimisasi terhadap
informasi berupa tiga variabel tersebut yakni kapasitas
total chiller, kapasitas penyimpanan TES tank dan heat

652 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
loss pada TES tank untuk mencari perbedaan kapasitas
total chiller dan beban pendinginan gedung yang
minimum disertai heat loss pada TES tank yang kecil.
Permasalahan ini sangat mudah diselesaikan dan dapat
dihasilkan solusi global optimum dengan menggunakan
metode sederhana [9]. Dengan optimisasi ini didapatkan
nilai perbedaan kapasitas chiller dan beban pendinginan
yang minimum, serta heat loss pada TES tank yang kecil
dengan mencari biaya penghematan konsumsi listrik,
nilai payback period dan nilai return on investment yang
optimal. Pada dasarnya optimisasi pada sistem TES
digunakan untuk membantu operator dan medesain
sistem TES secara efektif dan efisien dengan energi atau
biaya yang minimal [10].

Profil Beban Listrik Gedung Komersial


Profil beban listrik bisa diukur secara online pada
setiap gedung di seluruh penjuru kota dan dapat
disimpan pada server-server yang dapat diakses oleh
perencana kota, pengelola gedung, dan masyarakat
lainnya. Pada studi ini akan mengambil data dari BPPT
dan JICA tahun 2012 yang telah melakukan penelitian
profil penggunaan beban listrik gedung-gedung
komersial yang terletak sebagaian besar di Jakarta [2].
Berikut data profil beban listrik gedung komersial yang
ditunjukkan pada Gambar 2.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 653


Gambar 2. Profil beban listrik gedung komersial terhadap
waktu.
Profil beban listrik gedung komersial terhadap waktu
Gambar 2 menunjukkan gedung pusat perbelanjaan
memiliki beban listrik yang paling besar. Gedung pusat
perbelanjaan mulai beroperasi pukul 09.30 WIB hingga
21.00 WIB. Utilitas utilitas utama seperti sistem
pengkondisian udara dan penerangan umumnya mulai
beroperasi secara bertahap mulai pukul 07.00 sehingga
beban listrik mulai naik hingga pukul 22.00 WIB. Posisi
penggunaan beban listrik terbesar kedua yakni rumah
sakit. Rumah sakit memiliki jam operasional selama 24
jam dengan operasional yang berbeda tiap instalasi.
Untuk peralatan seperti AC, peralatan medis dan
peralatan kantor, umumnya di operasikan pada jam kerja
yakni pukul 06.00 WIB dan berhenti dinyalakan pukul

654 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
17.00 WIB. Kecuali instalasi yang membutuhkan waktu
operasional selama 24 jam seperti UGD dan farmasi
klinik.
Sama seperti rumah sakit, gedung hotel memiliki
waktu operasional selama 24 jam, beban listrik hotel
meningkat pada pukul 07.00 WIB sebab operasional
hotel mulai dari reservasi dan pendinginan ruangan
selain hunian, karena AC beroperasi selama 24 jam di
setiap hunian. Untuk kantor pemerintah dan kantor
swasta beroperasi selama 5 hari sepekan dengan durasi
selama 8-9 jam perhari. Waktu operasional kantor
dimulai pukul 07.00 WIB untuk memulai pendinginan
ruangan dan peralatan kantor lainnya, hingga pukul
17.00 WIB. Untuk kantor swasta terdapat pekerjaan
tambahan sehingga pemakian listrik hingga pukul 22.00
WIB.

Thermal Energy Storage


Thermal energy storage (TES) merupakan metode
yang digunakan untuk memproduksi dan menyimpan
pendinginan pada saat tarif listrik murah (LWBP) dan
pendinginan ini digunakan untuk memenuhi beban
pendinginan pada saat tarif listrik mahal (WBP) [7,11,12].
Pada Gambar 3 konsep dari TES ini sangat sederhana
yakni air yang didinginkan oleh chiller pada saat LWBP
disimpan dalam TES tank yang terisolasi. Penyimpanan
chilled water ini akan digunakan untuk memenuhi beban

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 655


pendinginan pada saat WBP, dengan menggunakan
pompa sirkulasi serta peralatan energi lainnya.

Gambar 3. Skema sistem thermal energy storage [13].


Beberapa keuntungan dari optimisasi thermal energy
storage ini adalah penggeseran operasi beban dari WBP
ke LWBP, penurunan biaya listrik perkapita, peningkatan
efisiensi operasional dan penurunan konsumsi energi TES
itu sendiri [7].

Hasil dan Pembahasan


Perhitungan konsumsi energi pada chiller plant
digunakan untuk mengetahui konsumsi energi listrik
pada gedung komersial. Konsumsi energi chiller plant
bergantung pada beban pendinginan gedung setiap
waktu. Nilai ini digunakan untuk menghitung biaya
konsumsi listrik sistem pendingin gedung. Dengan cara
yang sama maka dihasilkan perhitungan chiller plant
untuk gedung komersial lainnya seperti pada Tabel 1.

656 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Tabel 1. Hasil perhitungan chiller plant gedung komersial
Chilled Chiller plant
Total chiller
water flow energy
Gedung plant / hours
out / hours consumption /
(kW/TR)
(TR) hours (kW)
Pusat 1085 0,710 771,3
perbelanjaan
Rumah sakit 223 0,770 171,6
Hotel 163 0,776 126,8
Kantor swasta 90 0,867 77,6
Kantor 33 0,936 30,7
pemerintah

Hasil optimasi gedung pusat perbelanjaan ditunjukkan


pada Gambar 4. Pada Gambar 4, proses penyimpanan
chilled water (charging) dilakukan mulai pukul 23.00 WIB
hingga pukul 09.00 WIB. Pada pukul 23.00 WIB, chiller
memproduksi chilled water sebesar 890 TR untuk
disimpan dalam TES tank.hingga pukul 09.00 WIB. Pada
pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB, chiller memproduksi
chilled water sebesar 890 TR untuk mencukupi beban
pendinginan gedung, akan tetapi kapasitas chiller tidak
mencukupi, sehingga TES tank membantu melakukan
proses pengisian (discharging) untuk mencukupi beban
pendinginan gedung pada rentang waktu tersebut.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 657


Gambar 4. Profil beban pendinginan gedung pusat
perbelanjaan terhadap waktu, kapasitas chiller terhadap waktu, proses
charging dan discharging terhadap waktu.

Pada saat WBP, chiller berhenti beroperasi dan


digantikan oleh TES tank untuk memenuhi beban
pendinginan gedung saat WBP. Kapasitas chiller yang
telah di optimasi untuk sistem TES pada gedung pusat
perbelanjaan adalah sebesar 890 TR. Nilai kapasitas ini
lebih kecil dibandingkan kapasitas chiller sistem
konvensional gedung pusat perbelanjaan yang
mencapai 1300 TR. Dengan cara yang sama, hasil
optimisasi untuk setiap gedung komersial ditunjukkan
pada Tabel 2.

658 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Tabel 2. Hasil optimisasi kapasitas chiller dan TES tank pada
setiap gedung komersial.
Volume Heat
Charging Kapasitas Kapasitas TES loss
Gedung period Chiller TES tank tank TES
3
(Jam) (TR) (TR) (m ) tank
(TR)
Pusat
10 890 7692 2327 154
perbelanjaan
Rumah sakit 8 180 805 247 18
Hotel 15 165 901 273 20
Kantor
7 70 496 150 10
swasta
Kantor
7 17 132 40 2
pemerintah

Pada Tabel 2, gedung hotel memiliki charging period


selama 15 jam. Pada saat proses charging, chiller
memproduksi chilled water dengan kapasitas maksimal
sebesar 165 TR dan dibutuhkan kapasitas TES tank
sebesar 901 TR untuk memenuhi beban pendinginan
gedung hotel saat WBP dengan heat loss sebesar 20 TR.
Gedung kantor pemerintah memiliki charging period
selama 7 jam. Pada saat proses charging, chiller
memproduksi chilled water dengan kapasitas maksimum
sebesar 17 TR dan dibutuhkan kapasitas TES tank sebesar
132 TR dan heat loss sebesar 2 TR. Jumlah kapasitas TES
tank pada kantor pemerintah cukup kecil karena waktu
operasi gedung berakhir pada pukul 18.00 WIB sehingga
TES tank hanya memenuhi beban pendinginan selama 2
jam.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 659


Gedung kantor swasta memiliki charging period
selama 7 jam. Pada saat proses charging, chiller
memproduksi chilled water dengan kapasitas maksimal
sebesar 70 TR. Kapasitas TES tank gedung kantor swasta
sebesar 496 TR dengan heat loss pada TES tank sebesar
10 TR. Gedung rumah sakit memiliki charging period
selama 8 jam. Pada saat proses charging, chiller
memproduksi chilled water dengan kapasitas maksimal
sebesar 180 TR dengan kapasitas TES tank sebesar 805
TR dan heat loss pada TES tank sebesar 18 TR.
Perhitungan biaya penghematan listrik adalah
dengan menghitung selisih biaya konsumsi listrik sistem
pendingin konvensional dan sistem pendingin
menggunakan, yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Profil biaya penggunaan listrik sistem pendingin


gedung pusat perbelanjaan menggunakan TES dan tanpa TES
terhadap waktu.

660 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Biaya penggunaan listrik sistem pendingin
dipengaruhi oleh kapasitas chiller. Semakin kecil
kapasitas chiller dalam mencukupi kebutuhan WBP dan
LWBP akan menghasilkan biaya penghematan yang
cukup besar. Perbedaan tarif listrik saat WBP dan LWBP
juga mempengaruhi besar biaya penghematan listrik
sistem TES. Dalam penelitian M.M Rahman dan M.G Rasul
menjelaskan mengenai analisis kelayakan dari segi
ekonomi sistem TES yang diterapkan pada bangunan
sekolah di Australia dengan selisih tariff WBP sebesar 3
kali lipat dari harga LWBP dapat meningkatkan
penghematan biaya listrik hingga 61 %.
Selain tarif WBP yang lebih mahal, faktor yang dapat
meningkatkan penghematan listrik adalah interval WBP.
WBP di Indonesia ditetapkan pada pukul 17.00 WIB
hingga 22.00 WIB dan sebaliknya untuk LWBP ditetapkan
pada pukul 23.00 WIB hingga 16.00 WIB, sehingga
interval WBP selama 5 jam dan LWBP selama 19 jam.
Berbeda dengan Malaysia dan Australia, WBP dimulai
pada pukul 07.00 WIB hingga 21.00 WIB dan sebaliknya
untuk LWBP pada pukul 22.00 WIB hingga 06.00 WIB.
Rentang WBP selama 14 jam dan LWBP selama 10 jam.
Semakin lama interval WBP akan semakin meningkatkan
penghematan listrik disebabkan pada saat WBP chiller
akan berhenti operasi.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 661


Tabel 3. Biaya penghematan listrik setiap gedung komersial.
Biaya Listrik Biaya
Biaya Listrik Pengh
menggunaka Penghemata
Gedung tanpa TES/ emata
n TES/Tahun n/ Tahun
Tahun (Rp) n (%)
(Rp) (Rp)
Pusat
4.665.677.246 5.865.859.434 1.200.182.189 20%
perbelanjaan
Rumah sakit 851.902.959 1.010.464.600 158.561.641 16%

Hotel 832.124.219 1.037.905.110 205.780.891 20%

Kantor swasta 339.472.254 429.476.218 90.003.964 21%

Kantor
80.773.037 102.043.913 21.270.876 21%
pemerintah

Namun semakin lama interval WBP akan


mengakibatkan kapasitas chiller dan kapasitas TES untuk
mencukupi beban pendinginan gedung akan semakin
besar. Hal ini akan mempengaruhi biaya investasi dari
chiller dan TES tank akan semakin besar. Dengan cara
yang sama diperoleh biaya penghematan untuk setiap
gedung komersial pada Tabel 3.
Pada Tabel 3 prosentase penghematan terbesar
berada pada gedung kantor pemerintah dan kantor
swasta. Hal ini disebabkan kapasitas chiller yang
digunakan oleh kantor pemerintah dan swasta cukup
kecil untuk mencukupi kebutuhan beban pendinginan
saat WBP dan LWBP. Penerapan sistem TES pada kedua
gedung dapat menghemat biaya konsumsi listrik sebesar
21 %. Prosentase penghematan terkecil berada pada
gedung rumah sakit sebesar 16%.

662 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Kelayakan investasi sistem TES tidak dapat diketahui
hanya dengan melihat besarnya biaya penghematan
listrik, untuk melihat peluang penerapan sistem TES pada
gedung komersial dibutuhkan analisis investasi pada
setiap gedung dan kombinasinya. Secara umum biaya
investasi sistem pendingin konvensional atau terdiri dari
investasi chiller, investasi pompa CHWP dan CWP dan
biaya operasional sistem pendingin konvensional untuk
perhitungan biaya investasi sistem pendingin
konvensional dan sistem pendingin menggunakan TES
untuk gedung pusat perbelanjaan ditunjukkan pada
Tabel 4.

Tabel 4. Biaya investasi sistem pendingin konvensional


gedung pusat perbelanjaan.
Biaya Investasi sistem pendingin
No Deskripsi konvensional
Volume Satuan Harga (Rp)
1 Chiller 1300 TR 6.500.000.000
2 CHWP 146 kW 467.823.765
3 CWP 90 kW 288.384.513
4 Cooling Tower 4100 GPM 984.000.000
5 Biaya Operasional
5.865.859.434
Listrik per tahun
Jumlah 14.106.067.712

Sedangkan untuk biaya investasi sistem pendingin


menggunakan TES gedung pusat perbelanjaan
ditunjukkan pada Tabel 5.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 663


Tabel 5. Biaya investasi sistem pendingin menggunakan TES.
Biaya Investasi TES
N
Deskripsi Satua
o Volume Harga (Rp)
n
1 Chiller 890 TR 4.450.000.000
2 CHWP 172 kW 551.134.846
3 CWP 54 kW 173.030.708
551.134.846
4 Cooling Tower 2670 GPM 640.800.000
3
TES tank 2327 m 4.309.590.732
5 Biaya Operasional
Listrik per tahun 4.665.677.246

Jumlah 14.790.233.532

Tabel 6. Rincian biaya investasi gedung komersial


Biaya Biaya Biaya Penghe ROI Payba
Investasi Investasi Investasi matan (%) ck
Gedung kovensio menggu tambaha Listrik / Period
nal / nakan n/ Tahun (Bulan
Tahun TES Tahun (Rp) )
Pusat (Rp)
14.106.06 /Tahun
14.790.23 (Rp)
684.165.8 1.200.18 175
7
perbelan 7.712 (Rp)
3.532 20 2.189 %
jaan 2.877.065 2.141.049. - 158.561.
Rumah - -
.401 021 736.016.3 641
sakit
80
2.982.093 2.355.560. - 205.780. - -
Hotel
.094 947 626.532.1 891
Kantor 1.816.808 1.094.485. 47
- 90.003.9
- -
.661 984 722.322.6 64
swasta
77
Kantor 343.309.5 273.617.3 - 21.270.8
69.692.24 - -
pemerint 47 07 76
ah 0

Pada Tabel 6 gedung pusat perbelanjaan


memerlukan biaya investasi tambahan untuk penerapan
sistem TES pada gedung sebesar Rp.684.165.820.

664 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
Sedangkan penghematan yang diperoleh dari gedung
pusat perbelanjaan adalah sebesar Rp. 1.200.182.189
sehingga penerpaan TES pada gedung pusat
perbelanjaan menghasilkan ROI sebesar 175 % dengan
payback period selama 6 bulan.
Untuk gedung komersial lainnya seperti, rumah
sakit, hotel, kantor swasta dan kantor pemerintah tidak
diperlukan biaya investasi tambahan. Sebab penerapan
TES pada gedung komersial tersebut langsung
menghasilkan penurunan biaya investasi sampai
mencapai 40% pada kantor swasta. Hal ini disebabkan
biaya investasi sistem pendingin menggunakan TES lebih
murah dibandingkan sistem pendingin konvesnional
ditambah keuntungan biaya operasional listrik gedung,
sehingga perhitungan nilai ROI dan payback period tidak
diperlukan dalam analisis ini. Dalam penerapan sistem
TES, investasi terbesar terletak pada chiller dan TES tank,
Namun semakin besar kapasitas chiller maka biaya
operasional dan perawatan chiller akan semakin besar

Kesimpulan
Telah diuraikan bahwa pemanfaatan informasi
pemakaian listrik di gedung-gedung di sebuah kota
pintar untuk mendesain thermal energy storage
menghasilkan penghematan energi listrik sampai 21%
dan bahkan menurunkan biasa investasi mencapai 40%.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 665


Referensi
[1] Kementrian. Energi dan Sumber Daya Mineral, "Handbook of
Energy and Economic Statistic of Indonesia," Center for Data and
Information on Energy and Mineral Resources. Ministry Energy and
Mineral Resources, Jakarta, 2012.
[2] BPPT, "Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi 2012," Balai
Besar Teknologi Industri, Jakarta, 2012.
[3] Kementrian. Energi. dan. Sumber. Daya. Mineral, "Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 30,". Indonesia,
2012.
[4] S. Hasnain, S. Alawaji, A. Al-Ibrahim, and M. Smiai, "Prospects of
cool thermal storage utilization in Saudi Arabia," Energy conversion
and management, vol. 41, pp. 1829-1839, 2000.
[5] A. H.-F. Ashrae, "American Society of Heating, Refrigerating and
Air-Conditioning Engineers," Atlanta, 1997.
[6] A. Kassim, M. Hussin, M. Aziz, and Z. Zain, "Power consumption
saving during charging period for Thermal Energy Storage
System," in Control and System Graduate Research Colloquium
(ICSGRC), 2012 IEEE, 2012, pp. 166-170.
[7] A. Bhatia, " Air Conditioning Systems with Thermal Energy
Storage," Course No: M04-028, Continuing Education and
Development, Inc., NY, info@ cedengineering. com, 2014.
[8] J. Fan and S. Furbo, "Thermal stratification in a hot water tank
established by heat loss from the tank," Solar Energy, vol. 86, pp.
3460-3469, 2012.
[9] M. Harmon, Step-By-Step Optimization With Excel Solver-The Excel
Statistical Master: Excel Master Series, 2012.
[10] K. M. Powell, W. J. Cole, U. F. Ekarika, and T. F. Edgar,
"Optimal chiller loading in a district cooling system with thermal
energy storage," Energy, vol. 50, pp. 445-453, 2013.
[11] E. Mackie and G. Reeves, "Stratified chilled water storage
tank design guide," Electric Power Research Institute EPRI EM-4852,
Final report, 1988.
[12] V. A Rabl, Commercial Cool Storage Design Guide vol. 2036:
Taylor & Francis, 1987.

666 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
[13] International. District. Energy. Association, District Energy.
U.S, 1994.

Penulis

Totok Ruki Biyanto, Ph.D adalah dosen


Departemen Teknik Fisika, ITS dengan bidang
penelitian: Renewable energy, Artificial
Intelligence and Evolutionary Algorithm, Energy
optimization Process Instrumentation, Automation,
Control and Optimization, Advanced Process
Control, Green Building and Plant Wide Control.

SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 667


SMART CITY Research Group
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Surabaya, Indonesia

Contact:
Website: riset.its.ac.id/smartcity
Email: smartcity@its.ac.id
SMS/WA: +62 81217762280

668 Bunga Rampai Pengetahuan, Gagasan, & Rekomendasi ITS untuk Indonesia
SMART CITY: KONSEP, MODEL, & TEKNOLOGI 669

Anda mungkin juga menyukai